2-bab ii rencana gresik perbaikan 250711

17
R E N C A N A R E N C A N A PEMUTAKHIRAN DAN PENYERASIAN ANALISIS DAN PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DAN PENYERASIAN ANALISIS DAN PERENCANAAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN GRESIK RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN GRESIK 2 2 Bab 2 Bab 2 Potensi, Permasalahan Potensi, Permasalahan dan Prospek Pengembangan dan Prospek Pengembangan Wilayah Wilayah 2.1 2.1 POTENSI, MASALAH POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK STRUKTUR RUANG WILAYAH DAN PROSPEK STRUKTUR RUANG WILAYAH 2.1.1 Potensi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Potensi-potensi terkait pengembangan struktur ruang wilayah di Kabupaten Gresik, antara lain: 1. Kabupaten Gresik memiliki ketersediaan fasilitas dan utilitas yang cukup memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang dapat menjadi modal dasar dalam membentuk struktur ruang wilayah. 2. Primate city sebagai permasalahan utama struktur ruang wilayah tidak terjadi di Kabupaten Gresik. Kondisi ini diharapkan dapat dipertahankan dengan melakukan serangkaian strategi tertentu. II - 1

Upload: muhammad-iqbal-dhanarto

Post on 04-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

RTRW Gresik bab 2

TRANSCRIPT

BAB I

PEMUTAKHIRAN DAN PENYERASIAN ANALISIS DAN PERENCANAAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN GRESIK

2 Bab 2Potensi, Permasalahan

dan Prospek Pengembangan Wilayah2.1 POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK STRUKTUR RUANG WILAYAH

2.1.1 Potensi Pengembangan Struktur Ruang WilayahPotensi-potensi terkait pengembangan struktur ruang wilayah di Kabupaten Gresik, antara lain:

1. Kabupaten Gresik memiliki ketersediaan fasilitas dan utilitas yang cukup memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang dapat menjadi modal dasar dalam membentuk struktur ruang wilayah.2. Primate city sebagai permasalahan utama struktur ruang wilayah tidak terjadi di Kabupaten Gresik. Kondisi ini diharapkan dapat dipertahankan dengan melakukan serangkaian strategi tertentu.2.1.2 Masalah Pengembangan Struktur Ruang Wilayah

Permasalahan terkait pengembangan struktur ruang wilayah di Kabupaten Gresik adalah masih terjadinya disparitas perkembangan wilayah, dimana SSWP II sebagai pusat Kabupaten Gresik relatif lebih berkembang jika dibandingkan dengan SSWP lainnya. Adapun secara lebih mendalam permasalahan terkait pengembangan struktur ruang wilayah di Kabupaten Gresik antara lain adalah sebagai berikut:3. Berdasarkan pada hasil analisa didapat suatu gambaran yang berbeda antara Rencana Struktur Kota dengan Kondisi eksisting. Perbedaan ini terlihat pada SSWP I dan SSWP II. Sedangkan pada SSWP III dan SSWP IV terlihat memiliki kemiripan.

4. Pokok permasalahan yang utama berada SSWP I dimana strategi untuk mengembangan IKK Sidayu terlihat tidak terjadi. Hal ini terlihat dari nilai total score sebagai indikasi kemajuan wilayah menduduki peringkat terakhir sehingga peringkat IKK pun menjadi terakhir. Permasalahan lain adalah kecamatan yang tergabung di Pulau Bawean terlihat tidak mengalami kemajuan yang berarti. Nilai score dan peringkat IKK terlihat masih sangat jauh dibandingkan dengan IKK lain sehingga perlu dicari jalan keluar dalam pengembangan kedua IKK tersebut.

5. Permasalahan lainnya adalah faktor penyebab rendahnya tingkat kemajuan IKK yang paling sering adalah faktor 1. Faktor 1 terdiri dari variabel fasilitas kesehatan, variabel aksesibilitas, variabel penduduk eksisting, variabel kualitas rumah, variabel ketersediaan fasilitas sampah, variabel ketersediaan fasilitas air bersih dan variabel luas lahan industri. Jika melihat pada variabel-variabel tersebut, maka dapat dilihat karakteristik IKK di Kabupaten Gresik masih sangat perlu didorong dalam meningkatkan pelayanan fasilitas kota. IKK yang memiliki nilai faktor 1 yang tinggi hanya IKK Kebomas yang notabene adalah ibukota kabupaten. Dengan demikian, kesenjangan itu masih ada diantara IKK yang menjadi ibukota kabupaten dengan IKK lainnya.

6. Faktor penentu dalam meningkatkan kemajuan IKK dan peringkat IKK adalah faktor 3 yaitu fasilitas perdagangan. Kondisi ini didukung pula oleh mulai berkembangnya Kabupaten Gresik sebagai salah satu daerah perdagangan dan jasa. Dengan demikian, upaya pengembangan pusat SSWP khususnya SSWP II dan IV ini dapat dilakukan dengan mendorong penyediaan fasilitas perdagangan tersebut.2.1.3 Prospek Pengembangan Struktur Ruang WilayahProspek pengembangan struktur ruang wilayah Kabupaten Gresik antara lain adalah sebagai berikut:

7. Permukiman perdesaan memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai pusat pelayanan permukiman secara berhirarki mulai dari pusat pelayanan antar desa, pusat pelayanan setiap desa, sampai pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman. Untuk meningkatkan peran pusat permukiman perdesaan, maka pusat pelayanan perdesaan dihubungkan dengan pusat kecamatan sebagai kawasan perkotaan terdekat.8. Prospek pengembangan sistem pusat permukiman perkotaan di Kabupaten Gresik adalah adanya peluang pengembangan perkotaan kecil, menengah, besar serta metropolitan (Surabaya Metropolitan Area) untuk mengembangkan wilayah perkotaan masing-masing sehingga kota-perkotaan akan berkembang sesuai dengan fungsi dan ukuran masing-masing.9. Perkembangan wilayah di Kabupaten Gresik beserta potensi ekonomi yang dapat dikembangkan memerlukan dukungan pengembangan jalan. Adanya rencana pembangunan Jalan Tol Surabaya-Gresik-Mojokerto (SUMO) yang melalui wilayah selatan Kabupaten Gresik serta Jalan Tol Gresik-Lamongan-Tuban (GELAMBAN) di wilayah utara Kabupaten Gresik diharapkan mampu mendorong pertumbuhan wilayah di selatan dan utara Kabupaten Gresik, sehingga disparitas pertumbuhan wilayah dapat dieliminir.

10. Pembangunan Jalan Lingkar Barat Surabaya yang melalui wilayah kota dan wilayah selatan Kabupaten Gresik diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.

11. Pembangunan jalan lingkar kota yang meliputi jalan lingkar Utara, Timur dan Selatan yang diharapkan dapat memisahkan sirkulasi kendaraan besar yang disinyalir menjadi penyebab kemacetan di Kota Gresik.

12. Pembangunan bendung gerak Sembayat di Kecamatan Bungah sebagai salah satu upaya antisipatif terhadap bencana banjir di Kabupaten Gresik, khususnya di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo.

13. Pembangunan jalan lingkar Barat di Kecamatan Sidayu yang diharapkan dapat mampu mereduksi kemacetan yang terjadi di kawasan pusat perkotaan Sidayu.

14. Pembangunan dan pemanfaatan jalan alternatif lewat jalan ex tambang PT Semen Gresik di Kecamatan Manyar sebagai upaya untuk meningkatkan aksesibilitas di Kecamatan Manyar.

15. Pengembangan wilayah kepulauan dalam hal ini Pulau Bawean yang semakin intensif memerlukan pengembangan infrastruktur pendukung baik lokal (pembangunan jalan) maupun regional (pembangunan bandara). 2.2 POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN POLA RUANG WILAYAH

2.2.1 Potensi Pengembangan Pola Ruang WilayahKabupaten Gresik memiliki potensi pengembangan pola ruang wilayah, antara lain:16. Kondisi lahan di Kabupaten Gresik berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar merupakan lahan yang datar dan landai dengan kelerengan 0-2% yaitu seluas 94.613 Ha atau 80,59% dari total luas wilayah. Sedangkan lahan-lahan yang lainnya tingkat kelerengannya bervariasi yaitu lahan dengan kelerengan 3-15% luasnya 12.251,28 Ha atau 10,43%, lahan dengan kelerengan 16-40% seluas 9.470,49 Ha atau 8,07% dan sisanya seluas 1.072,23 Ha merupakan lahan dengan kelerengan > 40% yang merupakan lahan untuk kawasan lindung mutlak, karena tidak produktif lagi untuk kegiatan budidaya dan lebih bermanfaat apabila dikembangkan sebagai sebagai kawasan lindung. Hal tersebut tentunya merupakan potensi untuk pengembangan pola ruang, mengingat pengembangan wilayah khususnya pengembangan kegiatan terbangun perkotaan membutuhkan lahan dengan tipikal datar dan landai, hal ini untuk kepentingan keamanan konstruksi serta efisiensi biaya dalam proses pembangunan dan perawatannya.17. Wilayah perencanaan memiliki tanah yang relatif subur yang dapat menjadi modal untuk pengembangan kegiatan budidaya pertanian. Salah satu indikator penentu tingkat kesuburan tanah adalah nilai kedalaman efektif tanahnya. Dimana semakin tinggi kedalaman efektif tanahnya, maka semakin subur tanah di wilayah tersebut. Di Kabupaten Gresik kedalaman lebih dari 90 cm meliputi prosentase 77,30% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Gresik, yang tersebar diseluruh wilayah Kecamatan yang ada. Kemudian kedalaman 60 90 cm meliputi 19,83% dari seluruh wilayah Kabupaten Gresik, tersebar di Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan Panceng dan Kecamatan Sidayu bagian utara, Serta Kecamatan Wringinanom, Kecamatan Kedamean dan Kecamatan Driyorejo bagian Selatan. Kedalaman 30 60 cm meliputi 1,17% dari seluruh wilayah Kabupaten Gresik, tersebar disebagian Kecamatan Ujungpangkah dan Kecamatan Bungah, serta Kecamatan Kedamean. Dan untuk kedalaman kurang dari 30 cm meliputi prosentase 1,7% dari seluruh wilayah Kabupaten Gresik, tersebar disebagian wilayah Kecamatan Gresik, sebagian wilayah Kecamatan Manyar dan sebagian wilayah Kecamatan Kebomas serta Kecamatan Ujungpangkah dan Panceng. 2.2.2 Masalah Pengembangan Pola Ruang Wilayah

Persoalan pemanfaatan ruang terutama terkait dengan aspek pengendalian pemanfaatan ruang, di mana pola-pola penggunaan lahan seringkali tidak sesuai dengan peruntukannya. Kemudian konflik pemanfaatan ruang antara kepentingan privat publik, ataupun antara kepentingan lindung budidaya, dan kepentingan investasi berorientasi profit dan nonprofit seringkali juga menjadi persoalan. Persoalan pengendalian ekologi lingkungan juga muncul pada pembukaan-pembukaan lahan budidaya di kawasan-kawasan lindung.

Beberapa persoalan yang muncul dalam pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Gresik adalah:

18. Pola perkembangan kawasan permukiman yang seringkali merupakan aktivitas ikutan dari pembangunan infrastruktur transportasi. Pemukim menempati lahan di sekitar jaringan jalan utama kota agar memudahkan akses ke pusat-pusat kegiatan sosial, jasa, dan perdagangan. Hal ini menimbulkan persoalan penumpukan kegiatan di pusat kota dan di kawasan-kawasan strategis yang memiliki produktivitas lahan tinggi. Pengembangan yang akan datang biasanya lahan-lahan permukiman tersebut juga akan terambil alih oleh fungsi penggunaan lahan lain yang memiliki produktivitas tinggi karena harga lahan di pusat kota akan semakin tinggi dan tidak sesuai untuk pembangunan permukiman.

19. Pengalihan kawasan pertanian menjadi fungsi budidaya lainnya terutama lahan-lahan terbangun. Hal ini perlu menjadi perhatian karena dapat mengganggu tingkat ketahanan pangan Kabupaten Gresik.

20. Perkembangan aktivitas industri yang pesat, tidak hanya pada industri kecil dan menengah tetapi juga industri-industri besar. Hal ini terutama merupakan limpahan atau pengalihan dari industri di Kota Surabaya yang sedikit demi sedikit mulai keluar dari Kota Surabaya berpindah ke Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, dan kabupaten lainnya. Kegiatan industri skala besar ini memerlukan pertimbangan pengalokasian yaitu dimana memilih lokasi yang tepat untuk pengembangan industri sehingga mencapai tujuan-tujuan ekonomi dan nonekonomi. Dari segi penggunaan lahan secara spasial, yang dipertimbangkan adalah aspek fisik atau aspek kesesuaian lahan.

21. Pola penggunaan lahan dengan nilai produktivitas yang rendah di Gresik Utara dan Gresik Selatan. Dari sisi fisik sebetulnya daerah-daerah ini kurang sesuai untuk pengembangan pertanian dan perkebunan. Jika dimungkinkan penyerapan investasi yang tinggi, maka penggunaan lahan yang kurang produktif dapat dialihkan pada penggunaan lahan lain yang lebih produktif, misalnya permukiman atau industri.

22. Terdapatnya beberapa wilayah yang merupakan wilayah rawan bencana serta wilayah. Yaitu wilayah dengan kelerengan hingga 15% di bagian kawasan dengan ketinggian kurang 25 meter dpl. Hal ini menyebabkan kerawanan erosi, antara lain tercatat beberapa kecamatan yang mengalami erosi karena hujan lebat, misal Kecamatan Panceng, Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan Kebomas, Kecamatan Manyar, dan Kecamatan Kedamean.

23. Terdapatnya wilayah dengan faktor pembatas alam berupa batuan dalam tanah yang sulit menyerap air seperti di Kecamatan Bungah dan Kecamatan Dukun. Wilayah dengan limitasi seperti ini tidak sesuai untuk aktivitas pembudidayaan.

24. Wilayah Gresik bagian Utara dan Timur yang berbatasan dengan garis pantai mengalami penjorokan air laut ke arah daratan sehingga terjadi abrasi oleh air laut. Pada beberapa bagian tertentu ditambah gangguan lahan-lahan terbangun yang dibangun dengan tidak meperhatikan batas-batas sempadan pantai sehingga memperparah dampak abrasi.

25. Terdapatnya wilayah-wilayah yang rawan bencana banjir, terakhir terjadi di enam kecamatan.

26. Terdapatnya wilayah rawan bencana erosi di Pulau Bawean, yaitu pada Kecamatan Singkapuran dan Kecamatan Tambak.2.2.3 Prospek Pengembangan Pola Ruang Wilayah

Prospek pengembangan pola ruang wilayah Kabupaten Gresik antara lain sebagai berikut:27. Revitalisasi kawasan pantai untuk pengembangan wisata bahari di kelurahan Lumpur dan Kroman, Kecamatan Gresik serta Pantai Delegan Kecamatan Panceng.28. Revitalisasi ex tambang PT Semen Gresik di Kecamatan Gresik dan Kebomas.

29. Pesatnya pertumbuhan investasi di sektor perumahan sebagai multiplier effect dari perkembangan Kota Surabaya dan wilayah Kabupaten Gresik sendiri, khususnya di Kecamatan Menganti (pengembang PT. Citraland) dan di Kecamatan Benjeng tepatnya di sekitar Waduk Sumengko. 30. Pembangunan Kota Wisata di kawasan pesisir Teluk Lamong dimana di dalamnya akan terdapat kegiatan budidaya seperti Perumahan, Industri, Pergudangan, Pelabuhan, Perdagangan dan Jasa.

31. Pembangunan TPA Terpadu di Kecamatan Kedamean diharapkan dapat memecahkan masalah persampahan baik sampah rumah tangga maupun sampah industri secara terpadu di Kabupaten Gresik.

32. Pembangunan Bendung Gerak Sembayat di Kecamatan Bungah sebagai salah satu solusi untuk pemenuhan kebutuhan air bersih dan air baku bagi wilayah utara Kabupaten Gresik, sehingga pertanian dan industri akan berkembang secara pesat di wilayah tersebut.2.3 POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

2.3.1 Potensi Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kabupaten Gresik memiliki kawasan pesisir dan pulau kecil, yaitu Pulau Bawean yang memiliki potensi cukup baik. Potensi yang kawasan pesisir dan pulau kecil di Kabupaten Gresik adalah sebagai berikut:33. Memiliki potensi perikanan yang besar, baik potensi perikanan tangkap maupun perikanan budidaya (tambak) dengan jenis komoditi yang cukup bervariasi yaitu berupa tiram/kerang, ikan kerapu, teripang, dan rumput laut.34. Memiliki potensi wisata bahari yang memiliki nilai jual tinggi yaitu objek wisata:

a. Tanjung Goang (Gheen)

b. Danau Kastoba

c. Pantai Mayangkara

d. Pantai Ria

e. Pantai Pasir Putih dan Hutan Pantai

f. Pantai Labuhan

g. Pantai Tinggen

h. Air Terjun Laccar

i. Air Panas Kebundaya

j. Air Panas Kepuhteluk

k. Air Terjun Patar Selamat

l. Air Terjun Pudakit Barat

m. Taman Laut di Pulau Noko2.3.2 Masalah Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kawasan pesisir dan pulau kecil di wilayah perencanaan perkembangannya relatif lambat karena beberapa permasalahan yang akan dijabarkan sebagai berikut:35. Minimnya ketersediaan fasilitas dan utilitas khususnya jalan dalam mendukung aktifitas sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di kawasan pesisir dan pulau kecil.

36. Adanya kecenderungan terjadinya konversi lahan tambak menjadi kawasan industri yang dapat menurunkan produksi perikanan di wilayah perencanaan. Dimana dari tahun 2002 hingga tahun 2007 telah terjadi konversi lahan tambak sebesar 5.491,91 Ha. 2.3.3 Prospek Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Prospek pengembangan kawasan pesisir dan pulau kecil di Kabupaten Gresik, antara lain:37. Rencana pengembangan pelabuhan di wilayah Kecamatan Manyar yang menempati area lahan seluas 5 ha. Pelabuhan ini untuk mendukung kegiatan eksport dan import yang semakin berkembang di Pelabuhan Gresik. Sedangkan Pelabuhan di Kecamatan Sangkapura juga akan diperbesar untuk mendukung sektor pariwisata dan perikanan.

38. Adanya rencana pengembangan PPI di kawasan pesisir Kabupaten Gresik, antara lain Pangkalan Pendaratan lkan ini terdapat di Banyuurip Kecamatan Ujungpangkah, di Dusun Ngapuri Desa Pangkah Kulon, di Desa Ngemboh Kecamatan Ujung Pangkah, di Desa Ratiduboto Kecamatan Sidayu, di Desa Srowo Kecamatan Sidayu, di Desa Tajungwidoro di Kecamatan Bungah dan di Desa Sukorejo Kecamatan Kebomas.39. Rencana pengembangan industri perikanan di kawasan pesisir Kabupaten Gresik, dimana berdasarkan interpretasi citra penginderaan jauh diketahui bahwa wilayah pesisir di Kecamatan Manyar, Ujung Pangkah dan Panceng, lebih potensial dikembangkan sebagai kawasan industri. Hal ini mengingat terdapat cukup luas tanah gersang di wilayah pesisir ketiga kecamatan tersebut yang lebih bailk dikembangkan sebagai kawasan industri. 2.4 POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS

2.4.1 Potensi Pengembangan Kawasan Strategis

Kabupaten Gresik memiliki beberapa Kawasan Strategis yang berpotensi untuk dapat dikembangkan. Kawasan Strategis tersebut antara lain:

1. Kawasan Strategis (KS) dari sudut Kepentingan Ketahanan Ekonomi, KS ini memiliki potensi untuk mengakomodasi perkembangan berbagai sub sektor ekononomi, terutama industri, baik itu industri yang terkait dengan sektor perikanan, ataupun industri yang bersifat footloose dengan memperhatikan daya dukung lingkungan. Keberadaan subsektor industri ini dapat menyerap pendapatan daerah yang cukup besar.2. Kawasan Strategis dari sudut Kepentingan Fungsi dan daya dukung Lingkungan, KS ini memiliki potensi untuk dapat mengakomodasi kebutuhan air baku, selain itu dapat menghasilkan nilai tambah bagi berbagai jenis komoditas sumberdaya buatan yang berasal dari dalam Kabupatan Gresik dan luar Kabupaten Gresik.3. Kawasan Strategis Sosio-Kultural, KS ini dapat dikembangkan karena Kabupaten Gresik merupakan salah satu pusat penyebaran agama islam di Pulau Jawa. Di Kabupaten Gresik banyak terdapat makam yang dapat menarik pendapatan daerah dari sektor pariwisata.

4. Kawasan Strategis Teknologi Tinggi, KS ini dapat dikembangkan mengingat Kabupaten Gresik merupakan kawasan dengan perkembangan kawasan industri yang maju, sehingga dapat mendorong munculnya penelitian dan pengaplikasian teknologi tinggi.

5. Kawasan Strategis Pertahanan dan Keamanan TNI AL sebagai sarana pemeliharaan aset-aset pertahanan dan peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan.

6. Kawasan Strategis dari sudut Kepentingan Fungsi dan daya dukung Lingkungan, KS ini memiliki potensi untuk dapat memecahkan permasalahan persampahan baik itu sampah rumah tangga maupun sampah industri di kabupaten Gresik dan sekitarnya.

2.4.2 Masalah Pengembangan Kawasan Strategis

Kawasan strategis di wilayah perencanaan perkembangannya relatif lambat karena beberapa permasalahan yang akan dijabarkan sebagai berikut:1. Belum adanya dukungan Jalan Tol yang mengakomodasi kawasan pengelolaan sumber daya buatan di Kecamatan Kedamean.

2. Akan terjadi konversi lahan tambak menjadi kawasan industri di Kecamatan Manyar yang dapat menurunkan produksi perikanan di wilayah perencanaan.3. Belum adanya akses yang mendukung untuk pengembangan kawasan industri dan pelabuhan di Kecamatan Manyar.

4. Biaya reklamasi tambak amat besar untuk mengurug kawasan tambak yang luas di Kecamatan Manyar.

5. Belum tertatanya beberapa kawasan makam yang banyak dikunjungi wisatawan domestik ataupun asing

2.4.3 Prospek Pengembangan Kawasan StrategisProspek pengembangan kawasan strategis di Kabupaten Gresik, antara lain:1. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis dari sudut Kepentingan Ketahanan Ekonomi, yaitu kawasan industri, pergudangan, dan pelabuhan di Kecamatan Manyar

2. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis dari sudut Kepentingan Fungsi dan daya dukung Lingkungan, yaitu kawasan pertanian dan agroindustri yang memanfaatkan Bendung Gerak Sembayat dan kawasan pengelolaan sumberdaya buatan di Kecamatan Kedamean seluas 99 Ha.

3. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Sosio-Kultural di kawasan makam salah satu penyebar agama islam (Wali Songo), yaitu Makam Maulana Malik Ibrahim dan Makam Sunan Giri (Giri Kedaton).4. kawasan strategis teknologi tinggi di Kabupaten Gresik ditetapkan di Kawasan Industri Gresik (KIG).5. Kawasan Strategis pertahanan dan keamanan di Kabupaten Gresik ditetapkan di Desa Campurejo Kecamatan Panceng, Desa Mondoluku, Kecamatan Wringinanom, Desa Kepuhklagen, Kecamatan Wringinanom.

6. Kawasan Strategis dengan sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan, meliputi kawasan pengelolaan sumberdaya buatan di Kecamatan Kedamean.

II - 12