document1

46
1. SHORTWAVE DIATHERMY (SWD) Pengertian SWD Terapi panas penentrasi dalam dengan menggunakan gelombang elektromagnetik frekuensi 27,12 MHz, panjang gelombang 11 m. Tujuan Pemberian SWD Memperlancar peredaran darah, mengurangi rasa sakit, mengurangi spasme otot, membantu meningkatkan kelenturan jaringan lunak, mempercepat penyembuhan radang. Penempatan/susunan elektroda • Kontraplanar ; paling baik, penentrasi panas kejaringan lebih dalam, dipermukaan berlawanan dengan bagian terapi. • Koplanar : elektroda berdampingan disisi sama dgn jarak elektroda adequat, pemanasan superficial, jarak antara ke2 elektroda >> lebar drpd elektroda • Cross fire treatment ; ½ terapi diberikan dgn elektroda 1 posisi, ½ terapi diberikan elektroda posisi lain, pemanasan jaringan dlm seperti untuk organ pelvis • Monoplanar : elektroda aktif diatas satu lesi, bila yang dituju local & dangkal Indikasi SW Kondisi peradangan dan kondisi sehabis trauma (trauma pd musculoskeletal), adanya keluhan nyeri pd sistem musculoskeletal (kodisi ketegangan, pemendekan, perlengketan otot jaringan lunak), persiapan suatu latihan/senam (untuk gangguan pada sistem peredarah darah) Kontraindikasi SWD Keganasan, kehamilan, kecendrungan terjadinya pendarahan, gangguan sensibilitas, adanya logam di dalam tubuh, lokasi yang terserang penyakit pembuluh darah arteri. Teknik aplikasi SWD Pre pemanasan alat 5-10 menit, jarak antara elektroda dengan pasien 5-10 cm/1 jengkal, durasi 15-30 menit, intensitas sesuai dengan aktualitas patologi, posisikan pasien senyaman mungkin, terbebas dari pakaian dan logam, tes sensibilitas, pasang

Upload: dedebojokursi

Post on 13-Jul-2016

64 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

fdgh

TRANSCRIPT

Page 1: Document1

1. SHORTWAVE DIATHERMY (SWD)

Pengertian SWDTerapi panas penentrasi dalam dengan menggunakan gelombang elektromagnetik frekuensi 27,12 MHz, panjang gelombang 11 m. Tujuan Pemberian SWDMemperlancar peredaran darah, mengurangi rasa sakit, mengurangi spasme otot, membantu meningkatkan kelenturan jaringan lunak, mempercepat penyembuhan radang.Penempatan/susunan elektroda• Kontraplanar ; paling baik, penentrasi panas kejaringan lebih dalam, dipermukaan berlawanan dengan bagian terapi. • Koplanar : elektroda berdampingan disisi sama dgn jarak elektroda adequat, pemanasan superficial, jarak antara ke2 elektroda >> lebar drpd elektroda • Cross fire treatment ; ½ terapi diberikan dgn elektroda 1 posisi, ½ terapi diberikan elektroda posisi lain, pemanasan jaringan dlm seperti untuk organ pelvis • Monoplanar : elektroda aktif diatas satu lesi, bila yang dituju local & dangkal

Indikasi SWKondisi peradangan dan kondisi sehabis trauma (trauma pd musculoskeletal), adanya keluhan nyeri pd sistem musculoskeletal (kodisi ketegangan, pemendekan, perlengketan otot jaringan lunak), persiapan suatu latihan/senam (untuk gangguan pada sistem peredarah darah)

Kontraindikasi SWDKeganasan, kehamilan, kecendrungan terjadinya pendarahan, gangguan sensibilitas, adanya logam di dalam tubuh, lokasi yang terserang penyakit pembuluh darah arteri.

Teknik aplikasi SWDPre pemanasan alat 5-10 menit, jarak antara elektroda dengan pasien 5-10 cm/1 jengkal, durasi 15-30 menit, intensitas sesuai dengan aktualitas patologi, posisikan pasien senyaman mungkin, terbebas dari pakaian dan logam, tes sensibilitas, pasang elektroda, pasien tidak boleh bergerak, intensitas dipertahankan sesuai dgn toleransi pasien.

2. MICROWAVE DIATHERMY (MWD)

Pengertian MWDSuatu aplikasi terapeutik dengan menggunakan gelombang mikro dlm bentuk radiasi elektromagnetik yg akan dikonversi dalam bentuk dengan frekuansi 2456 MHz dan 915 MHz dengan panjang gelombang 12,25 arus yang dipakai adalah arus rumah 50 HZ, penentrasi hanya 3 cm, efektif pada otot

Indikasi MWDSelektif pemanasan otot (jaringan kolagen), spasme otot (efektif untuk sendi Inter Phalangeal, Metacarpal Phalangeal dan pergelangan tangan, Rheumathoid Arthritis dan Osteoarthrosis), kelainan saraf perifer (neuralgia neuritis)

Page 2: Document1

Kontraindikasi MWDAdanya logam, gangguan pembuluh darah, pakaian yang menyerap keringat, jaringan yang banyak cairan, gangguan sensibilitas, neuropathi (timbul gangguan sensibilitas dan diabetes melitus), infeksi akut, transqualizer (alat pada pasien dengan gangguan kesadaran), sesudah rontgen (konsentrasi EM berkelebihan), kehamilan, saat menstruasi.

Efek fisiologis yang ditimbulkan dari pemberian MWDTerjadinya perubahan panas ; yang sifatnya lokal jaringan yang meningkatkan metabolisme jaringan lokal, meningkatkan vasomotion sehingga timbul homeostatik lokal yang akhirnya menimbulkan vasodilatasi. Perubahan panas secara general yang menaikkan temperatur pada daerah lokal.

Teknik aplikasi MWD: • Persiapan alat, tes alat, pre pemanasan 5-10 menit, jarak <10cm dari kulit • persiapan pasien : bebaskan dari pakaian dan logam, posisikan pasien senyaman mungkin, tes sensibilitas, jarak 5-10 cm, durasi 20-30 menit. alat 2456MHz, frekuensi terapi 3-5 x/minggu, intensitas 50-100 watt (toleransi pasien), dosis intensitas ditentukan oleh aktualitas patologi (aktualitas rendah : thermal, aktualitas sedang : subthermal, aktualitas tinggi : a thermal)

3. ULTRASOUND (US)

Pengertian USTerapi dgn menggunakan gelombang suara tinggi dgn frek 1 atau 3 MHz (>20.000 Hz).

Tujuan pemberian USMengurangi ketegangan otot, mengurangi rasa nyeri, memacu proses penyembuhan collagen jaringan (dipilih untuk jaringan kedalaman < dari 5 cm) Penentrasi terdalam dlm setiap media: • Tulang : penentrasi 7 mm pada frekuensi 1 MHz • kulit : penentrasi 36 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 12 mm • tendon : penentrasi 21 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 7 mm • Otot : penentrasi 30 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 7 mm • Lemak : penentrasi 165 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 55 mm • 3 MHz penentrasi : 1/3 dari frek 1 MHz • intensitas terapi : kontinu. intensitas rendah <0,3 W/cm², intensitas sedang 0,3-1,2 W/cm², intensitas kuat 1,2-3W/cm². untuk efek terapeutik 0,7-3 MHZ. • Frekuensi : untuk kasus pada kondisi subakut à waktu 3 menit, pengulangan 1x1hari, sehari 10x. Untuk kasus pada kondisi kronik à waktu 5-10 menit, pengulangan 1x1 hari atau 1x2 hari, sehari 12-18x. Metode US A. Kontak langsung : paling banyak digunakan ; perlu adanya media coupling (Gel, water oil, pasta analgetik, water). Syarat media coupling à harus steril, tidak terlalu cair, tidak terlalu mudah diserap tubuh, tidak menimbulkan flek/pekat. B. Kontak tidak langsung : sub aqual (dalam air) à di dalam air, hal ini dilakukan bila regio yang akan diterapi areanya kecil dan tidak rata permukaannya (trigger finger, Rheumathoid Arthtritis jari-jari. water pillow à kantong plastik/karet mengandung air, kontak dipermukaan tubuh tidak rata; medium antara sisi kantong – kulit, sisi kantong – tranduser. Teknik Aplikasi US • Sebelum terapi : lakukan assesment, tes sensibilitas, lokalisasi

Page 3: Document1

daerah terapi, tentukan metode (langsung/tidak langsung), beri penjelasan kepada pasien : “ bapak/ibu saya akan memberikan terapi Ultrasound nanti rasanya seperti dipijat dan sedikit hangat gunanya untuk memperbaiki jaringan yg rusak sehingga akan mengurangi nyeri” • Persiapan alat • Persiapan pasien Penatalaksanaan US • Berikan gel pada daerah yang akan diterapi • Ratakan gel dgn tranduser, nyalakan alat • Timer ditentukan dari = luas area dibagi dengan luas ERA • Intensitas ditentukan oleh aktifitas patologi : • aktivitas tinggi : dosis rendah (1-1,5 W/cm²) • aktivitas sedang : dosis sedang (1,5-2 W/cm²) • aktivitas rendah : dosis tinggi (2-3 W/cm²) • Intensitas/durasi : pada kondisi akut à intermiten ; pada kondisi kronik à continous • Ultrasound dengan air (untuk kasus sendi kecil dan permukaan tidak rata), penerapannya : Tidak langsung bersentuhan dengan air, jaraknya 1,5-2,5 cm • Untuk tranduser 1 MHz : penentrasi lebih dalam, tapi area konvergen 3x lebih kecil. Untuk tranduser 3 MHz : penentrasi lebih kecil tapi area konvergen 3x lebih besar. Efek US > Mekanis : menimbulkan efek micromassage -> dilatasi -> inflamasi> Thermal : menimbulkan efek panas tranduser lebih kecil dimana panas ringan sampai 5 cm (deep) dan lebih dominan pada continue.> Piezoelectric : perubahan muatan membran sehingga terjadi proses kimiawi di jaringan di sekitarnya> Biologis : menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah à meningkatkan sirkulasi darah -> meningkatkan permeabilitas dan regenerasi jaringan à menimbulkan rileksasi otot sehingga akan mengurangi nyeri.

Indikasi USkondisi peradangan dan traumatik sub akut dan kronik, adanya jaringan parut (scar tissue) pada kulit, kondisi ketegangan, pemendekan dan perlengketan jaringan lunak (otot, tendon, ligament). Kondisi inflamasi kronik ; oedema -> gangguan sirkulasi darah, contoh kasus yg termasuk indikasi Ultrasound : Rheumathoid Arthrosis, Osteoarthrosis Genu, Hernia Nucleus Pulposus, Low Back Pain, spasme cervical, tennis elbow, frozen shoulder.

Kontra indikasi USjaringan yang lembut (mata, ovarium, testis, otak), jaringan yang baru sembuh, jaringan/granulasi baru, kehamilan, pada daerah yang sirkulasi darahnya tidak adekuat, tanda-tanda keganasan, infeksi bakteri spesifik.

4. Transcutaneus Electrical nerve stimulation (TENS)

Pengertian TENS> Transcutaneus Electrical nerve stimulation (TENS) merupakan suatu cara penggunaan energi listrik guna merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri > Pada TENS mempunyai bentuk pulsa : Monophasic mempunyai bentuk gelombang rectanguler, trianguler dan gelombang separuh sinus searah; biphasic bentuk pulsa rectanguler biphasic simetris dan sinusoidal biphasic simetris; pola polyphasic ada rangkaian gelombang sinus dan bentuk interferensi atau campuran. > Pulsa monophasic selalu mengakibatkan pengumpulan muatan listrik pulsa dalam jaringan

Page 4: Document1

sehingga akan terjadi reaksi elektrokimia dalam jaringan yang ditandai dengan rasa panas dan nyeri apabila penggunaan intensitas dan durasi terlalu tinggi.

Tujuan pemberian TENSMemeilhara fisiologis otot dan mencegah atrofi otot, re-edukasi fungsi otot, modulasi nyeri tingkat sensorik, spinal dan supraspinal, menambah Range Of Motion (ROM)/mengulur tendon, memperlancar peredaran darah dan memperlancar resorbsi oedema

Frekuensi Pulsa• Frekuensi pulsa dapat berkisar 1 – 200 pulsa detik.• Frekuensi pulsa tinggi > 100 pulsa/detik menimbulkan respon kontraksi tetanik dan sensibilitas getaran sehingga otot cepat lelah • Arus listrik frekuensi rendah cenderung bersifat iritatif terhadap jaringan kulit sehingga dirasakan nyeri apabila intensitas tinggi. Arus listrik frekuensi menengah bersifat lebih konduktif untuk stimulasi elektris karena tidak menimbulkan tahanan kulit atau tidak bersifat iritatif dan mempunyai penetrasi yang lebih dalam.

Penempatan Elektroda• Di sekitar lokasi nyeri : Cara ini paling mudah dan paling sering digunakan, sebab metode ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa memperhatikan karakter dan letak yang paling optimal dalam hubungannya dengan jaringan penyebab nyeri • Dermatome :Penempatan pada area dermatome yang terlibat, Penempatan pada lokasi spesifik dalam area dermatome, Penempatan pada dua tempat yaitu di anterior dan di posterior dari suatu area dermatome tertentu• Area trigger point dan motor point

Indikasi TENSKondisi LMNL(Lower Motor Neuron Lesion) baru yang masih disertai keluhan nyeri, kondisi sehabis trauma/operasi urat saraf yang konduktifitasnya belum membaik, kondisi LMNL kronik yg sdh terjadi partial/total dan enervated muscle, kondisi pasca operasi tendon transverse, kondisi keluhan nyeri pada otot, sebagai irritation/awal dari suatu latihan, kondisi peradangan sendi (Osteoarthrosis, Rheumathoid Arthritis dan Tennis elbow), kondisi pembengkakan setempat yang belum 10 hari

Kontra Indikasi TENSSehabis operasi tendon transverse sebelum 3 minggu, adanya ruptur tendon/otot sebelum terjadi penyambungan, kondisi peradangan akut/penderita dlm keadaan panas

Prosedur TENS• Tingkat analgesia-sensoris : frekuensi 50-150 Hz, durasi pulsa <200 (60-100) mikrodetik • Tingkat analgesia untuk rasa nyeri : frekuensi 150 Hz, durasi pulsa >150 mikrodetik• Persipan pasien (kulit harus bersih dan bebas dari lemak, lotion, krim dll), periksa sensasi kulit, lepaskan semua metal di area terapi, jangan menstimulasi pada area dekat/langsung di atas fraktur yg baru/non-union, diatas jaringan parut baru, kulit baru.

5. PARAFIN BATH

Page 5: Document1

PengertianPengobatan panas superficial dgn modalitas rendaman hangat parafin.

TujuanPreliminary terhadap metoda intervensi lain (mobilisasi sendi, massage), memperlancar peredaran darah, mengurangi rasa sakit, menambah kelenturan jaringan perifer, lingkup gerak sendi, dipilih untuk tangan dan kaki.

Metode Aplikasi> Metode Deep : mencelupkan kaki/tangan kedalam cairan parafin bath -> terbentuk permukaan parafin padat dan tipis yang meliputi kulit -> tarik kembali -> ulang 8-10x -> sampai terbentuk sarung tengan tebal (mengisolasi bagian tubuh terhadap kehilangan panas) -> bungkus dengan handuk kering untuk mempertahankan panas -> lama 15-20 menit -> setelah itu sarung tangan parafin dilepas> Metode immersion : mencelupkan tangan/kaki secara terus-menerus kedalam cairan parafin -> terbentuk sarung tangan pada sekitar kulit -> lama 20-30 menit -> lebih efektif meningkatkan temperatur jaringan tapi resiko luka bakar> Metoda breshing : dengan menggunakan kuas -> untuk area yang tidak dijangkau (pinggang, hip, pada regio yang besar)

6. ULTRA VIOLET (UV)

PengertianPancaran gelombang elektromagnetik. Dengan panjang gelombang 1800A-4000A, dikelompokan : Far UV -> 1800-2900A, daya tembus -> stratum korneum; Near UV -> 2900-4000A, daya tembus -> stratum spinosum > Upaya pengobatan modalitas sinar superficial dgn menggunakan sinar ultra violet gelombang panjang (UV B) atau gelombang pendek (UV A)> UV A (3450-4000A) tanning (pewarnaan) dengan sedikit eritema kulit, immediate banyak terjadi, tidak semua orang tampak pada penyinaran 1 jam, hilang dalam beberapa hari> UV B (2800-3150A): uremik pruritus, eritema kulit, terbakar> UV C (1800-2800 A)> Struktur kulit dari kulit paling luar ke dalam àlapisan dermis : stratum korneum/lapisan tanduk, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, stratum basale(pigmen); lapisan dermis : pars papilare & pars retikularis; Lapisan subkutis.

Tujuan Pemberian UVUntuk meningkatkan sistem pertahanan tubuh, mempercepat penyembuhan luka terbuka, penyembuhan penyakit kulit tertentu

Page 6: Document1

• Efek lokal o Erytema, adalah kemerah-merahan pada kulit dan merupakan hal pertama yang dapat diobserfasi sebagai efek penggunaan UV. Eritema dicapai sekitar 24 jam kemudian, eritema merupakan hasil stimulasi reaksi inflamasi oleh sinar UV. UV dapat menyebabkan iritasi dan perubahan degeneratif pada jaringan epidermis. Stimulasi tersebut merupakan respon dilatasi kapiler, arterioler dan eksudasi (pengaliran cairan) pada jaringan.o Pigmentasi à merupakan peningkatan pigmen melanin yg dibentuk oleh melanoblast yang berpindah kelapisan lebih superficial pada epidermis. UV dpt mempercepat produksi melanin melalui stimulasi produksi enzim tyrosinase pada melanoblasto Desquamasi adalah pengelupasan sel-sel kulit mati yang terjadi pada jaringan kulito Pertumbuhan sel-sel epitel adalah peningkatan sebagai bagian dari proses perbaikan jaringan dimana sel-sel basal berpindah ke sel-sel diepidermis• Efek antibiotik, merupakan efek destruktif akibat radiasi UV terhadap virus, bakteri dan organisme-organisme kecil pada permukaan kulit

Indikasi UVradikal general -> penderita dengan kondisi tubuh rendah (alergi, asmatis, bronchitis), anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan dan aktivitas (anak premature, Cerebral Palsy)Radiasi lokal -> penyakit kulit karena jamur, luka lama (decubitus), hipopigmentasi (bekas luka terbakar), acne vulvagaris

Kontra Indikasi UVPenyakit yang akut (TBC, paru, dermatitis, exim), penderita yang sedang mendapat radioterapi, penderita alergis terhadap sinar UV, sensitiser (adanya kemungkinan penderita menjadi sensitive terhadap sinar UV setelah pengobatan dengan obat-obatan tertentu, misal : sulfa, insuline, thyroid extract, kinine, gold therapy

Derajat Eritema UV- Derajat I : MED (Minimal Erytema Dosage), dosis UV yang dalam beberapa jam menyebabkan eritema minimal, dimana untuk menentukan dosis terapi, periode laten 6-8 jam, hilang 24-36 jam, iritasi berkurang & pengelupasan kulit berkurang- Derajat II : 2,5 MED, periode laten 4-6 jam, menghilang 48-96 jam, sedikit iritasi dan pengelupasan kulit.- Derajat III : 5 MED, periode laten 3-4 jam, menghilang 6-10 hari, panas, nyeri, oedem, pengelupasan kulit, mirip luka bakar, pigmentasi menambah- Derajat IV : 10 MED, periode laten 2 jam, menetap selama beberapa hari, hilang sampai 2 minggu

Prosedur penggunaan UVDosis :

Page 7: Document1

• Untuk radiasi general -> dosis : sub erytema, pengulangan 1x1 hari, 1 seri 12x• Untuk radiasi lokal -> dosis E II pengulangan 3 hari 1x, E III pengulangan 3 minggu 1x, E IV pengulangan 2 minggu 1x

Teknik aplikasiSebelum terapi dilakukan tes MED (Minimal Erytema Dosage). Posisikan pasien senyaman mungkin, tutup semua bagian kecuali area yang akan di tes, bersihkan dulu dengan alkohol. Area yang akan diterapi diberi karbon hitam yang ada lobangnya, area lain ditutup rapat, untuk terapis pakai kacamata. Timer dlm detik, alat tegak lurus pd kulit, jarak lampu dari kulit 60-90 cm.

3

Page 8: Document1

DAFTAR ISI No. Isi Halaman 1 Kata Pengantar ............................................................................................. 2 2 Daftar Isi ...................................................................................................... 3 3 Definisi ......................................................................................................... 4 4 Tujuan Instruksional ..................................................................................... 4 5 Sasaran Pembelajaran ................................................................................... 4 6 Sumber Pembelajaran ................................................................................... 4 7 Sumber Daya ................................................................................................ 4

Page 9: Document1

8 Ruang Lingkup ............................................................................................. 5 9 Alat Dan Kelengkapan ................................................................................. 5 10 Pengendalian Dan Pemantauan .................................................................... 5 11 Pelaksanaan .................................................................................................. 6 12 Pemeriksaan Otot Dengan Strength Duration Curve (SDC) ........................ 6 13 Terapi IDC / Galvanik ................................................................................. 7 14 Terapi Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (Tens) ......................... 8 15 Terapi Faradik .............................................................................................. 8 16

Page 10: Document1

High Voltage Pulsed Current, Interferential Current ................................... 10 17 Terapi Short Wave Diathermy (SWD) ......................................................... 10 18 Ultra Sound Therapy (US) ........................................................................... 12 19 Penerapan Continous Passive Movement Machine (CPM) ........................ 13 20 Traksi Cervical ............................................................................................. 14 21 Terapi Traksi Lumbal ................................................................................... 14 22 Tindakan Intermitten Vacuum And Compression Therapy ......................... 15 23 Terapi Inhalasi .............................................................................................. 16 4 Definisi

Page 11: Document1

Praktikum elektrofisika dan sumber fisis merupakan praktik penatalaksanaan penggunaan atau aplikasi modalitas elektroterapi yang akan diterapkan pada pasien dalam rangka proses fisioterapi yang diindikasikan sesuai kondisi pasien yang membutuhkan. Tujuan instruksional Setelah mempelajari praktikum ini setiap mahasiswa/i diharapkan mampu dan memahami: 1.Pengertian dan penggunaan elektroterapi 2.Perubahan dan fenomena elektrik dalam tubuh manusia 3.Efek terapeutik elektroterapi terhadap aktifitas kelistrikan dan perubahan fisiologi tubuh manusia terkait dengan efek terapi 4.Pembagian zona concentric menurut Charman 5.Jenis-jenis transpor pada membran sel 6.Perubahan permukaan sel terhadap keseimbangan ion 7.Perbedaan potensial (resting membrane potential) pada jaringan yang berbeda 8.Tahapan healing process dalam kaitan dengan aplikasi elektroterapi 9.Petunjuk dasar dalam aplikasi elektroterapi Sasaran Pembelajaran Sasaran pembelajaran praktikum elektrofisik

Page 12: Document1

a dan sumber fisis adalah mahasiswa S1 Fisioterapi semester 2 dan 3 Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul Sumber Pembelajaran Sumber pembelajaran yang digunakan sebagai rujukan adalah: A.Buku teks B.Narasumber 1.Dosen mata kuliah 2.Para pakar dan ahli bidang elektrofisika dan sumber fisis Sumber Daya 5 A.Sumber daya manusia 1.Dosen pemberi kuliah pengantar : 2 orang 2.Instruktur keterampilan : 2 orang B.Sarana dan Prasarana 1.Ruang klinik fisioterapi 2.Ruang praktikum elektrofisika dan sumber fisis Ruang Lingkup Ruang lingkup praktikum elektrofisika dan sumber fisis mempelajari tentang praktik dan aplikasi penggunaan alat berikut : 1.Pemeriksaan Otot Dengan Strength Duration Curve (SDC)

Page 13: Document1

2.Terapi IDC / Galvanik 3.Terapi Trans Cutaneus Nerve Stimulation (TENS) 4.Terapi Faradik 5.High Voltage Pulsed Current dan Interferential Current 6.Terapi Short Wave Diathermy (SWD) 7.Ultra Sound Therapy (UST) 8.Penerapan Continous Passive Movement Machine (CPM) 9.Traksi Cervical 10.Terapi Traksi Lumbal 11.Tindakan Intermitten Vacuum And Compression Tharapy 12.Terapi Inhalasi Alat dan Kelengkapan 1.Bed 2.Perangkat alat elektrofisika dan sumber fisis Pengendalian dan Pemantauan1.Absensi mahasiswa dan dosen yang telah ditanda tangani 2.Format penilaian responsi elektrofisika da

Page 14: Document1

n sumber fisis yang telah ditanda tangani dan diberi nama jelas instruktur yang menilai dan peserta didik yang bersangkutan 3.Pedoman penilaian pencapaian kompetensi 6 Pelaksanaan Mahasiswa diajarkan prosedur penatalaksanaan alat-alat berikut ini: A.PEMERIKSAAN OTOT DENGAN STRENGTH DURATION CURVE (SDC) Memastikan tidak ada kontra indikasi dan menentukan indikasi SDC: 1.Kelumpuhan otot akibat trauma atau penyakit seperti Bell’s Palsy 2.Brachial palsy 3.Peripheral Nerve Lesion 4.Monoparesis post poliomyelitis 5.Myopathy 6.Neuropathy atau Radiculopathy Melaksanakan prosedur pemeriksaan SDC: 1Daerah yang akan diperiksa dengan SDC harus bebas dari pakaian, diposisikan semifleksi untuk memudahkan terjadinya kontraksi otot. 2Pilih metoda pemeriksaan dengan motor poin atau origo insersio.

Page 15: Document1

3Elektrode dibasahi dengan air hingga lembab. 4Elektrode difiksasi anode pada origo dan katoda pada insersio otot, atau katode aktif pada motor point otot. 5Mesin dihidupkan, mulai dengan rectangular, durasi dari 1000ms dan intensitas perlahan-lahan dinaikkan hingga terjadi kontraksi otot minimal yang terlihat dan teraba. 6Diteruskan dengan durasi lebih rendah secara bertahap 7Dilanjutkan dengan arus triangular, durasi 0,01ms dan intensitas perlahan-lahan dinaikkan hingga terjadi kontraksi ototminimal yang terlihat dan teraba. 8Diteruskan dengan durasi lebih tinggi secara bertahap 9Catat semua hasil rekam, tentrukan nilai chronaxion, optimal duration, accomodation quotient. 10Tetapkan diagnosis, jenis arus dan dosis terapi yang direkomendasikan. 7 B.TERAPI IDC / GALVANIK Memastikan tidak ada kontraindikasi dan menentukan indikasi terapi IDC:

Page 16: Document1

1.Kondisi lower motor neuron lesion baru yang masih disertai keluhan nyeri 2.Kondisi sehabis trauma atau operasi urat saraf yang konduktifitasnya belum membaik 3.Perlu pemeriksaan E.M.G 4.Kondisi lower motor neuron lesion kronik yang sudah terjadi partial/total dennervated muscle 5.Kondisi pasca operasi tendon transverse 6.Kondisi keluhan nyeri pada otot 7.sebagai counter irritation atau awal dari suatu latihan (preliminary exercise) 8.Kondisi peradangan sendi orteoarthritis 9.Rheumatoid arthritis 10.Tennis elbow 11.Kondisi pembengkakan setempat (local oedema) yang belum sepuluh hari Melaksanakan prosedur penerapan IDC: 1.Mesin Galvanik dan elektrode disiapkan dengan dibasahi air hingga lembab, 2.

Page 17: Document1

Pasien/klien diposisikan stabil dan rileks tiduran atau duduk. 3.Anggota badan yang diobati tersangga dengan baikdalan posisi relax atau semifleksi 4.Bagian badan /anggota yang akan di terapi, kulitnya dicuci dengan sabun sampai bersih dan keringkan. 5.Tes sesansi tajam-tumpul pada kulit yang akan dites. 6.Pemasangan elektoda : satu pad elektroda positif pada origo dari pada otot, atau elektroda negatif berupa pad/button padainsertio dari pada otot tersebut. 7.Jenis arus listrik yang dipakai ialah jenis: InterruptedDirect Current. 8.Khusus nyeri kronik, dengan dua buah pada elektroda through and through atau longitudinal: dipilih jenis arus direct current 9.Khusus untuk memasukkan ion obat, dua buah pad elektroda dipadang longitudinal, dengan anoda (electrode postif pada daerah proximalnya; sistem ini disebut an elektro poresis. 10.Untuk modulasi nyeri dapat digunaka beberapa jenis arus: Diadymanis, Ultra Reiz, TENS, atau HPVC.

Page 18: Document1

8 C.TERAPI TRANSCUTANEUS ELEKTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) Memastikan tidak ada kontraindikasi dan menetapkan indikasi terapi TENS: 1.Nyeri myofascial 2.Nyeri sendi 3.Nyeri benigne lainnya 4.Adanya pembengkakan local / setempat pada anggota gerak 5.Otot yang memendek atau perlengketan. Melaksanakan prosedur penerapan TENS : 1.Mesin LFC dengan TENS dan elektrode disiapkan dengan dibasahi air. 2.Pasien/klien diposisikan stabil dan rileks tiduran atau duduk. 3.Diintruksikan kepada pasien/klien untuk tidak bergerak selama terapi. 4.Tubuh atau anggota badan yang diobati tersangga dengan baik dalan posisi relax atau semifleksi. 5.Bagian badan atau anggota yang akan diterapi, kulitnya dicuci dengan sabun sampai bersih dan keringkan.

Page 19: Document1

6.Tes sesansi tejam-tumpul pada kulit lokasi yang akan di terapi. 7.Pemasangan electrode: satu berupa pad electrode pada nerve trunk, elektrode aktif ditempatkan pada pusat nyeri, atau elektrodedipasang kontra planar, atau coplanar. 8.Dosis diberikan sub pain atau pain level. 9.Monitoring evaluasi selama terapi: 10.Pasien/klien dipastikan tidak bergerak selama sesi terapi, intensitas dipertahankan sesuai dengan dosis awal. D.TERAPI FARADIK Memastikan tidak ada kontraindikasi dan menetapkan indikasi terapi faradisasi: 1.Otot yang layuh (Lower Motor Neuron Lesion) dengan nilai otot dibawah normal 2.Bila karena trauma pada urat saraf yang perlu pemeriksaan electro Myography (E.M.G) 9 3.Untuk mengetahui tingkat kerusakan komplit atau partial 4.Kelemahan otot karena adanya penyakit atau karena otot lama tidak berfungsi (disuse atrophy) dengan nilai otot dibawah 3

Page 20: Document1

5.Otot yang tidak mampu berkontraksi karena nyeri yang sangat, misal sehabis trauma 6.Otot yang dipindahkan tendonnya/fungsinya (tendon transver), 3 minggu sesudah operasi 7.Adanya pembengkakan local / setempat pada anggota 8.Otot yang memendek atau berlengketan (contracture) Menentukan dosis : 1.Intensitas: 2 – 60 mA (kontraksi optimal), durasi: 0.01 – 1 msc 2.Waktu : tiap satu motor point pada otot perlu 30 – 90 kali rangsangan, dengan waktu 1 – 3 menit 3.Pengulangan : umumnya 1 kali 1 hari, khusus no. 1,2 dan 4 bila otot telah mencapai nilai 2 cukup satu kali 2 hari 4.Seri : 5-10 kali. Melaksanakan prosedur penerapan faradisasi : 1.Mesin Faradik dan elektrode disiapkan dengan dibasahi air 2.Pasien/klien diposisikan stabil dan rileks tiduran atau duduk 3.

Page 21: Document1

Diintruksikan kepada pasien/klien untuk tidak bergerak selama terapi 4.Anggota badan yang diobati tersangga dengan baik dalan posisi relax atau semifleksi 5.Bagian badan atau anggota yang akan diterapi, kulitnya dicuci dengan sabun sampai bersih dan keringkan 6.Tes sesansi tejam-tumpul pada kulit lokasi yang akan di terapi. 7.Pemasangan electrode : satu berupa pad electrode padanerve trunk, satu lagi berupa button electode tiap-tiap motor pain pionetotot, dipindah-pindahkan dengan selalu dipegang. 8.Kontraksi yang timbul optimal untuk mendidik atau untuk penguatan. 9.Penderita perlu mengikuti setiap rangsangan dengan suatu usaha kontraksi otot. 10.Khusus indikasi no. 5, anggota/otot yang hendak diterapi dibalut tekan dengan perban elastis dan dielevansikan. 11.Khusus indikasi no. 6, otot yang dirangsang diposisikan dalam keadaan terulur. 10 12.Monitoring evaluasi selama terapi :

Page 22: Document1

13.Pasien/klien dipastikan tidak bergerak selama sesi terapi, intensitas dipertahankan sesuai dengan dosis awal. 14.Pasien/klien mengeluh kurang/tidak merasa atauterlalu sakit, cek intensitas dan amati respon. 15.Pasien/klien mengeluh tidak tahan posisi elektroda, maka perlu modifikasi pemasangan. 16.Pasien/klien mengeluh pusing-pusing atau timbul gejala lain terapi dihentikan, bila banyak keringat dipersilahkan segera minum.Selesai sesi terapi: Intensitas diturunkan sampai minimal/ angka nol., Elektrode yang menempel di tubuh pasien/klien dilepas, Mesin digeser dijauhkan dari tubuh pasien/klien., Pasien/klien diinstruksikan meninggalkan tempat terapi dan Tindakan terapi, respon pasien/klien, kondisi alat, modifikasi, tindakan pengamanan dll. dicatat dalam lembar dokumen (status) pasien/klien. E.HIGH VOLTAGE PULSED CURRENT, INTERFERENTIAL CURRENT Catatan: Laksanakan prosedur penerapan seperti pada TENS. Laksanakan prosedur untuk kasus lymph oedeme. Laksanakan prosedur untuk kasus kontraktur otot.

Page 23: Document1

F.TERAPI SHORT WAVE DIATHERMY (SWD) Memastikan tidak ada kontra indikasi dan memastikan indikasi terapi SWD: 1.Kondisi peradangan dan kondisi sehabis trauma tahap akut, sub-akut dan kronis 2.Trauma pada sistem musculoskeletal 3.Adanya keluhan nyeri pada sistem muskuloskeletal 4.Kondisi ketegangan, pemendekan, perlengketan otot jaringan lunak Persiapan suatu latihan / senam 6.Gangguan pada sistem peredaran darah Melaksanakan prosedur penerapan SWD : 1.Mesin SWD dipanaskan preaplikasi selama 5 menit. 2.Klien diposisikan stabil dan rileks tiduran / duduk. 3.Diintruksikan untuk tidak bergerak selama terapi. 4.Tes perasaan kulit terhadap panas – dingin. 5.Penentuan dosis intensitas dan durasi tergantung: a.Aktualitas patologi rendah (intensitas tinggi) b.Aktualitas patologi tinggi (Dosis rendah) 6.Metode pemasangan elektrode:

Page 24: Document1

a.Through and trough: untuk local dan dalam. b.Cross–fire: untuk suatu daerah organ yang berongga atau pelvis. c.Longitudinal: area dangkal–luas/memanjang. d.Monopolar : untuk jaringan local dan dangkal. e.Cable method, yang dituju daerah atau anggota berupa selinder memanjang. 7.Monitoring evaluasi selama terapi: a.Pastikan tidak bergerak selama sesi terapi. b.Bila tidak hangat, cek intensitas dan resonansi, tes dengan tabung neon. c.Bila kepanasan, intensitas diturunkan sampai minimal, ditunggu sampai rasa panas hilang, kemudian dinaikkan mencapai intensitas 75% dosis awal. d.Bila mengeluh pusing-pusing atau timbul gejalalain terapi dihentikan, bila banyak keringat dipersilahkan segera minum. 8.Selesai sesi terapi: a.Intensitas diturunkan sampai nol. b.Elektrode yang menempel di tubuh dilepas. c.

Page 25: Document1

Tindakan terapi, respon pasien/klien, kondisi alat, modifikasi, tindakan pengamanan dll. dicatat dalam lembar dokumen (status) pasien/klien. 12 G.ULTRA SOUND THERAPY (US) Memastikan tidak ada kontra indikasi dan menetapkan indikasi terapi Ultra sound: 1.Kondisi peradangan sub akut dan kronik 2.Kondisi traumatic sub akut dan kronik 3.Adanya jaringan parut (scar tissue) pada kulit sehabis luka operasi atau luka bakar 4.Kondisi ketegangan, pemendekatan dan perlengketan dan perlengketan jaringan lunak (otot, tendon, dan ligamentum) 5.Kondisi inflamasi kronik Melaksanakan prosedur penerapan: 1.Mesin US disiapkan, transducer diuji dengan air 2.Pasien/klien diposisikan stabil dan rileks. 3.Lokasi bagian tubuh yang akan terapi terbebas dari pakaian, posisi terapi yang nyaman tersangga. 4.Diintruksikan untuk tidak bergerak selama terapi. 5.

Page 26: Document1

Gunakan cairan sonogel atau media lain (air, gel diklofenak/piroksikam, dan lain lain) sebagai media penghantar atau under water. 6.Hidupkan mesin, pilih menu US, continous atau pulse, pilih frekwensi pulse. 7.Pilih dosis waktu sesuai dengan luas daerah yang diobati 1menit/cm2, dosis intensitas 1 - 3 W/cm2 sesuai dengan aktualitas patologi. 8.Sambil dilakukan fiksasi atau peregangan anggota yang diobati, transducer digerakkan secara longitudinal atau sirkular. 9.Periksa hasil intervensi dengan instrumen pengukuran yang sesuai misalnya tonus, nyeri. 10.Setelah selesai pengobatan bersihkan sisa gel dari permukaan yang diobati dan pada transducer kemudian alat dimatikan. 11.Pemberian ultrasonic kebanyakan dikombinasi dengan mekanoterapi. 13 H.PENERAPAN CONTINOUS PASSIVE MOVEMENT MACHINE (CPM) Melaksanakan prosedur pemeriksaan mob

Page 27: Document1

ilitas sendi sebelum terapi meliputi: 1.Active dan Passive Range of movement 2.End feel/restriction 3.Tes stabilitas sendi Memastikan tidak ada kontra indikasi dan menetetapkan indikasi penerapan CPM.: 1.Pasca operasi joint replacement 2.Kontraktur sendi pasca immobilisasi atau pasca operasi 3.Kontraktur pasca kombustio Melaksanakan prosedur penerapan CPM: 1Cek alat CPM yang akan digunakan meliputi jenis perlengkapan engsel (sendi CPM), fixator dan cuff 2Pasien diberikan posisi yang nyaman dan stabil, periksa luka sendi dan bagian yang diobati, lakukan gerak pasif pelahan hingga diperoleh nilai ROM yang telah dicapai. 3Anggota dan sendi yang akan diobati diletakkan pada alat dengan posisi sendi sesuai dengan sendi alat CPM. 4Pasien diberitahu pengobatan yang dilakukandan diminta untuk memberitahu segera bila nyeri berat atau sudah tidak berpengaruh terhadap ROM.

Page 28: Document1

5Posisikan mesin CPM dengan tepat sesuai dengan treatment yang akan dilakukan, fiksasi tulang (bagian) yang statik dan bagian yang dinamik. Atur ROM sesuai dengan ROM sendi yang telah dicapai. 6Hidupkan mesin naikkan kecepatan dari kecepatan rendah hingga kecepatan yang diinginkan. 7Setiap 15 menit diperiksa ROM yang telah dicapai untuk ditingkatkan secara bertahap. 8Mesin dimatikan setelah waktu pengobatan selesai, misal 60 menit. 14 I.TRAKSI CERVICAL Memastikan tidak ada kontra indikasi dan menentukan indikasi traksi cervical: 1.Penekanan radiks 2.Proses degenerasi discus intervertebralis / vertebrae 3.Proses klasifikasi dari tendon, otot, ligamentum discus intervertebralis Melaksanakan prosedur penerapan traksi cervical: 1.Mesin dan perangkat traksi disiapkan, diuji coba fungsi dan kinerjanya.

Page 29: Document1

2.Pasien/klien diposisikan stabil dan rileks tiduran terlentang di bed-traksi, bantal di bawah kepala fleksi kepala 20 – 30 derajat untuk kasus facets atau lordosis dengan ganjal handuk untuk kasus discus. 3.Diintruksikan kepada pasien/klien untuk tidak bergerak selama terapi. 4.Ukur tensi, pulse, berat badan, tentukan beban tarikan. 5.Pasang cervical belt dengan tepat, tidak mencekik dan tidak terlalu longgar di bawah dagu. 6.Atur dosis traksi beban 20-30% berat badan dan beban saat istirahat 5-10% BB,waktu total 15-30 menit dengan Hold 5-10detik, rest 5-10 detik. 7.Kontrol selama traksi: diperhatikan mimik, mata, pernafasan . Bila timbul keluhan pusing, mual atau kesadaran menurun maka traksi segera dihentikan dan dilakukan pemeriksaan tanda fital. J.TERAPI TRAKSI LUMBAL Memastikan tidak ada kontra indikasi dan menetapkan indikasi traksi lumbale: 1.Penekanan radiks lumbal. 2.Proses degenerasi discus intervertebralis / vertebrae lumbal

Page 30: Document1

3.Proses klasifikasi dari tendon, otot, ligamentum discus intervertebralis. Melaksanakan prosedur penerapan traksi lumbal: 1.Mesin dan perangkat traksi disiapkan, diuji coba fungsi dan kinerjanya. 15 2.Timbang berat badan, tentukan beban. 3.Pasien/klien diposisikan stabil dan rileks tidur terlentang di bed-traksi, bantal di bawah kepala dan di bawah lutut/betis untuk kasus facets dan gulungan handuk dibawah lumbale untuk kasus discus. 4.Diintruksikan kepada pasien/klien untuk tidak bergerak selama terapi. 5.Pasang traction belt satu pada pelvic, satu lagi pada torak, tepat tidak terlalu kencang dan tidak terlalu kendor. 6.Kontrol bila tak enak atau sesak nafas. 7.Dosis beban total 50-60%BB, Hold 20-30%BB, waktu total 15-30 menit dengan Hold 15-30 detik dan rest 15-30 detik atau kontinyu. 8.Setelah selesai terapi tak boleh segera bangkit atau bergerak. 9.

Page 31: Document1

Kontrol terhadap keluhan nyeri yang tiba-tiba meningkat, gejala radikuler, traksi dihentikan untuk pemeriksaan gejala yang timbul. K.TINDAKAN INTERMITTEN VACUUM AND COMPRESSION THARAPYMemastikan tidak ada kontra indikasi dan menetapkan indikasi intermittent Vacuum and compression therapy: 1.Arterial disease (Intermittent claudication, gangrene) 2.Lymph/venous oedeme kaki dan/atau anggota gerak bawah 3.Lymph/venous oedeme tangan dan/atau anggota gerak atas Melaksanakan prosedur penerapan intermittent compression therapy: 1.Lakukan tes mesin dan perlengkapan yang akan digunakan. 2.Lenngan atau tungkai yang diobati dimasukkan dalam tebung. 3.Pasang ring pneumatic yang tepat ukurannya. 4.Cek kontak arus input dari listrik ruangan ke alat 5.Atur tekanan inflation <diastole (mis 80 mmhg) dan vacuum minus 1 atm, anggota bawah tekanan >anggota atas. 6.Durasi inflation 10 " – 120 " vacuum 10” – 60” Periksa hasil intervensi dengan instrumen pengukuran yang sesuai misalnya tonus,

Page 32: Document1

nyeri dll. Pengawasan terhadapn nyeri dan pembengkakan L.TERAPI INHALASI Memeragakan pemeriksaan kardiopulmonal untuk mendeteksi adanya batuk, obstruksi, dan akumulasi sputum. Menentukan indikasi: 1.Allergic hypersensitive bronchitis 2.Asthma bronchial 3.Chronic Obstructive Pulmonary Disease 4.Akumulasi sputum dan/atau kental Laksanakan prosedur aplikasi: 1.Dilakukan proses sterilisasi dan penggunaan disposible mouth piece. 2.Cek dan isi aquadest dengan obat yang diperlukan pada tabung inhalator. 3.Pasien diberikan tiduran posisi nyaman atau semi fowler, mouth piece difikasasi atau dipegang hingga pasien dapat menghisap dengan nyaman. 4.Hidupkan mesin, atur waktu 10 menit, naikkan intensitas hingga uap keluar dari mouth piece. 5.Pasien diberitahu cara menghirup uap dengan benar, agar memberitahu hal-hal

Page 33: Document1

penting seperti sesak, pusing/vertigo, sakit kepala, mual, dll agar memberitahu. 6.Kontrol frekuensi dan irama pernafasan, denyut nadi dan tanda kesadaran serta peringanatan yang diberikan pasien atau keluarganya. 7.Selesai inhalasi mesin dimatikan dan alatdilepas, kemudian dilakukan latihan pernafasan dan postural drainage