2. distr. peluang

Upload: muhamad-yani

Post on 16-Oct-2015

92 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 14

    2

    DISTRIBUSI PELUANG

    DAN

    UJI HIPOTESIS

    Sebagaimana dalam penelitian pada umumnya, di dalam eksperimen fisika kita juga

    sering dihadapkan pada uji hipotesis. Di dalam Bab 2 ini kita akan mempelajari macam-

    macam distribusi peluang dan penerapan distribusi normal untuk menyeleksi data dan uji

    hipotesis. Dengan memahami materi dalam bab ini diharapkan kita dapat mengolah data serta

    mengambil kesimpulannya dengan tepat.

    Sebelum mempelajari Bab 2 ini diharapkan kita sudah memahami statistik distribusi,

    karena pengetahuan tersebut merupakan dasar dari pembicaraan bab ini.

    2.1. DISTRIBUSI PELUANG

    Teori peluang adalah bagian integral dari ilmu statistik, dan merupakan salah satu

    bagian yang penting dalam teori statistik inferensial. Statistik inferensial berkaitan dengan

    metode pendugaan dan penarikan kesimpulan terhadap karakteristik suatu populasi

    berdasarkan informasi yang diperoleh dari sample. Dalam proses pendugaan atau penarikan

    kesimpulan tersebut terkandung unsur ketidak pastian, karena pada kenyatannya suatu

    proses jarang sekali didukung oleh informasi atau input yang sempurna. Secara statistik

    derajat/tingkat ketidak pastian tersebut dikuantisasikan dengan menggunakan teori peluang.

    Distribusi peluang (probability distribution) bagi suatu variabel acak X pada dasarnya

    merupakan distribusi dari suatu populasi. Distribusi peluang bagi X tersebut merupakan suatu

    daftar yang memuat nilai peluang bagi semua nilai variable acak X yang mungkin terjadi.

    Distribusi peluang bagi variable acak diskrit dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik atau

    rumus yang mengaitkan nilai peluang dengan setiap nilai variable acaknya.

    Dari macam-macam variable dalam penelitian , kita kenal beberapa jenis distribusi

    peluang.

    2.1.1. Distribusi Binomial

    Salah satu karakteristik penting dari percobaan binomial adalah bahwa percobaan

    hanya mungkin menghasilkan dua kejadian. Secara konvensional, kedua kejadian tersebut

  • 15

    biasa dikatagorikan sebagai berhasil dan gagal. Suatu percobaan binomial mempunyai ciri-ciri

    sebagai berikut :

    a. Percobaan binomial terdiri dari n ulangan yang identik

    b. Dalam setiap ulangan hanya mungkin dihasilkan dua kejadian, yaitu berhasil atau

    gagal.

    c. Peluang untuk berhasil dalam setiap ulangan adalah p, dan nilai p bersifat konstan.

    d. Setiap ulangan bersifat bebas dari ulangan yang lain, artinya hasil dari suatu

    ulangan tidak mempengaruhi hasil ulangan yang lain.

    Contoh dari percobaan binomial adalah pelemparan mata uang yang seimbang

    sebanyak 15 kali. Dalam setiap pelemparan hanya ada dua kemungkinan, yaitu tampaknya

    sisi muka (berhasil) dan tampaknya sisi belakang (gagal). Dengan asumsi simetris, maka

    peluang tampaknya sisi muka pada setiap pelemparan adalah p = 0,5. Variabel acak yang

    dihasilkan dari suatu percobaan binomial disebut dengan variable acak binomial. Pada kasus

    tersebut, variable acak yang menjadi perhatian kita adalah misalnya jumlah sisi muka yang

    tampak pada ke 15 lemparan tersebut. Oleh karena itu, variable acak binomial adalah variable

    acak diskrit yang hanya dapat bernilai 0, 1, 2, n. Distribusi peluang dari variabel

    binomial, disebut distribusi peluang binomial bagi tampaknya sisi muka (berhasil) sebanyak

    x kali dari n ulangan.

    Jadi pokok-pokok pengertian dalam distribusi binomial adalah sebagai berikut: apabila

    timbulnya suatu gejala yang kita harapkan kita sebut berhasil kita beri simbul p, sedangkan

    tidak timbulnya gejala kita sebut gagal dan kita beri simbul q (q = 1 p dan p = 1 q), maka

    probabilitas timbulnya gejala berhasil sebanyak x kali dalam n kejadian (artinya x kali akan

    berhasil dan n x kali akan gagal) dinyatakan dengan rumus sebgaia berikut :

    xnX

    B qpxnx

    npnxP

    !!

    !,, (2.1)

    dengan x = semua bilangan dari 0 sampai n

    Mean dari distribusi binomial dinyatakan dengan

    n

    X

    xnx npppxnx

    nx

    0

    1!!

    ! (2.2)

    Standar deviasi diberikan dengan persamaan

    n

    x

    xnx pnpppxnx

    nx

    0

    22 11!!

    ! (2.3)

  • 16

    Contoh 2.1

    Misal kita melempar 10 koin ke udara 100 kali. Tiap lemparan kita akan mengamati

    jumlah koin dengan gambar kepala, ditandai dengan x. i adalah jumlah lemparan,

    sehingga i berharga satu sampai 100 dan xi adalah bilangan bulat dari nol sampai 10.

    Probabilitas distribusi fungsi mendapatkan harga x diberikan dengan distribusi binomial

    (2.1). Distribusi induk tidak dipengaruhi oleh i percobaan. Distribusi induk PB(x,10,1/2)

    seperti dilukiskan pada Gambar 2.1. Sedangkan meannya adalah

    = 10(1/2) = 5

    Standar deviasi dinyatakan dengan

    58,15,22

    1

    2

    110

    0

    0.05

    0.1

    0.15

    0.2

    0.25

    0.3

    0 2 4 6 8 10 12

    P (

    x, 10, 1/2

    )

    Gambar 2.1. Distribusi binomial fungsi PB(x, 10, ) dengan = 5 dan =1,6

    Contoh 2 .2

    Misal kita melempar 10 dadu. Berapakah probabilitas x dadu yang terletak dengan angka

    satu diatas. Jika melempar satu dadu, probabilitas untuk mendapatkan dadu tersebut

    terletak dengan angka satu di atas adalah p = 1/6. maka

    xx

    xxxP

    10

    6

    5

    6

    1

    )!10(!

    !10

    6

    1,10,

    Mean : 67,16

    10

    Standar deviasi = 18,1

  • 17

    -0.05

    0

    0.05

    0.1

    0.15

    0.2

    0.25

    0.3

    0.35

    0 5 10 15

    P (

    x, 10, 1/6

    )

    Gambar 2.2. Distribusi binomial fungsi PB(x, 10, 1/6) dengan = 1,67 dan =1,2. Distribusi tidak simetri disekitar mean

    Contoh 2.3

    Andaikan suatu pabrik lilin (untuk ski), menyatakan bahwa lilin produksinya dapat

    mengurangi gesekan antara ski-salju. Untuk menguji hal tersebut perlu dilakukan

    percobaan perlombaan 10 pasang ski, tiap pasangan satu ski diberi lilin sedangkan

    yang lain tidak diberi lilin. Berapakah kebolehjadian ke10 ski berlilin memenangkan

    lomba ?

    Penyelesaian

    Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, dirumuskan dulu hipotesis statistik, dalam hal ini

    yang paling sederhana adalah hipotesis nol, yaitu mengandaikan bahwa lilin tidak memberi

    efek apapun.

    Kebolehjadian tiap ski berlilin menang p = , kalah q = Kebolehjadian n ski berlilin

    memang dalam sepuluh (10) perlombaan.

    P (x, n, p) )10(

    )!10(!

    !10 nnqpnn

    = 10

    2

    1

    )!10(!

    !10

    nn

    Kebolehjadian 10 ski berlilin menang.

    %1,02

    1

    2

    1

    )!1010(!10

    !10)

    2

    1,10,10(

    1010

    P

    Sangat kecil

  • 18

    Contoh 2.4

    Distribusi binomial ini dapat digunakan untuk menggambarkan kejadian peluruhan.

    Andaikan ada N partikel. Kebolehjadian setiap partikel meluruh (p) dan tidak meluruh q =

    1 p.

    Nomor partikel : 1,2,3 n-1, n, n+1 N

    Kebolehjadian n partikel pertama meluruh.

    P = pn q

    (N-n) untuk satu partikel

    Jika partikel tak terbedakan

    )(

    )( !!

    !),(

    nNnN

    n

    nNn

    qpC

    qpnnN

    NNnP

    P = probabilitas meluruh dari n partikel

    q = probabilitas tidak meluruh

    N = jumlah partikel

    n = probabilitas yang dicari

    Distribusi Binomial untuk mencari n rata-rata

    N

    1

    ),( n

    NnPnn ingat ! :

    )(

    )(

    xfx

    dxxxfxx

    nqpCN

    n

    nNnN

    n

    1

    )(

    Dengan mensubstitusikan

    m = n 1 n = m + 1

    M = N 1 N = M 1

    nqpmmM

    Mn mMm

    N

    n

    )()1(1

    )!1()!(

    )!1(

    mMmN

    m

    qpmmM

    MPN

    )!()!(

    !1

    0

    Distribusi binomial dalam m

    Jadi pNn

    Standar deviasi :

    Npp

    pNqS

    )1(

  • 19

    2.1.2. Distribusi Poisson

    Distribusi ini diturunkan dari distribusi binomial untuk N besar. Jika kejadian yang

    diharapkan muncul adalah x, dan x

  • 20

    -0.05

    0

    0.05

    0.1

    0.15

    0.2

    0.25

    0.3

    0.35

    0 5 10 15

    P (

    x, 1,6

    7)

    Gambar 2.3. Distribusi Poisson PP(x,) Untuk = 1,67 cacah/10 secon dan = 1,29

    2.1.3. Distribusi Normal / Gaussian

    Dalam macam-macam distribusi yang dibicarakan di atas, semua variable acaknya

    bersifat diskrit. Sekarang kita beralih pada distribusi dengan variable acak kontinu. Distribusi

    dengan variable acak kontinu yang kita bicarakan di sini adalah distribusi normal atau yang

    disebut juga distribusi Gauss. Distribusi ini merupakan salah satu yang paling penting dan

    banyak digunakan. Dalam distribusi normal, jika terdapat N buah data X1, X2 XN.

    kebolehjadian mendapatkan hasil pengukuran Xi adalah

    2

    2

    2

    1)(

    X

    exf (2.10)

    dengan merupakan rata-rata distribusi dan adalah simpangan baku untuk

    distribusi, dan dengan X mempunyai batas - < X < , maka dikatakan bahwa variable acak

    X berdistribusi normal.

    N

    i

    )(rerata

    N

    XiX

    (2.11)

    Deviasi standar deviasi induk (N tak hingga)

    22 )(1

    XiN

    Untuk distribusi sampel N berhingga, Deviasi standarnya :

    1

    )( 222

    N

    XXis

    (2.12)

    Sifat-sifat penting distribusi normal adalah:

    1. Grafiknya selalu ada di atas sumbu datar X

  • 21

    2. Bentuknya simetri terhadap X =

    3. Mempunyai satu modus, jadi kurva unimodial, tercapai pada X = sebesar

    3989,0

    4. Grafiknya mendekati sumbu datar X dimulai dari 3X ke kanan dan

    3X ke kiri

    5. Luas daerah grafik selalu sama dengan satu unit persegi

    Untuk tiap pasang dan , sifat-sifat tersebut selalu terpenuhi, hanya bentuk kurvanya

    yang berbeda-beda, Jika makin besar kurvanya makin rendah (platikurtik), dan jika makin

    kecil, kurvanya makin tinggi (leptokurtik).

    Gambar 2.4. menunjukkan dua kurva normal. (a) kurva normal dengan = 10 dan

    = 5, sedangkan (b) kurva normal dengan = 20 dan = 7

    Gambar 2. 4

    Sifat (5) dapat dinyatakan dengan persamaan

    12

    1)(

    2

    2

    `

    dxedxxfX

    (2.13)

    Untuk menentukan peluang harga X antara a dan b, yakni P(a

  • 22

    Distribusi normal standart adalah distribusi normal dengan rata-rata = 0 dan

    simpangan baku = 1. Fungsi densitasnya berbentuk :

    2

    21

    2

    1)(

    zezf

    (2.15)

    Untuk z dalam daerah min tak hingga sampai dengan tak hingga. Mengubah distribusi normal

    umum (2.12) menjadi distribusi normal baku (2.13) dapat digunakan transformasi:

    Xz (2.16)

    Perubahan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 2.5

    (a) (b)

    Gambar 2.5.a). Normal umum : rata-rata = 0, simpangan baku 1

    b).normal standart : rata-rata = 0, = 1

    Setelah kita mempunyai distribusi normal baku yang diperoleh dari distribusi normal

    umum dengan transformasi persamaan (2.15), maka daftar distribusi normal baku dapat

    digunakan. Dengan daftar ini, bagian-bagian luas dari distribusi normal baku dapat dicari.

    Caranya adalah sebagai berikut :

    1. Hitung z sampai dua desimal

    2. Gambarkan kurvanya seperti gambar sebelah kanan pada Gambar 2. 5.

    3. Letakkan harga z pada sumbu datar, lalu tarik garis vertical hingga memotong kurva.

    4. Luas yang tertera dalam daftar adalah luas daerah antara garis ini dengan garis tegak

    di titik nol

    5. Dalam Daftar F, cari tempat harga z pada kolom paling kiri hanya sampai satu desimal

    dan desimal keduanya dicari pada baris paling atas.

    6. Dari z di kolom kiri maju ke kanan dan dari z di baris atas turun ke bawah, maka

    diperoleh bilangan yang merupakan luas yang dicari. Bilangan yang diperoleh harus

    ditulis dalam bentuk 0,xxxx (bentuk 4 desimal)

    -3 -2 - + +2 +3 -3 -2 -1 0 1 2 3

    -3 -2 -1 0 1 2 3

  • 23

    Karena seluruh luas sama dengan 1 dan kurva simetrik terhadap = 0, maka luas dari garis

    tegak pada titik nol ke kiri atau ke kanan adalah 0,5.

    Untuk mencari kembali z apabila luasnya diketahui, maka dilakukan langkah

    sebaliknya. Misal jika luas = 0,4931, maka dalam badan daftar dicari 4931 lalu menuju ke

    pinggir sampai pada kolom z, didapat 2,4 dan menuju ke atas sampai diperoleh batas z di

    dapat 6. Maka harga z = 2.46.

    Beberapa bagian luas untuk distribusi normal umum dengan rata-rata dan simpangan

    baku tertentu dengan mudah dapat ditentukan. Jika sebuah fenomena berdistribusi normal,

    maka dari fenomena tersebut dapat diartikan

    1. Kira-kira terdapat 68,27 % berada dalam daerah satu simpangan baku sekitar rata-rata,

    yaitu antara dan +

    2. Terdapat 95,45 % terletak dalam daerah dua simpangan baku, yaitu antara 2 dan

    +2

    3. Terdapat 99,73 % terletak dalam daerah tiga simpangan baku, yaitu antara 3 dan

    +3

    Penggunaan distribusi normal untuk penolakan dan penerimaan data

    Setelah kita melakukan pengukuran, kita sering menjumpai bahwa dalam satu seri

    pengukuran terdapat satu atau beberapa data yang menyimpang. Kita harus dapat

    memutuskan apakah penyimpangan itu berasal dari suatu kesalahan dan harus ditolak ataukah

    tidak perlu ditolak.

    Contoh 2.6

    Misal hasil pengukuran dari suatu periode ayunan yang dilakukan enam kali adalah: 3,8;

    3,5; 3,9; 3,4; 3,9; 1,8 (dalam detik). Kita lihat bahwa 1,8 sangat menyimpang dari hasil

    yang lain. Perlukah harga 1,8 tersebut kita tolak?

    Penyelesaian

    Dengan perhitungan nilai rata-rata diperoleh

    0,8 dan

    4,3

    6

    8,1394,39,35,38,3

  • 24

    Kebolehjadian mendapat hasil ukur terletak antara :

    1) xX dan %68 xX ; atau %68 xx XXXP

    2) xX 2 dan %952 xX ; atau %9522 xx XXXP

    Kebolehjadian penyimpangan hasil ukur adalah :

    1) %32%68%100 xx XdanX

    2) 20

    1%5%95%10022 xx XdanX

    Data 1,8 ternyata terletak pada xx XXXP 22 dengan kebolehjadian

    penyimpangan hasil ukur 5% atau 1/20. Ini berarti bahwa setiap 20 pengukuran, diharapkan

    hanya ada satu penyimpangan hasil pengukuran.

    Kesimpulan :

    1) Jika hanya terbatas ada 6 data maka data 1,8 dicurigai sebagai data yang salah,

    sehingga data tersebut perlu ditolak

    2) Jika dimungkinkan menambah data sampai 20, data 1,8 tidak perlu ditolak, karena hal

    tersebut adalah kejadian yang normal.

    Penolakan data berdasarkan kriteria Chauvenet

    Kriteria Chauvenet menyatakan sebagai berikut : data akan ditolak, jika

    kzzP

    2

    1dan

    atau k

    P o4

    1)(

    dengan k = cacah data

    XXz

    1

    Contoh 2. 7

    Dilakukan 10 kali pengukuran terhadap suatu besaran dengan nilai rata-rata adalah

    X = 5 dan x = 2. salah satu hasil adalah 8. Ditolak atau diterimakah 8 ini?

  • 25

    Penyelasaian

    5,12

    58

    XXz

    5,125,15,1 PP Dari daftar z

    P (-1,5 < < 1,5) = 86,64%

    Kebolehjadian menyimpang

    %68,62

    %64,86%1005,1

    P

    Karena k

    P4

    15,1

    %5,240

    1

    4

    110

    kk maka 8 diterima

    Penggunaan distribusi normal untuk mengetahui factor bobot

    Dalam N buah hasil pengukuran yang berasal dari distribusi induk Gaussian. Keboleh

    jadian memperoleh hasil pengukuran Xi adalah (persamaan 2.14)

    2

    2

    1exp

    2

    1

    i

    i

    i

    i

    XXP

    dengan adalah nilai rata-rata populasi (tidak diketahui). Jika adalah nilai rata-rata dari

    hasil eksperimen, maka dihipotesakan distribusi induk dengan nilai rata-rata dan deviasi

    standar , maka kebolehjadian mendapatkan hasil ukur Xi adalah :

    2

    '

    2

    1exp

    2

    1

    i

    i

    i

    i

    XXP

    (2.17)

    Kebolehjadian mendapatkan suatu set pengukuran yang terdiri dari X 1, X2, XN adalah

    i

    N

    iPP

    1

    2

    1

    '

    2

    1exp

    2

    1

    i

    i

    i

    N

    i

    XP

    Kebolehjadian ini akan berharga maksimum jika

  • 26

    2

    1

    1 '

    2

    1

    Xadalah minimum (2.18)

    Atau 0'

    d

    d

    0'

    2

    i

    iX

    0'22

    ii

    X

    2

    2

    1

    '

    i

    i

    iX

    (2.19)

    Dari rumus perambatan ralat

    2

    2 ''

    i

    iX

    2

    2

    2

    2

    1

    1

    1

    '

    i

    i

    i

    i

    i

    ii

    X

    XX

    maka

    2

    2

    2

    2

    2

    2

    2

    22

    '

    1

    1

    1

    1

    i

    i

    i

    i

    i

    2

    2

    '

    1

    1

    i

    (2.20)

    i

    i

    w2

    1

    disebut factor bobot

    Jika deviasi masing-masing pengukuran sama besar, maka besarnya factor bobot masing-

    masing pengukuran adalah sama

  • 27

    Nw

    Nw

    Xw

    ww

    i

    i

    1

    '

    '

    (2.21)

    Dari penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa makin kecil standar deviasi, makin besar factor

    bobot, yang berarti pula kebolehjadian untuk suatu hasil pengukuran akan berharga

    maksimum.

    2.2. DISTRIBUSI NORMAL DAN UJI HIPOTESIS

    2.2.1. Menguji Rata-Rata : uji dua pihak

    Misal kita mempunyai sebuah populasi yang berdistribusi normal dengan rata-rata

    dan simpangan baku . Kita akan menguji parameter rata-rata . Untuk ini kita ambil sample

    acak berukuran n, lalu kita lakukan hitung statistik X dan . Untuk keperluan uji rata-rata

    ini kita bedakan hal-hal sebagai berikut:

    a) Jika diketahui

    Pasangan hipotesis : H0 : = 0

    H1 : 0

    Dengan 0 adalah sebuah harga yang diketahui. Untuk pengetesan hipotesis digunakan

    statistik

    n

    XZ o

    (2.22)

    Statistik z ini berdistribusi normal baku, sehingga untuk menentukan criteria pengujian,

    digunakan daftar distribusi normal baku. H0 kita terima jika -z1/2(1-) < z < z1/2(1-)

    Dengan z1/2(1-) diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang 1/2(1-). Dalam hal

    lainnya H0 ditolak.

    Contoh 2.8

    Suatu perusahaan membutuhkan fiber dengan daya patah normal 150 psi. Pengalaman

    sebelumnya menunjukkan bahwa simpangan baku daya patah fiber merk X adalah 3 psi.

    Sebelum menggunakan fiber merk X, dilakukan empat kali eksperimen secara acak, dan

  • 28

    diobservasi. Ternyata daya patah rata-ratanya adalah 148 psi. Dengan = 0,05 (taraf

    kepercayaan 95 %), diterimakah fiber merk X tadi ?

    Penyelesaian

    Diketahui : X = 148 psi

    o = 150 psi

    = 3 psi

    n = 4

    Perumusan hipotesis : 150: oH

    150:1 H

    Ditentukan = 0,05 ; z1/2(1-) = Z0,475 = 1,960 (table harga Z)

    Terima Ho jika -1,960

  • 29

    Contoh 2.9

    Perusahaan OHP mengatakan bahwa lampunya dapat tahan pakai sampai 800 jam.

    Akhir-akhir ini timbul dugaan bahwa masa pakai lampu tersebut berubah. Untuk

    menentukan hal ini dilakukan penelitian dengan jalan menguji 50 lampu. Ternyata rata-

    ratanya adalah 792 jam, dari sample diperoleh s = 55 jam. Selidikah dengan taraf nyata

    0,05, apakah kualitas lampu itu telah berubah atau belum.

    Penyelesaiaan

    Diketahui

    X = 792

    8000

    s = 55

    n = 50

    Dengan menerapkan persamaan (2.23) maka diperoleh 029,15055

    800792

    t

    Dari daftar distribusi Student, dengan = 0,05 dan dk = 49 untuk uji dua pikak didapat t0,975 =

    2,01. Kriteria pengujian terima H0 jika t terletak anatata 2,01 dan 2,01 sedangkan dalam han

    lainnya H0 ditolak. Jadi dalam taraf nyata 0,05, penelitian menunjukkan bahwa masa pakai

    lampu masih sekitar 800 jam, belum berubah.

    2.2.2. Menguji Kesamaan Dua Rata-Rata : uji dua pihak

    Banyak penelitian yang memerlukan perbandingan antara dua keadaan atau dua

    populasi. Misal perbandingan produk dua cara produksi, kelenturan dua macam batang baja,

    daya rekat dua macam lem dan sebagainya. Untuk keperluan ini akan digunakan dasar

    distribusi sampling mengenai selisih statistik, missal selisih rata-rata dan selisih proporsi.

    Misal kita mempunyai dua populasi normal, masing-masing dengan rata-rata 1 dan 2

    sedangkan simpangan bakunya 1 dan 2. Secara independen dari populasi pertama diambil

    sample acak berukuran n1, sedangkan dari populasi kedua sample acak berukuran n2. Dari

    kedua sample ini diperoleh 11, sX dan 22 ,sX . Akan diuji tentang rata-rata 1 dan 2

    Pasangan hipotesis nol dan tandingannya adalah :

    H0 : 1 = 2

    H1 : 1 2

  • 30

    Untuk ini kita bedakan hal-hal sebagai berikut :

    a). 1 = 2 = dan diketahui

    Statistik yang digunakan jika H0 benar adalah

    21

    21

    11

    nn

    XXz

    (2.24)

    Dengan taraf nyata , maka criteria pengujian adalah : terima H0 jika -z1/2(1-) < z < z1/2(1-)

    Dengan z1/2(1-) diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang 1/2(1-). Dalam hal

    lainnya H0 ditolak.

    Contoh 2.10

    Dua tipe plastik diperkirakan cocok digunakan oleh suatu pabrik elektronik. Untuk ini

    daya patah plastik perlu diketahui. Diketahui bahwa 1 = 2 = 1,0 psi. dari sample yang

    diambil secara acak n1 = 10 dan n2 = 12 diperoleh X1 = 162,5 psi dan X2 = 155,0 psi.

    Perusahaan menentukan bahwa tidak akan mengambil plastik 1 jika daya patahnya tidak

    melebihi plastik 2 paling tidak 10 psi. Berdasarkan informasi dari sample, apakah

    perusahaan mengambil plastik 1 (gunakan taraf kepercayaan 99 %)

    Penyelesaian

    Diketahui : 1 = 162,5 psi n1 = 10

    2 = 155,0 psi n2 = 12

    1 = 2 = 1,0 psi

    Perumusan hipotesis :

    psiH

    psiHo

    10:

    10:

    211

    21

    Kriteria penerimaan H0, terima H0 jika -z1/2(1-) < z < z1/2(1-)

    Dari table

    57,2495,001,01

    2

    1

    ZZ

    839,5

    12

    1

    10

    1

    105,7

    110,1

    10

    21

    21

    nn

    yyZo

    Ternyata 495,0ZZ , jadi Ho ditolak, berarti dengan = 0,01, pengusaha pabrik tidak

    menggunakan plastik jenis 1.

  • 31

    b). 1 = 2 = tetapi tidak diketahui

    Dalam banyak hal jarang sekali 1 dan 2 diketahui besarnya. Untuk hal yang demikian

    statistik yang digunakan jika H0 benar adalah

    21

    21

    11

    nns

    XXt

    p

    (2.25)

    Dengan

    2

    11

    21

    2

    22

    2

    112

    nn

    snsnsp (2.26)

    Dengan s1 dan s2 adalah varians sample pertama dan kedua

    1

    )( 22

    n

    XXis

    Statistik t di atas (Persamaan 2.25) berdistribusi student dengan dk = (n1 + n2 2). Kriteria

    pengujian adalah : terima H0 jika t(1- ) < t < t(1- ) . dengan t(1- ) diperoleh dari

    daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 2) dan peluang (1- ) . Untuk harga-harga t

    lainnya H0 ditolak.

    Contoh 2.11

    Kekuatan tegangan ikat dari semen adalah karakteristik yang penting dari suatu produk

    semen. Seorang peneliti tertarik untuk membandingkan kekuatan tegangan ikat dari

    formula yang telah dimodifikasi dengan suatu cara, dengan formula yang belum

    dimodifikasi. Peneliti mengadakan 10 penyelidikan untuk formula yang telah

    dimodifikasi dan 10 untuk formula yang belum dimodifikasi. Pada Tabel 2.1. kita lihat

    dua perbedaan hasil pengukuran sebagai akibat dua perlakuan. Apakah tegangan ikat dari

    dua macam semen tersebut berbeda ?. Gunakan 05,0

    Tabel 2.1. Data hasil pengukuran kekuatan tegangan ikat dari dua macam formula semen

    J Formula yang telah dimodifikasi

    (X1j)

    Formula yang belum dimodifikasi

    (X2j)

    1 16,85 17,50

    2 16,40 17,63

    3 17,21 18,25

    4 16,35 18,00

    5 16,52 17,86

  • 32

    6 17,04 17,75

    7 16,96 18,22

    8 17,15 17,90

    9 16,59 17,96

    10 16,57 18,15

    Penyelesaian:

    Dalam permasalahan di atas peneliti akan menolah H0 jika mean salah satu populasi lebih

    besar dari pada mean populasi yang lain. Jadi pasangan hipotesisnya adalah

    Hipotesis nol H0 : 1 = 2

    Hipotesis alternatif H1 : 1 >2

    terima H0 jika t(1- ) < t < t(1- )

    Dari Tabel 2.1. kita peroleh

    Formula yang telah dimodifikasi : 1X = 16,76 kgf/cm2

    S12 = 0,100

    S1 = 0,316

    n1 = 10

    Formula yang belum dimodifikasi : 2X = 17,92 kgf/cm2

    S22 = 0,061

    S2 = 0,247

    n2 = 10

    Dan

    2

    11

    21

    2

    22

    2

    112

    nn

    snsnsp

    081,0

    21010

    )051,0(9)100,0(9

    Sp = 0,284

    Selanjutnya dihitung tes statistik dengan persamaan (2.25)

    21

    21

    11

    nns

    XXt

    p

  • 33

    13,9

    10

    1

    10

    1284,0

    92,1776,16

    Dengan derajat kebebasan (n1+n2-2) =18 maka t(1- ) = t0,975 = 2,10. Jadi karena

    10,213,9 975,00 tt maka kita menolak H0. Artinya kekuatan tegangan ikat dua macam

    produk semen adalah berbeda.

    c) 1 2 dan keduanya tidak diketahui

    Jika kedua simpangan baku tidak sama, tetapi kedua populasi berdistribusi normal,

    sampai sekarang belum ada statistik yang tepat yang dapat digunakan. Pendekatan yang cukup

    memuaskan adalah dengan menggunakan statistik t sebagai berikut :

    2

    2

    2

    1

    2

    1

    21'

    n

    S

    n

    S

    XXt

    (2.27)

    Kriteria pengujian adalah : terima H0 jika

    -21

    2211

    21

    2211 'ww

    twtwt

    ww

    twtw

    (2.28)

    Dengan 1

    2

    11

    n

    sw dan

    2

    2

    22

    n

    sw

    1.

    2111 1

    n

    tt

    1.

    2112 2

    n

    tt

    mt , diperoleh dari daftar distribusi Student dengan peluang dan dk = (n-1) Untuk harga-

    harga t yang lain, H0 ditolak.

    Contoh 2.12

    Semacam barang dihasilkan dengan menggunakan dua proses. Ingin diketahui apakah dua

    proses itu menghasilkan hal yang sama atau tidak terhadap kualitas barang itu ditinjau dari

    rata-rata daya tekannya. Untuk itu diadakan percobaan sebanyak 20 kali terhadap hasil

    proses pertama dan 20 kali pula terhadap hasil proses kedua. Rata-rat dan simpangan

  • 34

    bakunya berturut-turut adalah 1X = 9,25 kg, s1 = 2,24 kg 2X = 10,40 kg, s2 = 3,12 kg.

    Dengan taraf nyata 0,05, selidikilah hasilnya !

    Penyelesaian

    Hipotesis H0 dan tandingannya H1 adalah

    H0 : 1 = 2 ; kedua proses menghasilkan barang dengan rata-rata daya tekan yang sama

    H1 : 1 2 ; kedua proses menghasilkan barang dengan rata-rata daya tekan yang berbeda

    Uji statistiknya adalah

    339,1

    20

    7344,9

    20

    0176,5

    4,1025,9'

    t

    2509,0

    20

    0176,51 w

    ; 4867,0

    20

    7344,92 w

    09,219,975,01 tt dan

    09,219,975,02 tt

    Sehingga

    09,2

    4867,02509,0

    09,24867,009,22509,0

    21

    2211

    ww

    twtw

    Kriteria pengujian adalah : Terima H0 jika 2,09

  • 35

    H1 : 2 0

    2

    Untuk pengujian digunakan statistik Chi-kuadrat

    2

    0

    22 1

    sn (2.29)

    Jika dalam pengujian digunakan taraf nyata , maka criteria pengujian adalah : Terima H0

    jika 2

    1122

    21

    2 dengan

    211

    2

    21

    2dan di[peroleh dari daftar distribusi Chi-

    kuadrat dengan dk = (n-1) dan masing-masing dengan peluang dan (1 ). Dalam hal

    lainnya H0 ditolak.

    Contoh 2.13

    Simpangan baku dari massa hidup lampu yang diproduksi oleh suatu pabrik X adalah =

    60 jam. Dengan sample berukuran 50 diperoleh s = 55 jam. Jika massa hidup lampu

    berdistribusi normal, benarkah = 60 jam dalam taraf nyata = 0,05 ?

    Penyelesaian

    Untuk menyelidiki benar atau tidaknya harga ini, maka kita berhadapan dengan pasangan

    hipotesis

    H0 : 2

    = 3600 jam

    H1 : 2 3600 jam

    Dengan persamaan (2.29) dan n = 50 ; s2 = 3025, maka

    174,41

    3600

    30251502

    Dengan dk = 49 dan peluang 0,025 dan 0,975, dari daftar distribusi Chi- kuadrat berturut-turut

    didapatkan 025.02 = 32,4 dan 975,02 = 71,4

    Kriteria pengujian : Terima H0 jika 2 antara 32,4 dan 71,4. Untuk harga harga

    lainnya H0 ditolak. Dari perhitungan harga 2 = 41,174, harga ini terletak antara 32,4 dan

    71,4 maka hipotesis diterima. Kesimpulan = 60 jam dapat diterima dengan resiko 5% akan

    terjadinya penolakan hipotesis.

    2.3.2. Uji Satu Pihak

    Dalam kenyataan, sering sekali dikehendaki varians yang berharga kecil. Untuk ini

    pengujian yang diperlukan merupakan uji pihak kanan

  • 36

    H0 : 2

    = 02

    H1 : 2 > 0

    2

    Statistik yang digunakan adalah tetap 2 dengan persamaan (2.29). Kriteria pengujian

    dalam hal ini adalah : Tolak H0 jika 2 2 1- , dan

    2 1- diperoleh dari daftar Chi-kuadrat

    dengan dk = (n-1) dan peluang (1-). Dalam hal lainnya H0 diterima.

    Jika hipotesis nol dan tandingannya menyebabkan uji pihak kiri, maka pasangan

    hipotesis tersebut adalah

    H0 : 2

    = 02

    H1 : 2 < 0

    2

    Maka criteria pengujiannya adalah sebaliknya, yaitu tolak H0 jika 2 12 , dan

    12 diperoleh dari daftar Chi-kuadrat dengan dk = (n-1) dan peluang . Dalam hal lainnya

    H0 diterima.

    Contoh 2.14

    Proses pengisian suatu jenis makanan kedalam kemasan plastik oleh mesin, paling tinggi

    mempunyai varians 0,50 g. Akhir-akhir ini ada dugaan bahwa isi kemasan telah

    mempunyai variabilitas yang lebih besar. Setelah diteliti 20 kemasan dan isinya

    ditimbang. Ternyata sample ini menghasilkan simpangan baku 0,90 g dengan = 0,05.

    Perlukah mesin pengisi distel ?

    Penyelesaian

    Pengujian yang akan dilakukan adalah mengenai

    H0 : 2 = 0,50

    H1 : 2 > 0,50

    Dengan s2 = 0,81 dan n = 20 serta 2 = 0,50, maka dengan persamaan (2.29)

    diperoleh

    78,30

    50,0

    81,01202

    Dari daftar Chi-kudrat dengan dk = 19 dan peluang 0,95 diperoleh 95,02 = 30,1

    Karena Chi-kuadrat dari penelitian lebih besar dari 30,1 maka H0 ditolak pada taraf 5%. Ini

    berarti bahwa variasi isi kemasan telah menjadi lebih besar, sehingga dianjurkan untuk

    menyetel kembali mesin agar mendapatkan pengisian yang lebih merata.

  • 37

    2.2.3. Menguji Kesamaan Dua Varians

    Ketika menaksir selisih rata-rata dan menguji kesamaan dua rata-rata, kita mempunyai

    asumsi bahwa kedua populasi mempunyai varians yang sama. Jika varians berbeda, sampai

    saat ini hanya digunakan cara-cara pendekatan. Oleh karena itu dirasa perlu untuk melakukan

    pengujian mengenai kesamaan dua varians atau lebih. Populasi dengan varians yang sama

    besar dinamakan populasi dengan varians homogen. Dalam hal lainnya disebut populasi

    dengan varians heterogen.

    Misal kita mempunyai dua populasi normal dengan varians 12

    dan 22 . Jika kita

    akan menguji kesamaan dua varians tersebut (uji dua pihak), maka pasangan hipotesis H0 dan

    tandingannya H1 adalah

    H0 : 12

    = 22

    H1 : 12 2

    2

    Berdasarkan sample acak yang diambil secara independen dari masing-masing populasi,

    sample dari populasi kesatu berukuran n1 dan dengan varians s12 dan sample dari populasi

    kedua berukuran n2 dan dengan varians s22, maka untuk menguji hipotesis digunakan

    persamaan

    2

    2

    2

    1

    s

    sF (2.30)

    Kriteria pengujian adalah : terima H0 jika 1,12

    111211

    nnn FFF untuk taraf nyata ,

    dengan F(m,n) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang , dk pembilang = m dan dk

    penyebut =n. Dalam hal lainnya H0 ditolak.

    Contoh 2.15

    Ada dua macam cara pengukuran kelembaban udara. Cara pertama dilakukan 10 kali

    pengukuran dengn s2 = 24,7 dan dengan cara kedua dilakukan 13 kali dengan s

    2 = 37,2.

    Dengan = 0,01 tentukan apakah kedua cara pengukuran tersebut mempunyai varians

    yang homogen ?

    Penyelesaian

    Dengan persamaan (2.30) diperoleh

    506,14,27

    2,37F

  • 38

    Derajat kebebasan untuk pembilang = 12 dan untuk penyebut = 9. Dengan = 0,01dari daftar

    distribusi F di dapat F0,005 (12,9) = 3,07

    Dari penelitian didapat F = 1,506 dan ini lebih kecil dari 3,07. Jadi H0 : 12 = 2

    2

    Diterima dan H1 : 12 2

    2 ditolak. Atau kedua cara pengukuran dapat dikatakan mempunyai

    varians yang sama.

    Jika pengujian yang dihadapi merupakan uji satu pihak, yaitu uji pihak kanan, maka

    hipotesis nol dan tandingannya adalah

    H0 : 12

    = 22

    H1 : 12 > 2

    2

    Statistik yang digunakan sama dengan persamaan (2.30)

    Untuk uji pihak kanan, criteria pengujian adalah : tolak H0 jika 1,1 21 nnFF sedangkan

    untuk uji pihak kiri,

    H0 : 12

    = 22

    H1 : 12 < 2

    2

    Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika 1,11 21 nnFF . Dalam hal lainnya H0 diterima.

    Contoh 2.16

    Penelitian terhadap dua mesin pengisi minuman botol menghasilkan s12 = 25,4 cc dan s2

    2

    = 30,7 cc. Sampel yang diambil berukuran 13. Ada anggapan bahwa pengisian dengan

    mesin pertama mempunyai variabilitas yang lebih kecil. Betulkah hal tersebut ?

    Penyelesaian

    Hipotesis yang akan diuji adalah

    H0 : 12

    = 22

    H1 : 12 > 2

    2

    Dengan persamaan (2.30) diperoleh

    21,14,25

    7,30F

  • 39

    Dari daftar distribusi F didapat F0,05(12,12) = 2,69. Karena 1,21 < 2,69, maka dalam taraf nyata

    0,05 H0 kita terima. Atau cara pengisian mesin kesatu mempunyai variabilitas yang sama

    dengan mesin kedua.

    SOAL-SOAL

    1. Dalam suatu eksperimen dilakukan 15 kali pengukuran terhadap suatu besaran, rata-rata

    hasil adalah x = 7 dengan deviasi standar sama dengan 2. Jika salah satu hasil adalah x1 =

    9, ditolak atau diterimakah hasil pengukuran x1 tersebut ?

    2 Sejenis alat laboratorium sekolah mempunyai kebolehjadian untuk memenuhi syarat

    yang ditentukan oleh pengawas sekolah. Kini ada 4 alat seperti itu yang diperiksa

    persyaratannya.

    Berapa kebolehjadian bahwa jumlah alat yang memenuhi syarat adalah :

    a) tidak ada

    b) 2

    3. Sepuluh % dari semacam batuan tergolong kedalam katagori A. Sebuah sample berukuran

    30 telah diambil secara acak. Berapa peluang sample tersebut berisikan batuan berkatagori

    A:

    a. semuanya

    b. sebuah

    c. dua buah

    d. paling sedikit sebuah

    e. paling banyak dua buah

    f. tentukan rata-rata terdapatnya katagori A

    4. Hasil pengukuran panjang suatu benda adalah : 45, 48, 44, 38, 45, 47, 52, 44, 46, 45 cm.

    Selidikilah apakah ada data yang harus ditolak atau tidak ?

    5. Diameter pipa baja yang dihasilkan oleh suatu pabrik mempunyai simpangan baku =

    0,0001 inc. Dari 10 sampel yang diambil secara acak, diperoleh diameter rata-rata 0,2545

    inc. Ujilah hipotesis yang menyatakan bahwa mean diameter pipa adalah 0,255 inc.

    Gunakan = 0,05.

  • 40

    6. Waktu layak konsumsi dari suatu minuman adalah suatu criteria yang penting. 10 botol

    yang diambil secara acak di tes, hasilnya adalah sebagai berikut :

    Hari

    108 138

    124 163

    124 159

    106 134

    115 139

    Jika hipotesis alternatif adalah mean waktu layak konsumsi lebih besar dari 125 hari,

    dapatkah hipotesis nol H0 = = 125 hari ditolak ? Gunakan waktu layak konsumsi yang

    benar mempunyai interval kepercayaan 95 %

    7. Waktu pakai peralatan elektronik merupakan variable yang terdistribusi normal diukur

    dalam jam. Waktu pakai dari 16 peralatan yang dipilih secara acak, adalah sebagai

    berikut :

    Jam

    159 280 101 212

    224 379 179 264

    222 362 168 250

    149 260 485 170

    Benarkah mean waktu pakai lebih besar dari 225 jam ?. Tentukan interval kepercayaan

    mean waktu pakai yang benar 95%.

    8.Dua buah mesin digunakan untuk mengisi botol plastik yang bervolume netto masing-

    masing 16. Proses pengisian dianggap normal dengan standart deviasi masing-masing 1

    = 0,015 dan 2 = 0,018. Balai Peneraan mempunyai assumsi bahwa dua mesin tersebut

    mengisi dengan volume netto yang sama. Apakah assumsi Balai Peneraan tersebut benar

    ?. Sampel yang diambil secara acak merupakan hasil pengukuran volume sari pengisian

    masing-masing mesin.

  • 41

    Mesin 1 Mesin 2

    16,03 16,01 16,02 16,03

    16,04 15,96 15,97 16,04

    16,05 15,98 15,96 16,02

    16,05 16,02 16,01 16,01

    16,02 15,99 15,99 16,00

    9. Berikut ini adalah waktu nyala dua jenis lilin yang berbeda merk yang dinyatakan dalam

    menit

    Jenis 1 Jenis 2

    65 82 64 56

    81 67 71 69

    57 59 83 74

    66 75 59 82

    82 70 65 79

    a. Ujilah hipotesis yang menyatakan bahwa dua varians adalah sama. Gunakan = 0,05

    b. Berdasarkan hasil a, ujilah bahwa mean waktu nyala dua jenis lilin tersebut adalah

    sama.

    10. Diameter sebuah bola diukur oleh 12 orang yang masing-masing menggunakan dua

    macam spherometer. Hasil pengukurannya adalah sebagai berikut

    Spherometer 1 Spherometer 2

    0,265 0,264

    0,265 0,265

    0,266 0,266

    0,267 0,267

    0,267 0,268

    0,225 0,264

    0,267 0,265

    0,267 0,265

    0,265 0,267

    0,268 0,268

    0,268 0,269

    0,265 0,264

    Apakah ada perbedaan antara dua mean dari populasi pengukuran yang dilakukan dengan

    dua alat tersebut ? Gunakan = 0,05

  • 42

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdulrahman Ritongga, 1993. Statistik Terapan untuk Penelitian, Jakarta : FE. UI

    Bevington, Philip R, 1992. Data Reduction And Error Analysis for the Physical Sciences.

    New York : Mc Graw Hill.

    Douglas c. Montgomery. 1984. Design And Analysis Of Experiments. New York : John

    Willey and Sons

    Ernest Rabinowicz. 1970. An Introduction To Experimentation. Massachusetts: Addison-

    Wesley Publishing Company

    Kusminarto, Dr. 1993. Metode Fisika Eksperimen. Yogyakarta : Fakultas Matematika Dan

    Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada

    Sudjana, Prof, Dr, MA, MSc. 1996. Metoda Statistika (edisi ke enam). Bandung : Penerbit

    Tarsito