2011-2-00958-di bab2001

Upload: ujonono

Post on 10-Mar-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mcghgfhgfchccv

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB II

    TINJAUAN DATA UMUM

    2.1. Gambaran Umum Rumah sakit

    2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

    1) Menurut kamus Umum Bahasa Indonesia, Rumah Sakit didefinisikan sebagai:

    - Rumah tempat merawat orang sakit1

    - Tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan

    Sedangkan menurut undang-undang tentang rumah sakit:

    Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Menurut UU No.44 Tahun 2009 tentang rumah sakit:

    2.1.2. Kriteria dan Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan2:

    a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;

    b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya masyarakat di rumah sakit;

    1 Sumber: Poewardarminta,Wjs,kamus Umum Bahasa Indonesia,Jakarta ,Balai Pustaka.

    2 Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab I, Pasal 1

  • 2

    c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan

    d. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya rumah sakit, dan rumah sakit.

    2.1.3. Sejarah dan Perkembangan Rumah Sakit3

    a. Rumah Sakit Yunani, pada abad 5 SM, kuil-kuil yang dibangun sebagai bangunan untuk merawat orang sakit, sebagai tempat menampung para pengembara, fakir miskin dan yatim piatu. Walaupun pasien dilayani dengan cara magik. Pengobatannya disertai dengan kekuatan gaib serta dewa-dewa, bangsa Yunani mengakui bahwa penyakit yang berasal dari alam dan metode penyembuhannya rasional sangat dianggap penting. Sebagai tambahan, apa yang mereka ketahui tentang fisologi dan anatomi tubuh manusia sebenarnya lebih rasional daripada pengetahuan mereka tentang alam religious dan tahayul. Hipokretes dianggap sebagai lambang pendekatan non-religius rasional dalam ilmu kedokteran. Kuil Saturn, Hyegea, dan Aesculapius berfungsi sebagai sekolah kedokteran pada zaman Yunani.

    b. Rumah Sakit Romawi, bangsa Romawi biasanya merawat para tentara yang terluka di valetudinaries, yaitu suatu bentuk rumah sakit yang didirikan di sebuah garnisun sepanjang perbatasan. Dekrit kaisar Constantine pada tahun 335 M berisi penutupan Aesculpia dan mendorong pembangunan rumah sakit Kristen.

    c. Rumah Sakit Selama Abad Pertengahan,pada tahun 829 M, tekenal Rumah Sakit St. Gal, dimana rumah sakit ini telah mengkalisifikasikan fungsi yang semakin jelas, tercermin dari : - adanya pemisahan ruang antara fakir miskin/pengembara dengan penderita sakit. - adanya tempat untuk menjalankan ibadah. - adanya Abbey Guest House.

    3 Sumber :Bouwcentrum, General Hospital, Elvesier Publishing Company, Amsterdam 1961, Hal 8-9

  • 3

    Pada abad Romawi berkuasa yang bertanggung jawab untuk pengobata orang sakit dijalankan oleh komunitas keagamaan.

    d. Rumah Sakit Selama Abad 17 Sampai Abad 19, pada abad ini Rumah Sakit tidak berada di bawah pengawasan Gereja lagi tapi berada di bawah pengawasan pemerintah pusat.

    Pada zaman Florence Nightingale pengabidiannya sebagai perawat pada Crimean War sangat dikenang, karena pada tahun 1836 dan tak berapa lama dia menulis tentang kurangnya kebersihan Rumah Sakit di Jerman. Florence Nighingale mengemukakan konsep reformasi Rumah Sakit dengan persyaratan:

    - Memiliki satu pintu yang berfungsi sebagai akses keluar masuk - Standar alamiah yang cukup, misalnya sebagai tempat keluar masuk ruangan. - Memiliki bangsal yang luas yang dapat menampung tempar tidur sepanjang dinding, yaitu sekitar 15 ranjang. - Pengelompokan pasien sesuai dengan penyakitnya. - Berdekatan dengan ruang perawat. - Peniadaan ruang-ruang kecil, misalnya kamar mandi yang dianggap tidak higenis dan berfungsi sebagai tempat pasien untuk memyembunyikan diri dan melakukan hal yang dilarang dokter. - Menerapkan suasana interior yang mencekam, seperti pengunaan warna yang

    serba putih. - Kebebasan pribadi pasien sangat dilarang keras demi efisiensi perawatan. Tulisan-tulisan Nighingale sangat berpengaruh bagi efek perubahan ilmu keperawatan dari usaha hamper asal-asalan, lamban dan seringkali tidak popular menjadi seni penyembuhan yang sangat dihargai oleh masyarakat. Di Indonesia sendiri pada tahun 1815 di Batavia, berdiri sebuah pendidikan kedokteran yang dinamakan Kursus Dokter Jawa di Rumah Sakit Militer Besar (Grot Militair Hospital). Tahun 1896, Sekolah Dokter Jawa berubah menjadi School Tot Opleiding van Inlandse Artsen (STOVIA). Kemudian Indonesia merdeka dan

  • 4

    berubah menjadi Rumah Sakit Oemoem Poesat Negeri (RSON) dan namanya diubah lagi menjadi Rumah Sakit mum Pusat (RSUP) dan akhirnya RSUP Dr.Cipto Mangkunkusumo. Selain itu Rumah sakit yang berdiri sejak zaman Belanda yaitu Rumah Sakit St. Carolus. Rumah sakit ini mulai beropersi sejak 1919.

    2.1.4. Fungsi Rumah Sakit4

    Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan peorangan secara paripurna.

    Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, rumah sakit mempunyai fungsi:

    a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standart pelayanan rumah sakit;

    b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

    c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan

    d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan;

    2.1.5. Persyaratan Umum5

    1) rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunana, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.

    2) Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau .

    4 Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab III, Pasal 5

    5 Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab VI, Pasal 7

  • 5

    3) Rumah Sakit yang didirikan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada harus berbentuk Unit Pelaksanaan Teknis dari Instansi yang bertugas dibidang kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    4) Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta sebagaimana yang dimaksud harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak dibindang perumahsakitan.

    2.1.6. Persyaratan Lokasi6

    1) Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebetuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.

    2) ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan lingkungan sebagaimana dimaksud menyangkut Upaya Pemantauan Lingkungan, Upaya Pengelolaan Lingkungan dan atau dengan Analisi Mengenai Dampak Lingkungan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    3) Ketentuan mengenai tata ruang sebagaiman dimaksud, dilaksanakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota, Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan dan / atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

    4) Hasil kajiaan kebutuhan penyelenggaraan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud harus didasarkan pada studi kelayakan dengan menggunakan prinsip pemerataan pelayanan, efisiensi dan efektivitas, serta demografi.

    Persyaratan bangunan sebagaimana dimaksud memenuhi:

    6 Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab V, Pasal 8

  • 6

    a) persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunana gedung pada umumnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

    b) persyaratan teknis bangunanan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.

    Bagunan rumah sakit sebagaimana dimaksud paling sedikit terdiri atas ruang:

    a) rawat jalan;

    b) ruang rawat inap;

    c) ruang gawat darurat;

    d) ruang operasi;

    e) ruang tenaga kesehatan;

    f) ruang radiologi;

    g) ruang laboratorium;

    h) ruang sterilisasi;

    i) ruang farmasi;

    j) ruang pendidikan dan latihan;

    k) ruang kantor dan administrasi;

    l) ruang ibadah, ruang tunggu;

    m) ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;

    n) ruang menyusui;

  • 7

    o) ruang mekanik;

    p) ruang mekanik;

    q) laundry;

    r) kamar jenazah;

    s) taman;

    t) pengolahan sampah; dan

    u) pelataran parker yang mencukupi.

    2.1.7. Persyaratan Menurut Jenis7

    Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya

    Berdasarkan Jenis Pelayanannya:

    (1) Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.

    (2) Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

    (3) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

    Berdasarkan Pengelolaannya:

    (1) Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi

    Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit privat.

    7 Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab V, Pasal 19 dan 20

  • 8

    (2) Rumah Sakit publik sebagaimana dimaksud dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.

    (3) Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (4) Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit privat.

    2.1.8. Klasifikasi Rumah Sakit8

    (1) Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit.

    (2) Menurut SK Mentri Kesehatan RI No. 031/BIRHUB/1972, dan Mentri Kesehatan RI No. 134/Menkes/SK/IV/1978, Rumah Sakit di Indonesia diklasifikasikan sebagai berikut:

    KLASIFIKASI KAPASITAS TEMPAT

    TIDUR

    LINGKUP

    PELAYANAN

    RS KELAS A 1000 - 1.500 Medik soesialistik dan subspesialistik lengkap

    RS KELAS B 400 1.000 Medik spesialistik dan subspesialistik

    RS KELAS C 1 - 450 Medik dasar dan medic spesialistik

    8 Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab VI, Pasal 24

  • 9

    RS KELAS D 25 100 Medik dasar

    RS KELAS E Bervariasi Khusus penyakit tertentu

    Table 1.Klasifikasi Rumah Sakit

    (2) Klasifikasi Rumah Sakit umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

    a.Rumah Sakit umum kelas A;

    b.Rumah Sakit umum kelas B

    c.Rumah Sakit umum kelas C;

    d.Rumah Sakit umum kelas D.

    (3) Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

    a.Rumah Sakit khusus kelas A;

    b.Rumah Sakit khusus kelas B;

    c.Rumah Sakit khusus kelas C.

    (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi sebagaimana dimaksud diatur dengan Peraturan Menteri.

  • 10

    2.1.9. Jenis Rumah Sakit9

    Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.

    Pasal 19

    (1)Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. (2) Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

    (3) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, tau kekhususan lainnya.

    Pasal 20

    (1) Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit privat.

    (2) Rumah Sakit publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.

    Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (3)Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dialihkan

    9 Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab VI, Pasal 19

  • 11

    menjadi Rumah Sakit privat.

    ` Pasal 21

    Rumah Sakit privat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

    Pasal 22

    (1) Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan.

    (2) Rumah Sakit pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri yang membidangi urusan pendidikan.

    Pasal 23

    (1) Rumah Sakit pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 merupakan Rumah Sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya.

    (2)Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dapat dibentuk Jejaring Rumah Sakit Pendidikan.

    (3)Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit pendidikan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    2.1.10 Prasyaratan Menurut Prasarana10

    10

    Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab V, Pasal 11

  • 12

    (1) Prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dapat meliputi:

    a.instalasi air;

    b.instalasi mekanikal dan elektrikal;

    c.instalasi gas medik;

    d.instalasi uap;

    e.instalasi pengelolaan limbah;

    f.pencegahan dan penanggulangan kebakaran;

    g.petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat;

    h.instalasi tata udara

    i. Ambulans

    j. Sistem informasi Komunikasi.

    pada ayat

    (1) harus memenuhi standar pelayanan, keamanan serta keselamatan kesehatan kerja penyelengaraan Rumah Sakit.

    (3) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dalam keadaan terpelihara dan Berfungsi dengan baik.

    (4) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya.

    (5) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana

  • 13

    dimaksud pada ayat (1) harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.

    (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.

    2.1.11. Kriteria khusus (Bangunan)11

    A. Instalasi Rawat Jalan

    1.Lingkup Kegiatan/fungsi ruang

    Kebutuhan pelayanan RSU Kelas C pada dasarnya terdiri dari Poli Umum dan Poli spesialistik dasar, yaitu:

    - Poli Penyakit Dalam

    - Poli Anak

    - Poli Bedah - Poli Kebidanan dan Penyakit Kandungan - Sesuai dengan perkembangan pelayanannya, maka RSU Kelas C ini juga

    dilengkapi dengan 3 (tiga) dan 6 (enam) poli spesialis lainnya sesuai dengan kebutuhan setempat. Poli-poli tersebut adalah:

    - Poli mata dengan panjang ruangan minimal ^ meter - Poli telinga, hidung dan tenggorokan (THT) - Poli gigi dan mulut, harus ada pra instalasi untuk alat gigi - Poli kulit dan kelamin - Poli syaraf

    - Poli jiwa

    Semua Poli tersebut terdiri dari ruang periksa dan ruang tindakan. Selain itu juga dilengkapi dengan pelayanan penunjang mendik yang terdiri dari:

    - Apotik 11

    Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab V, Pasal 10

  • 14

    - Laboratorium/ patologi - Radiologi - Rehabilitasi medic

    Serta pelayanan non medic yang terdiri dari:

    - Kelompok administrasi - Loket pebdaftaran dan pembayaran - Lavatory (kamar kecil) - Ruang tunggu

    2. Beban Kerja

    Yang dimaksud dengan beban kerja pada unit poliklinik adalah jumlah pasien rawat jalan yang harus dilayani oleh setiap sub unit setiap tahun. Dalam menetapkan proyeksi jumlah pasien untuk setiap unit (masing-masing poli) yang ditetapkan sebagai data dasar bagi kebutuhan pelayanannya, perlu ditetapkan beberapa asumsi:

    a). proporsi jumlah pasien pada tahun proyeksi sesuai dengan proporsi jumlah pasien rata-rata menurut data-data beberapa jenis pasien yang dianggap perlu dikoreksi.

    b). untuk memperhitungkan jumlah pasien yang harus dilayani setiap hari, diambil hari kerja setiap tahun salama 250 atau 300 hari (50 minggu x 5 hari), 1 hari pembersihan, penetapan dibentuknya poli-poli ini berdasarkan kasus-kasus yang mulai ada dan diperkirakan akan berkembang di amsa yang akan datang.

    c). waktu kerja poliklini adalah 6 hari kerja.

    3. Syarat Khusus

    Konsep dasar poliklinik pada prinsipnya ditetapkan sebagai berikut:

  • 15

    a). Ruang tunggu diranvcang untuk semua poliklinik, diusahakan pemisah ruang tunggu penyakit dan non infeksi

    b). System sirkulasi dilakukan dengan satu pintu (masuk dan pintu keluar sama).

    c). Poli yang ramai letaknya sebaiknya saling berdekatan.

    d). Koridor petugas dipisahkan dari koridor pasien.

    B. Unit Gawat Darurat 1.Lingkup Kegiatan /Fungsi Ruang

    Unit Gawat Darurat menerima pasien salam 24 jam dari wilayah sekitar rujukan RSU serta Puskesmas. Rencana pengembangan Unit Gawat Darurat diarahkan atas perkiraan kebutuhan.

    2. Beban Kerja Dalam pengambilan jumlah pasien perlu ditetapkan beberapa asumsi:

    1). Proporsi jumlah pasien pada tahun proyeksi sesuai dengan proporsi jumlah pasien rata-rata existing.

    2). Untuk perhitungan kebutuhan diambil angka proyeksi berdasarkan kasus-kasus yang mulai ada dan diperkirakan berkembang pada masa mendatang.

    3). Untuk memperhitungkan jumlah pasien gawat darurat diambil data jumlah pasien gawat darurat yang telah dilayani selama lima tahun terakhir. 4). Waktu kerj aunit gawat darurat adalah 24 jam 5). Program ruang

    3.Syarat Khusus Konsep dasar gawat darurat ditetapkan dengan beberapa pertimbangan dasar, yaitu:

    1). Pemisahan antara ruang beda dan non bedah 2). Dilakuakn pemisahan sirkulasi antara pasien dengan perawat/ dokter

  • 16

    3). Pengaturan sirkulasi perawat/dokter dan tempa alat-alat medic (bench) sehingga dimungkinkan penggunaan alat-alat secara bersama. 4). Pembentukan ruang-ruang medic yang memungkinkan untuk digunakan sebagai ruang periksa,observasi dan ruang restitusi. 5). Keseluruhan ruang dan alat ditetapkan untuk dapat digunakan selama 24 jam. 6). Pintu masuk khsus dari gerbang utama.

    C. Instalasi Perawatan Intensif 1. Lingkup kegiatan/Fungsi Ruang

    Untuk perawatan penderita yang mengalami penyakit yang fungsi organ tubuh yang memerlukan secara intensif pemantauan ketat dan tindakan segera yang direncanakan untuk menurunkan angka kematian.

    2. Beban Kerja Konsep dasar ruangan ICU ditetapkan sebagai berikut: -sistem pelayanannya adalah sentral dibuka 24 jam. - program ruang lihat lampiran

    3. Syarat Khusus 1). Letak harus dekat dengan gedung gawat darurat, laboratorium, radiology dan bedah. 2). Harus bebas darigelombang elektromagnetik dan terhadap getaran 3).Gedung harus terletak pada daerah yang tenang 4). Temperature ruangan harus terjaga 5). Aliran listrik tidak boleh terputus 6). Harus tersedia pengantur kelembaban udara 7). Sirkulasi udara yang dikondisikan sebaiknya 100% udara segar 8). Perlu disiapkan titik grounding untuk peralatan elektrostatik.

    D. Instalasi Rawat Inap (WARDS) 1.Lingkup Kegiatan/ Fungsi Ruang

  • 17

    Ruang untuk perawatan pasien berlangsung 24 jam, jumlah tempat tidur 100-400 buah.

    2. Beban Kerja Cara menghitung jumlah tenpat tidur disesuaikan dengan perkembangan: - Nilai BOR,LOS,TOI,BTO - Jumlah pertumbuhan penduduk - Jumlah tempat tidur di RS/ ratio perbandingan jumlah tempat tidur : jumlah

    penduduk - Faktor lain yang diterapkan dalam perencanaan RS swasta

    3. Syarat Khusus

    Dalam merencanakan Unit rawat inap perlu ditetapkan dulu prinsip-prinsip dalam perencanan instalasi rawat inap. 1) Konsep perawatan sebaiknya dapat mengakomodir perawtan 4 ahli dasar 2) Standart luas ruangan adalah sebagai berikut: - Luas kamar VIP = 28 m2/unit - Luas kamar kelas 1 = 18 m2/unit

    - Luas kamar kelas 2 = 12 m2/ unit - Luas kelas 3a dan 3b = 8m2/ unit 3) Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan seperti: - Pasien yang menderita penyakit menular - Pasien atau penyakit dan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti

    penyakit tumor), dan diabetes. - Pasien yang menderita (mengeluarkan suara dalam ruangan)

    Keseluruhan ruang tersebut harus terlihat jelas dalam kebutuhan jumlah dan jenis pasien yang akan dirawat.

    4) Ruang-ruang inap sebaiknya dikelompokan dalam bagian sebagai berikut: a). ruang VIP, terletak dalam 1 blok jendela-jendela kamar berorientasi ke pandangan luar yang lapang atau kea rah taman dengan jumlah pasien VIP 1 orang dengan fasilitas KM/WC didalam b). ruang kelas I dan II digabung dalam 1 blok:

  • 18

    - kelas I untuk 2 tempat tidur - kelas II untuk 4 tempat tidur c). kelas IIIa dan IIIb boleh digabung dalam 1 blok dan dapat pulas dipisah - kelas IIIa untuk 6 tempat tidur - kelas IIIb untuk 8 tempat tidur

    5) stasiun perawat maksimum melayani 25 tempat tidur, letak stasiun perawat harus terletak dipusat blok yang dilayani agar perawat dapat mengawasi pasiennya secara efektif. Untuk bangunan perawatan kelas yang berupa 1 blok maka dibutuhkan 1 stasiun perawat. 6) jika ruang perawatan tidak berada pada lantai dasar, maka harus ada akses bagi pelayanan dengan roda atau lift khusus agar pasien dapat terjangkau dengan baik. 7) akses pencapaian ke setiap ruangan/ blok harus dapat dicapai dengan mudah 8) Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan jumlah pasien yang ditampung 9) sinar matahri pagi sedapat mungkin masuk ke ruangan 10) alur petugas dan pengunjung terpisah 11) masing-masing ruang rawat 4 ahli dasar mempunyai ruang isolasi sendiri

    E. Unit Kebidanan dan Penyakit Kandungan 1. Lingkup Kegiatan/ Fungsi Ruang

    Fungsi dari unit kebidanan dan penyakit kandungan ini adalah untuk kegiatan persalinan dan penyakit yang berhubungan dengan kandungan. Tingkat pelayanan unit kebidanan dan penyakit kandungan tergantung pada jumlah persalinan yang dilakukan dalam satu tahun serta per hari. 2. Beban Kerja Unit kebidanan dan penyakit kandungan dibuat berdasrkan jumlah pasien yang dilayani unit tersebut tiap tahunnya, dapat dilihat berdasarkan atas asumsi sebagai berikut: 1). 70% BOR yempat tidur dipakai sebagai dasar proyeksi

  • 19

    2). Dan dapat dihutung atas dasar penelitian yang lebih rinci terhadap beban kerja tiap sub unit , waktu kerja, kebutuhan atas tenaga serta ruang, hubungan intern serta ekstern unit alur kegiatan pelayanan.

    3). Sebagian persiapan dari pasien dilakukan di ward atau ruang gawat darurat 4). Tiap ruang persalinan dapat melayani sebanyak 4 persalinan per hari 5). Persalinan yang membutuhkan pembedahan dilakukan di unit bedah central. 3. Syarat Khusus Beberapa masalh yang harus diperhatikan dalam merancang unit kebidanan dan penyakit kandungan antar lain: 1). Ruang bersalin harsu mengelompokkan pasien sesuai dengan jenis persalinana yaitu persalinan normal dan persalinan abnormal sehingga membutuhkan ruang pasien sesuai dengan kondisinya. 2). Ruang bayi dan ruang rawat inap harus diusahhakn berdekatan sehingga dapat mudah melihat kondisi bayi 3). Perencanaan ruang steril, semi steril, dan non steril harus benar-benar diperhatikan dan sesuai kebutuhan serta tata letak yang mengandung kegaiatan yang ada. 4). Ruang persalinan abnormal 4 tempat tidur, abnormal 2 tempat tidur, gynecology 1 tempat tidur. 5). Ruang untuk penempatan USG.

    E. Lobby A. Pengertian

    merupakan ruangan yang terdapat dibagian utama dimana pengunjung dapat melakukan interaksi dengan pihak rumah sakit untuk dapat melakukan perjanjian dengan dokter,sebagai tempat informasi, mendaftra pasien, dan juga sebagai tempat untuk membayar tagihan atau transaksi pembayaran. Lobby berfungsi sebagai ruang tunggu pasien serta keluargannya sambil dilakukan pelayanan medis. Oleh karena itu lobby merupakan citra rumah sakit tersebut.

  • 20

    B. Fungsi dan Ruang Lingkup 1) Bagian Informasi, tempat pengunjung mendapat informasi ruangan dokter sampai jadwa dokter.

    2) Bagian Pendaftran, tempat untuk pengunjung atau pasien melakukan pebdaftran rawat inap maupun rawat jalan. 3) Bagian Pembayaran, tempat pengunjung maupun pasien melakukan transaksi pembayaran rawat jalan maupun rawat inap 4) Bagian Pelayanan Medis, tempat dimana pasien dapat menikmati perawatn medis dari rumah sakit. 5) Bagian Pelayanan Penunjang Medis, misalnya apotik (farmasi), X-Ray, USG, CT Scan, dsb, yang sifatnya mendukung pelayanan medis 6) Kantin, tempat untuk pengunjung dapat menunggu atau sebagai tempat makan. 7) ATM dan Bank, memudahkan pasien atau pengunjung melakukan trasnsaksi dengan pihak rumah sakit.

    C. Syarat Perancangan 1) pada layout dibuat alur sirkulasi yang memudahkan , jelas, dan terarah ke setiap ruangan.

    2) menggunakan material interior yang aman, mudah dirawat, bersih dan higenis, tapi tetap memperhatikan aspek estetis.

    3) furniture yang digunakan sebaiknya ergonomis dan nyaman digunakan dalam jangka waktu yang lama. 4) area respsionis hendaknya bias mencerminkan citra/ image dari rumah sakit. 5) enggunaan aspek estetika gharus dipertimbangkan dengan baik sehingga enak dilihat dan juga mudah dalam perawatannya.

  • 21

    2.1.12. Pengertian Kebidanan

    A. Pengertian Rumah Bersalin dan Kebidanan Rumah Berdalin merupakan tempat yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil.bersalin dan masa nifas fisiologik termasuk pelayanan keuarga berencana serta perawatan bayi baru lahir.12 Rumah Bersalin mempunyai sifat privat, semi privat, sebab tidak semua orang dapat keluar masuk didalam daerah ini. Sifat privat terdapat diruang persalinan.

    B. Pengertian Kebidanan Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsifungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya

    C. Pelayanan Kebidanan Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.

    D. Praktik Kebidanan Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat otonom, kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari etika dan kode etik bidan.

    E. Pengertian Ibu Ibu adalah perempuan yang melahirkan seseorang.

    12

    Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 20 Tahun 2005 tentang restribusi Pelayanan Kesehatan,Bab 1 Ketentuan umum, Psala 1, Nomor 14.

  • 22

    Panggilan yang takzim kepada wanita yang sudah atau belum bersuami.13

    Anak adalah kelompok muda usia yang batasan umurnya tidak selalu sama diberbagai Negara dan umumnya disepakati bahwa masa anak merupakan masa yang dilalui setiap orang untuk menjadi manusia dewasa atau dapat pula dikatakan bahwa anak-anak dalam antropologi ragawai adalah istilah tingkat perkembangan manusia dibawah usia dewasa.14

    F. Pengertian Rumah Sakit Ibu dan Anak Secara umum bersalin berarti melahirkan anak, jadi persalinan merupakan proses melahirkan anak dari seorang wanita. Perlu diketahui bahwa sebenarnya yang dilahirkan oleh seorang ibu atau wanita bukan hanya seorang bayi saja, tetapi juga melahirkan plasenta atau ari-ari dan air ketuban. Dengan demikian, persalinan merupakan peristiwa lahirnya anak disertai plasenta dan air ketuban dari kandungan ibunya. Umumnya masa kehamilan yang harus dilalui oleh seorang wanita sebelum proses persalinan terjadi sekitar kurang lebih 38 minggu sampai dengan 42 minggu.

    Selama masa kehamilan tersebut, seorang wanita perlu untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti: fisik, mental, dan materi yang cukup guna menghadapi saat kelahiran bayinya, agar dapar berjalan lancer. Perawatan kesehatan dimulai sejak awal kehamilan, minimal satu kali sebulan hingga usia kehamilan delapan bulan atau seminggu sekali dibulan terakhir. Ibu hamil dan wanita dengan kasus penyakit kandungan dapat memeriksakan kandungannya pada dokter ahli kebidanan, dokter umum, rumah sakit bersalinm dan lain-lain. Rumah sakit bersalin adalah sarana khsusu yang menyediakan fasilitas yang menunjang keperluan pemertiksaan dan perawatan ibu hamil saat bersalin,

    13

    Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua; Cetakan Ketiga, Balai Pustaka; Jakarta; 1994 14

    Ensiklopedia Nasional Indonesia,1989

  • 23

    nifas,laktasi serta wanita yang menderita atau mempunyai penyakit kandungan, dan lain-lain. Pengertian Rumah Sakit Bersalin menurut Depkes RI No. 523/Menkes/Per/XI/1982, Bab 1, Pasal 1, yaitu: suatu tempat yang menyelenggarakan pelayanan Kesehatan bagi wanita hamil, bersalin, nifas yang fisiologik maupun patologik yang mempunyai penanggungjawab mendis seorang dokter ahli kebidanan dan kandungan serta seorang dokter anak.

    G. Fungsi dan Tujuaan Rumah Sakit Bersalin Rumah Sakit Bersalin merupakan suatu usaha jasa pelayanan kesehatan yang khsusu menangani kasus obstetric dan ginekologi, serta pelayanan kesehatan anak dengan fungsi sebagai berikut:

    1. Sebagai tempat pemeriksaan kahamilan dan Penyakit Kandungan. 2. Sebagai tempat pemeriksaan, perawatan, dan pengobatan bagi bayi dan

    anak yang sakit.

    3. Sebagai tempat pengobatan dan perawatan wanita dengan kausu penyakit kandungan, baik rawat jalan (out patient) maupun rawat inap (inpatient).

    4. Sebagai tempat perawatan ibu hamil, persalinan, nifas, dan lain-lain. 5. Sebagai tempat informasi tentang masalah kesehatan khususnya

    dibidang obsteri dan ginekologi seperti KB, gizi, anak dan lain-lain. 6. Sebagai saranan penelitian terhadap kasusu kebidanan dang kandungan

    serta penyakit anak.

    H. Tujuan Rumah Sakit Bersalin Rumah Sakit Bersalin adalah untuk menangani kasus Kebidanan dibidang Obstetri dan Ginekologi:

    1. Mengurangi angka kematian bayi, balita, dan kematian ibu/wanita, akibat persalinan atau penyakit kandungan.

    2. Sebagai tempat pemulihan kondisi setelah persalinan, operasi atau perawatan penderita penyakit kandungan, serta pemulihan bayi/anak

  • 24

    yang sakit.

    3. Sebagai tempat untuk mendapatkan diagnose dan pengobatan yang tepat tentang kehamilan atau penyakit kandungan yang diderita, dan dilanjutkan dengan tindakan pengobatan medis yang dapat dipertanggungjawabkan.

    I. Sejarah Rumah Sakit Bersalin Pada mulanya perawatan kehamilan dan persalinan merupakan tanggung jawab paranormal dan pendeta, yang dengan keterbatasan pemikiran wawasan terperdaya secara spiritual melalui praktek-praktek kejam. Kemudian beralih kepada dukun beranak wanita yang kemudian dipakai untuk mendampingi wanita yang hendak melahirkan. Tapi pengertian itu keliru, masyarakaya pada waktu itu menghalangi para ahli pengobatan dan tabib untuk melakukan ataau mendalami bidang kebidanan sampai abad XVII, cara-cara kuno masih digunakan sampai sekarang. Contohnya para hali kebidanan modern, masih menggunakan teknik memutar letak janin yang sungsang ke posisi normal agar dapat lahir secara natural dan normal. Pada abad XVI dan XVII ada alat kebidanan yang digunakan untuk menarik kepala bayi, yang mempermudah proses persalinan dan beberapa contoh bedah Caesar yang berhasil.Muncul juga beberpa teknik atau metode penanganan bayi setelah melahirkan, penyakit atau infeksi setelah melahirkan yang menyebabkan kematian ditemukan setelah abad XIX. Pada masa sekarang cara serta aturan rumah sakit sudah menyerupai rumah sakit modern. Penempatan pasien sudah diklasifikasi menutu masalah dan penyakitnya. Hal ini disebabkan rentanya wanita hamil serta melahirkan terhadap kuman penyakit. Olerh sebab itu wanita serta bayi sangat memerlukan sara atau fasilitas khsusu dalam penanggananya, seperti alat-alat persalinan, ruang bersain, ruang operasi, ruang bayi dan lain-lain.

  • 25

    J. Syarat-syarat Perancangan Rumah Sakit Bersalin. 1. Harus mempunyai lokasi yang dapat dijangkau oleh masyarakat dengan

    mudah. 2. Tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan disekitarnya. 3. Harus memiliki fasilitas yang lengkap seperti ruang bersalin, ruang operasi,

    ruang perawatan, poliklinik, apotik, laboratorium, dan lain-lain. 4. Rumah sakit bersalin harus dipimpin oleh seorang dokter kandungan dan

    juga dokter anak, yang telibat kerja dengan organisasi rumah sakit tersebut, sehingga para hali dapat dihubungi apabila diperlukan untuk proses kelahiran.

    5. Unit rawat inap harus berlokasi didaerah yang tenang. 6. Pelayanan penunjang mendis dapat langsung berhubungan dengan unit

    rawat jalan, unit rawat inap, unit gawat darurat dan ICU.

    K. Jenis Kegiatan Rumah Sakit Bersalin 1. Kegiatan Medis

    a. Prenventif, yaitu:

    Pemeriksaan yang dilakukan oleh wanita hamil dan yang memiliki gangguan pada kandungan secara rutin, penyuluhan tentang kesehtan dan penyakit wanita, konsultasi KB, perbaikan gizi, hidup sehata, pengobatan dan imuniasai.

    b. Kuratif, yaitu: Menanggulangi penyakit kebidanan dan kandungan pada wanita, serta penyakit pada anak melalui tindakan pemeriksaan dan penpbatan secara fisiologis dan patologi.

    c. Rehabilitasi, yaitu: Perawatan dan pemulihan kesehatan setelah pengobatan yang dilakukan selama beberapa hari sesuai dengan keputusan dokter dan kondisi pasien.

  • 26

    2. Kegiatan Semi Medis Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit seperti uji coba, menganalisa, diskusi serta penemuan kasus dan lain-lain.

    3. Kegiatan non Medis Merupakan kegiatan pendataan pasien, penerangan tentang pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit pada pasien.

    L. Skema Kegiatan Persalinan dalam Rumah Sakit Bersalin.

    PREVENTIF

    IBU DAN ANAK

    PEMERIKSAAN RUTIN

    PENYULUHAN

    KONSULTASI

    PERBAIKAN GIZI

    CARA HIDUP SEHATA

    PENGOBATAN

    KB

    KURATIF

    IBU DAN WANITA

    KEBIDANAN FISIOLOGI

    PATOLOGI

    NORMAL

    VACUM

    ALAT LAIN

    KURETASE

    SECTIO

    PENGOBATAN

    KANDUNGAN DIAGNOSA KURETASE

    SECTIO

    PENGOBATAN

  • 27

    M. Perawatan Kesehatan pada Rumah Sakit Bersalin. Penginapan untuk pasien bersalin terbagi 2 yaitu, a. Bagian uktuk persalinan.

    Harus dapat diakses melalui ruang rawat inap pasien. Bagian ini terdidi dari ruang first-stage (1 tempat tidur ) dan ruang bersalin (10 tempat tidur). Jika tidak ada pemisah ruang operasi atau letaknya yang jauh maka 1 ruang bersalin harus difungsikan menjadi ruang operasi sekaligus dengan scrub-up dan ruang obat bius berdampingan. Ruang bersalin harus berepredam suara dan dekat dengan ruang tunggu bagi pengunjung.

    b. Bagian untuk pasien rawat inap Kamar nifas, adalah tempat kshsus untuk merawat pasien setelah melahirkan dalam keadaan normal atau dengan tindakan setelah abortus atau setelah dilakukan tindakan gynecologis. Sering juga digunakan sipenderita yang mengalami kelainan kehamilan misalnya, adanya pendarahan waktu hamil, dan lain-lain. Dengan adanya bermacam-macam pasien yang dirawat diruangan ini maka ruangan nifas dibagi menjadi.

    REHABILITASI

    IBU/WANITA

    PEMULIHAN KESEHATAN

    IBU

    PERAWATAN

    CHECK UP

    R.PERAWATAN BIASA

    R. PERAWATAN INTENSIF

    R.PERAWATAN BAYI

    KEGIATAN MEDIS

  • 28

    Kamar nifas biasa Adalah kamar untuk merawat pasien normal dan tidak memgalami infeksi normal. Kamar ini dibagi per kelas, tergantung besaran luas kamar serta banyaknya pasien dalama satu kamar.

    Kamar nifas dengan pertolongan Adalah kamar untuk merawat pasien melalui pertolongan sesuatu tindakan, yaitu bagi persalinan yang susah, misalnya section caesaria. Kamar ini biasanya terbagi untuk persalinan operasi. Pemisahan dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi.

    Kamar Isolasi

    Kamar yang lebih kecil untuk mengadakan isolasi bagi penderita nifas yang dianggap perlu, misalnya adanya psychose, eclampsia ante atau post partum, dan lain-lain.

    c. Bagian kamar bayi Kamar bayi adalah tempat untuk merawat bayi selama tinggal dirumah sakit. Ruang bayi atau kamar bayi ini juga dibagi lagi dalam kamar kecil. Kamar untuk bayi normal, untuk bayi belum cukup bulan atau premature, kamar untuk bayi yang di lahirkan dengan tindakan adanya persalinan tidak normal. Dalam kamar bayi harus selalu dipehatikan tentang kebersihan dan sterilisasinya, karena bayi yang baru dilahirkan keadaannya masi sangat lemah dan mudah kena infeksi.

    Perawatan bayi dilengkapi dengan: 1.Tempat tidur

    2.Incubator 3.Fasilitas isolasi

    4.Ruang ganti staf

  • 29

    d. Pusat dapur susu dilengkapi dengan: a. Penyiapan

    b. Sterilisasi alat c. Ruang cuci

    e. Rooming-in plan

    Adalah rencana perawatan ibu dan bayi yang merupakan perawatanm bersama. Artinya ibu dan bayi akan dirawat bersama-sama dalam satu kamar, jadi tempat tidur anak akan terdapat disamping tempat tidur ibunya, agar anak tinggal disamping ibunya.

    f. Dapur bangsal Adalah tempat khsuus menyiapkan keperluan bangsal, menyiapkan makanan bagi pasien, dimana makanan itu diambil dari dapur nesar rumah sakit. Dapur bangsala biasanya dipakai untuk menyiapkan minuman bagi pasien.

    g. Spoelhok Adalah tempat untuk menyimpan baskom, pot dan keperluan pasien, selain itu sebagai tempat untuk menyimpan pakaian kotor bagi pasien, dan sebagai tempat untuk mencuci peralatan.15

    N. Kebutuhan Ruang Rumah Sakit Kebidanan Berdasarkan data literature Nuefert, Jain Mailkin, dan pokok pedoman arsitektur departemen kesehatan.

    15

    Perawatan Kebidanan; Zr. Dra. Christina S. Ibrahim;1996

  • 30

    No. BAGIAN LUAS (M) 1. ADMISTRASI 332

    2. POLIKLINIK 360

    3. PERAWATAN 437

    4. MEDICAL RECORD, LABORATORIUM, APOTIK

    330

    5. PERSALINAN/VK 476

    6. RUANG BEDAH 403

    7. RUANG BAYI 105

    8. POS PERAWAT 140

    9. FISOTERAPI 200

    10. DAPUR 348

    11. RUANG SENAM HAMIL 220

    12. RUANG SERBA GUNA 300

    13. CAFETARIA 64

    14. MUSHOLA 30

    15. LOBBY 125

    16. PELAYANAN TELEKOMUNIKASI 20

    17. LAUNDRY 334

    18. ME 344

    O. Faktor Perancangan Rumah Sakit Kebidanan. 1. Faktor Lingkungan

    Lokasi rumah sakit adalah tempat yang mudah untuk dijangkau, tidak berada didaerah tercemar, dan juga tidak mengakibatkan pencemaraan lingkungan. Lingkungan bangunan dan fasilitas sanitasi rumah sakit harus memenuhi persyaratan kesehatan yang sesuai dengan standart Departemen Kesehatan. Serta mudah dicapai oleh sarana transportasi massa.

  • 31

    2. Faktor Arsitektural

    Pada dasarnya rumah sakit dibagi menjadi dua bagian yaitu ruang rawat inap serta ruang rawat jalan, ditambah bagain-bagian penting lainnya seperti ruang perawatan dokter, administrasi serta bagaian pendidikan,penelitian dan lain-lain.

    P. Model dan bentuk bangunan umum dari rumah sakit menurut Miller dalam Hospital & Healthcare Facility Design, hal 54, yaitu 1. Model Hotel (Hospitality Model)

    Rumah sakit yang melayani pasien layaknya tamu hotel dengan tujuaan agar pasien merasa nyaman. Pasien yang dating disambut oleh penjaga ointu dan bellman yang bertugas membawa barang pasien dan keluarganya, serta pihak rumah sakit sendiri.

    2. Model Rumah (Residential Model) Deain rumah sakit model rumah khsuusnya pada ruang rawat inap dibuat agar seperti dirumah sendiri. Penataan interior seperti ini, bertujuaan untuk mengurangi ketegangan atau stress pada pasien dan meningkatkan kesembuhan pasien serta member suasanan ruang yang lebih nyaman. Ruang rawat inap biasanya memiliki di fasilitas lounge untuk pasien serta dilengkapi denga peralatan electronic, pantry serta ruang tamu. Struktur bangunan yang baik akan memberikan kemudahan operasional dan hubungan antar bagian dari rumah sakit. Struktur bangunan biasa menggunkana modul-modul yang dikelompokan berdasarkan fungsinya.