2. kode etik kti(1)

Upload: dea-alvionita-azka

Post on 06-Jul-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 2. Kode Etik KTI(1)

    1/13

     1 

    KODE ETIK (PENULISAN) KARYA TULIS ILMIAH

    Sumardyono, M.Pd.

     A.  Fenomena Pelanggaran Etika KTI

    Kasus pelanggaran kode etik sudah terjadi sejak lama hingga jaman modern sekarang ini.

    Kasus terkenal di dalam matematika, antara lain dugaan pelanggaran kode etik oleh

    L`Hopital atas hasil usaha dan kerja gurunya, Johann Bernoulli. Namun ada juga yang

    sebaliknya, misalnya tindakan Leonhard Euler yang menyemangati muridnya Lagrange

    untuk menerbitkan sebuah karya matematika yang sesungguhnya telah ditemukan oleh

    Euler.

    Salah satu fakta yang pernah menghebohkan mengenai pelanggaran etika karya ilmiah

    antara lain kasus plagiasi yang menimpa menteri pendidikan Jerman, Annette Schavan.

    Seperti diberitakan koran Kedaulatan Rakyat edisi Senin, 11 Februari 2012, “Menteri

    Pendidikan Nasional (Mendiknas) Jerman Annette Schavan mengundurkan diri dari

     jabatannya menyusul pencopotan gelar doktor Schavan akibat tindak plagiat. ... . Pada

    sebuah pernyataan tentang kesalahan pemberian gelar doktor kepada Schavan, Pimpinan

    Fakultas Bruno Bleckmann menyatakan, pihak kampus telah memutuskan untuk

    mencabut gelar doktor Schavan dalam sebuah pemungutan suara tertutup.” 

    Gambar. Annette Schavan

    (https://reader015.{domain}/reader015/html5/0716/5b4ca3a5c5aa2/5b4ca3a93e254.jpg)

  • 8/17/2019 2. Kode Etik KTI(1)

    2/13

     2 

    Dalam koran yang sama, dinyatakan: “Selain Schavan, pada 2011, Menteri Pertahanan

    Jerman Karl-Theodor zu Guttenberg juga berhenti dari pekerjaannya setelah mendapat

    tuduhan plagiat pada disertasinya. Aksi Guttenberg ini pun membuat masyarakat Jerman

    menjulukinya "Dr Cut-and-Paste" dan "Dr zu Googleberg".” (Sigit, A., 11 Februari 2012)

    Kasus terkini adalah kasus dugaan plagiasi oleh Hassan Rouhani, presiden Iran terpilih

    tahun 2013. Pada tesisnya yang berjudul "The flexibility of Sharia with reference to the

    Iranian experience" mengandung plagiasi berupa salinan dua halaman dari 5000 halaman

    tesis tersebut. Bagian yang diduga plagiasi itu ternyata mirip dengan tulisan Mohamad

    Hashem Kamani. Minimal sudah dua orang (di USA dan di Inggris) yang melaporkan

    dugaan plagiasi tersebut ke Glasgow Caledonian University, skotlandia, tempat Rouhani

    mendapatkan gelarnya tsb. (krjogja.com, 28 Juni 2013).

    Gambar. Hassan Rouhani

    (http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/14/Hassan_Rouhani.jpg/220px-

    Hassan_Rouhani.jpg)

    Bagaimana dengan di Indonesia. Sepertinya hampir setiap tahun, kita mendapatkan kabar

    ada dosen yang terduga atau terbukti melakukan plagiasi. Bagaimana dengan guru?

    Bagaimana dengan mahasiswa sendiri? Sepertinya fenomena dosen yang melakukan

     plagiasi hanya seperti fenomena gunung es saja.

    Sebuah studi McCabe (dalam Plagiarism.org) yang pernah dilakukan tahun 2002 hingga

    2005 terhadap 63.700 mahasiswa S1 dan 9.250 mahasiswa S2, diperoleh fakta bahwa

    36% mahasiswa S1 pernah mengambil informasi di internet tetapi tidak mencantumkan

    sumbernya, sementara mahasiswa S2 sebanyak 24%. Untuk sumber tercetak, maka

    mahasiswa S1 yang melakukannya sebanyak 38%, sementara mahasiswa S2 sebanyak

  • 8/17/2019 2. Kode Etik KTI(1)

    3/13

     3 

    25%. Di lain pihak, untuk pemalsuan daftar pustaka, mahasiswa yang mengakuinya

    sebanyak 14% dan masiswa S2 sebanyak 7%.

    Barangkali fakta dan statistik di atas, cukup memberi gambaran mengenai akutnya

     pelanggaran etika di kalangan pelajar/mahasiswa dan guru/dosen. Barangkali hal yang

    sama atau bahkan lebih parah terjadi pula di Indonesia.

    B. 

    Pelanggaran Kode Etik KTI

    Beberapa tindakan yang dikategorikan pelanggaran etika karya (tulis) ilmiah, yaitu (Jaya

    Sriyana, 2012; publicationethics.org; plagisrism.org):

    1. 

     Plagiarism

    2. 

     Redundant publication

    3.   Fabricated data

    4.   Multiple submission

    5.  Claiming untrue, distorted or non-existent results

    6.   Improper author contribution

    7.   Improper use of human subjects & animals in research

    Penjelasannya sebagai berikut:

    1.  Plagiarism (plagiarisme)

    Secara sederhana, plagiasi adalah tindakan mengakui (sengaja atau tidak sengaja)

    suatu hasil karya, padahal bukan karya sendiri atau merupakan karya orang lain.

    Pelaku plagiat dinamakan plagiator.

    Dalam Permendiknas no. 17 tahun 2010, disebutkan bahwa:

    “Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh

    atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan

    mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang

    diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan

    memadai”.

    Berdasarkan Permendiknas no.17 tahun 2010, beberapa kegiatan yang termasuk

     plagiasi antara lain:

  • 8/17/2019 2. Kode Etik KTI(1)

    4/13

     4 

    a.  mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau

    informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan

    dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;

     b.  mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau kalimat,

    data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam

    catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;

    c.  menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa

    menyatakan sumber secara memadai;

    d.  merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber kata-kata

    dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan

    sumber secara memadai;

    e. 

    menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan

    oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara

    memadai.

    2.  Redundant publications, multiple publication, duplicate multiple publication, or

    overlapping multiple publication (Publikasi ganda)

    Merupakan sebuah pelanggaran etika karya ilmiah, jika sebuah karya diterbitkan

    atau dipublikasikan di dua berkala yang berbeda atau di satu berkala ilmiah

    dengan dua waktu yang berbeda. Tetap merupakan pelanggaran, walaupun

    redaksinya berbeda namun substansinya tetap sama. Prinsipnya tidak boleh ada

    dua karya yang identik pada dua terbitan yang berbeda (baik tempat maupun

    waktunya). Bagaimana bila ada edisi revisi? Untuk kasus buku dimungkinkan bila

    ada edisi revisi, namun edisi revisi ini tidak meninggalkan tema dan hasil sentral

    dari edisi sebelumnya.

    3.  Data fabrication (Pemalsuan data)

    Pemalsuan atau pengurangan atau penambahan data yang tidak dapat

    dipertanggungjawabkan merupakan pelanggaran etika karya ilmiah.

    Walaupun secara teknis, penulis dapat saja meminta bantuan teknisi atau

    statistikawan, namun penulis tetap bertanggungjawab atas keaslian data yang

    disajikan, termasuk hasil pengolahannya.

  • 8/17/2019 2. Kode Etik KTI(1)

    5/13

     5 

    4.  Multiple Submission (Pengajuan ganda)

    Adalah merupakan tindakan pelanggaran kode etik KTI bila seseorang menulis

    dan menyampaikan tulisan yang sama pada beberapa terbitan yang berbeda,

     bahkan termasuk dalam beberapa kali presentasi yang berbeda forumnya.

    Ada kalanya karena alasan masih tidak pastinya diterima atau ditolak pada suatu

     berkala ilmiah, seorang penulis menggunakan strategi mengirim naskah yang

    sama pada beberapa berkala ilmiah. Tindakan ini tidaklah dibenarkan. Selain itu,

     jika ternyata terbit di dua berkala yang berbeda, maka sangat jelas telah

    melakukan plagiarisme satu naskah terhadap naskah yang lain.

    5. 

    Claiming untrue, distorted or non-existent results (Klaim yang tidak sesuaifakta)

    Termasuk pula pada pelanggaran etika KTI, bila seorang penulis mengklaim suatu

    hasil namun tidak sepenuhnya benar berdasarkan fakta atau bukti yang diperoleh.

    Kadang-kadang hal ini mungkin saja terjadi karena kesalahan dalam analisis dan

     peyimpulannya.

    6.  Improper author contribution (kontribusi penulis yang tidak signifikan)

    Merupakan pelanggaran etika KTI bila seorang penulis sebenarnya tidak memiliki

    kontribusi yang ilmiah terhadap karya ilmiah tersebut. Tidak boleh karena hanya

    memiliki peran sebagai reviewer, seseorang dapat dipasang sebagai penulis dalam

    suatu karya tulis ilmiah.

    7.  Improper use of human subjects & animals in research (penggunaan manusia

    dan hewan yang tidak beretika)

    Manusia dan hewan memiliki etika dalam penanganannya walaupun dalam

    lingkup penelitian sekalipun. Jadi, misalnya dalam melakukan penelitian, kita

    “menyiksa” hewan apalagi manusia, maka hal ini sudah merupakan pelanggaran

    etika karya ilmiah.

  • 8/17/2019 2. Kode Etik KTI(1)

    6/13

     6 

    C. 

    Pencegahan Pelanggaran Etika Penulisan KTI

    1. 

    Pengertian Bahan Pustaka

    Kata pustaka sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti “kitab”

    atau “buku”. Sedang “kepustakaan” memiliki pengertian “daftar kitab yang dipakai

    sebagai sumber acuan untuk mengarang; bibliografi”.

    Bahan pustaka dalam arti sempit adalah media cetak yang dipergunakan sebagai

    referensi pada suatu karya tulis ilmiah. Namun dalam pengertian yang lebih luas,

     bahan pustaka juga mencakup video dan media online yang juga dipergunakan

    sebagai referensi penulisan suatu karya tulis ilmiah.

    Sebagai sebuah karya ilmiah, maka KTI juga harus menggunakan dasar-dasar

     pemikiran yang bersumber pada teori yang telah teruji. Dalam rangka itu, maka

     pemanfaatan bahan kepustakaan yang telah melalui reviu dan editing serta uji

    validitas menjadi hal mutlak dalam penulisan KTI.

    2.  Pengutipan Bahan Pustaka dan Gaya Pengutipan

    Ada banyak gaya pengutipan pustaka dalam suatu karya tulis ilmiah, di antaranya

    yang terkenal APA style, MLA style, dan Harvard referencing.

    Walaupun demikian ketika mengakses suatu sumber pustaka, maka seluruh informasi

    atau keterangan mengenai apa yang kita baca, sebaiknya dicatat. Jika pada akhirnya

    menggunakan suatu gaya pengutipan, maka informasi yang lengkap cukup untuk

    mengikuti cara pengutipan yang hendak dipakai.

    Pada bahan ajar ini, diperkenalkan penulisan kutipan dalam daftar pustaka menurut

    APA style. APA sendiri merupakan singkatan dari  American Psychological

     Association. Gaya kutipan dari APA merupakan gaya penulisan yang paling banyak

    diikuti dalam penulisan karya tulis ilmiah saat ini, terutama pada bidang sosial

    termasuk pendidikan.

    Berikut ini cara sitasi atau pengutipan (dalam naskah) dan penulisan daftar pustaka

    menurut APA style berdasarkan APA style edisi ke-6 (yang terakhir saat bahan ajarini dibuat).

  • 8/17/2019 2. Kode Etik KTI(1)

    7/13

     7 

    Penulisan Daftar Pustaka: Buku, Kamus dan Bab Buku

    Keselu ruhan Buku

     Nama terakhir, A., A., (tahun). Judul buku. Lokasi: Penerbit.

     Nama terakhir, A., A., (tahun). Judul buku. Didapat dari http://www.xxxxxxxx

     Nama terakhir, A., A., (tahun). Judul buku. doi: xxxxxxxxx

    Editor, A.A. (edi.).(tahun). Judul buku. Lokasi: Penerbit.

    Catatan: doi = digital object identifier, yaitu kumpulan karakter yang dipergunakan untukmengidentifikasi dokumen atau gambar atau objek lainnya yang bersifat elektronik.

    Bab dalam buku atau Entr i dalam kamus

     Nama terakhir, A.A. (tahun). Judul bab atau entri. Dalam A. Editor & B. Editor

    (Editor), Judul buku. (no.halaman). Lokasi: Penerbit.

     Nama terakhir, A.A. (tahun). Judul bab atau entri. Dalam A. Editor & B. Editor

    (Editor), Judul buku. (no.halaman). Didapat dari http://www.xxxxxxxx

     Nama terakhir, A.A. (tahun). Judul bab atau entri. Dalam A. Editor & B. Editor

    (Editor), Judul buku. (no.halaman). doi: xxxxxxx

    Contoh

     Buku versi cetak:

    Ali, G. & John, D. (2005). Geometri dan Kalkulus. Bandung, Jawa Barat: PT. IndahSekali.

     Buku versi elektronik:

    Ali, G. (2010). Matematika Menyenangkan. [Adobe Digital Editions version]. Doi:

    10.1122/333344445555

    Ali, G. (2012). Bagaimana Belajar Kalkulus?. Didapat dari

    http://www.bukuonline.com/html/asp

  • 8/17/2019 2. Kode Etik KTI(1)

    8/13

     8 

     Beberapa volum atau bab dalam buku atau beberapa kumpulan buku:

    Ali, G. (editor). (2003-2005). Matematika: Studi Pemikiran [volum 1-4]. Yogyakarta:

    C.V. Baik Saja Utama

     Bab dari buku, versi cetak:

    Ali, G. (2001). Teori Belajar Limit. Dalam M. Ridwan & P. Astuto (Editor), Berbagai

    Teori belajar  (h.87-103). Cilacap, Jawa Tengah: P.T. Aneka Cipta.

    Penulisan Daftar Pustaka: Berkala (jurnal, majalah, surat kabar/koran)

    Jur nal dengan doi

    Penulis, A., A., (tahun). Judul artikel.  Nama berkala, no.volum  (no.terbitan),

    no.halaman-no.halaman. doi: xx.xxxxxx

    Jur nal tanpa doi versi cetak

    Penulis, A., A., (tahun). Judul artikel.  Nama berkala, no.volum  (no.terbitan),

    no.halaman-no.halaman.

    Jur nal tanpa doi versi onl ine

    Penulis, A., A., (tahun). Judul artikel.  Nama berkala, no.volum  (no.terbitan),

    no.halaman-no.halaman. Didapat dari http://www.xxxxxxxxxxx

    Ar tikel majalah

    Penulis, A., A., (tahun, bulan). Judul artikel.  Nama berkala, no.volum  (no.terbitan),

    no.halaman-no.halaman.

    Ar tikel majalah onl ine

    Penulis, A., A., (tahun, bulan). Judul artikel.  Nama berkala, no.volum  (no.terbitan),

    no.halaman-no.halaman. Didapat dari http://www.xxxxxxxxxxx

    Ar tikel surat kabar

  • 8/17/2019 2. Kode Etik KTI(1)

    9/13

     9 

    Penulis, A., A., (tahun, bulan, tanggal). Judul artikel.  Nama surat kabar , no.halaman-

    no.halaman.

    Ar tikel surat kabar online

    Penulis, A., A., (tahun, bulan, tanggal). Judul artikel.  Nama surat kabar , no.halaman-

    no.halaman. Didapat dari http://www.xxxxxxxxxxx

    Contoh

    Cecepot, M. (2005). Geometri dan Kalkulus. Jurnal Teorema, 21(2), 85-90.

    Cecepot, M. (2005, Juni). Geometri dan Kalkulus. Majalah Detik. 30(4), 12-28.

    Didapat dari http://www.detikmajalahonline.com

    Cecepot, M. (2005, Juni, 12). Geometri dan Kalkulus. Kompas, h.12

    Catatan: selain buku dan berkala, video atau film, peta, poster, tayangan TV/radio, foto

    & musik yang dipublikasi, atau pun media sosial (blog, facebook, dll) dapat pula menjadi

     pustaka dalam penulisan. Hanya saja, untuk pengambilan teori sebaiknya dihindari

    sumber yang penulis dan validasinya meragukan. Namun jika yang diambil bukan teori

    tetapi berupa masalah atau contoh, maka sah-sah saja.

    Penulisan Kutipan dan Daftar Pustaka Lebih Lanjut

    Penulis tidak diketahui atau penulis anonim: (judul singkat, tahun, no.halaman); (“judul

    singkat”, tahun) 

    Sitasi :

    Telah diketahui bahwa ....... dipergunakan (Mengembangkan,2008,h.34)

    Telah diketahui bahwa ....... dipergunakan (“The terrifying future”,1998)

    Daftar Pustaka :

    Mengembangkan diri dalam profesi. 2008. Yogyakarta: Pinter Publishing.

  • 8/17/2019 2. Kode Etik KTI(1)

    10/13

     10 

    The terrifying future: Contemplating classroom instructional. (1998, 14 Juli).

     Republika, hal.11.

    Penulis satu orang: (penulis, tahun, no.halaman)

    Sitasi :

    Ini sesuai dengan teori pembelajaran (Sheril, 2006, h.123).

    Sheril (2006, h.123) menyatakan ... .

    Daftar Pustaka :

    Sheril, R. D. (2006). The terrifying future: Contemplating classroom

    instructional . San Diego, CA: Halstead.

    Penulis 2 orang: (penulis1 & penulis2, tahun, no.halaman)

    Sitasi :

    Lebay, D. & Nasution, J. (2011) menegaskan bahwa ... .

    Jika mengajar haruslah didasari pada rasa ikhlas (Lebay, D. & Nasution, J., 2011)

    Daftar Pustaka :

    Lebay, D. & Nasution, J. (2011). Mengajar dengan Ikhlas. Jakarta: Grapedia.

    Penulis 3 hingga 5 orang: sitasi pertama: (penulis1, penulis2, & penulis3, tahun,

    no.halaman), sitasi berikutnya: (penulis1 et al., tahun, no.halaman)

    Sitasi : Untuk pertamakali ditulis semua, setelahnya menggunakan kata “et al.”.

    Mary, Dino, & Ruso, (2011, h.34) menegaskan bahwa ... . ... Dengan demikian

    sesuai pendapat Mary, et al. (2011, h.241).

    Jika mengajar haruslah didasari pada rasa ikhlas (Mary, Dino, & Ruso, 2011,

    h.10). .... menurut apa yang sesuai (Mary, et al., 2011, h.32).

    Daftar Pustaka :

    Mary, D., Dino, Z. & Ruso, E.T. (2011). Mengajar dengan Ikhlas. Jakarta:Grapedia.

  • 8/17/2019 2. Kode Etik KTI(1)

    11/13

     11 

    Penulis lebih dari 6 orang: (penulis1 et al., tahun, no.halaman)

    Sitasi :

    Jika belajar haruslah didasari pada rasa ikhlas (Mary et al., 2009). Mary et

    al.(2009) menegaskan bahwa ... .

    Daftar Pustaka :

    Mary, A., Dino, M., Kali, E., Ahmad, P., Laili, F., & Ruso, K. (2009). Belajar

    dengan Ikhlas. Jurnal Pendidikan Utama, 4(2), 12-32.

    Beberapa buku atau paper oleh penulis berbeda-beda. (penulis1, tahun; penulis2, tahun;

     penulis3, tahun)

    Sitasi :

    Beberapa hasil penelitian (Laili, 2000; Rendus, 2005; Kali, 2007; Ahmad, 2010)

    menegaskan bahwa ... di sini.

    Beberapa buku atau paper oleh penulis yang sama: (penulis, tahun1, tahun2, tahun3).

    Catatan: jika ada lebih dari satu buku atau paper di tahun yang sama, gunakan tambahan

    huruf pada tahunnya, untuk daftar pustaka diurutkan menurut waktu terbit.

    Sitasi:

    Beberapa penelitian oleh Yon (2004, 2006a,b) telah menegaskan hal ini.

    Kesimpulan ini ditegaskan oleh beberapa penelitian (Yon, 2004, 2006a,b)

    Daftar Pustaka

    Yon, S. (2004). Studi Keterampilan Bertanya. Jurnal Edutime, 4 (1), 13-21.

    Yon, S. (2006a). Kemampuan Bertanya Siswa. Jurnal Pendidikan. 2(2), 66-81

    Yon, S. (2006b). Bagaimana Guru Bertanya?. Jurnal Pendidikan, 3(2), 101-112.

    Kutipan langsung: (penulis, tahun, no.halaman). Catatan: bila tidak ada nomor halaman,

    tulis simbol paragraf atau singkatan para. Lalu diikuti nomor paragraf (dari atas).

    Sitasi:

  • 8/17/2019 2. Kode Etik KTI(1)

    12/13

     12 

    Telah dinyatakan bahwa “mengajar haruslah dengan niat yang tulus” (Budioko,

    2010, h.234)

    Makhmudag (2005) menulis, “Jika mengajar, lakukanlah dengan kreatif” (para.4)

    D.  Penanggulangan Pelanggaran Etika Penulisan KTI

    Seperti pada kasus menteri pendidikan Jerman, Schavan, seseorang dapat dicabut gelar

    akademiknya jika ternyata terbukti melanggar etika dalam penulisan karya tulis ilmiah.

    Bahkan kasus pengunduran dan permintaan diberhentikan dari jabatan yang walaupun

    tidak ada kaitannya dengan jabatan tsb, tetap dapat terjadi.

    Pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 25 ayat 2

    dinyatakan bahwa: “Lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk

    memperoleh gelar akademik, profesi, atau vokasi terbukti merupakan jiplakan dicabut

    gelarnya.”

    Lebih jauh, pada pasal 70 dinyatakan: “Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya

    untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara paling lama

    dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta

    rupiah).”

    Pada Permendiknas no.17, tahun 2013, penanggulangan dalam ati tindakan represif atau

    sanksi yang diberikan kepada pelaku pelanggar etika karya (tulis) ilmiah,

    E. 

    Penyebab Pelanggaran Etika Karya Ilmiah

    Ada beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab terjadinya pelanggaran etika karya

    ilmiah, antara lain:

    1.  Ketidaktahuan atas etika penulisan dan publikasi karya ilmiah

    2.  Ketidakhati-hatian dalam penulisan karya ilmiah.

    3. 

    Kecurangan dalam penulisan dan penerbitan karya ilmiah

    4.  Kemalasan dalam melakukan penelusuran bahan pustaka dan pengutipan

    sumber pustaka.

  • 8/17/2019 2. Kode Etik KTI(1)

    13/13

     13 

    Daftar Pustaka/Bacaan

    APA Style, Quick Guide. (2013). dalam http://www.libraries.iub.edu/secure/defiles/APA.pdf(Diakses 24 September 2013).

    Cases. (2013). dalam http://publicationethics.org/cases. the Committee on Publication

    Ethics (COPE). (Diakses 19 Oktober 2013).

    Facts & Stats. (2013). dalam http://www.plagiarism.org/resources/facts-and-stats (diakses 20

    Oktober 2013)

    Presiden RI. (2003). UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

    Pustaka. (2013).  KBBI Online. dalam http://kbbi.web.id/pustaka. Badan Pengembangan dan

    Pembinaan Bahasa, Kemdikbud. (Diakses 24 September 2013)

    Sigit, A. (2012, 2, 11). Terbukti plagiat, mendiknas Jerman mengundurkan diri.  Kedaulatan

     Rakyat Online. dari http://krjogja.com/read/161440/terbukti-plagiat-mendiknas-

     jerman-mengundurkan-diri.kr. (diakses 18 Oktober 2013).

    Sigit, A. (2013, 6, 28). Walah, Presiden Iran Plagiat Thesis.  Kedaulatan Rakyat Online. dari

    http://krjogja.com/read/178277/walah-presiden-iran-plagiat-tesis.kr.  (diakses 18

    Oktober 2013).

    Sriyana, Jaya. (2012). Kode Etik Penulis dan Etika Kepenulisan Karya Ilmiah. Bahan tayang pada Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah Nasional, di UII Yogyakarta, 29 Nopember

    2012.

    http://kbbi.web.id/pustakahttp://kbbi.web.id/pustakahttp://krjogja.com/read/178277/walah-presiden-iran-plagiat-tesis.krhttp://krjogja.com/read/178277/walah-presiden-iran-plagiat-tesis.krhttp://kbbi.web.id/pustaka