2. aai uns materi ok pmd
TRANSCRIPT
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
15
MATERI ASISTENSI AGAMA ISLAM
Mengenal Hakikat Penciptaan ManusiaMengenal Hakikat Penciptaan ManusiaMengenal Hakikat Penciptaan ManusiaMengenal Hakikat Penciptaan ManusiaMengenal Hakikat Penciptaan Manusia
(Ma’rifatul Insan)(Ma’rifatul Insan)(Ma’rifatul Insan)(Ma’rifatul Insan)(Ma’rifatul Insan)
“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari saripati
yang (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami balut dengan daging. Lalu Kami jadikan ia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik.”
(Al-Mukminun : 12-14)
Nama-nama manusia
Allah SWT dalam Al-Qur’an memberikan nama lain untuk manusia
dengan berbagai sebutan dalam bahasa arab. Diantaranya adalah
- Al-Ihsan
- Bani Adam
- An-nas
- Al-Basyar
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
16
PROSES PENCIPTAAN MANUSIA
“Hai manusia jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan
(dari kubur), maka ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal
darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya
dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan
Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu
yang telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai pada
kedewasaan, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan ada pula
yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak
mengetahui lagi sesuatupun yang dulu diketahuinya. Dan kamu lihat
bumi ini kering, kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya,
hidup dan suburlah bumi itu dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah.” (Al-Hajj : 5)
“…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi
kejadian dalam tiga kegelapan. Yang berbuat demikian itu adalah
Allah…” (Az-Zumar: 6)
Tiga kegelapan yang dimaksud ayat tersebut adalah kegelapan dalam
perut, kegelapan dalam rahim dan kegelapan dalam selaput yang menutup
janin dalam rahim. Seperti yang telah dijelaskan dalam QS. Az-Zumar
ayat 6. Hal ini juga tidak terbantahkan secara ilmiah.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
17
Lebih jelas lagi, ayat Al-Quran yang menggambarkan proses
penciptaan manusia adalah pada QS. Al-Mukminun ayat 12-14, yang
artinya :
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
saripati yang (berasal ) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati
itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami balut
dengan daging. Lalu Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Al-
Mukminun: 12-14)
Dari ayat diatas ada 2 kesimpulan isi kandungan ayat tersebut,
yaitu :
a. Penegasan Allah swt. bahwa manusia merupakan makhluk ciptaan-
Nya yang asal kejadiannya berasal dari saripati tanah. Bagaimana
menurut ilmu pengetahuan mengenai asal kejadian manusia? Menurut
ilmu Biologi, manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan asal kejadiannya
adalah dari tanah. Hal ini telah dibuktikan dengan menggunakan metode
abu bekas bakaran dari makhluk hidup tersebut. Hasil penelitian abu
bekas bakaran tersebut diketahui bahwa unsur-unsur asli yang terdapat
dalam diri manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan sama dengan unsur-
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
18
unsur yang terdapat dalam tanah, yaitu, oksigen, hidrogen, zat belerang,
zat arang, kalium, natrium, iodium, asam arang, air, dan zat-zat lainnya
yang berfungsi sebagai pelengkap.
b. Informasi dari Allah swt. tentang proses kejadian manusia ketika masih
berada dalam kandungan.
Sesuai ayat tersebut, proses kejadian manusia dalam kandungan yaitu
:
• Allah swt menjadikan saripati tanah yang terdapat dalam tubuh
manusia sebagai nutfah (air yang berisi spermatozoa), yang
kemudian ditumpahkan ke dalam qarar (rahim)
• Allah swt. menjadikan nutfah sebagai alaqah yang berbentuk
gumpalan darah menyerupai buah lecis atau lintah.
• Dari alaqah, Allah swt. menjadikannya sebagai mudghoh, yaitu
segumpal daging yang menyerupai daging hancur yang telah
dikunyah.
• Dari mudghoh, Allah swt. menjadikannya sebagai idzam, yaitu
tulang atau rangka.
• Kemudian tulang atau rangka itu dibalut oleh daging.
• Setelah itu Allah swt. menjadikannya sebagai makhluk dalam
bentuk lain yaitu dalam bentuk manusia yang telah berkepala,
berbadan, bertangan dan berkaki.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
19
Bagaimana menurut pandangan ilmu pengetahuan tentang proses
kejadian manusia?
Menurut ilmu biologi, spermatozoa yang berasal dari laki-laki (suami)
melalui proses senggama masuk ke dalam qarar (rahim) wanita (istri). Di
dalam rahim, spermatozoa ini bertemu dengan sel telur atau ovum istri
sehingga terjadi pembuahan. Sel telur yang telah dibuahi disebut zigot,
kemudian mengalami nidasi atau menempal pada salah satu dinding rahim.
Pada titik itulah ia membesar dengan sistem perkembangan sel, yaitu
membelah diri dari satu menjadi 2, 4, 8, 16, 32, dan seterusnya menurut
deret ukur, menjadi berkas sel-sel yang berbentuk seperti buah murbei.
Kemudian tumbuh memanjang, gepeng seperti lintah, kedua ujungnya
melekat pada dua titik pada dinding rahim, lalu salah satu ujungnya lepas
dan terbentuklah segumpal daging yang dihubungkan dengan seutas tali ke
dinding rahim ibunya. Dalam proses selanjutnya, daging itu tumbuh menjadi
tulang yang beruas-ruas panjang, kemudian berkembang menjadi kerangka
badan yang lengkap serta otot menutupi tulang-tulang itu. Sesudah 120
hari atau 4 bulan masa kandungan, maka jabang bayi sudah lengkap dengan
segala organ-organ tubuh sebagai manusia dan setelah sembilan bulan
sepluh hari bayi tersebut siap dilahirkan.
Unsur Manusia
Manusia hidup dari rangkaian unsur-unsur tertentu yang menyusun
struktur kepribadiannya. Allah menciptakan manusia melalui dua tahap.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
20
Allah pertama kali menciptakan jasadnya, kemudian meniupkan ruh ke
dalam jasad itu, sebagaimana pernyataan Allah swt. dalam ayat di bawah
ini :
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan (penciptaan
jasadnya), lalu Kutiupkan dari ruh-Ku ke dalamnya, maka
bersujudlah kamu sekalian kepadanya.” (Shaad: 72)
Jadi, dua unsur utama dalam kepribadian manusia adalah unsur materi
yaitu fisik manusia dan unsur ruh yaitu hati dan jiwa manusia. Selain dua
unsur tersebut ada satu unsur yang membuat manusia menjadi makhluk
Allah yang sempurna dibandingkan hewan dan tumbuhan, unsur tersebut
adalah akal.
Ruh merupakan zat yang tak terlihat, tetapi hakekat ruh itu terasa
eksistensinya dalam jiwa manusia. Fungsi utama ruh untuk merasakan,
meyakini, menghendaki, dan memutuskan. Rasulullah saw mengatakan
bahwa di dalam jasad ada segumpal daging. Bila daging itu baik, maka
baiklah seluruh jasad. Namun bila daging itu rusak, maka rusaklah seluruh
jasad. Segumpal daging itu adalah hati manusia, dalam hal ini konteks
pembahasan hati bukanlah hati secara fisik, walaupun hepar juga sangat
menentukan kesehatan tubuh.
Akal adalah unsur dalam diri manusia yang berfungsi untuk
menampung dan memahami informasi yang disimpan dalam otak, kemudian
diproses dalam hati. Karena itulah Al-Quran sering menyatakan bahwa
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
21
kerja akal itu dalam hati, sebab memang tidak ada jeda waktu dari proses-
proses itu. Selanjutnya hasil keputusan hati itu akan menjadi tekad. Dari
tekad akan turun ke wilayah fisik menjadi sikap dan tindakan.
Fisik atau jasad memiliki tugas utama yaitu mengekspresikan
kehendak dalam bentuk sikap dan tindakan yang diarahkan oleh akal dan
keputusan jiwa. Oleh karena itu fisik adalah kendaraan bagi akal dan jiwa
kita. Para ulama Islam mengatakan, “Jika engkau mempunyai jiwa besar,
niscaya ragamu akan lelah mengikuti kehendaknya.” Jadi kendaraan ini
harus di up-grade kemampuannya dan dipelihara terus menerus, agar
sanggup membawa beban akal dan jiwa kita. Sebab setiap masalah yang
menimpa kendaraan ini akan mempengaruhi kondisi akal dan jiwa kita.
Ketiga unsur manusia tersebut, adalah kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan dan pemenuhan kebutuhannya pun harus seimbang.
POTENSI MANUSIA
Manusia menyimpan potensi dalam dirinya. Potensi tersebut
mengarah pada dua kecenderungan yang berlawanan. Dua kecenderungan
tersebut mengarahkan manusia untuk berbuat takwa atau berbuat fujur.
“Maka Dia (Allah) mengilhamkan kepada manusia (jalan) fujur
dan taqwa.” (Asy-Syams: 8)
Fujur adalah representasi semua kebatilan, kejahatan dan
keburukan yang semua itu akan menghasilkan dosa dan kesengsaraan dan
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
22
muaranya adalah neraka. Sementara takwa adalah representasi kebenaran,
kebaikan dan keindahan yang semua itu menghasilkan pahala dan
kebahagiaan yang muaranya adalah surga. Nah, kita jadi tahu bukan apa
yang menyebabkan seseorang bisa masuk surga atau neraka?
Sesungguhnya potensi fujur dan potensi takwa tidak akan pernah
bertemu pada satu waktu dalam diri manusia. Tidaklah seseorang berbuat
maksiat ketika ia dalam keadaan beriman. Sebaliknya, orang-orang yang
sedang kafir tidak sekali-kali melakukan ketaatan kepada Allah. Demikian
hadits Nabi menuturkan. Maka, Allah swt. menjanjikan kepada orang-
orang yang bertakwa, balasan sesuatu yang tidak diberikan kepada orang-
orang kafir yang berbuat fujur.
Sebagaimana Allah swt berfirman :
“Sesungguhnya orang kafir, ahli kitab, dan orang musyrik masuk
ke dalam neraka jahanam dan mereka kekal di dalamnya, mereka
itulah sejelek-jelek makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itulah sebaik-baik
makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga Adn
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya….” (Al-Bayyinah: 6-8)
Maka keputusan untuk memilih yang baik (surga) atau yang buruk
(neraka) ada pada diri kita. Dan tentu saja, kita ingin berada dalam
kebaikan yang selalu kekal di sisi Allah swt.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
23
KEISTIMEWAAN MANUSIA
Ada banyak kelebihan atau keistimewaan manusia dibandingkan dengan
makhluk lainnya, diantaranya adalah:
1. Dalam segi penciptaan
2. Dalam segi Ilmu
3. Dalam segi kehendak
4. Dalam segi posisi
5. Dalam segi kemampuan berbicara
6. Dalam segi tendensi moral
MISI MANUSIA DI MUKA BUMISetidaknya, ada tiga misi diciptakannya manusia di bumi ini, yaitu :
1. Beribadah kepada Allah swt
Allah memerintahkan manusia untuk beribadah sebagai bentuk rasa
syukur atas karunia dan nikmat yang diberikan-Nya seperti disampaikan
dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56 berikut.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku.”
Jadi tugas utama manusia adalah menyembah (beribadah) kepada
Allah, bukan untuk yang lainnya. Ibadah disini dalam arti luas yang tidak
melulu shalat, zakat, puasa, naik haji dan sebagainya, namun bermakna
luas. Segala sesuatu yang diperbuat seseorang karena ketaatan dan
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
24
ketundukannya kepada Allah adalah ibadah. Saat kita kuliah dengan niat
bismillah mencari ilmu Allah, maka itu bisa dihitung ibadah. Ketika kita
tersenyum ikhlas pada saudara seiman itu juga ibadah. Bahkan sekedar
menyingkirkan duri/rintangan di jalan pun dikatakan Rasulullah sebagai
ibadah. Ibnu Taimiyah mengartikan ibadah adalah segala sesuatu yang
dicintai Allah dan diridhoi-Nya. Prinsip “hidup hanya untuk beribadah”
jangan dimaknai meninggalkan berbagai aktivitas untuk melaksanakan ritual
ibadah tapi dimaknai dengan menjadikan seluruh aktivitas kehidupan bernilai
ibadah.
2. Sebagai pemimpin di muka bumi (khalifah fil ardhi)
Allah swt. memilih manusia untuk memimpin dan mengelola bumi
dengan seluruh isinya. Hal ini karena kelebihan manusia atas kehendak
Allah swt. yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, yakni kecerdasan yang
dimilikinya. Perhatikan firman Allah swt berikut:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat,
“sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.
“Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah
di bumi ini orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman,
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang engkau tidak ketahui.”
(Al-Baqarah: 30)
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
25
3. Misi Peradaban (Al ‘Imarah)Manusia dengan berbagai potensi yang dianugerahkan Allah, adalah
makhluk berperadaban. Dengan otaknya, manusia mampu menciptakankarya-karya besar dalam kehidupan ini untuk meramaikan danmemakmurkan kehidupan agar lebih nyaman ditinggali. Allah swt berfirman
dalam QS. Hud ayat 61, yaitu “Dan kepada Samud (Kami utus) saudara
mereka, Salih. Salih berkata, “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-
kali tidak ada bagimu tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu
dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu
mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya.
Sesungguhnya Tuhan-ku amat dekat (rahmat-Nya) lagi
memperkenankan (doa hamba-Nya).” (Hud : 61)
Bersamaan dengan itu, Islam hadir dengan tuntunan syariatnya yang
komprehensif dan integral, yang memungkinkan manusia memberdayakan
seluruh potensinya untuk mengemban misi agung sebagai makhluk yang
berperadaban, untuk membangun kehidupan dengan bimbingan nilai-nilai
luhur Islam.
Mengenal Allah (Ma’rifatulloh)Mengenal Allah (Ma’rifatulloh)Mengenal Allah (Ma’rifatulloh)Mengenal Allah (Ma’rifatulloh)Mengenal Allah (Ma’rifatulloh)
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk
dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala
agama-agama meskipun orang musyrik membenci”
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
26
(Ash-Shaff : 9)
“Tiga perkara bagi siapa yang mendapatkan hal itu pada dirinya
maka ia akan dapat menikmati manisnya iman. Pertama, Allah
dan Rasulnya lebih ia cintai dari pada yang lainnya; Kedua, tidak
mencintai seseorang kecuali karena Allah; Ketiga, ia benci kembali
kepada kekufuran setelah Allah selamatkan ia dari kekufuran itu,
sebagaimana ia benci apabila dicampakkan ke dalam api neraka”.
(HR Muttafaqun’alaih dari Anas bin Malik)
• Allah, kebutuhan fitrah manusia
Manusia sadar bahwa dirinya dan apapun yang ada di alam ini
pasti ada yang mencipatakan. Keserasian dan keharmonisan roda
kehidupan di alam ini merupakan bukti bahwa di atas semua itu, ada
zat yang luar biasa. Tak heran jika muncul berbagai aliran animisme,
dinamisme, hindu, budha dan lain sebagainya. Itulah sebenarnya nurani
kemanusiaa manusia, fitrah manusia yang telah Allah tetapkan dalam
ketentuannya. Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (Ar Rum:
30).
• Bagaimana mengenal Allah
A. Bukti yang didasarkan dan dibenarkan oleh akal (dalil aqli)
Akal kita (asal kita tidak sombong dan ingkar) sebenarnya
bisa merasakan keberadaan Allah. Orang bisa mengatakan bahwa
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
27
alam ini tercipta dengan sendirinya, tapi pernyataan ini bisa
langsung dipatahkan dengan argumentasi yang sangat sederhana.
Ustadz Hasan Al-Banna rahimahullah, pernah mendapat
sanggahan bahwa alam ini tercipta dengan sendirinya. Sedangkan
Allah atau apapun yang menciptakan alam, itu tidak ada. Beliau
dengan tenang menjawab: ’’Jika Anda meletakkan sebuah buku
di atas meja kemudian Anda keluar dari kamar dan tak lama
kemudian mendapati buku tersebut berada di dalam laci, maka
secara logis Anda akan berpendapat bahwa pasti ada orang yang
memindahkannya karena Anda tahu sifat-sifat buku yang tidak
mungkin berpindah dengan sendirinya. Lalu jika suatu ketika Anda
melihat seseorang duduk di kursi kemudian Anda
meninggalkannya. Ketika Anda kembali orang tersebut tak ada
lagi di kursinya melainkan duduk di karpet, secara logis pula Anda
tidak akan bertanya siapa yang memindahkannya dari kursi ke
karpet karena Anda tahu sifat-sifatnya, bahwa ia bisa berpindah
dengan sendirinya. Jadi, sifat-sifat alam semesta ini sebagaimana
sifat buku yang tadi saya umpamakan, tidak mungkin terjadi
dengan sendirinya. Sedangkan sifat-sifat Allah sejalan dengan
perumpamaan kedua. Ia pasti ada dengan sendirinya karena
demikianlah sifatnya, Ia tidak membutuhkan sesuatu yang lain di
luar dirinya.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
28
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal, (Ali Imran: 190)
Akal pikiran merupakan anugerah terdahsyat yang dimiliki
manusia, dan Allah tidak menganugerahkannya kepada makhluk
selainnya. Dengan akal pikiran ini manusia dapat belajar,
mengamati, dan akhirnya menyimpulkan. Penjelajahan inderawi
manusia hanya akan menjadi data-data empiris yang tidak memberi
arti apa-apa jika tidak dibaca dengan akal pikiran manusia. Akal
pikiran (logika)-lah yang memberi arti data-data alam itu,
menghubung-hubungkan, lalu menyimpulkannya. Maka dengan
mengamati fenomena alam yang terbentang ini (ayat kauniyah),
manusia dengan logikanya sesungguhnya mampu mendapatkan
pengetahuan yang sangat luas.
Para ahli filsafat abad-abad silam melakukan penjelajahan
filosofinya untuk mendapatkan sebuah hakikat maha penting, yaitu
hakikat sumber dari segala alam wujud ini. Ada beragam
kesimpulan, namun banyak diantara mereka akhirnya
menyimpulkan bahwa dibalik fenomena alam ini ada sebuah
“kekuatan” yang Maha Dahsyat, yang menciptakan alam yang
maha luas ini. Jika mereka telah mendapatkan kesimpulan adanya
tuhan (what), namun mereka tidak mampu lagi memperoleh
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
29
informasi lebih lanjut tentang siapakah tuhan itu (who)? Meskipun
demikian, kesimpulan awal dari penjelajahan logika ini sudah
sangat memberi arti bagi kegelisahan jiwa manusia tatkala mereka
belum mendapatkan tuntunan wahyu dari langit yang memberi
penjelajahan lebih terperinci. Mungkin, jika para filosof ini
berjumpa Nabi dengan wahyu yang dibawanya, merekalah yang
akan memberi respon positif pertama kali untuk menerimanya.
Ini persis seperti kisah petualangan Ibrahim mencari tuhan, atau
kisah beberapa sahabat yang mencari agama yang benar dan
akhirnya dipertemukan dengan baginda Rasulullah saw.
B. Bukti yang berasal dari Al-Qur’an (dalil naqli)
Ada seorang profesor dari Jerman yang juga seorang dokter
ahli bedah. Ia seorang yang masih kafir, tapi suka mempelajari
ilmu agama (orientalis: belajar untuk diilmui saja, bukan untuk
diimani), diantara yang dipelajarinya adalah Islam. Pada suatu
hari ia menemukan ayat 92 dari surat Yunus(10) yang berbunyi;
’’Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya
kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia
lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”
Profesor itu kemudian mencari tahu badan siapa yang
diselamatkan Allah seperti yang dimaksudkan dalam ayat itu?
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
30
Akhirnya dia menemukan jawabannya pada surat Al Baqarah
ayat 50,
’’Dan (ingatlah) ketika Kami belah laut untukmu, lalu
Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun)
dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri
menyaksikan.”
Dari ayat itu, sang Profesor berkesimpulan bahwa yang
dimaksudkan Allah itu adalah Fir’aun yang pernah tenggelam di
Laut Merah. Setelah mati tenggelam, Allah menyelamatkan
jasadnya dengan tidak membuatnya remuk membusuk. Menurut
sejarah Mesir, mayat yang tenggelam itu ditemukan di tepi pantai
dan oleh rakyatnya, mayat Fir’aun itu dibalsem dan dimusiumkan
di Mesir. Pada tradisi Mesir kuno, mayat-mayat para raja memang
biasanya diawetkan dengan cara dibalsem menjadi mummi dan
disemayamkan di Piramida, sebuah bangunan yang tersusun dari
batu berbentuk limas.
Setelah tahu hal itu, sang profesor ingin membuktikan
kebenaran ayat tersebut dengan keahlian yang ia miliki, yaitu ilmu
bedah. Ia lalu pergi ke Mesir, tempat tersimpannya mummi Fir’aun.
Ternyata, disana ia tidak hanya menemukan satu Fir’aun atau
yang sering dikenal dengan sebutan raja Ramses. Ia menemukan
tiga mummi raja Ramses, yakni Ramses I, II dan III. Lalu manakah
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
31
yang dimaksud dalam surat Yunus ayat 92 itu? Untuk
menemukannya, sang Profesor menggunakan ilmu yang dimilikinya
untuk membedah ketiga mummi tersebut. Ternyata, mayat Ramses
II-lah yang memiliki tanda-tanda pernah tenggelam. Itu terlihat
dari otot-otot tubuhnya yang menegang seperti orang yang mati
tenggelam. Bukti lain yang menguatkan adalah adanya salah satu
spesies ganggang laut yang ada di Laut Merah terdapat dalam
tubuh mummi tersebut.
Setelah kejadian itu, sang Profesor yang semula kafir itu
mendapat hidayah. Ia tidak lagi sekadar mempelajari agama,
namun sekaligus mengimaninya dan mengamalkan Islam. Ini salah
satu contoh yang menunjukkan bahwa dalil naqli (ayat-ayat Al-
Qur’an) membuktikan keberadaan Allah swt.
C. Bukti Fitrah (dalil fitri)
Fitrah artinya hati nurani, nurani adalah bisikan hati yang
paling dalam. Mungkin kita sering merasakan hal-hal yang
berkaitan dengan ini, nurani tidak bisa berbohong kecuali kita
mengingkarinya atau menolaknya. Nah, keberadaan Allah itu
sesuatu yang sulit disangkal oleh nurani. Sebab, kita sejak awal
sudah dibekali kesaksian tentang Allah seperti dalam ayat berikut
ini,
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
32
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari
sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya
berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu? “Mereka
menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami
bersaksi,”(Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari
Kiamat kamu tidak mengatakan, “ Sesungguhnya ketika itu
kami lengah terhadap ini,”. (Al-A’raaf:172)
Jadi, nurani kita sebenarnya telah terisi kesaksian bahwa
ternyata ada Dzat yang Maha Lebih Segalanya dibandingkan kita.
Ada kekuatan yang luar biasa kuat menguasai hidup kita. Ada
hal-hal yang tidak terjangkau indera kita tetapi nurani kita mengakui
adanya.
Al-Quran juga menyebutkan bahwa keimanan kepada Allah
swt merupakan pokok atau dasar, dimana setiap rukun akidah
bersandar kepadanya atau mengikutinya.
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah
turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
33
kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya.” (An-Nisa’: 136)
Adapun keimanan kita kepada Rasulullah merupakan
konsekuensi dari keyakinan kepada Allah. Tidak mungkin
seseorang meyakini adanya Rasulullah, apabila mereka tidak
beriman kepada Allah. Demikian juga, keimanan kepada kitab-
kitab dan adanya hari akhir, berdiri di atas pondasi keimanan
kepada Allah. Tidak dibenarkan secara logika bahwa seseorang
mengingkari Allah tetapi meyakini kitab-kitab Allah. Keseluruhan
rukun keimanan berdiri di atas landasan iman kepada Allah. Begitu
banyak kehancuran melanda masyarakat paganis yang
mengagung-agungkan berhala. Karena kehidupan manusia hanya
akan bisa berjalan lurus dan benar apabila berada dalam bimbingan
iman kepada Allah swt.
• Tauhidullah
Pengenalan kepada Allah menuntutu pengetahuan tentang tauhid.
At-tauhid berasal dari kata kerja wahhada-yuwahhidu yang berarti
sikap mengesakan. Tauhidullah dibagi menjadi 3 macam tauhid pokok.
1) Tauhid Rububiyah (Allah sebagai Rabb)
Kata rububiyah berasal dari akar rabb, yaitu zat yang
menghidupkan, mematikan, menciptakan, memberi rezeki,
mengelola, mengatur, dan menguasai alam semesta. Tauhid
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
34
rububiyah menunjukkan sebuah keyakinan terhadap keesaan Allah,
bahwa Allah adalah satu-satunya zat yang melakukan perbuatan
(af’al) tersebut. Didalam Al Qur’an, banyak dijelaskan Allah
berkaitan dengan rububiyah yang meliputi fenomena penciptaan,
pemberian rejeki, juga pengelolan dan penguasaan alam semesta
ini. Seseorang yang mempunyai tauhid yang matang, maka tidak
akan terjerumus dalam perbuatan syirik, misalnya menganggap
suatu benda memiliki kekuatan gaib, atau meyakini dukun, meyakini
hari-hari tertentu, atau isyarat-isyarat tertentu (dari binatang, burung,
cuaca)sebagai pertanda terjadinya sesuatu. Tauhid rububiyah Allah
SWT (1:2, 7:54), menurut fuungsinya terbagi atas 3:
- Khaliqan (pencipta) (25:2, 2:21-22)
- Razikan (pemberi rizki) (51:57-58)
- Malikan (pemilik) (2:284, 1:4, 114:2, 62:2)
2) Tauhid Mulkiyah
Kata mulkiyah berasal dari akar kata mulk, yang dengannya
terbentuk pula kata malik. Tauhid mulkiyah berarti sebuah
keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya zat yang menguasai
alam semesta ini, dengan hak penuh penetapan peraturan atas
kehidupan. Tidak ada sekutu dalam kekuasaan Allah di alam
semesta ini. Dengan sifat mulkiyahnya, Allah berhak menentukan
apa saja untuk makhlukNya. Sebagai malik (Yang Memiliki) maka
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
35
Allah adalah raja atau penguasa. Tauhid mulkiyah Allah SWT (3:2,
3:189) meliputi:
- Waliyan (pemimpin) (7:196)
- Hakiman (pembuat hukum) (51:57-58)
- A,miran (pemerintahan) (3:54)
3) Tauhid Uluhiyah
Jika telah memiliki keyakinan tauhid rububiyah dan uluhiyah, maka
tauhid uluhiyah adalah pengejawantahan dari sikap kepasrahan
dan penghambaan yang paripurna hanya kepada Allah SWT.
Uluhiyah atau ilahiyah berasal dari kata ilah. Dalam bahasa arab
kata ilah memiliki akar kata a-la-ha yang memiliki arti atara lain
tentram, tenang, lindungan, cinta dan sembah. Semua makna ini
sesuai dengan sifat-sifat dan kekhususan zat Allah SWT. Makna
tauhid uluhiyah adalah sebuah keyakinan bahwa Allah adalah satu-
satunya zat yang memiliki dan menguasai langit, bumi dan seisinya,
satu-satunya yang wajib ditaati, yang menentukan segala hukum
dan aturan, yang melindungi dan Dialah yang menjadi tumpuan
harapan dab kepadaNya ditujukan semua amalan, dan pada
puncaknya Dialah satu-satunya Ilah yang Maha berhak disembah.
4) Tauhid Asma wa Sifat
Asma adalah jamak dari kata ismun, yaitu nama-nama. Dengan
demikian, tauhid asma wa sifat berarti keyakinan bahwa Allah
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
36
adalah esa dalam nama-nama-Nya. Kita diperintahkan untuk
menerima dan mengimani nama serta sifat Allah sebagaimana yang
disampaikan sendiri oleh Allah didalam Al Qur’an dan Rosulullah
SAW dalam sunah, apa adanya, tanpa menambah, mengurangi,
menolak, mentakwilkan ataupun mengandaikan. Memahami dan
mendalami asma dan sifat Allah merupakan hal yang penting bagi
kita sebagi hamba-Nya yang beriman. Karena sebuah sikap
biasanya akan ditentukan oleh sejauh mana pengenalan seseorang
terhadap pihak yang disikapi.
• Urgensi mengenal Allah
1) Istiqomah di jalan Allah
2) Stabil dan optimis
3) Berani dan tidak pengecut
4) Hidup penuh berkah
5) Ikhlas dalam beramal
6) Tidak mudah putus asa
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
37
Mengenal Rasululloh (Ma’rifaturrosul)Mengenal Rasululloh (Ma’rifaturrosul)Mengenal Rasululloh (Ma’rifaturrosul)Mengenal Rasululloh (Ma’rifaturrosul)Mengenal Rasululloh (Ma’rifaturrosul)
“ Dan sesungguhnya engkau Muhammad berakhlak sangat mulia”
(Al Qalam : 4)
“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu rasul diantara
kamu yang membacakan ayat – ayat Kami kepadamu dan
mensucikanmu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan hikmah,
juga mengajarkan kepadamu apa-apa yang belum kamu ketahui.”
(Al Baqarah : 151)
MENGENAL RASUL
Secara etimologi (bahasa), kata “rasul” memiliki akar kata arsala-
yursilu, yang berarti mengutus. Maka rasul juga disebut “mursal” yang
berarti “orang yang diutus”, yang jamaknya mursaluun. Sedangkan secara
terminologi (istilah) rasul didefinisikan sebagai “Seorang laki-laki pilihan
yang diberi wahyu oleh Allah swt dengan kewajiban untuk mengamalkan
dan menyampaikannya kepada umat manusia.”
Definisi rasul ini menggambarkan kepada kita bahwa Rasul adalah
manusia terbaik diantara manusia lainnya. Apa yang dibawa, diajarkan
dan diperjuangkan adalah sesuatu yang terpilih dan mulia.
Namun, bagaimanapun istimewanya, rasul tidak pernah menjadi
tuhan, tidak pernah mengaku sebagai tuhan dan tidak mau dipertuhankan.
Karena tidak ada tuhan selain Allah. Ia adalah manusia biasa yang tidak
lepas dari sifat-sifat kemanusiaan.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
38
“Dan Kami tidak peernah mengutus rasul-rasul sebelummu
melainkan mereka juga memakan makanan dan berjalan di pasar-
pasar.” (Al Furqan: 20)
Rasulullah Muhammad saw. adalah rasul terakhir yang di utus Allah
swt. untuk manusia seluruhnya dan menjadi penutup para nabi. Beliau
sebagai penyempurna ajaran-ajaran yang dibawa rasul-rasul sebelumnya.
Dengan risalah Islam yang universal, beliau mengeluarkan manusia dari
gelapnya jahiliyah menuju terang benderangnya Islam. Hal ini telah
ditegaskan Allah dalam Al Qur’an:
“Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad)
melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.”
(Al Anbiya: 107)
KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP RASUL
Setiap manusia diciptakan oleh Allah swt. dengan fitrah, dimana
manusia bersih, suci dan mempunyai kecenderungan yang baik dan ke
arah positif yaitu ke arah Islam.
“Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu.”
(Ar-Ruum: 30)
Fitrah manusia diantaranya adalah mengakui keberadaan Allah sebagai
pencipta, keinginan untuk beribadah dan menghendaki kehidupan yang
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
39
teratur. Fitrah demikian perlu diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-
hari melalui petunjuk Al-Qur’an (firman-firman dan panduan dari Allah
swt.) dan panduan sunnah (sabda Nabi dan perbuatannya). Semua panduan
ini memerlukan petunjuk dari Rasul khususnya dalam mengenal pencipta
dan sebagai panduan kehidupan manusia. Dengan cara mengikuti panduan
Rasul kita akan mendapati ibadah yang shohih.
Secara fitri manusia juga menginginkan kehidupan yang teratur,
selaras, dan harmonis. Manusia pasti tidak menginginkan kerusakan,
kesemrawutan dan kekacauan. Manusia ingin hidup tenang dan damai
dalam naungan kasih sayang dan cinta kasih. Manusia tidak ingin hidup
dengan kondisi jiwa yang terancam. Namun, setan selalu berusaha
menimbulkan kekacauan dan keributan di antara manusia sehingga mereka
pun bermusuhan dan saling bunuh.
Fitrah yang suci itu apabila terawat dengan baik dan mendapatkan
bimbingan yang benar akan melahirkan kebaikan bagi diri manusia dan
alam semesta. Untuk merawat fitrah, melawan nafsu, dan memerangi setan,
manusia membutuhkan petunjuk dan bimbingan Allah swt. Akan tetapi
Allah yang Maha Ghaib tidak dapat ditemui secara langsung bahkan
manusia tak kuasa untuk berhadapan langsung dengan-Nya. Oleh karena
itulah Allah swt mengutus para utusan berupa malaikat dan manusia pilihan
untuk memberi petunjuk dan membimbing manusia bagaimana mengenal
penciptanya dan bagaimana menjalani kehidupan ini dengan baik. Para
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
40
Rasul diberi wahyu sebagai pedoman hidup yang terjamin kebenarannya,
sedangkan manusia dibimbing untuk melakukan ibadah yang benar.
FUNGSI RASUL
Rasulullah saw. yang diutus oleh Allah swt. kepada seluruh manusia
memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Membawa risalah dari Allah swt.
Rasulullah diberi amanah untuk menyampaikan apa saja yang Allah
kehendaki kepada umat manusia, tidak menambah ataupun mengurangi.
“Hai Rasul sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan
itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Al
Maidah: 67)
2. Teladan dalam menerapkan risalah
Dalam menjalankan dan mengamalkan Islam, tidak akan mungkin
seorang mnusia dapat memahami langsung apa-apa yang ada di dalam
Al-Qur’an kecuali apabila mendapat petunjuk dan contoh dari Nabi.
Muhammad dan para rasul lainnya mempunyai peranan dalam
menjembatani pesan-pesan Allah agar dapat diaplikasikan kepada
manusia.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
41
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.” (Al Ahzab: 21)
TANDA-TANDA KERASULAN
Kita tentu pernah mendengar ada orang yang mengaku sebagai nabi
atau rasul. Kasus Lia Eden yang dibawa hingga ke pengadilan karena
dianggap melecehkan agama Islam adalah salah satu contohnya. Sebelum
itu, banyak juga kasus-kasus seperti itu. Rasulullah sudah ‘mewanti-wanti’
kita bahwa nantinya akan ada segolongan orang yang mengaku sebagai
rasul, padahal tidak ada lagi rasul sesudah Muhammad saw.
Kenabian dan kerasulan adalah karunia Allah, diberikan kepada
siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang Allah kehendaki. Karena
kedudukannya yang mulia itu maka kemudian banyak manusia yang
mengklaim dirinya sebagai nabi dan rasul. Padahal yang telah diangkat
sebagai nabi dan rasul saja tidak pernah memimpikannya. Agar kita tidak
salah dan keliru, maka kita harus mengenali tanda-tanda kerasulan tersebut.
Adapun tanda-tanda kerasulan tersebut, yaitu:
a. Memiliki sifat-sifat dasar sebagai rasul. Sifat-sifat ini adalah sifat-sifat
standar yang harus melekat pada seorang Rasul Allah. Dengan sifat
inilah tugas-tugas kerasulan bisa tertunaikan dengan baik dan misi yang
diemban bisa diwujudkan dengan sebaik-baiknya. Secara umum, sifat-
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
42
sifat standar kerasulan ini adalah sifat-sifat mulia yang harus dimiliki
oleh umumnya orang beriman, ditambah dengan sifat khusus sebagai
tambahan yang dengannya risalah kenabian dan kerasulan bisa
tertunaikan.
Para ulama menyebutkan empat sifat yang harus dimiliki seorang rasul,
dengan asumsi bahwa sifat-sifat dasar lainnya telah terpenuhi, yaitu :
shidq (kejujuran), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan
seutuhnya), dan fathanah (cerdas).
b. Mendapat mukjizat. Mu’jizat secara bahasa berarti “sesuatu yang
menundukkan”. Secara terminologi, mu’jizat berarti suatu kemampuan
yang luar biasa yang dimiliki oleh nabi dan rasul, yang dianugerahkan
Allah untuk mendukung misinya sebagai utusan Allah.
Perlu digarisbawahi kata “luar biasa”. Sekarang ini dengan kemampuan
akal manusia, pengetahuan telah mampu pula menghasilkan karya
peradaban yang luar biasa, yang bahkan tidak pernah terbayangkan
oleh manusia sebelumnya. Namun seluruh produk yang luar biasa ini
sesungguhnya masih tunduk kepada hukum alam. Keluarbiasaan
mukjizat adalah pada sifatnya yang tidak tunduk, bahkan bertentangan,
dengan hukum alam. Seperti Nabi Musa membelah air laut dengan
tongkatnya dan Nabi Isa bisa menghidupkan orang mati.
Karena mukjizat dianugerahkan Allah kepada Rasul sebagai pendukung
tugasnya sebagai Rasul, maka bentuknyapun disesuaikan dengan
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
43
kebutuhan di masa rasul diutus. Jika Nabi Musa dana Nabi Isa
didukung dengan mukjizat yang beraroma “keanehan”, seperti
membelah lautan atau mengubah tongkat jadi ular raksasa, ini karena
pada masa-masanya orang masih sangat mengagungkan yang aneh-
aneh seperti ini. Pada masa Nabi Muhammad saw. dimana beliau diutus
untuk era peradaban modern manusia, mukjizatnya adalah “kekuatan
argumentasi” yang tidak tertandingi oleh ilmu pengetahuan manusia.
Maka mukjizat utama beliau yang dijadikan alat untuk menundukkan
kaumnya adalah Al-Qur’an itu sendiri, yang berisi ajaran yang
komprehensif sekaligus ilmiah dan argumentatif.
Karena itu jika pun Rasulullah saw pernah menunjukkan beberapa
mukjizat yang “aneh-aneh” seperti air yang keluar dari jemari beliau,
menjadikan kurma sewadah tak habis-habis dimakan orang banyak,
mengusap dada langsung mengubah sifat seseorang, itu tidak
dijadikannya mukjizat andalan untuk menghadapi orang kafir, namun
sekadar untuk meneguhkan keimanan para sahabat dan sekaligus
menghibur mereka.
“Dan orang-orang kafir Makkah berkata, “Mengapa tidak
diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?”
Katakanlah: “Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah
kepada Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi
peringatan yang nyata. Dan apakah tidak cukup bagi mereka
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
44
bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-
Qur’an), sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya
dalam (Al-Qur’an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran
bagi orang-orang yang beriman.” (Al Ankabut: 50-51)
c. Bisyarah. Bisyarah berarti berita gembira, yaitu kabar gembira akan
kehadiran seorang rasul terakhir di Makkah. Ini telah dituliskan dalam
wahyu Allah sebelum Al-Qur’an, sebagaimana dalam surat Ash-Shaff:
6, yaitu : “Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Hai
Bani Isra’il, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu,
membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan
memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang
akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).”
Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa
bukti-bukti yang nyata, mereka berkata,”Ini adalah sihir yang
nyata.” (Ash-Shaff: 6)
Selain itu, kisah Waraqah bin Naufal, salah satu paman Khadijah yang
beragama Nasrani ketika mendengar Muhammad menerima wahyu
sangatlah jelas menunjukkan bukti hal ini. Khadijah mendatangi Naufal
dan menceritakan apa yang pernah dilihat dan didengar Muhammad
dan menceritakan pula apa yang dikatakan Muhammad kepadanya,
dengan menyebutkan juga rasa kasih dan harapan yang ada dalam
dirinya. Waraqa menekur sebentar, kemudian katanya: “Maha Kudus
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
45
Ia, Maha Kudus. Demi Dia yang memegang hidup Waraqah. Khadijah,
percayalah, dia telah menerima Namus Besar seperti yang pernah
diterima Musa. Dan sungguh dia adalah Nabi umat ini. Katakan
kepadanya supaya tetap tabah.”
Khadijah pulang. Dilihatnya Muhammad masih tidur. Dipandangnya
suaminya itu dengan rasa kasih dan penuh ikhlas, bercampur harap
dan cemas. Dalam tidur yang demikian itu, tiba-tiba ia menggigil,
napasnya terasa sesak dengan keringat yang sudah membasahi
wajahnya. Ia terbangun, manakala didengarnya malaikat datang
membawakan wahyu kepadanya:
“Wahai orang yang berselimut! Bangunlah dan sampaikan
peringatan. Dan agungkan Tuhanmu. Dan pakaianmu, maka
hendaklah engkau bersihkan. Dan hindarkan perbuatan dosa.
Jangan kau memberi, kerana ingin menerima lebih banyak. Dan
demi Tuhanmu, tabahkan hatimu.” (Al Muddatstsir: 1 - 7)
d. Nubuaat. Nubuaat berarti berita atau kabar dari sesuatu kejadian
yang belum berlangsung. Yaitu bahwa salah satu ciri seorang Rasul
Allah adalah mampu menyampaikan berita tentang berbagai hal yang
belum terjadi. Dalam kisah perjuangan Rasulullah kita jumpai beberapa
kisah dimana Nabi saw menyampaikan berita kepada para sahabat
hal-hal yang sekian tahun kemudian baru terjadi, bahkan jauh setelah
Rasulullah sendiri wafat. Misalnya adalah ungkapan beliau ketika
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
46
terjadinya perang Khandaq, saat para sahabat menggali parit dan
kesulitan untuk memecahkan sebuah batu. Dalam sirah nabawiyahdisebutkan ketika umat Islam kesulitan dalam penggalian parit, sepertiadanya potongan benda keras yang berada di antara batu dan tanah,Rasulullah saw. Meminta seember air. Beliau meludah di ember tersebutdan berdoa sesuai dengan kehendak Allah. Kemudian beliaumemercikkan air tersebut kepada benda keras, maka benda tersebutdapat digeser dengan mudah seperti memindahkan pasir.
e. Tsamarat. Yaitu buah, produk, atau output dari perjuangan Rasulullah
saw. Betulkah bahwa setelah sekian lama Rasulullah berjuang
menghasilkan sesuatu uyang besar? Jika ternyata hasilnya minim, tentu
kita boleh meragukannya, apakah ia benar-benar seorang rasul. Namun
yang kita saksikan adalah bahwa Rasulullah saw. yang berjuang hanya
dalam waktu 22 tahun lebih sedikit, mampu menghasilkan sesuatu
produk yang luar biasa. Produk ini bukan produk peradaban materi
atau yang sejenisnya, yang tentu saja membutuhkan waku yang lama.
Namun produk istimewa ini adalah lahirnya manusia-manusia unggul
secara moral dan mental dalam waktu yang bersamaan. Inilah yang
disebut oleh Ustad Sayyid Qutb sebagai “jail al-farid” (generasi unik).
Keunikannya karena mereka lahir dengan keunggulan moral yang
puncak, di waktu dan tempat yang sama. “Sebuah generasi yang tidak
pernah akan terlahir kembali di dunia ini, “ demikian simpul akhir beliau
Sayyid Qutb. Bagi kita tentu ini sebuah “pesimisme” yang menentang.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
47
Dan memang harus dibuktikan bahwa statemen itu salah. Dengan apa?
Tanyakan pada dirimu sendiri.
SIFAT – SIFAT RASUL ALLAH
Rasulullah memiliki sifat-sifat syakhsiyah yang mendasar sebagai seorang
rasul. Sifat-sifat tersebut yaitu
1) Shidiq yaitu benar atau jujur
Untuk menyelidiki sifat shidiq (kejujuran) ini, bisa kita lacak dari
kesaksian-kesaksian orang sezamannya, baik pengikut maupun
musuh-musuhnya, serta kesaksian realita. Berikut beberapa
kesaksian mereka.
• Kesaksia musuh
• Kesaksian pengikut
• Kesaksian realitas
2) Al-iltizamul kamil atau komitmen yang penuh
Sifat mendasar lain yang dimiliki Rosulullah adalah komitmen yang
penuh terhadap perintah-perintah Allah. Kita menyaksikan ketaaan
yang luar biasa dalam pelaksanaan perintah dan kedisiplinan yang
tinggi dalam menunaikan kewajiban. Sehingga tidak berlebihan
ungkapan bahwa Rosulullah adalah Al Qur’an yang berjalan (The
living Qur’an), sebagaimana yang Aisyah ra sifatkan pada beliau,
“Sesungguhnya akhlak beliau adalah Al Qur’an”.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
48
3) Tabligh yaitu menyampaikan misi islam
Kita juga mendapatkan kualitas pribadi beliau sebagai penyampai
ajaran islam kepada manusia yang lurus jalannya. Rosulullah sejak
di mekkah melakukan tabligh dengan gigih. Belaiau menghubungi
orang per orang secara individu, juga kabilah-kabilah arab,
mendatangi tempat-tempat yang biasa dijadikan pertemuan umum,
demi tersampaikannya islam.
4) Fathonah yaitu cemerlang akalnya
Sifat ini sangat diperlukan oleh seorang pembawa risalah. Dengan
kecerdasan yang kuat dalam menyerukan ajaran islam, diharapkan
dapat memberikan argumen yang kuat dan gamblang sehingga
Rosulullah mampu menguasai orang yang didakwahinya. QS. An-
Nisa:165
KEWAJIBAN KITA KEPADA RASULULLAH SAW
Orang yang bersyahadat rasul mengakui bahwa Muhammad bin
Abdullah adalah nabi dan utusan Allah. Persaksian ini menuntut komitmen
darinya. Kewajiban kita kepada Rasulullah saw, adalah:
a. Mengimaninya dengan iman yang benar
Kewajiban pertama kita terhadap nabi adalah mengimaninya.
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku
tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
49
azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah
yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (Ash Shaf: 10-
11)
b. Mencintainya dengan cinta yang tulus
“Dari Anas ra, dari Nabi saw. bersabda: tiga perkara jika kalian
memilikinya, maka akan didapati manisnya iman. Pertama, siapa
yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari
selainnya. Kedua, mencintai seseorang semata-mata karena Allah
swt. Ketiga, tidak senang kembali kepada kekufuran setelah
diselamatkan oleh Allah swt, sebagaimana ketidaksenangannya
dilempar ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari-Muslim)
c. Menghormati dan mengagungkannya
Jasa dan pengorbanan Rasulullah untuk umat ini membuatnya layak
untuk diagungkan. Namun pengagungan ini tidak boleh melampaui
batas, karena Islam melarang mengkultuskan seseorang.
d. Membelanya jika keadaan menuntut untuk itu
Memang para rasul tidak akan meminta-minta pertolongan kepada
manusia, karena Allah swt. telah memberikan jaminan bahwa Allah
akan membela Rasul saw. Namun demikian sebagai pengikut Nabi
saw. tidak mungkin kita tidak membelanya apabila sunah nabi dan
ajaran Islam dilecehkan dan dipermainkan orang. Untuk itu sebagai
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
50
suatu kewajiban terhadap rasul, membelanya sebagai suatu ciri cinta
kepadanya.
e. Mencintai mereka yang mencintainya
Rasul saw. memiliki pengikut yang banyak dan setia. Tergambar dalam
sirah nabi tentang hubungan mahabbah di antara mereka yang diikat
dengan tali aqidah Islamiyah. Rasul saw. amat sangat mencintai para
sahabatnya, bahkan menjadikan suatu kekuatan Islam yang tak
terkalahkan dan membuat gentar tentara-tentara Romawi. Mencintai
Rasul tentunya juga mencintai para sahabat yang dicintainya. Tanpa
mencintai para sahabat yang dicintai Rasul tidak menjadikan sempurna
kita mengamalkan nilai-nilai Islam yang dicontohkan oleh Nabi saw.
Hadits, dari Abu Hurairah ra. mengatakan Rasulullah saw. bersabda,
“Janganlah kalian mencaci maki para sahabatku. Karena demi jiwa
ku yang berada dalam gengaman-Nya, kalau saja salah seorang
diantara kalian menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, maka
tidak akan menyamai satu mud gandum dari mereka dan tidak pula
setengahnya.” (HR. Muslim)
f. Menghidupkan sunah-sunahnya
Kewajiban lainnya kita kepada Rasul adalah menghidupkan sunahnya.
Sunah nabi tidak saja dalam perkataan dan perintahnya, tetapi perbuatan
sehari-hari yang mengandung nilai pedoman hidup. Menghidupkan berarti
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
51
mengamalkan sehingga amalan nabi tidak akan hilang tetapi selalu melekat
di hati dan tingkah laku setiap muslim.
Hadits, dari Anas ra. berkata Rasulullah saw, “Siapa yang membenci
sunahku, maka ia bukan dari golonganku.” (HR. Muslim)
g. Memperbanyak shalawat kepadanya
Allah dan para malaikat saja bershalawat kepada nabi, tentunya perintah
Allah agar kita bershalawat kepada Nabi merupakan suatu kewajiban.
Begitu agung dan besarnya Nabi sehingga Allah dan malaikat bershalawat
kepada Nabi. Oleh karena itu kewajiban kita adalah memperbanyak
membaca shalawat, salam dan penghormatan kepada Nabi.
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk
Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
(Al Ahzab: 56)
h. Mengikuti manhaj-nya
Menjadi muslim yang baik tidak akan tercapai tanpa mengikuti manhaj
Islam yang dicontohkan oleh Nabi saw. Mengikuti rasul berarti
mengikuti manhaj (pedoman) Islam. Kewajiban muslim terhadap
rasulnya adalah mengikuti segala yang diperintahnya dan meninggalkan
semua yang dilarangnya. “Katakanlah: “Jika kamu benar-benar
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
52
Penyayang. Katakanlah: “Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika
kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang kafir.” (Ali Imran: 31)
i. Mewarisi risalahnya
Adanya Islam di sekitar kita dan diri kita adalah karena dakwah Islam
yang disampaikan oleh para dai. Islam akan membawa kedamaian di
lingkungannya dan keharmonisan keluarga. Allah swt. telah mengutus
rasul agar nilai Islam menjadi menang atas nilai-nilai lainnya di muka
bumi ini. Kemenangan nilai Islam hanya dapat dicapai dengan
menyampaikan risalah Nabi kepada masyarakat. Kita wajib mewarisi
risalah Nabi kepada manusia sebagai wujud dari kecintaan kita kepada
Nabi saw.
HIKMAH MENGIKUTI RASULULLAH SAW
Dengan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mengikuti sunahnya,
maka seorang mukmin akan mendapat dua kebaiakn, yaitu kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat.
1. Kebaikan di dunia
a. Memperoleh kecintaan Allah
Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai Allah. Jika Allah
sudah mencintai, semua hamba-hamba-Nya pasti akan
mencintainya.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
53
b. Mendapatkan rahmat Allah
“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami limpahkan kepadanya keberkahan dari langit
dan bumi.” (Al A’raf: 96)
c. Memperoleh petunjuk Allah
Orang yang beriman dan beramal shalih akan mendapat petunjuk
dan petunjuk tambahan sehingga kehidupannya menjadi lebih baik.
d. Mendapatkan kemuliaan
Kemuliaan adalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang
beriman. Orang yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling
bertakwa.
e. Memperoleh kemenangan
Allah telah menjamin dalam kitab suci-Nya bahwa tentara-Nya
adalah yang akan menang. Sebab, orang-orang yang beriman
berperang di jalan Allah sedang orang-orang kafir berperang di
jalan Allah sedang orang-orang kafir berperang di jalan thagut
2. Kebaikan di akhirat
a. Mendapatkan syafa’at
Tidak ada yang dapat memberikan syafa’at di hadapan Allah
kecuali orang yang diizinkan-Nya. Hanya Nabi Muhammad saw.
yang diberi izin untuk memberi syafa’at kubra di akhirat kelak.
b. Keceriaan wajah
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
54
Orang-orang yang beriman dan beramal salih tampak ceria karena
Allah memberi jaminan kehidupan mulia setelah kematiannya.
Bekas-bekas wudhu dan amal shalih mereka di dunia akan
memancarkan cahaya yang menerangi.
c. Berdampingan dengan Rasulullah
Mereka yang menaati Allah dan rasul-Nya akan bersama para
nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang yang shalih.
Mereka adalah sebaik-baik teman.
d. Bersama dengan orang-orang pilihan
Allah memilih di antara hamba-hamba-Nya orang-orang yang
terbaik. Mereka itu adalah para nabi, para shiddiqin, para syuhada,
dan orang-orang shalih.
e. Memperoleh keberuntungan
Allah akan senantiasa membalas setiap amal perbuatan kita,
meskipun itu hanya kecil. Balasan yang akan Allah berikan jauh
lebih besar dan abadi.
Mengenal Islam (Ma’rifatul Islam)Mengenal Islam (Ma’rifatul Islam)Mengenal Islam (Ma’rifatul Islam)Mengenal Islam (Ma’rifatul Islam)Mengenal Islam (Ma’rifatul Islam)
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam
secara kaffah (keseluruhan). Dan janganlah kalian mengikuti
langkah-langkah syaithan, karena sesungguhnya syaithan itu
adalah musuh yang nyata bagimu.”
(Al-Baqarah: 208)
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
55
Makna Islam
1. Secara etimologi, kata islam berasal dari kata aslama-yuslimu-
islam. Kata ini memiliki akar kata: salima, dari kata salima muncul
beberapa istilah dengan makna yang beraneka ragam namun memiliki
keterkaitan. Adapun beberapa istilah itu adalah sebagai berikut:
a. Tasliim yang berarti tunduk dan menyerahkan diri. Kata ini
terdapat dalan QS. An-Nisa: 65 di ujung ayat: wayusallimuu
tasliima (dan mereka menerima dengan sepenuhnya).
b. Salaam yang berarti keselamatan. Kata ini terdapat dalam QS.
Al-Maidah: 15; subulas salaam (jalan-jalan keselamatan)
c. Salm yang berarti perdamaian. Kata ini terdapat dalam QS. Al-
Anfal: 61; wain janahu lis salm.... (jika mereka condong kepada
perdamaian....)
d. Salaam yang berarti ucapan sejahtera. Ini terdapat dalan QS.
Al-An’am: 54; salaamun alaikum (kesejahteraan buat kalian
semua). Juga dalam QS. Yunus: 10; watahiyyatuhum fiha
salaam (dan ucapan penghormatan mereka adalah salaam)
2. Secara terminologi, Islam didefinisikan sebagai, “Agama yang
diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir, Muhammad saw,
sebagai penyempurna dari agama yang diturunkan kepada nabi-nabi
sebelumnya.”
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
56
Karakteristik Islam
1) Robbaniyyah (ketuhanan)
Yang dimaksud dengan robbaniyyah disini adalah berorientasi
kepada Allah dalam setiap aspeknya. Orientasi ini meliputi
• Robbaniyyah ghayah wa mijhah (orientasi ketuhanan dalam
tujuan dan sudut pandang) bahwa Islam menjadikan tujuan
akhir dan sasarannya jauh ke depan, yaitu dengan menjaga
hubungan dengan Allah secara baik untuk mencapai ridho-
Nya.
• Robbaniyyah masdar wa manhaj (orientasi ketuhanan dalam
sumber hukum dan sistem) bahwa sistem yang telah ditetapkan
oleh Islam guna mencapai sasaran dan tujuan itu dalh sistem
robbani yang murni, sistem yang berasal dari Allah. Sebab
sumbernya adalah Wahyu Allah.
2) Al insaniyah
Bahwa selain berorientasi ketuhanan, Islam adalah ajaran yang
sangat manusiawi. Islam itu istimewa dengan kecenderungan
kemanusiaannya yang jelas, tetap, orisinil dalam akidah, ibadah,
syariat dan orientasi-orientasinya.
3) Syumul (universal)
Risalah Islam adalah risakah yang panjang, sehingga meliputi semua
abad sepanjang zaman, terbentang luas hingga cakrawala umat
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
57
dan begitu mendalam sehingga memuat urusan-urusan dunia dan
akhirat.
• Risalah sampai akhir zaman
• Risalah bagi alam semesta
• Risalah untuk segala sektor kehidupan
4) Al Wasthiyyah (moderat)
Moderat atau dal arti yang lain adalah at tawazun, keseimbangan
adalh keseimbangan di antara dua jalan atau dua arah yang saling
berhadapan atau bertentangan, dimana salah satu dari dua jalan
tadi tidak bisa berpengaruh dengan sendirinya dan mengabaikan
yang lain.
• Moderat dalam ideologi
• Moderat diantara rasionalis dan naturalis.
• Moderat dalam memperlakukan nabi.
• Moderat dalam meletakkan akal dan wahyu
• Moderat dalam sisi ketuhanan dan kemanusiaan
beribadah
• Moderat di antara orientasi dunia dan akhirat.
5) Al Waqi’iyyah (kontekstual)
Islam adalah serangkaian kalam Allah yang abadi bagi manusia.
Sebagai rahmat yang menyeluruh bagi sekalian alam.
Beberapa hal yang mencakup hal Al Waqi’iyyah ini adalah:
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
58
• Kontekstual dalam akidah
• Kontekstual dalam ibadah
• Kontekstual dalam akhlak
• Kontekstual dalam syari’at
6) Al wudhuh (jelas)
Kejelasan ini mencakup:
• Kejelasan dalam masalah ibadah
• Kejelasan dalam masalah akhlak/adab
• Kejelasan dalam masalah hukum
• Kejelasan dalam tujuan beragama
• Kejelasan sistem dan jalan penyelesaian masalah
Universalitas Ajaran Islam
Allah menurunkan islam ini secara sempurna dan menyeluruh,
sehingga tidak ada satu persoalanpun yang menyangkut kehidupan yang
tidak diatur oleh Islam. Inilah ciri universalitas ajaran Islam.Jika islam
diibaratkan sebagai sebuah bangunan rumah, maka ada beberapa bagian
yang pokok serta bagian yang melengkapinya, yaitu
7) Pondasi Islam
8) Bangunan Islam.
Dalam setiap sistem, semua harus mendapatkan perhatian yang sama
didalam penegakan bangunan islam.
• Sistem Sosial dalam Islam
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
59
• Sistem Politik Dalam Islam
• Sistem Ekonomi Dalam Islam
• Sistem Pendidikan Islam
9) Penguat Bangunan Islam
Penguat bangunan islam adalah amar ma’ruf nahi munkar serta jihad
Problematika Umat Islam KontemporerProblematika Umat Islam KontemporerProblematika Umat Islam KontemporerProblematika Umat Islam KontemporerProblematika Umat Islam Kontemporer
“Saya cemas bahwa suatu saat nanti umat akan
diperebutkan sebagaimana hidangan di atas meja makan yang
diperebutkan.”
Lalu para sahabat bertanya, “Apakah karena bilangan
kita sedikit, wahai Rasulullah?”
“Tidak,” jawab Rasul,
“Bahkan kalian ketika itu lebih banyak. Hanya saja
kalian menjadi buih seperti buihnya banjir.”
Selanjutnya beliau bersabda, “Sungguh perasaan gentarakan dicabut dari musuh-musuh kalian dan wahn akan
ditanamkan dalam dada kalian.”Para sahabat bertanya, “Apa wahn itu, wahai
Rasulullah?”“Cinta dunia dan takut mati,” jawab Rasul.
(HR. Abu Daud)
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
60
Kejayaan Islam
Nabi Muhammad saw. yang diutus oleh Allah swt sebagai nabi dan
rasul bagi umat manusia. Beliau bertugas membimbing umat manusia agar
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat dengan ajaran Islam. Nabi
Muhammad saw telah mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam untuk
memperbaiki masyarakat yang pada waktu itu masih dalam keadaan
jahiliyah (bodoh). Hasilnya, terciptalah suatu masyarakat Islam yang penuh
dengan kemuliaan dengan menjalankan ajaran Islam yang berpedoman
pada Al-Quran dan Sunah. Kemudian, setelah Nabi Muhammad saw
wafat, penyebaran nilai-nilai Islam dilanjutkan oleh para sahabat Nabi
(khulafaurasyidin) yang terdiri dari Abu Bakar As-Sidiq, Umar bin
Khaththab, Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib. Setelah itu,
dilanjutkan oleh orang-orang yang mengikuti Nabi dan para sahabat hingga
sekarang ini.
Pada waktu masyarakat Islam dipimpin oleh sahabat Nabi, Umar
Bin Khaththab, Islam telah berkembang sampai menguasai daerah Persia,
Syam, dan Maroko. Masyarakat muslim saat itu benar-benar hidup
makmur dan merasakan keadilan Islam. Setelah itu, Islam semakin
berkembang lagi di bawah naungan Bani Umayah dan Bani Abasiyah yang
kemudian diteruskan oleh khilafah Turki Utsmani.
Ketika di bawah naungan Bani Umayah dan Bani Abasiyah, Islam
mencapai puncak kejayaan. Wilayah Islam terbentang dari Arab, Persia,
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
61
Romawi, Eropa, dan daratan Asia. Semua wilayah tersebut berada di
bawah naungan Islam selama empat abad. Saat itu masyarakat berpegang
teguh pada Al-Qur’an dan Sunah sehingga Islam benar-benar bisa
diterapkan pada seluruh aspek kehidupan secara menyeluruh. Kondisi
kehidupan masyarakat Islam pada waktu itu bisa digambarkan sebagai
berikut: hukum Islam bisa ditegakkan, kehidupan masyarakat tertata rapi,
bangunan masjid berdiri megah, pusat-pusat kesehatan bertebaran di mana-
mana, pusat-pusat keilmuan berdiri di setiap sudut kota. Kebutuhan hidup
rakyat berupa pendidikan dan kesehatan diperoleh secara gratis, biayanya
ditanggung oleh pemimpin Islam saat itu.
Ternyata dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah dan
menerapkannya secara keseluruhan di semua aspek kehidupan, umat Islam
bisa mencapai puncak kejayaan dan kehidupan yang begitu menakjubkan
seperti telah diuraikan di atas. Satu lagi bukti yang menakjubkan pada
masa kejayaan Islam yaitu di bidang kesehatan yang tampak begitu maju.
Ini terjadi pada masa kepemimpinan Sultan Malik Mansur tahun 931 M.
Pada waktu itu di setiap kota terdapat rumah sakit. Di Cordoba (kota
kecil di Spanyol) terdapat 50 rumah sakit. Setiap rumah sakit merupakan
sekolah kedokteran. Bahkan, di rumah sakit Ibnu Thoulan di Kairo terdapat
perpustakaan yang berisikan 100.000 buku dari segala jenis ilmu. Para
dokter muda dilarang praktek sebelum diuji oleh dokter ahli yang ditunjuk
oleh khalifah (pemimpin umat Islam waktu itu). Pada saat itu, hampir 4000
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
62
orang setiap hari keluar masuk dari rumah sakit itu. Bahkan, bagi pasien
yang baru sembuh diberi pakaian dan uang agar pasien beristirahat, tidak
bekerja dulu.
Allahu Akbar! Kita bisa membayangkan betapa makmur dan
terjamin kehidupan umat Islam pada saat itu. Kita semua pasti sepakat
bahwa prestasi besar seperti yang digambarkan di atas tidak mungkin bisa
diraih tanpa sistem yang sempurna seperti yang terdapat dalam ajaran Islam.
Jadi, sekarang kita bisa melihat betapa sempurna dan mulia kehidupan
umat manusia ketika ajaran Islam diterapkan secara menyeluruh.
Eropa merupakan tempat berkembangnya peradaban Yunani dan
Romawi. Namun, pada saat yang bersamaan dengan kejayaan Islam,
masyarakat Eropa sedang terlena oleh doktrin-doktrin gereja. Apalagi saat
itu muncul fatwa gereja (700 M) yang meramalkan akan terjadi kiamat
pada tahun 1000 M. Akibatnya menjadi fatal, Eropa menjadi benua yang
mati. Di sisi lain, perkembangan peradaban Islam mulai masuk ke Eropa.
Hal ini membuka mata orang Eropa (baca: Kristen) dan bangkit kembali
dari keterlenaan terhadap doktrin-doktrin gereja. Masa bangkitnya orang
Eropa saat itu sering disebut dengan masa Renaisance. Kebangkitan orang
Eropa ini sebenarnya dilandasi oleh dua hal, yaitu :
1. Keinginan mengembalikan kejayaan Yunani (paganisme) dan Romawi
(filsafati)
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
63
2. Rasa dendam terhadap pemimpin gereja yang dianggap telah
membohongi mereka dan dendam terhadap umat Islam yang telah
menghancurkan peradaban Yunani dan Romawi.
Dengan latar belakang di atas, akhirnya Eropa mendapat kejayaan
kembali dengan meninggalkan gereja (berketuhanan) dan memusuhi umat
Islam yang telah mengajari mereka (Eropa) tentang peradaban. Sejak saat
itu, muncullah perang yang berkepanjangan antara umat Islam dan Eropa
sampai sekarang.
Keruntuhan Islam
Setelah kita menyimak sejarah zaman keemasan umat Islam di atas,
kita jadi tahu bahwa umat Islam bisa mencapai puncak kejayaannya dengan
menjalankan Al-Qur’an dan Sunah. Pada saat itu, umat Islam mampu
menjalankan ajaran dan tuntunan Islam dalam seluruh dimensi kehidupannya
sehingga peradaban manusia mencapai kemuliaannya.
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa pada zaman
keemasannya, umat Islam mendapatkan puncak kesejahteraan dan
kemakmuran. Sayangnya, setelah itu umat Islam terlena dengan kenikmatan
hidup yang mereka miliki. Akhirnya, lambat laun umat Islam meninggalkan
Al-Qur’an dan Sunah yang menjadi pedoman hidup dan telah mengantarkan
pada kejayaan mereka. Mereka tenggelam dalam kemewahan harta dunia
dan kekuasaan. Umat Islam sudah mulai mengabaikan sunah-sunah Rasul.
Bahkan, banyak yang mulai haus dengan pangkat dan jabatan sehingga
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
64
muncullah perpecahan antar-umat Islam sendiri yang melemahkan kekuatan
umat Islam. Permasalahan menjadi semakin besar karena kekuatan orang-
orang yang memusuhi Islam senantiasa mengancam eksistensi umat Islam
dan menjadikan lemahnya internal umat Islam.
Perang Salib yang terjadi sampai tujuh kali yang berlangsung selama
hampir satu abad selalu dimenangkan oleh umat Islam karena pada saat
itu umat Islam masih berpegang pada Al-Qur’an sekalipun saat itu kekuatan
Nasrani dan Yahudi bersatu untuk memadamkan cahaya Islam. Namun,
kemudian umat Islam semakin jauh dari Al-Qur’an sehingga lebih
mementingkan dunia. Maka, muncullah banyak kelemahan di internal umat
Islam. Puncak kelemahan dan kekalahan umat Islam adalah terjadinya
peristiwa bersejarah pada tanggal 3 Maret 1924, dimana Khilafah Turki
Utsmani telah dihapuskan oleh Musthofa Kemal Pasha. Turki yang saat itu
merupakan simbol kekuatan Islam runtuh dan digantikan dengan sistem
Barat yang dianggap lebih modern dan maju yaitu dengan meruntuhkan
pelaksanaan ajaran Islam. Saat itu, di Turki, sekolah Islam ditutup, simbol-
simbol Islam (jilbab, bahasa arab, adzan masjid, dll) dihapus.
Jadi, dengan cara seperti itulah Islam akhirnya terkalahkan. Sebagai
buktinya saat ini umat Islam telah jauh dari ajaran Islam yang menyebabkan
mereka kehilangan identitasnya sebagai muslim, mulai dari penampilan,
perilaku, pedoman hidup, maupun segi kehidupan yang lain. Sungguh
fenomena ini sangat memprihatinkan, bukan? Parahnya lagi, sekarang
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
65
permasalahan umat Islam telah terakumulasi menjadi sebuah permasalahan
yang sangat kompleks. Sebenarnya solusi untuk menjawab semua
permasalahan umat Islam tersebut adalah dengan kembali berpegang pada
Al-Qur’an dan Sunah.
Problematika Umat Islam
Syarat utama untuk bisa menyeleseaikan permasalahan adalah
mengetahui dengan tepat apa saja permasalahan yang muncul.
a) Realitas Individu
• Lemahnya komitmen akidah
• Lemahnya wawasan
• Lemahnya spiritualitas
• Lemahnya kemauan dan cita-cita
• Lemahnya harga diri
b) Realitas Masyarakat Islam
Kita tidak hanya dihadapkan pada permasalahan individu, tetapi
juga permasalahan yang terjadi di masyarakat.
• Lemahnya kepemimpinan
• Lemahnya persaudaraan
• Lemahnya jaringan
• Lemah dalam perencanan dakwah
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
66
Tantangan Umat Islam
Selain problematika yang bersifat internal, kita juga dihadapakan
pada tantangan eksternal yang tak bisa dianggap remeh. Ada sejumlah
invasi yang dilakukan berbagai pihak. Ada 2 invasi, yaitu fisik dan
pemikiran. Penjajahan secara pemikiran dilakukan dengan invasi pemikiran
dan ideologi. Ada beberapa cara yang digunakan, antara lain:
a. Pertama, tasykik (menanamkan keraguan), yaitu menciptakan
keragu-raguan terhadap Islam dengan cara pendangkalan ajaran
Islam. Tahukah kita apa dampak dari metode tasykik tersebut?
Hasilnya, terjadilah krisis keyakinan di tengah-tengah umat Islam
terhadap kebenaran agamanya. Contohnya: hukum warisan sekarang
sudah tidak relevan diterapkan karena penerapannya dahulu lebih
disebabkan para wanita terlalu sedikit yang bekerja sedangkan
sekarang wanita sudah banyak yang bekerja bahkan sangat sukses
karirnya. Akibatnya, banyak umat Islam yang tidak mau lagi hukum
warisan secara Islam.
b. Kedua, tasywih (pengkaburan persepsi). Cara ini bertujuan
menghilangkan kebanggan umat terhadap agamanya dengan
memberikan gambaran yang buruk terhadap Islam. Di antaranya
dengan mendistorsi sejarah Islam yang akan menghilangkan
kebanggaan umat terhadap agamanya. Contoh lain dengan
mempropagandakan bahwa Islam identik dengan teroris, Islam adalah
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
67
pembunuhan dan peperangan, dan sebagainya. Padahal itu semua
tidak benar.
Hilangnya kebanggaan ini menyebabkan umat Islam kurang beranimemunculkan Islam dalam bentuk sistem Islam, kehidupan politik,ekonomi, dan sebagainya. Akibatnya, Islam hanya sebatas di masjid,mushala, dan pesantren-pesantren. Padahal ajaran Islam adalahmenyeluruh dan seharusnya diterapkan dalam semua aspekkehidupan untuk mencapai kemuliaan.
c. Ketiga, tadzwib (pelarutan), yaitu mengeliminasi ajaran Islam dengan
melakukan akulturasi nilai Islam dengan budaya dan pemikiran
setempat yang bertentangan dengan Islam. Sebagai hasilnya, batasan
antara Islam dengan syirik (menyekutukan Allah dengan makhluk-
Nya) tidak jelas. Hal ini menyebabkan kebenaran dan kebatilan pun
juga menjadi kabur. Bahkan, umat akan terjebak dengan banyak
kesyirikan seperti yang banyak kita jumpai di masyarakat, misalnya
sesajen, meminta berkah kepada kuburan, dll.
d. Keempat, taghrib (pembaratan) adalah upaya agar umat menerimasemua pemikiran barat yang jahiliyah tanpa terkecuali. Hal ini akanmemunculkan sosok muslim yang jauh dari sosok muslim yangsempurna. Bagaimana mau menjadi sosok muslim yang sempurnajika secara penampilan, pemikiran, dan perilaku mengekor kepadaBarat yang sangat berkebalikan dengan ajaran Islam?
Demikianlah langkah-langkah perang pemikiran (ghazwul fikr) yang
dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani untuk memadamkan
cahaya Islam. Mereka melakukannya dengan sangat rapi dan
mungkin tidak dirasakan oleh umat Islam yang menjadi sasaran
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
68
mereka. Bahkan, mungkin kita sendiri telah menjadi korban dari
penyerangan secara pemikiran tersebut. Sesungguhnya mereka
memang tidak akan pernah berhenti memerangi umat Islam sampai
umat Islam mau mengikuti milah mereka.
Tarbiyah IslamiyahTarbiyah IslamiyahTarbiyah IslamiyahTarbiyah IslamiyahTarbiyah Islamiyah
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka
kitab dan hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
(Al-Jumuah : 2)
“Tarbiyah memang bukan segala–galanya, tetapi segala–galanya
takkan bisa diraih kecuali melalui tarbiyah”. (Musthafa Masyhur)
“Dahulu kami adalah orang–orang yang hina, kemudian Allah
memuliakan kami dengan Islam”. (Umar bin Khaththab)
Pengertian Tarbiyah Islamiyah
Tarbiyah berasal dari kata:
a. Raba-yarbu yang artinya bertambah dan berkembang
b. Rabiyya-yarba yang artinya tumbuh dan berkembang
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
69
c. Rabba-yarubbu yang artinya memperbaiki, mengurusi,. Mengatrur,
menjaga dan mempersiapkan.
Urgensi tarbiyah islamiyah
1. Membentuk kepribadian Islami (syakhsiyah islamiyah) yang
ideal
Pribadi yang Islami adalah pribadi yang menjadikan nilai–nilai
Islam sebagai unsur–unsur pembentuk kepribadiannya, sehingga ia
benar–benar mencerminkan keislamannya. Kepribadian seseorang
terbentuk dengan adanya keyakinan, pendirian, perasaan, pemikiran,
watak, performa, dan perilaku. Dan kesemuanya itu ada karena adanya
aqidah Islamiyah. Dengan tarbiyah islamiyah diharapkan akan
terbentuk sosok seorang muslim ideal yang mampu mengaplikasikan
nilai–nilai islam secara keseluruhan (kaffah). Ciri seorang muslim yang
ideal yaitu :
a. Benar akidahnya (salimul akidah)
Perbaikan akidah adalah hal pertama yang dilakukan oleh
Rasulullah saw ketika menyebarkan ajaran Islam. Dan ayat–ayat
Al-Quran yang pertama diturunkan adalah ayat–ayat tentang
akidah, yaitu penegakan kalimat laa ilaaha illallah. Hal terpenting
bagi setiap muslim adalah kelurusan akidahnya, karena kelurusan
akidah inilah yang akan menentukan arah gerak kemana seseorang
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
70
akan melangkah, sehingga secara langsung ia akan melaksanakan
syariat islam.
b. Benar ibadahnya (shohihul ibadah)
Ibadah merupakan kebutuhan dan kepentingan manusia. Ibadah
seorang muslim harus benar, yaitu senantiasa niat ikhlas karena
Allah semata dan berdasarkan syariat islam. Ibadah disini adalah
segala sesuatu yang dicintai oleh Allah swt, baik perkataan,
kepasrahan dan ketundukan yang sempurna serta membebaskan
diri dari segala hal yang bertentangan dan salah.
c. Kokoh akhlaknya (matinul khuluq)
“Sesungguhnya yang paling sempurna imannya dari orang–
orang mukmin adalah yang paling baik akhlaknya”. (HR.
Abu Daud dan Tirmidzi dari Abu Huroiroh) Kalimat di atas
adalah sabda dari Rasulullah saw, manusia yang paling sempurna
akhlaknya. Akhlak dan perilaku seseorang merupakan cerminan
dari kesempurnaan imannya. Untuk itu, kita harus senantiasa
menjaga akhlak kita, karena akhlak ini yang menentukan arah
kehidupan kita. Dan islam telah mengatur setiap perilaku manusia
dalam setiap aspek kehidupan ini.
d. Berwawasan luas (mutsaqoful fikr)
Wawasan yang luas adalah hal yang penting yang harus di miliki
setiap muslim, sehingga kita sebagai seorang muslim wajib untuk
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
71
menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu yang lain. Sehingga
kita akan bisa memberikan kontribusi untuk agama dan bangsa
kita melalui ilmu dan pikiran–pikiran kita.
e. Kuat fisiknya (qowwiyyul jism)
Rasulullah telah menegaskan betapa pentingnya seorang muslim
untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Karena dengan tubuh yang
kuat dan sehatlah kita bisa melaksanakan ibadah dan kewajiban–
kewajiban kita dengan baik dan sempurna. Sedangkan jika kondisi
kita sedang sakit, maka aktivitas–aktivitas kita tidak akan berjalan
maksimal.
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah
daripada mukmin yang lemah, pada keduanya ada
kebajikan.” (HR. Muslim)
f. Mandiri kehidupannya/bisa mencari nafkah (qadirun ‘alal kasbi)
Seorang muslim haruslah bisa kreatif, inovatif dan produktif
sehingga ia mampu untuk memenuhi kebutuhan materinya sendiri
tanpa harus bergantung pada orang lain. Rasulullah dan para
sahabat telah memberikan contohnya. Di sela–sela aktivitas
dakwahnya yang berat, beliau mampu memanfaatkan peluang
ekonomi yang ada. Sehingga seorang muslim harus bisa
menunjukkan potensinya dalam dunia ekonomi juga.
g. Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighairihi)
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
72
“Khairunnas anfa’uhum linnas”,(HR. Ahmad dan Thobrani)
sebaik–baik manusia ialah yang paling bermanfaat untuk orang
lain. Seorang muslim yang ideal adalah seorang yang bisa jadi
problem solver bukan trouble maker apalagi lari dari
permasalahan. Tapi buat diri kita menjadi seorang muslim ideal
yang bisa memberikan kontribusi terhadap masyarakat sekecil
apapun itu.
h. Menjaga dengan sungguh-sungguh waktunya (harishun ‘ala
waqtihi)
Allah swt menegaskan bahwa manusia yang melalaikan waktunya
akan berada dalam kerugian yang besar. Waktu sangat penting
untuk kita jaga. Karena seorang muslim yang ideal selayaknya
mampu untuk memanfaatkan dan memelihara waktunya untuk hal–
hal yang produktif agar kita terhindar dari kelalaian yang akan
membawa kita pada hal yang sia–sia dan tidak bermanfaat.
Pepatah bilang waktu ibarat pedang, jika tidak ditebaskan dengan
tepat, maka justru pedang itulah yang akan menebasnya.
i. Bersungguh-sungguh mengendalikan hawa nafsu (mujahidun
Linafsihi)
Kita semua tentu masih ingat, bahwa manusia memiliki dua potensi,
yaitu fujur dan taqwa. Karena itulah, diri manusia harus senantiasa
dikontrol, agar apa yang dikerjakannya sesuai dengan nilai-nilai
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
73
ajaran Islam. Tidak menyimpang mengikuti hawa nafsunya belaka.
Dan sesungguhnya seseorang yang kuat ialah yang paling bisa
menahan hawa nafsunya.
j. Teratur segala urusannya (munazham fii syu’unihi)
Kita sebagai seorang muslim hendaknya bisa memberikan yang
terbaik untuk Islam. Untuk itu, kita harus bisa memberikan citra
positif. Islam itu akan dilihat dari orang-orang yang ada di dalamnya.
Nah, kita adalah bagian tersebut, maka mulai dari diri kita masing-
masing, kita harus bisa mencitrakan Islam dan salah satu caranya
adalah dengan senantiasa memperbaiki diri kita, baik pemahamn
terhadap Islam sendiri maupun secara fisiknya. Selain itu, kita juga
harus senantiasa berhati-hati terhadap lembaga-lembaga yang
menentang Islam.
2. Membentuk jiwa kebersamaan
Melalui tarbiyah islamiyah, maka kita akan dikumpulkan dalam
sebuah bentuk kerjasama (amal jama’i), dimana merupakan sebuah
amal kerjasama yang akan menghasilkan kekuatan yang lebih besar
jika dibandingkan ketika kita beramal sendiri–sendiri (infiradhi).
Rasulullah telah membuktikan keberhasilan amal jama’i, dimana
Rasulullah telah mempersatukan kaum Muhajirin dan kaum Anshar,
sehingga terbentuk kekuatan Islam yang lebih besar. Rasulullah telah
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
74
mentarbiyah kaum–kaum tersebut sehingga tercipta masyarakat yang
islami yang senantiasa saling membantu dan bekerjasama.
3. Membentuk kepribadian da’i (syakhsiyah da’iyah)
“Dialah yang telah mengurus Rasul-Nya (dengan membawa)
petunjuk Al-Quran dan dien al-haq untuk dimenangkan-Nya atas
segala agama walaupun orang–orang musyrik tidak menyukai.”
(At-Taubah : 33)
Islam adalah agama yang komprehensif dan integral (syamil dan
mutakamil) sehingga setiap dai harus memiliki pemahaman yang
komprehensif terhadap apa yang akan di dakwahkannya. Dai pertama
dien ini adalah Rasulullah Muhammad saw. dan dakwah yang
dibawanya adalah Islam. Perintah berdakwah ini telah sering Allah
swt sampaikan kepada Rasulullah saw secara terus–menerus.
“Dan serulah kepada (dien) Rabb-mu. Karena sesungguhnya
kamu benar–benar berada di jalan yang lurus.” (Al-Hajj : 67)
Jelaslah bahwa dakwah ini harus dipikul setiap muslim dan muslimah.
Sehingga salah satu tujuan dari tarbiyah Islamiyah ialah untuk
mencetak seorang muslim menjadi dai yang memiliki pemahaman yang
benar dan luas, iman yang mantap, dan hubungan yang kokoh dengan
Allah swt. Maka ia akan mampu melaksanakan tugas–tugas amal islami
dan juga mampu memikul beban serta berani menghadapi resiko.
4. Mengembangkan potensi individu
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
75
Kualitas diri merupakan sebuah tuntutan dan kebutuhan di dalam proses
tarbiyah. Kita tidak boleh merasa puas dan menganggap sempurna
apa yang sudah kita miliki, namun hendaknya kita senantiasa
meningkatkan potensi yang ada dalam diri kita. Dengan tarbiyah,
kekurangan dan kelemahan akan diperbaiki, potensi dan wawasan
kita akan ditingkatkan. Sehingga kita akan menjadi pribadi-pribadi
yang siap menjadi problem solver dari setiap permasalahan yang ada.
5. Memberdayakan dan mengarahkan potensi individu
“Di antara orang-orang yang beriman itu ada orang–orang yang
menepati apa yang mereka telah janjikan kepada Allah, maka di
antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada pula
yang menunggu–nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah
janjinya.” (Al-Ahzab: 23)
Tarbiyah mengarahkan, memfungsikan dan memberdayakan potensi
individu sesuai dengan kapasitasnya, sehingga mampu memberikan
kontribusi yang riil bagi dakwah, umat, serta tidak ragu untuk berjuang
dan berkorban demi tegaknya dinul Islam.
Karakteristik tarbiyah isalmiyah
Tarbiyah Islamiyah memiliki karakter yang berbeda dengan sistem
pendidikan yang lain, yaitu:
1. Integral (Syumuliyah)
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
76
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat
perumpamaan kalimat yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap
musim dengan seizin Tuhan-Nya. Allah membuat perumpamaan–
perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”
(Ibrahim : 24-25)
Ibarat pohon diatas, seperti itulah kepribadian yang akan dibentuk di
dalam Tarbiyah Islamiyah, yaitu seseorang yang memiliki kepribadian
yang kokoh, tahan terhadap segala tantangan hidup dan berguna bagi
orang lain. Tarbiyah Islamiyah akan menjaga keseimbangan
pertumbuhan potensi manusia (fisik, hati, akal) agar dapat berkembang
dengan baik. Seperti yang dicontohkan Rasulullah. Selain menanamkan
akidah pada diri para sahabat, beliau juga membina jasad dan akal
para sahabat, sehingga terbentuk individu–individu yang memiliki
kepribadian Islami yang menyeluruh.
2. Bertahap (Mutadarrijah)
“…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi
kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu
adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan.
Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat
dipalingkan?” (Az-Zumar: 6)
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
77
Setiap sesuatu memerlukan proses, setahap demi setahap, tidak bisa
terjadi begitu saja. Demikian pula dengan Tarbiyah Islamiyah. Proses
pembentukan individu tidak bisa secara instan, tapi butuh proses yang
panjang, sehingga harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan fase–
fase kehidupannya. Ibarat seorang bayi, ia awalnya hanya minum ASI,
kemudian bubur atau pisang, lalu beranjak besar mencoba nasi. Ketika
dewasa, maka ia bisa mencicipi makanan apa saya yang halal dan
toyyib.
3. Terus–menerus (Istimrarriyah)Kondisi keimanan seseorang tidak selamanya stabil. Adakalanya imanitu naik sebagaimana ia juga sewaktu-waktu turun, karena ada berbagaihal yang mempengaruhinya. Kondisi demikian yang menyebabkan
tarbiyah harus dilakukan secara terus menerus. Manakala keimanan
seseorang turun, dia tidak mudah terbawa arus penurunan moral,
karena ia selalu terjaga dalam proses tarbiyah. Akan tetapi kala
seseorang memutuskan berhenti atau melepaskan diri dari proses
tarbiyah Islamiyah barang sekejap saja, akan teramat sulit baginya
untuk mencapai kepribadian yang islami (syakhsiyah islamiyah).
Dengan demikian, tarbiyah Islamiyah harus senantiasa dilaksanakan
secara terus-menerus untuk memperbaiki setiap kekurangan yang adapada setiap individu dan menyempurnakan kelebihan yang dimilikinya.
4. Penuh kesungguhan (Jiddiyah)
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
78
Tarbiyah Islamiyah bukanlah sekedar kegiatan untuk mengisi
waktu senggang di tengah kesibukan, namun ia adalah suatu kebutuhan
yang harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh, dan kesungguhan
ini harus dimiliki oleh yang membina maupun yang dibina.
Kesungguhan ini harus senantiasa dimunculkan dan dijaga, sebab
proses tarbiyah akan selalu berjalan sepanjang masa bersama segala
rintangan dan hambatan yang akan selalu mengiringinya. Andaikan
tarbiyah Islamiyah ini dilalui tanpa kesungguhan, niscaya setiap
individu akan mudah sekali berguguran. Dan tujuan tarbiyah Islamiyah
tidak akan tercapai.
Tanpa adanya tarbiyah Islamiyah, selamanya tidak akan
tercapai predikat umat Islam sebagai khairu ummah (umat terbaik),
ummatan wasathan (umat yang menjadi tolak ukur umat yang lain).
Sudah selayaknya kita selalu berusaha untuk terus berjalan bersama
tarbiyah Islamiyah. Berusaha sungguh-sungguh mendapatkan
tarbiyah yang diajarkan Rasulullah saw kemudian bersama menggapai
predikat pribadi muslim yang memiliki syakhsiyah Islamiyah dan
bersama-sama pula menegakkan kembali peradaban Islam.
Mengingat pentingnya tarbiyah Islamiyah yang demikian itu,
wajar ada sebagian orang berkomentar , “Tarbiyah bukan segala-
galanya”. Dengan tarbiyah saja kita takkan bisa meraih kemenangan.”
Maka, Musthafa Mansyur menjawab, “Tarbiyah memang bukan
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
79
segala-galanya, tetapi segala-galanya takkan bisa diraih kecuali melalui
tarbiyah.”
Alasan perlunya tarbiyah dari aspek ajaran islam
Rosul mengambil murobi dan da’iyah membimbing umat manusia untuk
keluar dari jahiliyah. Ciri-ciri jahiliyah:
a. Jahl (kebodohan)
b. Djillah (kehinaa)
c. Fakr (kefakiran)
d. Tanafur (penciptaan)
Inti jahiliyah adalah dhalul mubin (kesetsatan yang nyata) (3:164)
Jalan keluar dari kesesatan adalah tarbiyah atau pembinaan yang
didalamnya diajarkan (2:151):
- Tilawah (membaca atau dibacakan)
- Tazkiyah (pembersihan diri)
- Ta’limun kitab wal hikmah/sunah (Al Qur’an dan hadist)
Dengan tarbiyah kita memperoleh nikmat yang dapat mengatur kita
menuju khairu ummah (3:110) dengan ciri-ciri:
- Ilmu (berpengetahuan)
- Izzah (terhormat)
- Ghina (kekayaan)
- Ukhuwah (persaudaraan)
Urgensi Tarbiyah ada 2:
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
80
- Hakikat jiwa yang memerlukan pembinaan (91:8-9)
- Waqi’ul ummat (kekayaan umat)
Pedoman HidupPedoman HidupPedoman HidupPedoman HidupPedoman Hidup
Rasulullah saw bersabda : “Aku telah meninggalkan kepada kalian
dua perkara, yang kamu tidak akan tersesat selama kamu
berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah Al Qur’an
dan Sunnah Rasulullah.”
(HR. Malik)
AL-QUR’AN
Secara bahasa, kata Al Qur’an berasal dari kata dasar qa-ra-a,
yang berarti membaca. Dari kata ini terbentuklah kata benda: qar’, qira’ah,
dan qur’an yang berarti bacaan. Secara terminologi, Al Qur’an berarti
firman Allah yang mengandung mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw secara berangsur-angsur sebagai petunjuk bagi manusia
yang membacanya bernilai ibadah.
FUNGSI AL QUR’AN
Allah menurunkan Al Qur’an agar manusia mengambil manfaat
darinya.Al Qur’an akan berfungsi ketika nilai-nilainya diterapkan dalam
kehidupan nyata. Adapun fungsi dari Al Qur’an adalah:
1) Al Qur’an sebagai minhajul hayah (pedoman hidup) bagi
seluruh manusia tanpa kecuali
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
81
2) Al Qur’an sebagai an-nur (cahaya)
3) Al Qur’an sebagi ad-dzikr (pemberi peringatan)
4) Al Qur’an sebagi al-furqon (pembeda)
5) Al Qur’an sebagai al-burhan (bukti)
6) Al Qur’an sebagai al basyir (kabar gembira) dan an-nadzir
(pemberi peringatan)
7) Al Qur’an sebagai ruh
8) Al Qur’an sebagai asy-syifa’ (obat)
9) Al Qur’an sebagai ar-rahmah
10) Al Qur’an sebagai al-huda (petunjuk)
11) Al Qur’an sebagai al-mau’izhah (pengajaran)
12) Al Qur’an sebagai al-kitab
13) Al Qur’an sebagai al-basyir (mata hati)
KEISTIMEWAAN AL QUR’AN
Al Qur’an adalah satu-satunya kitab Allah yang diturunkan sebagai
pedoman hidup manusia yang memiliki keistimewaan yang tak tertandingi
oleh kitab manapun. Diantara keistimewaan Al Qur’an adalah sebagai
berikut:
1) Satu-satunya kitab yang terjaga kesalihanya sampai akhir zaman.
2) Kelengkapan peraturan yang termuat dalam Al Qur’an dan selalu
sesuai untuk manusia di semua zaman.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
82
3) Keindahan penyampaian, ketinggian bahasanya dan kerapihan
susunan ayatnya yang sampai saat ini tidak seorangpun sanggup
menandinginya.
4) Pemberitahuan Al Qur’an tentang kejadian yang akan datang.
5) Penemuan ilmiah yang tercantum didalam Al Qur’an.
Tidak hanya sebatas itu saja, A Qur’an juga menggambarkan tentang
kajadian alam semesta, bumi yang bulat, bintang, bulan, planet, laut, matahari
dan banyak hal lain yang kesemuanya kemudian dibuktiksn kebenarannya
oleh orang-orang yang menentang kebenaran Al Qur’an. Subhanallah.
KEWAJIBAN SEORANG MUSLIM TERHADAP AL QUR’AN
1) Meyakini dan mengimani Al Qur’an
2) Membaca Al Qur’an
3) Tadabbur Al Qur’an
4) Mengamalkan isi ajaran Al Qur’an
5) Belajar dan mengajarkanya
Belajar dan mengajarkan Al Qur’an adalah kewajiban yang suci dan mulia.
Di dalam mengajarkan Al Qur’an terkandung 3 kemuliaan, yaitu kemuliaan
mengajar (yang merupakan tugas para nabi), kemuliaan membaca Al
Qur’an ketika mengajarkanya, kemudian men-taddabur-inya. Dengan
mengajarkan secara terus-menerus, selain untuk belajar, menjadikan
seseorang lebih mahir dalam pemahamanya.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
83
ADAB MEMBACA AL QUR’AN
Hendaklah seorang muslim mewarnai hari-harinya dengan tilawah
(membaca) AL Qur’an. Sebagaimana ibaah-ibadah lain, tilawatil Qur’an
memiliki adab-adab yang harus diperhatikanoleh setiap muslim. Adab-
adab dalam membaca Al Qur’an:
1) Pertama, adab yang berhubungan dengan batiniyah, diantarnya adalah
sebagai berikut:
- Ikhlas
- Konsentrasi
- Khusyuk
2) Kedua, adab yang berhubungan dengan lahiriyah yaitu dengan
- Memilih waktu, tempat dan kondisi yang tepat.
- Suci dari hadast dan najis.
- Membaca dimulai dengan ta’awudz dan basmallah.
KEUTAMAAN MEMBACA AL QUR’AN
Allah swt menurunkan kitab-Nya yang kekal dan abadi berupa Al
Qur’an, agar dibaca oleh lidah-lidah manusia, didengarkan oleh telinga-
telinga mereka, di taddabur-I oleh akal mereka dan menjadi ketenangan
bagi kegundahan dan kegersangan hati mereka. Seorang muslim yang
senantiasa menghiasi hari-harinya dengan membaca Al Qur’an, maka akan
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
84
memperoleh keutamaan dan kebaikan sebagaimana disebutkan dalam Al
Qur’an dan hadist. Diantara Keutamaan membaca Al Qur’an adalah:
- Seperti di dalam surat Fthir ayat 29-30.
- Al Qur’an memberi syafaat kepada pembacanya kelak di hari
kiamat. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Umamah Al Bahili,
bahwa Rosulullah saw bersabda: “Bacalah Al Qur’an, karena
sesungguhnya,akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi
syafaat bagi pembacanya (HR.Muslim)
- Diberikan yang terbaik oleh Allah serta mendapat kebaikan. Dar
Ibnu Mas’ud bahwasanyaRosulullah bersabda: “Siapa yang
membaca satu huruf dari kitab Allah akan mendapatkan satu
kebaikan dan satu kebaikan beripat sepuluh kali. Aku tidak
mengatakan Aliif Lam Miim satu huruf, namun Aliif satu huruf,
Laam satu huruf, dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi).
Subhanallah, begitu besar keutamaan yang Allah berikan kepada
para pembaca Al Qur’an, sekualitas apapun mereka. Coba bayangkan
seandainya salah seorang diantara kita membaca Al Qur’an beberapa waktu
saja, berapa jumlah huruf yang habis terbaca? Dan jika dalam setiap huruf
terdapat sepuluh kebaikan, maka berpakah pahala yang kita dapatkan?
Hanyalah orang-orang yang keras hatinya, sehingga tidak terketuk dengan
panggilan membaca Al Qur’an.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
85
HaditsHaditsHaditsHaditsHadits
1. Secara Lughowi (Harfiyah)
Hadits adalah ism masdar, yang fi’il madhi dan mudhori’nya, hadatsa
– yahdutsu.
Hadist mempunyai 4 makna, yaitu:
a. Af’al (Perbuatan)
Ahdasa diambil dari kata hadits, mengikuti wazan af’ala, yang artinya
’amila ’amalan la minar rasul (mengada-adakan atau melakukan
perbuatan lain yang tidak ada di zaman rasul). Jadi hadits disini
bermakna perbuatan, dan kalau berubah menjadi ahdasa, maka
maknanya berbuat-buat atau mengadakan perbuatan.
b. Akhbar/aqwal (Cerita atau perkataan atau kabar)
Dalam sejarah dikenal istilah haditsul ifki (cerita bohong) berkenaan
dengan tuduhan keji terhadap ibunda Aisyah ra. Di dalam Al Qur’an
terdapat 220 kata hadits serta pecahannya yang berarti cerita atau
menceritakan. Misalnya dalam surat Adh Dhuha ayat 11, Allah
berfirman, “Dan terhadap nikmat Robbmu maka hendaklah engkau
menceritakannya”.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
86
c. Jadid (baru)
Dalam aqidah menurut imam mazhab Asyar’iyah, dikenal ada 20 sifat
wajib Allah, 20 sifat muhal (mustahil) Allah dan ada satu sifat jaiz.
Dan yang kedua dari sifat wajib Allah setelah wujud adalah
Qidam. Lawannya qidam adalah hadits. Qidam artinya dahulu,
sedangkan hadits artinya baru atau ada permulaan. Jadi hadits disini
artinya adalah baru, atau ada permulaan
d. Qorib (dekat)
Dalam bahasa arab, ada kalimat antum haditsun minni bil islam
(kamu terasa dekat dengan saya karena islam). Jadi hadits disini, artinya
dekat perasaan/hati.
2. Hadits Secara istilah (definisi)
Hadits adalah segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan
persetujuan (taqrir) dari Nabi Muhammad saw. yang dijadikan
ketetapan ataupun hukum dalam agama serta sifat dari Rasulullah
lahiriah maupun batiniah .
Hadits-hadits Nabi saw. itu dinamakan dengan “Al Hadits” karena
ada persesuaian dengan arti dari segi bahasanya yang memberi makna
“baharu” lawan kepada “Al Qadim”. Seolah-olahnya apa yang
disandarkan kepada Nabi s.a.w. yang dikenali dengan Al Hadits itu
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
87
adalah sesuatu yang lain daripada Al Quran yang qadim – demikian
kata Syeikhul Islam Hafidz Ibnu Hajar.
Sementara Allamah Syabir Ahmad Utsmani berpendapat bahwa hadits-
hadits Rasulullah s.a.w. itu sebenarnya merupakan pernyataan Nabi
s.a.w. akan nikmat Allah s.w.t. yang paling besar yaitu Islam seperti
yang terdapat dalam firman Allah s.w.t. bermaksud : “Pada hari ini aku
sempurnakan untuk kamu agamamu, aku lengkapkan kepadamu
nikmatku dan aku redhai Islam sebagai agama untukmu”. (Surah Al
Maaidah : 3)
PEMBAGIAN HADITS
Dilihat dari konsekuensi hukumnya :
1. Hadits Maqbul (diterima) : terdiri dari Hadits sohih dan Hadits
Hasan
Hadits Sohih :
Yaitu Hadits yang memenuhi 5 syarat berikut ini :
1. Sanadnya bersambung (telah mendengar/bertemu antara para
perawi).
2. Melalui penukilan dari perawi-perawi yang adil.
Perawi yang adil adalah perawi yang muslim, baligh (dapat
memahami perkataan dan menjawab pertanyaan), berakal,
terhindar dari sebab-sebab kefasikan dan rusaknya
kehormatan (contoh-contoh kefasikan dan rusaknya
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
88
kehormatan adalah seperti melakukan kemaksiatan dan bid’ah,
termasuk diantaranya merokok, mencukur jenggot, dan
bermain musik).
3. Tsiqoh (yaitu hapalannya kuat).
4. Tidak ada syadz (syadz adalah seorang perawi yang tsiqoh
menyelisihi perawi yang lebih tsiqoh darinya.)
5. Tidak ada illat atau kecacatan dalam Hadits
Tingkatan Hadits Shohih
1. Hadits muttafaqqun ‘alaihi yang dikeluarkan oleh imam
Bukhori dan imam Muslim pada kitab shohih mereka
masing-masing.
2. Hadits shohih yang dikeluarkan oleh imam Bukhori saja
3. Hadits shohih yang dikeluarkan oleh imam Muslim saja
4. Hadits yang sesuai dengan syarat Bukhori dan Muslim,
serta tidak dicantumkan pada kitab-kitab shohih mereka.
5. Hadits yang sesuai dengan syarat Bukhori
6. Hadits yang sesuai dengan syarat Muslim
7. Hadits yang tidak sesuai dengan syarat Bukhori dan Muslim
Syarat Bukhori dan Muslim : perawi-perawi yang dipakai adalah
perawi-perawi Bukhori dan Muslim dalam shohih mereka.
Hukum Hadits sohih : dapat diamalkan dan dijadikan hujjah.
Hadits Hasan :
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
89
Yaitu Hadits yang apabila perawi-perawinya yang hanya
sampai pada tingkatan soduq (tingkatannya berada dibawah
tsiqoh). Soduq : tingkat kesalahannya 50: 50 atau di bawah 60%
tingkat ke tsiqoan-nya. Soduq bisa terjadi pada seorang perawi
atau keseluruhan perawi pada rantai sanad.
Para ulama dahulu meneliti tingkat ketsiqo-an seorang
perawi adalah dengan memberikan ujian, yaitu disuruh
membawakan 100 hadits berikut sanad-sanadnya. Jika sang
perawi mampu menyebutkan lebih dari 60 hadits (60%) dengan
benar maka sang perawi dianggap tsiqoh.
Hukum Hadits Hasan : dapat diamalkan dan dijadikan hujjah.
Hadits Hasan Shohih
Penyebutan istilah Hadits hasan shohih sering disebutkan
oleh imam Thirmidzi. Hadits hasan shohih dapat dimaknai dengan
2 pengertian :
- Imam Thirmidzi mengatakannya karena Hadits tersebut
memiliki 2 rantai sanad/lebih. Sebagian sanad hasan dan
sebagian lainnya shohih, maka jadilah dia Hadits hasan
shohih.
- Jika hanya ada 1 sanad, Hadits tersebut hasan menurut
sebagian ulama dan shohih oleh ulama yang lainnya.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
90
2. Hadits Mardud (ditolak) : yaitu Hadits dhoif
Hadits Dhoif
Yaitu hadits yang tidak memenuhi salah satu/lebih syarat Hadits shohih
dan Hasan.
Hukum Hadits dhoif : tidak dapat diamalkan dan tidak boleh
meriwayatkan Hadits dhoif kecuali dengan menyebutkan kedudukan
Hadits tersebut.Hadits dhaif berbeda dengan hadits palsu atau hadits
maudhu‘. Hadits dhaif itu masih punya sanad kepada Rasulullah SAW,
namun di beberapa rawi ada dha‘f atau kelemahan. Kelemahan ini
tidak terkait dengan pemalsuan hadits, tetapi lebih kepada sifat yang
dimiliki seorang rawi dalam masalah dhabit atau al-‘adalah. Mungkin
sudah sering lupa atau ada akhlaqnya yang kurang etis di tengah
masyarakatnya. Sama sekali tidak ada kaitan dengan upaya
memalsukan atau mengarang hadits.
Yang harus dibuang jauh-jauh adalah hadits maudhu‘, hadits
mungkar atau matruk. Dimana hadits itu sama sekali memang tidak
punya sanad sama sekali kepada Rasulullah SAW. Wlau yang paling
lemah sekalipun. Inilah yang harus dibuang jauh-jauh. Sedangkan kalau
baru dha‘if, tentu masih ada jalur sanadnya meski tidak kuat. Maka
istilah yang digunakan adalah dha‘if atau lemah. Meski lemah tapi masih
ada jalur sanadnya.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
91
Karena itulah para ulama berbeda pendapat tentang
penggunaan hadits dha‘if, dimana sebagian membolehkan untuk
fadha‘ilul a‘mal. Dan sebagian lagi memang tidak menerimanya. Namun
menurut iman An-Nawawi dalam mukaddimahnya, bolehnya
menggunakan hadits-hadits dhaif dalam fadailulamal sudah merupakan
kesepakatan para ulama.
FUNGSI HADIST
Dalam hubungan dengan Al Qur’an, maka As-Sunnah (hadist)
berfungsi sebagai penafsir, pensyarah, penjelas atas ayat-ayat tertentu.
Apabila disimpulkan tentang fungsi As-Sunnah dalam hubungan dengan Al
Qur’an itu adalah sebagai berikut:
a. Bayan tafsiri, yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum mujmal
dan musytarak.
Seperti hadits: “Shallukama ra’aitumuni ushalli” (shalatlah kamu
sebagaimana kamu melihatku shalat) adalah merupakan tafsiran dari
ayat Al Qur’an yang umum, yaitu: “Aqimush-shalah” (kerjakan shalat).
Demikian pula dengan hadits: “khudzu ‘annimanasikakum” (ambillah
dariku perbuatan hajiku) adalah tafsiran ayat Al Qur’an
“Waatimmulhajja” (dan sempurnakan hajimu).
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
92
Termasuk bayan tafisiri adalah:
- Ayat-ayat Al Qur’an yang tersebut secara mujmal diperincikan
oleh hadits, misalnya hukum-hukum di dalam Al Qur’an yang
disebut secara umum dengan tidak menyebutkan kaifiat, sebab-
sebab, syarat-syarat dan lainnya semuanya diperjelaskan oleh
hadits, seperti dalil halal haram dalam makanan, dalam masalah
ibadah sholat dll.
- Ayat-ayat yang mutlaq kemudian dimuqayyadkan oleh hadits
sesuai dengan tempat dan keadaan yang menghendakinya. Seperti
ayat tentang muamalah, munakahat, siyasiyah, dll.
- Ayat-ayat yang musykil diterangkan oleh hadits, contoh ayat-ayat
yang terkait dengan masalah aqidah, ayat yang memiliki makna
khusus, dll.
b. Bayan taqriri, yaitu berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat
pernyataan al-Qur’an.
Misalnya ada hadits yang berbunyi: “Shaumul liru’yatihi
wafthiruliru’yatihi” (berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah
karena melihatnya) adalah memperkokoh ayat al-Qur’an dalam surat
Al-Baqarah: 185.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
93
Termasuk bayan taqriri adalah hadits yang menyatakan hukum-hukum,
saluran dan saranan bagi sesuatu perkara sesuai dengan masa atau
situasi dan kondisi bagi berlakunya perkara-perkara itu berlandaskan
prinsip dan objektif Al Qur’an. Dan hadits-hadits menarik kaedah
prinsipal daripada keterangan-keterangan Al Qur’an yang boleh
dijadikan sebagai panduan untuk mengqiaskan persoalan-persoalan
yang baru timbul.
c. Bayan taudhihi, yaitu menerangkan maksud dan tujuan suatu ayat
Al-Qu r’an.
Seperti pernyataan Nabi: “Allah tidak mewajibkan zakat melainkan
supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati” adalah
taudhih (penjelasan) terhadap ayat Al-Qur’an dalam surat At-Taubah
ayat 34 yang berbunyi sebagai berikut:
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak yang
kemudian tidak membelanjakannya di jalan Allah maka
gembirakanlah mereka dengan azab yang sangat pedih”.
Pada waktu ayat ini turun banyak para sahabat yang merasa berat
untuk melaksanakan perintah ini, maka mereka bertanya kepada Nabi
yang kemudian dijawab dengan hadits tersebut.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
94
Termasuk dalam bayan taudhihi, adalah hadits-hadits yang
menceritakan sebab-sebab, hikmat dan maslahat-maslahat di sebalik
ketentuan hukum dalam Al Qur’an yang boleh dijadikan kaedah dan
prinsip dalam menentukan hukum-hukum yang tidak tersebut di
dalamnya. Nabi saw. mengambil hikmat ilahi daripada bimbingan,
panduan dan misi Al Quran, kemudian menjelaskannya ke dalam
kehidupan amali manusia.
SholatSholatSholatSholatSholat
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah muka dan tangan kalian
sampai ke siku. Kemudian sapulah kepada kailan dan basuhlah kai
kalian sampai pada ke dua mata kaki.”
(QS. Al Maidah : 6)
“Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantara kalian
apabila berhadats, sehingga ia berwudhu.”
(HR. Bukhari Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
A. WUDHU
PENGERTIAN WUDHU
Salah satu syarat sahnya shalat yang merupakan ibadah wajib bagi kita
seorang muslim, adalah suci badan. Mensucikan badan sebelum kita sholat
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
95
kita kenal dengan wudhu. Mungkin setiap hari kita memang sudah
berwudhu. Namun apakah wudhu yang selama ini telah kita lakukan itu
sudah sesuai dan benar dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah? Pada
lembaran-lembaran berikutnya kita akan memperdalam kembali ilmu kita
tentang aktivitas wudhu ini.
Wudhu adalah membasuh bagian tertentu dari anggota badan dengan
air sebagai persiapan bagi seorang muslim untuk menghadap Allah swt.
(mendirikan shalat). Dalam hal ini Allah Azza Wa Jalla sendiri
memerintahkannya dan telah menetapkan bagian-bagian anggota badan
yang harus dibasuh pada saat berwudhu.
Dalil yang menunjukkan kewajiban berwudhu antara lain :
1. Allah swt berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah muka dan tangan kalian
sampai ke siku. Kemudian sapulah kepada kalian dan basuhlah
kaki kalian sampai pada kedua mata kaki.” (Al-Maidah : 6)
2. Hadits Rasulullah yang diriwatkan dari Abu Hurairah, dimana Nabi
saw. bersabda :
“Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantara kalian
apabila berhadats, sehingga ia berwudhu.” (HR. Bukhari Muslim,
Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
96
Jelaslah bagi kita bahwa memang tata cara wudhu itu telah ditetapkan,
jadi wajib bagi kita untuk menyempurnakan wudhu kita.
Wudhu itu memiliki beberapa fardhu dan rukun yang ditertibkan
secara berurutan . Jika ada salah satu rukun itu yang tertinggal, maka
wudhunya tidak sah menurut syari’at.
RUKUN WUDHU
1. Niat, adalah kemauan dan keinginan hati untuk berwudhu, sebagai
wujud mentaati perintah Allah swt.
2. Membasuh wajah, yaitu membasuh dengan air pada bagian atas dahi
sampai bagian dagu yang bawah dan dari bagian bawah satu telinga
ke bagian bawah telinga lain. Air wudhu tersebut harus mengalir pada
wajah.
3. Membasuh kedua tangan, yaitu membasahi kedua tangan dari ujung
jari sampai ke siku.
4. Membasuh kepala. Pengertian mengusap di sini adalah membasahi
kepala dengan air, lalu mengusapnya dari arah depan ke belakang.
5. Membasuh ke dua kaki, yaitu membasuh kaki hingga mencapai kedua
mata kaki.
6. Tertib dalam membasuh anggota-anggota tubuh di atas. Membasuh
muka terlebih dahulu, lalu kedua tangan, kemudian mengusap kepala
dan selanjutnya membasuh ke dua kaki.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
97
7. Berwudhu satu kali (sekaligus) dalam satu waktu, yaitu tidak berselang
waktu yang terlalu lama antara satu rukun wudhu dengan rukun yang
lain.
SUNNAH WUDHU
Sunnah adalah ketetapan dari Rasulullah saw. baik berupa perbuatan
maupun perkataan . Adapun Sunnah wudhu itu antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Membaca basmalah
b. Membersihkan kedua telapak tangan tiga kali
c. Bersiwak atau menggosok gigi
Disunatkan ketika bau mulut mengalami perubahan, baik karena
bangun tidur maupun saat hendak melaksanakan shalat.
d. Berkumur tiga kali
e. Istinsyaq dan istintsar tiga kali
- Istinsyaq adalah memasukkan atau menghirup air sampai ke dalam
rongga hidung. (disunahkan dengan tangan kanan)
- Istintsar berarti mengeluarkan air tersebut dari dalam hidung.
(disunatkan dengan tangan kiri)
f. Membersihkan sela-sela jari
g. Mendahulukan yang kanan
h. Memperlebar basuhan pada dahi, lengan dan kaki
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
98
i. Membaca do’a setelah wudhu.
CARA WUDHU YANG SEMPURNA
1. Berniat di dalam hati
2. Membaca basmalah
3. Mencuci telapak tangan sampai pergelangan tangan sebanyak tigakali
4. Berkumur tiga kali
5. Bersiwak
6. Istinsyaq dan istintsar tiga kali
7. Membasuh muka sebanyak tiga kali.
Dalam membasuh muka ini dimulai dari tempat tumbuhnya rambut
kepala sampai ke ujung dagu paling bawah dan dari bagian bawah
telinga satu ke telinga yang lain.
8. Selanjutnya basuhlah tangan sebelah kanan sampai siku sebanyak
tiga kali, lalu tangan sebelah kiri juga tiga kali. Dalam membasuh
tangan ini, hendaklah dimulai dari jari-jari, yaitu dengan menyela-
nyela antara jari-jari tersebut.
9. Kemudian usaplah kepala secara keseluruhan atau seperempat kepala
pada bagian depan satu kali saja, yaitu dengan menggunakan kedua
telapak tangan setelah membasuh keduanya dengan air. Air sisanya
boleh digunakan untuk mengusap kedua telinga baik bagian dalam
maupun bagian luar sebanyak satu kali saja.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
99
10. Kemudian basuhlah kaki sebelah kanan sebanyak tiga kali dan sebelah
kiri juga tiga kali. Keduanya sampai mata kaki. Hal ini dilakukan dengan
disertai penyelaan terhadap jari-jari kaki dan meratakan basuhannya
mencapai tumit.
Urutan-urutan ini harus benar-benar diperhatikan dan berhati-hatilah
untuk tidak membiarkan sedikitpun dari bagian anggota wudhu yang
harus dibasuh tidak terkena basuhan air, sehingga wudhu dan shalat
yang kita lakukan menjadi sah, dan tidak batal. Di dalam membasuh
dan mengusap bagian-bagian yang harus dibasuh dan diusap, tidak
diperbolehkan menyelang waktu yang terlalu lama antara bagian satu
dengan yang lain, sehingga bagian sebelumnya telah menjadi kering.
Juga tidak di perbolehkan berbicara ketika berwudhu kecuali adanya
suatu kepentingan yang diperbolehkan.
11. Setelah selesai wudhu ucapkanlah do’a.
HAL-HAL YANG MEMBATALKAN WUDHU
Berikut adalah hal-hal yang membatalkan wudhu :
1. Mengeluarkan sesuatu melalui dua jalan keluar, misal: kencing, kotoran,
angin, baik berjumlah sedikit atau banyak.
2. Tidur, dalam hal ini ada dua macam tidur :
a. Tidur telentang: jelas membatalkan wudhu
b. Tidur bersandar/duduk. Dalam hal ini ada dua pendapat, yaitu :
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
100
• Menurut Imam Malik dan Ats-Tsauri, apabila tidur bersandar
dilakukan dalam waktu yang lama, maka wudhunya dianggap batal,
tetapi bila tidurnya tidak lama maka wudhunya tidak batal.
• Menurut Imam Asy Syafi’i bahwa tidur dalam posisi bersandar itu
tidak membatalkan wudhu, meskipun dilakukan dalam waktu yang
lama. Dengan catatan, jika orang yang duduk tersebut tetap pada
posisi semula dan menjaga agar tidak ada sesuatu pun yang keluar
dari duburnya, dengan cara menempelkannya ke lantai.
3. Pingsan
4. Tidur dalam shalat.
5. Murtad. (keluar dari islam)
6. Menyentuh kemaluan (dengan telapak tangan dengan sengaja)
7. Memakan daging hewan sembelihan (tidak membatalkan, tetapi
memang dianjurkan berwudhu setelahnya)
Dari hadits Jabir bin Samurah radhiallahu ‘anhu, seseorang pernah
bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Apakah
aku berwudhu setelah makan daging kambing?” Beliau menjawab:
“Kalau engkau mau engkau berwudhu, kalau mau maka engkau tidak
perlu berwudhu.” Beliau ditanya lagi: “Apakah aku berwudhu karena
makan daging unta?” Beliau menjawab: “Ya, berwudhulah setelah
makan daging unta.” (Shahih HR. Muslim)
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
101
KEUTAMAAN-KEUTAMAAN WUDHU
Wudhu mempunyai beberapa keutamaan seperti beberapa hadits
yang telah disabdakan Rasulullah saw. antara lain:
1. Menyempurnakan wudhu dari hal-hal yang makruf, banyak
melangkahkan menuju masjid dan menunggu-nuggu waktu shalat, dosa-
dosanya akan dihapuskan Allah dan ditinggikan derajatnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Maukah kutunjukkan kepada kalian sesuatu
yang dapat menjadi sebab Allah menghapuskan dosa-dosa dan
meninggikan derajat.” Mereka -para sahabat- menjawab, “Tentu
saja mau, wahai Rasulullah.” Maka beliau menjawab, “Yaitu
menyempurnakan wudhu dalam kondisi yang tidak
menyenangkan, memperbanyak langkah menuju masjid, dan
menunggu sholat berikutnya sesudah mengerjakan sholat, maka
itulah ribath.” (HR. Muslim dalam Kitab at-Thaharah)
An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud isbaghul
wudhu’ adalah menyempurnakannya. Adapun yang dimaksud kondisi
yang tidak menyenangkan adalah dingin yang sangat menusuk, luka
yang ada di badan, dan lain sebagainya.” (SyarAh Muslim [3/41] cet.
Dar Ibn al-Haitsam). Yang dimaksud ar-ribath (ikatan) adalah karena
amalan- amalan itu mengikat yang bersangkutan dari berbagai
kemaksiatan dan dosa. Sebagian lagi ada yang mengatakan bahwa
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
102
selalu ingat tali yang melingkar dileher musuh, karena ingin mendapat
kan syahid dan ampunan Allah. Wallahu a’lam.
2. Dapat memberikan pengaruh positif pada jiwa untuk senantiasa
berusaha suci, dan jauh dari perbuatan maksiat.
3. Wajah dan tubuh mereka (orang yang menjaga wudhunya) bersinar
dan bercahaya cemerlang kelak di hari akhir dan disambut
kedatangannya oleh Rasulullah.
Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, berkata, “Aku mendengar Rasulullah
Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Sesungguhnya umatku
dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan ghurran muhajjilin
(wajahnya bercahaya dan badannya bersinar) karena bekas
wudhu, maka barang siapa mampu untuk memanjangkan ghurrah
hendaklah melakukannya.” (HR al Bukhari dan Muslim).
4. Kesalahan-kesalahan dari seorang yang berwudhu dari bagian anggota
wudhunya akan keluar bersamaan dengan jatuhnya air wudhu dari
bagian anggota wudhunya itu.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Apabila seorang hamba muslim atau mukmin
berwudhu, kemudian dia membasuh wajahnya maka akan keluar
dari wajahnya bersama air itu -atau bersama tetesan air yang
terakhir- segala kesalahan yang dia lakukan dengan pandangan
kedua matanya. Apabila dia membasuh kedua tangannya maka
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
103
akan keluar dari kedua tangannya bersama air itu -atau bersama
tetesan air yang terakhir- segala kesalahan yang dia lakukan
dengan kedua tangannya. Apabila dia membasuh kedua kakinya
maka akan keluar bersama air -atau bersama tetesan air yang
terakhir- segala kesalahan yang dia lakukan dengan kedua
kakinya, sampai akhirnya dia akan keluar dalam keadaan bersih
dari dosa-dosa.” (HR. Muslim dalam Kitab at-Thaharah)
B. TAYAMUM
1. Pengertian Tayamum
Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi wajib yang tadinya
seharusnya menggunakan air bersih digantikan dengan menggunakan
tanah atau debu yang bersih. Yang boleh dijadikan alat tayamum adalah
tanah suci yang ada debunya. Dilarang bertayamum dengan tanah
berlumpur, bernajis atau berbingkah. Pasir halus, pecahan batu halus
boleh dijadikan alat melakukan tayamum.
Orang yang melakukan tayamum lalu shalat, apabila air sudah
tersedia maka ia tidak wajib mengulang sholatnya. Namun untuk
menghilangkan hadas, harus tetap mengutamakan air daripada tayamum
yang wajib hukumnya bila sudah tersedia. Tayamum untuk hadas hanya
bersifat sementara dan darurat hingga air sudah ada.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
104
Tayamum yang telah dilakukan bisa batal apabila ada air dengan alasan
tidak ada air atau bisa menggunakan air dengan alasan tidak dapat
menggunakan air tetapi tetap melakukan tayamum serta sebab musabab
lain seperti yang membatalkan wudu dengan air.
2. Sebab melakukan Tayamum :
a. Dalam perjalanan jauh
b. Jumlah air tidak mencukupi karena jumlahnya sedikit
c. Telah berusaha mencari air tapi tidak diketemukan
d. Air yang ada suhu atau kondisinya mengundang
kemudharatan
e. Air yang ada hanya untuk minum
f. Air berada di tempat yang jauh yang dapat membuat telat
shalat
g. Pada sumber air yang ada memiliki bahaya
h. Sakit dan tidak boleh terkena air
3. Syarat Sah Tayamum :
a. Telah masuk waktu salat
b. Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran
c. Memenuhi alasan atau sebab melakukan tayamum
d. Sudah berupaya / berusaha mencari air namun tidak
ketemu
e. Menghilangkan najis yang yang melekat pada tubuh.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
105
4. Sunah Ketika Melaksanakan Tayamum :
a. Membaca basmalah
b. Menghadap ke arah kiblat
c. Membaca doa ketika selesai tayamum
d. Medulukan kanan dari pada kiri
e. Meniup debu yang ada di telapak tangan
f. Menggodok sela jari setelah menyapu tangan hingga siku.
5. Rukun Tayamum :
a. Niat Tayamum.
b. Menyapu muka dengan debu atau tanah.
c. Menyapu kedua tangan dengan debu atau tanah hingga
ke siku.
6. Tata Cara Tayamum :
a. Membaca basmalah
b. Renggangkan jari-jemari, tempelkan ke debu, tekan-tekanhingga debu melekat.
c. Angkat kedua tangan lalu tiup telapat tangan untuk
menipiskan debu yang menempel, tetapi tiup ke arah
berlainan dari sumber debu tadi.
d. Niat tayamum : Nawaytuttayammuma listibaa hatishhalaati
fardhollillahi ta’aala (Saya niat tayammum untuk
diperbolehkan melakukan shalat karena Allah Ta’ala).
e. Mengusap telapak tangan ke muka secara merata
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
106
f. Bersihkan debu yang tersisa di telapak tangan
g. Ambil debu lagi dengan merenggangkan jari-jemari,tempelkan ke debu, tekan-tekan hingga debu melekat.
h. Angkat kedua tangan lalu tiup telapat tangan untuk
menipiskan debu yang menempel, tetapi tiup ke arah
berlainan dari sumber debu tadi.
i. Mengusap debu ke tangan kanan lalu ke tangan kiri.
C. SHOLAT
PERINTAH SHALAT
Shalat merupakan salah satu pilar agama yang menduduki peringkat
ke dua setelah syahadat. Mengerjakannya pada awal waktu merupakan
amalan yang terbaik, sedang meninggalkannya merupakan perbuatan dosa
dan kufur. Sebagaimana yang Allah swt telah berfirman :
“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman.” (An-Nisa’ : 103)
Sedang Rasulullah saw pernah bersabda :
“Sesungguhnya tanda-tanda yang ada di antara seorang hamba
dengan syirik maupun kufur itu adalah perbuatan meninggalkan
shalat.” (HR. Muslim)
Selain dalil-dalil yang tertulis di atas masih banyak dalil lain yang
menyampaikan atau menegaskan bahwa posisi shalat dalam agama islam
itu sangat penting dan wajib dikerjakan oleh seorang yang telah berikrar
sebagai muslim, antara lain :
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
107
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang
yang tetap mendirikan shalat; ya Tuhan kami perkenankanlah doaku.”
(Ibrahim: 40)
“Hai Maryam taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuuklah
bersama orang-orang yang rukuk.” (Ali-Imran : 43)
“dan Dia menjadikan aku orang yang diberkahi dimana saja
aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat
dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (Maryam: 31)
Secara etimologis shalat berarti do’a, sedangkan menurut syari’at,
shalat berarti ibadah yang terdiri dari ucapan-ucapan dan gerakan-gerakantertentu, yang diawali dengan takbiratul ihram, dan diakhiri dengan salam.
Shalat lima waktu hukumnya adalah wajib. Shalat lima waktu mampumembawa pelakunya berbuat adil dan mensucikan serta mendekatkan dirikepada Allah, sebagai upaya mempersiapkan diri menghadapi hari kiamat
kelak. Sebagaimana shalat juga mencegah pelakunya dari perbuatan keji
dan munkar.
PEMBAGIAN SHALAT
Shalat yang telah disyariatkan oleh Allah swt. sebagai penyuci hati
dan ungkapan rasa syukur atas berbagai nikmat yang telah diberikan-Nya
terbagi tiga yaitu:
a. Shalat Wajib
Shalat yang apabila dikerjakan berpahala, apabila ditinggalkan
merupakan dosa besar. Shalat wajib adalah shalat lima waktu,
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
108
hukumnya wajib dilaksanakan oleh muslim yang sudah baligh
(dewasa ).
b. Shalat Sunah
Shalat yang apabila dikerjakan berpahala, namun apabila tidak
dikerjakan tidak berdosa. Misal shalat witir, dhuha, dua rakat
setelah wudhu, tarawih, qiyamulail/tahajud.
c. Shalat Nafiah/Rawatib
Shalat sunnat yang menyertai shalat fardhu, baik malam maupun
siang hari, mempunyai waktu tertentu, yang tidak dapat dikerjakan
kecuali pada waktunya.
SYARAT WAJIB SHALAT
1. Shalat itu tidak diwajibkan kecuali bagi seorang yang telah
mengucapkan syahadatain
2. Shalat itu hanya diwajibkan bagi mereka yang berakal sehat dan
telah mencapai usia baligh.
3. Shalat juga diwajibkan setelah mencapai waktunya
4. Suci dari hadats besar, seperti haid, nifas dan junub. Disamping itu
juga suci dari hadats kecil seperti buang angin atau lainnya yang
dapat disucikan dengan cara berwudhu.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
109
RUKUN SHALAT
Dalam shalat ada yang dinamakan rukun shalat yang tanpa
terpenuhinya pelaksanaanya shalat dianggap tidak sah. Hal ini
akan disampaikan agar dapat membedakan antara rukun shalat
dengan sunnat shalat. Rukun shalat adalah sebagai berikut:
a. Niat
b. Takbiratul Ikhram
c. Membaca Al Fatihah
d. Ruku’
Yaitu membungkukkan punggung dengan meletakkan kedua telapak
tangan pada kedua lutut. Kemudian beri’tidal dan bertuma’ninah
(berdiam sebentar), dan membaca doa ruku’.
e. Berdiri dari ruku’. Setelah ruku’ hendaklah berdiri tegak dan
tuma’ninah
f. Sujud.
Yaitu meletakkan dahi dan hidung di atas tempat shalat setelah kedua
telapak tangan, lutut serta ujung jari jemari kaki dan bertuma’ninah.
g. Bangkit dari sujud atau duduk diantara dua sujud..
h. Salam.
Setelah selesai membaca tasyahud akhir. Dengan menolehkan wajah
ke kanan dan ke kiri dalam posisi duduk, dengan mengucap
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
110
i. Tertib.
Harus tertib atau urut dalam melaksanakan rukun shalat.
SUNNAH SHALAT
Sunnah sholat perlu diketahui karena melaksanakannya akan
mendapatkan pahala. Adapun sunnah sholat adalah sebagai berikut :
a. Mengangkat kedua tangan. Disunnahkan mengangkat kedua tangan
pada empat hal yaitu :
1. Takbiratul Ikhram
2. Ruku’
3. Bangun dari ruku’
4. Ketika bangun dari tasyahud pertama.
b. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri
c. Posisi kedua tangan. Ada beberapa pendapat sebagai berikut:
1. Abu Hanifah: posisi kedua tangan adalah di bawah pusar
2. Asy- Syafi’i : Posisi kedua tangan adalah di bawah dada.
3. Imam Ahmad : Posisi kedua tangan adalah di bawah dada atau
di bawah pusar
Sementara ada sebuah hadits hasan, yang menyebutkan bahwa Nabi
saw. meletakkan kedua tangannya di bawah dada. Diriwayatkan
oleh Ahmad dan Tirmidzi.
d. Doa iftitah
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
111
Membaca do’a ta’awudz. Dibaca setelah membaca doa iftitah dan
sebelum Surat Al Fatihah. Ta’awudz dibaca perlahan dan hanya
pada rakaat pertama saja.
a Mengucapkan Aamiin, yaitu setelah bacaan Al Fatihah selesai.
b Bacaan surat atau ayat Al Qur’an setelah membaca Al Fatihah.
c Tasyahud pertama.
Demikian sunnah-sunnah yang apabila seseorang lupa
melakukannya, tidak wajib untuk melakukan sujud sahwi (sujud
yang dilakukan karena ada bacaan, gerakan atau jumlah rekaat
yang terlupa). Mengerjakannya akan mendapat pahala yang besar,
oleh karena itu kita senantiasa menjaga sunnah-sunnah tersebut.
TATA CARA SHALAT
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”
(H.R Bukhari)
Hadits di atas memberikan ilmu pada kita untuk senantiasa
menjaga dan menyempurnakan sholat kita agar sesuai dengan tata
cara sholat nabi, sehingga amalan ibadah kita tidak sia-sia.
Adapun tata cara atau urutan gerakan sholat adalah sebagai
berikut:
Pertama adalah persiapan yaitu sebagai berikut :
1. Menghadap kiblat
2. Berdiri tegak
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
112
3. Kaki tidak renggang dan tidak rapat
4. Mengangkat kedua tangan dan mengucap takbir.
5. Pandangan tertuju pada tempat sujud.
Selanjutnya, kedua adalah masuk rakaat pertama sebagai berikut:
1. Takbiratul ihram
Dengan cara :
a. Mengangkat tangan kemudian bertakbir atau mengangkat
tangan bersamaan dengan takbir atau bertakbir kemudian
mengangkat tangan.
b. Posisi tangan setinggi dada atau bahu atau telinga
c. Jari-jari tangan lurus tidak renggang dan tidak mengepal
d. Telapak tangan menghadap kiblat
e. Membaca takbir
2. Berdiri bersedekap
a. Tangan kanan diletakkan pada punggung telapak tangan
pergelangan dan hasta tangan kiri.
b. Posisi tangan di dada , atau di bawah dada.
3. Membaca do’a iftitah
4. Membaca ta’awudz
5. Membaca surat Al Fatihah
6. Membaca ayat atau surat Al Qur’an
a. Kita membaca satu surah dari awal sampai akhir
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
113
b. Kita membaca lebih dari satu surat
c. Kita membaca beberapa ayat saja dari suatu surat Al-Quran.
7. Ruku’
a. Turun ruku’ sambil bertakbir
b. Kedua tangan lurus memegang kedua lutut, lengan renggang
dari lambung, dan jari-jari tangan merenggang.
c. Kedua lutut direnggangkan
d. Punggung lurus
e. Kepala tidak menunduk dan tidak mendongak
f. Tuma’ninah
8. Membaca bacaan ruku’
9. Berdiri i’tidal
a. Bangkit dari ruku’
b. Mengangkat tangan setinggi bahu atau telinga
c. Berdiri tegak sambil bersedekap atau tidak bersedekap
d. Tuma’ninah
10. Membaca bacaan i’tidal
11. Sujud pertama
a. Turun sujud dengan mengangkat tangan atau tidak
mengangkat tangan sambil bertakbir
b. Menurunkan kedua lutut sebelum kedua tangan
c. Meletakkan tujuh anggota badan :
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
114
1. Kening dan hidung di tempat sujud
2. Tangan diletakkan dekat kepala atau dekat telinga atau
di tempat yang mudah
3. Tangan direnggangkan dari lambung atau dirapatkan
4. Jari-jari tangan diarahkan ke kiblat
5. Jari-jari kaki diarahkan ke kiblat
6. Kedua paha dirapatkan atau direnggangkan
7. Perut tidak menempel pada paha
d. Punggung lurus
e. Tuma’ninah
12. Membaca bacaan sujud
13. Duduk antara dua sujud
a. Bangkit dari sujud sambil bertakbir
b. Boleh mengangkat tangan boleh tidak
c. Cara duduk antara dua sujud:
Duduk di atas telapak kaki kiri, telapak kaki kanan
ditegakkan, dan jari-jari kaki kanan mengarah ke kiblat
dengan kedua tangan diletakkan di paha dan boleh berisyarat
dengan telunjuk kanan
d. Tuma’ninah
14. Membaca bacaan sujud
15. Bangkit dari sujud kedua
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
115
a. Sambil bertakbir
b. Duduk terlebih dahulu sebelum bangkit berdiri ke rakaat
kedua
Selanjutnya masuk pada rakaat kedua yaitu:
1. Bangkit berdiri
a. satu atau dua tangan bertopang di tanah
b. tangan tidak bertopang pada tanah.
2. Melakukan gerakan dan bacaan sebagaimana rakaat pertama
tanpa takbiratul ikhram, membaca iftitah dan ta’awudz.
3. Duduk tahiyat awal
a. Telapak kaki kiri dibeberkan untuk diduduki dan telapak
kaki kanan ditegakkan (duduk Iftirasy)
b. Tangan di atas paha atau lutut, siku kanan menempel pada
paha kanan, dan berisyarat dengan telunjuk.
c. Pandangan tidak melampaui jari telunjuk
d. Jari telunjuk digerak-gerakkan atau tidak
4. Membaca tasyahud
5. Membaca shalawat
Selanjutnya untuk melanjutkan ke rakaat tiga atau empat, mengulangi
gerakan dan bacaan pada raat pertama dan ke dua.
Selanjutnya pada rakaat terakhir, setelah sujud ke dua maka masuk
pada gerakan tasyahud akhir sebagai berikut:
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
116
1. Tasyahud akhir
Cara duduk tahhiyat akhir sama dengan duduk tahiyyat awal,
hanya saja telapak kaki kiri dimasukkan ke bawah tulang kering
kaki kanan dan duduk dengan pantat (duduk tawarruk), kedua
telapak tangan di atas lutut, dan berisyarat dengan telunjuk.
2. Membaca tasyahud dan shalawat
3. Membaca do’a sebelum salam.
4. Salam
a. Memalingkan muka dengan mengucap salam
i. Memalingkan muka sedikit dengan mengucap salam
ii. Memalingkan muka ke kanan dengan mengucap salam,
kemudian ke kiri dengan mengucapkan salam.
b. Mengusap kepala atau kening dengan tangan kanan (sunnah)
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya.” (QS. Al-
Mu’minun (23) : 1-2)
Pergaulan dalam IslamPergaulan dalam IslamPergaulan dalam IslamPergaulan dalam IslamPergaulan dalam Islam
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu
dari manusia (karena sombong), dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh”
(QS.Luqman:18)
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
117
“Tidak ada yang paling berat dalam
timbangan amal di akhirat kelak selain dari pekerti yang baik”
(HR. Ahmad dan Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Baniy
dalam Shahih al-Jami’ 5721)
Urgensi adab-adab dalam Islam
Salah satu aspek dari ajaran Islam yang tidak kalah pentingnya dan
wajib bagi setiap muslim mengetahuinya dan memilikinya serta menghiasi
diri dengannya adalah akhlak dan adab, karena suatu umat apabila telah
hilang akhlak dan adabnya, maka ini merupakan tanda-tanda kehancuran
suatu umat dan generasi tersebut, demikian juga sebaliknya, ketika suatu
kaum dan generasi mempunyai akhlak dan adab maka jayalah umat tersebut.
Beberapa peran penting adab-adab dalam Islam yaitu:
a. Membentuk kehidupan yang baik
b. Membina aqidah
c. Membina kepribadian
d. Mengetahui hak dan kewajiban masyarakat
e. Membina kekuatan dan persatuan umat
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
118
Adab-adab PergaulanAdab-adab PergaulanAdab-adab PergaulanAdab-adab PergaulanAdab-adab Pergaulan
Adab terhadap Allah swtAdab terhadap Allah swtAdab terhadap Allah swtAdab terhadap Allah swtAdab terhadap Allah swt
Bersyukur terhadap segala nikmat-Nya
“Dan jika kamu kamu menghitung nikmat Allah, niscaya engkau
tidak bisa menghitungnya”.
(QS. Ibrahim: 34 )
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Oleh karena itu, ingatlah kepada-Ku niscaya aku ingat pula
kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu
mengingkari nikmat-Ku”.
(QS. al-Baqarah: 152)
Malu dan takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
“Ia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu
nyatakan”.
(QS. at-Taghabun: 4)
Berserah diri dan menggantungkan segala perkara dan urusan
kepada-Nya“Dan hanya kepada Allahlah hendaknya kamu bertawakkal jika
kamu benar-benar orang yang beriman”. (QS. al-Maidah: 23).
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
119
Merenungi rahmat Allah yang telah dilimpahkannya dan kepada
seluruh makhluk
“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat
Allah”. (QS. Yusuf: 87)
Berhusnuzhan kepada Allah terhadap janji yang pasti akan
ditepati dan ancaman yang pasti dipenuhi.
“Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut
kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya maka mereka adalah
orang-orang yang mendapatkan kemenangan”. (QS. an-Nur: 52)
Adab Kepada Al-Qur’anAdab Kepada Al-Qur’anAdab Kepada Al-Qur’anAdab Kepada Al-Qur’anAdab Kepada Al-Qur’an
• Membacanya dalam keadaan suci, menghadap kiblat dan duduk
dengan penuh kesopanan dan ketenangan.
• Membacanya dengan tartil dan tidak terburu-buru.
• Membaca dengan penuh kekhusu’an.
• Membaguskan suaranya, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam : “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu”. (HR.
Ahmad, Ibnu Majah, Nasa’i, Abu Daud)
• Mensirkan (merendahkan) bacaannya jika ia takut riya’ atau
mengganggu kekhusyu’an orang sedang shalat.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
120
• Membacanya dengan penuh perhatian, serta berusaha merenungi
dan memahami maknanya dan hikmah-hikmah yang terkandung
didalamnya.
• Ketika membaca Al-Qur’an hendaknya ia tidak termasuk orang
yang lalai dan menyimpang dari aturan-aturannya, karena hal
tersebut dapat menyebabkan laknat terhadap diri sendiri, seperti
ia membaca ayat: “Maka kita minta supaya laknat Allah ditimpakan
pada orang-orang yang dusta”. (QS. Ali Imran: 61) Dalam surat
lain Allah Ta’ala berfirman: “Ingatlah laknat Allah ditimpakan
kepada orang-orang yang dzalim”. (QS. Hud: 18)
• Berusaha dengan sungguh-sungguh supaya menjadi ahlul-Qur’an
yang merupakan Ahlullah dan orang-orang yang mendapatkan
keistimewaan.
Adab Kepada Rasulullah shallallahu Adab Kepada Rasulullah shallallahu Adab Kepada Rasulullah shallallahu Adab Kepada Rasulullah shallallahu Adab Kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam‘alaihi wa sallam‘alaihi wa sallam‘alaihi wa sallam‘alaihi wa sallam
• * Mentaati dan mengikuti jalan kehidupan beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam, baik dalam urusan dunia ataupun agamanya.
• * Mendahulukan cinta kepadanya dari mencintai yang lain.Dalam
hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah
sempurna keimanan salah seorang dari kalian sehingga aku lebih
dia cintai dari anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia”
(Muttafaqun ‘alaihi)
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
121
• * Mencintai orang yang beliau cintai, memusuhi orang yang beliau
musuhi, dan meridhai apa yang beliau ridhai, serta marah terhadap
sesuatu yang beliau murkai.
• * Memuliakannya ketika menyebut nama beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan bershalawat beserta salam kepadanya.
• * Membenarkan apa yang beliau khabarkan, baik tentang urusanagama, permasalahan dunia maupun hal ghaib tentang kehidupandunia maupun akhirat.
• * Menghidupkan sunnah-sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
memperjuangkan syari’atnya, dan menyampaikan dakwah beliau
serta menjadikan beliau sebagai khudwah uswatun hasanah
Adab seorang muslim terhadap dirinya sendiriAdab seorang muslim terhadap dirinya sendiriAdab seorang muslim terhadap dirinya sendiriAdab seorang muslim terhadap dirinya sendiriAdab seorang muslim terhadap dirinya sendiri
Seorang Muslim harus mempunyai sifat-sifat:
• Taubat
Yang dimaksud dengan taubat adalah berlepas diri dari seluruh
perbuatan dosa dan maksiat, menyesali segala dosa yang telah
berlalu serta bertekad untuk tidak mengulanginya dikemudian hari.
• Muraqabah
Hendaklah setiap muslim menjaga sikap dan perbuatannyadihadapan Allah Ta’ala di setiap waktu dalam hidupnya, danmenyadari bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu mengawasisegala tindak-tanduk, serta mengetahui apa yang dirahasiakannyadan yang dinyatakannya
• Muhasabah (Mengoreksi diri)
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
122
• Mujahadah
Didalam melaksanakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
seorang muslim dihadapkan dengan berbagai macam godaan-
godaan dunia, dengan godaan tersebut banyak orang yang
terlena dan jatuh ke dalam lembah keburukan, dosa, maksiat,
dan memperturutkan syahwat.
Pergaulan dengan orang lainPergaulan dengan orang lainPergaulan dengan orang lainPergaulan dengan orang lainPergaulan dengan orang lain
••••• Menjaga Pandangan
••••• Menutup Aurat
••••• Adanya Pembatas Antara Lelaki Dengan Perempuan
••••• Tidak Brdua-duaan Di Antara Lelaki dan Perempuan
••••• Tidak Melunakkan Ucapan (Percakapan)
••••• Tidak Menyentuh Kaum Berlawanan Jenis
Beberapa Adab dalam Kehidupan Sehari-hariBeberapa Adab dalam Kehidupan Sehari-hariBeberapa Adab dalam Kehidupan Sehari-hariBeberapa Adab dalam Kehidupan Sehari-hariBeberapa Adab dalam Kehidupan Sehari-hari
Adab dalam Berpakaian
Beberapa adab dalam berpakaian antara lain dimulai dengan membaca
do’a sebagai berikut
Segala puji bagi Allah yang telah memberi pakaian dan rezeki kepadaku
tanpa jerih payahku dan kekuatanku. Syarat pakaian yang digunakan yaitu:
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
123
1. Harus tertutup aurat
Aurat bagi perempuan (muslimah) adalah seluruh anggota tubuhnya
kecuali muka dan telapak tangan sedangkan bagi laki-laki (muslimin)
adalah dari pusar hingga lutut.
“Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan
kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah
untuk perhiasan. dan pakaian takwa[531] Itulah yang paling
baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat”.
(.S Al-A’raf:26)
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap
(memasuki) mesjid[534], Makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan”. (.S Al-A’raf:26)
2. Tidak terlalu ketat
Bagi seorang perempuan, pakaian yang terlalu ketat mengakibatkan
lekuk-lekuk tubuhnya akan kelihatan, tentunya akan mengundang pikiran
kotor dan sangkaan buruk (suuzan) yang melihatnya.
3. Tidak berlebih-lebihan
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
124
Berpakaianlah secara sederhana tetapi menarik simpai orang lain. Allah
SWT tidak menyukai orang yang selalu berlebih-lebihan.
4. Bersih dan rapi
Pakaian yang kita pakai harus bersih dan rapi. Sebab Allah SWT
menyukai orang-orang yang senantiasa menjaga kebersihan, baik
kebersihan badannya maupun pakaiannya.
5. Sesuai dengan situasi dan kondisinya
Dalam berpakaian, kita harus menyesuaikan dengan situasi dan
kondisinya. Ketika sekolah, pakailah pakaian seragam sekolah. Ketika
bermain, pakaian bermain dan lain-lain
Adab dalam makan
a. Memulai makan dengan mengucapkan Bismillah.
Berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Apabila salah seorang diantara kalian hendak makan, maka
ucapkanlah: ‘Bismilah.’ Dan jika ia lupa untuk mengucapkan
Bismillah di awal makan, maka hendaklah ia mengucapkan
‘Bismillahi Awwalahu wa Aakhirahu (dengan menyebut nama Allah
di awal dan diakhirnya).’” (HR. Daud Dishohihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shohih Ibnu Majah: 3264)
b. Hendaknya mengakhiri makan dengan pujian kepada Allah.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
125
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Barangsiapa telah selesai makan hendaknya dia berdo’a:
“Alhamdulillaahilladzi ath’amani hadza wa razaqqaniihi min ghairi
haulin minni walaa quwwatin. Niscaya akan diampuni dosanya
yang telah lalu.” (HR. Daud, Hadits Hasan)
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan ini kepadaku
dan yang telah memberi rizki kepadaku tanpa daya dan
kekuatanku.”
Atau bisa pula dengan doa berikut,
“Segala puji bagi Allah dengan puja-puji yang banyak dan penuh
berkah, meski bukanlah puja-puji yang memadai dan mencukupi
dan meski tidaklah dibutuhkan oleh Rabb kita.”
(HR. Bukhari VI/214 dan Tirmidzi dengan lafalnya V/507)
c. Hendaknya makan dengan menggunakan tiga jari tangan kanan.
“Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam makan dengan
menggunakan tiga jari.” (HR. Muslim, HR. Daud)
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
126
d. Hendaknya menjilati jari jemarinya sebelum dicuci tangannya.
“Apabila salah seorang diantara kalian telah selesai makan maka
janganlah ia mengusap tangannya hingga ia menjilatinya atau
minta dijilati (oleh Isterinya, anaknya).” (HR. Bukhari Muslim)
e. Apabila ada sesuatu dari makanan kita terjatuh, maka hendaknya
dibersihkan bagian yang kotornya kemudian memakannya.
“Apabila ada sesuap makanan dari salah seorang diantara kalianterjatuh, maka hendaklah dia membersihkan bagiannya yang kotor,kemudian memakannya dan jangan meninggalkannya untuk
syaitan.” (HR. Muslim, Abu Daud)
f. Hendaknya tidak meniup pada makanan yang masih panas dan
tidak memakannya hingga menjadi lebih dingin, hal ini berlaku
pula pada minuman. Apabila hendak bernafas maka lakukanlah
di luar gelas, dan ketika minum hendaknya menjadikan tiga kali
tegukan.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang untuk
menghirup udara di dalam gelas (ketika minum) dan meniup di
dalamnya.” (HR. At Tirmidzi)
g. Hendaknya menghindarkan diri dari kenyang yang melampaui
batas.
“Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari
perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar
dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga),
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
127
maka jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan
sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk
bernafasnya.” (HR. Ahad, Ibnu Majah)
h. Makan memulai dengan yang letaknya terdekat kecuali bila
macamnya berbeda maka boleh mengambil yang jauh.
“Wahai anak muda, sebutkanlah Nama Allah (Bismillah),
makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari apa-apa
yang dekat denganmu.” (HR. Bukhari Muslim)
i. Hendaknya memulai makan dan minuman dalam suatu jamuan
makan dengan mendahulukan (mempersilakan mengambil
makanan terlebih dahulu) orang-orang yang lebih tua umurnya
atau yang lebih memiliki derajat keutamaan.
j. Ketika makan hendaknya tidak melihat teman yang lain agar
tidak terkesan mengawasi.
k. Hendaknya tidak melakukan sesuatu yang dalam pandangan
manusia dianggap menjijikkan.
l. Jika makan bersama orang miskin, maka hendaklah kita
mendahulukan mereka.
Adab Tidur
Berikut beberapa adab tidur yang diajarkan oleh Rasulullah SAW
1. Berintropeksi diri (muhasabah) sesaat sebelum tidur
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
128
Sangat dianjurkan sekali bagi setiap muslim bermuhasabah
(berintropeksi diri) sesaat sebelum tidur, mengevaluasi segala perbuatan
yang telah ia lakukan siang hari. lalu jika ia dapatkan perbuatannya
baik makahendaknya memuji Allah SWT dan jika sebaliknya maka
hendaknya segera memohon ampunan-Nya, kembali dan bertobat
kepada-Nya.
2. Tidur dini
Berdasarkan hadits yang bersumber dari ‘Aisyah “Bahwasanya
Rasulullah tidur pada awal malam dan bangun pada penghujung malam,
lalu beliau melakukan sholat”.(Muttafaq’alaih).
3. Disunnatkan berwudhu’ sebelum tidur, dan berbaring miring
sebelah kanan.
Al-bara’ bin ‘azib menuturkan : Rasulullah bersabda:”Apabila kamu
akan tidur,maka berwudhu lah sebagaimana wudhu untuk sholat,
kemudian berbaringlah dengan miring ke sebelah kanan…” Dan tidak
mengapa berbalik kesebelah kiri nantinya.
4. Disunnatkan pula mengibaskan seprei tiga kali sebelum
berbaring
Berdasarkan hadits Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda:”
Apabila seorang dari kamu akan tidur, maka hendaklah mengirapkan
kainnya pada tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tidak tahu
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
129
apa yang ada diatasnya…” Di dalam satu riwayat lain dikatakan:”tiga
kali”.(MuttafaQ’alaih)
5. Makruh tidur tengkurapAbu dzar menuturkan :”Nabi pernah lewat melintasi aku, dikala itu akusedang berbaring tengkurap. Maka nabi membagunkan akau dengankakinya sambil bersabda:” Wahai Abu Dzar, sesungguhnya berbaringseperti ini (tengkurap) adalah cara berbaringnya penghuni neraka”.
(H.R. Ibnu Majah).
6. Makruh tidur diatas dak terbuka.
Hadits yang bersumber dari ‘Ali bin Syaiban menyebutkan bahwasanya
Nabi telah bersabda:”Barangsiapa yang tidur malam diatas atap rumah
yang tidak ada penutupnya, maka hilanglah jaminan darinya”. (H.R.
Al-Bukhari)
7. Menutup pintu, jendela dan memadamkan api dan lampu
sebelum tidur.
Dari Jabir diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah telah bersabda:”
Padamkanlah lampu dimalam hari apabila kamu tidur, tutuplah pintu,
tutuplah rapat-rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan
minuman.”(Muttafaq’alaih).
8. Membaca ayat kursi, dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah.
Surah Al-ikhlas dan Al-Mu’awwiidzatain (Al-Falaq dan An-Nas),
karena banyak hadits-hadits shahih yang menganjurkan hal tersebut.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
130
9. Membaca do’a-do’a dan dzikir yang keterangannya shahih dari
Rasulullah
Seperti : Allaahumma qinii yauma tab’atsu’ibaadaka (Ya Allah,peliharalah
aku dari Adzab-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali segenap
hamba-hamba-Mu). Dibaca tiga kali.(HR. Abu Dawud)
Dan membaca: “Bismika Allahumma Amuutu Wa ahya” (Dengan menyebut
nama-mu ya Allah, aku mati dan aku hidup.) (HR. Al-Bukhari)
10. Apabila disaat tidur merasa kaget atau merasa gelisah atau
merasa ketakutan,
Maka, dianjurkan berdo’a dengan do’a berikut ini:”A’uudzu
bikalimaatillaahit taammati min ghadhabihi Wa syarru ‘ibaadihi, wamin
hamazaatisy syasaathiini wa an yahdhuruuna.(Aku berlindung dengan
kalimatullah yang sempurna dari murka-Nya,kejahatan hamba-hamba-
Nya, dari gangguan syetan dan kehasiran mereka kepadaku”.) (HR.
Abu Dawud)
11. Apabila bermimpi buruk maka hendaknya ia meludah ke sebelah
kirinya tiga kali lalu merubah posisi tidurnya dari kiri ke kanan
atau sebaliknya.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
131
Dan hendaknya ia tidak menceritakan mimpi buruknya tersebut
kepada orang lain serta tidak memikirkannya namun hendaknya ia
berdoa dan bertawakkal kepada Allah, sesungguhnya mimpi buruknya
tersebut tidak akan membahayakannya. Adapun jika mimpinya baik
maka boleh ia menceritakannya kepada orang lain.
12. Hendaknya apabila bangun tidur membaca :
“Allhamdu Lillahilladzi Ahyaanaa ba’da maa Amaatanaa wa
ilaihinnusyurru” (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami
setelah kami dimatikan-Nya,dan kepada-nya lah kami dikembalikan)
(HR. Al-Bukhari)
13. Ketika seorang menguap hendaknya ia menahannya sekuat
tenaga
Karena jika ia mengucapkan “Ha”,maka setan akan
menertawainya, berdasarkan hadits dari Abu Hurairah riwayat Imam
Al-Bukhari dan Imam muslim. Atau hendaknya ia menutup mulutnya
dengan tangannya karena setan akan masuk, berdasarkan hadits dari
Abu Sa’id Al-Khurdiy riwayat Imam Muslim, Imam Abu dawud dan
Imam Ahmad.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
132
Adab Berdo’a
• Ikhlas karena Allah semata. (QS. Al-Mu’min: 14),(QS. Al-Bayyinnah:
5)
• Mengawalinya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah, lalu diikuti
dengan bacaan shalawat kepada atas Rasulullah dan diakhiri dengannya.
• Bersungguh-sungguh dalam memanjatkan do’a serta yakin akan
dikabulkan
• Mendesak dengan penuh kerendahan dalam berdo’a dan tidak terburu-
buru
• Menghadirkan hati dalam do’a.
• Memanjatkan do’a, baik dalam keadaan lapang maupun susah.
• Tidak boleh berdo’a dan memohon sesuatu kecuali hanya kepada Allah
semata.
• Tidak mendo’akan keburukan kepada keluarga, harta, anak dan diri
sendiri.
• Merendahkan suara ketika berdo’a, yaitu antara samar dan keras. (QS.
Al-A’raaf: 55, 205).
• Mengakui dosa yang telah diperbuat, lalu mohon ampunan atasnya, serta
mengakui nikmat yang telah diterima dan bersyukur kepada Allah atas
nikmat tersebut.
• Tidak membebani diri dalam membuat sajak dalam do’a.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
133
• Tadharru’ (merendahkan diri), khusyu’, raghbah (berharap untuk
dikabulkan) dan rahbah (rasa takut tidak dikabulkan). (QS. Al-Anbiyaa’:
90).
• Mengembalikan (hak orang lain) yang dizhalimi disertai dengan taubat.
• Memanjatkan do’a tiga kali.
• Menghadap Qiblat.
• Mengangkat kedua tangan dalam do’a.
• Jika mungkin berwudhu’ terlebih dahulu sebelum berdo’a.
• Tidak berlebih-lebihan dalam berdo’a.
• Tawassul kepada Allah dengan Asmaa’-ul Husna dan sifat-sifatNya yang
Maha Tinggi, atau dengan amal shalih yang pernah dikerjakannya sendiri
atau dengan do’a seorang shalih yang masih hidup dan berada di
hadapannya.
• Makanan dan minuman yang dikonsumsi serta pakaian yang dikenakan
harus berasal dari usaha yang halal.
• Tidak berdo’a untuk suatu dosa atau memutuskan silaturahmi.
• Menjauhi segala bentuk kemaksiatan.
• Harus menegakkan amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh berbuat
kebaikan dan mencegah kemunkaran).
• Hendaklah orang yang berdo’a memulai dengan mendo’akan diri sendiri,
jika dia hendak medo’akan orang lain.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
134
Adab Bertamu
1. Memperbaiki Niat
Tidak bisa dipungkiri bahwa niat merupakan landasan dasar
dalam setiap amalan. Hendaklah setiap muslim yang akan bertamu,
selain untuk menunaikan hajatnya, juga ia niatkan untuk menyambung
silaturahim dan mempererat ukhuwah. Sehingga,… tidak ada satu
amalan pun yang ia perbuat melainkan berguna bagi agama dan
dunianya. Tentang niat ini Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
“Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu dengan niat dan
setiap orang tergantung pada apa yang ia niatkan” (HR. Bukhari,
Muslim dan selain keduanya).
Ibnul-Mubarak berkata :
“Betapa amal kecil diperbesar oleh niatnya dan betapa amal
besar diperkecil oleh niatnya” (Jaami’ul-Ulum wal-Hikam halaman
17 – Daarul-Hadits).
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
135
2. Memberitahukan Perihal Kedatangannya (untuk Minta Ijin)
Sebelum Bertamu
Adab ini sangat penting untuk diperhatikan. Mengapa ? Karena
tidak setiap waktu setiap muslim itu siap menerima tamu. Barangkali
ia punya keperluan/hajat yang harus ditunaikan sehingga ia tidak bisa
ditemui. Atau barangkali ia dalam keadaan sempit sehingga ia tidak
bisa menjamu tamu sebagaimana dianjurkan oleh syari’at. Betapa
banyak manusia yang tidak bisa menolak seorang tamu apabila si
tamu telah mengetuk pintu dan mengucapkan salam padahal ia punya
hajat yang hendak ia tunaikan. Allah telah memberikan kemudahan
kepada kita berupa sarana-sarana komunikasi (surat, telepon, sms,
dan yang lainnya) yang bisa kita gunakan untuk melaksanakan adab
ini.
3. Menentukan Awal dan Akhir Waktu Bertamu
Adab ini sebagai alat kendali dalam mengefisienkan waktu
bertamu. Tidak mungkin seluruh waktu hanya habis untuk bertamu
dan melayani tamu. Setiap aktifitas selalu dibatasi oleh aktifitas lainnya,
baik bagi yang bertamu maupun yang ditamui (tuan rumah). Apabila
memang keperluannya telah usai, maka hendaknya ia segera
berpamitan pulang sehingga waktu tidak terbuang sia-sia dan tidak
memberatkan tuan rumah dalam pelayanan.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
136
“Apabila salah seorang diantara kamu telah selesai dari
maksud bepergiannya, maka hendaklah ia segera kembali menuju
keluarganya” (HR. Bukhari dan Muslim).
4. Berwajah Ceria dan Bertutur Kata Lembut dan Baik Ketika
Bertemu
Wajah muram dan tutur kata kasar adalah perangai yang tidak
disenangi oleh setiap jiwa yang menemuinya. Allah telah memerintahkan
untuk bersikap lemah lembut, baik dalam hiasan rona wajah maupun
tutur kata kepada setiap bani Adam, dan lebih khusus lagi terhadap
orang-orang yang beriman. Dia telah berfirman :
“Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang
beriman” (QS. Al-Hijr : 88).
Ibnu Katsir dalam Tafsirnya berkata :
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
137
“Maksudnya bersikap lemah lembutlah kepada mereka
sebagaimana firman Allah ta’ala : “Sesungguhnya telah datang
kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasaolehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dankeselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang kepada
orang-orang beriman” (QS. At-Taubah : 128).
5. Tidak Sering Bertamu
Mengatur frekwensi bertamu sesuai dengan kebutuhan dapat
menimbulkan kerinduan dan kasih-sayang. Hal itu merupakan sikap
pertengahan antara terlalu sering dan terlalu jarang. Terlalu sering
menyebabkan kebosanan. Sebaliknya, terlalu jarang mengakibatkan
putusnya hubungan silaturahim dan kekeluargaan.
6. Dianjurkan Membawa Sesuatu Sebagai Hadiah
Memberi hadiah termasuk amal kebaikan yang dianjurkan. Sikap
saling memberi hadiah dapat menimbulkan perasaan cinta dan kasih
saying, karena pada dasarnya jiwa senang pada pemberian. Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Berilah hadiah di antara kalian, niscaya kalian akan saling
mencintai” (HR. Bukhari dalam Al-Adabul-Mufrad 594; dan
dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwaa’ nomor 1601).
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
138
7. Tidak Boleh Seorang Laki-Laki Bertamu kepada Seorang
Wanita yang Suaminya atau Mahramnya Tidak Ada di Rumah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sangat keras menekankan
pelarangan ini sebagaimana sabda beliau :
“Janganlah sekali-kali menjumpai wanita”. Maka seorang
laki-laki dari kaum Anshar bertanya : “Wahai Rasulullah,
bagaimana dengan Al-Hamwu?”. Beliau menjawab : “Al-Hamwu
adalah maut” (HR. Bukhari dan Muslim).
Imam Al-Baghawi dalam menerangkan hadits ini mengatakan :
Al-Hamwu jamaknya Ahma’ yaitu keluarga laki-laki dari pihak suami
dan keluarga perempuan dari pihak istri. Dan yang dimaksudkan di
sini adalah saudara laki-laki suami (ipar) sebab dia bukan mahram
bagi istri. Dan bila yang dimaukan adalah ayah suami sedang ayah
suami adalah mahram, maka bagaimana lagi dengan yang bukan
mahram ?
Tentang kalimat “Al-Hamwu adalah maut”; Ibnul-‘Arabi berkata
: “Ini adalah kalimat yang diucapkan oleh orang Arab, sama dengan
ungkapan : Serigala adalah maut. Artinya, bertemu serigala sama
dengan bertemu maut”.
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
139
TajwidTajwidTajwidTajwidTajwid
“…Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan Tartil.”
(Al-Muzammil:4)
Definisi Ilmu Tajwid
Lafadz tajwid menurut bahasa (lughowi) artinya membaguskan,
sedangkan menurut istilah artinya mengeluarkan setiap huruf dari tempat
keluarnya dengan memberikan hanya dan mustahaknya. Yang dimaksud
dengan hak huruf adalah sifat asli yang selalu bersamanya seperti sifat Al-
Jahr, Isti’la’ dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan
mustahak huruf adalah sifat yang nampak sewaktu-waktu seperti tafkhim,
tarqiq, ikhfa’ dan sebagainya.
Hukum Ilmu Tajwid
Hukum mempelajari lmu Tajwid secara teori adalah fardhu kifayah,
sedangkan membaca Al Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid,
hukumnya fardu ain. Beberapa dalil yang mewajubkan untuk membaca Al
Qur’an dengan tajwid:
1) Firman Allah swt dalam Al Qur’an, Surat Al-Muzammil:4.
2) Sabda Rosulullah saw sebagai berikut: “ Bacalah Al Qur’an sesuai
dengan cara dan suara orang-orang arab. Dan jauhilah olehmu cara
baca orang-orang fasik dan berdosa besar, maka sesunguhnya akan
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<
140
datang beberapakaum setelah aku melagukan Al Qur’an seperti
nyanyian dan rohaniyah (membaca tanpa taddabur dan pengamalan)
suara mereka tidak dapat melewati tenggorokan mereka (tidak dapat
meresap dalam hati), hati mereka dan orang-orang yang simpati kepada
mereka telah terfitnah (keluar dari jalan yang lurus).
3) Adapun hukum fardhu ain, imam Ibnul jazari mengatakan: “ Membaca
Al Qur’an denagan tajwid, hukumnya wajib, barangsiapa yang tidak
membacanya dengan tajwid, ia berdosa. Karena dengan tajwidlah Allah
menurunkan Al Qur’an dan demikianlah Al Qur’an sampai kepada kita
dari-Nya.