2 titin nurhidayati implementasi teori belajar ivan petrovich pavlov classical conditioning dalam...

22
IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR IVAN PETROVICH PAVLOV (CLASSICAL CONDITIONING ) DALAM PENDIDIKAN Oleh: Titin Nurhidayati 1 ABSTRAK Studi secara sistematis tentang belajar relatif baru. Sampai akhir abad 19, belajar masih dianggap masalah dalam dunia keilmuan. Dengan menggunakan teknologi yang digunakan oleh ilmu fisika, para peneliti mencoba menghubungkan pengalaman untuk memahami bagaimana manusia dan hewan belajar. Teori belajar classical conditioning mengimplikasikan pentingnya mengkondisi stimulus agar terjadi respon. Dengan demikian pengontrolan dan perlakuan stimulus jauh lebih penting daripada pengontrolan respon. Konsep ini mengisyaratkan bahwa proses belajar lebih mengutamakan faktor lingkungan (eksternal) daripada motivasi internal. Pentingnya studi yang dilakukan Pavlov terletak pada metoda yang digunakannya serta hasil-hasil yang diperolehnya. Alat-alat yang digunakan dalam berbagai eksperimen memperlihatkan bagaimana Pavlov dan kawan-kawannya dapat mengamati secara teliti dan mengukur respon-respons subjek-subjek dalam eksperimen-eksperimen itu. Penekanan yang diberikan Pavlov pada observasi dan pengukuran yang teliti, dan eksplorasinya secara sistematis tentang berbagai aspek belajar, menolong kemajuan studi ilmiah tentang belajar. Key Word: Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov, Classical Conditioning. Pendahuluan Tokoh Classical Conditioning adalah Ivan Petrovich Pavlov, seorang ahli psikologi dari Rusia. Istilah lain teori tersebut ialah 1 Dosen Tetap Yayasan Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah Kencong Jember.

Upload: rachael-johnson

Post on 29-Oct-2015

450 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

Titin Nurhidayati, Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov

(Classical Conditioning ) dalam Pendidikan

23

IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR IVAN PETROVICH

PAVLOV

(CLASSICAL CONDITIONING ) DALAM PENDIDIKAN

Oleh: Titin Nurhidayati1

ABSTRAK

Studi secara sistematis tentang belajar relatif baru. Sampai akhir

abad 19, belajar masih dianggap masalah dalam dunia keilmuan.

Dengan menggunakan teknologi yang digunakan oleh ilmu fisika,

para peneliti mencoba menghubungkan pengalaman untuk

memahami bagaimana manusia dan hewan belajar. Teori belajar

classical conditioning mengimplikasikan pentingnya mengkondisi

stimulus agar terjadi respon. Dengan demikian pengontrolan dan

perlakuan stimulus jauh lebih penting daripada pengontrolan

respon. Konsep ini mengisyaratkan bahwa proses belajar lebih

mengutamakan faktor lingkungan (eksternal) daripada motivasi

internal.

Pentingnya studi yang dilakukan Pavlov terletak pada metoda

yang digunakannya serta hasil-hasil yang diperolehnya. Alat-alat

yang digunakan dalam berbagai eksperimen memperlihatkan

bagaimana Pavlov dan kawan-kawannya dapat mengamati secara

teliti dan mengukur respon-respons subjek-subjek dalam

eksperimen-eksperimen itu. Penekanan yang diberikan Pavlov

pada observasi dan pengukuran yang teliti, dan eksplorasinya

secara sistematis tentang berbagai aspek belajar, menolong

kemajuan studi ilmiah tentang belajar.

Key Word: Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov, Classical

Conditioning.

Pendahuluan

Tokoh Classical Conditioning adalah Ivan Petrovich Pavlov,

seorang ahli psikologi dari Rusia. Istilah lain teori tersebut ialah

1 Dosen Tetap Yayasan Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah Kencong

Jember.

Page 2: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

JURNAL FALASIFA. Vol. 3, No. 1 Maret 2012

24

Pavlovianisme, yang diambil dari nama pavlov sebagai peletak dasar teori

itu.

Prosedur Conditioning Pavlov disebut Classic karena merupakan

penemuan bersejarah dalam bidang psikologi. Secara kebetulan

Conditioning refleks (psychic refleks) ditemukan oleh Pavlov pada waktu ia

sedang mempelajari fungsi perut dan mengukur cairan yang dikeluarkan

dari perut ketika anjing (sebagai binatang percobaannya) sedang makan. Ia

mengamati bahwa air liur keluar tidak hanya pada waktu anjing sedang

makan, tetapi juga ketika melihat makanan. Jadi melihat makanan saja

sudah cukup untuk menimbulkan air liur. Gejala semacam ini oleh Pavlov

disebut “Psychic” refleks.

Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang memungkinkan

organisme memberikan respon terhadap suatu rangsang yang sebelumnya

tidak menimbulkan respon itu, atau suatu proses untuk mengintroduksi

berbagai reflek menjadi sebuah tingkah laku. Jadi classical conditioning

sebagai pembentuk tingkah laku melalui proses persyaratan (conditioning

process). Dan Pavlov beranggapan bahwa tingkah laku organisme dapat

dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi lingkungan.

Untuk menunjukkan kebenaran teorinya, Pavlov mengadakan

eksperimen tentang berfungsinya kelenjar ludah pada anjing sebagai

binatang ujicobanya.

Biografi Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)

Sebelum membicarakan langkah-langkah eksperimen Pavlov,

ada baiknya kita membicarakan sedikit mengenai latar belakang

kehidupannya. Keahlian dan pengalamannya mendorong Pavlov

melakukan eksperimen-eksperimen sampai akhirnya menemukan konsep-

konsep yang kemudian dikenal sebagai teori belajar.

Tokoh Classical Conditioning dan bapak teori belajar Modern, Ivan

Petrovich Pavlov dilahirkan di Ryazan Rusia desa tempat ayahnya Peter

Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta pada 18 September tahun

1849 dan meninggal di Leningrad pada tanggal 27 Pebruari 1936. Ia dididik

di sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari Teologi. Ayahnya seorang

pendeta, dan awalnya Pavlov sendiri berencana menjadi pendeta, namun

dia berubah pikiran dan memutuskan untuk menekuni fisiologis. Dia

sebenarnya bukanlah sarjana psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli

psikologi, karena dia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik. Tahun

1870, ia memasuki Universitas Petersburg untuk mempelajari sejarah alam

di Fakultas Fisika dan Matematika.2

2 Hergenhahn, B.R. & Mattew H. Olson, 1997, An Introduction To Theories Of Learning.

London: Prentice-Hall International. Hal: 161.

Page 3: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

Titin Nurhidayati, Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov

(Classical Conditioning ) dalam Pendidikan

25

Pada tahun ketiga, ia mengikuti kursus di Akademi Medica

Chiraginal. Namun, ia tidak ingin menjadi dokter, melainkan seorang ahli

fisiolog berkualitas. Pavlov meminta setiap orang yang bekerja di

laboratoriumnya menggunakan hanya istilah-istilah fisiologis saja. Jika

asisitennya ketahuan menggunakan bahasa psikologi – contohnya

menunjuk kepada perasaan atau pengetahuan si anjing – maka dia akan

mendenda mereka. Eksperimen Pavlov yang sangat terkenal dibidang

fisiologi dimulai ketika ia melakukan studi tentang pencernaan. Dalam

hidupnya Pavlov dipengaruhi oleh buku-buku abad ke-16, terutama yang

ditulis Pisarev. Dia sangat konsekwen dengan pekerjaannya sehingga

banyak memperoleh tambahan pengetahuan tentang fisiologi. Perjalanan

Pavlov ke luar negeri memberikan arti penting dalam mendukung dirinya

menjadi seorang fisiolog. Keahliannya dibidang fisiologi sangat

mempengaruhi eksperimen-eksperimennya.

Dalam eksperimennya dia melihat bahwa subjek penelitiannya

(seekor anjing) akan mengeluarkan air liur sebagai respons atas munculnya

makanan. Dia kemudian mengeksplorasi fenomena ini dan kemudian

mengembangkan satu studi perilaku (behavioral study) yang dikondisikan,

yang dikenal dengan teori Classical Conditioning. Menurut teori ini, ketika

makanan (makanan disebut sebagai the unconditioned or unlearned stimulus -

stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak dipelajari) dipasangkan atau

diikutsertakan dengan bunyi bel (bunyi bel disebut sebagai the conditioned or

learned stimulus - stimulus yang dikondisikan atau dipelajari), maka bunyi

bel akan menghasilkan respons yang sama, yaitu keluarnya air liur dari si

anjing percobaan. Hasil karyanya ini bahkan menghantarkannya menjadi

pemenang hadiah Nobel.

Selain itu teori ini merupakan dasar bagi perkembangan aliran

psikologi behaviourisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian

mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang

belajar. Pavlov telah melakukan penyelidikan terhadap kelenjar ludah

secara intensif sejak tahun 1902 dengan menggunakan anjing. Hanya

beberapa saat sebelum tahun itu, ketika Pavlov menginjak usia 50 tahun dia

memulai karyanya yang terkenal tentang refleks-refleks yang terkondisikan

(condition refleks). Karya tulisnya adalah Work of Digestive Glands (1902)

dan Conditioned Reflexes. Di Tahun 1904 dia memperoleh hadiah Nobel

dibidang Physiology or Medicine untuk karya tersebut. Karyanya mengenai

pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika

(The Official Web Site of the Nobel Foundation, 2007).

Pengaruh pavlov kepada para ahli fisiologi malah tidak begitu

besar, pengaruhnya yang besar justru dalam lapangan psikologi. Pada

dewasa ini psikologi di Uni Soviet boleh dikata adalah seluruhnya

Pavlovian. Pendapat-pendapat Pavlov dijadikan landasan bagi psikologi di

Page 4: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

JURNAL FALASIFA. Vol. 3, No. 1 Maret 2012

26

Uni Soviet, karena hal tersebut serasi dengan filsafat doktrin historis-

materialisme.

Salah seorang ahli yang berjasa dalam menyebarkan pengaruh

Pavlov itu dalam lapangan psikologi adalah von Bechterev. Kecuali di Uni

Soviet sendiri, di Amerika serikatpun pengaruh aliran psikologi ini besar

sekali. Ketika J.B. Watson membaca karya pavlov itu, dia merasa

mendapatkan model yang cocok dengan pendiriannya, untuk menjelaskan

masalah tingkah laku manusia. Jadi Pavlovianisme ini sangat besar

pengaruhnya terhadap perkembangan Behaviorisme di Amerika Serikat.3

Eksperimen-Eksperimen Ivan Petrovich Pavlov

Dalam tahun-tahun terakhir dari abad ke 19 dan tahun-tahun

permulaan abad ke-20, Pavlov dan kawan-kawan mempelajari proses

pencernaan dalam anjing. Selama penelitian mereka para ahli ini

memperhatikan perubahan dalam waktu dan kecepatan pengeluaran air

liur. Dalam eksperimen-eksperimen ini Pavlov dan kawan-kawannya

menunjukkan, bagaimana belajar dapat mempengaruhi perilaku yang

selama ini disangka refleksif dan tidak dapat dikendalikan, seperti

pengeluaran air liur.4 Berangkat dari pengalamannya, Pavlov mencoba

melakukan eksperimen dalam bidang psikologi dengan menggunakan

anjing sebagi subjek penyelidikan.

Untuk memahami eksperimen-eksperimen Pavlov perlu terlebih

dahulu dipahami beberapa pengertian pokok yang biasa digunakan dalam

teori Pavlov sebagai unsur dalam eksperimennya.

1. Perangsang tak bersyarat = perangsang alami = perangsang wajar =

Unconditioned Stimulus (US); yaitu perangsang yang memang secara

alami, secara wajar, dapat menimbulkan respon pada organisme,

misalnya: makanan yang dapat menimbulkan keluarnya air liur pada

anjing.

2. Perangsang bersyarat = perangsang tidak wajar = perangsang tak alami

= Conditioned Stimulus (CS) yaitu perangsang yang secara alami, tidak

menimbulkan respon; misalnya: bunyi bel, melihat piring, mendengar

langkah orang yang biasa memberi makanan.

3. Respon tak bersyarat = respon alami = respon wajar = Unconditioned

Response (UR); yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang tak

bersyarat (Unconditioned Stimulus = UR).

4. Respon bersyarat = respon tak wajar = Conditioned Response (CR), yaitu

respons yang ditimbulkan oleh perangsang bersyarat (Conditioned

Response = CR),

3 Suryabrata, Sumadi ,2006, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal: 266. 4 Dahar, Ratna Wilis, 1988, Teori-teori Belajar. Jakarta: DepDikBud. Hal: 28.

Page 5: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

Titin Nurhidayati, Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov

(Classical Conditioning ) dalam Pendidikan

27

Adapun langkah-langkah eksperimen yang dilakukan Pavlov

sebagai berikut:

1. Anjing dioperasi kelenjar ludahnya sedemikian rupa sehingga

memungkinkan penyelidik mengukur dengan teliti air ludah yang

keluar dengan pipa sebagai respons terhadap perangsang makanan

(berupa serbuk daging) yang disodorkan ke mulutnya.

Eksperimen Pavlov diulang beberapa kali hingga akhirnya diketahui

bahwa air liur sudah keluar sebelum makanan sampai ke mulut.

Artinya, air liur telah keluar saat anjing melihat piring tempat makanan,

melihat orang yang biasa memberi makanan bahkan saat mendengar

langkah orang yang biasa memberi makanan.5

Dengan demikian, keluarnya air liur karena ada perangsang makanan

merupakan suatu yang wajar. Namun, keluarnya air liur karena anjing

melihat piring, orang atau bahkan langkah seseorang merupakan suatu

yang tidak wajar. Artinya, dalam keadaan normal, air liur anjing tidak

akan keluar hanya karena melihat piring makanan, orang yang biasa

memberi makanan dan mendengar langkah-langkah orang yang biasa

memberi makanan. Piring tempat makanan, orang dan langkah orang

yang biasa memberi makanan merupakan tanda atau signal.

Dalam eksperimennya, tanda atau signal selalu diikuti datangnya

makanan. Berkat latihan-latihan selama eksperimen, anjing akan

mengeluarkan air liurnya bila melihat atau mendengar signal-signal

yang persis sama dengan signal-signal yang digunakan dalam

eksperimen.

Apabila dikaji secara mendalam menurut psikologi, refleks bersyarat

merupakan hasil belajar atau latihan. Namun, sebagai seorang ahli

fisiologi, Pavlov tidak tertarik pada masalah tersebut karena lebih

tertarik pada masalah fungsi otak. Dengan mendapatkan refleks

bersyarat, Pavlov berkeyakinan bahwa ia telah menemukan sesuatu

yang baru dibidang fisiologi. Dia ingin mengetahui proses terbentuknya

refleks bersyarat melalui penyelidikan mengenai fungsi otak secara tidak

langsung.6

5 G.A. Kimble, N. Garmezy & E. Zigler, 1974, Principles of General Psychology. New York:

John Wiley & Sons, Inc. Hal: 208. 6 Syah, Muhibbin. (2006). Psikologi Belajar. Edisi 5. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hal. 30-33.

Page 6: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

JURNAL FALASIFA. Vol. 3, No. 1 Maret 2012

28

2. Dalam usahanya memahami fungsi otak, Pavlov mengulangi

eksperimen seperti di atas dengan berbagai variasi. Adapun langkah-

langkah eksperimennya adalah:

a. Anjing dibiarkan lapar, Paplov membunyikan metronom dan anjing

mendengarkannya dengan sungguh-sungguh. Variasi lain

dilakukuan dengan menyalakan lampu dalam kamar gelap dan

anjing memperhatikan lampu menyala. Setelah metronom berbunyi

atau lampu menyala selama 30 detik, makanan (serbuk daging)

diberikan dan terjadilah refleks pengeluaran air liur.

b. Percobaan tersebut, baik dengan membunyikan metronom maupun

menyalakan lampu, diulang berkali-kali dengan jarak 15 menit.

c. Setelah diulang 32 kali, bunyi metronom atau nyala lampu selama 30

detik dapat menyebabkan keluarnya air liur dan semakin bertambah

deras jika makanan diberikan.7

Dalam eksperimen kedua di atas, ada beberapa hal yang bisa

diterangkan:

(1) Bunyi metronom atau nyala lampu merupakan Conditioning

Stimulus (CS) dan makanan merupakan Unconditioning Stimulus

(US).

(2) Keluarnya air liur karena bunyi metronom atau nyala lampu

merupakan Conditioning Refleks (CR) dan keluarnya air liur karena

ada makanan merupakan Unconditioning Refleks (UR)

(3) Makanan yang diberikan setelah air liur disebut Reinforcer

(pengaruh) yang memperkuat refleks bersyarat dan memberikan

respons lebih kuat dibandingkan dengan refleks bersyarat.

3. Eksperimen-eksperimen Pavlov berikutnya bertujuan mengetahui

apakah refleks bersyarat yang telah terbentuk dapat hilang atau

dihilangkan. Melalui semua eksperimennya, Pavlov menyimpulkan

bahwa refleks bersyarat yang telah terbentuk dapat hilang atau

dihilangkan dengan jalan:

a. Refleks bersyarat yang telah terbentuk dapat hilang jika perangsang

atau signal yang membentuknya telah hilang. Hal ini dapat

disebabkan perangsang atau signal yang selama ini dikenal telah

dilupakan atau tidak pernah digunakan kembali.

b. Refleks bersyarat dapat dihilangkan dengan melakukan persyaratan

kembali (reconditioning). Caranya seperti pada eksperimen kedua.

Misalnya, bunyi metronom yang digunakan sebagai signal telah

berhasil membentuk refleks bersyarat. Kemudian, bunyi metronom

tidak digunakan kembali dan diganti dengan nyala lampu. Dalam

7 Suryabrata, Sumadi. Op Cit. Hal: 264.

Page 7: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

Titin Nurhidayati, Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov

(Classical Conditioning ) dalam Pendidikan

29

waktu yang cukup lama, jika metronom dibunyikan kembali, tidak

akan mengakibatkan refleks bersyarat karena sekarang refleks

bersyarat muncul jika ada nyala lampu. Kenyataan menunjukkan

bahwa hewan memiliki daya ingat terbatas, seperti halnya manusia.8

4. Eksperimen lain dari Pavlov bertujuan mengetahui kemampuan

binatang dalam membedakan bermacam-macam perangsang agar

menolong kemajuan studi ilmiah tentang belajar. Namun demikian,

penemuan-penemuan Pavlov tidak banyak diterapkan pada belajar di

sekolah.

Dari hasil eksperimen-eksperimen yang dilakukan dengan anjing

itu Pavlov berkesimpulan: bahwa gerakan–gerakan refleks itu dapat

dipelajari; dapat berubah karena mendapat latihan. Sehingga dengan

demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar

(Unconditioned Refleks) – keluar air liur ketika melihat makanan dan

refleks bersyarat/refleks yang dipelajari (Conditioned Refleks) – keluar air

liur karena menerima/bereaksi terhadap warna sinar tertentu, atau

terhadap suatu bunyi tertentu (Mulyati. 2005).

Hukum-Hukum Teori Belajar Classical Conditioning Paplov

Dalam istilah Paplov, pemberian makanan merupakan stimulus

yang tidak dikondisikan Paradigma Pengondisian Klasik. Di dalam sebuah

eksperimen yang khas behavioris, seekor anjing ditaruh beberapa saat di

sebuah kurungan di ruang gelap kemudian sebuah lampu kecil

dinyalakan di atasnya. Setelah 30 detik, sejumlah makanan diletakkan di

mulut si anjing, membangkitkan refleks air liur. Prosedur ini diulang

beberapa kali — setiap kali makanannya diberikan bersama-sama

dengan cahaya lampu. Setelah beberapa saat, cahaya lampu yang

awalnya tidak berkaitan dengan air liur, dapat membuat air liur anjing

keluar saat melihat lampu dinyalakan. Si anjing bisa dikatakan telah

dikondisikan untuk merespons cahaya.

Dalam istilah Pavlov, pemberian makanan merupakan stimulus

yang tidak dikondisikan (unconditioned stimulus, US) — Pavlov tidak

perlu mengondisikan si hewan untuk mengeluarkan air liur jika melihat

makanan. Sebaliknya, cahaya lampu merupakan stimulus yang

dikondisikan (conditioned stimulus, CS) — efeknya perlu dikondisikan

terlebih dahulu. Air liur terhadap makanan disebut refleks yang tidak

dikondisikan (unconditioned reflex, UR), sedangkan air liur terhadap

cahaya disebut refleks yang dikondisikan (conditioned reflex, CR). Proses

seperti ini disebut pengondisian klasik (classical conditioning).

8 Ibid, Hal: 265

Page 8: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

JURNAL FALASIFA. Vol. 3, No. 1 Maret 2012

30

Kita bisa melihat kalau di dalam eksperimen ini CS muncul

sebelum US; Pavlov mematikan lampu, membiarkan ruangan gelap,

sebelum memberikan si anjing makanan. Salah satu pertanyaan yang

dilontarkannya, apakah ini merupakan cara terbaik untuk membuat

pengondisian. Dia dan murid-muridnya akhirnya menemukan bahwa

memang cara itulah yang terbaik. Sangat sulit untuk memperoleh

pengondisian jika stimulus yang dikondisikan (CS) dilakukan sebelum

stimulus yang tidak dikondisikan (US). Dan dari studi-studi lain, kita

sekarang tahu kalau pengondisian sering kali berlangsung sangat cepat

apabila stimulus yang dikondisikan disajikan setengah detik sebelum

stimulus yang tidak dikondisikan (Purwanto, Ngalim. 2007).

Contoh: Guru yang senantiasa menyampaikan materi pelajaran

disertai dengan latihan soal. Kemudian siswa disuruh untuk mengerjakan

latihan soal tersebut. Setiap kali siswa dapat mengerjakan soal latihan

(CS) tersebut dengan baik dan benar guru akan tersenyum dan

memberikan pujian pada siswa (UCS), dan siswa akan merasa bangga

(CR). Diharapkan dengan sering terbiasa mengerjakan latihan soal, siswa

akan punya pengalaman dengan bentuk-bentuk soal dan pada akhirnya

dapat menyelesaikan suatu soal dengan mudah yang dapat membuatnya

bangga. Dapat menyelesaikan soal (CS) membuat siswa bangga (CR).

Namun demikian, dari hasil eksperimen dengan menggunakan

anjing tersebut, Pavlov akhirnya menemukan beberapa hukum

pengkondisian, antara lain:

1. Kepunahan/Penghapusan/Pemadaman (extinction). Penghapusan berlaku

apabila rangsangan terlazim tidak diikuti dengan rangsangan tak

terlazim, lama-kelamaan individu/organisme itu tidak akan bertindak

balas. Setelah respons itu terbentuk, maka respons itu akan tetap ada

selama masih diberikan rangsangan bersyaratnya dan dipasangkan

dengan rangsangan tak bersyarat. Kalau rangsangan bersyarat

diberikan untuk beberapa lama, maka respons bersyarat lalu tidak

mempunyai pengut/reinforce dan besar kemungkinan respons

bersyarat itu akan menurun jumlah pemunculannya dan akan semakin

sering tak terlihat seperti penelitian sebelumnya. Peristiwa itulah yang

disebut dengan pemadaman (extinction). Beberapa respons bersyarat

akan hilang secara perlahan-lahan atau hilang sama sekali untuk

selamanya. Dalam kehidupan nyata, mungkin kita pernah menjumpai

realitas respons emosi bersyarat. Contoh : Ada dua orang anak kecil

laki-laki dan perempuan yang biasa bermain bersama. Pada saat

mereka menginjak dewasa, menjadi seorang gadis dan pemuda, tiba-

tiba tumbuh perasaan cinta pada diri pemuda kepada gadis tersebut,

tetapi tidak demikian dengan sang gadis. Pada saat pemuda teman

sejak kecilnya itu menyatakan cintanya, gadis tersebut menolak dengan

Page 9: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

Titin Nurhidayati, Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov

(Classical Conditioning ) dalam Pendidikan

31

alasan perasaan kepada pemuda itu hanya sebatas teman. Namun,

karena pemuda itu sangat mencintai sang gadis, dengan menggunakan

berbagai cara yang dapat membahagaikan, ia berusaha untuk

mengambil hati gadis itu agar menerima cintanya. Misalnya, dengan

selalu memberikan perhatian, memberikan segala yang disukai oleh

gadis itu, dan lain sebagainya. Ketika perhatian dan kebaikannya

kepada gadis tersebut dilakukan berulang-ulang maka pada suatu saat

hati sang gadis menjadi luluh dan akhirnya menerima cinta pemuda

tersebut.

Sebuah stimulus yang dikondisikan, sekali diciptakan, tidak

mesti bekerja selamanya. Pavlov menemukan meski-pun dia bisa

membuat cahaya sebagai stimulus yang dikondisikan bagi keluarnya

air liur, namun jika dia menyalakan lampu itu saja beberapa kali

tanpa memberi si anjing makanan, maka cahaya akan kehilangan

efeknya sebagai stimulus yang dikondisikan. Tetesan air liur makin

berkurang saja sampai akhirnya tidak keluar sama sekali. Di titik ini,

kepunahan terjadi. Pavlov sendiri menggunakan istilah kondisional dan

non-kondisional; kedua istilah ini diterjemahkan sebagai dikondisikan

dan tidak-dikondisikan oleh para psikolog, dan digunakan sampai

sekarang kurang saja sampai akhirnya tidak keluar sama sekali. Di

titik ini, kepunahan terjadi.9 (Purwanto, Ngalim. 2007). Pavlov juga

menemukan bahwa meskipun refleks yang dikondisi-kan

tampaknya hilang, dia bisa juga mengalami pemulihan spontan. Di

dalam sebuah eksperimen, seekor anjing dilatih untuk mengeluarkan

air liur hanya dengan melihat makanan — stimulus yang

dikondisikan (CS). (Awalnya si anjing baru mengeluarkan air liur

hanya jika makanan sudah berada di mulutnya.) Kemudian, CS

sendiri disaji-kan dalam interval tiga-menitan sebanyak enam kali

percobaan, dan pada percobaan keenam, si anjing tidak lagi

mengeluarkan air liur. Jadi tampaknya respons ini sudah

mengalami kepunahan. Namun demikian, setelah dua jam

istirahat, penyajian CS sendirian sekali lagi bisa menghasilkan

jumlah air liur yang cukup banyak. Artinya, respons

menunjukkan pemulihan spontan. Akan tetapi, apabila

eksperimen ini diteruskan meskipun respons sudah hilang, tanpa

memberi jeda waktu untuk memperbaiki stimulus yang

dikondisikan (CS) menjadi stimulus yang tidak dikondisikan (US),

9 Purwanto, Ngalim. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Page 10: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

JURNAL FALASIFA. Vol. 3, No. 1 Maret 2012

32

maka efek pemulihan spontan ini tampaknya memang akan

hilang selamanya.

Contoh: Guru yang awalnya memulai pelajaran (misalnya

sains) dengan senyum dan ramah serta mengawali pelajaran dengan

memberi apersepsi atau pun metafora sebelum memberikan materi

pelajaran ataupun latihan soal dirasa siswa itu merupakan stimulus

yang dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk belajar.

Namun bila kemudian hari guru tersebut masuk dengan senyum dan

tanpa memberikan apersepsi dan metafora dan langsung memberikan

latihan soal, maka mungkin minat dan motivasi siswa untuk belajar

dapat berkurang dan bila kondisi tersebut terjadi berulang-ulang

dalam waktu lama, maka kemungkin besar minat dan motivasi siswa

untuk belajar dapat hilang.

2. Generalisasi Stimulus (stimulus generalization). Rangsangan yang sama

akan menghasilkan tindak balas yang sama. Pavlov menggunakan

bunyi loceng yang berlainan nada, tetapi anjing masih mengeluarkan

air liur. Ini menunjukkan bahawa organisme telah terlazim, dengan

dikemukakan sesuatu rangsangan tak terlazim akan menghasilkan

gerak balas terlazim (air liur) walaupun rangsangan itu berlainan atau

hampir sama.

Contoh : anak kecil yang merasa takut pada anjing galak, tentu

akan memberikan respons rasa takut pada setiap anjing. Tapi melalui

penguatan dan pemadaman diferensial, rentang stimulus rasa takut

menjadi menyempit hanya pada anjing yang galak saja.

Meskipun sebuah refleks sudah dikondisikan hanya untuk

satu stimulus, ternyata bukan hanya stimulus itu yang bisa

memunculkannya. Respons tampaknya bisa membangkitkan juga

sejumlah stimulus serupa tanpa pengondisian lebih jauh. Sebagai

contoh, seekor anjing yang telah dikondisikan untuk

mengeluarkan air liur terhadap bunyi bel bernada tertentu akan

mengeluarkan air liur juga jika mendengarkan bunyi bel bernada

lain. Kemampuan merangkai stimulis untuk menghasilkan respons

seperti ini beragam menurut derajat kemiripan dengan stimulus

awal yang dikondisikan (CS orisinil). Pavlov percaya bahwa kita

bisa mengamati generalisasi stimulus ini karena proses fisiologis

yang dinamainya pemancaran (irradiation). Stimulus awal

merangsang bagian tertentu otak yang kemudian memancar atau

menyebar ke- wilayah otak yang lain (Purwanto, Ngalim. 2007). Bila

Page 11: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

Titin Nurhidayati, Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov

(Classical Conditioning ) dalam Pendidikan

33

suatu makhluk mengadakan generalisasi (menyamaratakan), maka

ia juga akan dapat melakukan diskriminasi atau pembedaan.10

Contoh: Guru yang awalnya memulai pelajaran dengan

senyum dan ramah serta mengawali pelajaran dengan memberi

apersepsi atau pun metafora sebelum memberikan materi pelajaran

atau latihan soal dirasa siswa itu merupakan stimulus yang dapat

membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk belajar. Stimulus

tersebut akan digeneralisasi oleh siswa bahwa guru tersebut orangnya

baik, mengerti kemauan siswa dan dapat diajak berdiskusi serta

nantinya dalam memberikan penilaian buat siswa tidak pelit dan akan

memberikan nilai yang bagus.

3. Pemilahan (discrimination). Diskriminasi yang dikondisikan

ditimbulkan melalui penguatan dan pemadaman yang selektif.11

Diskriminasi berlaku apabila individu berkenaan dapat membedakan

atau mendiskriminasi antara rangsangan yang dikemukakan dan

memilih untuk tidak bertindak atau bergerak balas. Contoh : Anak

kecil yang takut pada anjing galak, maka akan memberi respon rasa

takut pada setiap anjing, tapi ketika anjing galak terikat dan terkurung

dalam kandang maka rasa takut anak itu menjadi berkurang.

Generalisasi awal stimulus ini secara bertahap membuka

jalan bagi proses pembedaan. Jika anjing terus dibiarkan mendengar

suara bel yang berbeda-beda nadanya (tanpa menyajikan makanan

di hadapannya), maka si anjing mulai merespons secara lebih

selektif, membatasi responsnya hanya kepada nada yang paling

mirip dengan CS orisinil. Kita bisa juga secara aktif menghasilkan

pembedaan dengan menggandengkan satu nada dengan makanan,

sementara nada lain tanpa disertai makanan. Ini biasa disebut

sebagai eksperimen tentang pemilahan stimulus.

Contoh: Guru yang biasa memberikan pelajaran dengan

latihan soal dan usai memberikan pelajaran menyuruh siswa

mengerjakan latihan soal yang ada dalam buku teks dipapan tulis.

Bila penyelesaian soal tersebut benar maka guru akan tersenyum dan

mengatakan “bagus”. Stimulus ini akan ditangkap oleh siswa dan

dianalogikan bahwa perkataan “bagus” berarti jawaban siswa tersebut

“benar”. Ini akan berbeda jika siswa mengerjakan soal dipapan dan

guru cuma tersenyum tanpa mengatakan bagus, karena siswa akan

menganalogikan jawaban yang dibuatnya belum tentu “benar”. Jadi

siswa akan selektif mengartikan senyum guru.

10 Baharuddin & Esa Nur Wahyuni, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media Group. Hal: 61. 11 Ibid, hal: 62

Page 12: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

JURNAL FALASIFA. Vol. 3, No. 1 Maret 2012

34

4. Tingkat Pengondisian Yang Lebih Tinggi. Akhirnya, Pavlov menun-

jukkan bahwa sekali kita dapat mengondisikan seekor anjing

secara solid kepada CS tertentu, maka dia kemudian bisa

menggunakan CS itu untuk menciptakan hubungan dengan

stimulus lain yang masih netral. Di dalam sebuah eksperimen murid-

murid Pavlov melatih seekor anjing untuk mengeluarkan air liur

terhadap bunyi bel yang disertai makanan, kemudian

memasangkan bunyi bel itu saja dengan sebuah papan hitam.

Setelah beberapa percobaan, dengan melihat papan hitam itu saja

anjing bisa mengeluarkan air liurnya. Ini disebut pengondisian

tingkat-kedua. Pavlov menemukan bahwa dalam beberapa kasus

dia bisa menciptakan pengondisian sampai tingkat-tiga, namun

untuk tingkat selanjutnya, pengondisian tidak bisa dilakukannya.12

Contoh: Stimulus yang telah membangkitkan minat dan

motivasi siswa untuk belajar pada mata pelajaran tertentu (misalnya

sains) yang dirasa sulit, akan melekat pada diri siswa minat dan

motivasi tersebut. Dan bila siswa dihadapkan pada mata pelajaran

lain (misalnya matematika) yang juga dirasa sulit, maka minat dan

motivasi untuk mempelajari mata pelajaran tersebut akan sama

besarnya dengan minat dan motivasi belajar pelajaran terdahulu (red:

sains).

Secara garis besar hukum-hukum belajar menurut Pavlov,

diantaranya :

1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang

dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan

(yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan

stimulus lainnya akan meningkat.

2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang

dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent

conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan

reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

Prinsip-Prinsip Teori Belajar Classical Conditioning Paplov

Prinsip-prinsip belajar menurut Classical Conditioning dapat

diringkaskan sebagai berikut:

1. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara

menghubungkan/mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang

lebih kuat dengan perangsang yang lebih lemah.

12 Purwanto, Ngalim. Op Cit. Hal: 230.

Page 13: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

Titin Nurhidayati, Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov

(Classical Conditioning ) dalam Pendidikan

35

2. Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan

lingkungan.

3. Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme.

4. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak US dan CS akan

menimbulkan aktivitas otak. Aktivitas yang ditimbulkan US lebih

dominan daripada yang ditimbulkan CS. Oleh karena itu US dan CS

harus di pasang bersama-sama, yang lama kelamaan akan terjadi

hubungan. Dengan adanya hubungan, maka CS akan mengaktifkan

pusaat CS di otak dan selanjutnya akan mengaktifkan US. Dan

akhirnya organisme membuat respon terhadap CS yang tadinya secara

wajar dihubungkan dengan US.

5. Semua aktifitas susunan syaraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibisi.

Setiap peristiwa di lingkungan organisme akan dipengaruhi oleh dua

hal tersebut, yang pola tersebut oleh Pavlov disebut Cortical Mosaic.

Dan pola ini akan mempengaruhi respons organisme terhadap

lingkungan. Namun demikian Pavlov juga menyadari bahwa tingkah

laku manusia lebih komplek dari binatang, karena manusia

mempunyai bahasa dan hal ini akan mempengaruhi tingkah laku

manusia.13

Aplikasi Teori Belajar Classical Conditioning Paplov dalam Pendidikan

dan Pengajaran

Seperti yang telah kita ketahui, apa yang telah dilakukan Paplov

bukanlah untuk mengembangkan teori belajar. Setelah banyak orang

mengakui teori Paplov bermanfaat di dunia psiokologi, banyak ahli

pendidikan baru mulai memanfaatkan teorinya untuk mengembangkan

atau memberikan kontribusi pada psikologi pendidikan pada umumnya

dan teori belajar khususnya.

Menyadari latar belakang di atas, kita sebagai pendidik harus

menempatkan teori Paplov secara tepat. Sebaiknya, kita menggunakan teori

conditioning sebagai referensi belajar secara fleksibel karena eksperimen

Paplov adalah perilaku binatang. Padahal, subyek belajar adalah manusia.

Ada perbedaan hakiki pikiran dan perasaan yang tertentu berbeda dengan

binatang.

Oleh karena itu, teori responden hanya digunakan untuk menjelaskan

proses belajar secara umum, yaitu pengaruh kondisi tertentu terhadap

sikap, perasaan dan pikiran subjek didik dalam belajar. Namun, kita tetap

memperhitungkan pengecualian-pengecualian, sebagaimana dalam

menggunakan generalitas, tidak menegasi partikularitas dengan sendirinya.

Demikianlah menurut teori conditioning belajar adalah suatu proses

13 Tim Penyusun, 2004, Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta.

Page 14: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

JURNAL FALASIFA. Vol. 3, No. 1 Maret 2012

36

perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang

kemudian menimbulkan rekasi (respon). Untuk menjadikan seseorang itu

belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting

dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang

kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah belajar yang terjadi secara

otomatis. Segala tingkah laku manusia tidak lain adalah hasil daripada

latihan-latihan atau kebiasaan kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat

tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya.

Salah satu konsep yang berkaitan dengan eksperimen Paplov adalah

pemberian tanda, stimulus dan respons yang tidak dikondisikan sebagai

hasil proses instingtual, sedangkan hubungan dikondisikan disebabkan

latihan. Latihan menyebabkan perubahan tingkah laku, terutama

perubahan neuron atau sel-sel syaraf. Oleh karena itu, wajar jika Paplov

disebut Neurobehaviorist karena menyatakan bahwa interaksi antara

stimulus dan respons terjadi melalui proses neural. Sementara belajar yang

dilakukan manusia, yang ada bukan hanya tanda, tetapi juga simbol.

Demikian pula dalam hal belajar, manusia tidak hanya mengenal latihan,

tetapi juga belajar (dengan konsep lain). Konsep simbol dalam belajar pada

diri manusia menyebabkan perbedaan antara manusia dengan hewan.

Manusia memiliki pikiran dan perasaan, bukan hanya insting seperti yang

dimiliki binatang.

Dengan akal pikiran dan perasaan, manusia mampu membedakan

tanda dan simbol. Tanda adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari

apa yang ditandakan. Kita menyadari bahwa manusia maupun binatang

mengenal tanda. Akan tetapi, berkaitan dengan pikiran dan perasaan yang

dimiliki, manusia tidak mau berhenti hanya pada tanda, melainkan akan

melangkah pada simbol. Manusia tidak puas dengan apa yang ada pada

benda, melainkan memiliki kecenderungan mengetahui apa yang ada

dibalik benda dan yang terkait dengannya. Ruang tanda diperluas sehingga

mempunyai arti dan menjadi lebih intens. Kalau tanda menunjuk pada

suatu objek, maka simbol lebih menunjuk pada suatu konsep.

Perasaan dan akal pikiran yang potensial pada manusia

menyebabkan stimulus yang sama tidak selalu menimbulkan respons sama,

dan sebaliknya, respons sama tidak selalu disebabkan stimulus yang sama.

Namun demikian, ada baiknya bila kita dapat menggunakan kerangka teori

Paplov untuk membantu menjelaskan proses belajar secara fleksibel.

Contohnya, sikap ramah seorang guru memiliki kecendrungan

menimbulkan respons positif pada subjek didik, meskipun ada

kemungkinan timbulnya respons negatif pada subjek didik manja. Pada

awal pelajaran, konsep-konsep yang sulit dapat menimbulkan shock symbol

pada sebagian subjek didik, tetapi justru dapat pula merangsang subjek

didik belajar gigih agar memahaminya. Demikian pula, latar belakang

Page 15: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

Titin Nurhidayati, Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov

(Classical Conditioning ) dalam Pendidikan

37

ekonomi rendah dapat menimbulkan respons berupa semangat belajar

tinggi dan sebaliknya.

Eksperimen-eksperimen Paplov awalnya tidak bertujuan menemukan

teori belajar, meskipun sangat dipengaruhi oleh psikologi behaviorisme.

Sesuai dengan kedudukannya sebagai ahli fisiologi, eksperimen paplov

lebih bertujuan memahami fungsi otak.

Hasil-hasil eksperimen Paplov ternyata sangat berguna bagi

pengembangan teori belajar. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila

banyak ahli pendidikan mengadopsi hasil eksperimen paplov untuk

mengembangkan teori belajar. Namun demikian, apa yang diperoleh

Paplov bukan suatu yang final sehingga kita sebaiknya fleksibel

menggunakannya.14

1. Penerapan Prinsip-prinsip Teori Belajar Classical Conditioning dalam

Pengajaran

Pengaruh keadaan klasik membantu menjelaskan banyak pelajaran

di mana satu stimulus diganti/ digantikan untuk yang lain. Satu contoh

yang penting tentang proses ini adalah pelajaran atraksi emosional dan

ketakutan. Bahwa bentakkan seorang guru seringkali membuat takut

murid-muridnya, hal yang sama seorang polisi mempermainkan penjahat

dengan ancungan tangannya, atau seorang perawat hendak memberi

suntikan kepada pasiennya. Semua perilaku ini menciptakan tanggapan

perhatian dan ketakutan di hati orang-orang tersebut dibawah kesadaran

mereka. Situasi ini memberikan pengaruh ketakutan bila stimulus tidak

netral:

Guru Sorak ( UCS) Perhatian dan Ketakutan anak ( UCR)

Polisi mendorong dengan penuh ancaman (UCS) Perhatian dan Ketakutan

masyarakat (UCR)

Perawat memberi suntikan (UCS) Perhatian dan Ketakutan pasien (UCR)

Manapun stimulus netral yang berulang-kali terjadi bersama-sama

dengan stimuli ini cenderung untuk dikondisikan (C) ke ketakutan sebagai

respon. Jika seorang guru selalu meneliti seorang anak, kemudian hanya

memperhatikan dia tanpa mengkritik boleh jadi membuat dia menaruh

perhatiannya. Hal yang ekstrim, anak bisa berhubungan dengan guru di

kelas dengan perhatian dan ketakutannya yang ia kembangkan samarata,

atau ketakutan yang kadang tidak masuk akal. Hal yang sama juga dialami

masyarakat phobia polisi, atau pasien, tentang perawat.

Tetapi tanggapan positif dapat dibangun secara sederhana untuk

mengkondisikan stimulus. Jika seorang guru memuji seorang siswa maka

14 Mulyati. (2005). Psikologi Belajar. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal: 37.

Page 16: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

JURNAL FALASIFA. Vol. 3, No. 1 Maret 2012

38

akan menimbulkan hal positif baginya, bahkan ketika dia tidak lagi dipuji.

Pada akhirnya, proses ini dapat membangun hubungan baik di kelas. Hal

yang sama untuk polisi, perawat, atau orang yang bekerja dengan orang-

orang: stimuli yang dapat dipercaya menimbulkan hal positif tanggapan

tersebut dapat dikondisikan untuk lain. Penggantian stimulus dapat

membantu bahkan pada pelajaran tertentu yang tidak berisi unsur

perasaan. Pengaruh tersebut tidak memerlukan refleks sebagai titik awal.

Beberapa Psikolog menyebutnya belajar berlanjut atau asiosatif

learning, hanya memerlukan dua stimuli yang tidak bertalian terjadi

bersama-sama pada suatu tanggapan atau keduanya dari stimulus yang

ada. Jika seorang anak telah mempelajari bagaimana cara menggunakan

unit balok kecil, kemudian stimuli ini dapat dipasangkan dengan hal yang

lebih abstrak, mereka akan dapat menulis padanan menulis padanan yang

menghasilkan apa yang diinginkan dengan baik. Pada Gambar 3, terlihat

bahwa awalnya anak tidak mempunyai kemampuan tertentu (netral)

namun setelah belajar mereka mengasiosatifkan ingatan mereka pada hal

yang berbeda.15

Dalam praktek pendidikan mungkin bisa kita temukan seperti

lonceng berbunyi mengisyaratkan belajar dimulai dan atau pelajaran

berakhir. Pertanyaan guru diikuti oleh angkatan tangan siswa, suatu

pertanda siswa dapat menjawabnya. Kondisi-kondisi tersebut diciptakan

untuk memanggil suatu respon atau tanggapan ahli pendidikan lain juga

menyarankan bahwa panduan belajar dengan mengkombinasikan gambar

dan kata-kata dalam mempelajari bahasa, akan sangat berguna dalam

mengajar perbendaharaan kata-kata. Memasangkan kata-kata dalam bahasa

Inggris dengan kata-kata bahasa lainnya akan membantu para siswa dalam

membuat perbendaharaan kata dalam bahasa asing.16

Dalam pengertian yang lebih luas lagi misalnya memasangkaan

maakna suatu konsep dengan pengalaman siswa sehari-harinya akan

membantu siswa dalam memahami konsep-konsep lainnya. Walaupun

classical conditioning terus menjadi bidang yang aktif dalam psikologi saat

ini, sebagian para ahli telah mulai meninggalkan teori psikologi ini.

2. Penerapan Prinsip-prinsip Teori Belajar Classical Conditioning di

Kelas

Berikut ini beberapa tips yang ditaawarkan oleh Woolfolk (1995)

dalam menggunakan prinsip-prinsip kondisioning klasik di kelas.

15 Seifert, Kelvin. (1983). Educational Psychology. Boston: Houghton Mifflin Company.

Hal: 149-150. 16 Sudjana, Nana. 1991. Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakata: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hal: 73.

Page 17: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

Titin Nurhidayati, Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov

(Classical Conditioning ) dalam Pendidikan

39

a. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-

tugas belajar, misalnya:

1) Menekankan pada kerjasama dan kompetisi antarkelompok

daripada individu, banyak siswa yang akan memiliki respons

emosional secara negatif terhadap kompetisi secara individual, yang

mungkin akan digeneraalissikan dengan pelajaran-pelajaran yang

lain;

2) Membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan

menciptakaan ruang membaca (reading corner) yang nyaman dan

enak serta menarik, dan lain sebagainya.

b. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi

yang mencemaskan atau menekan, misalnya:

1) Mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkaan siswa lain cara

memahami materi pelajaran;

2) Membuat tahap jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka

panjang, misalnya dengaan memberikan tes harian, mingguan, agar

siswa dapat menyimpaan apa yang dipelajari dengan baik;

3) Jika siswa takut berbicara di depan kelas, mintalah siswa untuk

membacakan sebuah laaporan di depan kelompok kecil sambil

duduk di tempat, kemudian berikutnya dengan berdiri. Setelah dia

terbiasa, kemudian mintalah ia untuk membaca laporan di depaan

seluruh murid di kelas.

c. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap

situasi-situasi sehingga mereka dapat membedakan dan

menggeneralisasikan secara tepat. Misalnya, dengan:

1) Meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian masuk

sebuah sekolah yang lebih tinggi tingkatannya atau perguruan

tinggi, bahwa tes tersebut sama dengan tes-tes prestasi

akademik lain yang pernah mereka lakukan;

2) Menjelaskan bahwa lebih baik menghindari hadiah yang

berlebihan dari orang yang tidak dikenal, atau menghindar

tetapi aman daan dapat menerima penghargaan dari orang

dewasa ketika orangtua ada.17

d. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-

tugas belajar,

Contoh: Menekankan pada kerja sama dan kompetisi antar kelompok

daripada individu, banyak siswa yang akan memiliki respons

emosional secara negatif terhadap kompetisi secara individual, yang

mungkin akan digeneralisasikan dengan pelajaran-pelajaran yang lain,

contoh lainnya adalah membuat kegiatan membaca menjadi

17 Baharuddin & Esa Nur Wahyuni, Op Cit. Hal: 64.

Page 18: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

JURNAL FALASIFA. Vol. 3, No. 1 Maret 2012

40

menyenangkan dengan menciptakan ruang membaca yang nyaman

dan enak serta menarik.

e. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi

yang mencemaskan atau menekan, Contoh: Mendorong siswa yang

pemalu untuk mengajarkan siswa lain cara memahami materi

pelajaran, misalnya dengan memberikan tes harian, mingguan, agar

siswa dapat menyimpan apa yang dipelajari dengan baik. Jika siswa

takut berbicara di depan kelas mintalah siswa untuk membacakan

sebuah laporan di depan kelompok kecil sambil duduk ditempat,

kemudian berikutnya dengan berdiri. Setelah dia terbiasa, kemudian

mintalah ia untuk membaca laporan di depan seluruh murid di kelas.

f. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap

situasi-situasi sehingga mereka dapat membedakan dan

menggeneralisasi secara tepat.

Contoh : Meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian

masuk sebuah perguruan tinggi, bahwa tes tersebut sama dengan tes-

tes prestasi akademik lain yang pernah mereka lakukan.

Sebagai guru, kita harus mengetahui bagaimana mengurangi

counterproductive kondisi responsif yang dialami para siswa. Psikolog sudah

mempelajari ke arah itu untuk memadamkan hal negatif sebagai reaksi

emosional pada stimulus dikondisikan tertentu tidak lain untuk

memperkenalkan stimulus itu secara pelan-pelan dan secara berangsur-

angsur sehingga siswa bahagia atau santai ( M.C.Jones, 1924; Wolpe, 1969).

Satu contoh, jika Imung seorang yang takut berenang, kita mungkin mulai

pelajaran berenangnya pada tempat yang dangkal seperti bayi bermain

dalam tempat mandinya kemudian bergerak perlahan-lahan ke air yang

lebih dalam, maka ia akan merasa lebih nyaman untuk mencoba berenang.

Tidak ada hal yang paling membanggakan pada guru selain

membantu dan membuat siswa menjadi sukses dan merasa senang di kelas.

Satu hal yang perlu guru ingat bahwa kelas dapat membuat perilaku baik

siswa, meningkat atau justru melemahkannya.18

Penutup

Sebagai sebuah teori, Classical Conditioning Pavlov memiliki

kelebihan dan sekaligus kekurangan. Adapun kelebihan teori ini misalnya

cocok diterapkan untuk pembelajaran yang menghendaki penguasaan

ketrampilan dengan latihan. Atau pada pembelajaran yang menghendaki

18 Ormred, Jeane E. (2003). Educational Psychology Developing Learners. Fourth Edition.

Ohio: Merrill Prentice Hall. Hal. 304-305.

Page 19: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

Titin Nurhidayati, Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov

(Classical Conditioning ) dalam Pendidikan

41

adanya bias atau membentuk perilaku tertentu. Selain itu juga

memudahkan pendidik dalam mengontrol pembelajaran sebab individu

tidak menyadari bahwa dia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari

luar dirinya. Pada sisi lain, teori ini juga tepat kalau digunakan untuk

melatih kepandaian binatang.

Sementara itu, kelemahan Teori Belajar Classical Conditioning Pavlov

adalah bahwa teori ini menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi

secara otomatis; keaktifan dan kehendak pribadi tidak dihiraukan. Teori ini

juga terlalu menonjolkan peranan latihan/kebiasaan padahal individu tidak

semata-mata tergantung dari pengaruh luar yang menyebabkan individu

cenderung pasif karena akan tergantung pada stimulus yang diberikan. Di

samping itu pula, dalam teori ini, proses belajar manusia dianalogikan

dengan perilaku hewan sulit diterima, mengingat perbedaan karakter fisik

dan psikis yang berbeda antar keduanya. Oleh karena itu, teori ini hanya

dapat diterima dalam hal-hal belajar tertentu saja; umpamanya dalam

belajar yang mengenai skill (keterampilan) tertentu dan mengenai

pembiasaan pada anak-anak kecil.

Page 20: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

JURNAL FALASIFA. Vol. 3, No. 1 Maret 2012

42

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin & Esa Nur Wahyuni, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.

Dahar, Ratna Wilis, 1988, Teori-teori Belajar. Jakarta: DepDikBud.

Djamara. Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta.

G.A. Kimble, N. Garmezy & E. Zigler, 1974, Principles of General Psychology.

New York: John Wiley & Sons, Inc.

Hergenhahn, B.R. & Olson, M.H. (1997). An Introduction to Theories of

Learning. Fifth Edition. USA: Prentice-Hall, Inc.

Joyce, Bruce R. & Weil, Marsha. (1992). Model of Teaching. Fourth Edition.

Boston: Allyn and Bacon.

Klein, Stephen B. (2002). Learning: Principles and Applications. Fourth Edition.

New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Lefrancois, Guy R. (1985). Pshycology For Teaching. Fifth Edition. Belmont:

Wadswarth Publishing Company.

Mulyati. (2005). Psikologi Belajar. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Ormred, Jeane E. (2003). Educational Psychology Developing Learners. Fourth

Edition. Ohio: Merrill Prentice Hall.

Purwanto, Ngalim. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda

Karya.

Seifert, Kelvin. (1983). Educational Psychology. Boston: Houghton Mifflin

Company.

Sudjana, Nana. 1991. Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakata: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1979. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-

tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.

Page 21: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

Titin Nurhidayati, Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov

(Classical Conditioning ) dalam Pendidikan

43

Suryabrata, Sumadi ,2006, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Syah, Muhibbin. (2006). Psikologi Belajar. Edisi 5. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Tim Penyusun, 2004, Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta.

Page 22: 2 Titin Nurhidayati Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Classical Conditioning Dalam Pendidikan

JURNAL FALASIFA. Vol. 3, No. 1 Maret 2012

44