2008 nad
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 2008 Nad
1/80
1
KINETIKA INHIBISI EKSTRAK ETANOL SELEDRI (ApiumgraveolensL.) DAN FRAKSINYA TERHADAP ENZIM XANTIN
OKSIDASE SERTA PENENTUAN SENYAWA AKTIFNYA
NADINAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
-
7/22/2019 2008 Nad
2/80
2
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kinetika Inhibisi Ekstrak
Etanol Seledri (Apium graveolensL.) dan fraksinya terhadap Enzim XantinOksidase serta Penentuan Senyawa Aktifnya adalah karya saya dengan arahan
komisi pembimbing dan Belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2008
Nadinah
G452050081
-
7/22/2019 2008 Nad
3/80
3
ABSTRACT
NADINAH. Inhibition kinetic of Apium graveolens L. ethanol extract and itsfraction on the Activity of Xanthine Oxidase Enzyme and Active Compound
Determination. Under direction of DYAH ISWANTINI PRADONO andLATIFAH K. DARUSMAN.
Apium graveolens is one of the traditional medicinal plants that has a
potential as antigout. It has been reported that flavonoid ofApium graveolens
could inhibit activity of xanthine oxidase enzyme up to 85.44 % (Ramdhani.
2004). The aim of the research was to investigate the type inhibition kinetic of
Apium graveolenss ethanol crude extract, and its the fraction kinetic of inhibition,
also the determination of active compound. The result of the research showed that
Apium graveolenss 10.40% ethanol crude extract was 10.40 % (LC50 1968.19
ppm) with the yield of inhibitory power was 6.04 % until 74.01 % (100 2000
ppm). Inhibition kinetic of 1500 ppm crude extract caused increase of KM(0.10
mM) and unchanged of Vmax. Based on that, the type of inhibition wascompetitive. Purification of crude extract resulted 7 fractions and the highest
activity was achieved by fraction 6 (inhibitory power was 85.08 %). The
purification of crude extract caused the increasing of inhibitory power effect.
Inhibition kinetic of fraction 6 (150 ppm) caused increase of KM (0.30 mM) andunchanged of Vmax. Based on that, the type of inhibition was competitive.
Purification of fraction 6 resulted 6 fraction and the highest activity was achievedby fraction 5 (inhibitory power was 88.41 %). Based on analysis of LCMS and
NMR, the active compound of Apium graveolens extract (fraction 5) werepotential to inhibit the activity of xanthine oxidase, the active compound was 5,7-
dihydroxy-2-(4-hydroxyphenyl)-4H-1-benzopyran-4-one and 2,3-dihydro-6-hidroxy-5-benzofuran carboxylic acid.
Keywords : Apium graveolens, flavonoid, xanthine oxidase enzyme, inhibition
kinetic
-
7/22/2019 2008 Nad
4/80
4
RINGKASAN
NADINAH. Kinetika Inhibisi Ekstrak Etanol Seledri (Apium graveolensL.) danfraksinya terhadap Enzim Xantin Oksidase serta Penentuan Senyawa Aktifnya.
Dibimbing oleh DYAH ISWANTINI PRADONO dan LATIFAH K.DARUSMAN.
Tumbuhan berbunga yang berpotensi sebagai tumbuhan obat di Indonesia
ada sekitar 30000 spesies tumbuhan (Dirjen Bina Produksi Hortikultura 2002),
diantara tumbuhan yang diakui khasiatnya adalah seledri (Apium graveolensL.).
Seledri (Apium graveolens L.) merupakan salah satu tumbuhan obat tradisional
yang diketahui memiliki potensi sebagai obat asam urat. Telah dilaporkan bahwa
flavonoid asal seledri mampu menghambat enzim xantin oksidase (enzim yang
dapat mnyebabkan terjadinya asam urat) hingga 85,44 % (Rambhani 2004).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme kinetika
inhibisi yang terbentuk dari ekstrak kasar etanol dan untuk mengetahui
mekanisme kinetika inhibisi hasil fraksinasinya serta penentuan senyawa aktifyang berperan dalam menghambat enzim xantin oksidase. Sementara manfaat dari
penelitian ini adalah memberikan informasi tentang mekanisme inhibisi ekstrak
dan hasil fraksi seledri sebagai inhibitor enzim xantin oksidase serta mengetahui
senyawa aktif yang berperan sebagai inhibitor enzim xantin oksidase. Metode dalam penelitian ini meliputi pembuatan ekstrak etanol seledri, uji
fitokimia untuk mengetahui keberadaan senyawa metabolit sekunder, uji toksisitas(LC50), uji inhibisi (untuk mencari konsentrasi terbaik yang memiliki daya inhibisi
tertinggi), fraksinasi (untuk pemurnian sampel), uji kinetika (untuk mengetahuimekanisme kinetikanya), serta penentuan struktur senyawa aktifnya menggunakan
Fourir Transformation Infra Red (FT-IR) yang digunakan untuk menganalisiskualitatif keberadaan gugus fungsi senyawa yang berperan dalam menghambat
enzim xantin oksidase,High Performance Liquid Chromatography (HPLC) yang
digunakan untuk analisis kualitatif pemurnian senyawa aktifnya, Liquid
Chromatography Mass Spectroscopy(LC-MS) untuk menentukan bobot molekul,
Nuclear Magnetik Resonance(NMR) untuk menentukan strukturnya.
Hasil penelitian menghasilkan ekstrak kasar etanol sebesar 10,40% (LC501969,18 ppm) dengan efek inhibisi 6,04 % hingga 74,01% (100-2000 ppm).
Kinetika inhibisi dari ekstrak kasar etanol pada konsentrasi 1500 ppm
menyebabkan peningkatan nilai KM(0,10 mM atau meningkat sebesar 134,48 %)
dari 0,29 mM menjadi 0,39 mM dengan perubahan Vmax yang sangat kecil.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan inhibisi hambatan yang terjadi
mengarah pada mekanisme inhibisi kompetitif. Pemurnian ekstrak kasar
menghasilkan 7 fraksi dan aktivitas tertinggi dimiliki oleh fraksi 6 dengan dayainhibisi mencapai 85,08 %. Kinetika inhibisi dari fraksi 6 dengan konsentrasi 150ppm menyebabkan peningkatan nilai KM (0,30 mM atau meningkat sebesar
203,45 %) dari 0,29 mM menjadi 0,59 mM dengan perubahan Vmaxyang sangatkecil. Pemurnian fraksi 6 dengan menggunakan High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) diperoleh 6 fraksi dan dan fraksi 5 merupakan fraksiteraktif dengan daya inhibisi mencapai 88,41 %. Berdasarkan hasil analisisLiquid
Chromatography Mass Spectroscopy(LC-MS) danNuclear Magnetik Resonance
-
7/22/2019 2008 Nad
5/80
5
(NMR), Senyawa aktif yang berasal dari ekstrak seledri (fraksi 5) yang telah
dimurnikan kembali dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC)yang dapat menghambat enzim xantin oksidase diduga adalah senyawa 5,7-
dihidroksi-2-(4-hidroksipenil)-4H-1-benzopiran-4-on dan asam 2,3-dihidro-6-hidroksi-5-benzofuran karboksilat.
Kata-kata kunci : selederi, flavonoid, enzim xantin oksidase, kinetika inhibisi
-
7/22/2019 2008 Nad
6/80
6
Hak Cipta Institut Pertanian Bogor, tahun 2008
Hak Cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagaian atau seluruh karya tulis ini tanpamencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalahb. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karyatulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
-
7/22/2019 2008 Nad
7/80
7
KINETIKA INHIBISI EKSTRAK ETANOL SELEDRI
(Apium graveolensL.) DAN FRAKSINYA TERHADAP ENZIM
XANTIN OKSIDASE SERTA PENENTUAN SENYAWA
AKTIFNYA
NADINAHG452050081
TesisSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Kimia
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
-
7/22/2019 2008 Nad
8/80
8
Penguji Luar Komoisi pada Ujian Tesis Dr Djarot S Hamiseno
-
7/22/2019 2008 Nad
9/80
9
Judul Tesis : Kinetika Inhibisi Ekstrak Etanol Seledri (Apium graveolens
L.) dan fraksinya terhadap Enzim Xantin Oksidase serta
Penentuan Senyawa Aktifnya
Nama : Nadinah
NRP : G452050081
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Dyah Iswantini Pradono. M.Agr Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman,
MSKetua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Kimia Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro,
MS
Tanggal Ujian : Tanggal lulus :
-
7/22/2019 2008 Nad
10/80
10
PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala Rahmatdan Karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
dengan judul Kinetika Inhibisi Ekstrak Etanol Seledri (Apium graveolensL.)danFraksinya serta Penentuan Senyawa Aktifnya dapat diselesaikan selama 12 bulan
mulai dari Mei 2007 sampai dengan Mei 2008 bertempat di Laboratorium Kimiaanalitik dan Pusat studi Biofarmaka IPB, laboratorium Departemen Kelautan
Sukabumi dan Laboratorium Kimia LIPI serpong.
Terima Kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini, antara lain Ibu Dr. Dyah
Iswantini Pradono, MAgr dan Ibu Prof. Dr. Ir. Latifah Kosim Darusman, MS
selaku komisi pembimbing dan selaku ketua Program Studi Kimia Sekolah
Pascasarjana IPB, serta bapak Dr. Muhammad Hanafi MSc dari LIPI Serpong
yang telah membantu menganalisis struktur senyawa aktif. Terima kasih kepada
Pusat Studi Biofarmaka yang telah mendanai sebagaian dari penelitian ini dan
telah diikutkan dalam kegiatan riset melalui penelitian tentang penyakit asam urat.Ungkapan terima kasih juga diungkapkan khusus kepada ayahanda tercinta
M.Sarimin dan ibunda tercinta Tri Payem, ayunda tercinta Titi Almi dan adik-
adikku tercinta, W. Mulyatno Saputra, Parno Mulyadi, M. Rezeki Farhan dan S.
Ana Sahroni serta Totok Eka Suharto yang selalu memberikan semangat dandukungan dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Di samping itu ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada Pak Eman, Laboran PSB, mbak Siti dariLaboratotium Kimia bersama, pak Hery dari Laboratorium Kelautan Sukabumi,
Rahma Juwita, Ramdhan Hidayat, semua teman-teman Kimiapasca 2005 yangbanyak membantu dan selalu menjaga kebersamaan.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat, amin.
Bogor, Agustus 2008
Nadinah
-
7/22/2019 2008 Nad
11/80
11
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sragen pada tanggal 23 maret 1980 sebagai anak
pertama dari lima bersaudara, anak pasangan M. Sarimin dan Tri Payem.Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Bengkulu, dan lulus pada tahun 2002 sebagai sarjanapendidikan. Penulis pernah bekerja di bank permata pada tahun 2003-2004 di
Jakarta, dan pada tahun 2005 penulis melanjutkan studi program pascasarjana di
Institut Pertanian Bogor.
-
7/22/2019 2008 Nad
12/80
12
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL.................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................ xiiiDAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xiv
PENDAHULUAN.................................................................................... 1
Latar Belakang.............................................................................. 1
Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
Manfaat Penelitian........................................................................ 3
Hipotesis....................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Seledri (Apium graveolens L.)..................................................... 4
Xantin Oxidase............................................................................. 5
Flavonoid dan alkaloid................................................................. 6 Gout (asam urat)........................................................................... 7
Obat Gout...................................................................................... 9
Kinetika Inhibisi Enzim................................................................ 12
Penelitian tentang kinetika inhibisi enzim xantin oksidase.......... 18Fourir Transformation Infra Red(FT-IR)........ 19
High Performance Liquid Chromatography(HPLC)................... 19Liquid Chromatography Mass Spectroscopy(LC-MS)................ 20
Nuclear Magnetik Resonance(NMR).......................................... 21
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian....................................................... 22
Bahan dan Alat ............................................................................. 22
Metode Penelitian ......................................................................... 22
Ekstraksi Etanol ................................................................ 22
Uji Toksisitas ekstrak terhadap Artemia Salina L ............ 23
Uji daya inhibisi terhadap enzim xantin oksidase ............ 23
Uji kinetika inhibisi terhadap enzim xantin oksidase........ 24
Fraksinasi ekstrak kasar etanol.......................................... 25
Identifikasi fraksi teraktif ................................................. 26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi Etanol ............................................................................ 27
Uji Fitokimia dan Uji Sitotoksin (LC50)........ 27Daya Inhibisi Ekstrak kasar Etanol Herba terhadap EnzimXantin Oxidase.............................................................................. 28
Uji Kinetika Ekstrak Kasar Etanol terhadapEnzim Xantin Oksidase................................................................. 29
Fraksinasi Ekstrak Etanol Herba Seledri....................................... 31Daya inhibisi hasil fraksinasi terhadap
enzim xantin oksidase................................................................... 32
-
7/22/2019 2008 Nad
13/80
13
Kinetika inhibisi hasil fraksinasi terhadap
enzim xantin oksidase.................................................................... 34Identifikasi Fraksi teraktif.............................................................. 35
Analisis dengan menggunakan Fourir TransformationInfra Red(FT-IR)............................................................. 35
Analisis dengan menggunakanLiquid ChromatographyMass Spectroscopy (LC-MS).......................................... 36
Analisis dengan menggunakanNuclear MagneticResonance(NMR) .......................................................... 37
SIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 40
LAMPIRAN.............................................................................................. 44
-
7/22/2019 2008 Nad
14/80
14
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Metode penentuan kinetika inhibisi enzim................................. 17
2 Fitokimia ekstrak kasar etanol ................................................... 27
3 Fitokimia hasil kromatografi ..................................................... 32
4 Nilai spektrum fraksi 6............................................................... 36
5 Daya inhibisi fraksi 6 yang telah dimurnikan lagi
dengan HPLC............................................................................. 36
-
7/22/2019 2008 Nad
15/80
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Pengubahan xantin menjadi asam urat.............................................. 5
2 Struktur enzim xantin oksidase ........................................................ 6
3 Protein dan pembentukan asam urat ................................................ 9
4 Struktur allopurinol .......................................................................... 10
5 Struktur flavonoid apigenin ............................................................. 11
6 Pola kinetika yang terbentuk akibat adanya inhibitor kompetitif .... 14
7 Struktur Allopurinol dan struktur xantin .......................................... 15
8 Pola kinetika yang terbentuk akibat
adanya inhibitor unkompetitif............................................................ 15
9 Pola kinetika yang terbentuk akibat
adanya inhibitor nonkompetitif.......................................................... 16
10 Daya inhibisi ekstrak kasar etanol..................................................... 29
11 Pola kinetika inhibisi ekstrak kasar etanol......................................... 30
12 Eluen terbaik (CHCl3: MeOH = 9,5 : 0,5)........................................ 31
13 Daya inhibisi hasil kromatografi........................................................ 33
14 Perbandingan daya inhibisi ekstrak kasar dengan
hasil kromatografi.............................................................................. 34
15 Polakinetikahasilkromatografi........................................................... 35
16 Senyawa 1 : 5,7-dihidroksi-2-(4-hidroksipenil)
-4H-1-benzopiran-4-on..................................................................... 37
17 Senyawa 2 : asam 2,3-dihidro-6-hidroksi-5-benzofuran
Karboksilat....................................................................................... 37
-
7/22/2019 2008 Nad
16/80
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Diagram Alir Penenlitian............................................................ 44
2 Kadar Air.................................................................................... 45
3 Uji Toksisitas dan Kurva Standar Xantin................................... 46
4 Daya inhibsi ekstrak kasar etanol terhadap xantin oksidase....... 47
5 Kinetika inhibisi ekstrak kasar.................................................... 49
6 Profil Pola pemisahan ekstrak etanol herba seledri
pada berbagai eluen..................................................................... 51
7 Profil Spesifikasi dan pola pemisahan hasil kromatografi.......... 52
8 Rendemen hasil kolom, fitokimia dan nilai toksisitas................. 53
9 Nilai toksisitas hasil fraksinasi.................................................... 54
10 Daya inhibisi ekstrak hasil Fraksinasi......................................... 55
11 Kinetika hasil kolom.................................................................... 56
11 Spektrum serapan FT-IR Fraksi 6 ............................................... 57
12 Spektrum analisis HPLC............................................................ 58
13 Spektrum analisis LCMS............................................................. 59
14 Spektrum analisis NMR Proton................................................... 61
15 Spektrum analisis NMR Karbon.................................................. 62
16 Prosedur analisis kadar air dan fitokimia..................................... 63
-
7/22/2019 2008 Nad
17/80
17
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tumbuhan berbunga yang berpotensi sebagai tumbuhan obat di Indonesia
ada sekitar 30000 spesies tumbuhan (Dirjen Bina Produksi Hortikultura 2002),
diantara tumbuhan yang diakui khasiatnya adalah seledri (Apium graveolensL.).
Seledri merupakan tanaman tegak, tahunan, tinggi 25-100 cm, batang bersegi dan
beralur membujur, bunga banyak dan berwarna putih kehijauan. Dapat
dibudidayakan dimana-mana dari dataran rendah sampai dataran tinggi (IPTEK
2005). Tanaman ini lebih dikenal masyarakat sebagai sayuran. Di samping hanya
sekedar sebagai sayuran, seledri jauh lebih bermanfaat yakni sebagai obat
penyakit, di antaranya adalah penyakit gout.
Gout adalah penyakit kelainan metabolik karena adanya endapan kristal
monosodium urat yang terkumpul didalam sendi sebagai akibat tingginya kadar
asam urat didalam darah. Asam urat yang tinggi ini dapat menyebabkan rasa sakit
pada persendian akibat respon peradangan yang ditimbulkannya dan dampak
jangka panjangnya adalah meningkatnya tekanan darah, penyakit batu ginjal,
hingga dapat menyebabkan cacat tubuh. Juandy (2007) melaporkan terdapat 730
kasus gout baru dari 47.150 responden selama dua belas tahun terakhir. Jumlah
penderita ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sejalan dengan pola
kehidupan masyarakat yang lebih gemar mengkonsumsi makanan tinggi protein.
Data ilmiah pendukung yang mengungkap khasiat seledri sebagai
biomedicine diantaranya pemakaian infus daun seledri dengan kadar 10 persen
sebanyak 5 ml/kg bb menurunkan kadar asam urat darah kera (Winata dan
Wilman 1988 dalam ixoranet 2007), pemberian ekstrak seledri dengan cara peras
maupun refluks dapat menurunkan tekanan darah kucing (Dondokambey 1985
dalam Ixoranet 2007), efek diuresis infusa daun seledri pada tikus putih (Setiawan
& Putri 2007),Dan beberapa paten diantaranya Paten (6352728 tahun 2002 dan
6576274 tahun 2003) yang berisi estrak tunggal seledri tetapi efikasi yang ditelaah
adalah antiinflamasi dan Paten (P00200400339 tahun 2004) yang berisi tentang
formula ekstrak gabungan seledri dan sidaguri untuk antigout. Data ilmiah lain
adalah Ramdhani (2004) yang meneliti isolasi dan identifikasi senyawa bioaktif
seledri dalam menghambat aktivitas enzim xantin oksidase dimana dalam
-
7/22/2019 2008 Nad
18/80
18
penelitiannya disebutkan bahwa senyawa aktif yang berperan dalam menghambat
enzim xantin oksidase adalah senyawa dari golongan flavonoid.
Obat-obatan asam urat yang kini beredar di masyarakat umumnya
berkhasiat hanya untuk jangka waktu tertentu dan cenderung menimbulkan gejala
ketergantungan (peningkatan dosis pakai) bahkan beberapa diketahui memiliki
efek samping yang membahayakan hidup. Misalnya allopurinol, obat ini umum
digunakan di kalangan penderita asam urat. Walaupun murah dan efektif
meringankan rasa sakit, namun obat ini diketahui sarat dengan efek samping yang
merugikan seperti sakit kepala, kebotakan, kegagalan ginjal dan hati, hingga
resiko kematian (Sydpath 1999), selain itu allopurinol juga bisa menyebabkan
gangguan pencernaan, timbulnya ruam di kulit, berkurangnya jumlah sel darah
putih dan kerusakan hati (Medicastore 2007). Seledri merupakan tumbuhan yangdapat dimanfaatkan sebagai obat alternatif pengganti obat-obatan sintetis sejenis
allopurinol. Secara umum tumbuhan ini dikenal memiliki efek penyembuh
dengan tingkat resiko dan efek samping yang rendah dibandingkan dengan obat-
obatan sintetis lainnya. Penelitian yang mengungkap peran senyawa aktif seledri
dalam menghambat enzim xantin oksidase untuk penyembuhan asam urat pernah
dilakukan (Iswantini & Darusman 2004) dan Ramdhani (2004), tetapi penelitian
tentang uji kinetika ekstrak kasar seledri dan hasil fraksinasinya yang
dihubungkan dengan penyakit gout dan inhibitor enzim xantin oksidase serta
penentuan senyawa aktifnya belum pernah dilakukan.
Penentuan tipe kinetika inhibisi dari suatu senyawa bahan alam yang akan
digunakan sebagai calon obat penting dilakukan untuk melihat mekanisme
hambatan yang terjadi. Mekanisme hambatan yang terbentuk selanjutnya dapat
menjelaskan kekuatan ikatan antara enzim sebagai target dan senyawa calon obat,
apakah ikatan tersebut bersifat sementara (inhibisi kompetitif dan inhibisi
unkompetitif) ataukah permanen (inhibisi non kompetitif). Mekanisme tipe
hambatan yang terjadi umumnya mengarah pada jenis inhibisi kompetitif namun
beberapa mengarah pada jenis inhibisi nonkompetitif. Beberapa senyawa alam
seperti flavonoid dan senyawa polifenol dilaporkan berperan sebagai inhibitor
kompetitif terhadap enzim xantin oksidase, diantara senyawa itu adalah teaflavin,
teaflavin-3-galat, teaflavin-3-3-digalat, (-)-epigalokatekin-3-galat, dan asam galat
-
7/22/2019 2008 Nad
19/80
19
(Jen et al. 2000), teaflavin -3,3-digalat (Dew et al. 2005), serta apigenin-4-O-
(2-O-p-coumaroyl)--D-glukopiranosida yang merupakan derivat apigenin (Jiao
et al. 2006), begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2006)
yang mengungkapkan bahwa flavonoid asal sidaguri mengarah ke inhibitor
kompetitif. Sedangkan beberapa golongan flavonol meliputi jenis flavonol krisin,
luteolin, kaemferol, kuersetin, mirisetin, dan isorhamnetin dilaporkan memiliki
efek hambatan terhadap xantin oksidase melalui mekanisme inhibitor
nonkompetitif (Nagao et al. 1997), beberapa kelompok flavonol dan polifenol
asal teh seperti (-)-epikatekin, (-)-epigalokatekin, (-)-epikatekin galat (Aucump et
al. 1997). Selain itu flavonoid flavonol kaemferol asal teh hijau (Parket al. 2006)
dan kalkon juga mempunyai daya inhibisi yang sangat kuat terhadap enzim xantin
oksidase (Beiller 1951 dalam Martin 2007) tetapi disini tidak dijelaskan tipeinhibisinya.
Tujuan Penelitian
Menentukan tipe kinetika inhibisi ekstrak kasar etanol herba (daun dan
batang) seledri terhadap enzim xantin oksidase, menentukan tipe kinetika inhibisi
ekstrak hasil fraksinasi dan menentukan senyawa aktif yang berperan sebagai
inhibitor enzim xantin oksidase.
Manfaat Penelitian
Memberikan informasi tentang mekanisme inhibisi ekstrak dan hasil fraksi
seledri sebagai inhibitor enzim xantin oksidase serta mengetahui senyawa aktif
yang berperan sebagai inhibitor enzim xantin oksidase.
Hipotesis
Ekstrak kasar herba (daun dan batang) seledri memiliki mekanismeinhibisi kompetitif terhadap enzim xantin oksidase, ekstrak hasil fraksinasi
memiliki mekanisme inhibisi kompetitif dan senyawa aktif yang terdapat dalam
seledri dapat menginhibisi enzim xantin oksidase.
-
7/22/2019 2008 Nad
20/80
20
TINJAUAN PUSTAKA
Seledri (Apium graveolens leach)
Seledri merupakan tanaman tegak, tahunan, tinggi 25-100 cm, batang
bersegi dan beralur membujur, bunga banyak dan berwarna putih kehijauan.
Dapat dibudidayakan dimana-mana dari dataran rendah sampai dataran tinggi
(IPTEK 2005). Tanaman ini lebih dikenal masyarakat sebagai sayuran. Disamping
hanya sekedar sebagai sayuran, seledri jauh lebih bermanfaat yakni sebagai obat
penyakit.
Diantara manfaat tanaman seledri sebagai obat penyakit itu adalah
mengobati hipertensi, gout, diabetes, diare, mencegah stroke dan urine keruh
(Sinar Harapan 2003). Selain itu akar seledri juga berkhasiat memacu enzim
pencernaan dan peluruh kencing atau diuretik, buah dan bijinya sebagai pereda
kejang (antipasmodik), menurunkan kadar asam urat darah, antirematik,
karminatif dan sedatif serta herbanya bersifat tonik, memacu enzim pencernaan,
menurunkan tekanan darah, peluruh kencing, peluruh haid, mengelurkan asam
urat darah yang tinggi (Ixoranet 2007) serta seledri dapat digunakan untuk
mencegah masuk angin, menghilangkan rasa mual dan sebagai pelengkap sayur.
Seledri juga mengandung senyawa metabolit sekunder diantaranya herba
seledri mengandung flavonoid, saponin, tanin, apiin, minyak atsiri, apigenin,
kolin, vitamin A, B, C, zat pahit asparagin, apigenin dan akarnya mengandung
asparagin, manit, zat pati, lendir minyak atsiri pentosa, glutamin dan tirosin serta
bijinya mengandung apiin, minyak atsiri, apigenin dan alkaloid (Ixoranet 2007).
Kemudian seledri juga mengandung gizi berupa air, protein, lemak, karbohidrat,
serat, kalsium, besi, riboflavin, nikotinamida dan asam askorbat (Ashari 1995).
Data ilmiah yang mendukung tentang khasiat senyawa aktif dalam seledri.
Diantaranya pemakaian infus daun seledri dengan kadar 10 persen sebanyak 5
ml/kg bb menurunkan kadar asam urat darah kera (Winata dan Wilman 1988
dalam ixoranet 2007), pemberian ekstrak seledri dengan cara peras maupun
refluks dapat menurunkan tekanan darah kucing (Dondokambey 1985 dalam
Ixoranet 2007), efek diuresis infusa daun seledri pada tikus putih (Setiawan &
Putri 2007), Juga beberapa Paten diantaranya Paten (6352728 tahun 2002 dan
6576274 tahun 2003) yang berisi estrak tunggal seledri tetapi efikasi yang ditelaah
-
7/22/2019 2008 Nad
21/80
21
adalah antiinflamasi dan Paten (P00200400339 tahun 2004) yang berisi tentang
formula ekstrak gabungan seledri dan sidaguri untuk antigout. Berdasarkan studi
literatur juga penelitian tentang seledri yang dihubungkan dengan penyakit gout
dan inhibitor enzim xantin oksidase masih sangat sedikit, diantaranya Ramdhani
(2004) yang menyebutkan bahwa senyawa bioaktif seledri yang dapat
menghambat aktivitas enzim xantin oksidase merupakan senyawa dari golongan
flavonoid, Paten (6589573 tahun 2003) berisi tentang inhibitor enzim xantin
oksidase yang diperoleh dari tanaman banaba (Lagerstroemia speciosa) serta
Iswantini dan Darusman (2004), dalam penelitiannya diketahui bahwa ekstrak
kasar seledri memiliki daya inhibisi terhadap enzim xantin oksidase cukup tinggi,
lebih kuat dari kemampuan produk jamu komersial lainnya seperti jamu dua
walet, jamu jaya asli dan jamu keju jimpe. Sementara uji kinetika inhibisi xantinoksidase pernah dilakukan tetapi menggunakan senyawa aktif sidaguri (Sida
rhombifolia L.) dimana tipe kinetika awal dengan menggunakan metode Line Weaver-
Burk mengarah ke inhibisi kompetitif(Hidayat 2006), Sedangkan penelitian tentang
uji kinetika ekstrak kasar dan hasil fraksinasinya yang dihubungkan dengan
penyakit gout dan inhibitor xantin oksidase serta penentuan senyawa aktifnya
belum pernah dilakukan.
Xantin Oksidase Peristiwa timbulnya gout tak terlepas dari peran serta enzim xantin
oksidase. Enzim ini mampu mengubah xantin menjadi asam urat melalui reaksi
oksidasi seperti ditunjukan oleh Gambar 1
Gambar 1 Pengubahan xantin menjadi asam urat (Hille 2006)
Xantin oksidase (Gambar 2) merupakan suatu kompleks enzim yang terdiri dari
molibdenum, FAD dan Fe2S2 sebagai pusat reaksi redoks. Enzim ini terdiri dari
dua subunit identik yang saling berhadapan, memiliki 1332 residu asam amino
Xantin Asam urat
N
H
HN
N
H
N
O
O N
H
HN
N
H
H
N
O
O
O
H2O2
xantin oksidase
O2 + H2O
-
7/22/2019 2008 Nad
22/80
22
dengan bobot molekul sekitar 270000 Da. Selain fungsi katalisis mengubah
hipoxantin menjadi xantin maupun xantin menjadi asam urat, telah ditemukan
fungsi lain dari enzim ini dalam mengkatalisis reduksi nitrat dan nitrit menjadi
nitrit oksida (Millaret al. 2002) dan sekaligus menyebabkan pembentukan radikal
superoksida yang dapat menyebabkan peradangan (Bodamyali et al. 2002).
Gambar 2 Model struktur enzim xantin oksidase (Hille 2006)
Enzim xantin oksidase di dalam tubuh manusia terdapat pada hati, jika enzim ini
terdapat diluar hati mengindikasikan kerusakan fungsi hati (Hille 2006).
Flavonoid dan Alkaloid
Enzim xantin oksidase mengkatalisis purin menjadi asam urat. Allopurinol
secara farmakologis dapat digunakan dalam mengatasi sakit gout dengan caramenginhibisi aktivitas xantin oksidase. Nakanishi (1990) melaporkan flavonoid
krisin, baekeilin, isorhamnetin, dan ester asam kafeat juga tergolong efektif dalam
mengatasi sakit gout. Studi invitro menunjukkan bahwa beberapa flavonoid
terutama letuolin dan apigenin dapat juga bekerja sebagai inhibitor xantin
oksidase dengan daya kerja yang hampir sama dengan allopurinol (Cos et al.
1998). Inhibitor xantin oksidase lain, namun dengan daya inhibisi rendah adalah
antosianidin dan proantosianidin (Duke 1999), hesperetin dan teaflavin-3,3-
digalat juga dapat berperan sengai inhibitor enzim xantin oksidase (Dew et al.
2005), serta derivat apigenin daripalhinhaea cernuajuga dapat menjadi inhibitor
enzim xantin oksidase dengan daya inhibisi yang cukup tinggi (Jiao et al. 2006).
Sementara itu Jen at al (2000) juga melaporkan hubungan antara struktur
flavonoid dengan aktivitasnya sebagai inhibitor xantin oksidase disebabkan
-
7/22/2019 2008 Nad
23/80
23
karena adanya gugus hidroksil (gugus OH) pada C-5 dan C-7 dan ikatan rangkap
antara C-2 dan C-3.
Alkaloid merupakan senyawa kimia bersifat basa yang mengandung satu
atau lebih atom nitrogen, umumnya tidak berwarna, berwarna jika mempunyai
struktur kompleks dan bercicin aromatik. Alkaloid tumbuhan juga dipercaya
sebagai obat gout yang mampu menekan dan mengurangi frekuensi serangan akut
dan menghilangkan rasa nyeri dengan cara menghambat sntesis dan pelepasan
leukotrien (Mycek 1997). Contoh penggunaan alkaloid secara komersial adalah
kolkisin yang diisolasi dari tanaman Colchium autumnale.Materia Medika (1995)
mengatakan bahwa ada golongan alkaoid dari suatu tanaman tertentu dipercaya
menghambat produksi enzim xantin oksidase, senyawa kimia lainnya adalah
polifenol dan flavonoid. Suatu senyawa dalam tanaman yang analog dengan purinpun dapat dimanfaatkan sebagai inhibitor bagi xantin oxidase, dan dilaporkan juga
bahwa alkaloid yang terkandung dalam biji seledri mempunyai efek sedatif dan
antikonsulvan pada tifus (Ixoranet 2007).
Gout (Asam Urat)
Gout atau asam urat adalah salah satu bentuk penyakit artritis yang
disebabkan oleh penumpukkan kristal asam urat pada sendi yang ditandai dengan
pembengkakan dan biasanya menyerang pada ibu jari kaki (Bardin 2003). Secara
garis besar gout termasuk ke dalam reumatik artikular bersama-sama dengan
osteoartritis dan artritis reumatoid. Kadar asam urat normal dalam darah berkisar
antara 25-75 g/ml dengan volume urin yang dieksresikan per harinya antara 250
hingga 750 mg (Pachla et al. 1987). Kandungan asam urat yang tinggi dalam
darah Hiperurisemia tidak mesti berakhir dengan terbentuknya gout, namun gout
selalu didahului oleh hiperurisemia (Myceket al. 2001) dan Sturrok (2000) juga
melaporkan hal yang sama.
Bagi wanita, konsentrasi normal asam urat berkisar antara 25-60 g/ml,
sedangkan bagi pria adalah 30-70 g/ml (Artiss & Entwistle 1981). Bagi wanita
konsentrasi asam urat di atas 60 g/ml sudah dapat dikatakan hiperurisemia,
namun tidak bagi pria selama konsentrasinya di bawah 70 g/ml. Walaupun
batasan normal hiperurisemia pada pria lebih besar dari wanita, namun pria
-
7/22/2019 2008 Nad
24/80
24
memiliki resiko terkena serangan gout jauh lebih tinggi dibanding wanita. Data
rasio hiperurisemia dan gout di Jawa pada tahun 2001 antara pria dan wanita
menunjukkan perbandingan 2:1 untuk kasus hiperurisemia dan 34:1 untuk kasus
gout (Heryanto 2003), Juandy (2007) melaporkan terdapat 730 kasus gout baru
dari 47.150 responden selama dua belas tahun terakhir.
Tingginya kadar asam urat dalam darah pada penderita gout maupun
hiperurisemia diakibatkan oleh faktor produksi asam urat berlebihan, obesitas,
diabetes yang disertai dengan tekanan darah tinggi (Galvan et al. 1995), hal yang
sama juga dilaporkan oleh Schumacher (2006) & Rematologi Amerika (2007)
hingga stress tinggi (Montgomery et al. 1993) dan faktor makanan terutama
protein hewani maupun nabati atau sayur-sayuran kaya purin dalam jumlah
banyak (Juandy 2007). Pada kasus obesitas ataupun diabetes, sebagian besar lipiddan glukosa diubah bentuk menjadi asetil-CoA dilanjutkan dengan reaksi
pembentukan -ketoglutarat disertai pembebasan sejumlah energi dalam siklus
asam sitrat. -ketoglutarat ini kemudian bereaksi dengan asam amino dalam
serangkaian reaksi dan berakhir dengan terbentuknya glutamin. Glutamin inilah
yang kemudian dimetabolisir menjadi asam nukleat (basa purin). Purin yang
terbentuk ini dalam keadaan normal memiliki peluang untuk membentuk asam
urat (Voet & Voet 2001).
Mekanisme pembentukan asam urat dari protein bermula dari degradasi
diet protein menjadi asam amino. Beberapa asam amino ini selanjutnya
didegradasi membentuk glutamat. Glutamat yang terbentuk selanjutnya
dimetabolisir membentuk -ketoglutarat, aspartat, dan sebagian membentuk
glutamin. Ketika glutamin bereaksi dengan fosforibosil pirofosfat (PRPP, suatu
gula derivatif dari ribosa-5-fosfat) maka akan terbentuk fosforibosalamin.
Fosforibosalamin merupakan prekursor bagi pembentukan asam nukleat purin.
Melalui serangkaian reaksi yang melibatkan penambahan asam amino glisin,
glutamin, aspartat, dan koenzim N10-formil-THF (tetra hidro folat) akan terbentuk
inosin monofosfat (IMP). IMP merupakan prekursor dalam sintesis purin, IMP
ini yang selanjutnya diubah bentuk menjadi AMP dan GMP maupun bentuk basa
bebasnya, adenin dan guanin. Melalui mekanisme regulasi sel, purin yang
terbentuk ini selanjutnya dimetabolisir untuk beberapa keperluan diantaranya
-
7/22/2019 2008 Nad
25/80
25
sintesis senyawa berenergi tinggi seperti ATP, bahan baku dalam pelaksanaan
ekspresi genetik (sintesis protein) ataupun transformasi genetik, dan beberapa
purin ini dikatabolisme membentuk asam urat (Gambar 3).
Gambar 3 Protein dan pembentukan asam urat (Myceket al. 2001)
Obat Gout
Strategi pengobatan gout pada umumnya adalah dengan menurunkan
kadar asam urat sampai di bawah titik jenuhnya. Allopurinol (Gambar 4)
merupakan obat gout yang paling efektif dalam menghambat pembentukan asam
urat yang dipakai masyarakat selama ini. Walaupun murah, dengan harga eceran
Rp. 2700,00 per stripnya (Kimia Farma 2004), namun obat ini diketahui sangat
berbahaya bila tidak digunakan dengan hati-hati. Dilaporkan telah terjadi kasus
kematian sebanyak 156 jiwa dari total 600 pasien (26%) akibat mengkonsumsi
allopurinol (Sydpath 1999). Penggunaan allopurinol dilaporkan dapat menjadi
penyebab kejadian difusi vaskuler yang berakhir dengan kematian. Allopurinol
Sintesis Purin
Ribosa-5-fosfat
Katabolisme Purin
IMP
Hipoksantin
(inosin, adenosin, guanosin)
AMP
Adenosin
Inosin
GMP
Xantin
Guanosin
Guanin
Protein
PRPP + glutamin(12 reaksi)
Asam Urat
-
7/22/2019 2008 Nad
26/80
26
juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan, timbulnya ruam di kulit,
berkurangnya jumlah sel darah putih dan kerusakan hati (Medicastore 2007).
Selain itu, penggunaan allopurinol dapat mengakibatkan hipersensitifitas yang
akan terus melemahkan respon tubuh penderita terhadap konsentrasi allopurinol,
sehingga pengguna allopurinol cenderung mengalami penambahan dosis
pemakaian.
Gambar 4 Struktur allopurinol (Terkeltaub 2005)
Oksipurinol yang merupakan hasil penguraian allopurinol di dalam tubuh,
merupakan suatu senyawa yang memiliki efek penghambatan yang sama namun
lebih lama dibandingkan allopurinol dalam menghambat kerja xantin oksidase.
Dilaporkan bahwa oksipurinol memiliki waktu paruh yang cukup lama, sekitar
21,20,4 jam, lebih lama dibandingkan allopurinol yang memiliki waktu paruh
1,30,1 jam (Yarindo Farmatama 2003). Efek oksipurinol ini yang kemudian
diduga kuat menjadi penyebab kejadian difusi vaskuler.
Melihat beragamnya efek samping yang ditimbulkan obat sintetis, sangat
diperlukan obat-obatan sejenis yang memiliki khasiat yang sama dengan harga
terjangkau, dan efek samping yang sesedikit mungkin. Untuk tujuan itu, maka
studi pemanfaatan tumbuhan sebagai obat alternatif harus terus dijalankan
mengingat penggunaan bahan alami sebagai sumber obat pada dasarnya jauh lebih
aman dan jauh dari kemungkinannya toksik karena kandungannya yang masih
lengkap walaupun pemakaiannya dalam jumlah yang besar (Sidiket al. 1995)
Cos et al(1998) melaporkan bahwa beberapa senyawa flavonoid bersifat
antioksidan dan dapat menghambat kerja enzim xantin oksidase maupun reaksi
superoksida. Kemudian dilaporkan juga senyawa flavonoid dari stereospermum
personatumselain bersifat antioksidan, senyawa tersebut juga dapat menghambat
kerja enzim xantin oksidase (Kumaret al. 2005). Flavonoid merupakan golongan
senyawa polifenol yang terdiri atas 15 karbon sebagai kerangka dasarnya. Kelima
-
7/22/2019 2008 Nad
27/80
27
belas atom tersebut membentuk dua cincin aromatik (C6) yang terikat pada rantai
propana (C3) sehingga membentuk susunan C6-C3-C6 (Gambar 5 ). Dari susunan
ini dapat dihasilkan 3 jenis struktur, yaitu flavonoid (1B-2C),isoflavonoid (1B-
3C), dan 1 neoflavonoid (1B-4C). Flavonoid terdapat pada semua bagian
tumbuhan mulai dari daun, akar kulit kayu, tepung sari, nektar, bunga, buah,
hingga biji (Markham 1982).
Flavonoid quersetin, quersitin, miristin, dan mirisetin asal tanaman salam
(Eugenia polyantha) berkhasiat dalam menghambat kerja enzim xantin oksidase
(Schemeda et al. 1987). Demikian halnya dengan flavonoid chriysin, batcalein,
isorhamnetin, dan ester asam kafeat juga berkhasiat dalam menghambat xantin
oksidase (Nakanhisi 1990). Penelitian Cos et al (1998) flavonoid luteolin dan
apigenin (Gambar 5) memiliki kemampuan menginhibisi terhadap xantin oksidasedengan kemampuan daya inhibisi mendekati allopurinol, kemudian senyawa
bioaktif polifenol yang terdapat pada teh, yaitu teaflavin, teaflavin-3-galat,
teaflavin-3-3-digalat, (-)-epigalokatekin-3-galat, dan asam galat mampu
menghambat kerja enzim xantin oksidase dalam membentuk asam urat melalui
mekanisme inhibitor kompetitif (Jen et al. 2000). Aktivitas tertinggi dimiliki oleh
asam galat yang mampu memberikan efek penghambatan hingga di atas 50%.
Dew et al (2005) melaporkan bahwa flavonoid teaflavin-3,3-digalat berperan
sebagai penghambat enzim xantin oksidase. Selain itu juga dilaporkan bahwa
derivat apigenin (yang merupakan senyawa golongan flavonoid) asal tumbuhan
palhinhaea cernuajuga berperan sebagai penghambat enzim xantin oxidase (Jiao
et al. 2006), dimana semua penelitian di atas dilakukan secara invitro.
Gambar 5 Struktur flavonoid apigenin (Cos et al. 1998)
Adanya ikatan rangkap pada flavonoid memungkinkan untuk
melangsungkan reaksi adisi (oksidasi oleh xantin oksidase), adanya ikatan
rangkap pada atom C2 dengan C3 akan mengakibatkan posisi ring B co-planar
-
7/22/2019 2008 Nad
28/80
28
terhadap ring A sehingga lebih memudahkan dalam berinteraksi dengan enzim
zantin oksidase. Selain itu adanya gugus hidroksil yang terdapat pada flavonoid
turut berperan dalam memberikan efek penghambatan (Cos et al. 1998).
Selain flavonoid, alkaloid tumbuhan dipercaya dapat juga berfungsi
sebagai obat yang mampu menekan sekaligus mengurangi frekuensi serangan akut
dan menghilangkan rasa nyeri dengan cara menghambat sintesis dan pelepasan
leukotrien (Mycek et al. 2001). Materia Medika (1995) mengatakan bahwa
terdapat golongan alkaoid dari suatu tanaman tertentu dipercaya menghambat
produksi enzim xantin oksidase, senyawa kimia lainnya adalah polifenol dan
flavonoid. Suatu senyawa dalam tanaman yang analog dengan purin pun dapat
dimanfaatkan sebagai inhibitor bagi xantin oxidase, dan dilaporkan juga bahwa
alkaloid yang terkandung dalam biji seledri mempunyai efek sedatif danantikonsulvan pada tikus (Ixoranet 2007).
Kinetika Inhibisi Enzim
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel yang terdiri atas
protein makromolekul dengan mekanisme kinetika yang mirip dengan katalis
heterogen dengan aktivitas reaksi yang sangat spesifik. Faktor-faktor utama yang
dapat mempengaruhi aktivitas enzim antara lain konsentrasi enzim, konsentrasi
substrat, jumlah produk yang terbentuk, adanya senyawa inhibitor dan aktivator,
pH, kekuatan ion, serta suhu lingkungan (Thenawijaya 1995).
Reaksi enzimatis bekerja dengan urut-urutan yang terartur, enzim
mengkatalis ratusan reaksi bertahap yang menguraikan molekul nutrien, reaksi
yang menyimpan dan mengubah energi kimiawi, dan yang membuat
makromolekul sel dari prekusor sederhana. Di antara sejumlah enzim yang
berpartisipasi di dalam metabolisme ada yang dinamakan dengan enzim pengatur
(regulasi enzim) yang dapat mengenali berbagai isyarat metabolik dan mengubah
kecepatan katalitiknya sesuai dengan isyarat yang diterima. Melalui aktivitasnya,
sistem enzim terkoordinasi dengan baik, menghasilkan suatu hubungan yang
sesuai diantara sejumlah aktivitas metabolik yang berbeda yang diperlukan untuk
menunjang kehidupan (Webb 1963).
-
7/22/2019 2008 Nad
29/80
29
Mekanisme regulasi enzim dilakukan melalui kontrol ketersediaan enzim
dan kontrol aktivitas enzim. Dalam kontrol ketersediaan enzim, keberadaan enzim
diatur oleh sel, pengaturan kapan suatu enzim disintesis dan kapan akan
didegradasi bergantung pada ketersediaaan subtrat dan produk. Proses degradasi
dan sntesis enzim dapat berlangsung dalam hitungan menit (pada bakteri) hingga
jam (pada organisme tingkat tinggi). Pada kontrol aktivitas, aktivitas katalitik
enzim dipengaruhi oleh struktur sisi aktif tempat enzim dan subtrat berikatan.
Aktivitas struktur tersebut dapat dilakukan melalui mekanisme penambahan suatu
molekul tertentu (efektor allosterik) atau dengan modifikasi kovalen seperti
fosforilasi dan defosforilasi pada residu asam amino spesifik pada sisi aktif enzim
tersebut (Voet & Voet 2001).
Dalam mempelajari kinetika enzim, berbagai faktor penentu laju aktivitasdipelajari secara lebih seksama dan kondisinya diatur sedemikian rupa dengan
harapan reaksi yang terjadi dapat lebih terkendali dan murni hanya diakibatkan
oleh interaksi enzim-substrat. Untuk beberapa keperluan, seperti dalam
mempelajari kemampuan senyawa bioaktif sebagai obat (inhibitor/aktivator
enzim), terhadap lingkungan tempat reaksi enzim tersebut berlangsung
ditambahkan senyawa bioaktif dengan konsentrasi tertentu dan pola kinetika yang
terbentuk diperbandingkan dengan pola kinetika dasarnya (hanya interaksi enzim-
substrat) untuk melihat adanya perubahan pola kinetika (Price & Stevens 2004).
Beberapa senyawa bioaktif asal tumbuhan ketika ditambahkan ke dalam
sistem reaksi enzimatis dapat berperan sebagai aktivator, yang berarti dapat
meningkatkan laju reaksi pembentukan produk dan beberapa justru dapat
menyebabkan penurunan laju reaksi (inhibitor). Secara kimiawi, suatu inhibitor
akan sulit dibedakan dari aktivator. Kedua senyawa ini dapat jelas dibedakan jika
keduanya telah berinteraksi dengan enzim yang secara langsung akan
mempengaruhi laju reaksinya. Ikatan inhibitor ataupun aktivator dengan enzim
dapat mengubah kemampuan daya katalisatornya. Hal ini secara umum terjadi
akibat adanya perubahan struktur enzim ketika suatu inhibitor ataupun aktivator
berinteraksi dengannya (Boyer 1970).
Mekanisme inhibisi dapat berlangsung secara kompetitif, unkompetitif atau
nonkompetitif. Pada jenis inhibisi kompetitif, terjadi kompetisi antara substrat
-
7/22/2019 2008 Nad
30/80
30
dengan inhibitor dalam memperebutkan sisi aktif dari enzim (Gambar 6). Reaksi
akan terjadi dan produk akan dihasilkan, walaupun enzim bereaksi dengan
inhibitor. Produk yang dihasilkan dari inhitor akan berbeda jenisnya dengan
produk yang dihasilkan dari subtrat. Pada jenis penghambatan ini, adanya
inhibitor dapat menyebabkan perubahan nilai KM (konstanta Michaelis-Menten)
menjadi lebih besar dari nilai KM semula tanpa mengubah nilai Vmax-nya
(kecepatan maksimum reaksi enzimatis). Vmaxpada jenis inhibisi kompetitif tetap
dapat tercapai, namun membutuhkan waktu yang lebih lama dari kondisi
normalnya dan untuk mempercepatnya dapat dilakukan penambahan konsentrasi
substrat yang akan memperbesar peluang bagi subtrat untuk berikatan dengan sisi
aktif enzim, yang pada akhinrnya dapat membantu meningkatkan Vmax.
Gambar 6 Pola kinetika inhibisi yang terbentuk akibat adanya inhibitor kompetitif
(Price & Stevens 1996)
Inhibitor kompetitif, umumnya memiliki struktur yang serupa dengan
subtrat. Sebagai contoh adalah allopurinol, yang strukturnya hampir sama dengan
xantin atau subtrat asli (Gambar 7 ). Allopurinol dapat berikatan dengan enzim
xantin oksidase pada sisi aktifnya membentuk ikatan yang terdiri dari kombinasi
ikatan kovalen, elektrostatik, dan ikatan hidrogen. Allopurinol memiliki afinitas
puluhan kali lebih kuat terhadap enzim xantin oksidase dibandingkan xantin. Oleh
karena itu, apabila dalam lingkungan terdapat inhibitor ini bersama-sama
bersama-sama dengan subtrat (xantin), maka allopurinol yang akan lebih bereaksi
dengan xantin oksidase membentuk produk (oksipurinol) dibandingkan dengan
subtratnya sendiri, sehingga efek penghambatan pembentukan asam urat dapat
berlangsung terus selama masih terdapat allopurinol dalam lingkungan (Voet &
Voet 2001).
-
7/22/2019 2008 Nad
31/80
31
Gambar 7 Struktur allopurinol dan struktur xantin (Hille 1996)
Inhibisi kompetitif oleh produk reaksi sangat bermanfaat untuk
menghentikan atau menurunkan kerja enzim ketika telah terbentuk cukup produk
untuk kebutuhan biokimiawi sel (salah satu bentuk regulasi / kendali metabolik).
Pada jenis inhibisi unkompetitif, inhibitor terikat padsa sisi allosterik enzim
setelah terbentuk komplek enzim-subtrat. Pada jenis inhibisi ini, inhibitor tidak
dapat langsung berikatan dengan enzim dalam keadaan bebas, namun hanya dapatterikat jika telah terbentuk kompleks enzim-subtrat (Gambar 8 ). Dalam bentuk
kompleks enzim-subtrat*inhibitor, enzim akan kehilangan sifat katalisatornya
(inaktif) dan produk tidak akan terbentuk. Produk hanya akan terbentuk, jika
inhibitor terlepas dari kompleks enzim-subtrat*inhibitor.
Gambar 8 Pola kinetika inhibisi yang terbentuk akibat adanya inhibitor
unkompetitif (Price & Stevens 1996)
Umumnya, inhibisi unkompetitif terjadi akibat adanya akumulasi produk
dari reaksi enzim itu sendiri dan sangat jarang dijumpai pada reaksi enzim yang
melibatkan hanya satu subtrat dan satu produk. Pola kinetika yang terbentuk
akibat adanya inhibitor pada jenis inhibisi unkompeitif ini adalah terjadinya
penurunan nilai KM dan Vmax dari keadaan normalnya (Voet & Voet 2001).
Pada jenis inhibisi nonkompetitif, antara subtrat dan inhibitor tidak terjadi
kompetisi dalam memperebutkan sisi aktif enzim. Inhibitor dan subtrat tidak
memiliki kemiripan struktur. Inhibitor berikatan dengan enzim pada lokasi diluar
-
7/22/2019 2008 Nad
32/80
32
sisi aktifnya. Efek penghambatan akan terjadi karena inhibitor berikatan dengan
sisi allosterik enzim, dan akan mengubah bentuk sisi aktif enzim seperti
ditunjukkan pada Gambar 9. Akibat dari jenis inhibisi ini adalah terjadinya
penurunan Vmaxtanpa mengubah nilai KM-nya (Voet & Voet 2001).
Gambar 9 Pola kinetika inhibisi yang terbentuk akibat adanya inhibitor
nonkompetitif (Price & Stevens 1996)
Berbeda dengan jenis inhibisi unkompetitif, pada inhibisi nonkompetitif,
inhibitor dapat membentuk ikatan dengan enzim dalam keadaan bebasnya
disamping dapat membentuk ikatan dengan kompleks enzim-subtrat. Ikatan
inhibitor terhadap enzim bebas dan kompleks enzim-subtrat dapat meyebabkan
terbentuknya kompleks enzim*inhibitor dan enzim-subtrat*subtrat yang bersifat
tidak produktif, karena kedua kompleks ini tidak dapat membentuk produk
(Gambar 7). Produk hanya akan terbentuk jika ikatan inhibitor terlepas dari
kompleks enzim-subtrat*inhibitor. Reaksi sampingan yang sangat merugikan
akibat pengaruh inhibitor pada jenis penghambatan ini adalah besarnya peluang
bagi sisi aktif enzim untuk berubah secara permanen dari keadaan alaminya jika
terbentuk komplek enzim*inhibitor dengan ikatan yang sangat kuat. Hal ini akan
menyebabkan enzim kehilangan reaktifitasnya secara permanen.
Suatu senyawa aktif yang akan digunakan sebagai kandidat obat bagi
penyakit kelainan metabolik (akibat aktivitas enzim), harus melalui serangkaian
uji kinetika. Pengujian ini diharapkan dapat memberikan informasi tipehambatannya. Sehingga dapat dipastikan bahwa suatu senyawa yang diisolasi
tersebut benar-benar aman dan tidak akan mengubah struktur enzim secara
permanen. Penentuan pola kinetika inhibisi enzim dapat ditentukan dengan
menggunakan metode Michaelis-Menten, Lineweaver-Burk, Dixon, Hanes atau
Eddie-Hofstee seperti terlihat pada Tabel 1.
-
7/22/2019 2008 Nad
33/80
33
Tabel 1. Metode penentuan mekanisme inhibisi enzim (Price & Stevens 1996)
K M ( 1 + ) + S ( 1 + )
i c h a e l is - M e n t e n
i n e W e a v e r - B u r k
D i x o n
H a n e s
K o m p e t i t i f N o n k o m p e t i t i f U n k o m p e t i t i f
V m
V m ap p
K mK m ap p
V = K m + S
V m (S )
V m ( S )V =
K M + S ( 1 + )K i
I
S
V
S
S + IV m ap p
K m = K m ap p
K i
V m
S
V
S
S + I
V = K m + S
V m (S )
V m ( S )V =
K i
I I
V m
K m ( 1 + ) + SK iI
V m . SV =
V m ap p
K m K m ap p
S
S + I
V = K m + S
V m (S )V
S
-K m -K m ap p
1 /V m = 1 / V m ap p
K m 11 / V = ( 1 + I /K i ) +
V m V m
1 /S
1 /
V
S
S + I K m 1 11 / V = +
V m S V m
- K m = - K m ap p
1 / V m ap p
K m 11 / V = ( 1 + I /K i ) + ( 1 + I / K i )
V m V m
1 /S
1 /V
1 / V mS
S + I K m 1 11 / V = +
V m S V m
-K m ap p
K m 1 11 / V = +
V m S V m
1 /S
1 /V
1 / V m ap p
1 / V m
S
S + I
K m 11 / V = + ( 1 + I / K i )
V m V m
- K m
I
K m + ( S ) K m1 / V = + ( I )
V m ( S ) V m . K i .( S )1 /V
-K i
S 1S 2
S 1 < S 2
S 1
S 2 S 1 < S 2
1 /V
- K iI
K m + ( S ) K m + (S )1 / V = + (I )
V m ( S ) V m . K i .( S )S 1
S 2S 1 < S 2
1 /V
I
K m + ( S ) ( S )1 / V = + (I )
V m ( S ) V m . K i . ( SK m
- K i ( 1 + )S
V = V m . ( 1 + I / K i) - K m . V / ( s)
V
V /S
V = V m . ( 1 + I/ K i ) - K m . V / ( s ) .. ( 1 + I /K i )
V
V /S
tg = - K m
V m = V m ap p V = V m K m .V / ( s )
tg = - K m ap p
tg = - K m
tg = - K m ap pV m ap p
V m V = V m K m . V / ( s)
V = V m K m . V / (s ) . ( 1 + I/ K i )
V
V /S
= tg = tg - K m = - K m ap p
V m ap p
V m V = V m K m . V / ( s)
E d d i e - H o f s t e e
K m SS / V = ( 1 + I /K i ) + ( 1 + I / K i )
V m V m
K m SS / V = ( 1 + I /K i ) +
V m V m
K m SS / V = + ( 1 + I / K i )
V m V m
K m SS / V = +
V m V m
S /V
S
K m ap p ( 1 + I / K i )
V m ap p K m
V m
K m SS / V = +
V m V m
S
S /VK m ap p
( 1 + I / K i )V m ap p
K m
V m
K m SS / V = +
V m V m
S /V
K m ap p ( 1 + I / K i )
V m ap p K m
V mS
M e t o d e
Nilai KM dan Vmax sangat sulit ditentukan secara tepat berdasarkan grafik
Michaelis-Menten, sehingga untuk mendapatkan nilai Vmaks dan KM yang lebih
tepat persamaan Michaelis-Menten tersebut ditransformasikan kepersamaan
Lineweaver-Burk, Dixon, Hanes atau Eddie-Hofstee. Metode Lineweaver-Burk
merupakan metode awal penentuan kinetika enzim, dari persamaan ini hanya
-
7/22/2019 2008 Nad
34/80
34
diperoleh Vmaks, KM dan (afinitas inhibitor), sementara untuk mendapatkan
konsatanta inhibitor (Ki) maka perlu dilakukan uji kinetika lanjut menggunakan
metode Dixon.
Penelitian tentang kinetika inhibisi enzim xantin oksidase
Beberapa senyawa baham alam seperti flavonoid telah diketahui bersifat
inhibitor bagi enzim xantin oksidase dan di harapkan bermanfaat dalam
pencegahan panyakit asam urat. Mekanisme tipe hambatan yang terjadi umumnya
mengarah pada jenis inhibisi kompetitif namun beberapa mengarah pada jenis
inhibisi nonkompetitif. Berikut beberapa penenlitian mengenai sifat inhibisi
kompetitif dan nonkompetitif yang dilakukan secara invitrodiantaranya flavonoid
dan senyawa polifenol dilaporkan berperan sebagai inhibitor kompetitif terhadap
enzim xantin oksidase, diantaranya adalah teaflavin, teaflavin-3-galat, teaflavin-3-
3-digalat, (-)-epigalokatekin-3-galat, dan asam galat (Jen et al. 2000), teaflavin -
3,3-digalat (Dew et al. 2005), serta apigenin-4-O-(2-O-p-coumaroyl)--D-
glukopiranosida yang merupakan derivat apigenin (Jiao et al. 2006). Sedangkan
beberapa golongan flavonol meliputi jenis flavonol krisin, luteolin, kaemferol,
kuersetin, mirisetin, dan isorhamnetin dilaporkan memiliki efek hambatan
terhadap xantin oksidase melalui mekanisme inhibitor nonkompetitif (Nagao et al.
1997), beberapa kelompok flavonol dan polifenol asal teh seperti (-)-epikatekin,
(-)-epigalokatekin, (-)-epikatekin galat (Aucump et al. 1997). Selain itu flavonoid
flavonol kaemferol asal teh hijau (Parket al. 2006) dan kalkon juga mempunyai
daya inhibisi yang sangat kuat terhadap enzim xantin oksidase (Beiller 1951
dalam Martin 2007) tetapi disini tidak dijelaskan tipe inhibisinya.
Flavonoid mampu menghambat enzim xantin oksidase karena adanya
kemiripan struktur antara flavonoid dengan xantin (subtrat). Kerja spesifik xantin
oksidase terhadap xantin melalui reaksi transfer/penambahan oksigen pada atom C
nomor 2 dan C nomor 8 (gambar 5) oleh asam amino pada sisi aktif enzim disertai
dengan reduksi kofaktor Molibdat, dari Mo(VI) menjadi Mo(IV) (Massey et al,
1970). Besarnya kekuatan inhibisi flavonoid sangat dipengaruhi oleh besarnya
kekuatan mereduksi/derajat oksidasi yang dapat dilihat dari sejumlah gugus fungsi
hidroksil (-OH) dan karboksi (-C=O) di dalamnya. Hasil peneletian Jen et al
-
7/22/2019 2008 Nad
35/80
35
(2000) menunjukkan bahwa kekuatan inhibisi teaflavin-3-3-digalat>teaflavin-3-
galat>(-)-epigalokatekin-3-galat>teaflavin. Jiao et al (2006) juga melaporkan
bahwa gugus fungsi hidroksil dan karboksil yang terdapat pada flavonoid
mempengaruhi besarnya daya inhibisi.
Fourir Transformation I nfra Red(FT-IR)
FT-IR merupakan metode analisis kualitatif suatu senyawa kimia.
Instrumentasi FT-IR terdiri atas sumber radiasi, sampel kompartemen,
monokromator, detektor, amplifier dan rekorder (sistem pembacaan). Radiasi
inframerah yang digunakan untuk analisis senyawa kimia adalah pada panjang
gelombang sekitar 4000 670 cm-1
. Panjang gelombang ini menyebabkan energi
elektromagnetik radiasi inframerah gugus-gugus atom bervibrasi. Vibrasi alamiah
gugus molekul yang sesuai dengan radiasi inframerah akan menyebabkan
interaksi medan listrik sehingga akan terjadi perubahan-perubahan vibrasi yang
menunjukan terjadinya absorpsi inframerah yang berupa puncak-puncak tertentu.
Spektrum pada FT-IR dapat terbentuk dengan cara melewatkan radiasi inframerah
ke sampel yang kemudian diproses melalui alat interferometer yang dibaca oleh
detektor berupa sinyal. Sinyal ini yang kemudian diubah menjadi bentuk
spektrum dengan bantuan komputer berdasarkan operasi matematika fourir
transform(Choltup at el. 1988).
Metode ini dapat digunakan untuk menentukan gugus fungsi suatu
senyawa kimia, seperti dilakukan oleh Jiao at el (2006) yang mencoba
menganalisis gugus fungsi senyawa aktif yang berperan dalam menghambat
enzim xantin oksidase dari palhinhaea cernua diperoleh serapan gugus fungsi
pada panjang gelombang 3249 3500 cm-1
(hidroksil), 1714 & 1659 cm-1
(karbonil) serta 1586 & 1455 cm-1
(penil).
High Perf ormance Liqui d Chromatography(HPLC)
HPLC atau kromatografi cair kinerja tinggi merupakan teknik pemisahan
dan analisis kuantitatif atau kualitatif suatu senyawa. Instrumentasi HPLC terdiri
atas reservoir yang berisi fase gerak, sebuah pompa untuk memompa fase gerak
melalui sistem bertekanan tinggi, injektor, kolom yang merupakan tempat
-
7/22/2019 2008 Nad
36/80
36
terjadinya pemisahan, detektor yang berfungsi untuk menditeksi keberadaan
senyawa dan integrator yang berfungsi untuk memperkuat pembacaan sinyal oleh
detektor. Sinyal ini yang kemudian diubah menjadi bentuk spektrum dengan
bantuan komputer (Kellneret al. 2004).
Penggunan analisis kualitatif dari metode ini bertujuan untuk memurnikan
suatu senyawa yang akan dianalisis lebih lanjut, seperti dilakukan oleh Parket al
(2006) yang mencoba memisahkan senyawa aktif yang dapat menghambat enzim
xantin oksidase yang berasal dari teh hijau dengan menggunakan HPLC, yang
kemudian senyawa aktif tersebut dianalisis lebih lanjut dan diperoleh senyawa
flavonol kaemferol.
L iquid Chromatography M ass Spectroscopy(LC-MS)LC-MS merupakan metode analisis kuantitatif yang merupakan kombinasi
antara kromatografi cair dengan spektroskopi massa. Instrumentasi LC-MS terdiri
atas inlet-LC, sumber ion, tekanan permukaan, Mass analyzer, detektor,
instrument kontrol dan proses data. Prinsip dari metode analisis ini adalah ionisasi
molekul, dimana molekul ditembak oleh radikal bermuatan positif sehingga
terfragmen lebih lanjut dan terditeksi ion-ion positifnya. Kumpulan ion-ion yang
dihasilkan merupakan karakteristik suatu molekul. Spektrum LC-MS dapat
terbentuk dengan melewatkan sumber ion ke sampel yang kemudian diproses
dengan suhu tinggi (karena sampel masih dalam bentuk cair setelah dipisahkan
oleh LC) melalui suatu alat mass analyseryang kemudian dibaca oleh detektor
berupa sinyal. Sinyal ini yang kemudian diubah menjadi bentuk spektrum dengan
bantuan komputer (Willard et al. 1988).
Metode ini digunakan untuk menentukan massa molekul dan rumus
molekul yang sangat membantu dalam elusidasi struktur molekul baik organik
maupun anorganik. Seperti yang dilakukan oleh Jiao at el (2006) yang
menganalisis rumus molekul senyawa aktif yang dapat menghambat enzim xantin
oksidase dari palhinhaea cernua dengan LC-MS memperoleh bobot molekul
(m/z) sebesar 579,1200 dengan rumus molekul C30H27O12.
-
7/22/2019 2008 Nad
37/80
37
Nuclear Magnetik Resonance(NMR)
NMR merupakan metode kualitatif yang didasarkan pada telaah absorpsi
radiasi frekuensi radio oleh inti. Instrumentasi NMR terdiri atas superkondukting
magnit, shimcoil-shim power supply, detektor RF, digitizer, pulse program, RF
source, RF amplifier dan komputer untuk memproses data. Prinsip dari NMR
adalah semua inti yang bermuatan akan mengalami spin (perputaran) pada sumbu
inti dengan menghasilkan suatu dipol magnit sepanjang sumbu dengan
momentum megnetik. Bila inti tersebut diletakkan dalam suatu medan magnet
kuat akan mengalami rotasi atau spin pada sumbu inti dan energi unsur tersebut
akan pecah menjadi 2 tingkat energi terkuantisasi atau lebih sebagai akibat sifat
magnit inti tersebut. Transisi antara tingkat-tingkat energi yang terjadi karena di
induksi medan magnit dapat terjadi bila mengabsorpsi radiasi elektromagnetikdengan frekuensi yang tepat. Lingkungan kimia dalam molekul mempengaruhi
absorpsi oleh inti dalam suatu meden megnit. Spektrum nmr dapat terbentuk
dengan melewatkan radiasi eletromagnetik ke sampel yang kemudian diproses
melalui peralatan medan magnit sehingga dibaca oleh detektor radio frekuensi
berupa sinyal. Sinyal ini yang kemudian diubah menjadi bentuk spektrum dengan
bantuan komputer (Breitmaier 1993).
Metode ini dapat digunakan dalam menentukan struktur molekul organik
dan anorganik dengan tingkat akurasi yang tinggi. Seperti dilakukan oleh Jiao et
al (2006) yang menganalisis struktur senyawa aktif yang dapat menghambat
enzim xantin oksidase daripalhinhaea cernua diperoleh struktur 5,7-dihidroksi-2-
(4-hidroksipenil)-4H-1-benzopiran-4-on-4-o-(2-o-p-kumaroil)--D-
glukopiranosida.
-
7/22/2019 2008 Nad
38/80
38
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 12 bulan, mulai Mei 2007 hingga Mei
2008 bertempat di Laboratorium Kimia analitik, Pusat studi Biofarmaka IPB serta
Laboratorium Departemen Kelautan Sukabumi.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sampel seledri
asal Semarang, bufer fosfat, heksana, CHCl3, etil asetat, aseton, etanol, metanol,
air, HCl, aseton, etil asetat, pelat KLT, silika gel GF254, silika gel G40-63,
pereaksi Meyer, Dragendorf, dan Wagner, Artemia salina L., kertas saring, air
laut, air bebas ion, aquades, xantin dari sigma, dan enzim xantin oksidase dari
sigma yang berasal dari Bovin.
Alat-alat yang digunakan antara lain neraca analitik, hotplate, oven,
desikator, penggilingan, saringan, corong buchner, kolom gelas, rak tabung reaksi,
waterbath, pH meter, pengering beku, rotary evaporator, spektrofotometer,
autopipet, stopwatch, vorteks mixer, alat-alat gelas, spektrometer, instrumen FT-
IR, HPLC, LC-MS dan NMR.
Metode Penelitian
Pada penelitian ini dimulai dengan pembuatan ekstrak hingga analisis
NMR. Diagram alir dari penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
1.
Ekstraksi etanol
Seledri kering herba (batang dan daun) diekstraksi dengan etanol dengan
perbandingan bahan dan pelarut 1 : 3 (g/v) hingga filtrat terakhir menunjukkan
negatif untuk uji flavonoid, lalu disaring dan dipekatkan dengan rotavapor.
Ekstrak yang didapat kemudian dikeringbekukan, dan rendemen yang diperoleh
dicatat. Rendemen tersebut lalu diuji kualitatif (Harborne 1987), diuji
sitotoksinnya terhadapArtemia Salina L.(Finney 1971), diuji daya inhibisi dan
mekanisme kinetikanya terhadap xantin oksidase serta difraksinasi dengan kolom
-
7/22/2019 2008 Nad
39/80
39
silika gel untuk mendapatkan senyawa aktif yang lebih murni. Terhadap sampel
seledri yang lain ditentukan kadar airnya (AOAC 1984).
Uji toksisitas ekstrak terhadap Artemia SalinaL.
Tahap awal uji toksisitas adalah penetasan kista Artemia Salina L.Kista
Artemia Salina L. ditimbang sebanyak 50 mg kemudian dimasukkan kedalam
wadah yang berisi air laut bersih dilengkapi aeroton dan dibiarkan selama 48 jam
dibawah pencahayaan lampu agar menetas sempurna. Larva yang sudah menetas
digunakan dalam uji sitotoksin. Dalam uji sitotoksin sebanyak 10 ekor larva
Artemia Salina L. dimasukkan dalam vial yang berisi air laut lalu ditambahkan
larutan ekstrak etanol (ekstrak kasar maupun hasil fraksinasi) sehinggakonsentrasi akhir ekstrak menjadi 1000, 100, 10 ppm. Pengamatan dilakukan
setelah 24 jam dengan menghitung jumlah larva yang mati (Finney 1971).
Pengolahan data persen mortalitas komulatif dilakukan dengan analisis probit
(LC50) menggunakan program Minitab 14 pada selang kepercayaan 95 %.
Uji Daya Inhibisi Terhadap Xantin Oksidase
Uji daya inhibisi ekstrak kasar maupun senyawa aktif hasil fraksinasi
terhadap xantin oksidase dilakukan pada kondisi optimumnya. Kondisi optimum
pengujian mengacu pada hasil penelitian Iswantini dan Darusman (2003), yaitu
pada waktu inkubasi 45 menit, suhu 20OC, pH 7,5, konsentrasi xantin oksidase 0,1
unit/ml, dan konsentrasi substrat (xantin) 0,7 mM.
Ekstrak kering (ekstrak kasar maupun hasil fraksinasi) dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dengan variasi konsentrasi tertentu. Khusus untuk senyawa
aktif seledri hasil fraksinasi, variasi konsentrasi didasarkan pada hasil uji BSLT.
Selanjutnya kedalamnya ditambahkan larutan bufer kalium fosfat 50 mM pH 7,5
sampai volumenya menjadi 1,9 ml. Campuran kemudian ditambah 1 ml xantin
2,1 mM dan xantin oksidase 0,1 unit/ml sebanyak 0,1 ml lalu diinkubasi pada
suhu 20C selama 45 menit. Setelah masa diinkubasi, ke dalam campuran dengan
segera ditambahkan HCl 0,58 M sebanyak 1 ml. Campuran selanjutnya diukur
-
7/22/2019 2008 Nad
40/80
40
serapannya menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 262 nm
untuk melihat seberapa besar sisa xantin yang tidak bereaksi dalam sampel uji.
Jumlah asam urat yang terbentuk selanjutnya dibandingkan dengan jumlah
xantin yang direaksikan. Dengan bantuan standar xantin, akan diketahui seberapa
besar jumlah xantin dalam sampel uji yang bereaksi. Ekstrak tidak memberikan
khasiat apabila jumlah asam urat yang terbentuk sama besar dengan jumlah xantin
yang diberikan dan dikatakan berkhasiat apabila jumlah asam urat yang
dihasilkannya lebih sedikit dari kontrol (perlakuan tanpa ekstrak). Semakin sedikit
asam urat yang terbentuk, ini berarti ekstrak semakin berkhasiat dalam
menghambat kerja xantin oksidase.
Uji Kinetika Awal Inhibisi Terhadap Xantin Oksidase
Uji kinetika inhibisi dilakukan pada ekstrak kasar etanol herba dan hasil
fraksinasinya. Prosedur uji kinetika inhibisi mirip dengan pelaksanaan uji
penentuan daya inhibisi, hanya saja pada uji kinetika, konsentrasi substrat (xantin)
divariasikan mulai dari 0,00 hingga 1,00 ppm dengan kenaikan interval setiap
0,05 ppm. Sebelum uji ini dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu pada
konsentrasi berapa ekstrak kasar ekstrak kasar etanol akar seledri dan ekstrak
kasar etanol herba (daun dan batang) memberikan hambatan maksimumnya.
Untuk itu sederetan konsentrasi ekstrak mulai dari 100, 150, 200, 300 hingga
2000 ppm akan diujikan (diuji sesuai dengan uji daya inhibisi). Ekstrak dengan
konsentrasi terbaik yang kemudian dijadikan kandidat bagi pelaksanaan uji
kinetika inhibisi.
Dalam pelaksanaannya, sederetan konsentrasi substrat disiapkan
(0,00; 0,05; 0,10; 0,15 s/d 1,00 mM) dan diuji sebagaimana penentuan daya
inhibisi, dari sini akan diperoleh kinetika enzim xantin oksidase dalam keadaan
normal. Sedangkan untuk melihat kinetika enzim akibat mendapat perlakuan
ekstrak, ke dalam sederetan konsentrasi substrat yang lain ditambahkan ekstrak
(konsentrasi terpilih), dan diinkubasi sesuai kondisi optimumnya, lalu dibaca
serapannya pada panjang gelombang 262 nm.
Data yang diperoleh kemudian dikonversi dan diinterpretasikan ke dalam
persamaan Lineweaver-Burk dalam bentuk grafik. Konsentrasi xantin (substrat)
-
7/22/2019 2008 Nad
41/80
41
diubah menjadi 1/[xantin] pada sumbu X, dan kecepatan reaksi pembentukan
asam urat diubah menjadi 1/kecepatan pada sumbu Y. Selanjutnya dicari
persamaan garis yang terbentuk dan tipe hambatannya berdasarkan perpotongan
garis antara kinetika enzim normal dengan kinetika enzim setelah mendapat
perlakuan ekstrak kasar etanol herba (daun dan batang).
Fraksinasi Ekstrak Kasar etanol
Fraksinasi dilakukan untuk memurnikan ekstrak kasar etanol herba (daun
dan batang) yang didapat. Fraksinasi dilakukan pada kolom silika gel G40-63
menggunakan eluen kombinasi terbaiknya (kloroform : metanol : 9,5 : 0,5). Untuk
memilih eluen terbaik dicoba dengan berbagai eluen heksana, kloroform, etil
asetat, aseton, etanol, metanol dan air. Eluen tunggal dengan pemisahan terbaikkemudian dikombinasikan satu dengan yang lainnya dengan berbagai
perbandingan. Fraksinasi dilakukan dengan maksud untuk mencari kemungkinan
adanya senyawa tunggal yang memiliki daya inhibisi yang lebih baik
dibandingkan ekstrak kasarnya.
Elusidasi ekstrak dalam kolom silika gel dilakukan dengan eluen
kombinasi terbaiknya secara gradien. Dari sini diharapkan senyawa aktif seledri
dapat lebih banyak terpisah dan proses purifikasi dapat berlangsung dengan lebih
cepat. Elusidasi dilakukan terhadap 10 gram ekstrak kasar etanol akar dan ekstrak
kasar herba (daun dan batang) seledri yang terbagi dalam dua kali periode kolom,
yaitu 5 g pada kolom berukuran 15cm x 44mm dengan laju alir dijaga konstan 10
ml/menit.
Eluat hasil fraksinasi kolom ditampung setiap 5 ml, menggunakan tabung
reaksi kaca, dilakukan penggabungan fraksi dengan mengacu pada nilai Rf dan
kesamaan pola kromatogram menggunakan bantuan KLT analitik, dan setiap
fraksi gabungan yang terbentuk dikering bekukan, dihitung rendemennya, serta
diuji aktivitasnya terhadapArtemia salina L., dari hasil ujiArtemiaakan diperoleh
informasi awal tingkat toksisitas fraksi (LC50). Pemeriksaan toksisitas diperlukan
untuk mengetahui tingkat konsentrasi yang tepat dalam pengujian dan untuk
menghindari efek toksik bagi senyawa yang akan dijadikan sebagai calon obat.
Nilai LC50 yang didapat ini kemudian dijadikan acuan sebagai konsentrasi
-
7/22/2019 2008 Nad
42/80
42
maksimum yang diperkenankan dalam uji daya inhibisi terhadap xantin oksidase,
serta nilai inhibisi tertinggi dijadikan sebagai acuan pada kinetika untuk
mengetahui tipe kinetikanya.
Identifikasi dan Pemurnian Fraksi Teraktif
Identifikasi awal fraksi teraktif (yang diperoleh dari fraksinasi tahap
pertama) dilakukan dengan menggunakan analisis FT-IR dengan metode pelet
KBr, yakni dengan cara mencampur 2 mg sampel dengan 200 mg KBr kemudian
dipres hingga terbentuk pelet KBr yang kemudian diletakkan kedalam tempat
sampel analisisnya.
Sebelum dilakukan analisis kualitatif dengan HPLC maka dilakukan
scanning terlebih dahulu terhadap sampel fraksi teraktif untuk mengetahuipanjang gelombang (max) untuk. Setelah diperoleh max, maka dilakukan analisis
kualitatif dengan HPLC. Analisis HPLC dilakukan secara isokratik dengan
menggunakan fase gerak eluen terbaik (kloroform : metanol : 9,5 : 0,5) dan fase
diam kolom C18, Sementara detektor yang digunakan adalah diode array, karena
detektor ini dapat menditeksi sampel pada panjang gelombang 180-700 nm.
Sampel fraksi teraktif dilarutkan dengan eluen terbaik kemudian diinjekkan
kedalam HPLC dengan volume injek 400 l dan laju alir 0,60 ml/min. Kemudian
masing-masing fraksi dari pemurnian HPLC ditampung dan diujikan kembali
keaktivitas enzim xantin oksidase. Fraksi teraktif dari pemurnian HPLC kemudian
dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui bobot molekul dan strukturnya.
Penentuan bobot molekul (fraksi teraktif dari pemurnian HPLC) dianalisis
dengan menggunakan Liquid Chromatography Mass Spectroscopy (LC-MS)
secara kuantitatif. Analisis ini menggunakan teknikelectrospray ionisationpada
energi 70 ev dengan tujuan agar diperoleh fragmentasi yang sempurna. Analisis
dilakukan dengan cara melarutkan 2 mg sampel ke dalam 20 ml pelarut metanol
80%, dengan volume injek 10 l dan laju alir 0,1 ml/min.
Penentuan struktur fraksi teraktif dilakukan dengan analisis Nuclear
Magnetik Resonance(NMR) yaituHNMR dan
CNMR. Analisis dilakukan dengan
melarutkan 10 mg sampel kedalam 15 ml pelarut CD3OD dengan standar TMS
dan pada frekuensi 500 Hz.
-
7/22/2019 2008 Nad
43/80
43
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi Etanol
Estraksi etanol dilakukan terhadap tiga jenis sampel yakni 50 gram herba
seledri Cipanas, 150 gram herba seledri Cipanas dan 400 gram herba seledri
Semarang. Pelarut yang digunakan adalah EtOH : H2O ( 7 : 3 ), sebanyak lima
kali ulangan dengan tujuan menarik semua flavonoid yang terdapat pada sampel
dan diperoleh rendemen masing-masing sebesar 9,11%, 8,90% dan 10,40%.
Berdasarkan analisis kadar air terhadap ketiga sampel tersebut diperoleh masing-
masing 11,23%, 12,76% dan 6,08% (Lampiran 2). Menimbang serangkaian uji
yang akan dilakukan maka herba semarang dipilih sebagai sampel yang akan
dianalisis lebih lanjut karena rendemen ekstrak herba Semarang paling tinggi dan
sampel Semarang merupakan sampel terbaik, Ramdhani (2004) juga melaporkan
Sampel seledri asal Semarang merupakan sampel terbaik.
Uji Fitokimia dan Uji Sitotoksin (LC50)
Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan senyawa
metabolit sekunder yang terdapat dalam suatu sampel bahan alam, hasil analisis
fitokimia seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Fitokimia ekstrak kasar etanol
No. Uji Nama Uji Hasil Pengamatan
1 Alkaloid ++
2 Triterpenoid +3 Steroid +
4 Kuinon +5 Saponin --
6 Tanin +
7 Flavonoid +++
Terjadi sedikit perbedaan dengan uji fitokimia yang dilakukan oleh Ramdhani(2004), yaitu pada uji kuinon (+) sedangkan pada penelitian Ramdhani (2004)
negatif, hal ini diduga karena asal sampel yang berbeda.
Sementara uji toksisitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui jumlah
konsentrasi yang tepat dari suatu senyawa bioaktif sebagai calon obat. Uji
toksisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji letal Consentrasi (LC50).
-
7/22/2019 2008 Nad
44/80
44
Uji ini digunakan untuk menentukan batas tingkat konsentrasi yang menyebabkan
keracunan. Hasil analisis Probit diperoleh bahwa ekstrak etanol herba memiliki
nilai LC50 sebesar 1969,18 ppm. Menurut Meyer (1982) senyawa yang dapat
dikatakan sebagai obat dan bersifat bioaktif adalah senyawa yang memiliki nilai
LC50kurang dari 1000 ppm. Berdasarkan hasil analisis nilai LC50pada penetian
ini menunjukkan bahwa ekstrak kasar etanol herba seledri masih kurang
berpotensi sebagai obat asam urat maupun senyawa yang bersifat sebagai
bioaktivitas. Hal ini diduga dalam ekstrak kasar tersebut masih banyak sekali
golongan senyawa sehingga mengakibatkan ekstrak memiliki daya bunuh kuman
yang rendah. Tetapi setelah dilakukan Fraksinasi terhadap ekstrak kasar etanol
kemampuan daya bunuh kumannya meningkat, hal ini dapat dilihat dari nilai LC50
pada berbagai fraksi (Lampiran 9). Nilai LC50 pada berbagai fraksi hasil kolommenunjukkan bahwa ekstrak tersebut sangat berpotensi sebagai calon obat dan
bersifat bioaktivitas. Meningkatnya nilai LC50 setelah di fraksinasi menguatkan
dugaan bahwa kandungan senyawa yang ada dalam esktrak tersebut semakin
murni sehingga daya bunuh terhadap kuman pun semakin tinggi.
Daya Inhibisi Ekstrak kasar Etanol Herba terhadap Enzim Xantin Oksidase
Analisis daya inhibisi ekstrak kasar etanol terhadap enzim xantin oksidase,
dilakukan pada berbagai variasi konsentrasi dari ekstrak yang didasarkan pada
nilai LC50. Variasi konsentrasi ekstrak ini bertujuan untuk mencari konsentrasi
terbaik dan memiliki daya inhibisi terbaik. Konsentrasi terbaik dengan daya
inhibisi tertinggi inilah yang akan digunakan untuk uji kinetika. Berdasarkan
analisis daya inhibisi ekstrak kasar etanol herba seledri dapat dilihat pada Gambar
10.
-
7/22/2019 2008 Nad
45/80
45
6.048.20
11.6 4
6.47
29.75
40.67
45.56
57.19
63.66
67.6966.69
54.9
61.9461.22
65.68
74.01
68.82
65.25 65.39
58.35 57.19
0
10
20
30
40
50
60
70
80
DayaInhibis
i(%)
10 0 15 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 50 0 6 0 0 70 0 8 0 0 0 9 0 0 10 0 0 110 0 1 20 0 13 0 0 14 0 0 150 0 16 0 0 170 0 1 80 0 19 0 0 2 0 0 0
Konsentrasi (ppm)
Gambar 10 Daya inhibisi ekstrak kasar etanol terhadap enzim xantin oksidase
Pada Gambar diatas memperlihatkan peningkatan daya inhibisi yang tidak
seiring dengan bertambahnya konsentrasi ekstrak. Peningkatan yang tidak
signifikan ini diduga adanya karakteristik komponen senyawa yang berbeda dalam
sampel yang ikut terekstrak oleh etanol air. Golongan senyawa tersebut dapat
berfungsi sebagai inhibitor ataupun aktivator enzim, seperti terpenoid, alkaloid
(Harborne 1987) .
Melihat tingginya daya inhibisi ekstrak kasar etanol tersebut (74,01%)
dengan konsentrasi 1500 ppm, menunjukkkan bahwa ekstrak kasar etanol
berpotensi sebagai obat asam urat maupun sebagai senyawa yang bersifat sebagai
senyawa bioaktivitas, hal ini diperkuat oleh Ramdhani (2004) yang melaporkan
bahwa daya inhibisi ekstrak kasar etanol seledri mencapai di atas 50 %.
Uji Kinetika Ekstrak Kasar Etanol terhadap Enzim Xantin Oksidase
Pada uji kinetika ini digunakan konsentrasi ekstrak kasar 1500ppm,
pemilihan konsentrasi ini didasarkan pada nilai daya inhibisinya yang besar
(74,01%) dengan konsentrasi yang masih dibawah nilai LC50 nya. Berdasarkan
analisis kinetika enzim menurut persamaan Michaelis Menten dan turunanya
(Lineweaver- Burk) selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 dan hasil
rataannya dapat dilihat pada Gambar 11.
-
7/22/2019 2008 Nad
46/80
46
1500 ppm (ekstrak)
0 ppm (normal)
R2= 0.9115
R2= 0.9033
-750
-500
-250
0
250
500
750
1000
1250
1500
1750
2000
0 1.0526 1.1765 1.3333 1.5385 1.8182 2.2222 2.8571 4.0000 6.6667 20.0000
1/(xantin)
1/(kecepatan)
Gambar 11 Pola kinetika inhibisi ekstrak kasar etanol
Berdasarkan analisis grafik di atas diperoleh perubahan nilai KM yang
cukup signifikan dan perubahan Vmaxyang sangat kecil sekali. Pola kinetika yang
terbentuk setelah penambahan ekstrak mengakibatakan peningkatan KM sebesar
0,10 mM dari 0,29 mM menjadi 0,39 mM dan penurunan Vmax sebesar 0,001
mM/Menit dari 0,0065 mM/Menit menjadi 0,0036 mM/Menit. Kecilnya
perubahan Vmax diasumsikan tidak ada. Menurut Voet & Voet (2001) jenis
inhibisi kompetitif adalah inhibisi dimana terjadi peningkatan nilai KM dengan
Vmaxyang tetap. Pada inhibisi kompetitif, inhibitor berkompetisi dengan subtrat
untuk memperebutkan sisi aktif enzim dan peristiwa ini menyebabkan nilai KM
menjadi lebih besar dari keadaan normalnya dengan Vmax yang relatif tetap. Maka
dapat disimpulkan bahwa tipe inhibisi yang terjadi adalah tipe inhibisi kompetitif.
Berdasarkan analisis ini diperoleh nilai afinitas inhibitor () ekstrak kasar
etanol seledri sebesar 1,4. Nilai ini diperoleh dengan membandingkan nilai KM
enzim ekstrak dengan nilai KMenzim normal. Nilai di atas menunjukkan bahwa
inhibisi kompetitif yang terjadi cukup kuat, seperti dijelaskan oleh Voet & Voet
(2000) bahwa nilai afinitas inhibitor yang lebih besar dari 1 menunjukaninhibisinya cukup kuat.
-
7/22/2019 2008 Nad
47/80
47
Fraksinasi Ekstrak Etanol Herba Seledri
Sebelum dilakukan fraksinasi terhadap ekstrak kasar etanol, dilakukan
pencarian eluen terlebih dahulu dengan menggunakan KLTa. Eluen ini berfungsi
sebagai fase gerak saat fraksinasi. Eluen yang digunakan adalah heksana,
kloroform, etil asetat, aseton, etanol, metanol dan air. Eluen dengan pemisahan
terbaik kemudian dikombinasikan satu dengan yang lainnya dengan berbagai
perbandingan. Berdasarkan analisis dengan menggunakan KLTa diperoleh eluen
terbaik yang terdiri dari campuran CH3Cl : MeOH = 9,5 : 0,5 (Gambar 12).
Markam (1988) menggunakan CHCl3 : MeOH sebagai eluen pada pemisahan
flavonoid menggunakan penjerap silika gel berhasil dengan baik pada
perbandingan 15 : 1 sampai 3 : 1.
Gambar 12 Eluen terbaik (CHCl3: MeOH = 9,5 : 0,5)
Fraksinasi ekstrak etanol dilakukan dengan menggunakan flash kolom dan
dilakukan terhadap 10 gram sampel ekstrak dengan dua kali periode kolom
fraksinasi, masing-masing 5 gram perkolomnya. Kolom yang digunakan adalah
silikagel G40-60 berukuran 15 cm x 40 mm dengan laju alir 10 ml/unit. Fraksinasi
ini bertujuan untuk memperoleh pola pemisahan yang lebih sempurna, fraksi yang
di dapat akan lebih murni senyawa aktif akan lebih banyak terisolasi.
Berdasarkan hasil fraksinasi diperoleh 7 fraksi gabungan. Rendemen fraksi
terbesar terdapat pada fraksi 1 (22,17%) dan rendemen terkecil pada fraksi 3
(1,98%), data rendemen selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8. Ketuju fraksi
tersebut kemudian dilakukan uji sitotoksan dan uji fitokimia. Secara keseluruhan
nilai sitotoksan dari hasil fraksinasi sangat jauh lebih tinggi (Lampiran 8)
dibanding dengan ekstrak kasarnya (1969,18 ppm). Hal ini menunjukkkan
besarnya aktivitas yang dimiliki oleh ekstrak setelah melalui proses fraksinasi.
-
7/22/2019 2008 Nad
48/80
48
Sementara uji fitokimia yang dilakukan terhadap ketuju fraksi tersebut hanya uji
flavonoid, hal ini mengingat jumlah sampel hasil fraksi yang terbatas, Hasil
analisis fitokimia dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Fitokimia hasil kromatografi
No. Nama Uji Flavonid
1 Fraksi 1 +
2 Fraksi 2 --
3 Fraksi 3 --4 Fraksi 4 --
5 Fraksi 5 ++6 Fraksi 6 +++
7 Fraksi 7 +
Terlihat bahwa fraksi 5 dan fraksi 6 positif flavonoid, hal ini menunjukkan
bahwa dalam fraksi tersebut mengandung senyawa yang memungkinkan dapat
mengahambat enzim xantin oksidase.
Daya inhibisi hasil fraksinasi terhadap enzim xantin oksidase
Berdasarkan uji daya inhibisi fraksi hasil kolom diperoleh sederetan
konsentrasi fraksi yang akan digunakan dalam pengujian. Sederetan kosentrasi ini
diujikan terhadap enzim xantin oksidase, pengujian konsentrasi ini dimulai dari 50
ppm sampai 450 ppm, nilai ini didasarkan pada nialai sitotoksan dari seluruh
fraksi (Lampiran 9), hasil kolom memiliki daya inhibisi yang bervariasi (
Lampiran 10). Sebagai pembanding nilai daya inhibisi antar fraksi digunakan
konsentrasi 150 ppm karena konsentrasi ini terdapat pada semua fraksi kolom.
Fraksi keenam mempunyai daya inhibisi paling kuat terhadap enzim xantin
oksidase pada konsentrasi tersebut, di susul dengan fraksi 5 dan terakhir fraksi 1
seperti terlihat pada Gambar 13.
-
7/22/2019 2008 Nad
49/80
49
42.82
51.88