2. fitomedica.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Sejarah Perusahaan
PT. FITOMEDICAmerupakan perusahan yang bergerak di bidang industri obat berbahan
dasar tumbuhan alami. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2012. PT.
FITOMEDICAmerupakan perusahaan yang menggunakan kekayaan alam Indonesia dan
berbasis standar yakni Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). PT.
FITOMEDICAselalu berkomitmen untuk menghasilkan produk-produk obat yang efektif,
aman, dan berkualitas di bawah pengawasan yang ketat. Setiap produk obat yang
dihasilkan merupakan produk yang berkualitas, efektif, dan aman. Berslogan “Naturally
Different” kami hadir untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan produk obat-obatan
berkualitas.
Kami telah mendirikan sebuah pabrik di Jatinangor, Sumedang, yang memproduksi obat-
obatan berbahan dasar tumbuhan alami yang diracik dengan komposisi tertentu.
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat No.:
212/57931/3/IZ-IKOT/III/2014 Tertanggal 14 Maret 2012 Tentang Ijin Usaha Indutri
Obat Tradisional. Salah satu produk utama perusahaan kami yaitu tablet yang membantu
menurunkan kadar gula darah berbahan dasar bawang merah “Alpabet”, dimana produk
ini merupakan produk unggulan dari perusahaan kami dan diharapkan dapat diterima
dengan baik oleh masyarakat.
1
1.2. Visi
Perusahaan obat herbal terunggul yang memberikan produk berkualitas bagi masyarakat
dengan cara yang aman, alami, dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
1.3. Misi
1. Mengoptimalkan pemanfaatan herbal untuk mendorong pertumbuhan budidaya
tanaman herbal
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di bidang industri obat herbal.
3. Mengembangkan penelitian ke arah pengembangan obat dengan bahan alami.
4. Menciptakan produk herbal asli Indonesia yang berkualitas.
2
Bab II
Personalia
Personalia adalah salah satu unsur yang penting dalam suatu industri obat herbal. Maka
diperlukan pemilihan personil yang berpengalaman, sehat, dan terkualifikasi sehingga
menghasilkan sediaan obat yang bermutu. Selain itu juga dibutuhkan struktur organisasi
yang baik agar perusahaan dapat terkelola dengan baik. Susunan organisasi personalisa
PT. FITO FARMA:
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
a. Direktur
o Mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam memimpin sehingga
memungkinkan untuk melaksanakan tugas sebagai professional dan
memanajemen kerja seluruh kepala bagian.
3
Direktur
Kepala Bagian Produksi
Supervisor Gudang
Bahan Baku
Supervisor Pengolahan
Supervisor Pengemasan
Supervisor Gudang
Produk jadi
Kepala Bagian Pengawasan
Mutu
Supervisor Quality
Assurance
Supervisor Quality Control
Supervisor Research and Development
Kepala Bagian Pemasaran
Supervisor Perencanaan
Supervisor Distribusi
Supervisor Keuangan
o Direktur hendaknya memperoleh pelatihan yang memadai dan
berpengalaman dalam manajemen produksi dan pemasaran obat tradisional.
o Direktur bertugas dalam mengatur dan memantau kinerja kepala bagian
serta mengevaluasi semua bidang yang terdapat dalam perusahaan.
o Direktur juga berwewenang dalam pembuatan SOP/protap dalam
perusahaan.
b. Kepala Bagian Produksi
o Seorang Apoteker, Sarjana Farmasi, Sarjana Kimia atau tenaga lain yang
memperoleh pendidikan khusus di bidang produksi obat tradisional
o Mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam kepemimpinan sehingga
memungkinkan melaksanakan tugas sebagai profesional.
o Kepala bagian produksi hendaklah memperoleh pelatihan yang memadai
dan berpengalaman dalam pembuatan obat tradisional. Mereka hendaklah
mempunyai kewenangan dan tanggungjawab dalam manajemen produksi
yang meliputi semua pelaksanaan kegiatan, peralatan, personalia produksi,
area produksi dan pencatatan.
o Kepala bagian produksi bertuugas mengawasi serta memantau kinerja dari
bidang bahan baku, pengolahan, pengemasan, hingga penyimpanan produk
jadi.
o Kepala bagian produksi bertugas membuat SOP/protap dan dokumen-
dokumen yang dibutuhkan perusahaan bersama direktur dan kepala bagian
pengawasan mutu.
Supervisior Gudang Bahan Baku
Supervisior dibidang ini bertugas untuk memasok bahan baku dari
perkebunan, mengawasi pengelolaan bahan baku, dan mengawasi
penyimpanan bahan baku sebelum masuk ke bidang pengolahan.
Supervisior Pengolahan
4
Supervisior dibidang ini bertugas untuk mengawasi produksi produk
hingga jadi. Pemantauan dan pengawasan lingkungan dan kebersihan
tempat produksi (plant)
Supervisior Pengemasan
Supervisior dibidang ini bertugas mendesain label serta wadah dari
produk, mengecek kelengkapan label, serta mengecek segel produk.
Supervisior Gudang Produk jadi
Supervisior dibidang ini bertugas untuk mengawasi produk jadi yang
masuk dan keluar dari pabrik
c. Kepala Bagian Pengawasan Mutu
o Seorang Apoteker, Sarjana Farmasi, Sarjana Kimia atau tenaga lain yang
memperoleh pendidikan khusus dibidang pengawasan mutu produk obat
tradisional
o Mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh dalam semua aspek
pengawasan mutu produk seperti penyusunan, verifikasi dan penerapan
prosedur pengawasan mutu
o Kepala bagian pengawasan mutu hendaklah memperoleh pelatihan yang
memadai dan berpengalaman dalam bidang pengawasan mutu. Mereka
hendaklah diberi kewenangan penuh dan tanggungjawab dalam semua tugas
pengawasan mutu meliputi penyusunan, verifikasi dan penerapan semua
prosedur pengawasan mutu. Mereka mempunyai kewenangan menetapkan
persetujuan atas bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi
yang telah memenuhi spesifikasi, atau menolaknya apabila tidak memenuhi
spesifikasi, atau yang dibuat tidak sesuai prosedur dan kondisi yang telah
ditetapkan.
Supervisior Quality Assurance
Supervisior dibidang ini bertugas untuk memastikan dan mengawasi
mutu dari bahan baku, bahan tambahan, bahan pengemas, hingga produk
jadi yang siap untuk dipasarkan. Memvalidasi dan kalibrasi semua
instrument yang digunakan dalam produksi. Melakukan inspeksi,
5
investigasi dan mengambil sampel untuk memonitor faktor-faktor yang
mungkin mempunyai dampak terhadap mutu
Supervisior Quality Control
Supervisior dibidang ini bertugas untuk memastikan dan mengawasi
mutu produk jadi dari tangan pemasok hingga ke tangan konsumen.
Melakukan inspeksi, investigasi dan mengambil sampel untuk memonitor
faktor-faktor yang mungkin mempunyai dampak terhadap mutu.
Supervisior Research and Development
Supervisior dibidang ini bergerak dalam pengembangan produk-produk
yang dapat diproduksi dan dipasarkan oleh perusahaan.
d. Kepala Bagian Pemasaran dan Distribusi
o Kepala bagian pemasaran sebaiknya merupakan sarjana ekonomi yang
mengerti dan memahami teknik-teknik pemasaran dan distribusi produk
serta memahami manajemen keuangan.
Supervisior perencanaan
Supervisior dibagian ini bertugas untuk memanajemen dan mengelola
perencanaan anggaran untuk bahan baku, bahan pengemasan, bahan
tambahan, anggaran jaminan kerja karyawan, serta merencanakan harga
produksi dan produk yang akan dipasarkan.
Suppervisior Distribusi
Supervisior dibagian ini bertugas untuk memanajemen semua
pengeluaran produk dari dalam pabrik ke distributor, memetakan daerah
pemasaran serta
Supervisior Keuangan
Supervisior dibagian ini bertugas untuk memanajemen semua
pengeluaran keuangan perusahaan untuk pembelian bahan baku, bahan
pengemas, bahan tambahan serta menghitung dan memastikan laba
perusahaan.
e. Pelatihan
6
Semua personil yang langsung terlibat dalam kegiatan pembuatan hendaklah
dilatih dalam pelaksanaan pembuatan sesuai dengan prinsip-prinsip Cara
Pembuatan yang Baik.
o Program Pelatihan
Pelatihan tentang Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik harus
diberikan kepada seluruh personalia lama dan baru baik untuk tahap
induksi ataupun pelatihan yang berkelanjutan
Pelatihan khusus harus diberikan kepada personil yang bekerja area
khusus atau dengan bahan yang berbahayadan beracun
Program pelatihan diberikan secara berkesinambungan paling sedikit
sekali dalam setahun untuk menjamin agar personil terbiasa dengan
persyaratan CPOTB yang berkaitan dengan tugasnya
Pelatihan hendaklah dilakukan menurut program tertulis yang telah
disetujui oleh Kepala Bagian Produksi dan atau Pengawasan Mutu
Materi pelatihan hendaklah dibakukan dan disetujui oleh Kepala Bagian
Produksi dan Pengawasan Mutu
Pelatihan CPOTB dapat diberikan oleh atasan yang bersangkutan, tenaga
ahli atau oleh pelatih dari luar
Untuk mengetahui keberhasilan pelatihan hendaklah dilakukan evaluasi
yang meliputi :
Pengetahuan CPOTB secara menyeluruh dan secara khusus sesuai
dengan tugas masingmasing
Penilaian menyeluruh terhadap kinerja personil
o Dokumentasi Pelatihan
Pelatihan yang sudah dilaksanakan perlu dicatat.
Catatan Pelatihan CPOTB bagi personil hendaklah dibuat sesuai dengan
bidang tugas masing-masing yang mencakup :
Tanggal pelatihan
Nama personil yang mengikuti pelatihan
Nama instruktur, bagian atau lembaga yang memberi pelatihan
Materi Pelatihan dan alat bantu yang digunakan
7
Peragaan yang dilakukan, jika ada
Evaluasi terhadap peserta latihan
Penilaian bertujuan untuk menentukan kualifikasi personil apakah sudah
cukup memadai melakukan tugas yang diberikan padanya.
CONTOH PROGRAM PELATIHAN CPOB
8
Gambar 1 Bangunan PT. Fito Medika
Bangunan dari PT. Fito Medika ini didesain dengan ukuran dan konstruksi yang tahan
terhadap pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang
serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau binatang lain sehingga memudahkan
dalam pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaan. Luas dari bangunan di
perusahaan kami adalah sekitar 10.234 m2 . Perusahaan ini terletak di area yang jauh dari
pusat kota sehingga terhindar dari pencemaran dan tidak mencemari lingkungan.
Bangunan dan fasilitas pada perusahaan kami dibersihkan dan didisinfeksi serta
divalidasi setiap bulan sekali. Perusahaan kami terdiri dari berbagai ruangan yang
didesain sedemikian rupa sehingga sesuai dengan bentuk, sifat dan jumlah produk yang
dibuat, jenis dan jumlah peralatan yang digunakan, jumlah karyawan yang bekerja, antara
lain yaitu:
a) Ruang administrasi;
b) Ruang penyimpanan simplisia yang baru diterima dari pemasok;
10
c) Ruang sortasi;
d) Ruang pencucian;
e) Ruangan pengeringan;
f) Ruangan penyimpanan simplisia termasuk bahan baku, bahan tambahan dan
bahan pengemas;
g) Tempat penimbangan;
h) Tempat pencucian
i) Tempat perajangan
j) Ruang ekstraksi
k) Ruangan pengolahan;
l) Tempat pencucian peralatan dan penyimpanan
m) Ruangan atau tempat penyimpanan produk antara dan produk ruahan;
n) Ruangan atau tempat pengemasan;
o) Ruangan atau tempat penyimpanan produk jadi termasuk karantina produk jadi
sebelum memperoleh pelulusan akhir;
p) Laboratorium atau tempat pengujian mutu;
q) Musholla, kantin, Jamban / toilet;
r) Ruangan atau tempat lain yang dianggap perlu.
11
Dalam tiap ruang yang tersedia dalam perusahaan kami didesain sedemikian rupa
sehingga meminimalisir terjadinya kontaminasi yang bisa saja antara personil dan
personil, personil terhadap bahan yang akan di produksi serta kemasan dan begitupula
sebaliknya. Ada beberapa area khusus dimana area tersebut sangat riskan jika tidak
diperhatikan tata letaknya.
1. Area Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara
penimbangan dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain khusus untuk
kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau
produksi.
2. Area Produksi memiliki dinding, lantai dan langit-langit ruangan pengolahan dan
pengemasan primer rata, bebas dari keretakan dan mudah dibersihkan.
3. Area Penyimpanan adalah tempat penyimpanan simplisia termasuk bahan baku
lainnya yang telah memenuhi persyaratan yang ditentukan, berupa ruangan atau
tempat tertutup, misalnya lemari.
4. Area Pengawasan mutu, Laboratorium pengawasan mutu terpisah dari area produksi.
5. Area Sarana Penunjang, seperti ruang istirahat dan kantin dipisahkan dari area
produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Sarana untuk mengganti pakaian kerja,
membersihkan diri dan toilet disediakan dalam jumlah yang cukup dan berhubungan
langsung dengan area produksi namun letaknya terpisah. Toilet tidak berhubungan
langsung dengan area produksi atau area penyimpanan.
13
Gambar 4. Desain ruangan dalam perusahaan
Gambar 5. Ruang Granulasi yang terhubung dari lantai 2 dan 3
14
3.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan produk pada perusahaan kami memiliki
rancang bangun konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dengan
tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk terjamin secara seragam dari bets
ke bets, serta untuk memudahkan pembersihan dan perawatannya. Dibawah ini adalah
beberapa alat yang digunakan dalam perusahaan kami dalam memproduksi produk
ALFABET, yaitu :
16
BAB IV
Sanitasi dan Higiene
Higiene dan sanitasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam penerapan
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang baik.
Higiene dan sanitasi yang tidak diterapkan dengan baik dapat menimbulkan
kesalahan yang bersifat mayor atau langsung berpengaruh pada mutu produk
Prosedur-prosedur higiene dan sanitasi harus dinilai secara periodik untuk
menjamin apakah pelaksanaannya sudah memenuhi persyaratan yang
ditentukan.
4.1 Tujuan Higiene dan Sanitasi
Untuk menghilangkan semua sumbersumber kontaminan yang potensial dan kontaminasi
silang dari berbagai macam sumber dimana hal tersebut akan beresiko terhadap kualitas
produk.
Bersih berarti bebas dari debu, noda dan kotoran. Pembersihan dapat dicapai dengan air
dan atau pelarut lainnya, kondisi ini dapat dilihat secara visual
Sanitasi berarti bebas dari bakteri atau dapat berarti juga bersih dan tidak membahayakan
kesehatan. Dapat dilakukan dengan desinfektan atau dengan sterilisasi.
Higiene berarti praktek dalam menjaga kebersihan pada orang dan lingkungannya agar
tidak terkena penyakit dan juga untuk mencegah kontaminasi produk dari orang yang
sakit maupun lingkungan yang tidak besih.
18
4.2 Kontaminan Pada Obat Tradisional
Dapat berupa cemaran fisik dan biologi menyebabkan bahaya fisik (mis. Luka) bagi
pemakai ot. Contoh cemaran : Tanah/kerikil, Logam, paku, kaca, Potongan kayu, Bekas
bahan bangunan, Bagian tanaman yang tidak dikehendaki, Serangga/bagian tubuh
serangga, Plastik, Bagian tubuh manusia (rambut, kuku), Serpihan alat produksi dan
sebagainya. Terjadinya pencemaran Tahap pemanenan, penanganan pasca panen,
penyimpanan bahan baku, pengolahan, pengemasan dsb. Cemaran Biologi adalah
mikroorganisme yang mencemari produk OT. Dapat berupa : Bakteri, Kapang, Khamir,
Protozoa. Terjadinya pencemaran : Pada proses budidaya, Pada proses pemanenan, Pada
penanganan pasca panen, Pada proses pengolahan produk.
Cemaran Kimia dapat berasal dari :
• Residu senyawa kimia yang digunakan di pertanian
• Penggunaan bahan tamabahan yang dilarang
• Senyawa yang terbentuk selama pengolahan dan penyimpanan
• Senyawa yang dihasilkan oleh mikroba
Contoh : Insektisida, fungisida, pupuk, logamberat, bahan tambahan,
Insektisida, kebanyakan berupa neurotoksin. Antara lain meliputi : Senyawa karbamat,
Senyawa organoklorin, Senyawa organofosfat, Senyawa alam (botanical), Senyawa
anorganik.
FUNGISIDA Untuk mencegah pertumbuhan kapang Ada yang mengandung Hg, untuk
mencegah pertumbuhan kapang pada biji.
19
P U P U K Pupuk nitrogen teroksidasi jadi nitrit dan nitrat, keracunan nitrit/nitrat
Pupuk dari limbah, kadang mengandung logam berbahaya.
LOGAM BERAT Dapat bersal dari tanah, air, alat atau ingkungan selama proses
penyiapan bahan baku atau pengolahan.
BAHAN TAMBAHAN Tidak boleh bertentangan dengan Kep.Menkes No. 661/1994
Penggunaan tidak boleh berlebihan.
4.3 Cemaran Silang Antar Produk
Walaupun OT merupakan pruduk alam yang relatif aman, Tetapi cemaran silang antar
produk perlu dihindari semaksimal mungkin
Sumber-Sumber Kontaminan
Personil tangan, pakain, saluran pernapasan, mulut
Simplisia/bahan baku asal bahan, pengeringan,air
Binatang binatang peliharaan, unggas, serangga, binantang pengerat, mamalia dsb.
Lingkungan Udara, tanah, air, fomites
Mikroba tangan
- Mikroba alami : Ada di pori-pori tangan atau kuku Misal : Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus aureus
- Mikroba sementara : Merupakan pencemaran Misal : dari feses setelah buang air dan
tidak mencuci tangan dengan baik, dapat mencemari handle pintu, meja, alat pengolahan,
dsb.
- Contoh bakteri : E. coli, Salmonella sp., C. perfringens dsb.
20
Kontaminan pada bahan baku : Salmonella sp. - V. parahaemolyticus, Clostridium sp. –
dsb, E. coli
Penerapan hygiene dan sanitasi pada industri: Personalia, Bangunan dan ruangan,
Peralatan dan perlengkapan, Bahan baku, Lingkungan, Bahan dan alat pembersih
4.4 Prinsip Utama Dalam Pengendalian Kontaminasi Produk
Bahwa lebih mudah memperbaiki problem kontaminasi sebelum kontaminan tersebut
mencemari produk dari pada memperbaiki produk yang telah terkontaminasi. Penerapan
Higiene dan sanitasi yang baik merupakan cara untuk mencegah kontaminasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
- Kesehatan
- Perilaku hygienic
- Kebersihan perorangan
- Kebersihan pakaian/perlengkapan kerja
Penyakit yang diderita karyawan dapat mempengaruhi kualitas produk dapat
menimbulkan pencemaran pada produk. Penyakit yang dapat mencemari produk :
luka/infeksi terbuka pada kulit, diare, batuk, dsb. Kesehatan karyawan dapat
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan.
21
BAB V
PRODUKSI
5.1 PERSYARATAN PRODUKSI
Bahan baku yang berkualitas adalah modal pokok dalam membuat suatu racikan obat
herbal yang berkhasiat. Tanpa didukung oleh bahan baku yang berkualitas maka hampir
dapat dipastikan bahwa obat herbal yang dihasilkan berkualitas rendah atau bahkan tidak
berkhasiat sama sekali. Oleh karena itu penentuan dan pemilihan simplisia bahan baku
obat herbal menjadi salah satu faktor penentu yang harus dipenuhi (Mahendra, 2006).
Hal yang harus diperhatikan dalam memilih bahan baku obat herbal yaitu aroma, warna,
rasa, kandungan kimia, maupun sifat fisiologisnya. Kelima faktor tersebut pada berbagai
simplisia tanaman obat, seperti daun, akar, rimpang, buah, dan bunga, ada yang sama dan
ada pula yang berbeda. Oleh karena itu, cara penanganan dan pengelolaannya perlu
diperhatikan agar diperoleh simplisia bahan baku obat herbal yang berkualitas nomor satu
(Mahendra, 2006).
Berikut ini merupakan aturan dalam proses produksi obat tradisional berdasar CPOB
2011:
1. Persyaratan Umum Pemilihan Bahan Awal:
a. Pengadaan bahan awal berasal dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi
spesifikasi yang relevan.
22
b. Setiap penerimaan barang dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi umum,
keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan ada kerusakan bahan,
dan tentang kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Sampel
diambil oleh personil dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian
Pengawasan Mutu.
c. Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui dan
diluluskan untuk pemakaian oleh kepala bagian pengawasan mutu.
d. Semua bahan awal yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang menyolok,
ditempatkan terpisah dan dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasoknya
e. Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label
hendaklah memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut:
nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan;
nomor bets/ nomor kontrol (mutu) yang diberikan pada saat penerimaan
bahan;
status bahan (misal: karantina, diluluskan, ditolak);
tanggal daluwarsa atau tanggal uji ulang, bila perlu;
jika digunakan sistem penyimpanan dengan komputerisasi yang divalidasi
lengkap, maka semua keterangan di atas tidak perlu dalam bentuk tulisan
yang terbaca pada label.
f. Sampel bahan awal hendaklah diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi. Wadah
dari mana sampel bahan awal diambil diberi tanda. spesifikasi dapat ditunjukkan
dengan sertifikat analisis (jika sesuai) yang diperkuat dengan pemastian identitas
yang dilakukan sendiri.
23
g. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa dicatat mengenai
pasokan, nomor bets/lot/QC, tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal
pelulusan dan xxtanggal daluwarsa bila ada.
h. Bahan yang memenuhi spesifikasi dan diberi label oleh personil yang ditunjuk
oleh kepala bagian Pengawasan Mutu, dilengkapi nama atau logo perusahaan
i. Persediaan bahan awal hendaklah diperiksa secara berkala untukmeyakinkan
bahwa wadah tertutup rapat dan diberi label dengan benardan dalam kondisi
yang baik. Bahan tersebut dilakukan pengambilan sampel dan pengujian ulang
secara berkala sesuaidengan spesifikasi yang ditetapkan. Pelaksanaan
pengambilan sampelulang \hendaklah diawali dengan penempelan label uji
ulang dan/ataudengan menggunakan sistem dokumentasi yang sama efektifnya.
j. Bahan awal, terutama yang dapat mengalami kerusakan karena terpapar pada
panas disimpan di dalam ruangan yang suhu udaranya dikendalikan dengan
ketat; bahan yang peka terhadap kelembaban dan/atau cahaya hendaklah
disimpan dengan benar di dalam ruangan yang dikendalikan kondisinya.
k. Penyerahan bahan awal untuk produksi dilakukan olehpersonil yang berwenang
sesuai dengan prosedur yang telah disetujui.Catatan persediaan bahan hendaklah
disimpan dengan baik agarrekonsiliasi persediaan dapat dilakukan.
l. Alat timbang hendaklah diverifikasi tiap hari sebelum dipakai
untukmembuktikan bahwa kapasitas, ketelitian dan ketepatannya
memenuhipersyaratan sesuai dengan jumlah bahan yang akan ditimbang.
2. Penimbangan dan penyerahan
24
a. Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahanpengemas,
produk antara dan produk ruahan didokumentasi
b. Tedapat SOP cara penanganan, penimbangan, penghitungan dan penyerahan
bahanawal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan
c. Semua pengeluaran bahan awal, bahan pengemas, produk antara danproduk
ruahan termasuk bahan tambahan didokumentasikan dengan benar.
d. Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahanyang telah
diluluskan oleh Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsayang boleh
diserahkan.
e. Untuk menghindarkan terjadi kecampur-bauran, kontaminasi silang,kehilangan
identitas dan keragu-raguan, maka hanya bahan awal, produkantara dan produk
ruahan yang terkait dari satu bets saja yang bolehditempatkan dalam area
penyerahan. Setelah penimbangan, penyerahandan penandaan, bahan awal,
produk antara dan produk ruahan hendaklahdiangkut dan disimpan dengan cara
yang benar sehingga keutuhannya
3. Pengolahan
a. Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah diperiksasebelum
dipakai.
b. Kegiatan pembuatan produk yang berbeda tidak boleh dilakukanbersamaan atau
berurutan di dalam ruang yang sama kecuali tidak adarisiko terjadi campur baur
atau kontaminasi silang.
c. Kondisi lingkungan di area pengolahan hendaklah dipantau dandikendalikan
agar selalu berada pada tingkat yang dipersyaratkan untukkegiatan pengolahan.
25
Sebelum kegiatan pengolahan dimulai hendaklahdiambil langkah untuk
memastikan area pengolahan dan peralatan bersihdan bebas dari bahan awal,
produk atau dokumen yang tidak diperlukanuntuk kegiatan pengolahan yang
akan dilakukan.
d. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksasebelum
digunakan. Peralatan hendaklah dinyatakan bersih secara tertulissebelum
digunakan.
e. Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti proseduryang
tertulis. Tiap penyimpangan hendaklah dijustifikasi dan dilaporkan.
f. Wadah dan tutup yang dipakai untuk bahan yang akan diolah, produkantara dan
produk ruahan hendaklah bersih dan dibuat dari bahan yangtepat sifat dan
jenisnya untuk melindungi produk atau bahan terhadapkontaminasi atau
kerusakan.
g. Semua wadah dan peralatan yang berisi produk antara hendaklah diberilabel
dengan benar yang menunjukkan tahap pengolahan. Sebelum labelditempelkan,
semua penandaan terdahulu hendaklah dihilangkan.
h. Semua produk antara dan produk ruahan hendaklah diberi label denganbenar dan
dikarantina sampai diluluskan oleh bagian pengawasan mutu.
i. Semua pengawasan selama-proses yang dipersyaratkan hendaklah dicatatdengan
akurat pada saat pelaksanaannya.
j. Hasil nyata tiap tahap pengolahan bets hendaklah dicatat dan diperiksaserta
dibandingkan dengan hasil teoritis.
26
k. Dalam semua tahap pengolahan perhatian utama hendaklah diberikankepada
masalah kontaminasi silang.
l. Batas waktu dan kondisi penyimpanan produk dalam-proses
hendaklahditetapkan.
m. Untuk sistem komputerisasi yang kritis hendaklah disiapkan sistempengganti
manakala terjadi kegagalan
4. Bahan Dan Produk Kering
a. Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan kontaminasi silangyang terjadi
pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatiankhusus hendaklah
diberikan pada desain, pemeliharaan serta penggunaansarana dan peralatan.
Apabila laik hendaklah dipakai sistem pembuatantertutup atau metode lain yang
sesuai.
b. Sistem penghisap udara yang efektif hendaklah dipasang dengan letaklubang
pembuangan sedemikian rupa untuk menghindarkan kontaminasidari produk
atau proses lain. Sistem penyaringan udara yang efektif atausistem lain yang
sesuai hendaklah dipasang untuk menyaring debu.Pemakaian alat penghisap
debu pada pembuatan tablet dan kapsul sangatdianjurkan.
c. Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk melindungi produk terhadap
kontaminasi serpihan logam atau gelas. Pemakaian peralatan gelas
sedapatmungkin dihindarkan. Ayakan, punch dan die hendaklah
diperiksaterhadap keausan atau kerusakan sebelum dan setelah pemakaian.
27
d. Hendaklah dijaga agar tablet, kapsul atau partikel serbuk tidak ada yangterselip
atau tertinggal tanpa terdeteksi di mesin, alat penghitung atauwadah produk
ruahan.
5. Pencampuran dan Granulasi
a. Obat tradisional yang mengandung komponen dengan khasiat terapeutikyang
diketahui sering kali distandardisasi (yakni ditetapkan terhadapkandungan
tertentu dari komponen tersebut). Metode yang digunakandalam standardisasi
hendaklah didokumentasikan.
b. Jika ditambahkan bahan lain untuk mencapai tujuan standardisasi
perlumenspesifikasi jumlah yang ditambahkan dalam suatu
rentang.Pencampuran suatu bahan dari beberapa bets yang berbeda
(contoh:sebelum ekstraksi) atau pencampuran beberapa lot sediaan sejenis
bolehdilakukan. Untuk menjamin penelusuran kembali maka catatan
hendaklahdisimpan. Proses pencampuran hendaklah dikendalikan
dandidokumentasikan dengan baik dan, bila berlaku, bets campuranhendaklah
diperiksa kesesuaiannya terhadap spesifikasi yang telahditentukan. Pencampuran
bets hendaklah hanya dilakukan bilahomogenitas campuran bisa dijamin.
Proses-proses ini hendaklahdidokumentasikan dengan baik.
c. Bets obat tradisional yang hasil ujinya di luar spesifikasi hendaklah
tidakdicampur dengan bets lain dengan tujuan untuk pemenuhan
spesifikasikecuali untuk standardisasi kandungan komponen dengan efek
terapeutikyang diketahui. Sebelum pencampuran hendaklah dipastikan
bahwasetiap bets dibuat dengan menggunakan proses yang ditetapkan,
28
masingmasingtelah diuji memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan
ditemukanmemenuhi spesifikasi yang sesuai.
d. Jika ada parameter fisis tertentu yang kritis, maka proses pencampuranbets
hendaklah dibuktikan keseragamannya. Pembuktian hendaklahmencakup
pemeriksaan parameter kritis (misalnya bulk density dan tapdensity) yang
kemungkinan terpengaruh oleh proses pencampuran.
e. Tanggal daluwarsa bets campuran hendaklah ditetapkan berdasarkantanggal
pembuatan bets tertua dari komponen campuran tersebut.
f. Mesin pencampur, pengayak dan pengaduk hendaklah dilengkapi dengansistem
pengendali debu kecuali digunakan sistem tertutup.
g. Parameter operasional yang kritis (misalnya waktu, kecepatan dan suhu)untuk
tiap proses pencampuran, pengadukan dan pengeringan hendaklahtercantum
dalam Dokumen Produksi Induk, dan dipantau selama prosesberlangsung serta
dicatat dalam Catatan Bets.
h. Kantong filter yang dipasang pada mesin pengering fluid bed tidak bolehdipakai
untuk produk yang berbeda tanpa pencucian lebih dahulu. Untukproduk yang
berrisiko tinggi atau yang dapat menimbulkan sensitisasihendaklah digunakan
kantong filter khusus bagi masing-masing produk.Udara yang masuk ke dalam
alat pengering ini hendaklah disaring.Hendaklah dilakukan tindakan
pengamanan untuk mencegah kontaminasisilang oleh debu yang keluar dari alat
pengering tersebut.
29
i. Pembuatan dan penggunaan larutan atau suspensi hendaklahdilaksanakan
sedemikian rupa sehingga risiko kontaminasi ataupertumbuhan mikroba dapat
diperkecil.
6. Pencetakan Tablet
a. Mesin pencetak tablet hendaklah dilengkapi dengan fasilitas pengendalidebu
yang efektif dan ditempatkan sedemikian rupa untuk menghindaricampur baur
antar produk. Tiap mesin hendaklah ditempatkan dalamruangan terpisah.
Kecuali mesin tersebut digunakan untuk produk yangsama atau dilengkapi
sistem pengendali udara yang tertutup maka dapatditempatkan dalam ruangan
tanpa pemisah.
b. Untuk mencegah kecampurbauran perlu dilakukan pengendalian yangmemadai
baik secara fisik, prosedural maupun penandaan.
c. Hendaklah selalu tersedia alat timbang yang akurat dan telah dikalibrasiuntuk
pemantauan bobot tablet selama-proses.
d. Tablet yang ditolak atau yang disingkirkan hendaklah ditempatkan dalamwadah
yang ditandai dengan jelas mengenai status dan jumlahnya dicatatpada Catatan
Pengolahan Bets.
e. Tiap kali sebelum dipakai, punch dan die hendaklah diperiksa keausan
dankesesuaiannya terhadap spesifikasi. Catatan pemakaian hendaklahdisimpan.
5.2 DESKRIPSI BAHAN AWAL
Bawang merah merupakan tumbuhan jenis monokotil dari famili Liliaceae (suku bawang-
bawangan), memiliki nama latin Allium cepa.
30
a. Morfologi Bawang Merah
Morfologibawangmerahadalah: Bentuk umbi kecil, bakal tunas silinder, warna
umbi merah, anakan banyak 2 sampai 20, potongan melintang daun melingkar,
bau umbi sangat tajam. Akan tetapi bawang merah bagian dasar daunnya
melebar seperti kelopak. Kelopak daun sebelah luar selalu melingkar menutup
kelopak daun sebelah dalam, hingga potongan melintang umbi memperlihatkan
lapisan- lapisan yang berbentuk cincin (Sunaryono dan Soedomo, 1983).
b. Kandungan Kimia danManfaat Bawang Merah
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan BawangMerah (Allium
cepa) memiliki kandungan quercetin dalam kadar yang cukup tinggi. Quercetin
adalah salahsatu senyawa jenis flavonoid, bagian dari kelompok
polifenol.Penelitian yang telah ada menunjukkan potensi quercetin sebagai agen
hipoglikemik. Quercetin merupakan inhibitor enzim α-amilase yang berfungsi
dalam pemecahan karbohidrat (Jalalet al., 2007). Aksidari flavonoid yang
bermanfaat pada diabetes adalah melalui kemampuannya untuk menghindari
absorpsi glukosa atau memperbaiki toleransi glukosa (Cazarolliet a.,l2008).
Sedangkan bahan kandungan gizi dalam umbi bawang merah memang rendah
yaitu protein 1,5 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 9,2 g, vitamin A 0,03 mg, vitamin
C 2,0 mg, kalsium 36,0 mg, posfor 40,0 mg, besi 0,8 mg, air 88,0 g. Adanya
kandungan-kandungan tersebut menyebabkan bawang merah memiliki khasiat
farmakologi, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa bawang merah mampu
menurunkan kadar gula dan kolesterol dalam darah(Sunaryono dan Soedomo,
1983).
31
c. Asal Rimpang Bawang Merah
Bahan awal yaitu bawng merah yang didapatkan dari Materia Medica Grup Jl.
Welingi no.27A Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah.
Bahan awal yang didapatkan sudah dalam bentuk simplisia dan telah mengalami
proses pengeringan. Bahan yang digunakan dipanen pada akhir musim kemarau,
dipilih umbi yang berkualitas baik, berumur 60 hari, dipanen antara jam 09.00 –
11.00 pagi
5.3 PROSES PENANGANAN BAHAN AWAL
Bahan dasar yang diterima dan dibeli akan disimpan dalam gudang kotor. Di dalam
gudang kotor, bahan baku dilakukan sortasi kering untuk memisahkan simplisia dengan
kotoran dan dilakukan pengeringan lagi. Pengeringan ini dilakukan agar bahan baku lebih
kering lagi sehingga lebih awet selama penyimpanan. Bahan baku yang sudah disortir
dan dikeringkan disimpan dalam gudang bersih. Ketika terjadi proses penerimaan bahan,
maka dilakukan pencatatan mengenai penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa,
nomor bets/lot/QC, tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal
daluwarsa terlebih dahulu. Baru setelah itu, dilakukan pengujian spesifikasi bahan awal.
Bahan awal yang sudah lolos uji kemudian diberi label lolos uji selanjutnya disimpan di
gudang bahan awal dengan cara dikemas.
a. Bahan Dasar
Bahan – bahan baku yang ada di Perusahaan Fitomedica sebagian besar
diperoleh dari Materia Medica. Bahan – bahan baku yang diterima sudah
mengalami proses pembersihan dan pengeringan. Bahan yang diterima
32
diperiksa secara visual tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya,
ceceran dan kemungkinan ada kerusakan bahan, dan tentang kesesuaian catatan
pengiriman dengan label dari pemasok. Lalu, diambil sampel oleh personil
dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Pengawasan Mutu.
Untuk menguji spesifikasi dari bahan yang diterima. Apabila sudah memenui
spesifikasi tahap selanjutnya adalah bahan awal yang dikarantina diberi label
lolos uji dan ditempatkan di gudang bersih. Berikut ini merupakan keterangan
dalam penanganan bahan awal:
b. Penyortiran
Penyortiran dilakukan untuk memisahkan kotoran – kotoran atau bahan – bahan
asing lainnya dari bahan tanaman atau simplisia, misalnya kotoran atau bahan
asing pada simplisia jenis akar adalah tanah, kerikil, rumput, akar rusak, bagian
tanaman lain selain akar – akaran dan lain – lain. Selain itu juga untuk
memisahkan bahan baku yang tidak memenuhi standar yang telah ditentukan.
c. Pengeringan
Bahan baku yang didapatkan dari pemasok sudah dalam keadaan kering,
pengeringan yang digunakan oleh pemasok menggunakan pengeringan alami
yaitu dengan sinar matahari. Namun, bahan yang telah mendapat sertifikasi
lolos uji bahan awal selanjutnya dilakukan pengeringan lagi supaya lebih kering
lagi sehingga lebih awet selama penyimpanan.
d. Sortasi Kering
Sortasi yang dilakukan secara manual dan mekanis. Sortasi manual dilakukan
untuk menghilangkan cemaran – cemaran fisik (benda asing) pada bahan seperti
33
ranting, kotoran, bunga, tanah dan daun yang ikut tercampur dengan bahan
baku khususnya pada simplisia rimpang. Selain itu, pada sortasi secara manual
ini juga dilakukan pemisahan bahan baku yang tercemar oleh mikroba atau
bahan yang tidak lolos untuk proses berikutnya. Sortasi mekanis dengan metode
hembus dan filtering. Metode hembus untuk menghilangkan debu dan metode
filtering untuk mendapatkan keseragaman bahan baku. Dengan metode ini
sortasi yang dilakukan mendekati sempurna, karena untuk sortasi yang tidak
biasa dikerjakan manual (pembersihan debu) digantikan dengan metode
hembus.
e. Penimbangan
Penimbangan bahan baku dilakukan setelah semua bahan baku kering dan
bersih. Adapun tujuan penimbangan bahan baku ini adalah untuk mengetahui
jumlah bahan baku kering dan bersih yang dimiliki oleh Perusahaan, sehingga
sewaktu – waktu dibutuhkan tinggal mengambil. Dan kalaupun stok yang
dimiliki ternyata kurang, maka tinggal dilakukan penambahan atau pemesanan.
f. Penyimpanan
Penyimpanan bahan baku dilakukan setelah bahan baku selesai dilakukan
penimbangan. Penyimpanan bahan baku ini menggunakan pengemas primer
plastik dan pengemas sekunder dari karung goni atau karung berbahan sejenis
karung pakan ternak. Hal itu ditujukan untuk mengantisipasi kemungkinan –
kemungkinan yang tidak diinginkan, misalnya kerusakan bahan baku karena air
hujan yang masuk, serta mengantisipasi kerusakan atau kebocoran karung
sehingga bahan – bahan terjatuh atau tercecer. Selain itu untuk menghindari
34
kesalahan bahan baku, maka sebelum disimpan saat penimbangan juga
dilakukan pelabelan jenis bahan baku dan berat bahan baku tersebut.
Penyimpanan bahan baku menggunakan sistem First In First Out (FIFO), hal ini
ditujukan untuk menghindari kerusakan bahan yang telah disimpan dalam
waktu yang lama dan untuk menjaga kualitas produk.
5.4 PROSES PRODUKSI
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur tervalidasi yangtelah
ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOTB yang menjamin senantiasamenghasilkan
produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhiketentuan izin pembuatan dan
izin edar (registrasi).Tahap selanjutnya adalah proses produksi, tahap ini merupakan
tahap pembuatan sediaan herbal yang akan dijadikan sediaan jadi. Tablet yang akan
diproduksi berasal dari ekstrak bawang merah dengan bobot tablet 500 mg, dimana dalam
satu batch produksi menghasilkan tablet sebanyak 1.000.000 buah. Berikut ini merupakan
formulasi yang akan digunakan dalam sediaan obat untuk sekali produksi batch:
Bahan Jumlah
Ekstrakbawangmerah
(kg) 500
Karagenan (%) 2,0
Laktosa q.s
Amilum (%) 5
Talk (%) 1
Mg-stearat (%) 2
35
Metilparaben (%) 0,04
Propilparaben (%) 0,02
Adapun alur pembuatan tablet secara umum adalah sebagai berikut:
36
a. Diidentifikasi dan diuji organoleptikb. Dibuat formulasia) v
Ekstrak etanol bawang merah
a. Dideterminasib. Diekstraksi dengan etanol 70%c. Dievaporasi
Bawang merah
Granul
a. Dievaluasi sifat alir granul b. Ditetapkan kandungan lembabc. Dikempa
Dibuat granul
Tablet
Formulasi Tablet Bawang Merah
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut
etanol 70%. Bahan awal kering direndam dalam etanol 70% selama 3x 24 jam.
Selanjutnya, ekstrak dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator tekanan
rendah pada suhu 65o C. Ekstrak yang didapatkan ini selanjutnya diproses untuk
dijadikan tablet menggunakan metode granulasi basah.
1. Proses Pengolahan
a. Semua alat dan bahan yang dipakai di dalam pengolahan diperiksasebelum
dipakai, harus ada pernyataan bersih dan siap digunakan sebelum alat
tersebut dipergunakan.
b. Kegiatan pembuatan produk dilakukan pada ruangan yang berbeda. Antara
penimbangan bahan, pencampuran bahan dan pengemasan sediaan
dilakukan pada ruangan yang terpisah.
c. Sebelum kegiatan pengolahan dimulai dipastikan tidak ada bahan, alat
maupun dokumen yang tidak diperlukan selama proses produksi.
d. Bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang diserahkandiperiksa
ulang kebenarannya dan ditandatangani olehsupervisor produksi sebelum
dikirim ke area produksi.
e. Sebelum penimbangan dan penyerahan, tiap wadah bahan awaldiperiksa
kebenaran penandaan, termasuk label pelulusan daribagian pengawasan
mutu
37
f. Selanjutnya, ditimbang bahan yang akan digunakan sesuai dengan Standar
Operasional penimbangan.Setiap penimbangan atau pengukuran
dibuktikan kebenaran identitas dan jumlah bahan yang ditimbang
ataudiukur oleh dua orang personil yang independen, dan
pembuktiantersebut dicatat.
g. Sesudah ditimbang atau dihitung, bahan untuk tiap bets
hendaklahdisimpan dalam satu kelompok dan diberi penandaan yang jelas.
Selanjutnya diserahkan kepada ruang produksi untuk diolah.
h. Pengolahan dilakukan sesuai dengan proseduryang tertulis, bila terdapat
kesalahan maka didokumentasi dan dilaporkan.
i. Pada saat pengolahan ditentapkan pula tanggal daluwarsa bets campuran,
dimana penetapannya berdasarkantanggal pembuatan bets tertua dari
komponen campuran tersebut.
j. Hasil nyata tiap tahap pengolahan bets dicatat dan diperiksaserta
dibandingkan dengan hasil teoritis. Selama pengolahan perlu diperhatikan
masalah kontaminasi silang.Tablet yang tidak memenuhi syarat
ditempatkan dalamwadah yang ditandai dengan jelas mengenai status dan
jumlahnya dicatatpada Catatan Pengolahan Bets
k. Produk yang sudah selesai dicetak menjadi tablet selanjutnya dikemas.
l. Sebelum kegiatan pengemasan dilakukanpemeriksaan untuk memastikan
bahwa area kerja dan peralatan telahbersih serta bebas dari produk lain,
sisa produk lain atau dokumen lainyang tidak diperlukan untuk kegiatan
pengemasan yang bersangkutan.
38
m. Wadah yang akan pakai untuk pengisian tablet harus dipastikan bersih dan
selanjutnya diserahkan ke jalur pengemasan
n. Wadah yang berisi produk akhir tetapi belum diberilabel hendaklah
dipisahkan dan diberi penandaan untukmenghindarkan kecampur-bauran.
Selanjutnya baru diberi etiket pada wadah dan dikemas dalam karton.
o. Kemasan terakhirdiperiksa dengan cermat untuk memastikan bahwa
kemasan produktersebut sepenuhnya sesuai dengan Prosedur Pengemasan
Induk.
BAB VI
Pembuatan Dan Analisis Berdasarkan Kontrak
6.1. Prinsip
Berdasarkan CPOB, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara
benar, disetujui, dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau proses menjadi tidak sesuai dengan standar mutu yang
ditetapkan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak maupun penerima kontrak harus
dibuat secara jelas dan rinci, terutama mengenai tanggung jawab, kewajiban, dan hak
masing-masing pihak. Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak (toll) terbagi
menjadi dua, yaitu toll in dan toll out. Toll terjadi misalnya ketika suatu pabrik
(misalnya Pabrik A) meminta pabrik lain (misalnya pabrik B) untuk membuat suatu
produk obat bagi pabrik A berdasarkan atas perjanjian kerjasama. Pabrik A ini disebut
sebagai pihak yang melakukan toll out (Principal), sedangkan Pabrik B disebut sebagai
pihak yang menerima toll in (Maklon).
39
Perusahaan melakukan toll out dapat disebabkan fasilitas di perusahaan tersebut belum
memadai untuk memproduksi obat tersebut, atau bisa juga disebabkan perusahaan
tersebut telah mengalami overload dalam memproduksi suatu obat. Sebelum
memutuskan kerja sama toll, pihak principal biasanya akan melakukan audit ke pihak
maklon. Hal ini dilakukan untuk melihat kesiapan maklon baik dari segi fasilitas maupun
sumber daya dalam menerima toll in dari principal.
Pada prosesnya, toll dapat dibagi menjadi dua, yaitu toll produksi dan packing atau
repack. Pada toll produksi, maklon melakukan produksi obat dari mulai bahan baku
sampai produk jadi bagi principal. Sedangkan pada toll packing atau repack, maklon
hanya mengemas atau mengemas ulang produk dari yang dibuat principal. Untuk toll
produksi, semua analisa mulai dari bahan baku, bahan pengemas, In Process Control
(IPC), sampai dengan finish goods dilakukan oleh pihak maklon. Sedangkan untuk toll
packing atau repack, maklon tidak melakukan analisa, tetapi memakai hasil analisa yang
terdapat dalam CoA (Certificate of Analysis) dari principal.
6.2. Tinjauan Umum Tentang Kontrak
“Contract : An agreement between two or more persons which creates an obligation to
do or not to do a peculiar thing” Yang artinya bahwa suatu perjanjian antara dua orang
atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu hal yang
khusus. Melihat batasan dari kontrak yang diberikan ini, dapat dikatakan bahwa antara
perjanjian dan kontrak mempunyai arti yang lebih kurang sama. Menurut Black’s
Dictionary juga dikatakan bahwa Agreement mempunyai pengertian yang lebih luas
daripada kontrak. Semua kontrak adalah Agreement, tetapi tidak semua Agreement
40
merupakan kontrak. Dalam pemakaian sehari-hari apabila kita perhatikan, kontrak yang
dilakukan oleh seseorang biasanya dibuat secara tertulis. Dengan demikian, tampak
bahwa yang dimaksudkan dengan kata kontrak adalah perjanjian tertulis, bahkan lebih
menjurus kepada pembuatan suatu akta.
6.3. Prinsip Pembuatan dan Analisa berdasarkan kontrak (Contract Manufacture &
Analysis)
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan
dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau
pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak
dengan penerima kontrak harus dibuat secara jelas untuk menentukan tanggung jawab
dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur
pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala
bagian manajemen mutu (pemastian mutu).
Catatan: Bab ini meliputi tanggung jawab industri terhadap Badan POM dalam hal
pemberian izin edar dan pembuatan obat. Hal ini tidak dimaksudkan untuk memengaruhi
tanggung jawab legal dari Penerima Kontrak dan Pemberi Kontrak terhadap konsumen.
6.4. Secara Umum Pembuatan dan Analisa berdasarkan Kontrak
41
Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi pembuatan dan/atau analisis obat yang
dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait. Semua pengaturan untuk pembuatan
dan analisis berdasarkan kontrak termasuk usul perubahan dalam pengaturan teknis atau
pengaturan lain hendaklah sesuai dengan izin edar untuk produk bersangkutan.
Kontrak hendaklah mengizinkan Pemberi Kontrak untuk mengaudit sarana dari Penerima
Kontrak. Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, pelulusan akhir hendaklahdiberikan
oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) Pemberi Kontrak.
Agar Penerima Kontrak dapat melaksanakan pekerjaan kontrak secara benar sesuai izin
edar dan persyaratan legal lain, Pemberi Kontrak hendaklah menyediakan untuk
Penerima Kontrak,
1. Pembuatan termasuk pengemasannya, informasi sebagai berikut:
a) Prosedur pembuatan bersangkutan yang rinci dan jelas berikut tahap-tahap kritis serta
kriteria mutu yang harus dipenuhi.
b) Prosedur pengawasan selama proses dan produk akhir.
c) Protap Hasil Uji di Luar Spesifikasi (HULS).
d) Protap Penanganan Penyimpangan.
e) Protap Pengendalian Perubahan.
f) MSDS (Material Safety Data Sheet) dari tiap bahan awal yang digunakan.
g) Dokumen mengenai pelaksanaan CPOB selama pembuatan antara lain, Protap
Hygiene Perorangan, Protap Pelulusan Obat Jadi, dan Protap Mengenakan Pakaian Kerja.
h) Analisis risiko pembuatan.
2. Analisis, informasi sebagai berikut :
42
a) Prosedur Analisis.
b) Protap Pembuatan Reagen yang Digunakan.
c) Protap Hasil Uji di Luar Spesifikasi (HULS).
d) Protap Penanganan Penyimpanan.
e) Protap Pengendalian Perubahan.
f) Analisis risiko pengujian.
g) Protap Melaksanakan Analisis.
h) Protap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Pelaksanaan Analisis.
Tiap bahan atau produk yang diserahkan oleh Pemberi Kontrak kepada Penerima Kontrak
hendaklah yang sudah diluluskan oleh Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu) Pemberi Kontrak. Tiap bahan atau produk yang ditransfer ke Penerima Kontrak
hendaklah disertai sertifikat analisis dan tiap wadahnya hendaklah diberi label pelulusan.
Pada tiap penerimaan produk atau bahan Penerima Kontrak hendaklah memastikan
kesesuaian penerimaan tersebut dengan tujuan penggunaannya yaitu dengan
mencocokkan apakah nama produk atau bahan, nomor kode dan jumlahnya sesuai dengan
perintah kerja dan spesifikasi yang sudah disetujui bersama dalam kontrak.
Sebelum surat perjanjian kontrak ditandatangani hendaklah Pemberi Kontrak mengaudit
calon Penerima Kontrak dengan menggunakan daftar periksa yang dapat menyimpulkan
bahwa calon Penerima Kontrak dapat melakukan pekerjaan pembuatan produk yang akan
dikontrakkan dengan memuaskan.
Daftar periksa tersebut antara lain hendaklah mencakup aspek-aspek sebagai berikut :
43
1. Gedung
2. Peralatan
3. Pengetahuan
4. Pengalaman dan
5. Kompetensi personil untuk melakukan pekerjaan yang diberikan maupun personil
yang menunjang pelaksanaan tersebut.
Di samping itu juga, untuk pembuatan produk hendaklah diperiksa apakah sertifikat
CPOB yang diterbitkan oleh Otoritas Pengawas Obat (OPO) sesuai dengan produk yang
pembuatannya akan dikontrakkan. Lihat Contoh Daftar Periksa Audit Pada Penerima
Pembuatan Produk Berdasarkan Kontrak, untuk analisis produk hendaklah diperiksa
apakah laboratorium calon Penerima Kontrak adalah industri farmasi mempunyai
sertifikat CPOB yang diterbitkan oleh Otoritas Pengawas Obat (OPO) dan sarananya
sesuai dengan analisis produk yang akan dikontrakkan atau laboratorium yang
memperoleh akreditasi dari otoritas yang berwenang, misal Komite Akreditasi Nasional
(KAN) dan sarananya sesuai dengan analisis produk yang akan dikontrakkan. Lihat
Contoh, Daftar Periksa Audit Pada Penerima Analisis Produk Berdasarkan Kontrak
Surat perjanjian kontrak hendaklah mencakup pernyataan bahwa pengalihan seluruh atau
sebagian pekerjaan dari Penerima Kontrak kepada pihak ketiga hanya melalui persetujuan
Pemberi Kontrak.
Surat perjanjian kontrak hendaklah mencakup pernyataan bahwa Penerima Kontrak wajib
melaporkan dan meminta persetujuan kepada Pemberi Kontrak apabila ada perubahan
aktivitas.
44
6.5. Pemberi Kontrak
Pemberi Kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi PenerimaKontrak dalam
melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukandan memastikan bahwa prinsip
dan CPOTB diikuti.
Pemberi Kontrak hendaklah menyediakan semua informasi yangdiperlukan kepada
Penerima Kontrak untuk melaksanakan pekerjaankontrak secara benar sesuai izin edar
dan persyaratan legal lain. PemberiKontrak hendaklah memastikan bahwa Penerima
Kontrak memahamisepenuhnya masalah yang berkaitan dengan produk atau pekerjaan
atau pengujian yang dapat membahayakan gedung, peralatan, personil, bahanatau produk
lain.
Pemberi Kontrak hendaklah memastikan bahwa semua produk yang diproses dan bahan
yang dikirimkan oleh Penerima Kontrak memenuhispesifikasi yang ditetapkan atau
produk telah diluluskan oleh kepalabagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
6.6. Penerima Kontrak
Penerima Kontrak harus mempunyai gedung dan peralatan yang cukup,pengetahuan dan
pengalaman, dan personil yang kompeten untukmelakukan pekerjaan yang diberikan oleh
Pemberi Kontrak denganmemuaskan. Pembuatan obat berdasarkan kontrak hanya dapat
dilakukanoleh industri obat tradisional yang memiliki sertifikat CPOTB yangditerbitkan
oleh Badan POM.
45
Penerima Kontrak hendaklah memastikan bahwa semua produk dan bahan yang diterima
sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Penerima Kontrak hendaklah tidak mengalihkan pekerjaan atau pengujian apa pun yang
dipercayakan kepadanya sesuai kontrak kepada pihak ketiga tanpa terlebih dahulu
dievaluasi dan disetujui oleh Pemberi Kontrak. Pengaturan antara Penerima Kontrak dan
pihak ketiga mana punhendaklah dipastikan bahwa informasi pembuatan dan analisis
diberikankepada pihak ketiga dengan cara yang sama seperti yang dilakukan
padaawalnya antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak.
Penerima Kontrak hendaklah membatasi diri dari segala aktifitas yang dapat berpengaruh
buruk pada mutu produk yang dibuat dan/atau dianalisis untuk Pemberi Kontrak.
6.7. Kontrak
Kontrak hendaklah dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak dengan
menetapkan tanggung jawab masing-masing pihak terkait dengan produksi dan
pengendalian mutu produk. Aspek teknis dari kontrak hendaklah dibuat oleh personil
yang kompeten yang mempunyai pengetahuan yang sesuai di bidang teknologi untuk
analisis dan CPOTB. Semua pengaturan pembuatan dan analisis harus sesuai
dan disetujui oleh kedua belah pihak.
Kontrak hendaklah menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk
diedarkan dan memastikan bahwa tiap bets telah dibuat dan diperiksa pemenuhannya
terhadap persyaratan izin edar yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
46
Kontrak hendaklah menguraikan secara jelas penanggung jawab pengadaan, pengujian
dan pelulusan bahan, produksi dan pengawasan mutu, termasuk pengawasan selama-
proses, dan penanggung jawab
Pengambilan sampel dan fungsi analisis. Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, kontrak
hendaklah menyatakan apakah Penerima Kontrak mengambil atau tidak mengambil
sampel di fasilitas pembuat obat.
Catatan pembuatan, analisis dan distribusi, dan sampel rujukan hendaklah disimpan oleh,
atau disediakan untuk, Pemberi Kontrak. Semua catatan relevan untuk penilaian mutu
produk, bila terjadi keluhan terhadap produk atau produk dicurigai cacat, harus dapat
diakses dan ditetapkan dalam prosedur penanganan produk cacat dan penarikan kembali
obatyang dibuat oleh Pemberi Kontrak. Dalam hal analisis berdasarkan kontrak,
Penerima Kontrak hendaklah memahami bahwa dia merupakan subjek untuk diinspeksi
oleh Badan POM.
47
BAB VII
CARA PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN OBAT YANG BAIK
Cara penyimpanan dan pengiriman merupakan salah satu hal penting dalam suatu produk
obat. Penyimpanan dan pengiriman suatu produk akan menentukan baik atau tidaknya
kualitas dari produk obat tersebut. Adapun beberapa aspek yang mempengaruhi cara
penyimpanan dan pengiriman obat yang baik antara lain
7.1 Personalia
Personalia merupakan salah satu aspek yang menunjang dalam suatu industri obat
tradisional. Maka diperlukan pemilihan personil yang sehat, terkualifikasi dan
berpengalaman dalam jumlah yang memadai. Personil kunci yang terlibat dalam
penyimpanan dan pengiriman produk hendaklah memiliki kemampuan dan pengalaman
yang sesuai dengan tanggung jawab mereka untuk memastikan bahwa produk disimpan
dan dikirimkan dengan tepat.
48
Penerapan kode praktik dan prosedur disiplin juga diterapkan agar mencegah terjadinya
penyalahgunaan dan pencurian produk oleh personil. Tiap personil juga tidak dibebani
tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari resiko terhadap mutu produk.
7.2 Bangunan, Fasilitas Penyimpanan dan Sistem Penyimpanan
1. Area Penyimpanan
Produk obat ditangani dan disimpan dengan cara yang sesuai untuk mencegah
kontaminasi, kecampurbauran dan kontaminasi silang. Area penyimpanan diberikan
pencahayaan yang memadai sehingga semua kegiatan dapat dilakukan secara akurat
dan aman.
2. Rotasi dan Pengendalian Stok
Dilakukan rekonsiliasi stok secara periodik dengan membandingkan jumlah
persediaan (stok) sebenarnya dengan yang tercatat. Dilakukan investigasi Semua
perbedaan stok yang signifikan untuk memastikan bahwa tidak ada kecampurbauran
karena kelalaian, kesalahan pengeluaran dan/atau penyalahgunaan obat tradisional.
3. Penerimaan
Dilakukan pemeriksaan jumlah produk pada saat penerimaan untuk memastikan
jumlah yang diterima sesuai dengan jumlah yang tercantum dalam catatan penyerahan
dari produksi.
4. Kendaraan dan Peralatan
Seluruh produk disimpan dan dikirimkan dalam wadah pengiriman yang tidak
mengakibatkan efek merugikan terhadap mutu produk, dan memberikan perlindungan
49
yang memadai terhadap pengaruh eksternal, termasuk kontaminasi. Label wadah
pengiriman tidak perlu mencantumkan deskripsi lengkap mengenai identitas isinya
(untuk menghalangi pencurian), namun tetap mencantumkan informasi yang
memadai mengenai kondisi penanganan dan penyimpanan serta tindakan yang
diperlukan untuk menjamin penanganan yang tepat.
5. Wadah Pengiriman dan Pelabelan
a) Seluruh produk disimpan dan dikirimkan dalam wadah pengiriman yang tidak
mengakibatkan efek merugikan terhadap mutu produk, dan memberikan
perlindungan yang memadai terhadap pengaruh eksternal, termasuk kontaminasi.
b) Label wadah pengiriman tidak mencantumkan deskripsi lengkap mengenai
identitas isinya (untuk menghalangi pencurian), namun tetap mencantumkan
informasi yang memadai mengenai kondisi penanganan dan penyimpanan serta
tindakan yang diperlukan untuk menjamin penanganan yang tepat.
c) Tersedia prosedur tertulis untuk penanganan wadah pengiriman yang rusak
dan/atau pecah.
7.3 Pengiriman
Pengiriman dan pengangkutan produk dimulai hanya setelah menerima pesanan resmi
atau rencana penggantian produk yang resmi dan didokumentasikan. Dibuat pula catatan
pengiriman produk yang meliputi informasi sebagai berikut:
1. Tanggal pengiriman
50
2. Nama dan alamat perusahaan pengangkutan
3. Nama, alamat dan status penerima
4. Deskripsi produk, meliputi nama dan bentuk sediaan
5. Jumlah produk, misal jumlah wadah dan jumlah produk per wadah
6. Nomor bets dan tanggal daluwarsa
7. Kondisi pengangkutan dan penyimpanan yang ditetapkan
8. Nomor yang unik untuk order pengiriman
Catatan pengiriman hendaklah berisi informasi yang cukup untuk menjamin
ketertelusuran dan mempermudah penarikan kembali jika diperlukan. Cara
pengangkutan, termasuk kendaraan yang digunakan dipilih dengan hati-hati, dengan
mempertimbangkan semua kondisi, termasuk iklim dan variasi cuaca. Produk tidak boleh
dipasok setelah tanggal daluwarsa, atau mendekati tanggal daluwarsa.
7.4 Dokumentasi
1. Tersedia prosedur dan catatan tertulis yang mendokumentasikan seluruh kegiatan
yang berhubungan dengan penyimpanan dan pengiriman produk, termasuk semua
tanda terima dan hal terkait yang dapat diterapkan.
2. Nama penerima produk tercantum dalam semua dokumen terkait.
3. Tersedia mekanisme untuk melakukan transfer informasi, baik informasi
mengenai mutu atau regulasi antara pabrik dan pelanggan maupun transfer
informasi kepada Badan POM bila diperlukan.
4. Catatan yang terkait dengan penyimpanan dan distribusi produk disimpan dan
dengan mudah tersedia jika diminta oleh Badan POM sesuai dengan CPOTB.
51
5. Catatan permanen, baik tertulis maupun elektronik, tersedia untuk tiap produk
yang disimpan yang mengindikasikan kondisi penyimpanan yang
direkomendasikan, semua tindakan pencegahan yang harus diamati.
6. Mematuhi peraturan pemerintah yang berlaku tentang label dan kemasan/wadah
pengiriman. Catatan yang dibuat dan disimpan secara elektronis, tersedia
cadangan untuk mencegah kehilangan data.
BAB VIII
PENGAWASAN MUTU
Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara pembuatan obat tradisional
yang baik. Rasa keterikatan dan tanggung jawab semua unsur dalam semua rangkaian
pembuatan adalah mutlak untuk menghasilkan produk yang bermutu mulai dari bahan
awal sampai pada produk jadi. Untuk keperluan tersebut bagian pengawasan mutu
hendaklah merupakan bagian yang tersendiri.
8.1 Sistem
Sistem pengawasan mutu hendaklah dirancang dengan tepat untuk menjamin bahwa tiap
produk mengandung bahan dengan mutu yang benar dan dibuat pada kondisi yang tepat
serta mengikuti prosedur standar sehingga produk tersebut senantiasa memenuhi
persyaratan produk jadi yang berlaku.
a. Pengawasan mutu hendaklah dilakukan terhadap bahan baku, bahan pengemas, proses
pembuatan, produk antara, produk ruahan dan produk jadi.
52
b. Pemeriksaan dan pengujian secara berkala hendaklah dilakukan terhadap bahan baku
dalam persediaan, untuk memberikan keyakinan bahwa penyimpanan, wadah dan
bahannya dalam kondisi yang baik.
c. Produk jadi yang masih berada dalam industri maupun yang ada di peredaran
hendaklah dipantau secara berkala.
8.2 Tugas Pokok
a. Menyusun dan merevisi prosedur pengawasan mutu dan spesifikasi.
b. Menyiapkan instruksi tertulis yang rinci untuk tiap pengujian yang akan dilaksanakan.
c. Menyusun rencana dan prosedur tertulis mengenai pengambilan contoh untuk
pengujian.
d. Menyimpan contoh pertinggal untuk rujukan di masa mendatang sekurang-kurangnya
3 (tiga) bulan setelah batas kadaluwarsa.
e. Meluluskan atau menolak tiap bets bahan baku, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi serta hal yang telah ditentukan, sekurang-kurangnya berdasarkan
pengujian secara kualitatif.
f. Meneliti catatan yang berhubungan dengan pengolahan, pengemasan dan pengujian
produk jadi dari bets yang bersangkutan sebelum meluluskan untuk didistribusikan.
g. Mengevaluasi stabilitas semua produk jadi secara berlanjut, bahan baku jika
diperlukan dan menyiapkan instruksi mengenai penyimpanan bahan baku dan produk
jadi di industri berdasarkan data stabilitas yang ada, sekurang-kurangnya stabilitas
fisik.
53
h. Menetapkan tanggal kadaluwarsa bahan baku dan produk jadi berdasarkan data
stabilitas dan kondisi penyimpanannya.
i. Mengevaluasi semua keluhan yang diterima atau kekurangan yang ditemukan
mengenai sesuatu bets, dan bila perlu bekerja sama dengan bagian lain untuk
mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.
j. Menyediakan baku pembanding, sesuai persyaratan yang terdapat pada prosedur
pengujian yang berlaku dan menyimpan baku pembanding ini pada kondisi yang tepat.
Khusus untuk bahan baku segar sekurang-kurangnya menyimpan diskripsi dari bahan
yang bersangkutan.
k. Menyimpan catatan pemeriksaan dan pengujian semua contoh yang diambil.
l. Mengevaluasi produk jadi yang dikembalikan dan menetapkan apakah produk tersebut
dapat diedarkan kembali atau diproses ulang atau hendaklah dimusnahkan.
m. Ikut serta dalam program inspeksi diri bersama bagian lain dalam industri.
n. Menyediakan pereaksi dan media pembiakan untuk laboratorium.
Penerimaan dan pembuatan pereaksi dan media pembiakan hendaklah dicatat;
Pereaksi yang dibuat di laboratorium hendaklah mengikuti prosedur pembuatan
tertulis dan diberi label yang sesuai;
Jenis dan jumlah pereaksi disesuaikan dengan pengujian mutu yang dilakukan.
54
8.3 Spesifikasi Bahan Awal
Spesifikasi Halaman 1 dari 1PT. FITOMEDICAINDONESIA Bawang merah (Allium cepa) No. 1 hal 1
Departemen Seksi Tanggal berlakuPengawasan Mutu 17 Mar 2014
Disusun oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh MenggantiFarikha Fitroh M., S.Farm. Apt NoTanggal 17 Mar 2014
Tanggal 17 Mar 2014
Tanggal 17 Mar 2014 Tanggal
Nama pemasok yang disetujuiSentra Herbal Tradisional Indonesia Sumber Sehat GroupNo Kode dari Pabrik Pembuat dan/atau Pemasok
PemerianMakroskopik
Bentuk umbi kecil, bakal tunas silinder, warna umbi merah, anakan banyak 2 sampai 20, potongan melintang daun melingkar, bau umbi sangat tajam. Akan tetapi bawang merah bagian dasar daunnya melebar seperti kelopak. Kelopak daun sebelah luar selalu melingkar menutup kelopak daun sebelah dalam, hingga potongan melintang umbi memperlihatkan lapisan- lapisan yang berbentuk cincin
Senyawa identitas QuercetinFrekuensi pengujian ulang setiap 3 bulanKondisi penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat pada suhu kamar
55
PT FITOMEDICA INDONESIALABEL IDENTITAS
Nama bahan: ekstrak Allium cepa AscalonicumNama latin: Allium cepa AscalonicumTgl penerimaan: 17 Maret 2014Jumlah: 500 kgCatatan: simplisia diperoleh dari SHTISSG
(MEMENUHI SYARAT)
8.4 Pelabelan Produk
a. Label ekstrak Bawang merah yang memenuhi syarat
b. Label ekstrak Bawang merah yang tidak memenuhi syarat
56
PT FITOMEDICA INDONESIALABEL IDENTITAS
Nama bahan : ekstrak Allium cepa AscalonicumNama latin : Allium cepa AscalonicumTgl penerimaan : 17 Maret 2014Jumlah : 500 kgCatatan : simplisia diperoleh dari SHTISSG
(TIDAK MEMENUHI SYARAT)
PT FITOMEDICA INDONESIALABEL IDENTITAS
Nama bahan: ekstrak Allium cepa AscalonicumNama latin: Allium cepa AscalonicumTgl penerimaan: 17 Maret 2014Jumlah: 500 kgCatatan: simplisia diperoleh dari SHTISSG
(KARANTINA)
c. Label ekstrak Bawang merah yang dikarantina
57
BAB IXInspeksi diri
Tujuan inspeksi diri adalah untuk melakukan penilaian apakah seluruh aspek pengolahan,
pengemasan dan pengendalian mutu selalu memenuhi CPOTB. Program inspeksi diri
dirancang untuk mengevaluasi pelaksanaan CPOTB dan untuk menetapkan tindak lanjut.
Inspeksi diri ini hendaklah dilakukan secara teratur. Tindakan perbaikan yang disarankan
hendaklah dilaksanakan. Untuk pelaksanaan inspeksi diri hendaklah ditunjuk tim inspeksi
yang mampu menilai secara obyektif pelaksanaan CPOTB. Hendaklah dibuat prosedur
dan catatan mengenai inspeksi diri.
9.1 Hal-hal yang diinspeksi.
Untuk mendapatkan standar inspeksidiri yang minimal dan seragam, maka perlu disusun
daftar pemeriksaan selengkap mungkin. Daftar pemeriksaan hendaklah meliputi
pertanyaan mengenai hal-hal sebagai berikut:
- Personalia.
- Bangunan termasuk fasilitas untuk personalia.
58
- Penyimpanan bahan baku dan produk jadi.
- Peralatan.
- Pengolahan dan pengemasan.
- Pengawasan mutu.
- Dokumentasi.
- Sanitasi dan higiene
- Program validasi dan revalidasi.
- Kalibrasi alat ukur dan /atau sistem
- Prosedur penarikan kembali produk jadi
- Penanganan keluhan
- Pengawasan label dan hasil inspeksi sebelumnya dan tindakan preventif
8.2 Tim Inspeksi Diri
Tim inspeksi diri ini ditunjuk oleh pimpinan perusahaan yang terdiri dari 3 (tiga) orang
yang ahli di bidang yang berlainan dan paham mengenai CPOTB.
Anggota tim dapat berasal dari lingkungan perusahaan atau dari luar perusahaan. Tiap
anggota hendaklah independen dalam melakukan inspeksi dan evaluasi.
8.3 Pelaksanaan Dan Jeda Waktu Inspeksi Diri
Inspeksidiri dapat dilakukan bagian demi bagian sesuai dengan kebutuhan industri yang
bersangkutan. Inspeksi diri pada perusahaan ini dilakukan 2x dalam setahun dan tertulis
dalam prosedur tetap inspeksi diri.
8.4 Laporan Inspeksi Diri
59
Setelah menyelesaikan inspeksi diri dibuat laporan yang mencakup: hasil inspeksi diri,
penilaian dan kesimpulan, dan rekomendasi tindak lanjut.
8.5 Pelaksanaan Tindak Lanjut Inspeksi Diri
Berdasarkan laporan inspeksi diri, pimpinan perusahaan melaksanakan tindakan
perbaikan yang diperlukan
BAB X
DOKUMENTASI
Dokumentasi adalah suatu bukti yang dapat dipercaya pada penerapan/pemenuhan
CPOTB. Sistem dokumentasi yang direncanakan atau disetujui harus mempunyai tujuan
utama untuk menyusun, memantau dan mencatat mutu dari semua aspek produksi,
pengawasan mutu dan menjamin mutu. Dokumentasi pembuatan produk merupakan
bagian dari sistem informasi manajemen yang meliputi spesifikasi, label/etiket, prosedur,
metoda dan instruksi, catatan dan laporan serta jenis dokumentasi lain yang diperlukan
dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan
pembuatan produk. Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugas
mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus
dilaksanakannya, sehingga memperkecil risiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang
biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Dokumentasi tertulis
yang jelas dapat mencegah kesalahan yang mungkin timbul dari komunikasi lisan/verbal
ataupun yang tertulis dengan bahasa sehari-hari dan dapat menjamin bahwa kegiatan
yang berhubungan dengan mutu dilakukan secara tepat seperti yang telah direncanakan
60
dan disetujui, guna mencapai kesesuaian dan peningkatan mutu. Adapun tujuan
dokumentasi adalah:
1. Untuk menjamin adanya spesifikasi semua bahan, metode produksi dan pengawasan
mutu
2. Karyawan tahu apa yang akan dikerjakan
3. Tanggung jawab dan wewenang personil jelas
4. Menjamin bahwa personil yang berwenang mempunyai semua
informasi yang di butuhkan untuk membuat keputusan pelulusan
5. Menyediakan sarana untuk audit
6. Bentuk dasar untuk peningkatan
1. SISTEM DOKUMENTASI
1.1.Sistem dokumentasi bisa menggambarkan riwayat lengkap dari setiap bets suatu
produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta penelusuran terhadap bets
produk yang bersangkutan.
1.2.Sistem dokumentasi digunakan pula dalam pemantauan dan pengendalian,
misalnya kondisi lingkungan, perlengkapan dan personalia.
2. PERSYARATAN DOKUMEN
1.1.Dokumentasi dirancang dan dibuat dengan teliti, agar dapat digunakan dengan
mudah, benar dan efektif.
61
1.2.Dokumentasi dapat mencatat kegiatan di bidang pengolahan, pengemasan,
pengawasan mutu, pemeliharaan peralatan, pergudangan, distribusi dan hal-hal
spesifik lainnya yang berkaitan dengan CPOTB.
1.3.Dokumentasi mencakup semua data penting dan dijaga agar selalu aktual. Setiap
perubahan disahkan secara resmi oleh perusahaan yang bersangkutan.
1.4.Dokumen yang sudah tidak berlaku lagi, segera ditarik beserta salinannya dan
diberi tanda "Tidak Berlaku" atau dimusnahkan.
1.5.Apabila terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan pada dokumen, hendaklah
dikoreksi dengan suatu cara yang tepat sehingga tulisan atau catatan semula tidak
hilang sama sekali dan koreksi itu ditulis atau dicantumkan disamping tulisan.
1.6.Apabila dokumen memuat instruksi hendaklah ditulis dalam nada perintah serta
disusun dalam langkah-langkah yang diberi nomor urut. Instruksi tersebut harus
jelas, tepat, tidak berarti ganda dan ditulis dalam bahasa yang dapat dimengerti
oleh pemakai.
1.7.Setiap dokumen hendaklah dibubuhi tanggal dan tanda tangan petugas pembuat
dokumen, dan disahkan oleh pimpinan bagian terkait. Nama petugas dan
jabatannya yang menerima turunan dokumen hendaklah tercantum setidak-
tidaknya pada dokumen aslinya.
1.8.Dokumen hendaklah tersedia bagi semua pihak yang terkait.
3. JENIS DOKUMEN
1.1. Dokumen Spesifikasi
Spesifikasi meliputi spesifikasi bahan baku, bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi.
62
a. Spesifikasi bahan baku, hendaklah memuat:
1) Nama dan atau kode bahan baku yang ditentukan dan digunakan oleh
perusahaan;
2) Pemerian, karakteristik fisika dan kimia serta standar mikrobiologi,
jika ada;
3) Rujukan monograf atau metoda pengujian yang digunakan untuk
pemeriksaan dan pengujian spesifikasi;
4) Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan lain yang diperlukan;
5) Batas kadaluwarsa jika diperlukan.
b. Spesifikasi pengemas, hendaklah memuat:
1) Nama dan kode pengemas yang ditentukan dan digunakan oleh
perusahaan;
2) Pemerian antara lain jenis bahan, ketebalan, dimensi, warna kekuatan,
teks;
3) Gambar teknis, bila perlu;
4) Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan yang diperlukan.
c. Spesifikasi produk antara, produk ruahan dan produk jadi, sesuai dengan
bentuk sediaan dan tahap pembuatannya, hendaklah memuat:
1) Nama dan atau kode produk yang digunakan perusahaan;
2) Bentuk sediaan dan ukuran kemasan;
3) Pemeriaan, karakteristik fisika dan jika ada karakteristik kimia serta
standar mikrobiologi;
63
4) Rujukan monografi atau metoda pengujian spesifikasi atau farmakope
yang digunakan;
5) Batas kadaluwarsa jika ada;
6) Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan lain yang diperlukan;
7) Kondisi dan spesifikasi pengemas yang diperlukan.
1.2. Dokumen produksi induk
Dokumen produksi induk dibuat oleh perusahaan sebagai standar setiap
produk yang akan dibuat. Dokumen tersebut hendaklah memuat:
a. Nama produk;
b. Bentuk sediaan;
c. Keterangan umum yang memuat jenis kemasan, pernyataan tentang
stabilitas produk, tindakan pengamanan selama penyimpanan tindakan lain
yang perlu dilaksanakan selama pengolahan pengemasan;
d. Komposisi untuk tiap satuan takaran;
e. Daftar lengkap bahan baku, baik yang tidak akan berubah maupun yang
akan mengalami perubahan selama proses;
f. Garis besar prosedur pengolahan dan pengemasan;
g. Daftar peralatan yang dipakai untuk pengolahan dan pengemasan;
h. Pengawasan dalam proses yang hendaklah dilaksanakan selama
pengolahan dan pengemasan;
i. Batas kadaluwarsa produk;
64
DOKUMEN PRODUKSI INDUK TABLET ALPABET®
NAMAPERUSAHAANPT. FITOMEDICA
DOKUMEN PRODUKSI INDUKTABLET ALPABET®
Halaman1 dari 2
DEPARTEMEN SEKSI N0. 001Tanggal berlaku : 10/03/2014
Disusun oleh....................Tanggal : 10/01/2014
Diperiksa oleh………………Tanggal
Disetujui oleh……………..Tanggal
Mengganti..No.Tanggal..
Nama produk dosis pemakaianTABLET ALPABET®Tablet untuk penggunaan oralKomposisi dan formula pengolahan
1 tablet 1 bets (1000000 tablet)Ekstrak bawang merah 0,1% 0,5 mg 500 kgKaragenan 2,0% 10 mg 10000 kgLaktosa q.s q.s q.sAmilum 5% 25 mg 25000 kgTalk 1% 5 mg 5000 kgMg-stearat 2% 10 mg 10000 kgMetilparaben 0,04% 0,2 mg 200 kgPropilparaben 0,02% 0,1 mg 100 kg
Spesifikasi Bahan Baku1. Ekstrak bawang merah Pemerian :. Kelarutan : - Stabilitas :
65
Penyimpanan:2. Karagenan Pemerian :. Kelarutan : - Stabilitas : Penyimpanan:
3. Laktosa Pemerian :. Kelarutan : - Stabilitas : Penyimpanan:
4. Amilum Pemerian :. Kelarutan : - Stabilitas : Penyimpanan:
5. Talk Pemerian :. Kelarutan : - Stabilitas : Penyimpanan:
6. Mg-stearat Pemerian : Kelarutan : - Stabilitas :
NAMA PERUSAHAAN
PT. FITOMEDICA
DOKUMEN PRODUKSI INDUKTABLET ALPABET®
Halaman1 dari 2
DEPARTEMEN SEKSI N0. 001Tanggal berlaku : 10/03/2014
Disusun oleh....................Tanggal 10/01/2014
Diperiksa oleh………………Tanggal
Disetujui oleh……………..Tanggal
Mengganti..No.Tanggal..
Nama produk dosis pemakaianTABLET ALPABET®Tablet untuk penggunaan oral
Penyimpanan :7. Metilparaben Pemerian :. Kelarutan : - Stabilitas : Penyimpanan:
8. Propil Paraben
66
Pemerian :. Kelarutan : - Stabilitas : Penyimpanan:
NAMA PERUSAHAANPT.
FITOMEDICA
DOKUMEN PRODUKSI INDUKTABLET ALPABET®
Halaman1 dari 1
DEPARTEMEN SEKSI No.001Tanggal berlaku : 10/03/2014
Disusun oleh.......................Tanggal : 10/01/2014
Diperiksa oleh.......................Tanggal
Disetujui oleh.......................Tanggal
MenggantiNo.Tanggal
Nama produk dosis pemakaianTABLET ALPABET®Tablet untuk penggunaan oral
HalamanDaftar IsiDaftar Distribusi DokumenKeterangan UmumKomposisi dan Formula PengolahanSpesifikasi Bahan BakuPengolahan dan Pengisian/PengemasanPersyaratan dalam Pengawasan
Distribusi.- Bagian Penelitian &Pengembangam (LitBang)- Bagian Teknologi Farmasi- Bagian Produksi- Bagian Pengawasan MutuKeterangan UmumMutu ekstrak dan eksipien serta cara pembuatan yang digunakan harus sesuaidengan CPOB.Pelulusan Dokumen
67
Pernyataan pada PenandaanSatu tablet untuk pemberian oral mengandung prednisolon 4 mg.StabilitasProduk ini stabil jika dikemas dalam bahan pengemas yang sesuai.Penyimpanan: Rempah harus disimpan disegel, jauh dari sinardan kelembaban.
DOKUMEN PRODUKSI INDUK TABLET ALPABET®
NAMAPERUSAHAANPT. FITOMEDICA
DOKUMEN PRODUKSI INDUKTABLET ALPABET®
Halaman1 dari 1
DEPARTEMEN SEKSI No. 001Tanggal berlaku : 10/03/2014
Disusun oleh............Tanggal : 10/03/2014
Diperiksa oleh............Tanggal
Disetujui oleh.......................Tanggal
MenggantiNo.Tanggal..
Nama produk dosis pemakaianTABLET ALPABET®Tablet untuk penggunaan oral
Pengolahan dan Pengisian/PengemasanA. Perhatian Khusus. Semua bagian peralatan yang digunakan daam ptoses pengolahan dan pengisian yangbersentuhan langsung dengan produk harus terbuat dari bahan inert, misal baja tahankarat,botol inert.
B. Prosedur Pengolahan untuk 1 bets (1000000 tablet)I. Pencampuran
Ekstrak bawang merah 500 kgKaragenan 10000 kgLaktosa q.sAmilum 25000 kgTalk 5000 kgMg-stearat 10000 kgMetilparaben 200 kg
68
Propilparaben 100 kgII. Cara pembuatan
Bawang merah dideterminasi, diekstraksi dengan etanol 70%, kemudian dievaporasi. Ekstrak etanol bawang merah diidentifikasi dan diuji organoleptik kemudian dibuat formulasi. Formulasi tablet bawang merah dibuat granul. Granul dievaluasi sifat alir granul dan ditetapkan kandungan lembab kemudian dikempa.
1.3. Dokumen penyimpanan dan distribusi
Dokumen penyimpanan dan distribusi yang terpenting adalah kartu persediaan
dan catatan distribusi. Hendaklah diadakan kartu persediaan yang berisi
catatan atau sistem dokumentasi lain tentang jumlah yang diterima,
dikeluarkan dan yang tersedia untuk tiap bahan awal, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi.
a. Kartu persediaan hendaklah memuat
1. Nama dan atau nomor kode bahan atau produk;
2. Tanggal penerimaan, pengeluaran dan penyerahan;
3. Jumlah penerimaan atau penyerahan dan persediaan;
4. Nomor bets;
5. Lokasi penyimpanan;
6. Status bahan atau produk, apakah dikarantina diluluskan atau
ditolak;
b. Untuk tiap kelompok bahan awal, produk antara, produk ruahan atau
produk jadi sebaiknya dibuat kartu persediaan dengan menggunakan
warna yang berbeda.
c. Catatan distribusi produk jadi.
69
Catatan distribusi adalah catatan yang berkaitan dengan distribusi
produk jadi dari pabrik. Catatan distribusi hendaklah memuat:
1. Nama dan alamat penerima;
2. Nomor dan tanggal surat perintah penyerahan;
3. Tanggal penyerahan;
4. Nama produk, bentuk sediaan dan kemasan;
5. Jumlah produk yang diserahkan;
6. Nomor bets;
7. Tanggal kadaluwarsa.
PROTAP PENERIMAAN, PENYIMPANAN DAN PENYERAHAN
PRODUK JADI
Nama Perusahaan
PT. FITOMEDICA
Prosedur Tetap
PENERIMAAN, PENYIMPANAN DAN
PENYERAHAN PRODUK JADI
Halaman 1 dari 2
Nomor...............Tanggal berlaku..........................Departemen
.........................Seksi
.....................Disusun oleh....................Tanggal
Dicetak oleh....................Tanggal
Disetujui oleh.......................Tanggal
MenggantiNo..............Tanggal
1. TujuanSebagai pedoman bagi Petugas untuk penerimaan, penyimpanan dan penyerahan produk jadi, baik dalam status karantina maupun status “Diluluskan”
2. Ruang lingkupProtap ini berlaku untuk produk jadi yang diterima, disimpan dan dikeluarkan oleh Gudang Produk Jadi
3. Tanggung jawabKepala Seksi Gudang Produk Jadi bertanggung jawab atas penerimaan, penyimpanan dan pengawasan produk jadi di area Gudang serta transportasi dan penyerahan ke pihak distributor
4. Prosedur4.1 Penerimaan produk jadi dari bagian Pengemasan harus disertai dengan Surat
70
Penyerahan Produk Jadi4.2 Produk jadi yang diterima dari bagian Pengemasan harus diperiksa dengan
seksama mengenai produk, jenis sediaan, nomor bets dan jumlah produk jadi4.3 Produk jadi dalam status karantina harus diletakkan di daerah karantina dan
dicatat di dalam Kartu Persediaan Produk Jadi Karantina4.4 Produk jadi yang telah diluluskan oleh Bagian Pemastian Mutu (melalui label
“LULUS”) harus dipindahkan ke daerah produk jadi yang telah diluluskan serta dicatat di dalam Kartu Persediaan Produk Jadi Diluluskan
4.5 Produk jadi dalam status karantina tidak boleh didistribusikan sebelum diluluskan oleh Bagian Pengawasan Mutu
PENERIMAAN, PENYIMPANAN DAN PENYERAHAN PRODUK JADI
Nama Perusahaan
PT. FITOMEDICA
Prosedur Tetap
PENERIMAAN, PENYIMPANAN DAN PENYERAHAN PRODUK
JADI
Halaman 2 dari 2
Nomor...............Tanggal berlaku..........................
Departemen.........................
Seksi.....................
Disusun oleh....................Tanggal
Dicetak oleh....................Tanggal
Disetujui oleh.......................Tanggal
MenggantiNo..............Tanggal
4.6 Tiap pengiriman produk jadi harus disertai dan sesuai dengan Surat Pengiriman (Formulir Standard) yang dikeluarkan oleh Bagian Penjualan
4.7 Tiap pengiriman produk jadi harus langsung dicatat di Kartu Persediaan baik jumlah maupun nomor bets dan penerima
4.8 Tiap pengiriman produk jadi harus prinsip FEFO (first expired first out/pertama daluwarsa pertama keluar) dan FIFO (first in first out/pertama masuk pertama keluar). Tiap penyimpangan dari prinsip ini harus dengan persetujuan Kabag Pemastian Mutu
5. Dokumen rujukan
6. Riwayat perubahan
7. DistribusiAsli: Kepala Bagian Pemastian MutuKopi No.1: Kepala Bagian Produksi
71
No.2: Kepala Seksi Pengemasan No.3: Kepala Pabrik
PROTAP PENERIMAAN DAN PENYIMPANAN BAHAN AWAL DAN BAHAN PENGEMAS
Nama Perusahaan
PT. FITOMEDICA
Prosedur Tetap
PENERIMAAN DAN PENYIMPANAN
BAHAN AWAL (EKSTRAK KERING)DAN BAHAN
PENGEMAS
Halaman 1 dari 2
Nomor...............Tanggal berlaku..........................
Departemen.........................
Seksi.....................
Disusun oleh....................Tanggal
Dicetak oleh....................Tanggal
Disetujui oleh.......................Tanggal
MenggantiNo..............Tanggal
i. TujuanProsedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan penerimaan dan penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas
ii. Ruang LingkupProsedur tetap ini berlaku untuk semua bahan awal dan bahan pengemas yang diterima di gudang
iii. Tanggung Jawab3.1 Kepala bagian Pemastian Mutu bertanggung jawab untuk melatihkan Protap ini kepada
pelaksana Protap ini3.2 Kepala Gudang bertanggung jawab atas pelaksana protap ini dengan benar dan konsisten
4. Prosedur4.1 Periksa keutuhan kemasan, kebenaran label serta jumlah bahan awal dan bahan pengemas
yang diterima, semua harus sesuai dengan surat jalan dan surat pemesanan.
72
Ketidaksesuaian harus dilaporkan kepada Bagian Pembelian dan Pengawasa Mutu4.2 Lengkapi formulir tanda terima dna salinannya (rangkap 4), serahkan ke bagian
Pengawasan Mutu, Bagian Pembelian, Bagian Perencanaan produksi dan bagian Keuangan
4.3 Bersihkan wadah bahan awal dan bahan pengemas di tempat yang terpisah sesuai protap pembersihan wadah bahan di gudang No 8 , sebelum dipindahkan ke gudang
4.4 Siapkan label karantina (warna kuning) untuk ditempelkan oleh personil gudang paling sedikit pada wadah terbawah di atas palet. Simpan bahan di daerah khusus karantina, kemudian catat penerimaan.
4.5 Ambil sampel bahan awal atau bahan pengemas sesuai dengan Protap Pengambilan Sampel Bahan Awal dan Bahan Pengemas No 10 oleh petugas pengawasan mutu atau personel yang sudah terlatih yang ditunjuk
4.6 Beri label memenuhi syarat (warna hijau) untuk bahan awal dan label diluluskan untuk bahan pengemas yang sudah diperiksa dan lulus uji, kemudian pindahkan ke tempat penyimpanan bahan awal dan pengemas yang telah memenuhi syarat dan dicatat dalam catatan persediaan
DOKUMEN PENERIMAAN DAN PENYIMPANAN
BAHAN AWAL (EKTRAK KERING) DAN BAHAN PENGEMAS
PROTAP PENIMBANGAN DAN PENYERAHAN BAHAN AWAL UNTUK
PRODUKSI
Nama Perusahaan
PT. FITOMEDICA
Prosedur Tetap
PENIMBANGAN DAN PENYERAHAN
BAHAN AWAL (EKSTRAK KERING) UNTUK PRODUKSI
Halaman 1 dari 3
Nomor...............Tanggal berlaku..........................
Departemen.........................
Seksi.....................
Disusun oleh....................Tanggal
Dicetak oleh....................Tanggal
Disetujui oleh.......................Tanggal
MenggantiNo..............Tanggal
1. TujuanProsedur ini dibuat dengan tujuan agar penimbangan dan penyerahan bahan awal untuk produksi suatu bets dilakukan dengan cara yang benar untuk mencegah kesalahan penimbangan dan kontaminasi silang
2. Ruang LingkupProsedur ini berlaku untuk penimbangan dan penyerahan semua bahan awal di Ruang Timbang untuk keperluan produksi
73
3. Tanggung Jawab3.1 Kepala Bagian Produksi:3.2 Kepala Gudang:3.3 Supervisor Produksi:3.4 Petugas Gudang:3.5 Petugas Produksi:
4. Bahan dan Alat4.1 Sarung tangan4.2 Masker4.3 Lap4.4 Penghisap debu
5. ProsedurPerhatiana) Personil yang terlibat dalam penimbangan harus memakai sarung tangan dan masker yang
bersih.b) Penimbangan bahan awal yang memerlukan kondisi khusus yang disebutkan di dalam
Protap Pengolahan Induk harus dilakukan sesuai persyaratanc) Bahan awal steril harus ditimbang di Ruang Steril No. R....5.1 Lakukan pemeriksaan kesiapan area penimbangan sesuai Daftar Periksa Kesiapan Jalur
Penimbangan5.2 Petugas Gudang menyiapkan semua bahan awal sesuai permintaan yang tercantum di
dalam Protap Pengolahan Bets Periksa label DILULUSKAN yang tercantum pada wadah bahan awal
5.35.4 Bersihkan bagian luar kemasan bahan awal dengan lap lembab atau penyedot debu.
Nama Perusahaan
PT. FITOMEDICA
Prosedur Tetap
PENIMBANGAN DAN PENYERAHAN
BAHAN AWAL (EKSTRAK KERING) UNTUK PRODUKSI
Halaman 3 dari 3
Nomor...............Tanggal berlaku..........................
Departemen.........................
Seksi.....................
Disusun oleh....................Tanggal
Dicetak oleh....................Tanggal
Disetujui oleh.......................Tanggal
MenggantiNo..............Tanggal
6. Riwayat
7. DistribusiAsli : Kepala Bagian Pemastian MutuKopi No.1: Kepala Bagian Produksi No.2: Kepala Gudang Bahan Awal
PENIMBANGAN DAN PENYERAHAN
74
PROTAP PENGOLAHAN DAN PENGEMASAN
Nama Perusahaan
PT. FITOMEDICA
Prosedur Tetap
PENGOLAHAN DAN PENGEMASAN
Halaman 1 dari 2
Nomor...............Tanggal berlaku..........................
Departemen.........................
Seksi.....................
Disusun oleh....................Tanggal
Dicetak oleh....................Tanggal
Disetujui oleh.......................Tanggal
MenggantiNo..............Tanggal
1. TujuanMemberi petunjuk persiapan yang harus dikerjakan sebelum melakukan pengolahan dan pengemasan primer, tindakan yang harus diambil selama proses pengolahan dan pengemasan primer, dan bagaimana melakukan penyelesaian pengolahan dan pengemasa primer.
2. Ruang LingkupProsedur ini berlaku untuk proses pengolahan dan pengemasan primer sejak penerimaan bahan awal dan bahan pengemas primer untuk produksi, pengolahan di produksi, penghitungan hasil (produk antara), pemyimpanan produk antara, pengemasan primer, sampai dengan penyerahan produk antara ke pengemasan sekunder.
3. Tanggung Jawab3.1 Personil pengolahan dan pengemasan primer bertanggung jawab untuk melaksanakan Protap ini dengan benar3.2 Supervisor pengolahan dan supervisor pengemasan primer bertanggung jawab mengawasi agar Protap ini dilaksanakan oleh petugas dengan benar3.3 Kepala Bagian Produksi bertanggung jawab untuk memastikan Protap ini telah dilatihkan kepada para Operator dan dilaksanakan dengan benar
4. Bahan dan Alat
75
4.1 Kantung plastik4.2 Silika gel4.34.4
5. Prosedur5.1 Lakukan pemeriksaan kesiapan area pengolahan dan jalur pengemasan primer sesuai Formulir Daftar Periksa Pengolahan Bets5.2 Periksa dengan teliti tiap bahan mengenai kebenaran dan jumlahnya5.3 Cantumkan nama, nomor bets, ukuran bets produk yang sedang dikerjakan dan tanggal proses di tiap ruangan dan peralatan yang digunakan5.4 Beri label yang jelas pada semua wadah yang dipakai untuk produk antara/ruahan sesuai Protap Penandan5.5 Gunakan alat penghisap debu untuk membersihkan ruangan dan alat-alat, kemudian lanjutkan pembersihan dengan cara yang telah ditetapkan5.6 Lakukan pengawasan selama proses (IPC = in process control) selama proses
Nama Perusahaan
PT. FITOMEDICA
Prosedur Tetap
PENGOLAHAN DAN PENGEMASAN
Halaman 2 dari 2
Nomor...............Tanggal berlaku..........................
Departemen.........................
Seksi.....................
Disusun oleh....................Tanggal
Dicetak oleh....................Tanggal
Disetujui oleh.......................Tanggal
MenggantiNo..............Tanggal
Produksi dalam selang waktu sesuai ketentuan dalam catatan pengolahan bets berkaitan. Catat hasil pemeriksaan ini dalam catatan pengawasan selama proses berkaitan.5.7 Cuci dan bersihkan ruangan serta peralatan produksi segera setalah dipakai dan diberi label ‘Bersih’ yang mencantumkan tanggal pembersihan , produk terakhir yang dikerjakan, nama petugas dan paraf sesuai masing0masing Protap Pembersiha Ruangan yang berkaitan5.8 Simpan produk antara yang diperoleh dalam kantung plastik dobel tutup rapat beri silica gel (kalau perlu), dan masukkan ke dlalam wadah yang tertutup kedap, beri label ‘Karantina’ yang jelas berisi antara lain nama produk ruahan, nomor bets, jumlah/bets, tanggal dan paraf sesuai Protap penandaan6. Lampiran
Formulir Daftar Periksa Pengolahan Bets7. Dokumentasi Rujukan
-8. Riwayat Perubahan
Belum ada perubahan9. Ditribusi
Asli : DokumentasiKopi 1 : Kepala bagian Produksi
76
Kopi 2 : Kepala bagian MutuKopi 3 : Supervisor Produksi
PROTAP PENYIMPANAN PRODUK ANTARA DAN
PRODUK RUAHAN
Nama Perusahaan
PT. FITOMEDICA
Prosedur Tetap
PENYIMPANAN PRODUK ANTARA DAN PRODUK
RUAHAN
Halaman 1 dari 2
Nomor...............Tanggal berlaku..........................Departemen
.........................Seksi
.....................Disusun oleh....................Tanggal
Dicetak oleh....................Tanggal
Disetujui oleh.......................Tanggal
MenggantiNo..............Tanggal
1. TujuanSebagai pedoman bagi Petugas yang menangani produk antara dan produk ruahan agar tetap aman, terjaga mutunya dan terhindar dari kontaminasi
2. Ruang lingkupProtap ini berlaku untuk semua produk antara dan produk ruahan jenis padat, cair dan semi-padat yang disimpan di Area Produksi atau area lain yang ditunjuk
3. Tanggung Jawab3.1 Kepala Bagian Produksi bertanggung jawab menyiapkan, mengkaji kembali,
memberikan pelatihan dan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Protap ini3.2 Kepala Pemastian Mutu bertanggung jawab untuk menyetujui Protap ini3.3 Kepala Seksi Produksi bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan Protap ini oleh
Petugas3.4 Petugas/Operator Produksi bertanggung jawab untuk melaksanakan Protap ini dengan
77
baik dan benar3.5 Inspektur Pemastian Mutu bertanggung jawab untuk memastikan Protap ini dilaksanakan
dengan benar.4. Perhatian
Produk antara dan produk ruahan yang mengandung bahan psikotropika harus disimpan di dalam Ruangan ........ yang selalu dikunci
5. Prosedur5.1 Produk antara
5.1.1 Simpan produk antara dalam wadah yang bersih5.1.2 Gunakan tanki stainless steel untuk wadah penyimpanan produk antara cair dan
tutup rapat5.1.3 Tutup wadah penyimpanan produk dengan kedap. Beri penandaan yang meliputi
nama produk, nomor dan ukuran bets, tanggal produksi serta tanggal proses selanjutnya harus dilaksanakan
5.1.4 Simpan produk antara dalam Ruang Produk Antara
Nama Perusahaan
PT. FITOMEDICA
Prosedur Tetap
PENYIMPANAN PRODUK ANTARA DAN PRODUK
RUAHAN
Halaman 2 dari 2
Nomor...............Tanggal berlaku..........................Departemen
.........................Seksi
.....................Disusun oleh....................Tanggal
Dicetak oleh....................Tanggal
Disetujui oleh.......................Tanggal
MenggantiNo..............Tanggal
5.1.5 Produk antara harus diproses lebih lanjut menjadi produk ruahan dalam waktu yang sudah ditetapkan
5.1.6 Bila penyimpanan produk antara melibihi waktu yang sudah ditetapkan, laporkan sesuai dengan Protap Penanganan Penyimpangan sebelum melakukan proses selanjutnya
5.2 Produk ruahan5.2.1 Simpan produk ruahan dalam wadah bersih, tutup rapat dan beri label yang
mencantumkan nama dan status produk, nomor bets, ukuran bets serta tanggal produksi sesuai Protap Penandaan Produk dan letakkan di Ruang Produk Ruahan.
6. Dokumen rujukan7. Riwayat perubahan
8. DistribusiAsli: Kepala Bagian Pemastian MutuKopi No.1: Kepala Seksi Produksi No.2: Kepala Bagian Produksi No.3: Inspektur Pemastian Mutu
78
BAB XI
Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk
Dan Produk Kembalian
A. Penanganan Keluhan
Jenis laporan dan keluhan mengenai produk dapat disebabkan oleh:
1. Mutu
Keluhan terhadap mutu terkait dengan keadaan fisik, kimia dan biologi dari
produk atau kemasannya.
2. Efek samping
Keluhan karena reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas, reaksi fatal dan
lain sebagainya.
3. Fungsi medis
Kurang memberikan manfaat atau kurangnya memberikan respon klinis
Harus tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan, evaluasi, tindak lanjut yang
sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan kembali produk dalam menanggapi
79
keluhan terhadap obat yang diduga cacat. Keluhan dan laporan ditangani oleh bagian
yang bersangkutan sesuai dengan jenis keluhan atau laporan yang diterima.
Penelitian dan evaluasi yang dilakukan antara lain :
1. Meninjau seluruh informasi yang masuk tentang keluhan atau laporan tersebut
2. Melakukan pemeriksaan atau pengujian terhadap contoh yang diterima bila perlu
diperiksa juga contoh bets yang bersangkutan
3. Meneliti kembali semua data dan dokumentasi yang berkaitan, termasuk catatan bets,
catatan distribusi, catatan hasil pengujian dan sebagainya.
B. Penarikan Kembali Produk Jadi
Penarikan kembali hendaklah mampu untuk dilakukan segera dan pada tiap saat. Dasar
penarikan didasarkan pada cacat mutu dan ada atau tidaknya reaksi efek samping yang
diperhitungkan. Penarikan produk yang dilakukan pada satu bets maupun seluruh produk
jadi tertentu.
Keputusan penarikan dilakukan berdasarkan :
1. Penarikan karena prakarsa produsen sendiri atau instruksi instansi pemerintah
yang berwenang.
2. Tanggung jawab oleh apoteker penanggung jawab dan pimpinan perusahaan
3. Produk yang ditarik terdiri dari satu bets atau beberapa bets atau seluruh produk
jadi
4. Keputusan tindak lanjut dilakukannya penghentian pembuatan
80
C. Pelaksanaan penarikan kembali
1. Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah
diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi
yang merugikan
2. Dilakukannya tindakan khusus dengan cara penghentian peredaran (embargo)
3. Tingkat penarikan yang dilakukan harus sampai konsumen (bila reaksi besar
terhadap kesehatan)
Dilakukannya persiapan prosedur untuk pengamanan, penyelidikan dan pemeriksaan
produk kembalian serta pengambilan keputusan apakah produk tersebut dapat
diproses ulang atau dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi secara kritis.
Sistem dokumentasi :
1. Ada sistem dokumentasi
2. Dibuat protap penarikan kembali
3. Catatan dan laporan pelaksanaan
81
Daftar pustaka
BPOM. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 tentangPersyaratan Teknis
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik. Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI, Jakarta.
Cazarolli, L.H., Zanatta L., Alberton, E.H., Reis, B.F., Maria S., Folador P., Damazio R.
G., Pizzolati M. G., Mena B. S., dan Fatima R..,2008,Flavonoids: Cellular and
molecular Mechanism of Action in Glucose Homeostasis. Journal Mini Reviews in
Medicinal Chemistry, Vol.8(10), 1032-1038.
Jalal R.,Bagheri S., Moghimi A., dan Rasuli M.., 2007,Hypoglycemic Effect of Aqueous
Shallot and Garlic Extracts in Rats with Fructose-Induced Insulin Resistance, J
ClinBiochemNutr, Vol.41, 218-223
Sunaryono, H., dan Soedomo, P., 1983, Budidaya Bawang Merah., Sinar Baru, Bandung.
82