16-saiful-anshari-fp

12

Click here to load reader

Upload: cruz

Post on 28-Jun-2015

116 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 16-Saiful-Anshari-FP

PENGARUH PEMBERIAN JENIS PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA LOBSTER AIR TAWAR (CHERAX QUADRICARINATUS)

Saiful Anshari * dan G. Nugroho Susanto ** * Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Unila ** Jurusan Biologi FMIPA Unila [email protected] Abstrak Lobster air tawar jenis red claw, Cherax quadricarinatus merupakan anggota Crustacea yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam akuakultur. Dalam usaha budidaya khususnya pada pemeliharaan larva, pakan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jenis pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva, sehingga dapat memberikan hasil pertumbuhan lobster yang terbaik dan tepat.

Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan pakan : cacing darah (blood worm), pelet, wortel, tauge dan tiap perlakuan 3 ulangan. Penelitian dilaksanakan bulan September–November 2008 di laboratorium penelitian biologi akuatik gedung MIPA terpadu. Larva lobster dipelihara dalam akuarium ukuran 15x15x15 cm3 dengan kepadatan 10 ekor/ 2,25 liter air dan diberi pakan ad libitum.

Hasil penelitian menunjukkan pemberian jenis pakan cacing darah (blood worm) memberikan hasil pertumbuhan yang paling baik dengan pertambahan rerata berat tubuh 271,87 mg, panjang total 0,97 cm, dan panjang cepalothorax 0,54 cm, dibanding jenis pakan lain : pelet, wortel, dan tauge selama 1,5 bulan pemeliharaan di dalam akuarium. Dari hasil analisis jenis pakan yang diberikan pada larva lobster air tawar memberikan pengaruh terhadap pertumbuhannya, tetapi tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidupnya. Hasil pengukuran kualitas air (parameter fisika dan kimia) memperlihatkan kualitas air media pemeliharaan cukup menunjang kehidupan larva lobster air tawar. Keywords: diet, growth rate, survival rate, freshwater crayfish (Cherax quadricarinatus) PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lobster air tawar jenis Cherax quadricarinatus atau red claw, berasal dari daerah tropis yang tersebar di sekitar Utara Australia. Penyebaran ini membuat lobster tahan terhadap berbagai kondisi dan cuaca (Wiyanto dan Hartono, 2003). Kelebihan lain dari lobster ini adalah lebih tahan terhadap penyakit, pemberian pakannya relatif mudah, pertumbuhannya relatif lebih cepat, dan memiliki daging dengan tekstur dan rasa yang tidak kalah dengan lobster air laut. Karena sifat-sifat itulah lobster air tawar bernilai komersial tinggi dan layak dibudidayakan (Wie, 2006). Keberhasilan budidaya lobster bukan hanya dalam kegiatan pembenihan dan pembesaran, melainkan juga pada kegiatan pendederan dengan waktu yang relatif singkat selama 90 hari dan larva lobster yang dihasilkan berukuran 3 – 5 cm dengan bobot 2 – 6 gram (Maskur, 2005). Selama masa pendederan, larva lobster akan tumbuh dan berkembang dengan cepat, baik panjang, lebar, dan berat tubuhnya. Pertumbuhan yang dialami larva tersebut tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah pakan, kepadatan larva, dan kualitas air. Dari ketiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tersebut, pakan merupakan salah satu komponen dalam budidaya yang sangat besar peranannya sebagai faktor penentu pertumbuhan maupun dari segi biaya produksi (Affandi dan Tang, 2002). Mengingat lobster termasuk hewan

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 2: 16-Saiful-Anshari-FP

A-139

pemakan segala (omnivora), maka lobster dapat diberi pakan berbagai jenis pakan hewani dan nabati, baik berupa pakan alami maupun pakan buatan (Iskandar, 2003). Dari berbagai jenis pakan yang dapat diberikan pada lobster tersebut, perlu diketahui seberapa besar pengaruh jenis pakan yang diberikan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup (survival rate) larva lobster air tawar. B. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh pemberian jenis pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva lobster air tawar sehingga dapat memberikan hasil terbaik dan tepat. C. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H0; Pada selang kepercayaan 95%, tidak ada jenis pakan yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva lobster air tawar. H1; Pada selang kepercayaan 95%, minimal ada satu jenis pakan yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva lobster air tawar. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2008 di laboratorium penelitian Biologi Akuatik Gedung MIPA Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. B. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium larva 15 x 15 x 15 cm3 12 buah, aerator, shelter, termometer, DO meter, pH meter, timbangan digital (Ohous), selang kecil 1cm, pisau pemotong, pemarut, penggaris, ember, saringan, wadah penimbangan 13 buah, tissue, dan kain lap. Sedangkan bahan yang digunakan terdiri dari larva lobster berumur 22 hari, dan pakan (cacing darah/blood worm, pelet, wortel, dan tauge). C. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian Desain berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan 3 ulangan. Selanjutnya dilakukan analisis ragam uji F pada taraf 5 % dan diuji BNT. Model statistik yang digunakan adalah :

Yij = µ + τi + Σij Keterangan : Yij = Data pengamatan pemberian jenis pakan ke-i, ulangan ke-j µ = Nilai tengah data τi = Pengaruh pemberian jenis pakan ke-i Σij = Galat percobaan pemberian jenis pakan ke-i dan ulangan ke-j (Mattjik dan Sumertajaya, 2002). Uji Beda Nyata Terkecil (Uji BNT) menggunakan persamaan:

Uji BNT = (t α/2,dbs) r

KTG2

Keterangan: t α/2 = nilai kritik sebaran t (0,0025) dbs = derajat bebas sisa/galat KTG = Kuadrat Tengah Galat r = repeat atau banyaknya ulangan yang digunakan (Mattjik dan Sumertajaya, 2002). 2. Hewan Uji Biota uji berupa larva lobster air tawar dari spesies C. quadricarinatus berumur 22 hari (PL22) dan akan dipelihara untuk penelitian selama 1,5 bulan.

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 3: 16-Saiful-Anshari-FP

A-140

3. Kepadatan tebar Kepadatan tebar tiap akuarium 10 ekor larva/2,25 liter. 4. Perlakuan Larva lobster tiap akuarium diberi pakan secara ad libitum. Pakan diberikan pagi dan sore hari setiap hari dan penyiponan dilakukan pagi dan sore hari setiap hari sedangkan pergantian air total dilakukan seminggu sekali. Perlakuan pakan yang diberikan berupa perlakuan A (cacing darah/blood worm), B (pelet), C (wortel), dan D (tauge). Pemberian Pakan cacing darah (blood worm) beku dan pelet diberikan secara langsung. Sedangkan pakan wortel dihaluskan dengan alat pemarut dan pakan dari tauge dipotong-potong sampai ukuran kecil. 5. Sampling Pertumbuhan dan Pengamatan Kelangsungan Hidup (survival rate). Sampling pertumbuhan dilakukan dengan mengukur pertambahan berat tubuh dan pertambahan panjang tubuh, serta pengamatan terhadap kelangsungan hidup larva lobster (SR) yang dilakukan setiap minggu sekali. Untuk mengetahui pertambahan berat tubuh larva, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

W = Wt – W0

Keterangan: W : Pertambahan berat tubuh larva Wt : Berat akhir larva C. quadricarinatus (mg) W0 : Berat awal larva C. quadricarinatus (mg) (Affandi dan Tang, 2002) Untuk mengetahui pertambahan panjang tubuh larva, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

L = Lt – L0

Keterangan: L : Pertambahan panjang tubuh larva Lt : Panjang akhir larva C. quadricarinatus (cm) L0 : Panjang awal larva C. quadricarinatus (cm) (Affandi dan Tang, 2002) Untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

SR = (Nt / No) x 100%

Keterangan : SR = Tingkat kelangsungan hidup Nt = Jumlah akhir larva C. quadricarinatus (ekor) N0 = Jumlah awal larva C. quadricarinatus (ekor) (Effendie, 1979) D. Pengamatan Kualitas Air. Parameter yang diukur meliputi : temperatur, oksigen terlarut, derajat keasaman (pH), kesadahan, dan kandungan amonia (NH3). E. Pergantian Kulit (moulting) Pengamatan terhadap pergantian kulit atau moulting dilakukan setiap hari. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh berupa pertambahan berat tubuh, pertambahan panjang total, pertambahan panjang cephalothorax, dan kelangsungan hidup atau SR (survival rate). Dalam kegiatan budidaya, pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai proses perubahan ukuran (panjang,

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 4: 16-Saiful-Anshari-FP

A-141

berat, dan volume) pada periode waktu tertentu (level individu) dan salah satu faktor penentu dalam pertumbuhan adalah pakan sebagai komponen dalam budidaya yang memiliki peranan sangat besar (Affandi dan Tang, 2002). Pakan jenis blood worm, pelet, wortel, dan tauge memiliki kandungan protein dan lemak serta zat makanan yang lain seperti terlihat pada Tabel 1. 1. Pertambahan Berat Tubuh Pada Grafik 1 terlihat pertambahan berat tubuh rerata larva lobster air tawar tertinggi pada perlakuan A (jenis pakan cacing darah) sebesar 271,87 mg, kemudian perlakuan B (pelet) 180,90 mg, perlakuan D (tauge) 116,9 mg dan C (wortel) 114,40 mg. Makanan penting bagi setiap organisme yaitu sebagai pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, dan lain-lain aktivitas metabolisme dimana energi yang dibutuhkan berasal dari makanan (Susetiono, 1988). Pakan dari jenis cacing darah dan pelet memberikan pertumbuhan dari pertambahan berat tubuh yang tinggi, hal ini diduga karena pakan dari jenis cacing darah dan pelet memiliki kandungan protein paling tinggi yaitu sebesar 62,5 % dan 30 % seperti terlihat pada Tabel 1, sedangkan protein yang dibutuhkan oleh lobster itu sendiri berkisar antara 20-40% (Anonim, 2006). Webster et. al, (1994) menjelaskan bahwa juvenil lobster air tawar dengan bobot 0,2 sampai 1 gram membutuhkan pakan dengan kandungan sekurang-kurangnya protein 25 %. Akan tetapi, Manomaitis (2001) menyarankan bahwa benih lobster air tawar dengan bobot lebih dari satu gram hendaknya diberi pakan dengan kandungan protein 30 % yang berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan secara maksimal. Selain protein, untuk mendukung pertumbuhannya lobster juga membutuhkan nutrisi yang lainnya berupa lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral (Anonim, 2006). Lemak merupakan nutrisi berenergi tinggi yang dapat digunakan sebagai pengganti protein dalam pakan. Lemak memberikan dua kali energi dibandingkan dengan protein dan karbohidrat. Karbohidrat merupakan nutrisi yang murah dan ekonomis dalam pakan dan karbohidrat yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan lobster disimpan sebagai glikogen. Vitamin diperlukan oleh lobster untuk pertumbuhan dan kesehatan. Umumnya vitamin ini tidak disintetis oleh lobster sehingga harus diberikan dalam pakan. Mineral adalah elemen anorganik diperlukan dalam pakan untuk fungsi tubuh normal yang terbagi dalam dua kelompok yaitu mineral mikro dan mineral makro. Dari hasil analisis ragam pada taraf 5 %, menunjukkan bahwa pemberian jenis pakan berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat tubuh yang terlihat dengan perhitungan Fhitung > Ftabel seperti pada Tabel 2. Dari hasil Uji BNT pada taraf 5% menunjukkan bahwa terdapat 3 pasang perlakuan yang berbeda nyata terhadap perlakuan yang lain yaitu perlakuan A dengan B atau C atau D seperti terlihat pada Tabel 3. 2. Pertambahan Panjang Total Hasil pengukuran pertambahan panjang total larva lobster yang dilakukan setiap minggu mengalami peningkatan pertambahan panjang total tubuhnya dan diperoleh hasil seperti pada Grafik 2. Pada Grafik 2, terlihat bahwa pertambahan panjang total rerata larva lobster air tawar tertinggi terdapat pada perlakuan A (jenis pakan cacing darah) yaitu sebesar 0,97 cm, kemudian diikuti oleh perlakuan B (pelet) sebesar 0,79 cm, perlakuan D (tauge) sebesar 0,55 cm, dan terakhir perlakuan C (wortel) sebesar 0,54 cm selama 1,5 bulan pemeliharaan dalam akuarium. Komponen makanan yang memiliki kontribusi nyata terhadap pasokan energi yang dapat digunakan untuk pertumbuhan adalah protein, lemak dan karbohidrat (Affandi dan Tang, 2002). Bila panjang tubuh hewan golongan krustasea diplotkan terhadap umurnya, maka akan dihasilkan suatu garis lengkung dimana keterjalan lengkungnya akan sedikit demi sedikit berkurang seiring dengan bertambahnya umur dan akhirnya garis lengkung tersebut berubah menjadi garis asimetris yang sejajar dengan sumbu-x (Susetiono, 1988). Hubungan antara panjang dan berat tubuh hewan golongan krustasea dapat memberikan gambaran korelasi yang saling berkaitan baik positif maupun negatif sehingga dengan mengetahui panjang tubuh individu dapat

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 5: 16-Saiful-Anshari-FP

A-142

meramalkan nilai beratnya atau sebaliknya (Susetiono, 1988). Persamaan yang biasa dipakai adalah:

W = aLb atau log W = log a + b (log b) Keterangan : W : berat individu L : panjang individu atau salah satu bagian badannya a : suatu konstanta, b : suatu eksponen (Susetiono, 1988). Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian jenis pakan berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang total yang terlihat dengan perhitungan Fhitung > Ftabel seperti pada Tabel 4. Dari hasil uji lanjut menunjukkan bahwa terdapat 2 pasang perlakuan yang berbeda nyata terhadap perlakuan yang lain yaitu perlakuan A dengan perlakuan C atau D seperti terlihat pada Tabel 5. 3. Pertambahan Panjang Cephalothorax Sampling pengukuran pertambahan panjang cephalothorax larva lobster yang dilakukan perminggu mengalami peningkatan pertambahan panjang cephalothoraxnya dan diperoleh hasil seperti pada Grafik 3. Pada Grafik 3, dapat di lihat bahwa pertumbuhan dari rata-rata pertambahan panjang cephalothorax larva lobster air tawar tertinggi terdapat pada perlakuan A (jenis pakan cacing darah) yaitu sebesar 0,54 cm, diikuti oleh perlakuan B (pelet) sebesar 0,40 cm, perlakuan C (wortel) sebesar 0,33 cm, dan terakhir perlakuan D (tauge) sebesar 0,28 cm. Hubungan panjang dan berat pada organisme bercangkang atau berkulit keras (krustasea) lazimnya menggunakan karapas. Menurut Saputra (2009), hubungan panjang dan berat pada hewan golongan krustasea seperti pada udang dogol (Penaeus indicus) pertumbuhannya bersifat allometrik negatif artinya pertambahan berat tidak secepat pertambahan panjangnya. Indikasi tingginya kecepatan pertumbuhan pada larva sampai dengan udang muda terlihat dari frekuensi pergantian kulit. Pada saat larva pertambahan panjang lebih cepat dibanding pertambahan berat, dan sebaliknya setelah ukuran besar pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjangnya. Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian jenis pakan memberikan pengaruh terhadap pertambahan panjang cephalothorax dilihat dari perbedaan nilai Fhitung > Ftabel seperti pada Tabel 6. Dari hasil uji lanjut menunjukkan bahwa terdapat 2 pasang perlakuan yang berbeda nyata terhadap perlakuan yang lain yaitu perlakuan A dengan perlakuan C atau D seperti terlihat pada Tabel 7. 4. Kelangsungan Hidup (Survival Rate) Pengamatan terhadap persentase kelangsungan hidup larva lobster menunjukkan terjadi penurunan selama pemeliharaan seperti terlihat pada Grafik 4. Pada Grafik 4, dapat di lihat bahwa kelangsungan hidup rata-rata dari larva lobster air tawar tertinggi terdapat pada perlakuan A (cacing darah) dan perlakuan B (pelet) yaitu sebesar 40 % kemudian diikuti oleh perlakuan D (tauge) sebesar 26,67 %, dan terakhir perlakuan C (wortel) sebesar 23,33 %. Pakan yang baik adalah pakan dengan kandungan zat gizi sesuai dengan kebutuhan lobster berupa protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang dapat mendukung pertumbuhan

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 6: 16-Saiful-Anshari-FP

A-143

lobster karena hal ini dapat membuat lobster dalam kondisi sehat, kuat dan terhindar dari serangan penyakit (Setyogati, 2006). Menurunnya tingkat kelangsungan hidup (survival rate) dari larva lobster juga dapat disebabkan oleh sifat kanibal yang dimiliki oleh larva lobster sejak masih benih (Wiyanto dan Hartono, 2003). Pada saat molting lobster mengeluarkan cairan pelicin (feromone) yang aromanya dapat memancing lobster lain untuk memangsanya (Iskandar, 2003). Pencegahan yang umumnya dapat dilakukan untuk menghindari kanibalisme lobster pada tahap premolting dipindahkan ke tempat yang lebih aman atau dikarantina (Setyogati, 2006). Hasil analisis ragamnya pada taraf 5 %, menunjukkan bahwa jenis pakan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup larva lobster air tawar seperti terlihat pada Tabel 8 (Fhitung < Ftabel). 5. Kualitas Air Parameter kualitas air yang diukur selama kegiatan penelitian seperti yang disajikan pada Tabel 9. Hasil pengukuran suhu menunjukkan bahwa suhu air sebesar 26 – 29 0C dalam wadah pemeliharaan masih dalam batas toleransi yang dapat menunjang kehidupan larva lobster seperti yang dikemukakan oleh Lukito dan Prayogo (2007) bahwa untuk jenis lobster air tawar di daerah tropis hendaknya dipelihara pada suhu 24-30 0C dan untuk pertumbuhan optimum sebaiknya dipelihara pada kisaran suhu 25 – 29 0C. DO antara 6,18 – 6,79 ppm menggambarkan bahwa kandungan oksigen terlarut dalam perairan masih baik karena kandungan oksigen terlarut (dissolve oxygen) untuk red claw tumbuh dan berkembang dengan baik sekitar 5 ppm (Lukito dan Prayogo, 2007). Akan tetapi, Kusmini et al. (2004) menyatakan kisaran kandungan oksigen yang masih layak bagi pemeliharaan lobster air tawar adalah 7,8-10,53 ppm. pH antara 7,16 – 7,33 merupakan nilai pH yang masih baik untuk kehidupan larva lobster air tawar seperti yang dikemukakan oleh Boyd (1982) dalam Nurdin (2005) bahwa nilai pH yang baik bagi pertumbuhan organisme adalah berkisar antara 6,5-9,0. Kesadahan perairan sebesar 9,23 – 13,89 ppm dari hasil pengukuran ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan kalsium dari luar tubuh untuk pertumbuhannya. Wiyanto dan Hartono (2003) mengemukakan bahwa nilai kesadahan untuk lobster air tawar berkisar antara100-300 mg CaCO3. Akan tetapi batasan toleransi ion kalsium untuk lobster air tawar ialah 5 mg/l CaCO3 (Holdich dan Lowery, 1981). Sedangkan untuk kesadahan yang optimum sebesar 150 mg/l CaCO3 (Zaelani, 2006). Kesadahan yang jauh dari keadaan optimum ini mengakibatkan lobster air tawar mengeluarkan energi yang cukup besar untuk proses adaptasi sehingga energi untuk pertumbuhan menjadi berkurang. Menurut Iskandar (2003), kalsium sendiri digunakan oleh hewan golongan krustasea untuk pertumbuhan yang ada kaitannya dengan proses molting (pergantian kulit). Kandungan amonia sebesar 0,11- 0,22 ppm masih berada pada kisaran nilai toleransi untuk kehidupan organisme. Menurut Masser dan Rouse (1997) kadar amonia bagi pemeliharaan lobster air tawar adalah 0,5 atau kurang dari 0,5 ppm. 6. Pergantian Kulit (Molting) Data pergantian kulit atau molting larva lobster selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 10. Menurut Affandi dan Tang (2002) molting adalah suatu proses pelepasan secara periodik cangkang yang sudah tua dan pembentukan cangkang yang baru dengan ukuran yang lebih besar. Molting sendiri berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan juga dapat menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak atau patah. Pada lobster yang masih muda akan lebih sering mengalami pergantian kulit (molting) dibanding lobster dewasa karena lobster muda masih dalam proses pertumbuhan. Dalam penelitian ini, larva lobster yang digunakan adalah larva lobster yang baru berumur 22 hari (PL 22) dan masih sering mengalami proses molting. Hal ini sesuai dengan yang dikemukaan oleh Setyogati (2006) bahwa pergantian kulit terjadi mulai umur 2-3 minggu dan sering terjadi sebelum lobster dewasa (umur 6-7 bulan). Tubuh lobster setelah ganti kulit akan lembek dan lemah namun setelah 24 jam kulit lobster akan kembali mengeras (proses kalsifikasi).

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 7: 16-Saiful-Anshari-FP

A-144

KESIMPULAN 1. Perbedaan jenis pakan berupa cacing darah (blood worm), pelet, wortel, dan tauge

berpengaruh terhadap pertumbuhannya baik pertambahan berat tubuh, panjang total, maupun panjang cepalothoraxnya, akan tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidupnya.

2. Pakan jenis cacing darah (blood worm) menghasilkan pertumbuhan yang paling baik dengan pertambahan berat tubuh rata-rata 271,87 mg, pertambahan panjang total rata-rata 0,97 cm, dan pertambahan panjang cephalothorax rata-rata 0,54 cm.

UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada DP2M Dikti Depdiknas atas dukungan dana untuk pelaksanaan penelitian melalui program hibah Penelitian Fundamental Tahun 2008-2009. DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R. dan U.M. Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. Universitas Riau Press. Riau. Anonim. 2006. Pakan. (diakses dari http://budidayalobsterairtawar.com, 23 Juni 2009, pukul

13.30 WIB). Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Holdich D. M, Lowery RS. 1998. (editor). Fresh Water Crayfish: Biology, Management and

Exploitation. Croom Helm, London, 133 p. Iskandar, T. 2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Agro Media Pustaka. Jakarta. Kusmini, I. I., E. Nugroho, W. Hadie, A. Widiyati. dan L.E. Hadie. 2004. Bio Reproduksi Cherax

albertisii Asall Papua dan Cherax quadricarinatus Asal Australia. Instalasi Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar. Depok.

Lukito, A dan S. Prayogo. 2007. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya Informasi

Dunia Pertanian. Depok. Manomaitis, L. 2001. Assesmet of the Crude Protein Requirrement of Juvenile Redclaw Crayfish

(Cherax Quadricarinatus). Master’s Thesis, Auburn University, Auburn, AL. USA. Maskur. 2005. Domestikasi dan Pengembangan Cherax albertisii di Indonesia. Direktorat Jenderal

Perikanan Budidaya. Jakarta. Masser, M. P dan D. B Rouse. 1997. Australian Red Claw Crayfish. Southern Regional Aquaculture

Center. Auburn University. Mattjik,A.A dan I.M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan. IPB Press. Bogor. Nurdin, M. 2005. Peran Kalsium Perairan Dalam Proses Molting Lobster Air Tawar (Cherax

quadricarinatus) Pada Pendederan di Akuarium. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta. Saputra, Suradi W. 2009. Dinamika Populasi Udang Dogol (Penaeus indicus H.Milne. Edwards

1837) di Laguna Segara Anakan Cilacap Jawa Tengah. PS. Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK UNDIP Semarang.

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 8: 16-Saiful-Anshari-FP

A-145

Setyogati, Widi. 2006. Memelihara Lobster Hias Si Capit Merah. PT Sinergi Pustaka Indonesia. Bandung.

Susetiono. 1988. Pengenalan Krustasea Untuk Tujuan Penelitian Ilmiah. Kantor Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Maluku. Webster, C. D., L. G. Goodgame-tiu, J. H. Tidwell, and D. B. Rouse. 1994. Evaluation of

Practical Feed Formulation with Differnt Protein Level for Juvenile Redclaw Crayfish (Cherax quadricarinatus). Transaction of the Kentucky Academy of Science 55, 108-112.

Wie, K.L.C. 2006. Pembenihan Lobster Air Tawar Meraup Untung dari Lahan Sempit. Agromedia.

Jakarta Selatan. Wiyanto, R.H. dan R. Hartono. 2003. Lobster Air Tawar, Pembenihan Dan Pembesaran. Penebar

Swadaya. Jakarta. Zaelani, D. A. 2006. Pengaruh Penambahan CaCO3 pada Media Pemeliharaan Terhadap

Pertumbuhan Cherax quadricarinatus. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 9: 16-Saiful-Anshari-FP

A-146

GAMBAR DAN TABEL Tabel 1. Kandungan protein, karbohidrat, lemak, dan zat makanan lain dari jenis pakan yang diberikan pada larva lobster air tawar.

Jenis pakan Kandungan nutrisi Cacing darah Pelet Wortel Tauge Protein Karbohidrat Lemak Vitamin Mineral

62,5 % - 10 % - -

30 % - 4% A, D3, E, B2, dan B6. Choline, Chloride, Panthenthonate, Traceminerals, dan Antioksidant

1,2 % 3,9 % 0,3 % A, B1, dan C. Ca 29 mg, P 69 mg, Fe 0,8 mg.

2,9 % 4,1 % 0,2 % A, B1, dan C. Ca 39 mg, P 37 mg, Fe 0,8 mg.

Sumber: Anonim (a) (2008)

Label kemasan dari pakan Pelet Udang dan Ikan Lobster – Vit Tenggelam.

Poedjiadi (1994)

Poedjiadi (1994)

0

50

100

150

200

250

300

350

400

0 1 2 3 4 5 6

minggu ke-

bera

t tub

uh (m

g)

A (Cacing)B (Pelet)C (Wortel)D (Tauge)

Grafik 1. Pertambahan berat tubuh rerata larva lobster air tawar dengan pemberian jenis pakan yang berbeda yang diukur setiap minggu dan dipelihara selama 1,5 bulan dalam akuarium. Tabel 2. Hasil analisis ragam pertambahan berat tubuh larva lobster air tawar yang dipelihara selama 1,5 bulan dalam akuarium.

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

Jenis Pakan Galat

3 8

49205,3231 14439,7984

16401,7744 1804,9748

9,087 4,07

Total 11 63645,1215 Keterangan: SK = sumber keragaman JK = jumlah kuadrat DB = derajat bebas KT = kuadrat tengah Tabel 3. Uji BNT pada taraf 5 % dari pertambahan berat tubuh larva lobster air tawar yang dipelihara selama 1,5 bulan dalam akuarium.

Perlakuan Nilai tengah pertambahan berat

tubuh A B C D

271,8667 a 180,9033 b 114,4067 b 116,9000 b

BNT 0,05 = 79,9924 Keterangan: A = jenis pakan cacing darah (blood worm) B = jenis pakan pelet C = jenis pakan wortel D = jenis pakan tauge : angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %.

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 10: 16-Saiful-Anshari-FP

A-147

0

0,5

1

1,5

2

2,5

0 1 2 3 4 5 6

minggu ke-

panj

ang

tota

l (cm

)

A (cacing)B (pelet)C (wortel)D (tauge)

Grafik 2. Pertambahan panjang total rerata larva lobster air tawar dengan pemberian jenis pakan yang berbeda yang diukur setiap minggu dan dipelihara selama 1,5 bulan dalam akuarium. Tabel 4. Hasil analisis ragam pertambahan panjang total larva lobster air tawar yang dipelihara selama 1,5 bulan dalam akuarium.

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

Jenis Pakan Galat

3 8

0,3839 0,1432

0,127 0,0179

7,1508 4,07

Total 11 0,5271 Keterangan: SK = sumber keragaman JK = jumlah kuadrat DB = derajat bebas KT = kuadrat tengah Tabel 5. Uji BNT pada taraf 5 % dari pertambahan panjang total larva lobster air tawar yang dipelihara selama 1,5 bulan dalam akuarium.

Perlakuan Nilai tengah pertambahan panjang total A B C D

0,9733 a 0,7900 ab 0,5433 b 0,5533 b

BNT 0,05 = 0,2518 Keterangan: A = jenis pakan cacing darah (blood worm) B = jenis pakan pelet C = jenis pakan wortel D = jenis pakan tauge : angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %.

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

0 1 2 3 4 5 6

minggu ke-

panj

ang

cepa

loth

orax

(cm

)

A (cacing)B (pelet)C (wortel)D (tauge)

Grafik 3. Pertambahan panjang cephalothorax rerata larva lobster air tawar dengan pemberian jenis pakan yang berbeda yang diukur setiap minggu dan dipelihara selama 1,5 bulan dalam akuarium.

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 11: 16-Saiful-Anshari-FP

A-148

Tabel 6. Hasil analisis ragam pertambahan panjang cephalothorax larva lobster air tawar yang dipelihara selama 1,5 bulan dalam akuarium.

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

Jenis Pakan Galat

3 8

0,1142 0,046

0,038 0,0057

6,6667 4,07

Total 11 0,1602 Keterangan: SK = sumber keragaman DB = derajat bebas JK = jumlah kuadrat KT = kuadrat tengah Tabel 7. Uji BNT pada taraf 5 % dari pertambahan panjang cephalothorax larva lobster air tawar yang dipelihara selama 1,5 bulan dalam akuarium.

Perlakuan Nilai tengah pertambahan panjang cepalothorax

A B C D

0,5433 a 0,4067 ab 0,3300 b 0,2867 b

BNT 0,05 = 0,1421 Keterangan: A = jenis pakan cacing darah (blood worm) B = jenis pakan pelet C = jenis pakan wortel D = jenis pakan tauge : angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %.

0

20

40

60

80

100

120

0 1 2 3 4 5 6

minggu ke-

kela

ngsu

ngan

hid

up (%

)

A (cacing)B (pelet)C (wortel)D (tauge)

Grafik 4. Persentase kelangsungan hidup (survival rate) larva lobster air tawar dengan perlakuan pemberian jenis pakan yang berbeda yang diamati setiap minggu dan dipelihara selama 1,5 bulan dalam akuarium. Tabel 8. Hasil analisis ragam dari kelangsungan hidup (survival rate) larva lobster air tawar yang dipelihara selama 1,5 bulan dalam akuarium.

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

Jenis Pakan Galat

3 8

691,6667 533,3333

230,5555 66,6667

3,4583 4,07

Total 11 1225 Keterangan: SK = sumber keragaman DB = derajat bebas JK = jumlah kuadrat KT = kuadrat tengah Tabel 9. Hasil pengukuran kualitas air yang diperoleh dari media pemeliharaan larva lobster yang dipelihara selama 1,5 bulan dalam akuarium.

Nilai pengukuran kualitas air No Parameter

kualitas air Satuan Akuarium A Akuarium B Akuarium C Akuarium D

Batas nilai toleransi Sumber

1 temperatur 0C 26-29 26-29 26-29 26-29 24-30 Lukito dan Prayogo, 2007

2 DO ppm 6,5 6,18 6,45 6,79 >5 Lukito dan Prayogo, 2007 3 pH - 7,18 7,16 7,33 7,29 6,5-9 Boyd, 1982 dalam Nurdin, 2005

4 kesadahan CaCO3 9,2308 10,7692 9,2308 13,8962 5 Holdich dan Lowery, 1981

5 amonia ppm 0,2224 0,1113 0,1978 0,1378 < 1,2 Masser dan Rouse, 1997

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 12: 16-Saiful-Anshari-FP

A-149

Tabel 10. Hasil pengamatan frekuensi pergantian kulit (moulting) pada larva lobster air tawar red claw (Cherax sp) yang dipelihara selama 1,5 bulan dalam akuarium.

Pengamatan frekuensi molting pada larva lobster air tawar pada minggu ke- Akuarium I (ekor) II (ekor) III (ekor) IV (ekor) V (ekor) VI (ekor)

Jumlah (ekor)

A1 2 1 4 1 1 2 11 A2 1 2 2 5 A3 1 2 2 3 2 10 B1 1 2 2 3 2 1 11 B2 2 1 3 3 3 3 15 B3 1 2 5 1 9 C1 1 1 1 2 2 7 C2 1 2 2 4 3 1 13 C3 1 1 1 1 1 5 D1 1 1 1 3 D2 1 1 3 1 1 7 D3 1 2 2 1 3 2 11

Keterangan: - akuarium A1-3 (perlakuan pakan jenis cacing darah (blood worm)) - akuarium B1-3 (perlakuan pakan jenis pelet) - akuarium C1-3 (perlakuan pakan jenis wortel) - akuarium D1-3 (perlakuan pakan jenis tauge)

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009