2. landasan teori 2.1. penelitian terdahulu · bahwa produk tidak hanya terbatas pada rupa atau...
TRANSCRIPT
5 Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1. PENELITIAN TERDAHULU
Sensitivitas respon merupakan tingkat perubahan respon sebagai dampak
adanya perubahan stimuli. Dengan adanya perubahan slogan iklan “Geng Hijau”
pada produk rokok Sampoerna Hijau akan berdamoak pada sensitivitas respon
konsumen, sehingga akan mempengaruhi apakah konsumen akan membeli atau
tidak. Respon positif terhadap perubahan slogan iklan “Geng Hijau” akan
memungkinkan konsumen melakukan pembelian pada produk rokok Smapoerna
Hijau dan sebaliknya respon negatif akan menghalangi konsumen dalam
melakukan pembelian rokok Sampoerna Hijau.
Slogan iklan Sampoerna Hijau merupakan slogan iklan yang kreatif dan
unik dimana terdapat perubahan pada slogan iklannya yang lama dan yang baru.
Perubahan tersebut akan menimbulkan sesuatu yang berbeda dalam diri konsumen
sehinga mereka menyadari aspek-aspek utama yang diubah pada slogan iklan
“Geng Hijau” yang baru. Dari perubahan-perubahan tersebut akan diteliti
seberapa besar tingkat sensitivitas konsumen.
Kata kunci :
Sensitivitas, Respon, dan Slogan Iklan
ABSTRAK
Susan Agustina & Merlin Kusumawati :
Sensitivitas Respon Konsumen Tehadap Perubahan Desain
Mobil Toyota Kijang LGX di Surabaya.
Universitas Kristen Petra
6
Sensitivitas respon merupakan tingkat perubahan respon sebagai dampak
perubahan stimuli. Dengan adanya perubahan desain pada mobil Toyota Kijang
LGX akan berdampak pada sensitivitas respon konsumen, sehinga akan
mempengaruhi apakah konsumen akan membeli atau tidak. Respon positif
terhadap perubahan desain Toyota LGX akan memungkinkan konsumen
melakukan pembelian terhadap Toyota Kijang LGX, dan sebaliknya respon
negatif akan menghalangi konsumen dalam melakukan pembelian Toyota Kijang
LGX.
Kijang LGX merupakan mobil yan selalu berinovasi dimana ada
perubahan pada eksteior dan interior. Perubahan tersebut akan menimbulkan
permulaan differensiasi pada diri konsumen sehingga mereka menyadari aspek-
aspek utama yang diubah Kijang LGX baru. Aspek-aspek utama tersebut
meliputi: penampilan dasbor, desain interior, desaineksterior, aksesoris, peforma
mesin kendaraan, dan peforma kendaraan. Dari perubahan-perubahan tersebut
akan diteliti seberapa besar tingkat sensitivitas konsumen, sehingga apabila ingin
menjadikan perubahan tersebut untuk menstimulasi permintaan, maka sebaiknya
disesuaikan dengan keinginan konsumen agar mendapatkan respon konsumen.
Sensitivitas respon terhadap perubahan desain Kijang LGX lama
menjadi Kijang LGX baru adalah sebesar 0,806. Artinya, sensitivitas tergolong
tidak sensitive. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa responden tidak
sensitive terhadap perubahan desain mobil Toyota Kijang LGX karena nilai
sensitivitasnya kurang dari 1.
Kata kunci :
Sensitivitas, Respon, dan Desain
Sedangkan pengembangan pada penelitian ini adalah cakupan teori yang
lebih lengkap dengan perhitungan yang lebih detail dan cermat untuk setiap
perolehan hasil yang sangat mempengarhi suatu keputusan konsumen, sehingga
hasil akhir yang didapat lebih akurat.
Universitas Kristen Petra
7
2.2. PENGERTIAN PEMASARAN
Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli yang
berkompeten di antaranya adalah:
Kotler (2003: 9), mengungkapkan definisi pemasaran sebagai berikut:
“Pemasaran adalah proses sosial manajerial yang mana seseorang atau kelompok
orang dapat memperoleh apa yang mereka inginkan dan butuhkan melalui
penciptaan dan pertukaran produk (good) dan nilai (value).
Kotler (2003: 19), juga menambahkan kosep dari pengertian marketing
sebagai berikut: “Pemasaran adalah proses penciptaan (creating), pendistribusian
(delivering), dan komunikasi (communicating) terhadap kustomer yang menjadi
target pasarnya”.
Mowen (1995: 7), mendefinisikan pemasaran sebagai “Aktifitas manusia
secara langsung terhadap pemuasan kebutuhan dan keinginan melalui suatu proses
pertukaran”
Dari defenisi di atas dapat diterangkan bahwa arti pemasaran jauh lebih
luas dan lebih daripada sekedar penjualan. Pemasaran diartikan dengan suatu
proses / cara identifikasi terhadap kebutuhan konsumen, penentuan produk,
penentuan harga, cara promosi, dan penentuan saluran pemasaran (distribusi)
yang ditujukan untuk pembeli potensial oleh suatu perusahaan.
2.3. PENGERTIAN PRODUK
Definisi produk menurut Kotler dan Amstrong (1996: 274), adalah “Segala
sesuatu yang ditawarkan ke pasaran untuk memperoleh perhatian, pengakuan,
penggunaan atau dikonsumsi yang digunakan untuk memuaskan keinginan dan
kebutuhan”.
Kotler (1984: 329), juga menambahkan definisi “product item” adalah
suatu unit yang mudah dibedakan karena ukuran, harga, bentuk, atau cirri lainnya,
kadang-kadang “item” disebut juga sebagai stuck keeping unit atau produk varian.
Stanton (1996: 222), mendefinisikan produk sebagai berikut: “Kumpulan
dari atribut-atribut yang nyata maupun yang tidak nyata, termasuk di dalamnya
Universitas Kristen Petra
8
kemasan, warna, harga, kualitas, dan merek ditampah juga dengan jasa dan
reputasi penjualan”.
Berdasarkan penjelasan dari pengertian produk di atas dapat disimpulkan
bahwa produk tidak hanya terbatas pada rupa atau bentuk fisik saja, tetapi secara
luas pengertian produk adalah segala sesuatu yang dapat dipasarkan / dijual
termasuk di dalamnya adalah jasa (service), orang (person), tempat (place).
2.3.1. Lima Tingkatan Produk
Menurut Kotler (2003: 408), ada 5 (lima) tingkatan produk, yaitu core
benefit, basic product, expected product, augmented product, dan potential
product.
Untuk pengertian dari kelima tingkatan produk di atas adalah sebagai berikut:
Sumber: Kotler (2003 :408)
Gambar 2.1. Tingkatan Produk
a. Core benefit, merupakan manfaat dasar dari suatu produk yang ditawarkan
kepada konsumen.
b. Basic product, yaitu bentuk dasar dari suatu produk yang dapat dirasakan oleh
panca indra.
Universitas Kristen Petra
9
c. Expected produk, yaitu serangkaian atribut-atribut produk dan kondisi-kondisi
yang diharapkan oleh pembeli pada saat membeli suatu produk.
d. Augmented product, yaitu sesuatu yang membedakan antara produk yang
ditawarkan oleh suatu badan usaha atau perusahaan dengan produk yang
ditawarkan oleh pesaing.
e. Potential product, yaitu semua argumentasi dan perubahan bentuk yang
dialami oleh suatu produk di masa yang akan datang.
2.3.2. Atribut Produk
Menurut Kotler (1999: 127), atribut produk adalah “unsur-unsur yang
melekat pada sebuah produk yang berwujud maupun tidak berwujud. Atribut yang
berwujud meliputi: desain, warna, ukuran, kemasan dan sebagainya, sedangkan
atribut-atribut yang tidak berwujud meliputi: harga (price), jasa (service), dan
kualitas (Quality).
Menurut Tjiptono (2001: 103), atribut produk adalah “unsur produk yang
dipandang sangat penting bagi konsumen dan dijadikan sebagai patokan atau
dasar dari pengambilan keputusan pembelian. Atribut yang ada meliputi: merek,
kemasan, jaminan, pelayanan dan sebagainya.
2.3.3. Klasifikasi Produk
Menurut Kotler (1990: 449), produk dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa bagian yaitu :
2.3.3.1. Bedasarkan daya tahan produk
a) Barang tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya digunakan
untuk jangka waktu yang lama.
b) Barang tidak tahan lama.
c) Jasa
2.3.3.2. Berdasarkan tujuan pembeliannya
a) Barang konsumsi, terdiri atas :
i. Convenience goods
ii. Shopping goods
Universitas Kristen Petra
10
iii. Special goods (barang-barang khusus) adalah barang yang
mempunyai
ciri-ciri khas dan hanya dapat dibeli pada tempat-tempat tertentu,
dimana harga yang ditawarkan mahal dan dalam memperolehnya
harus mengeluarkan sebuah pengorbanan.
iv. Unsought goods
b) Barang industri adalah barang-barang yang dibeli untuk diproses
kembali untuk kepentingan industri yang dibedakan menjadi empat
kelompok yaitu :
i. Bahan dasar adalah merupakan kebutuhan pokok dari suatu industri
yang akan menghasilkan suatu produk.
ii. Suku cadang atau bahan pembantu adalah sesuatu yang bukan
menjadi unsur utama dari barang jadi akan tetapi berupa
bahan tambahan yang diperlukan untuk mendukung proses.
iii. Mesin-mesin dan peralatan merupakan kebutuha dari perusahan
berupa mesin-mesin serta peralatan, guna melaksanakan proses
produksinya. Perlengkapan ini terbagi menjadi 2 (dua) tahap yaitu
berupa instalasi (gedung dan peralatan tetap) dan perlengkapan
peralatan pabrik yang mudah untuk dipindahkan.
iv. Peralatan administrasi kantor merupakan kebutuhan khusus
perusahaan yang meliputi alat-alat administrasi seperti mesin tulis,
komputer, meja, kursi, lemari transkrip (file), dan hiasan dinding
kantor.
2.3.4. Dimensi Kualitas Produk
Pengertian kualitas produk menurut Irawan (2003: 45), adalah “driver
kepuasan pelanggan yang multi-dimensi”.
Terdapat 6 (enam) dimensi kualitas produk :
a. Performance, ini adalah dimensi yang paling dasar (basic) dan berhubungan
dengan fungsi utama dari suatu produk.
Universitas Kristen Petra
11
b. Reliability, dimensi performance dan reliability sepintas terlihat mirip tetapi
mempunyai perbedaan yang jelas. Reliability lebih menunjukan probabilitas
produk gagal menjalankan fungsinya.
c. Feature, dapat pula dikategorikan sebagai aspek sekunder.
d. Durability.
e. Conformance, dimensi ini menunjukan seberapa jauh suatu produk dapat
menyamai standar atau spesifikasi tertentu.
f. Design, adalah dimensi yang unik karena banyak menawarkan aspek
emosional dalam mempengaruhi kepuasan pelanggan.
2.4. PENGERTIAN PENGEMBANGAN PRODUK
Salah satu tujuan dari perusahan adalah memberikan kepuasan kepada
setiap konsumen akhir. Tujuan ini diusahakan dan direalisasikan diimbangi
dengan menggunakan sumber-sumber yang efektif. Hal ini dimaksudkan agar
tidak terjadi kegagalan dalam proses pengembangan produk.
Adapun pengertian pengembangan produk oleh Guiltinan dan Paul (1994),
adalah “Implemented by product – line marketing strategy of either flanker brands
or line extention”.
Sedangkan menurut Stanton dan Lamarto (1996: 225), pengembangan
produk dalam istilah yang terbatas meliputi kegiatan-kegiatan teknis seperti riset
produk, rekayasa (engineering), dan desain. Langkah-langkah proses
pengembangan produk ada 3 macam yaitu :
1. Pengembangan teknologi, tahap ini berfokus pada riset ilmiah
dan teknik rekayasa. Dengan tujuan utama bukan hanya
mengasilkan produk-produk yang dapat diterima pasar tetapi
lebih ditekankan pada penemuan pengembangan teknologi
yang dapat dikembangkan lebih lanjut ke dalam bermacam-
macam produk potensial.
2. Pengembangan produk, dalam tahap ini perusahaan berusaha
menterjemahkan teknologi yang telah ditemukan ke dalam
produk-produk yang dapat dipasarkan.
Universitas Kristen Petra
12
3. Pengembangan pasar, Perusahaan berusaha untuk memasuki
pasar dengan produk-produk yang menggunakan berbagai
aspek dari teknologi.
Menurut Prawiramidjaya (1994 :94), ada 3 macam bentuk dari
pengembangan produk yang perlu dikembangkan oleh perusahaan yaitu :
a. Initial Development
Suatu usaha penggunaan barang sehingga mempunyai tingkatan lebih
tinggi dari tingkatan penggunaan sebelumnya.
b. Improvement Development
Setiap perubahan barang yang berakibat atau mengakibatkan barang
tersebut mampu untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
c. New Use Application
Penggunaan barang dengan cara meningkatkan daya guna barang
tersebut.
Consumer need
analysis
Screening Idea generation and Business analysis
evaluation
Marketing Product strategy development development
Testing
Commercialization Sumber: Craven (2000 :236-258)
Gambar 2.2. Proses Pengembangan Produk Baru
Menurut Craven (2000 :236-258), proses pengembangan produk yaitu :
a. Customer Need Analysis
Universitas Kristen Petra
13
Manajemen memutuskan product-market dan segmentasi pasar yang akan
berkompetisi dan teknologi yang akan digunakan untuk membuat dan
menciptakan produk baru.
b. Idea Generation
Sumber dari sebuah ide baru produk termasuk adalah perusahaan secara
personal, konsumen, para pesaing, penemu di luar perusahaan, dan relasi.
Banyak ide baru sebuah produk berkaitan erat dengan para pengguna
produk dan jasa. Metode yang digunakan untuk membangkitkan sebuah
ide yaitu : Search (pencarian), Marketing Research (riset pemasaran),
Internal and External Development.
c. Screening and Evaluation
Penyaringan (screening) melenyapkan ide yang tidak sesuai dengan bisnis
yang dijalankan saat ini. Beberapa perusahaan menggunakan bermacam-
macam bentuk penilaian dan teknik-teknik lain sebagai faktor
pertimbangan dalam proses penyaringan.
Evaluasi (Evaluation) melakukan tes atau pengujian terhadap sebuah
konsep sangat diperlukan dalam evaluasi dan pembenahan dari ide baru
produk. Hal tersebut digunakan sebagai indicator untuk mendeteksi lebih
awal dalam proses pengembangan.
d. Business Analysis
Analisa bisnis dapat mengestimasi pelaksanaan dari konsep produk baru.
e. Product Development
Konsep pengembangan produk termasuk desain produk, desain proses,
desain kemasan, dan keputusan untuk membuat atau membeli berbagai
macam komponen produk. Tahap-tahap pengembangan sebuah produk
yaitu :
i) Spesifikasi produk, yaitu produk apa yang akan dikerjakan dan
bagaimana produk tersebut harus didesain ?.
ii) Produk contoh (prototype), informasi yang dibutuhkan sebagai
pedoman dari desain perangkat lunak dan desain untuk layanan
baru. Pada tahap ini produk dapat disebut prototype sejak
Universitas Kristen Petra
14
produk tersebut belum siap untuk dikomersialkan dan
dipasarkan.
iii) Tes, yaitu sebuah pendekatan standar yang digunakan untuk
mendistribusikan produk kepada sampel dari keseluruhan
konsumen dan meminta kepada mereka untuk mencoba produk
tersebut.
iv) Pengembangan proses pembuatan, pembuatan produk yang
mengacu pada biaya adalah faktor kritis yang menentukan
profit.
v) Penggabungan desain dan proses pembuatan, digunakan untuk
meningkatkan keuntungan kompetitif dari sebuah perusahaan
dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
mengembangkan dan memasarkan produk baru.
f. Marketing Strategy Development
g. Testing
Pengujian terhadap pasar dapat menjadi dipertimbangkan setelah produk
telah selesai dikembangkan, diasumsikan bahwa produk tersebut sangat
cocok untuk pengujian di pasar.
h. Commercialization
2.5. PENGERTIAN DESAIN DAN INOVASI
Menurut Spencer (1994), “inovasi adalah sesuatu yang dianggap baru dan
lebih baik dari pada yang lama oleh seseorang individu”.
Menurut Rosenberg (1995), desain adalah “rangkaian dari sebuah aktifitas
untuk melakukan suatu penelitian terhadap pasar”.
Sementara itu Rosenberg juga mendefinisikan inovasi sebagai “sebuah
konsep atau pendekatan di dalam lingkaran produksi, atau sering digunakan dalam
mempengaruhi sebuah penemuan (invention) secara praktis atau mudah.
Teori inovasi mengesankan bahwa gelombang inovasi diikuti oleh sebuah
kemalasan, yang berujung pada penurunan (depression).
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa inovasi
adalah salah satu usaha untuk menemukan suatu peluang baru yang meliputi
Universitas Kristen Petra
15
gagasan, tindakan maupun produk, sehingga terjadi perubahan yang dapat
bermanfat bagi kesejahteraan orang banyak.
2.5.1. Ruang Lingkup Inovasi
Menurut Rothberg (1981 :4), inovasi memiliki berbagai ruang lingkup,
yaitu inovasi ekonomi, inovasi teknologi, dan inovasi sosial.
2.5.1.1. Inovasi Ekonomi
Inovasi ini berhubungan dengan daya beli seorang pemakai sehingga perlu
dicari cara pembelian yang tidak mebebankan para pemakai. Dengan cara
pembelian cicilan memungkinkan pembeli dapat memiliki produk
kebutuhannya yang sesuai dengan kemampuannya.
2.5.1.2. Inovasi Teknologi
Inovasi ini memiliki hubungan dengan benda dan bersifat teknis sehingga
dapat merubah dan memperbaiki suatu produk / barang yang sudah
ketinggalan zaman. Maka dengan melalui teknologi baru dapat
meningkatkan produktivitas, penjualan maupun penghematan biaya.
2.5.1.3. Inovasi Sosial
Inovasi ini berhubungan dengan budaya dari pemakai sehingga dengan
cara merubah nilai dan kepuasan konsumen, dengan cara meniru,
mengimpor, dan menyadap inovasi di bidang teknik dapat memberikan
suatu keberhasilan.
2.6. PENGERTIAN PERILAKU DAN RESPON KONSUMEN
Engel, Blacwell, Miniard (1995 :4), mendefinisikan perilaku konsumen
sebagai berikut : “Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang
secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang
dan jasa-jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada
persiapan dan penentuan kegiatan tersebut”.
Universitas Kristen Petra
16
Sedangkan menurut Peter dan Olson (2003: 6), mengartikan perilaku
konsumen sebagai berikut: “Perilaku konsumen adalah merupakan interaksi
dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita dimana
manusia melakukan aspek pertukaran”.
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan terdapat beberapa hal pokok
mengenai perilaku manusia yaitu:
a. Usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan dengan
mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa melalui pertukaran
(exchange).
b. Proses pengambilan keputusan.
c. Perilaku konsumen adalah dinamis.
d. Keterlibatan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di
sekitar dan melibatkan sebuah pertukaran.
Schiffman dan kanuk (2000: 4), mengartikan perilaku konsumen sebagai
berikut: “Perilaku konsumen adalah bagian dari disiplin pemasaran yang bermula
ketika seorang marketer / pemasar menyadari bahwa konsumen tidak selalu
melakukan aksi atau bereaksi seperti teori pemasaran yang ada dalam benak
pemasar”.
Definisi di atas menjelaskan bahwa perilaku konsumen lebih menunjukan
kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam proses
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa serta dalam
proses pengambilan keputusan yang menentukan kegiatan pertukaran.
2.7. PENGERTIAN RESPON
Respon biasanya memainkan sebuah peran utama dalam tujuannya
membentuk perilaku. Dalam banyak hal respon sering mempengaruhi apakah
konsumen akan melakukan pembelian atau tidak, respon positif terhadap merek
tertentu akan memungkinkan konsumen melakukan pembelian terhadap merek
itu, dan sebaliknya respon negatif akan menghalangi konsumen dalam melakukan
pembelian. Pengertian respon banyak diartikan atau didefinisikan oleh para ahli
menurut cara pandang masing-masing yang berbeda, tetapi pada dasar pengertian-
pengertian tersebut mempunyai makna yang sama. Seperti yang dikemukakan
Universitas Kristen Petra
17
oleh Swasta dan Handoko (1997 :91), bahwa “Respon adalah predisposisi
(keadaan mudah untuk terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap
rangsangan lingkungan, yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku
orang tersebut.”
Sedangkan menurut Rosenberg (1995), mendefinisikan respon sebagai :
“Respon adalah whatever occurs as a reaction to an aroused need”
Definisi lain menurut Rosenberg adalah “replies and reactions to a
stimuli”. Dari kedua definisi diatas menunjukan bahwa respon itu timbul bila ada
rangsangan yang kemudian ditangapi sehinga timbul keinginan untuk bertindak.
Respon hanya akan ada bila digambarkan dalam bentuk perilaku lisan dan
perilaku perbuatan, lalu timbul proses evaluasi yang menentukan apakah
menerima atau menolak terhadap obyek atau produk yang dihadapi.
2.8. HUBUNGAN PERILAKU DAN RESPON
Menurut Schiffman dan Kanuk (2000 :236-237), memberikan pandangan
bahwa respon didesain untuk membujuk (persuade) konsumen atau target untuk
bertindak dan bereaksi sesuai dengan keinginannya untuk melakukan suatu
keputusan. Pengambil keputusan atau peneliti harus berhati-hati dalam
mengasumsikan hubungan antara kedua hal tersebut ketika dalam situasi
keputusan. Respon hanya salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang, tetapi dalam keputusan tertentu faktor-faktor lain mungkin lebih
berpengaruh dibandingkan respon. Contoh adalah seseorang yang ingin membeli
rumah mewah, tetapi karena kendala ekonomi dia terpaksa membeli rumah biasa
yang mungkin dalam benaknya kurang disenangi atau tidak sesuai dengan
keinginannya.
Implikasi pemasaran dari hubungan respon dan perilaku berkaitan dengan
pengukuran komponen-komponen kognitif dan afektif dari respon pembeli, hasil
pengukuran dapat didayagunakan untuk meramal atau memprediksi sebuah
perilaku.
2.9. MEMPREDIKSI PERILAKU DENGAN RESPON
Universitas Kristen Petra
18
Salah satu persoalan yang seringkali membingungkan adalah ketika respon
tidak bisa dijadikan dasar untuk memprediksi perilaku. Menurut Sutisna (2001)
terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi bagaimana respon konsumen
mempengaruhi perilaku. Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Keterlibatan Konsumen Dalam keputusan pembelian, respon memungkinkan untuk memprediksi perilaku ketika konsumen ada dalam keterlibatan tingi (high involvement).
b. Pengukuran Respon Pengukuran respon seharusnya dapat diandalkan dan valid, dalam arti pertanyaan mengenai respon konsumen harus lebih spesifik. Jika konsumen ingin membeli sepeda motor enam bulan yang akan datang, maka pengukuran respon dan hubungannya dengan perilaku harus melibatkan parameter waktu. Rentang waktu yang lebih lama antara pengukuran respon dan waktu untuk berperilaku (misal enam bulan) akan mempunyai hubungan yang kurang kuat.
c. Pengaruh Orang Lain Keinginan orang lain terhadap pembelian dan juga motivasi konsumen untuk menuruti keinginan-keinginan itu sangat mempengaruhi kemampuan respon dalam memprediksi perilaku.
d. Faktor Situasi Konsumen yang akan membuat keputusan untuk membeli masih didasarkan pada faktor pendapatan keluarga, harga, dan keuntungan yang didapat dari produk itu.
e. Kekuatan Respon Kekuatan respon yang dimiliki konsumen terhadap suatu obyek sangat bervariasi. Respon yang lebih yang lebih kuat (positif) cenderung akan teringat di memori, sehingga lebih memungkinkan untuk mempengaruhi perilaku.
f. Pengaruh Merek Lain Pengaruh merek lain akan lebih kuat jika respon terhadap merek yang sudah ada itu rendah, maka merek lain yang lebih tinggi tersebut memungkinkan untuk dibeli konsumen.
2.9.1. Menentukan Respon yang diinginkan Menurut Kotler (2000 :127), menunjukan bahwa respon adalah berupa produk dan merek yang dibeli, took yang dipilih, waktu pembelian, dan jumlah pembelian itu sendiri. Namun dalam ilmu komunikasi, respon lebih luas yaitu mencangkup area pengetahuan, area perasaan, dan area tindakan.
Universitas Kristen Petra
19
Setelah pasar sasaran diketahui, perusahaan menetapkan respon apa yang diinginkan, meskipun secara garis besar respon tersebut adalah terjadinya pembelian oleh pasar yang dimaksud. Namun ada tahap dalam diri konsumen, sebelum membeli suatu produk maka konsumen itu harus kenal dulu produknya, kemudian akan tumbuh minat, dilanjutukan denga pembelian. Banyak model yang menjelaskan mengenai respon. Kotler (2000 :127), menyajikan empat model (Hierarchy of Response) yang menjelaskan proses dari seseorang itu membeli suatu produk.
Model Model Model Model AIDA Hierarchy Adopsi Komunikasi of-effect Invasi Attention Awareness Awareness Exposure
Area Kognitif Knowledge Reception
Cognitif Response
Area Afektif Interest Liking Interest Attitude Desire Preference
Conviction Evaluation Intention
Area Behaviour Action Purchase Trial Behaviour
Adoption Sumber: Kotler (2003 :568)
Gambar 2.3. Contoh Model Hirarki Respon
Semua model tersebut menunjukan bahwa proses yang terjadi dalam diri
konsumen secara bertahap. Perusahaan perlu menetapkan sampai tahap mana
respon yang diinginkan. Ambil contoh model Hierarchy-of-effect. Menurut Kotler
Universitas Kristen Petra
20
(2003 :568), tahap-tahap respon adalah kesadaran (awarness), pengetahuan
(knowledge), menyukai (liking), dan pembelian (purchase).
• Kesadaran (awareness). Kalau pasar sasaran belum mengenal produk, maka
perusahaan perlu mengadakan promosi agar pasar sasaran mengenal produk,
maksudnya pasar sasaran sadar bahwa produk itu ada.
• Pengetahuan (knowledge). Pasar sasaran tahu / kenal dan sadar mengenai
produk tersebut tetapi tidak tahu banyak terhadap produk tersebut.
Pengetahuan merupakan respon kedua setekah kesadaran. Pada tahap ini
perusahaan disarankan membuat promosi yang bersifat pemberitahuan
(informatif).
• Suka (liking). Jika target pasar yang dituju sudah mengenal dan tahu informasi
mengenai produk tertentu, bagaimana perasaan mereka terhadap produk
tersebut ?. Kalau sudah suka atau berminat terhadap produk maka sudah
masuk tahapan ini. Target pasar bisa saja menyukai produk, tetapi tidak
menempatkannya lebih penting daripada produk-produk lain yang sejenis.
Kalau sudah menempatkan produk sebagai pilihan pertama, maka pasar
sasaran sudah sampai tahap preferensi dalam model.
• Keyakinan (conviction). Pasar sasaran sudah menempatkan produk sebagai
pilihan, akan tetapi tidak memiliki keyakinan yang pasti mengenai produk
tersebut. Orang cenderung akan memberitahukan kepada orang lain jika sudah
yakin akan produk yang dipilihnya.
• Pembelian (purchase). Ini merupakan tahapan terakhir dalam proses. Pada
akhirnya pasar sasaran yang sudah kenal, tahu, suka, menjadikan produk
tersebut sebagai pilihannya, dan yakin akan pilihannya maka akan membeli
produk pada saat yang tepat.
2.10. MODEL DAN TEORI RESPON
Teori tentang respon membahas tentang bagaimana sebuah respon itu
dibentuk dan dipengaruhi. Teori tersebut mendasarkan diri sebagai pendekatan
rangsangan-rangsangan dari physicology seseorang. Menurut Peter dan Olson
(2003 :41- 42), respon terbagi dalam dua jenis yaitu :
Universitas Kristen Petra
21
a. Affective respon, terdiri dari empat kategori tipe yaitu : emotions, specific
feeling, moods, dan evaluations. Empat tipe respon affective tersebut sangat
berbeda tingkatannya atau intensitasnya, masing-masing tipe meliputi respon
positif dan respon negatif. Affective respon yang paling kuat meliputi emosi
seperti rasa takut atau marah (physiological), specific feeling meliputi reaksi
physiologi terakhir dari sebuah tindakan misalnya “jeniffer sangat sedih ketika
ia menjual sebuah gitar tua miliknya”, moods yang mana meliputi level
terendah dari sebuah intensitas perasaan, yang terakhir adalah evaluations dari
produk atau konsep-konsep lain.
b. Cognitif respon, fungsi utama dari sebuah system kognitif adalah untuk
mengintrepretasikan, mendapatkan pengertian, mengerti aspek signifikan dari
sebuah pengalaman pribadi. Fungsi yang kedua dari sebuah systen kognitif
adalah untuk memproses dari intrepretasi yang telah terjadi untuk
mendapatkan tujuan yang ingin dicapai.
2.10.1. Dimensi-dimensi Respon
Menurut Simamora (2003 :134-139), dimensi-dimensi respon mencakup
tahap, panjang, arah, lebar, kekuatan, kecepatan, dan lama berlangsungnya. Untuk
keterangan masing-masing dimensi sebagai berikut :
a. Tahap
Model apapun yang digunakan, respon selalu terbagi dalam 3 (tiga) area
yaitu: area kognitif, area afektif, dan area perilaku. Dalam model AIDA, respon
memiliki empat tahap yaitu attention, interest, desire, dan action. Sebuah stimulus
dapat mempengaruhi satu, beberapa, atau semua tahap. Misalnya promosi
penjualan, metode promosi yang memberikan nilai tambah ini bertujuan untuk
menciptakan tindakan (dalam model AIDA) atau pembelian (dalam model
hierarchy-of-effect). Meskipun setiap metode dapat berpengaruh pada semua
perusahaan yang melakukan promosi ini, untuk mengatasinya diperlukan
spesialisasi untuk masing-masing metode promosi.
b. Panjang
Sebuah stimulus dapat menciptakan respon yang panjang atau pendek,
panjang sebuah respon adalah jumlah tahap yang dipengaruhi stimulus. Panjang
Universitas Kristen Petra
22
maksimal stimulus tergantung model yang digunakan. Namun tidak berarti bahwa
respon yang menggunakan model AIDA lebih pendek daripada model hierarchy-
of-effect. Justru panjang maksimal respon pada setiap model adalah sama. Begitu
pula dengan panjang minimalnya. Misalnya sebuah respon yang panjang
maksimal (action) dalam model AIDA adalah empat, ini sama panjang dengan
respon maksimal dalam model hierarchy-of-effect (purchase) yaitu enam.
c. Arah
Dengan menggunakan sudut pandang perusahaan, ada dua arah respon
yaitu arah positif dan arah negatif. Respon yang positif terjadi kalau respon
mengarah pada perilaku yang diinginkan oleh perusahaan. Kalau menggunakan
model AIDA, maka respon positif adalah perhatian, berminat, ingin, dan
bertindak.
Sedangkan respon negatif menjadi bingung, tidak berminat, tidak ingin,
dan tidak bertindak. Respon positif dan negatif bisa terjadi secara bersamaan.
d. Lebar
Menyatakan seberapa besar respon yang terjadi pada setiap tahapan?.
Misal dalam model hierarchy-of-effect, seseorang sudah sampai pada tahap
menyukai dan respon positif, yang menjadi pertanyaan seberapa suka dia?. Cukup
suka, Suka, atau sangat suka?. Begitu juga bila terjadi respon negatif, apakah
cukup suka, tidak suka, atau sangat tidak suka?.
Lebar maksimal tergantung pada skala yang digunakan, tetapi ini tidak
mutlak. Banyaknya kelas tergantung dari kemampuan kita untuk membentuk
kategori lebar respon. Yang perlu diperhatikan adalah perbedaan nyata setiap
kategori, perbedaan itu harus bersifat bertingkat (ordinal).
e. Kekuatan
Untuk mengukur kekuatan respon, kita harus memperhatikan dua dimensi
yaitu panjang dan lebar. Dengan mengkalikan keduannya dapat kita peroleh
rumus sebagai berikut :
∑=
×=n
iii LrBr
1Pr
Keterangan :
Bri = Kekuatan respon
Universitas Kristen Petra
23
Pri = Panjang respon
N = Jumlah tahap yang dilalui
Lri = Lebar respon
Tabel 2.1.
Tingkatan Respon Positif
TAHAP RESPON Lebar = 1 Lebar = 2 Lebar = 3 Awareness Brand recognition Familiar with brand Top-of mind Knowledge Tahu sedikit Tahu banyak Tahu semua
Liking Cukup suka Suka Sangat suka
Preference Second brand alternative Divided brand preference The only one alternative Conviction Cukup yakin Yakin Sangat yakin purchase Sekedar mencoba Pembeli teratur Membeli dan promosi ke
Orang lain
Sumber: Simamora (2003 :137) Tabel 2.2.
Tingkatan Respon Negatif TAHAP RESPON Lebar = -1 Lebar = -2 Lebar = -3
Awareness Samar-samar masih sedikit ingat Lupa sama sekali Knowledge Mulai bingung Bingung Sangat bingung
Liking Cukup tidak suka Tidak suka Sangat tidak suka
Preference Brand unpreference Menghindari merek Tidak suka merek Conviction Cukup tidak yakin Tidak yakin Sangat tidak yakin purchase Mengurangi pembelian Menghentikan pembelian, Mengembalikan produk
tetapi tetap menggunakan yang telah dibeli produk yang telah dibeli
Sumber : Simamora (2003 :137) f. Kecepatan
Kecepatan memberikan respon yang berbeda, ada yang mencapai tahap
pembelian begitu mendapat stimuli. Adapula membutuhkan waktu lebih lama
untuk melakukan sebuah pembelian (purchase), bahkan ada yang tidak sampai
tahap pembelian sama sekali.
g. Lama bertahan
Ada respon sesaat, adapula respon yang berlangsung dalam waktu yang
lama. Dalam sebuah persepsi, respon yang berlangsung sesaat dinamakan sensasi.
Promosi dapat merangsang respon dalam waktu singkat digolongkan promosi
yang sensasional. Contoh pada awal kenaikan harga BBM, Budi naik angkutan
Universitas Kristen Petra
24
umum ke kantor dan meninggalkan mobil di rumah, untuk melakukan
penghematan. Tetapi tindakan tersebut hanya bertahan dua bulan. Setelah itu,
Budi kembali lagi memakai mobil ke kantor.
2.11. PENGERTIAN PERSEPSI
Menurut Schiffman dan Kanuk (2000 :122), Persepsi dapat didefinisikan
sebagai suatu proses seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan
menginterprestasikan stimuli ke dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan
menyeluruh. Stimuli adalah setiap input yang dapat ditangkap oleh indera, seperti
produk, kemasan, merek, iklan, harga, dan lain-lain. Stimuli tersebut ditangkap
oleh panca indera manusia seperti mata, telinga, mulut, hidung, dan kulit.
2.11.1.1. Sensasi
Menurut Schiffman dan Kanuk (2004 :159), sensasi adalah respon panca
indera tiba-tiba dan langsung terhadap stimuli sederhana tertentu, seperti merek,
kemasan, maupun iklan. Ada yang cepat ada pula yang memiliki reaksi yang
lambat. Kepekaan bereaksi dipengaruhi oleh kualitas dari panca indera, misalnya
tuli tidak bereaksi terhadap suatu suara.
Sensasi tergantung pada perubahan energi atau diferensiasi input, selain itu
jika terdapat stimuli dalam jumlah besar, sulit untuk mendeteksi stimuli kecil atau
adanya perbedaan didalamnya. Semakin rendah input sensor, maka kemampuan
kita untuk mendeteksi adanya perubahan input atau intensitas meningkat.
Perhatian lebih dikhususkan pada input sensory yang muncul. Misalnya, iklan
yang muncul pada sebuah acara televisi, tentu akan lebih diperhatikan oleh
penonton dibandingkan jika iklan itu ditayangkan secara berurutan dengan
beberapa iklan yang lain.
2.11.1.2. Batas Ambang (Absolute Threshold)
Menurut Schiffman dan Kanuk (2004 :159), adalah tingkatan terendah
dimana individu dapat menerima sensasi disebut permulaan absolut. Ada suatu
titik terendah dalam sebuah iklan dimana konsumen masih dapat mendeteksi
adanya perbedaan dalam sebuah iklan disebut dengan ambang batas.
Universitas Kristen Petra
25
Maksudnya adalah daya tangkap orang atau individu tersebut terhadap
sebuah stimuli, masalah ini yang akhirnya menimbulkan pertanyaan di benak para
pelaku periklanan, yaitu apakah konsumen dapat mengetahui iklan atau mengenali
iklan yang mereka buat?. Dan biasanya solusi yang mereka lakukan dengan cara
memperluas jaringan iklan mereka ke semua jenis media yang memungkinkan
untuk memperkenalkan produk mereka secara luas.
2.11.1.3. Permulaan Diferensial (Differensial Threshold)
Perbedaan minimal antara dua stimuli yang masih dapat dibedakan disebut
dengan ambang perbedaan (differensial threshold). Banyak perusahaan maupun
para pemasar memberlakukan differensial threshold ada dua alasan yang
mendasari yaitu :
1. Agar konsumen tidak merasakan dampak perubahan-perubahan negatif yang
terjadi.
2. Agar perbaikan produk dapat lebih dinikmati oleh konsumen.
2.12. PENGERTIAN SENSITIVITAS
Menurut Simamora (2003 :201), sensitifitas adalah tingkat perubahan
respon sebagai dampak daripada perubahan stimuli. Tingkat perubahan dihitung
dengan persentase, jadi sensitivitas respon adalah “persentase perubahan stimuli”.
Secara matematis dapat dituliskan dalam rumus :
SRSr
∆∆
=%%
Keterangan :
Sr = Sensitivitas respon
R∆ = Perubahan respon
S∆ = Perubahan stimuli
Baik stimuli atau respon sangat terkait dengan waktu, yaitu sebelum dan
sesudah sebuah peristiwa. Yang perlu dicermati adalah jangka waktu sebelum
atau sesudah peristiwa, kalau ingin mengetahui pengaruh suatu iklan format baru
Universitas Kristen Petra
26
terhadap respon, tentu memiliki jangka waktu yang layak untuk kita melakukan
suatu evaluasi.
2.13. HUBUNGAN ANTAR KONSEP: SENSITIVITAS RESPON
KONSUMEN
Menurut Wahjosumidjo (1958), menjelaskan bahwa perilaku yang timbul
dalam diri seseorang, didorong oleh adanya kebutuhan. Kebutuhan yang ada pada
diri seseorang mendorong seseorang untuk berperilaku.
Menurut Rossenberg (1995), inovasi merupakan ‘sebuah pendekatan
dalam lingkaran produksi atau sering digunakan untuk mempengaruhi sebuah
penemuan, inovasi pada sebuah produk memunculkan atau membentuk karakter
respon pada diri seseorang terlebih jika individu tersebut sangat mengagumi
merek produk yang menjadi objek dari inovasi tersebut yaitu perubahan dari lama
menjadi baru.
Respon memainkan peranan penting dalam membentuk perilaku
konsumen, sehingga akan mempengaruhi seorang konsumen untuk melakukan
pembelian terhadap suatu produk dengan merek tertentu. Konsumen yang loyal
terhadap suatu merek tersebut akan cenderung untuk melihat perubahan yang
terjadi terhadap merek produk tersebut sekecil apapun perubahan yang dilakukan
oleh perusahaan, perubahan ini dilakukan untuk menstimulasi dengan harapan
dapat meningkatkan penjualan, oleh sebab itu perubahan yang akan dilakukan
harus disesuaikan dengan respon dan sensasi konsumen untuk memicu munculnya
sensitivitas respon dari konsumen melalui perubahan stimuli. Stimuli yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan dari desain, yang mencangkup
perubahan desain dari body sepeda motor menjadi lebih ramping dari sebelumnya
(Karisma), juga perubahan dari berbagai sektor misalnya tutup rantai dan sproket
rantai yang berubah menjadi lebih sporty.
Setiap atribut yang melekat pada sepeda motor Karisma maupun Karisma
X merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain kesemuanya itu
seperti desain (warna, desain body, spidometer, head lamp, rear lamp), stripping
(motif, warna, kombinasi keduanya), mesin (tenaga, suara, irit, ramah
lingkungan), dan aksesoris lainnya (tutup rantai, sproket, utility box, suspensi,
Universitas Kristen Petra
27
jok) merupakan satu desain yang sangat menetukan keberhasilan penjualan
produk tersebut.
Perubahan desain yang menjadi stimuli akhirnya akan membentuk tingkat
sensitivitas konsumen, dimana sensitivitas itu akan membentuk sensasi dari
konsumen yang merupakan titik awal pembentukan persepsi, sehingga konsumen
akhirnya mampu menginterpretasikan stimuli ke dalam suatu gambaran dunia
yang berarti menyeluruh, dalam hal ini setiap atribut Karisma dan Karisma X di
atas digunakan sebagai stimuli atau input yang diterima oleh panca indera
konsumen.
Universitas Kristen Petra
28
2.14. KERANGKA BERPIKIR
Untuk lebih jelas dan mengerti mengenai konsep dari penelitian ini penulis
menyertakan kerangka berpikir sebagai berikut :
Rumusan Masalah Bagaimanakah sensitivitas respon konsumen terhadap Perubahan desain Karisma dan Karisma X ? Honda Karisma: a. Penampilan body cover (body lebih lebar, warna body mono tone dengan instrumen standart pada dashboard) b. Penampilan desain stripping body (warna duo tone dan dengan motif standar) c. Sektor mesin (TSS dan Compact PGM-F1 menjadikan lebih irit bahan bakar) d. aksesoris lain (standar)
Analisa Respon Konsumen Hierarchy-
of-effect
Honda Karisma X: a. Penampilan body cover (Body menjadi lebih ramping dengan warna lebih berani (silver) terkesan lebih sporty) b. Penampilan desain stripping body (lebih berwarna dan dengan penambahan kesan tiga dimensi) c. Sektor mesin (lebih irit bahan bakar dan lebih ramah lingkungan) d. aksesoris lain (lebih bergaya dengan kesan sporty)