2. tinjauan pustaka 2.1 pengertian umum pisang dan serat ... · serat dapat diartikan sel atau...
TRANSCRIPT
7 Universitas Kristen Petra
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian umum pisang dan serat pelepah pisang.
Tanaman pisang banyak ditanam penduduk Indonesia, ternyata tidak semua
bisa memahami kultur pohon pisang sepenuhnya. Jika dikaji lebih dalam lagi
sebenarnya pohon pisang bisa dikatakan tanaman multifungsi. Karena mulai
buah, pelepah daun sampai akarnya bermanfaat dan bernilai. Pohon pisang pada
waktu dipanen yang diambil hanya buah pisang dan daunnya saja, sedangkan
batangnya dibiarkan menjadi sampah yang tidak berguna. Padahal kalau kita jeli
dan kreatif, batang pisang masih bisa diolah untuk dijadikan bahan pokok
pembuatan beragam kerajinan tangan seperti sendal, tas pelengkap interior dan
lain sebagainya. Pelepah pisang juga dapat ditenun menjadi lembaran kain,
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pakaian. Melalui proses pertenunan
dengan mesin ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) serat pisang dapat dibuat
lembaran kain yang dapat digunakan untuk kebutuhan manusia. Hal ini
membawa penulis untuk melakukan penelitian tentang bagaimana memilih dan
mengolah pelepah pohon pisang sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan kain tenun, serta bagaimana proses pengolahan serat pisang sehingga
dapat menjadi lembaran kain dan produk kerajinan tekstil. (Maimunah, 10).
Gambar 2.1 : Alat tenun manual (ATBM)
sumber : Maimunah (2006, 14)
8 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.2 : Serat pisang sudah diserut
Sumber:peluangusaha.kontan.co.id/news/laba-budidaya-pisang-penghasil-serat-
tak-seret-1
Salah satu jenis golongan pisang yaitu pisang serat (Musa tekxtiles NEE)
termasuk famili Musaceae dan ordo Scitanineae, dikenal dengan beberapa nama
seperti pisang serat, Manila Hemp, Manila Henep, Pohon kofo, Hote (Sangihe–
Talaud) Golongan pisang ini, berasal dari Filipina, dan akhirnya berkembang ke
daerah-daerah sekitar. Berdasarkan iklim nya tanaman ini tergolong tanaman
tropika yang mengkehendaki udara panas dan lembab. Tanaman ini biasa
tumbuh pada dataran rendah sampai pada ketinggian 500 mbpl, kelemahan dari
tanaman ini adalah mudah tumbang jika tertiup angin dan peka terhadap
genengan air. Tanaman ini siap dipanen jika kuncup bunga sudah mekar,yang
artinya tanaman ini bisa dipotong dan mulai diambil seratnya.
Serat dapat diartikan sel atau jaringan serupa benang atau pita panjang yang
berasal dari hewan atau tumbuhan (ulat, batang pisang, daun nanas, kulit kayu
dan sebagainya) digunakan untuk membuat kertas, tekstil dan sikat” diartikan
“serat seperti benang, biasanya lemah dan dapat dipintal menjadi benang”. Salah
satu ciri yang dimiliki oleh semua jenis serat yaitu ukuran panjangnya yang
relatif jauh lebih besar dari pada ukuran lebarnya. Sifat atau karakterisrik serat
ditentukan oleh bentuknya, yaitu perbandingan antara panjang dan lebarnya.
Pengertian serat alam dalam Encyclopedia of knowledge diartikan “Fiber
natural fiber obtained from a plant an animal are classed as natural fiber”
(Grolier Incorporated 252). Serat alam adalah serat yang diperoleh dari
tumbuhan dan hewan. Serat-serat yang tergolong dalam serat alam, oleh
Yayasan Tekstil IKATSI diartikan “serat yang langsung diperoleh dari alam,
digolongkan menjadi serat sellulosa, serat protein, dan serat mineral
9 Universitas Kristen Petra
Serat pisang diperoleh dari batang semu pisang. “Batang semu ini terbentuk
dari pelepah daun panjang yang saling menelungkup dan menutupi dengan kuat dan
kompak sehingga bisa berdiri tegak seperti batang tanaman. Tinggi batang semu
berkisar 3,5-7,5 meter tergantung jenisnya”. Serat pisang sangat tipis dan lembut
sehingga kekuatannya sangat rendah dan mudah putus. “Serat dari pelepah pisang
klutuk mempunyai kekuatan yang terbaik. Serat pisang ini biasanya digunakan
untuk benang lusi, sedangkan pada jalur pakan digunakan serat kapas untuk
memperkuat hasil tenunan.
Salah satu kreasi produk budaya Indonesia adalah dalam bentuk kain. Selain
kain batik yang umum ada di masyarakat Indonesia, ternyata masih ada lagi salah
satu kain budaya yang tersembunyi dipelosok Indonesia. yaitu kain serat pisang,
kain ini merupakan kain budaya khas Sangihe Talaud yang dinamakan kain “Kofo”.
Dengan ragam hias motf khas sangihe membentuk kain ini semakin memiliki
identitas yang unik. Ditengah tengah kejayaan kain yang sudah dikenal sampai luar
sangihe, Sejak era 1970an penenun kofo menghilang, hanya ditemukan sisa sisa
alat tenun dan beerapa kain kofo yag tersisa. Dikarenakan pergantiaan tanaman
secara paksa oleh penjajah belanda pada 1853 di Minahasa, Jawa daerah Besuki,
Lampung 1905, dan 1925 di Sumatra utara.
Abaka sudah dibudidayakan di Indonesia sejak zaman penjajahan mulai dari
sumatra, kalimantran, sulawesi, sampai jawa. Serat abaka memiliki kelebihan
kekuatan serat yang jauh lebih tinggi dan daya serap nya bagus. Sebelum abaka
berkembang sebagai komoditas komersial, kain ini lebih duku dikembangakan di
Sangihe dan Talaud sebagai kain, merupakan daerah pertama di Indonesia yang
membudidayaakn tanaman abaka (kofo atau hote). Selain untuk kain, serat ini juga
digunakan masyarakat sebagai pulp dan kertas yang berkualitas tinggi, sehingga
serat ini bisa digunakan sebagai bahan bak uang kertas. Penduduk setempat
memanfaatkan tanaman ini sebagai pakaian adat dan pakaian sehari hari (Heyne
17). Selain kain, penduduk biasa memnggnakannnya sebagai pengikat kayu bakar,
jaring, tali kapal laut. Ada sekitar 15 jenis tanaman abaka di Sangihe. Perbedaan
berada pada karakter wana batang, bentuk jantung, tinggi diameter batang dan
kekuatan serat. Serat abaka mempunyai ciri sifat fisik yang kuat, tahan lembab, dan
air asin. Dari 15 jenis varietas, ada 3 yang paling cocok untuk memenuhi tandar
10 Universitas Kristen Petra
produksi dan pasar, yaitu (Bulanganon, Manguindanao, dan Tangongon) dari
kegitanya yang palig banyak dikenal adalah Tangongon. Varietas Tangongon
mempunyai ciri batang besar, dan tinggi (4,5-5,5 m) dengan barat 40- 45 kg, warna
batang ungu tua mengkilap sampai hitam, daun besar dan ada kecenderungan
tumbuh lurus ke atas, pelepah daun keras, tahan terhadap kekringan dan serangan
penyakit, serar kasar dan kuat, tumbh baik di taah berat, dan produktifitas sertatnya
tinggai. Kelemahan varietas tanaman ini adalah anakan sedikit, perakaran dangkal,
dan mudah rebah, serta sulit dilakukan penyeratan ( pengambilan serat)
Serat pisang yang digunakan oleh “Fibrinana” sebagai bahan pembuatan
busana adalah dalam bahasa jawa “gedebog” atau pelepah dari jenis pisang abaka,
dalam bahasa jawa pisang (klutuk). (Sumolang Steven 17)
Gambar 2.3 : Pohon Pisang Abaka (klutuk)
Sumber:khasiatbuahpisang.blogspot.com/2012/09/berkenalan-dengan-pisang-
klutuk.html
Serat alami tidak berbahaya dan tidak memiliki kandungan kimia yang
berbahaya bagi manusia, mesin yang mengolah dan lingkungan sekitar, dengan
demikian setrat ini menjadi alternatif yang realistis untuk dari pada serat sintetis.
Beberapa studi menunjukkan bahwa sifat mekanik komposit serat alami mirip
dengan
Serat sintetis dan bisa diperkuat serat sintetis, meskipun sifat mekanis dalam
kondisi lembab menunjukkan Penurunan dari komposit serat alami, karena
penyerapan kelembabannya. Kualitas kain yang dhasilkan dari sert pisang ini
tergantung pada kepadatan kain. Serat pisang terbuat dari selulosa (43,6%),
hemiselulosa (14%), lignin (11%) dan zat lain (seperti pektin, lilin, 31,4%).
Pengolahan serat menggunakan cara alami dengan di rendam. Perendaman
11 Universitas Kristen Petra
menggunakan Enzim poligalacturonase (Biopectinase K), enzim ini menunjukkan
aktivitas spesifik yang tinggi dan spesifik untuk substrat yang tidak merusak
selulosa pada struktur serat. kondisi optimal untuk perawatan enzimatik serat pisang
adalah: 100% Biopectinase K, 6 jam; 45 C, pH = 4,5, dengan perendaman setelah
selama 3 jam. ( Zaida 27)
Semua proses tersebut menghasilkan benang dengan kualitas yang cukup
untuk ditenun dan menghasilkan benang Serat pisang yang dapat dipintal, dapat
dicampur atau tidak dicampur dengan serat lain seperti benang kapas dengan
campuran yang dipakai adalah 50:50 dan 70:30. (Aldrin 28)
2.2 Alat Tenun Kain Serat Pisang
alat Tenun Bukan Mesin atau lebih dikenal dengan (ATBM) adalah mesin
tradisional untuk membuat kain tenun secara manual tenaga manusia, degan
kontruksi katu dan sekrup besi sebagai penguat. Alat yang sudah ada sejak dahulu
ini memang terkenal ciri khas suara pedesaan karena biasa nya perkerjaan ini ada
di daerah pedesaan dan biasaya dikerjakan oleh kaum ibu-ibu dan lansia. Secara
struktur, kain tenun memiliki dua alur, yaitu alur lusi dan alur pakan. Alur lusi
adalah alur pengisi kain dan pakan adalah alur yang pengikat antara jalur lusi
sehingga menjadi lembara kain yang kuat. Foto dibawah ini menunjukan pengerajin
tenun yang ada di desa Tlingsing kecamatan Cawas, Jawa Tengah. ini gambaran
untuk proses penenunan pada kain serat pisang, karena metode, alat, dan cara
penenunannya hampir sama dengan tenun kain benang kapas pada umumnya.
(Nugroho Yuliono 7)
Gambar 2.4. Alat ATBM dan penenunan kain benang kapas
Untuk ATBM benang pisang menggunakan alat yang kurang lebih sama dengan
ATBM benang kapas, hanya berbeda pada teknik pemintalan serat mentah menjadi
benang panjang siap tenun. Serta berbeda pada teknik penyambungan, teknik ikatan
antara serat satu dengan serat yang lain.
12 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.5. Alat ATBM dan penenunan kain benang serat pisang
Sumber :instagram.com/p/BhEaefhAUms/
Dari perbedaan teknik dan cara pengolahan tersebut, maka langkah
penelitihan pertama yang dilakukan adalah pengujian kekuatan ikatan serat pisang
dengan serat benang kapas. Masing- masing jalur lusi dan pakan akan diuji
kekuatan nya dengan bebrapa tahap uji.
Hasil wawancara dari seorang peneliti yang ada disurabaya bernama
Nuzurul Azizah Ramdan Wulandari, seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran
UNAIR. Setelah berhasil memperoleh dana Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)
dari DIKTI pada tahun 2014 lalu, Wulan bersama timnya bekerjama mem-
branding sebuah usaha Clothing Line yang mereka namai Fibrinana. Dalam
wawancara tersebut, wulandari menyebutkan beberapa kelebihan dan kekurangan yang
dimikili kain serat pisang yang dia teliti, kain serat pisang memiliki cara untuk
pemintalan khusus, dengan 3 tahap peyambungan antara 1 helai dengan helai lain. Kain
serat pisang ini memiliki kelebihan tidak mudah berjamur walau pada kondisi udara
lembab walaupun secara fashion kain ini masih menyimpan air atau bisa dianggap
sebagai kain basah (dalam dunia fashion), tipe kain ini adalah tipe kain yang sangat
menyerap keringat sehingga nyaman untuk dipakai. Kain serat pisang memiliki suhu
yang dingin, sehingga cocok untuk kondsisi iklim tropis seperti Indonesia. untuk proses
produksi, kain ini memiliki proses yang cukup lama dari segi pengeringan,
menyambungn helai pisang membutukan waktu yang lama karena ada tahapan tertentu,
sampai pada proses pemintalan dengan aturan pintal yang khusus menghasilkan
selembar kain serat pisang yang unik. Keunikan dari kain serat ini dalam segi warna asli
adalah putih gading dan sedikit berkilau, jika dibandingkan dengan kain katun dari serat
kapas, kain serat pisang ini bertekstur lebih sedikit kasar. Karena ada sambungan antar
13 Universitas Kristen Petra
helai serat yang menonjol. Maka dari itu kain ini cocok untuk produk outer pada fashion.
Ada 2 janis kain yang diproduksi, kain 50% : 50% serat pelepah pisang dan 30% : 70 %
campuran antara kain serat dan kain benang untuk lebih ekonomis. Karena untuk 50%
: 50% serat harga lebih mahal dari pada campuran.
2.3 Pewarnaan Kain Serat Pisang
Gambar 2.6: Pewarna alami
Sumber :.instagram.com/p/BhEaefhAUms/
Beberapa contoh untuk pewarna alami adalah menggunakan biji buah pinang
warna coklat kemerahan dan warna hitam, Akar Tanaman Mengkudu
menghasilkan warna merah tua atau merah kecoklatan, Kulit Buah Manggis
menghasilkan warna merah keunguan, merah, dan juga biru, Daun Jambu Biji
Menghasilkan warna kuning sampai warna kecoklatan pada kain, Kunyit
menghasilkan warna jika kunyit dicampur dengan buah jarak dan jeruk, akan
dihasilkan pewarna alami berwarna hijau tua. Dan jika dicampurkan dengan tarum
atau indigo, kunyit akan menghasilkan warna hijau muda. (Hidayat 8)
2.4. Jenis Kain Serat Pisang yang Tersedia Pada Saat Peneliatian
Pembuatan kain serat pisang ini sangat lama, antara satu smpai 2 bulan
untuk bisa menghasilkan satu sampai dua mater kain. Jadi untuk penelitian ini
tergantung pada ketersediaan kain yag ada pada saat penelitian ini berlangsung
14 Universitas Kristen Petra
2.4.1. Kain Tenun Serat Pisang Produksi Malang
Gambar 2.7: kain Fibrinana 50 : 50 % serat pisang tanpa pewarna
Sekilas kain ini tapak seperti kain jenis linen, tapi kain serat murni ini memiliki
tektur yang sedikit berbeda dengan kain pada umumnya. Secara visual kain ini
terlihat keras dan kaku, warna alami terasa seperti pohon. Secara sentuhan, kain ini
terasa sedikit kasar dan bertekstur dikarenakan banyaknya ikatan antar serat yang
menimbul dipermukaan kain, tekstur yang terasa adalah terkstur tajam pada setiap
ikatan srat yang timbul. Kain murni ini tidak selentur kain pada umumnya dan terasa
sangat kaku karena serat pisang sendiri sudah kaku dan tidak selentur kain kapas,
kain serat murni 50:50 ini lebih mudah patah per alur serat nya, jika di lempit dengan
ditekan. kelemahan rentan terhadap (pecah)nya tenunan pecah dalam arti anyaman
yang mudah renggang jika di tarik dijalur lebarnya,karena serat pisang ini tidak bisa
untuk jalur pakan maka tidak begitu bisa kuat mencengcram serat di sampingnya
hanya sebagai lungsi. Maka dari itu kain serat murni ini mau bagaimana pun tetap
harus dicampur dengan benang katun atau benang dari serat kapas. komposisi 50:50
artinya adalah jalur lungsi kain ini full dipenuhi degan serat pisang dan jalur pakan
di isi dengan benang kapas untuk mengikat. Tapi kain serat murni ini memiliki
estetika tetrsendiri dengan memiliki kilau alami jika terkena cahaya dalam beberapa
kondisi jika cahay terlalu banyak masuk maka kilau tidak akan terlihat.
15 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.8. Kain Fibrianana serat 30% serat pisang 70% kapas
Kain serat campuran sedikit berbeda dengan kain serat murni, pembeda kedua
kain ini ada pada jalur lusi, kain serat campuran memiliki jalur luci selang seling
antara serat pisang dan benang. Untuk kekuatan, serat campuran ini lebih kuat dari
pada serat murni, titik pecah ada pada bagian lebar, tapi tidak separah kain murni
50:50. Kain campuran ini lebih banyak di rekomendasikan untuk bahan fashion,
karena memang lebih luat dan lebih lentur dari serat murni. Kain serat campuran
tidak se kilau serat murni karena kandungan pisang yang sedikit. Kain serat
campuran mudah di kombinasikan dengan kain lain jika ingin disambungkan. Untuk
bebrapa kondisi kain ini kursng lebih sama dengan kain murni, seperti pada
kelemahan patah pada jalur serat jika terlempit. Beda dengan kain pada umumnya,
kain ini jika erlempit akan menimbulkan bekas, lipatan, seperti pada kain keras. Tapi
untuk kain 70:30 ini tidak separah kain 50:50.
Untuk teknik pewarnaan, serat pisang mentah diwarnai terlebih dahulu, lalu
masuk pada proses tenun. Serta tidak menuntut kemungknan untuk mewarna serat
yang sudah dalam bentuk kain. Kedua kain walau pori pori kain terlihat besar tapi
untuk daya serat air, kedua kain kurang bisa langsung menyerap air, air yang menetes
akan seperti talas dahulu baru bebrapa lama kemudian bisa menyerap.
16 Universitas Kristen Petra
2.4.2. Kain tenun serat pisang produksi Sangihe
Gambar 2.9. Kain cofo serat 50% serat pisang 50% benang
Kain serat pisang kofo seperti pada asal muasal kain ini muncul, yang
dahulu sudah menggilang, sekarang sudah reproduksi lagi. Masyarakat sangihe
mulai mengangkat kembali prodoksi budaya khas kain kofo sangihe. Secara garis
besar cara produksi dan teknik hampir sama dengan produksi Malang.
Menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Akan tetapi dengan alat yang
sama, tapi meghasilakn produk yang berbeda. Dari segi kekuatan produk kain dari
sangihe ini lebih kuat, bisa di arik dengan 5 aksis tarikan dan tidak pecah (tenunan
yang renggang). Entah dari sisi panjang atau lebar semuanya tidak pecah. Secara
visual, kain ini lebih terlihat mewah dan mahal, warna putih lebih cerah. Secara
sentuhan kain ini lebih halus dan lembut walauoun tetap masih ada tekstur ikatan
serat pisang yang menonjol keluar. Tekstur inilah ternyata yang menjadi ciri khas
dari kain serat pisang ini. kelemahan kain ini juga hampir mirip dengan kain
produksi malang yaitu mudah patah pada setiap helai serat pisang nya. Dan
menimbulkan bekas. Tapi bekas itu tidak sebegitu terhilat seperti produksi malang.
Kain ini mengunakan struktur lungsi full pisang dan pakan benang kapas. efek kilau
yang di timbilkan pada kain ini tidak sebanyak yang produksi malang.
17 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.10. Kain cofo serat 70% serat pisang 30% benang
Kain serat campuran sangihe lebih kuat dari pada produk malang dengan
struktur lungsi pisang tapi hanya beberapa baris saja yang di isi dengan pisang,
sisanya menggunakan benang kapas, teknik pewarnaan serat degan mewarna
dahulu serat kemudian di tenun, setelah itu baru di beri motif “sohi” menggunakan
cap. Sekilas memang terlihat seperti kan biasa pada umunya yang memiliki warna
dan motif. Tapi secara sentuhan kain pisang ini tetap ada ciri khas tekstur dari serat
pisang. Kain lebih lentur seperti kain pada umum nya dan tidak mudah patah dan
membekas pada bagian serat pisang nya karena Kadar serat pisang yang sedikit.
Karekteristik dari ke dua variabel kain fibrinana dan cofo ini memiliki
kesamaan yaitu Sama-sama memiliki tekstur yang berasal dari serat pisang itu
sendiri. Serat pisang di tali helai per helai dengan teknik tertentu lalu masuk proses
tenun yang digabungkan degan kain kapas sebagai pakan. Hasil simpul dari serat
pisang ini menonjol keluar permukaan kain, sehingga kain ini memilki tekstur
ketika disentuh.
Gambar 2.11. Simpul serat pisang pada kain
18 Universitas Kristen Petra
2.5 Kain Sebagai Material Produk Pelengkap Interior
Elemen pembentuk interior terdiri dari lantai, dinding, plafon yang
membentuk suatu ruang. Kebutuhan akan ruang yang aman dan juga nyaman
terbentuk dari produk pelengkap interior seperti furniture, partisi, lampu, tempat
tidur, dll. Salah satu material yang digunakan untuk produk pelengkap tersebut
adalah kain. Kain menurut kegunaannya, dikelompokan menjadi kain pelapis
furnitur / upholstery, kain untuk gorden atau penutup jendela / drapery, pelapis
dinding / wall covering, dan pelapis lantai / woven floor covering seperti karpet dan
permadani .
Beberapa perabot dan elemen yang biasa ada dalam rumah seringkali
memiliki pelapis dari bahan kain, kulit, atau kulit sintetis (seperti vinyl). Salah satu
contoh furniture, Sofa misalnya, biasanya terbuat dari rangka kayu atau besi yang
diberi busa sebagai bantalan atau pengempuk. Busa ini kemudian dibungkus oleh
pelapis. Contoh lainnya, misalnya kursi makan atau arm chair (kursi berlengan)
yang terbuat dari kayu, seringkali bagian tempat duduknya diberi bantalan yang
dibungkus pelapis (upholstery). Istilah upholstery hanya digunakan untuk pelapis
yang menempel secara permanen pada furnitur. Kain yang dibentuk dan digunakan
untuk pelapis tambahan bagi kursi, yang sifatnya tidak permanen tidak lagi disebut
upholstery, melainkan slip cover.
Karena itu biasanya mengganti upholstery lebih sulit dibandingkan sekadar
mengganti slip cover, upholstery sudah ada sejak dahulu. Bahan yang pertama kali
digunakan ketika itu adalah kulit. Inggris mengembangkan upholstery pada jaman
pemerintahan Elizabeth. Sementara Italia sudah mengenal pelapis beludru dan
sulaman pada jaman Renaissance. Saat ini bahan upholstery sangat beragam, bisa
kain pabrik, kain tenun, kulit, kulit sintentis, bulu, serat, plastik, bahkan bahan-
bahan alami seperti eceng gondok atau tikar. Pilihan motif dan warna untuk kain
juga sangat bervariasi. Penggunaan kain sebagai elemen pelengkap, elemen sisten,
dan penguat tema atau suasana ruangan secara keseluruhan. Misalnya, motif bunga-
bunga kecil dengan sulur-sulur bisa memperkuat tema klasik, atau, motif kotak-
kotak untuk memperkuat tema country.(www.rumahku-
online.com/artikel/interior/119-kain-kain-pelapis-dalam-interior) Ada berbagai
19 Universitas Kristen Petra
jenis kain dengan tekstur yang beragam, kain yang berfungsikan bagian dari interior
yang umum dipasaran diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Woven
Woven adalah jenis jahitan yang memiliki jalinan benang yang terjalin lebih
erat, membuatnya lebih kuat, halus, dan memiliki tekstur menarik. Jahitan
woven terjahit secara silang, menumpuk, dan saling mengait antara satu benang
dengan lainnya, jalinan benang yang saling mengait itu membuat jahitan woven
cukup kuat dan tidak lekas sobek
Gambar 2.12. kain woven
Sumber:nurulnisayahaya.com/2014/12/jenis-kain-mengikut-cara-
pembuatannya.html
b. Knit
Knit, atau rajutan, adalah jenis jahitan yang memiliki gulungan benang
menerus yang dirajut saling melingkari satu sama lain dan membentuk seperti
kepangan. Rajutan ini akan membuat tekstur yang lebih unik pada kain, dengan
sedikit jarak antara jahitan yang lebih besar dibandingkan jahitan woven. Hal ini
membuat rajutan lebih mudah diregangkan, sehingga tidak mudah sobek.
Gambar 2.13 . kain knit
Sumber:creativehobby.store/ribbed_texture_knit_pattern.php
c. Non-woven fabric
Non-woven fabric adalah jenis kain buatan yang berasal dari serat kain
panjang yang disatukan atau dijalin oleh mesin melalui proses kimiawi dan panas.
20 Universitas Kristen Petra
Menghasilkan kain yang murah karena dibuat oleh pabrik dan cukup kuat, tapi
memiliki tekstur yang jauh lebih rata dibanding woven.
Gambar 2.14. non woven fabric
Sumber: textileschool.com/352/non-woven-fabrics/
d. Katun
Katun adalah salah satu jenis kain yang paling sering digunakan untuk material
furnitur, contohnya ketika digunakan sebagai pelapis sofa maupun dudukan kursi.
Serat alami dari kain katun memberikan tekstur yang lembut dan halus, namun kuat
dan tahan lama. Semakin rapat jalinan benangnya, maka kulaitasnya akan semakin
baik dan nyaman.
Gambar 2.15. Non woven fabric
Sumber:zsfabrics.com/store/p121/ORGANIC_COTTON_%28PLAIN_WEAVE%
29_40x40%2F92x88_%234_.html
e. Polyester
Polyester adalah jenis kain sintetis, yaitu serat buatan dan tidak tersedia
secara bebas di alam. Polyester ini memiliki karakteristik yang awet, tidak mudah
sobek, dan tidak mudah kusut. Kain ini pun tersedia dalam berbagai warna dan
motif. Kain ini lebih sering digunakan sebagai kombinasi atau disebut polyester
campuran. Umumnya dicampur dengan rayon dan wool. Namun, campuran
polyester dan wool mudah mengelupas.
21 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.16. Polyester
Sumber: .fineweavetextile.com/Greige-Fabric/Poly-Cotton-Fabric.php
f. Rayon
Rayon terbuat dari serat hasil regenerasi selulosa. Rayon dibuat untuk
menyerupai sutra, linen, dan katun, namun memiliki harga yang lebih murah dan
tahan lama. Tetapi rayon memiliki kekurangan yaitu mudah terbakar dan mudah
mengkerut.
Gambar 2.17. Rayon
Sumber: https://fabriclore.com/products/orange-rayon-fabric-premium
g. Nilon
Nilon juga berasal dari serat sintetis. Pada umumnya, nilon yang digunakan
sebagai material furnitur adalah nilon campuran yang bersifat ulet dan tidak mudah
berubah bentuk. Nilon menjadi popular karena bahannya yang ringan namun kuat,
elastis, mudah dicuci, tidak mudah robek, serta tahan terhadap air, panas, dan jamur.
Tetapi, perlu diperhatikan bahwa kain nilon dapat terdegradasi dengan sinar
ultraviolet.
22 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.18. Nylon
Sumber: indiamart.com/proddetail/nylon-fabric-16584527012.html
h. Linen
Linen terbuat dari serat alami yang kuat, sehingga tidak mudah sobek. Kain
ini juga lembut dan tidak mudah pudar. Kain linen lebih sukar untuk menyerap tinta
dibandingkan material kain lainnya, oleh karena itu umumnya tampil polos tanpa
motif. Perlu perhatian dalam merawatnya karena dapat mengkerut dan kotor.
Gambar 2.19.Linen
Sumber: .fabric.com/buy/ur-964/european-100-linen-cream
i. Chennile
Chennile terlihat seperti rajutan karena memiliki tekstur pilinan benang
yang tebal, mirip seperti corduroy. Oleh karena itu kain ini diberi nama chennile,
yaitu Bahasa Prancis dari ulat bulu. Kain ini tahan lama, kuat, dan tidak mudah
sobek. Namun, kain ini sulit dibersihkan apabila terkenda noda. Kain chennile
merupakan salah satu bahan popular yang sering ditemukan dalam sofa bergaya
klasik.
23 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.20. chennile
Sumber:.fabric.com/buy/fk-057/10-ounce-chenille-brown
j. Kain akrilik
Kain akrilik merupakan serat sintetis yang dibuat sebagai imitasi dari wool.
Kain ini cocok digunakan di area outdoor karena tahan terhadap panas matahari dan
mudah kering apabila terkena cipratan air. Kain akrilik juga ringan, tahan lama, dan
tidak mudah kusut serta memudar. Tinggi rendahnya bahan akrilik yang digunakan
akan mempengaruhi apakah kain mudah berbulu.
Gambar 2.2. kain akrilik
Sumber: https://www.textileschool.com/121/acrylic-fibres-manmade-artificial-
fibres/
k. Kain velvet
Kain velvet atau beludru awalnya terbuat dari bahan dasar sutera, namun
seiring perkembangan waktu, velvet dapat terdiri dari katun dan bahan sintetis lain
seperti polyester, nilon, viscose, dan lain-lain. Kain velvet menawarkan tampilan
mewah dan elegan karena bahannya yang halus dan sedikit mengkilap. Namun kain
ini memiliki harga yang relatif mahal dan sulit dibersihkan apabila terkena noda.
24 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.22. Kain velvet
Sumber: https://www.joann.com/gianna-liquid-silk-blend-velvet-fabric-
56/zprd_16059834a.html
Dibandingkan dengan hard materials dalam interior, ketahanan kain-kain
ini tentunya mempunyai umur penggunaan yang lebih pendek dan lebih kerap di
redekorasi kembali sesuai dengan trend yang ada. Maka dari itu terdakang untuk
biaya perawatan kain-kain ini tergolong banyak, karena kain kain ini harus dengan
perawatan khusus untuk membersihakan debu dan kotoran yang menempel, seperti
dry cleaning dan loundry. Berbagai macam produk dihasilakn dengan pemanfaatan
kain sebagai pelapis, elemen , dan asesoris memiliki fungsi, estetika, dan makna
tersendiri dibandingkan dengan produk lain yang tidak menggunakan kain sebagai
furnishing.
Berikut beberapa contoh gambar yang dapat mewakili masing masing
elemen dan kegunaan kain dalam bidang pelengkap interior. Masing – masing tipe
produk memiliki cara riset, produksi, pemasangan, dan tentunya cara perawatan
yang berbeda –beda tergantug dimana dan untuk apa kain ini digunakan. (Dina
Fatimah 14)
Gambar 2.23. Gorden ( kiri atas), upholstery furniture (tengah), drapery (kanan atas),
wall covering (kiri bawah), floor covering ( kanan bawah), kap lampu kain (tengah
bawah) Sumber:id.pinterest.com