17. prosiding i gusti ayu nyoman sugianti-ok-print_2

8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008 PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU) I Gusti Ayu Nyoman Sugianti dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP Program Pascasarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Email: [email protected] ABSTRAK Sistem pengelolaan sampah di Kawasan Pura Besakih yang selama ini berjalan sampah masih dibuang ke jurang-jurang atau lahan kosong. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji sistem pengelolaan sampah berbasis reduksi dan daur ulang ditinjau dari aspek teknis, finansial, dan aspek kelembagaan. Metode yang digunakan adalah pengamatan lapangan, wawancara dan kuesioner terhadap lembaga yang menangani pengelolaan sampah. Aspek Teknis mengkaji sarana dan prasarana TPST yang dibutuhkan berdasarkan timbulan, komposisi sampah dan potensi ekonomi sampah di Kawasan Pura Besakih. Aspek finansial untuk kelayakan ekonomi dikaji dengan parameter nilai NPV serta rasio B/C dari pengembangan TPST. Aspek kelembagaan dengan menggunakan metode analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan timbulan sampah di Kawasan Pura Besakih pada hari biasa 5,06 m 3 /hari dan pada saat piodalan 46,71 m 3 /hari. Analisis mass balance menunjukkan 63,3 % dari volume timbulan sampah adalah sampah basah yang berpotensi dijadikan kompos. Total potensi ekonomi sampah mencapai Rp. 71,689,000,- per tahun. Biaya investasi yang diperlukan untuk penyediaan sarana dan prasarana pada unit TPST sebesar Rp. 582,356,000,- . Biaya operasional setiap tahunnya untuk administrasi, bahan dan upah sebesar Rp. 66,007,000,-. Analisis kelayakan ekonomi pengembangan TPST di Kawasan Pura Besakih menunjukkan nilai NPV = 10,53 dengan rasio B/C = 1,03. Artinya pengembangan TPST dari segi ekonomi layak untuk dilaksanakan apabila biaya investasi diperoleh dari subsidi pemerintah, dan operasional memanfaatkan pendapatan dari penjualan daur ulang sampah. Struktur kelembagaan yang diusulkan untuk mengelola TPST melibatkan DPU Propinsi, DLHKP, Camat Rendang dan Kepala Desa Besakih sebagai unsur koordinator serta monitoring dan evaluasi. Sedangkan didalam lingkup kelembagaan yang berbentuk UPTPST terdiri dari pengawas, mandor, petugas pemilah dan petugas komposting Kata kunci: aspek teknis, finansial, dan aspek kelembagaan, komposisi sampah, kawasan pura besakih, pengolahan sampah terpadu PENDAHULUAN Pura Besakih yang terletak di Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem adalah Pura terbesar dan salah satu daerah tujuan wisata utama di Propinsi Bali. Rata rata timbulan sampah pada hari biasa 5,06 m 3 /hari dan pada saat piodalan 46,71 m 3 /hari. Aktivitas keagamaan yang dilaksanakan oleh umat Hindu di Kawasan Pura

Upload: indra-andika-prananda

Post on 06-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ABSTRAKSistem pengelolaan sampah di Kawasan Pura Besakih yang selama ini berjalansampah masih dibuang ke jurang-jurang atau lahan kosong. Hal ini dapatmengakibatkan kerusakan lingkungan. Penelitian ini secara umum bertujuan untukmengkaji sistem pengelolaan sampah berbasis reduksi dan daur ulang ditinjau dariaspek teknis, finansial, dan aspek kelembagaan.Metode yang digunakan adalah pengamatan lapangan, wawancara dan kuesionerterhadap lembaga yang menangani pengelolaan sampah. Aspek Teknis mengkaji saranadan prasarana TPST yang dibutuhkan berdasarkan timbulan, komposisi sampah danpotensi ekonomi sampah di Kawasan Pura Besakih. Aspek finansial untuk kelayakanekonomi dikaji dengan parameter nilai NPV serta rasio B/C dari pengembangan TPST.Aspek kelembagaan dengan menggunakan metode analisis SWOT.

TRANSCRIPT

  • Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008

    PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH,KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM

    DENGAN SISTEM TPST(TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU)

    I Gusti Ayu Nyoman Sugianti dan Yulinah TrihadiningrumJurusan Teknik Lingkungan, FTSP

    Program Pascasarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember SurabayaEmail: [email protected]

    ABSTRAK

    Sistem pengelolaan sampah di Kawasan Pura Besakih yang selama ini berjalansampah masih dibuang ke jurang-jurang atau lahan kosong. Hal ini dapatmengakibatkan kerusakan lingkungan. Penelitian ini secara umum bertujuan untukmengkaji sistem pengelolaan sampah berbasis reduksi dan daur ulang ditinjau dariaspek teknis, finansial, dan aspek kelembagaan.

    Metode yang digunakan adalah pengamatan lapangan, wawancara dan kuesionerterhadap lembaga yang menangani pengelolaan sampah. Aspek Teknis mengkaji saranadan prasarana TPST yang dibutuhkan berdasarkan timbulan, komposisi sampah danpotensi ekonomi sampah di Kawasan Pura Besakih. Aspek finansial untuk kelayakanekonomi dikaji dengan parameter nilai NPV serta rasio B/C dari pengembangan TPST.Aspek kelembagaan dengan menggunakan metode analisis SWOT.

    Hasil penelitian menunjukkan timbulan sampah di Kawasan Pura Besakih padahari biasa 5,06 m3/hari dan pada saat piodalan 46,71 m3/hari. Analisis mass balancemenunjukkan 63,3 % dari volume timbulan sampah adalah sampah basah yangberpotensi dijadikan kompos. Total potensi ekonomi sampah mencapaiRp. 71,689,000,- per tahun. Biaya investasi yang diperlukan untuk penyediaan saranadan prasarana pada unit TPST sebesar Rp. 582,356,000,- . Biaya operasional setiaptahunnya untuk administrasi, bahan dan upah sebesar Rp. 66,007,000,-.

    Analisis kelayakan ekonomi pengembangan TPST di Kawasan Pura Besakihmenunjukkan nilai NPV = 10,53 dengan rasio B/C = 1,03. Artinya pengembanganTPST dari segi ekonomi layak untuk dilaksanakan apabila biaya investasi diperoleh darisubsidi pemerintah, dan operasional memanfaatkan pendapatan dari penjualan daurulang sampah. Struktur kelembagaan yang diusulkan untuk mengelola TPSTmelibatkan DPU Propinsi, DLHKP, Camat Rendang dan Kepala Desa Besakih sebagaiunsur koordinator serta monitoring dan evaluasi. Sedangkan didalam lingkupkelembagaan yang berbentuk UPTPST terdiri dari pengawas, mandor, petugas pemilahdan petugas komposting

    Kata kunci: aspek teknis, finansial, dan aspek kelembagaan, komposisi sampah,kawasan pura besakih, pengolahan sampah terpadu

    PENDAHULUAN

    Pura Besakih yang terletak di Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasemadalah Pura terbesar dan salah satu daerah tujuan wisata utama di Propinsi Bali. Rata rata timbulan sampah pada hari biasa 5,06 m3/hari dan pada saat piodalan 46,71m3/hari. Aktivitas keagamaan yang dilaksanakan oleh umat Hindu di Kawasan Pura

  • Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008

    ISBN : 978-979-99735-4-2D-17-2

    Besakih menghasilkan 79,13 % sampah basah dan 80 % dari volume timbulan sampahbasah berpotensi untuk dapat diolah kembali menjadi kompos. Selain sampah basah,sampah kering seperti plastik, kaleng, kertas dapat dipilah untuk dijual kembali sebagaibahan daur ulang sehingga dapat mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA.Menurut Wibowo dan Djajawinata (2007) Tempat pengelolaan sampah yang dilengkapidengan sarana pengomposan dan pemanfaatan sampah menjadi bahan baku daur ulangsehingga hanya residu sampah saja yang dibuang ke TPA disebut sebagai TempatPengolahan Sampah Terpadu atau disingkat TPST.

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1). Mengidentifikasi potensi daurulang sampah yang dapat dikelola dalam unit TPST dengan berdasarkan pada volumetimbulan, komposisi dan karakteristik sampah di Kawasan Pura Besakih.(2). Merancang sarana dan prasarana pengolahan sampah yang dibutuhkan dalam unitTPST sesuai dengan volume, komposisi dan potensi daur ulang sampah di KawasanPura Besakih. (3). Menganalisis kelayakan ekonomi pengembangan TPST di KawasanPura Besakih dengan berdasarkan pada kebutuhan biaya investasi dan biaya operasionalserta perkiraan penerimaan dari daur ulang sampah. (4). Menilai kelembagaanpengelolaan sampah di Kawasan Pura Besakih dan merancang struktur kelembagaanyang lebih sesuai.

    METODE

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukanpengamatan langsung di lapangan serta melakukan wawancara dan kuesioner terhadaplembaga yang menangani sampah untuk memperoleh data primer maupun sekunder.

    Pengumpulan Data

    Data PrimerData primer yang diperlukan dalam mengkaji masalah pengelolaan sampah di

    Kawasan Pura Besakih meliputi: (1). Data timbulan sampah menurut SNI 19-3964-1995, diukur selama 7 hari berturut-turut. (2). Data densitas/berat jenis sampah lepasmenurut SNI 19-3964-1995, diukur dengan menggunakan kotak berkapasitas 0,04 liter.(3). Komposisi timbulan sampah menurut SNI 19-3964-1995, diukur dengan metodaperempatan untuk mendapatkan sampel seberat 100 kg, kemudian dipilah berdasarkanjenisnya. Pengukuran dilakukan 2 kali sehari selama 7 hari berturut-turut. (4). Datakadar air menurut Tchobanoglous, Theisen and Vigil (1993), diukur melalui pengujiansampel di laboratorium dengan metode Gravimetri. Pengujian dilakukan terhadap 3sampel. (5). Kandungan C dan N pada sampahData Sekunder

    Data sekunder yang diperlukan adalah meliputi data kondisi fisik wilayah study,kependudukan, data keuangan, serta data kelembagaan dinas pengelola sampah

    Analisis Data dan Evaluasi

    Aspek TeknisAnalisis aspek teknis meliputi analisis potensi daur ulang sampah yang dihitung

    berdasarkan volume timbulan, komposisi dan densitas sampah lepas yang akandikelola sebagai dasar didalam merancang sarana dan prasarana yang diperlukan dalamunit TPST (Tchobanoglous, Theisen and Vigil, 1993). Menurut Pace, Miller dan Farrell-Poe (1995), sampah basah yang berpotensi untuk diolah menjadi sampah basah

  • Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008

    ISBN : 978-979-99735-4-2D-17-3

    diproses dengan menggunakan metode open windrows karena lebih sederhana danmurah.

    Aspek FinansialAnalisis kelayakan ekonomi pengembangan TPST dilakukan dengan parameter

    nilai NPV dan rasio B/C (Siregar, Samadhi, 1987), yang dihitung berdasarkan padaanalisis kebutuhan biaya investasi dan operasional pengembangan unit TPST diKawasan Pura Besakih serta perkiraan rencana pendapatan dari daur ulang sampah.

    Aspek KelembagaanAnalisis kelembagaan dilakukan dengan metode analsis SWOT (Rangkuti,

    1997), sehingga dapat diusulkan struktur kelembagaan yang lebih sesuai untukmelaksanakan pengelolaan sampah di Kawasan Pura Besakih.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Aspek Fisik

    Timbulan, Komposisi, dan Potensi Daur Ulang Sampah

    Data hasil penelitian terhadap volume timbulan sampah yang dihasilkan olehberbagai aktivitas di Kawasan Pura Besakih diambil selama 9 hari berturut-turut padahari biasa dan 1 hari pada saat piodalan sebagaimana terlihat pada Gambar 1.

    0,005,00

    10,0015,0020,0025,00

    30,0035,0040,00

    45,0050,00

    1/1/19

    00

    1/2/19

    00

    1/3/19

    00

    1/4/19

    00

    1/5/19

    00

    1/6/19

    00

    1/7/19

    00

    1/8/19

    00

    1/9/19

    00

    1/10/1

    900

    Tanggal Penelitian

    Volum

    e Tim

    bulan

    (m3/h

    ari)

    Gambar 1. Diagram timbulan sampah pada hari biasa dan saat piodalan

    Diagram batang dengan warna merah pada Gambar 1 menunjukkan angkavolume timbulan sampah pada hari piodalan yaitu 46,71 m3. Pada hari biasa diperolehrata-rata volume timbulan sampah per harinya mencapai 5,06 m3. Volume timbulansampah tertirnggi berdasarkan hasil penelitian hari ditunjukkan oleh diagram batangwarna kuning. Timbulan sampah tertinggi tersebut terjadi pada hari Rabu tanggal 26September 2007 yaitu pada saat purnamaning ke dasa (Purnama ke sepuluh).Sedangkan densitas sampah lepas berdasarkan hasil pengukuran adalah 137,5 kg/m3.

    Rata-rata komposisi sampah dari 14 kali pengukuran yang dilakukan selama 7hari berturut-turut pada hari biasa diperoleh komposisi: sampah basah 79,13 %. Sampahplastik 9,89 %, sampah kertas 5,75 %, sampah foam, kayu, kaleng, kaca, aluminium,karet dan kain 4,23 %, residu 1 %. Sedangkan pada saat piodalan, sampah basah79,19%, sampah plastik 10,98 %, sampah kertas 6,79 % , 0,9 % merupakan sampahfoam, kaca, kaleng, karet dan kain. Sisanya berupa sampah lain-lain atau residu

  • Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008

    ISBN : 978-979-99735-4-2D-17-4

    sebanyak 2,14 %. Sedangkan kadar air, kadar C dan N sampah berdasarkan hasil ujilaboratorium Teknik Lingkungan ITS Surabaya terhadap 3 sampel sampah didapatkanrata-rata: kadar air 71,43 %, kadar karbon (C organik) 50,77%, kadar nitrogen 2,94 %.

    Potensi daur ulang sampah atau Recovery Factor timbulan sampah di KawasanPura Besakih berdasarkan hasil pengukuran diperoleh rata-rata potensi daur ulangsampah basah sebesar 80 %. Sedangkan untuk sampah plastik rata-rata hanya 25 % darivolume timbulan sampah, kertas 26 %, kayu dan kaleng 100 %, logam hanya 65 % dankaret sebesar 25 %.

    Mass Balance

    Dari data timbulan dan komposisi sampah pada hari biasa diperoleh perkiraanjumlah sampah basah yang akan diolah menjadi kompos sebesar 63,3 % dari totalvolume timbulan sampah atau sekitar 440,43 kg/hari. Sedangkan untuk sampah keringyang berpotensi untuk didaur ulang sekitar 40,71 kg/hari atau 5,92% dari timbulansampah setiap harinya. Sisanya sebesar 211,58 kg/hari sampah basah dan kering atau30,78 % dari volume timbulan sampah adalah merupakan residu yang harus dibuang keTPA.

    695,75 100%

    550,54 79,13% 145,21 20,87%

    440,43 63,30% 110,11 15,83% Plastik 51,62 75% Plastik 17,21 25%Kertas 29,60 74% Kertas 10,40 26%Foam 10,44 100% Kayu 7,06 100%

    CO2 Kaca 2,73 100% Kaleng 4,97 100%NH3 Logam 0,61 35% Logam 1,13 65%Lindi Karet 1,30 75% Karet 0,43 25%

    Kain 0,75 100% Total 41,20 5,92%Lain-lain 6,96 100%Total 104,01 14,95%

    214,12 30,78%

    Dibuang ke TPA

    Sampah kering (Kg/hari)

    Sampah masukTPST (kg/hari )

    Bhn kompos (kg/hari)

    Kompos (Kg/hari)

    (50% dr bhn baku)220,21

    Sampah basah (kg/hari)

    dijual ke bandar lapak

    Daur Ulang (kg/hari)Residu( Kg/hari)Residu (kg/hari)

    Gambar 2. Mass Balance pada unit TPST Kawasan Pura Besakih pada hari biasa

    Perencanaan TPST

    Berdasarkan analisis tersebut diatas, secara garis besar dapat digambarkanproses pengelolaan sampah yang dilakukan pada unit TPST Kawasan Pura Besakih.Volume Sampah yang masuk 5,06 m3 /hari akan diolah adalah sebesar 1,998 m3 /hari.Terdiri dari 1,527 m3 /hari sampah basah yang diolah menjadi kompos. Sampah keringsebesar 0,470 m3 /hari yang disimpan digudang sebelum dijual pada bandar atau lapak.Sedangkan residu sampah basah dan sampah kering yang sudah tidak dapatdimanfaatkan lagi dibuang ke TPA. Dengan melihat karakteristik sampah yang akandikelola, dapat direncanakan alur proses pengolahan sampah mulai dari timbulansampai sampah daur ulang tersebut dikemas dan disimpan dalam gudang.

  • Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008

    ISBN : 978-979-99735-4-2D-17-5

    Aspek Finansial

    Berdasarkan hasil wawancara dan survey sekunder yang dilakukan kepadainstansi terkait, dapat diidentifikasikan sumber pembiayaan pengelolaan sampah yangselama ini berjalan di Kawasan Pura Besakih.1. APBD Provinsi Bali melalui Dinas PU Propinsi Bali yang disalurkan kepada

    Lembaga TPP Besakih sebesar Rp. 72.000.000,-/tahun untuk upah/gaji 20 tenagakebersihan

    2. APBD Kabupaten Karangasem melalui Dinas LHKP sebesar Rp. 199.440.000,- pertahun untuk upah/gaji 1 orang mandor dan 28 tenaga kebersihan.

    Pengumpulan

    Pengangkutan

    Pencatatan

    Pemilahan

    Proses Komposting Pengemasan

    Penyimpanan

    Pengemasan

    Penyimpanan

    Timbulan Sampah

    Sampah Basah

    Bahan Kompos Residu

    Lindi

    Residu

    Sampah kering

    Bahan daur

    TPS

    Unit TPST

    TPA

    Bak PenampungLindi

    Gudangkompos

    BangunanKomposting

    Gudang sampahkering

    Bangunan Pemilah

    Gambar 3. Diagram alur proses pengolahan sampah pada TPST Kawasan Pura Besakih.

    Analisis finansial meliputi analisis terhadap biaya investasi, operasional sertarencana pendapatan dari daur ulang sampah dengan hasil sebagai berikut :

    Biaya investasi konstruksi dan perencanaan Rp. 556.750.000,-Biaya investasi peralatan Rp. 25.606.000,-Biaya gaji/upah tenaga kerja Rp. 49.800.000,-Biaya operasional Rp. 16.207.000,-Perkiraan rencana pendapatan Rp. 71.689.000,-

  • Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008

    ISBN : 978-979-99735-4-2D-17-6

    Dengan mengacu kepada kebutuhan biaya investasi, operasional dan rencanapendapatan dari daur ulang sampah dapat dilakukan analisis kelayakan ekonomipengembangan TPST :

    Tanpa subsidi pemerintahNilai NPV = (98,18) < 0 (tidak layak)Nilai rasio B/C = 0,71 < 1 (tidak layak)Biaya Investasi sarana dan prasarana dengan dana dari subsidi pemerintahNilai NPV = 10,53 > 0 (layak)Nilai rasio B/C = 1,03 >1 (layak)

    Gambar 4. Denah unit TPST di Kawasan Pura Besakih.

    Aspek Kelembagaan

    Jumlah tenaga kebersihan yang bertugas di Kawasan Pura Besakih dibawahkoordinasi Dinas LHKP Kabupaten Karangasem berjumlah 29 orang. Sedangkan tenagakebersihan dibawah lembaga TPP Besakih, brjumlah 20 orang. Pembagian jam kerjamnasing-masing kelompok diatas yang terbagi dalam 2 kelompok waktu yaitu jam07.00 12.00 dan jam 12.00 16.00 tidak mampu memenuhi kebutuhan pelayanankebersihan pada saat piodalan.

    Kantor, Gdg. Peralatan& toilet

    Tempat Pemilahan &Gdg. Sampah kering

    Tempat Komposting,ruang maturasi &Gdg. kompos

    Garasi Truk

  • Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008

    ISBN : 978-979-99735-4-2D-17-7

    Dalam laporan ini diusulkan seluruh tenaga kebersihan baik yang berada dibawahDLHKP maupun TPP Besakih, sebanyak 48 orang, berada dibawah naungan satulembaga sehingga tidak terjadi kesenjangan tanggung jawab area kerja maupun upah.Jam kerja khusus pada saat piodalan diusulkan supaya dibagi kedalam 4 shift kerjasehingga pelayanan kebersihan dapat dilaksanakan selama 24 jam. Masing-masingkelompok kerja melaksanakan tugas selama 6 jam setiap harinya.

    Identifikasi faktor internal dan faktor eksternal dalam analisis SWOTmenghasilkan usulan struktur organisasi yang lebih sesuai untuk melaksanakanoperasional pengelolaan sampah di Kawasan Pura Besakih dengan sistem TPST.

    DLHKP KAB.KARANGASEM

    KEPALA DINAS

    BIDANG KEBERSIHANKASI PENGANGKUTAN

    & PENGOLAHANSAMPAH

    UPT TPST

    PENGAWAS

    MANDORKEBERSIHAN

    PETUGAS PEMILAHSAMPAH & PEMBUANG

    RESIDU

    PETUGAS PEMBUATDAN PENGEMAS

    KOMPOS

    Tenaga Kebersihanbertugas membersihkankawasan Pura Besakih danmengangkut sampah keUPTPST

    BANTUAN PEMPROPBALI

    CAMAT RENDANGDAN PERBEKEL

    BESAKIH

    Gambar 5. Rencana susunan kelembagaan unit pengelola sampah Kawasan Pura BesakihKeterangan :

    Menunjukkan garis koordinasi, pelaporan, monitoring dan evaluasiMenunjukkan garis koordinasi

    KESIMPULAN

    1. Hari biasa dari 5,06 m3 timbulan sampah setiap harinya 1,53 m3 sampah basah dapatdiolah menjadi kompos dan 0,47 m3 sampah kering dapat dijual sebagai bahan daurulang. Sedangkan pada saat piodalan dari 46,71 m3 timbulan sampah setiap harinya,3,2 m3 sampah basah dapat diolah menjadi kompos dan 4,08 m3 sampah keringdapat dijual sebagai bahan daur ulang.

    2. Sarana yang dibutuhkan pada unit TPST untuk mengelola sampah sesuai denganpotensi sampah tersebut yang terdiri dari: bangunan pemilah, gudang sampah

  • Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008

    ISBN : 978-979-99735-4-2D-17-8

    kering, bangunan komposting, gudang kompos, kantor, serta sarana pendukunglainnya.

    3. Analisis finansial dari pengembangan unit TPST di Kawasan Pura Besakihmenunjukkan : biaya investasi perencanaan dan konstruksi Rp. 556.750.000, biayainvestasi peralatan Rp. 25.606.000, biaya operasional Rp. 66.007.000, rencanapendapatan daur ulang sampah Rp. 71.689.000. Sedangkan analisis NPV = 10,53dan analisis rasio B/C = 1,03. Artinya pengembangan TPST di Kawasan PuraBesakih layak dikembangkan apabila biaya investasi perencanaan, konstruksi danperalatan memperoleh subsidi dari pemerintah. Sedangkan dana operasional TPSTmenggunakan penerimaan dari daur ulang sampah.

    4. Struktur kelembagaan yang diusulkan untuk mengelola TPST di Kawasan PuraBesakih adalah UPT TPST (Unit Pelaksana Tugas Tempat Pengolahan SampahTerpadu). UPT TPST dipimpin oleh seorang pengawas yang membawahi mandorpenyapuan dan pengummpulan sampah, petugas pemilah dan petugas komposting.

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Standarisasi Nasional, 1995, Metode Pengambilan dan Pengukuran ContohTimbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan, SNI 19-3964-1995, LPMB,Bandung.

    Pace, M.C.; Miller, B.E; Farrell-Poe, K.L., 1995, The Composting Process, Utah StateUniversity, http://extention.usu.edu, 4 Oktober 2007

    Rangkuti, F., 1997, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. GramediaPustaka Utama.

    Siregar, A.B.; Samadhi, TMA.A., 1987, Manajemen, Institut Teknologi BandungTchobanoglous, G.Theisen and Vigil, 1993, Integrated Solid waste Management, Mc.

    Graw Hill inc. Kogakusha, Japan.

    Wibowo, A; Djajawinata, D.T., 2007, Penanganan Sampah Perkotaan Terpadu,http://www.kkppi.go.id, 4 Oktober 2007