152264294 otitis eksterna maligna ganjar nugraha
TRANSCRIPT
Otitis Eksterna Maligna
Ganjar Nugraha
406127001
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Pembimbing
• dr. H. R. Krisnabudhi, Sp.THT – KL
• dr. Dadang Chandra, Sp.THT – KL
EMBRIOLOGI TELINGA LUAR
Liang Telinga
• Berkembang dari celah laring pertama.
• Awal bulan ke-3, sel epitel berproliferasi dan membentuk sumbat meatus.
• Bulan ke-7, sumbat ini akan menghilang dan epitel yang melapisi dasar celah ini membentuk gendang telinga.
Gendang Telinga
• Dibentuk dari lapisan epitel
ektoderm di dasar meatus
akustikus, lapisan epitel
endoderm kavum timpani
dan lapisan tengah dari
jaringan ikat, yang
membentuk stratum
fibrosum.
DAUN TELINGA
• Daun telinga berkembang
dari enam buah proliferasi
mesenkim yang terletak di
ujung dorsal lengkung
faring pertama dan kedua,
yang mengelilingi celah
faring pertama.
ANATOMI TELINGA LUAR
Telinga
Telinga
• Terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan
telinga dalam.
• Telinga luar yang terdiri dari daun telinga, liang telinga dan
gendang telinga atau membran timpani.
Daun Telinga
• Terdiri dari heliks, anti-heliks, tuberkulum aurikula, konka,
lobulus, tragus dan anti-tragus.
• Terdiri dari kulit dan tulang rawan elastis dan membantu
menyalurkan gelombang suara ke dalam meatus akustik
eksterna.
• Dan di persarafi oleh nervus arikulatemporal cabang dari
nervus trigeminus pars mandibula, nervus fasial, nervus vagus,
dan nervuss lesser oksipital cabang dari pleksus servikal.
• Daun telinga diperdarahi arteri aurikula posterior, arteri
aurikula anterior cabang dari arteri temporal superfisial, dan
arteri oksipital, yang juga memberikan kontribusi.
• Dan drainase pada vena aurikula posterior, vena aurikula
anterior, vena oksipital.
Daun Telinga dan Membran Timpani
Kanan
Liang Telinga
• Berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
• Panjangnya kira-kira 2 ½ - 3 cm.
• Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut.
• Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga.
• Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
• Liang telinga di persarafi oleh arikulatemporal cabang dari
nervus trigeminus pars mandibula, nervus vagus.
• Diperdarahi oleh arteri aurikula posterior, arteri maksila, arteri
temporal superfisial.
Membran Timpani
• Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga.
• Terdiri atas :
– pars flaksida (membran Sharpnell)
– pars tensa (membran propria)
• Umbo
• Reflek cahaya (cone of light)
– pukul tujuh untuk membran timpani kiri
– pukul lima pada membran timpani kanan
• Membran timpani dibagi dalam empat kuadran :
– atas-depan
– atas-belakang
– bawah-depan
– bawah-belakang
• Pada permukaan eksternal membran timpani dipersarafi oleh
nervus arikulatemporal cabang dari nervus trigeminus pars
mandibula, nervus fasial, nervus vagus, dan permukaan
internal dipersarafi oleh nervus glossofaringeal
• Diperdarahi oleh cabang dari arteri stilomastoid, liang telinga
dalam dan membran timpani anterior diperdarahi oleh cabang
dari arteri maksilaris.
• Drainase pada membran timpani superfisial pada vena
jugularis eksternal dan pada permukaan dalam pada sinus
tranversa dan vena dural.
FISIOLOGI
• Gelombang Suara merupakan getaran udara yang merambat
yang mengalami pemampatan molekul dari daerah bertekanan
tinggi ke daerah bertekanan rendah secara bergantian.
• Karateristik suara dipengaruhi oleh nada suara, intensitas suara
atau kekerasan suara ,dan warna nada atau kualitas nada.
Karakteristik Suara
• Nada dari suara dipengaruhi oleh frekuensi dari getaran,
semakin tinggi frekuensi getaran maka semakin tinggi nada
tersebut.
• Intensitas suara atau kekerasan suara bergantung pada
amplitudo gelombang suara, semakin keras amplitudo maka
semakin keras suara tersebut.
• Warna nada atau kualitas nada bergantung pada nada
tambahan, yang bertanggung jawab atas perbedaan
karakteristik dalam suara.
Intensitas suara yang biasa didengar
• Daun telinga memiliki peranan dalam menangkap gelombang suara untuk nanti di teruskan ke dalam liang telinga dan dalam proses menentukan lokasi suara.
• Liang telinga mempunyai peranan dalam mengarahkan gelombang suara dari daun telinga ke membran timpani dan sebagai fungsi proteksi.
• Gendang telinga sebagai pembatas antara telinga luar dan telinga dalam dan mengalami pergerakan ketika terkena gelombang suara, pergerakan gendang telinga dipengaruhi oleh perbedaan tekanan atmosfir di luar dan di dalam telinga.
OTITIS EKSTERNA MALIGNA
Definisi
Infeksi agresif dan berpotensi mengancam nyawa yang berasal dari jaringan lunak telinga luar dan struktur sekitarnya, penyakit ini cepat menyebar ke daerah periostium dan tulang
dasar tengkorak.
Etiologi
• Pseudomonas aeruginosa
• Aspergillus
Epidemiologi
• Prevalensi diabetes pada otitis eksterna maligna lebih sering
90% sampai 100% dari 65% dari subyek menderita diabetes
pada sebuah penelitian dari 46 kasus otitis eksterna maligna
pasien.
• Setiap kondisi yang menyebabkan defisiensi sistem imun,
termasuk HIV / AIDS, aplasia akibat kemoterapi, anemia
refrakter, leukemia kronis, limfoma, splenektomi, neoplasia,
dan transplantasi ginjal, merupakan faktor prediposisi untuk
terinfeksi otitis eksterna maligna.
Patologi
• Infeksi berat yang berasal dari telinga luar dan meluas secara
progresif hingga timbul menjadi selulitis, kondritis, periostitis,
osteitis dan osteomielitis.
• Penyebaran infeksi melalui tulang dasar tengkorak dapat
menyebabkan neuropati kranial.
• Keterlibatan foramen stilomastoid akan menyebabkan
kelumpuhan wajah pada 25% pasien.
• Keterlibatan foramen jugularis akan menyebabkan defisit pada
saraf kranial IX, X, XI tetapi hal ini jarang ditemukan.
Patofisiologi
• Pasien yang mempunyai diabetes menunjukkan berkurangnya
reaksi kemotaksis dan fagositosis dari leukosit
polimorfonuklear, monosit, dan makrofag, yang mengawali
untuk tejadinya infeksi Pseudomonas aeruginosa.
• Faktor lain yang mungkin berperan seperti tingginya pH dari
serumen pada orang dengan diabetes.
• Infeksi dari liang telinga menyebar ke dasar tulang tengkorak
melalui celah Santorini.
Patofisiologi
• Setelah keluar dari kanal, infeksi menyebar ke medial ke
dalam sutura timpanomastoid, dan sekitar kanal vena dan
fasial planes.
• Jaringan padat dasar tulang tengkorak akan digantikan menjadi
jaringan granulasi, mengawali terjadinya proses penghancuran
tulang.
• Penyebaran infeksi yang progresif ke foramen dasar tulang
tengkorak akan menyebabkan neuropati kranial.
Patofisiologi
• Kelainan saraf yang paling sering terlibat adalah saraf fasial;
saraf dari foramen jugular ; saraf abdusen dan trigeminal;
saraf optik.
• Penyebaran infeksi pada sinus sigmoid akan menyebabkan
trombosis septik dari sinus sigmoid dan vena jugular interna ;
meningitis dan abses serebri.
• Osteomielitis bisa menyebar ke sisi kontralateral dan tulang
servikal dan akan mempengaruhi fossa infratemporal parotid,
dan leher yang mengawali pembentukan struktur dan abses.
Gejala Klinik
• Otalgia, terutama malam hari
• Telinga terasa penuh
• Otore atau cairan yang keluar dari telinga
• Gangguan pendengaran berupa tuli konduktif
• Sakit kepala
• Nyeri sendi temporomandibula
• Penurunan nafsu makan karena trismus
Diagnosis
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada keluhan berupa
otalgia, otore, jaringan granulasi dan resistensi terhadap
pemberian terapi lokal selama 8-10 hari; pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
• Pemeriksaan fisik ditemukan sekret yang purulen, bengkak,
tampak kemerahan, nyeri pada liang telinga luar, jaringan
granulasi di dasar liang telinga di persimpangan tulang dengan
tulang rawan, pembesaran kelenjar limfa periaural.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan eritrosit sedimen rate (ESR) dan C-protein
reaktif (CPR) akan menunjukkan peningkatan hasil pada
pasien yang tidak di terapi.
• CT scan high-definition tulang temporal akan menunjukkan
erosi tulang.
• MRI menunjukkan letak perlemakan pada ruang perikondilar.
• Technetium (Tc-99m) radio nuklida scan akan mendeteksi
keterlibatan tulang yang terinfeksi.
• Gallium (Ga-67) memonitor infeksi.
Axial CT scan pasien 63 tahun dengan diabetes dan otitis eksterna maligna pada telinga kiri; menunjukkan erosi tulang pada posterior saluran pendengaran eksternal dan koreteks mastoid.
Anterior dan posterior Tc 99m bone scan dengan methylene diphosphonate (MDP); menunjukkan peningkatan penyerapan di mastoid kiri.
Gallium scan; menunjukkan peningkatan aktivitas inflamasi di posterior daerah mastoid kiri (A) dan lateral kiri (B).
Penatalaksanaan
• Toilet lokal ke kanal auditori eksternal untuk mengontrol
jaringan granulasi dan nyeri lokal yang terjadi.
• Antibiotika yang sering digunakan adalah sifrofloksasin,
ticarcillin-clavulanat, piperacilin (dikombinasikan dengan
aminoglikosida), seftriakson, seftazidim, cefepime (maxipime),
tobramisin (kombinasi dengan aminoglikosida), gentamisin
(kombinasi dengan golongan penicillin).
• Intervensi bedah untuk menghilangkan sekuestra,
pengumpulan pus dan debridemen jaringan granulasi nekrotik.
Daftar Pustaka
• Helmi, Sosialisman, Hafil AF. Kelainan Telinga Luar. Dalam :
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher 6th ed. Jakarta :
Balai Penerbit FK-UI, 2009 : 63
• Carney SA. Malignant Otitis Externa. Dalam Buku Scott-Brown
Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery 7th ed. Volume 3. Great
Britain : Hodder Arnold, 2008 : 3336-41.
• Carfare MJ, Kesser BW. Malignant Otitis Eksterna. Dalam Buku
Otolaryngology Clinical and Anamnesis. North America : Elsevier
Saunders, 2008 : 537-49.
• Hansen JT. Head and Neck. Dalam Buku Netter’s Clinical Anatomy 2nd
ed. Philadelphia : Elsevier Saunders, 2010 : 400-2.
Daftar Pustaka
• Sherwood L. Ear : Hearing and Equilibrium. Dalam : Buku Human
Physiology From Cells to Systems. Canada : Brooks/Cole, Cengage
Learning, 2010 : 213-7.
• Sadler TW. External Ear. Dalam : Buku Langman’s Medical
Embriology 12th ed. Baltimore : Lippincott Williams & Wilkins, 2012
: 325-7.
• Diakses dari : http://emedicine.medscape.com/article/845525-
overview#a0199
• Bashiruddin J, Hendarmin H, Soetirto I. Gangguan Pendengaran
(Tuli). Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD .
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher 6th ed. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI, 2009: 10-13
• Diakses dari : http://emedicine.medscape.com/article/1948907-
overview#aw2aab6b3