19. lomba limart isi

Upload: adetya-preteers

Post on 21-Jul-2015

83 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aku adalah sebuah puisi karya Chairil Anwar, merupakan salah satu karya Chairil Anwar yang paling terkenal dan popular. Chairil Anwar sendiri dianggap sebagai sosok pendobrak dan salah satu tokoh angkatan 45. Dia mencoba keluar dari pagar-pagar dan aturan yang dibuat oleh penulis pada angkatan-angkatan sebelumnya. Salah satu yang dia lakukan adalah mengganti penggunaan bahasa puisi yang semula baku dan terkesan kaku menjadi lebih bebas dan ekspresif. Sastra termasuk di dalamnya puisi merupakan suatu obyek multi interpretasi dan bersifat multidimensional. Karena sifatnya itulah, dalam memahami karya sastra dan menelaahnya, kita memerlukan pendekatan. Pendekatan itu sendiri dapat diartikan sebagai cara untuk mengkaji atau menelaah karya sastra dengan memfokuskan diri pada aspek-aspek tertentu. Salah satunya menggunakan pendekatan pragmatik. Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut dapat berupa tujuan politik, pendidikan, moral, agama, maupun tujuan yang lain. Pendekatan pragmatik mencoba menelaah karya sastra dengan menilai sejauh mana pesan atau value yang ingin disampaikan oleh penulis mampu ditransformasikan kepada pembaca. Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah sejauh mana puisi Aku yang dipandang sebagai karya sastra mampu mentransformasikan nilai-nilai kepada pembaca. Selain itu bagaimana value dan meaning of symbol yang coba disampaikan Chairil Anwar pada masa itu, masih tetap relevan dengan kehidupn masyarakat kekinian. Untuk itu kami mencoba membuat karya tulis dengan judul Menyingkap Spiritisme dalam Puisi Aku Karya Chairil Anwar Melalui Pendekatan Pragmatik

1

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana efek puisi Aku karya Chairil Anwar dipandang sebagai sebuah karya sastra? 2. Bagaimana relevansi nilai-nilai dalam puisi Aku karya Chairil Anwar yang dibuat masa itu hubungannya dengan masyarakat kekinian? C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah dapat kita ambil tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui efek puisi Aku karya Chairil Anwar dipandang sebagai sebuah karya sastra. 2. Untuk mengetahui relevansi nilai-nilai dalam puisi Aku karya Chairil Anwar yang dibuat masa itu hubungannya dengan masyarakat kekinian. D. Manfaat Penelitian Dari tujuan penelitian, maka kita dapat mengambil manfaat penelitian sebagai berikut : 1. Mampu mengetahui efek puisi Aku karya Chairil Anwar dipandang sebagai sebuah karya sastra. 2. Mampu mengetahui relevansi nilai-nilai dalam puisi Aku karya Chairil Anwar yang dibuat masa itu hubungannya dengan masyarakat kekinian

2

BAB II KAJIAN PUSTAKA Ensiklopedia bebas (2010) menyatakan bahwa puisi Aku adalah sebuah puisi karya Chairil Anwar, merupakan salah satu karya Chairil Anwar yang paling terkenal dan popular. Chairil Anwar sendiri dianggap sebagai sosok pendobrak dan salah satu tokoh angkatan 45. Dia mencoba keluar dari pagar-pagar dan aturan yang dibuat oleh penulis pada angkatan-angkatan sebelumnya. Salah satu yang dia lakukan adalah mengganti penggunaan bahasa puisi yang semula baku dan terkesan kaku menjadi lebih bebas dan ekspresif. Aku memiliki tema pemberontakan dari segala bentuk penindasan. Penulisnya ingin "hidup seribu tahun lagi", namun ia menyadari keterbatasan usianya, dan kalau ajalnya tiba, ia tidak ingin seorang pun untuk meratapinya. Puisi ini dibuat pada Maret 1943. Kesusastraan berasal dari bahasa sansekerta, susastra. Surana (2001:1) dalam bukunya Pengantar Sastra Indonesia mengatakan, kata susastra terbentuk dari: su- (suatu afiks kuno) artinya indah, baik, sas- artinya aturan, nasehat, atau agama, dan tra- artinya alat. Jadi, sastra berarti alat untuk menyampaikan aturan, ajaran, nasihat, atau agama. Kata susastra memperoleh imbuhan ke-an. Dengan demikian, makna kesusastraan ialah karangan-karangan yang indah, baik dan bermutu. Keindahan itu ditentukan oleh isi yang terkandung dalam karangan atau bahasa yang digubah, bukan ditentukan oleh bahasanya yang indah. Sastra terdiri dari banyak simbol-simbol yang harus diuraikan, untuk mampu mengartikan simbol-simbol tersebut diperlukan apresiasi. Apresiasi sastra menurut Sumnito A Sayuti (2009:3) dalam bukunya Berkenalan dengan Prosa Fiksi adalah upaya memahami karya sastra, yaitu upaya bagaimana cara untuk dapat mengerti sebuah karya sastra yang kita baca, baik fiksi maupun puisi, mengerti maknanya, baik yang intensional maupun yang aktual, dan mengerti seluk beluk strukturnya.

3

Sastra

merupakan

suatu

obyek

multi

interpretasi

dan

bersifat

multidimensional. Karena sifatnya itulah, dalam memahami karya sastra dan menelaahnya, kita memerlukan pendekatan. Pendekatan itu sendiri dapat diartikan sebagai cara untuk mengkaji atau menelaah karya sastra dengan memfokuskan diri pada aspek-aspek tertentu. Pragmatik sendiri cenderung dekat dengan pragmatis yang berarti sesuatu yang memiliki banyak sisi, memiliki banyak sudut pandang. Dan pragmatis sendiri cenderung bersifat subyektif. Wiyatmi (2009:85) dalam bukunya Pengantar Kajian Sastra menyebutkan bahwa pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut dapat berupa tujuan politik, pendidikan, moral, agama, maupun tujuan yang lain. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa pendekatan pragmatik mencoba menelaah karya sastra dengan menilai sejauh mana pesan atau value yang ingin disampaikan oleh penulis mampu ditransformasikan kepada pembaca.

4

BAB III METODOLOGI A.Metode Penelitian Dalam penelitian ini kami menggunakan metode study pustaka. Kami mencoba mengambil obyek penelitian kemudian kami analisis dan kami padukan dengan beberapa teori dalam buku referensi. Adapun obyek penelitian kami adalah nilai-nilai spiritisme dalam puisi Aku karya Chairil Anwar.

B.Tahap-tahap Penelitian Dalam rangka penelitian menyingkap spiritisme dalam puisi Aku karya Chairil Anwar melalui pendekatan pragmatik, penyusun melakukan tahapan tahapan, yaitu sebagai berikut 1. Tahap Perencanaan Dalam tahap ini penyusun mengemukakan tujuan penelitian, manfaat yang nantinya dapat diambil, rumusan masalah, obyek masalah dan latar belakang. 2. Tahap Penelitian Dalam tahap penelitian ini kami mencari obyek penelitian, dan mencari beberapa sumber untuk menemukan kecocokan antara kenyataan dan teori. 3. Tahap Pelaksanan Dalam tahap pelaksanaan ini, kami melakukan segala prosedur, meneliti suatu obyek sehingga mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang diharapkan.

C.Persiapan Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian antara lain : 1. Buku-buku referensi. 2. Buku catatan untuk menyimpan hasil penelitian. 3. Media penunjang untuk pengolahan data

D.Cara Kerja 1. Mencari buku-buku referensi. 2. Melakukan pencarian data melalui metode study pustaka

5

3. Mendata infomasi yang didapat dari lapangan 4. Menganalisis data. 5. Membahas hasil analisis. 6. Mengambil kesimpulan. 7. Membuat laporan secara tertulis.

6

BAB IV PEMBAHASAN Kalau sampai waktuku Ku tak mau seorang kan merayu Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih perih

Dan aku akan lebih tidak peduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi Maret 1943

A. Efek Puisi Aku Karya Chairil Anwar Dipandang sebagai Sebuah Karya Sastra Puisi Aku dalam pengelompokan periodesasi sastra termasuk karya sastra angkatan 45, dimana Chairil Anwar sebagai salah satu pelopornya. Pada angkatan ini penciptaan karya sastra lebih bebas, karena terlepas dari sensor Jepang. Dan kebebasan, ekspresi kemerdekaan, serta kelonggaran dalam berkreatifitas ini pun tercermin dalam karya sastra yang terbit pada masa itu. Ada perubahan yang

7

cukup ekstrim terjadi dalam kesustrasaan Indonesia. Dari berbagai perubahan itulah puisi Aku karya Chairil Anwar dianggap sebagai pendobrak yang betulbetul meneguhkan dirinya sebagai pelopor angkatan 45. Angkatan 45 mempunyai sebuah konsep yang dinamakan Surat Kepercayaan Gelanggang, dimana konsep tersebut berbunyi Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri. Kami lahir dari kalangan orang banyak dan pengertian rakyat bagi kami adalah kumpulan campur baur dari mana dunia-dunia baru yang sehat dapat dilahirkan. Dari sini kita dapat melihat, bahwa sastrawan angkatan 45, merupakan orang yang sangat menjungjung tinggi kebebasan, idealisme, serta independensi. Mereka tak mau dipengaruhi oleh siapa pun, tercermin dalam kalimat kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri meskipun mereka juga tetap mengikuti perkembangan zaman, dan jauh dari paham statisme, sebagaimana yang tercermin dalam kalimat sebelumnya Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia. Mereka bergerak melakukan perubahan. Ada kesadaran penuh, bahwa dalam bersusastra, setiap orang memiliki hak dan kebebasan yang sama, karena sebagaimana disebut dalam teks bahwa mereka adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia. Sastrawan angkatan 45 menganggap diri mereka sebagai seorang yang tumbuh dan berkembang di antara masyarakat yang heterogen. Dan istilah rakyat bagi mereka adalah kumpulan segala bentuk hal-hal baru yang berbaur, melahirkan sebuah konsep yang berbeda dari yang pernah ada. Hal ini tercermin dalam kalimat Kami lahir dari kalangan orang banyak dan pengertian rakyat bagi kami adalah kumpulan campur baur dari mana dunia-dunia baru yang sehat dapat dilahirkan. Lalu dalam surat selanjutnya disebutkan, Ke-Indonesiaan kami tidak semata-mata karena kulit kami yang sawo matang, rambut kami yang hitam atau tulang pelipis kami yang menjorok ke depan, tapi lebih banyak oleh apa yang diutarakan oleh wujud pernyataan hati kami. Kami tidak akan memberikan suatu kata ikatan untuk kebudayaan

8

Indonesia. Kalau kami berbicara tentang kebudayaan Indonesia kami tidak ingin kepada melap-lap hasil kebudayaan lama sampai berkilat dan untuk dibanggakan, tetapi memikirkan suatu penghidupan kebudayaan baru yang sehat. Dari situ dapat diketahui bahwa sastrawan angkatan 45 adalah orangorang yang memegang teguh kepada idealismenya. Bukan keadaan fisik yang memperlihatkan ciri orang Indonesia, namun curahan pikiran serta ungkapan jiwanya lah yang menyebabkan orang mampu disebut sebagai orang Indonesia. Sastrawan angkatan 45 adalah orang berprinsip dan lebih Indosianis, dibandingkan angkatan sebelumnya yang lebih condong kepada kebudayaan Barat- sebut saja pada Angkatan Pujangga Baru. Hal ini mengarah kepada kecintaan terhadap kebudayaan bangsa. Mereka ingin keluar dari pakem yang sudah ada, memunculkan sesuatu yang baru, yang lebih merdeka. Lantas bagaimanakah puisi Aku memberikan pengaruh kepada dunia kesusastraan Indonesia? Puisi Aku kala terlahir, memberikan inpirasi bagi sebagian besar pengarang kala itu- sekaligus kecaman terutama dari tokoh angkatan Pujangga Baru-. Kalau kita lihat, memang ada perbedaan yang sangat besar antara puisi Aku dan puisi pada angkatan sebelumnya. Dilihat dari bentuk, puisi Aku lebih bebas dan tidak mengikut pada kaidah yang ditetapkan oleh angkatan Pujangga Baru, yang notabene memakai bahasa mendayu-dayu serta romantis. Kebebasan ini kemungkinan besar dipengaruhi unsur ekstrinsik, berupa keadaan perpolitikan Indonesia yang memang tengah mengarah ke masa-masa kemerdekaan. Selain itu pemilihan diksi oleh Chairil Anwar pun sudah jauh dari paten dan tatanan yang dibuat oleh pelopor angkatan Pujangga Baru, misalnya penggunaan kata jalang. Bahasa yang dipakai dalam puisi ini sangat dalam, destruktif, revolusioner, dan lebih berbunyi. Maka tak heran bila puisi Aku dijadikan semacam icon dalam angkatan 45.

9

B. Relevansi Nilai-Nilai dalam Puisi Aku Karya Chairil Anwar yang Dibuat Masa Itu Hubungannya dengan Masyarakat Kekinian Secara tersurat, nampak terlihat jelas dalam puisi Aku karya Chairil Anwar, yang memperlihatkan bahwa tokoh aku adalah sosok yang idealis, memiliki spirit yang begitu menggebu. Dia menceritakan hidup dan

pengalamannya serta ekspresi jiwa dengan begitu apik, serta mencoba menerjang titik-titik logis. Begitu terasa kesan membara, bagai api yang membakar sekam, menumbuhkan gairah baru dari jiwa-jiwa yang tidur. Dia sosok yang frontal dalam menggambarkan perasaan, suasana duka kematian- yang dibungkus dengan harapan yang meletup-letup.

Kalau sampai waktuku Ku tak mau seorang kan merayu Tidak juga kau

Bait puisi di atas menunjukkan dengan jelas, bagaimana dengan ketegaran nya sekaligus kepasrahannya tokoh aku mengungkapkan tentang kematian. Bahwa dia ingin takdir itu berjalan sesuai yang digariskan Tuhan, tak boleh ada yang memberikan saran kepadanya untuk menentang kehendak Tuhan, siapa pun itu. Sungguh ketegasan yang begitu mencolok.

Tak perlu sedu sedan itu

Sebuah advice, atau sekadar religious value, bahwa kematian itu memang menyakitkan, kematian adalah musibah, dan ini memberikan rasa kehilangan yang amat mendalam. Namun sekali lagi, dia ingin menunjukkan kemandirian, ingin menunjukkan diri sebagai hamba Tuhan yang taat. Karena dia ingin menunjukkan bahwa kematian bukanlah sesuatu yang patut disesali, kematian bukanlah sesuatu yang patut ditangisi, karena rencana Tuhan adalah yang terbaik. Timbul di sini sebuah optimisme, dan percaya atas keputusan Tuhan.

10

Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Ada nada protes, dan juga ungkapan pemberontakan. Terjadi koherensi dengan kalimat di atasnya, bahwa mengapa harus ditangisi. Toh selama ini dia hanya dianggap sebagai orang yang tak penting, orang yang terbiasa dengan kehidupan liar, yang tak diacuhkan. Sekali lagi sosok yang frontal dan idealis muncul. Di balik kata-katanya yang cukup keras, tajam, dan cenderung merendahkan dirinya sendiri, dia sebenarnya ingin mempertahankan harga diri. Dengan penilaian terhadap dirinya sendiri, dia ingin menunjukkan eksistensi. Ungkapan binatang jalang itu menggambarkan betapa rendahnya dia, betapa dikucilkannya dia, namun dia menyebut tak perlu sedu sedan itu yang berarti memang ada orang yang pasti menangisi kematiannya.

Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang

Ada keberanian luar biasa, dan semacam daya magis yang memikat pembaca untuk bernyali. Betapa dia menggambarkan perjuangan itu dengan sedemikian ganasnya, dengan sedemikian berkobarnya. Mungkin orang tak dapat membayangkan perjuangan apa sebenarnya yang dilakukan oleh tokoh aku, namun pembaca dapat menggambarkan, bagaimana orang yang sudah tertembak, tetap dengan gerakan yang cepat, dia menembus barisan musuh. Dan memporakporandakannya. Satu hal yang luar biasa. Dan ini sesungguhnya relevan dengan kehidupan sekarang ini, meskipun dengan konteks perjuangan yang lain.

Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih perih

Dia ingin menggambarkan lewat sebait kalimat di atas, bahwa hal-hal yang susah, kesengsaraan, kepedihan, adalah hal-hal yang biasa menjadi makanan

11

sehari-hari. Maka seiring berjalannya waktu, karena dia sudah terbiasa, maka dia tak merasakan itu sebagai kesengsaraan. Karena itu sudah menjadi bagian dari kehidupannya, sudah mendarah daging dalam tiap hari-harinya. Sekali lagi sebuah moral value, didapat. Bahwa ketika kita ingin kuat, maka kita harus terbiasa untuk menjalani apa pun di luar pagar kita kenyamanan dan kemudahan-kemudahan hidup-.

Dan aku akan lebih tidak peduli

Sebuah kecuekan hidup, yang menunjukkan sikap masa bodoh terhadap segala penghalang dari perjuangan. Sebuah pemikiran positif, dan ini juga dapat diartikan, bahwa dia memiliki satu pandangan lurus, bahwa yang perlu dipikirkan dalam menjalani hidup ini adalah perjuangannya, bukan malah terlena oleh hambatan dan penghalang yang lahir dalam proses melakukan perjuangan itu sendiri.

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Sekilas terlihat adanya ironi, dari diciptakannya baris terakhir ini. Seakan kehilangan konsistensi dan juga koherensi dengan bait awal puisi. Namun ternyata ada hal terselubung yang mungkin baru muncul setelah kita mencermati dan menjajal labirin yang dibuat oleh penulis satu per satu. Kita akan menemukan, bahwa ternyata ruang-ruang yang kosong itu sebenarnya terisi sesak dengan berbagai macam makna dan nilai. Sebuah struktur yang cukup njelimet namun menimbulkan kesan mendalam. Keinginan untuk hidup lebih lama seribu tahun lagi- seakan melahirkan suatu adesi hal yang bertolak belakang- dengan kepasrahannya yang menyatakan bahwa tidak boleh keluar pernyataan yang memprotes Tuhan di awal baitnamun sesungguhnya, Chairil Anwar ingin memberikan suatu motivation and inspiring pembaca, bahwa kendati dia hidup dalam segala bentuk cobaan tersebut, dia tidak pernah mengeluh bahkan mengkambinghitamkan Tuhan, yang dia

12

lakukan selanjutnya adalah menikmati suratan, dan mencoba mengambil sisi-sisi positif dari makna kehidupan ini. Sikap ironi yang dia tunjukkan sangat bertolak belakang dengan keadaan masyarakat kekinian, dimana ketika ada masalah lebih menyelesaikan dengan jalan pintas bunuh diri-, namun yang dia lakukan cukup mengejutkan, dengan keadaan yang serba sulit, dia justru ingin melanjutkan hidup lebih lama bahkan sangat lama, dia mempunyai harapan untuk dapat terus melanjutkan perjuangan. Terdapat social value di sini. Dan inilah yang mencoba di eksplorasi Chairil Anwar dalam karyanya yang berjudul Aku. Sikap berapi-api ini menjilat setiap relung hati pembaca, ada semacam hipnotis yang dipancarkan dari larik-larik kalimatnya yang begitu lugas dan tajam. Melahirkan perasaan trenyuh sekaligus menumpahkan ajaran untuk bersabar, menerima hidup, terima ing pandum, serta semangat yang melecut-lecut. Dari sinilah kita dapat melihat dengan jelas bagaimana sosok Chairil Anwar tak sudi untuk berteori atau sekedar berbasa-basi dengan kalimat anggun, indah, dan melambai-lambai namun keropos. Diksi yang dia tembakkan, adalah peluru yang menembus jantung sasaran. Menciptakan gairah hidup yang mengguncang.

13

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan dapat di simpulkan bahwa: 1. Puisi Aku karya Chairil Anwar, memberikan warna tersendiri dalam dunia kesusastraan Indonesia. Keberaniannya dalam berekplorasi dengan diksi, menyebabkan Aku menjadi puisi yang revolusioner 2. Penyimpangan yang terjadi dalam puisi Aku menjadikan Aku serbagai karya sastra icon pada angkatan 45 3. Terdapat religious value, tentang keikhlasan dalam menerima takdir Tuhan 4. Ada moral value yang mengajarkan kita untuk keluar dari kesenangankesenangan apabila ingin kuat dalam menjalani hidup 5. Terdapat motivasi untuk terus berjuang kendati itu bukan persoalan yang mudah 6. Terdapat social value yang mengajarkan kita untuk berpikiran jauh ke depan, serta tidak putus asa, terlebih lagi mengkambing hitamkan Tuhan 7. Ada unsure spiritisme yang hendak ditransformasikan penulis kepada pembaca di setiap baitnya B. Saran-saran 1. Perlu upaya yang konkret untuk mampu mengaplikasikan sebuah nilai dalam karya sastra 2. Diperlukan pengkajian yang lebih mendalam untuk menguak berbagai hal dalam puisi Aku, termasuk melakukan dengan pendekatan yang berbeda 3. Perlu adanya tindak lanjut, untuk menumbuh kembangkan apresiasi terhadap karya sastra terhadap mahasiswa, sehingga nilai-nilai yang hendak ditransformasikan oleh penulis tidak sia-sia belaka.

14

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. 2003. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: P.T. Gramedia Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2006. Pedoman Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa Umum

Pradotokusumo, Partini Sardjono. 2005. Pengkajian Sastra. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sukasworo, dkk. 2002. Bahasa Indonesia Untaian Gramatika dan Sastra Indonesia. Jakarta: P.T. Piranti Sayuti, Suminto. A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media Surana. 2001. Pengantar Sastra Indonesia. Solo: P.T. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher

http://id.wikipedia.org/wiki/surat_kepercayaan_gelanggang (diunduh pada tanggal 12 Januari 2011) http://matasakti.blogspot.com/analisis_wacana_kohesi_pada_puisi_aku (diunduh pada tanggal 10 Januari 2011) http://patahanangin.blogspot.com/semangat_45_aku_chairil_si_binatang_jalang (diunduh tanggal 10 Januari 2011) http://tajuknusantara.blogspot.com/kemerdekaan_sastra_angkatan_45_dan_surat_ kepercayaan_gelanggang (diunduh tanggal 12 Januari 2011)

15

BIODATA DIRI Nama Jenis Kelamin Jurusan NIM Universitas TTL Alamat Rumah Alamat Universitas Pengalaman : No Juara 1 Lomba menulis cerpen Ikatan Muslimah Purworejo th. 2007 Juara II Lomba Penulisan Cerpen pelajar SMA Tk.Jateng, KMSI, Fak.Sastra UNDIP th 2008 Juara III Lomba Karya Tulis Remaja bidang bahasa. Tk. Prov. Jawa Tengah th.2009 Juara Harapan I Lomba Menulis Cerpen Remaja, Balai Bahasa Prov. Jawa Tengah th. 2008 Juara 1 Lomba Karya Ilmiah Remaja Universitas Muhammadiyah Purworejo tingkat Karisidenan Kedu th. 2009 Pernah menulis di jurnal KREATIVA, Lembaga Pers dan Penerbitan Mahasiswa, FBS UNY, th. 2008 Kontributor Tabloid Borobudur Post, majalah pendidikan Kab. Purworejo Beberapa puisi tergabung dalam Antologi Puisi Di Atas Awan Aku Bernyanyi, th. 2008 Kadiv Litbang dan Jaringan LPPM Kreativa FBS UNY : 082133747239 : OKTA ADETYA : Laki-Laki : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2010 : 10201241016 : Negeri Yogyakarta, Fakultas Bahasa dan Seni : Purworejo, 26 Oktober 1992 : Karangmalang, Blok A/5, Caturtunggal, Depok, Sleman Yogyakarta : Karangmalang, Caturtunggal, Depok, Sleman Yogyakarta

E-mail/FS/FB : [email protected]

16

17