2011-2-00501-ak bab2001

Upload: yahdi-furqon-busnia

Post on 17-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

BAB II

LANDASAN TEORIII.1 Pemahaman PerpajakanII.1.1. Definisi Pajak Menurut Prof. DR. Rachmat Sumitro, SH, bahwa Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.Menurut Liberti Pandiangan, SE., M.Si. bahwa Pajak adalah pembayaran (pengalihan) sebagaian harta kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang, namun pembayaran tidak mendapatkan suatu balas jasa secara langsung, untuk digunakan membiayai pengeluaran negara guna meningkatkan kualitas masyarakatnya. Pembayaran atau pengalihan sebagian harta kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat kepada negara yang dipaksakan oleh undang-undang, dan tidak mendapatkan kontrapretasi atau balas jasa secara langsung, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.II.1.2.Fungsi Pajak

Fungsi pajak menurut Mardiasmo terdapat dua fungsi Pajak yaitu : a) Fungsi anggaran (budgetair) Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak. Contohnya : Dana yang dikumpulkan dari hasil pajak yang digunakan pemerintah untuk membangun fasilitas-fasilitas umum.b) Fungsi mengatur (regulerend) : Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Contoh : Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia.II.1.3. Pengelompokkan Pajak

Pengelompokan pajak menurut Mardiasmo ke dalam tiga tinjauan yaitu :1. Menurut Golongannya:

a. Pajak langsung

Yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. b. Pajak tidak langsung Yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

2. Menurut Sifatnya:

a. Pajak Subjektif Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. b. Pajak Objektif Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. 3. Menurut lembaga pemungutannya:

a. Pajak Pusat Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. b. Pajak Daerah Yaitu pajak dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. II.1.4. Manfaat PajakPajak merupakan sumber utama penerimaan. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan daerah sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit atau puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu daerah menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan.Selain itu fungsi budgeter (fungsi penerimaan) di atas, pajak juga melaksanakan fungsi redistribusi pendapatan dari masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih tinggi kepada masyarakat yang kemampuannya lebih rendah. Oleh karena itu tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban Perpajakannya secara baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk tercapainya fungsi Redistribusi pendapatan. Sehingga pada akhirnya kesenjangan ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat dapat dikurangi secara maksimal.II.1.5. Tata Cara Pemungutan Pajaka. Stelsel Pajak Pemungutan pajak menurut Mardiasmo dapat dilakukan berdasarkan tiga stelsel, yaitu :

1. Stelsel Nyata (Riel Stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.2. Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh

Undang-undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.

3. Stelsel Campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antana stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. b. Sistem Pemungutan PajakSistem pemungutan pajak menurut Mardiasmo dapat dibagi menjadi tiga sistem, yaitu sebagai berikut:

1. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besamya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.2. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang.3. With Holding SystemAdalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.II.1.6. Prinsip-Prinsip Pemugutan Pajak

Prinsip-prinsip pemungutan pajak Menurut Mardiasmo dibagi menjadi lima prinsip, yaitu sebagai berikut:

1) Prinsip Kesamaan (Equity).Bahwa besarnya pajak yang dibebankan harus sesuai dengan kemampuan wajib pajak atau sebanding dengan tingkat penghasilannya.2) Prinsip Kepastian (Certaintly).Bahwa pemungutan pajak harus tegas, jelas, dan ada kepastian hukum, baik dalam cara penghitungannya maupun cara pembayarannya.3) Prinsip Kecocokan (Convenience)

Dalam pemungutan pajak hendaknya para wajib pajak memiliki kesadaran bahwa membayar pajak merupakan kewajiban kepada pemerintah.4) Prinsip Ekonomi (Economy)Dalam menetapkan dan memungut pajak harus dipertimbangkan biaya pemungutannya. Jangan sampai biaya pemungutannya lebih tinggi dari pajak yang dikenakan.5) Prinsip Ketepatan (Exactly)

Bahwa pemungutan pajak hendaknya tidak menyulitkan posisi anggaran belanja pemerintah.Pemungutan pajak menurut Mardiasmo, Pemungutan pajak dalam masyarakat dibenarkan karena mendasarkan pada beberapa teori pemungutan pajak antara lain:

1. Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. 2. Teori Daya Pikul

Pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan 2 pendekatan yaitu:1) Unsur objektif

Dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang.

2) Unsur subjektif

Dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus dipenuhi.

3. Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya: perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.4. Teori Daya BeliDasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. 5. Teori BaktiDasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.II.2. Efektivitas PajakII.2.1 Pengertian Efektivitas Pajak

Menurut Liberti Pandiangan, Efektifitas pajak merupakan upaya dalam mengoptimalkan penerimaan pajak dengan berbagai jenis dan sistem pengenaan. Untuk memperoleh pajak yang optimal, haruslah didukung dengan ketentuan yang tepat, efektif dan efisien, serta dapat dilaksanakan, Menurut Hidayat, Ada tiga pendekatan dalam mengukur efektivitas organisasi, yaitu:1. Pendekatan sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitas dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun non fisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau mekanisme organisasi.

3. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang sesuai dengan rencana.II.2.2 Efektivitas Pajak Yang Terkait Dengan Efisiensi

Efektifitas merupakan pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif. Sedangkan Efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara masukan dan keluaran yang diterima. Sebagai contoh untuk menyelesaikan sebuah tugas, cara A membutuhkan waktu 1 jam sedang cara B membutuhkan waktu 2 jam, maka cara A lebih efisien dari cara B. Dengan kata lain tugas tersebut dapat selesai menggunakan cara dengan benar atau efisiensi.Ada beberapa kriteria efektifitas yang terkait, yaitu:1. Tujuan yang akan dicapai

2. Norma atau standar

3. Keterangan ahli

4. Konfirmasi kepada pihak lain5. Indikator keberhasilan

6. Indikator kinerja lainnya input, output dan out comeII.3.Pemahaman Pajak Daerah II.3.1.Pendapatan Asli Daerah

Menurut Mardiasmo, Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah adalah salah satu dari sumber pendapatan asli daerah. Yang dimaksudkan pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber pendapatan didalam wilayah sendiri. Pendapatan asli tersebut dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, adalah sebagai dasar hukum Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Di dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak. Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari: 1. Pajak daerah2. Retribusi daerah3. Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan

4. Lain-lain PAD yang sah. II.3.2. Pengertian Pajak DaerahBerdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (UU 34/2000), Pasal 1 angka 6, dapat dijelaskan sebagai berikut Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah.Menurut Marihot Pahala Siahaan, S.E., M.T Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembagunan daerah.II.3.3. Jenis-jenis Pajak Daerah Sesuai dengan pembagian administrasi daerah, maka menurut Halim pajak daerah dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu:Pajak Propinsi, terdiri dari:1. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air2. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor4. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaanPajak Kabupaten, terdiri dari:1. Pajak Hotel

2. Pajak Restoran

3. Pajak Hiburan

4. Pajak Reklame

5. Pajak penerangan jalan

6. Pajak Pengambilan dan pengolahan bahan galian Golongan C

7. Pajak Parkir8. Pajak Sarang Burung WaletII.3.4. Sistem Pemungutan Pajak Daerah

Sistem Pemungutan Pajak Daerah menurut Mardiasmo dibagi menjadi tiga yaitu:1. Sistem pemungutan oleh pemerintah (Official Assessment System) Pemungutan pajak daerah berdasarkan penetapan kepala daerah dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lainnya yang dipersamakan. Wajib Pajak setelah menerima SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan tinggal melakukan pembayaran menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) pada kantor pos atau bank persepsi. Jika Wajib Pajak tidak atau kurang membayar akan ditagih menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah.2. Sistem pemungutan oleh wajib pajak sendiri (Self Assessment System)Wajib Pajak menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak daerah yang terutang. Dokumen yang digunakan adalah Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). SPTPD adalah formulir untuk menghitung, memperhitungkan, membayaran dan melaporkan pajak yang terutang. Jika wajib pajak tidak atau kurang membayar atau terdapat salah hitung atau salah tulis dalam SPTPD maka akan ditagih menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).

3. System pemungutan oleh pihak ketiga (With Holding System)ketiga (bukan Fiskus dan bukan Wajib Pajak ) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Cirinya wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang da pada pihak ketiga, pihak selain Fiskus dan Wajib PajakII.4. Pemahaman Retribusi II.4.1 Pengertian RetribusiMenurut Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 6 Tahun 2011 tentang pajak daerah dan retribusi daerah menyebutkan bahwa Retribusi daerah adalah pungutan daerah dalam rangka pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan setiap orang atau badan. Retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang digunakan untuk membiayai penyelanggaraan pemerintah dan pembagunan daerah. Retribusi pada umumya mempunyai hubungan yang langsung dengan pajak, karena pembayaran ditujukan semata-mata untuk mendapatkan suatu prestasi dari pemerintah.

Cara pemungutan retribusi dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen yang dipersamakan dan pelaksanaan penagihan dapat dipaksakan. Dalam hal wajib Retribusi yang tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar akan dikenakan sanksi administrasi, berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terhutang yang tidak atau kurang dibayarkan dengan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD).II.4.2. Jenis-jenis Retribusi Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 6 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah, jenis pendapatan retribusi meliputi objek pendapatan sebagai berikut:1. Retribusi jasa umum

a. Retribusi pelayanan kesehatan

b. Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan

c. Retribusi pelayanan biaya cetak kartu tanda penduduk dan akte catatatan sipil

d. Retribusi pelayanan pemakamam dan pengabuan mayat

e. Retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum

f. Retribusi pelayanan pasar

g. Retribusi pelayanan pendidikanh. Retribusi pengujian kendaraan bermotor

i. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran

j. Retribusi penggantian biaya cetak peta masterplan

k. Retribusi pengelolaan limbah cair

l. Retribusi penyedian atau penyedotan kakus

m. Retribusi penggalian menara telekomunikasi

2. Retribusi jasa usaha

a. Retribusi pemakaian kekayaan daerah

b. Retribusi rumah potong hewan

c. Retribusi pelayanan terminal

d. Retribusi tempat rekreasi dan olahrga

e. Retribusi tempat khusus parkir

3. Retribusi perizinan tertentu

a. Retribusi izin mendirikan bagunan (IMB)

b. Retribusi izin gangguan

c. Retribusi izin trayek

d. Retribusi izin usaha perikananII.4.3. Hasil Pengelolaan Pajak Daerah Yang Dipisahkan Selain pajak daerah dan retribusi daerah, bagian laba Badan Umum Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu sumber yang cukup potensial untuk dikembangkan. Hasil pengelolaan daerah yang sah merupakan pendapatan daerah dari keuntungan atau laba bersih perusahaan daerah untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah baik perusahaan daerah yang modalnya sebagian terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Perusahaan daerah seperti perusahaan air bersih (PDAM), Bank Pembangunan Daerah (BPD), hotel, bioskop, percetakan, perusahaan bus kota dan pasar adalah jenis-jenis BUMD yang memiliki potensi sebagai sumber-sumber PAD, menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi daerah.Jenis perusahaan daerah jika dilihat dari struktur modalnya terdiri dari:

1) Perusahaan daerah yang seluruh modalnya terdiri dari kekayaan daerah yang

dipisahkan, yaitu:

a) Untuk dana pembangunan daerah

b) Untuk anggaran belanja daerah

c) Untuk cadangan umum, sosial dan pendidikan, jasa produksi, dan sumbangan dana pensiun.II.4.4. Lain-Lain Pendapatan Asli Yang SahMenurut Halim, pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik daerah.

Menurut Halim, jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan seperti berikut:

1. Hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan

2. Penerimaan jasa giro

3. Penerimaan bunga deposito

4. Denda keterlambatan pelaksanaan perkerjaan

5. Penerimaan ganti rugi atau kehilangan kekayaan daerah

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, lain-lain PAD yang disah meliputi

a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

b. Jasa giro

c. Keuntungan selisih nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing

d. Pendapatan bunga

e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan pengadaan barang dan jasa oleh daerah.II.5. Jenis dan Sumber DataJenis data yang harus dipakai dalam penelitian adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka atau data kuatitatif yang disajikan dalam bentuk angka. Data kualitatif yang digunakan penulis adalah data retibusi yang merupakan pendapatan Daerah Bekasi dari tahun 2008-2010. Sedangkan data kualitatif (data yang terbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar) yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa penjelasan dari pihak Pemerintah Daerah yang berkaitan dengan Retribusi.Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah :

1) Data PrimerData yang berasal dari sumber asli dan dikumpulkan secara khusus ( melalui survei dan observasi). Dalam penelitian ini data primer yang diperoleh berupa data internal yang diambil dari Kabupaten Bekasi.2) Data sekunder Data yang diperoleh secara tidak langsung untuk mendapatkan informasi (keterangan) dari objek yang diteliti, biasanya data tersebut diperoleh dari wawancara dengan pegawai yang bersangkutan.II.5.1. Metode Analisis Data

Analisa data dapat dibedakan menjadi dua yaitu analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Yang dimaksud dengan analisa kualitatif yaitu analisa menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisah menurut katagori untuk memperoleh kesempatan. Sedangkan analisa kuatitatif merupakan analisa yang berwujud angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran yang diproses untuk mendapatkan data unit. Dalam penulisan skripsi tekni analisa data yang digunakan adalah analisa kualitatif.II.5.2. Analisa Kontribusi dan EfektifitasAnalisa data yang digunakan dalam menganalisis kontribusi dan efektifitas pajak daerah dan retribusi daerah adalah sebagai berikut :1) Analisa Kontribusi

Yaitu suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Bekasi, maka dibandingkan antara realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).2) Analisa Efetivitas Yaitu merupakan hubungan antara realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap target penerimaan pajak dan retribusi daerah yang memungkinkan apakah besaran pajak dan retribusi daerah sesuai dengan target yang ada.II.5.3 Metode Pengumpulan Dataa) Metode Riset Keperpustakaan

Melakukan studi keperpustakaan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan topik skripsi, membaca buku-bukiu untuk mendapatkan teori-teori dan referensi yang relevan dan berkaitan erat dengan pembahasan dalam skripsi.b) Metode Riset Lapangan

Field research bertujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan melakukan pengamatan langsung atau aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pengenalan kegiatan perusahaan, pengumpulan data mengenai strategi pemasaran perusahaan dalam usaha menganalisis strategi yang sedang berjalan.

Dalam penelitian ini diadakan:c) Wawancara ( Interview )

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara bertanya langsung dengan responden. Wawancara merupakan proses interaksi antara pewawancara dengan responden. Hal ini hanya dapat dilakukan apabila kedua pihak yang berkomunikasi bersedia untuk berkomunikasi. d) Pengamatan ( Observation )

Pengamatan dilakukan dengan mengawasi secara langsung untuk mendapatkan hasil yang sebenarnya dan kemudian dapat dibandingkan dengan teori. Pengumpulan data dilakukan dengan pencatatan secara cermat dan sistematis. Pengamatan harus dilakukan secara teliti untuk mendapatkan hasil yang bisa diandalkan.

e) Dokumentasi

Metode pengumpulan data yang dilakukan demgan cara mengamati, melihat dan mengumpulkan dokumen-dokumen serta catatan-catatan yang ada, baik berupa tulisan, gambar maupun keterangan lain.8