2011 dtsd etika kerja pegawai djbc
TRANSCRIPT
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR
KEPABEANAN DAN CUKAI
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI
2011
Disusun Oleh:
Adang Karyana Syahbana, S.ST. (Widyaiswara Madya)
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR
KEPABEANAN DAN CUKAI
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI
2011
Disusun Oleh:
Adang Karyana Syahbana, S.ST. (Widyaiswara Madya)
i
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
ii
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR KEPALA PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI …… i
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .………………………………. iv
PETA KONSEP MODUL ................................................................. v
MODUL
ETIKA KERJA PEGAWAI
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
A. Pendahuluan …………………………………………………… 1
1. Deskripsi Singkat ..............……………………………….. 1
2. Prasyarat Kompetensi ...………………………………….. 2
3. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) 3
4. Relevansi Modul……………………………………………. 4
B. Kegiatan Belajar (KB) …………………………………………. 5
1. Kegiatan Belajar (KB) 1 ………………………………….. 5
ETIKA Indikator Keberhasilan …………………………………... 5
a. Uraian dan Contoh ....................…………………….. 5
1. Definisi Etika ..................................…………….... 5
2. Kode Etik ............................................................. 8
3. Etika Kerja ........................................................... 8
4. Etika Kesuksesan ................................................ 10
5. Integritas .............................................................. 12
6. Etiket .................................................................... 14
b. Latihan 1 ...…………………………………………….. 16
c. Rangkuman…………………………………………….. 17
d. Tes formatif 1 …………………………………………. 17
e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut………………………… 20
2. Kegiatan Belajar (KB) 2 ..........…………………………… 21
Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Indikator Keberhasilan ……………………………………. . 21
a. Uraian dan Contoh .....................……………………... 21
1. Latar Belakang ..................................…………….. 21
iii
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
2. Tujuan ....…………………………………………….. 22
3. Norma Dasar Pribadi danStandar Perilaku
Organisasi ...................……………………………. 23
4. Perilaku Standar Pegawai .................................... 25
5. Larangan Standar Pegawai .................................. 26
6. Sanksi ................................................................... 26
b. Latihan 2 ………………………………………………... 27
c. Rangkuman…………………………………………….. 27
d. Tes Formatif 2 …………………………………………. 28
e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………… 31
3. Kegiatan Belajar (KB) 3 ……..…………………………… 32
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Indikator Keberhasilan ..…………………………………… 32
a. Uraian dan Contoh ....................……………………… 32
1. Deklarasi Arusha ..………………………………… 32
2. Korupsi .................. ……………………………….. 34
3. Definisi Korupsi ............................………………. 37
4. Penyebab Terjadinya Korupsi ............................. 38
5. Konsekwensi Terjadinya Korupsi ........................ 39
6. Gratifikasi ............................................................. 40
7. Ketentuan Pidana ................................................ 40
b. Latihan 3 ………………………………………………… 43
c. Rangkuman……………………………………………… 43
d. Tes Formatif 3 …………………………………………. 43
e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………… 47
PENUTUP…………………………………………………..……………. 48
TES SUMATIF………………………………………………………..…. 49
KUNCI JAWABAN (TES FORMATIF DAN TES SUMATIF)…….….. 55
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 57
LAMPIRAN ........................................................................................ 59
iv
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Dalam upaya memperoleh hasil belajar yang optimal pada mata pelajaran
Etika Kerja Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, kami sarankan agar
Anda membaca terlebih dahulu peta konsep yang terlampir pada modul ini.
Pemahaman pada peta konsep yang telah tersedia akan membimbing Anda
untuk mempelajari materi pada modul ini sehingga dapat memudahkan Anda
mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan.
Perlu Anda ketahui bahwa dalam penyajian modul etika kerja dimulai
dengan pemahaman tentang etika dan etika kerja yang akan memberikan
landasan dasar pada pembahasan berikutnya yaitu kode etik Pegawai Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai. Dalam pokok bahasan etika dan etika kerja
disampaikan pula etiket karena dalam kenyataan sehari-hari masalah etiket tidak
lepas dari bagaimana seseorang menunjukan penampilan sebagai orang yang
memiliki etika kerja
Dalam pembahasan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai dibahas tentang tujuan, norma dasar dan prinsip standar perilaku pegawai
serta larangan bagi Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pada akhir
pokok bahasan disampaikan tentang korupsi, kolusi dan nepotisme.
Modul ini disusun untuk Diklat Teknis Substansi Dasar Kepabeanan dan
Cukai yang akan diberikan dalam 6 jam pelajaran. Untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan Anda pada modul ini, setiap selesai kegiatan belajar telah
tersedia tes formatif dan pada akhir modul ini telah tersedia tes sumatif
v
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
1
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
PENDAHULUAN
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
1. Deskripsi Singkat
Tata kelola pemerintahan yang baik, adalah suatu proses dan struktur
yang digunakan untuk meningkatkan keberhasilan pemerintahan dan
akuntabilitas guna mewujudkan atau meningkatkan nilai pelayanan dalam
jangka panjang dengan memperhatikan kepentingan rakyat berlandaskan
peraturan perundang-undangan, moral dan etika. Konsep tata kelola
pemerintahan ini mengemuka di beberapa negara pada beberapa tahun yang
lalu, pihak pemerintah, yang diberi mandat oleh rakyat untuk mengelola
pemerintahan dan memberikan pelayanan kepada publik dengan baik.
A
2
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
Isu mengenai kebutuhan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) akan
pedoman perilaku kerja bagi pegawai Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai sudah
ada sejak beberapa tahun lalu. Dalam penyuluhan mengenai integritas dibidang
kepabeanan pada tahun 2000 bahkan sudah dengan jelas dan tegas dinyatakan
adanya kebutuhan akan sebuah buku panduan wajib yang mengatur hal-hal yang
bersifat moral, etik, dan standar umum bagi pegawai. Dalam forum internasional
khususnya WCO, APEC, dan ASEAN, sebenarnya sudah mendesak akan
kebutuhan suatu pedoman kode etik khususnya bagi aparat kepabeanan. Hal ini
terkait dengan komitmen negara anggota WCO untuk menerapkan Deklarasi
Arusha yang dalam salah satu butirnya menyarankan agar administrasi
kepabeanan negara anggota memiliki kode etik sendiri.
Akibat dari tindak korupsi di lingkungan pemerintahan dapat mengganggu
pelayanan kepada publik, meningkatnya cost pada masyarakat, dan dalam
batas-batas tertentu dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional. Selain
itu korupsi dapat mengurangi kepercayaan masyarakat pada institusi
pemerintahan sehingga tingkat kepatuhan masyarakat kepada hukum menjadi
menurun. Keberadaan korupsi di institusi kepabeanan dapat menghancurkan
legitimasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan mengurangi kemampuannya
dalam menyelesaikan tugas dan fungsinya.
Dengan banyaknya kasus korupsi, maka Pemerintah telah menetapkan
undang-undang Nomor 31 tahun 1999 yang kemudian diperbarui dengan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi .
2. Prasarat Kompetensi
Peserta yang akan ditunjuk
untuk mengikuti Diklat Teknis
Substantif Dasar adalah pegawai
lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas dan pernah bertugas sebagai
pelaksana pada Direktorat Bea dan
Cukai sesuai ketentuan Kepegawaian
3
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Persyaratan tersebut penting karena perlu
pengetahuan dasar berkaitan dengan tugas sebagai pegawai pada Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai.
Diklat Teknis Substantif Dasar merupakan Diklat yang bertujuan
mencetak pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai pelaksana
pemeriksa yang memiliki etika kerja dan mampu melaksanakan tugas dalam
pemeriksaan barang dan tugas pemeriksaan lainnya untuk menjamin dipenuhi
visi, misi dan tujuan organisasi pada organisasi Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai
Dengan pengalaman dan dasar pendidikan tersebut diharapkan peserta
diklat akan mempunyai gambaran awal tentang seluk beluk tugas dan gambaran
perilaku kerja pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sehingga diharapkan lebih
mudah mempelajari dan memahami modul Etika Kerja Pegawai Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai.
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
Setelah mempelajari Modul ini para
peserta Diklat mampu menjelaskan dan
menerapkan nilai etika dan kode etik
pegawai serta mampu menghindari
korupsi, kolusi dan nepotisme dalam
melaksanakan tugas sesuai jabatannya
sebagai Pelaksana Pemeriksa pada
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari modul ini para peserta diklat mampu menerapkan
etika dan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ; serta mampu
menjelaskan dan menghindari korupsi, kolusi dan nepotisme
4
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
4. Relevansi Modul
Etika kerja pegawai secara normatif diturunkan dari moral dan etika
dalam melaksanakan tugas sehari-hari di kantor. Etika kerja adalah aturan
normatif yang mengandung sistem nilai dan prinsip moral yang merupakan
pedoman bagi pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam melaksanakan
tugas pekerjaannya. Gambaran perilaku pegawai yang beretika kerja merupakan
keharusan bagaimana sikap dalam kehidupan sehari-hari di kantor maupun
dalam melayani pengguna jasa.
Administrasi dilingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yang
disebabkan karena lingkup tugas dan fungsi serta kompleksitas pekerjaannya,
rawan terhadap praktek penyimpangan prosedur, korupsi dan sejenisnya. Oleh
sebab itu sesuai dengan amanat reformasi Departemen Keuangan dan
dilingkungan Direktorat Jenderal Bea Cukai sendiri, perlu suatu pembelajaran
etika kerja yang berkaitan dengan penanganan masalah etika, kode etik,
integritas dan anti-korupsi.
5
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
KEGIATAN BELAJAR
1. KEGIATAN BELAJAR (KB) 1
ETIKA
a. Uraian dan Contoh
1. Definisi Etika
Etika merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang
ajaran dan pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu bukan ajaran. Yang
mengatakan bagaimana manusia harus hidup adalah ajaran moral. Sedangkan
yang dimaksudkan dengan ajaran moral adalah ajaran, pedoman agama,
Indikator Keberhasilan :
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu : 1. Peserta mampu menjelaskan definisi etika 2. Peserta mampu menerapkan kode etik
3. Peserta mampu menerapkan etika kerja 4. Peserta mampu menjelaskan etika kesuksesan 5. Peserta mampu menerapkan integritas
6. Peserta mampu menjelaskan dan menerapkan etiket di tempat kerja
B
6
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
peraturan, ketetapan baik lisan maupun tertulis, tentang bagaimana manusia
harus hidup dan bertindak agar dia menjadi manusia yang baik.
Pendidikan tentang etika telah dikemukakan oleh Aristoteles (384-322
SM), dalam bukunya “Ethica Nicomacheia” yang ditulis untuk putranya
Nikomachus (buku Etika Profesi Departemen Keuangan, Ucok Sarimah, MM).
Buku tersebut memuat tentang tata pergaulan, dan penghargaan seorang
manusia kepada manusia lainnya yang tidak didasarkan pada sikap egoisme
atau kepentingan individu, akan tetapi didasarkan atas hal-hal yang bersifat
altruistik, yaitu peduli dengan kepentingan dan atau kebutuhan orang lain dalam
pengertian siap untuk memberikan bantuan apabila diperlukan.
a. Pengertian Secara Etimologis.
Etika berasal dari bahasa yunani
yaitu “ethos” yang berarti adat
istiadat atau kebiasaan. Etika juga
dalam bahasa Yunani Kuno berarti
“ethikos”, atau “timbul dari
kebiasaan”.
Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas
yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung
jawab. Pengertian etika selanjutnya dapat juga seperti pengertian moralitas, yang
secara etimologis berasal dari bahasa latin “mos” yang berarti adat istiadat atau
kebiasaan.
Pengertian etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara
hidup yang baik pada diri seseorang atau suatu masyarakat. Kebiasaan hidup
yang baik ini lalu dibakukan dalam bentuk kaidah, aturan atau norma selanjutnya
dikenal, dipahami, disebarluaskan, diajarkan, dianut dan diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Pada intinya norma, kaidah atau aturan ini
merupakan apa yang baik yang harus dilakukan dan apa yang buruk yang harus
dihindari. Sehingga etika seringkali dipahami sebagai ajaran yang berisikan
aturan tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia.
7
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,yang diterbitkan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan 1989, etika berarti : ”ilmu tentang apa yang baik
dan apa yang buruk, hak dan kewajiban moral (akhlak), kumpulan azas atau nilai
yang berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat”.
Menurut Ahmad Amin, “etika adalah ilmu pengetahuan yang menjelaskan
arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka,
dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat oleh
manusia” (buku Etika Profesi Departemen Keuangan, Ucok Sarimah, MM).
Menurut Soegarda Poerbakawatja, “etika adalah filsafat nilai,
pengetahuan tentang nilai-nilai, ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan
keburukan di dalam hidup manusia semuanya, terutama mengenai gerak-gerik
pikiran dan rasa, sampai mengenai tujuannya bentuk perbuatan” (buku Etika
Profesi Departemen Keuangan, Ucok Sarimah, MM).
b. Pengertian Secara Teoritis
Etika dalam pengertian secara teoritis diartikan sebagai refleksi kritis
tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak dalam suatu situasi
khusus tertentu. Dalam pengertian ini etika adalah filsafat moral, atau ilmu yang
membahas dan mengkaji persoalan benar dan salah secara moral, tentang
bagaimana harus bertindak dalam sebuah situasi konkret tertentu.
Etika sebagai filsafat moral, atau ilmu yang membahas dan mengkaji
persoalan benar dan salah secara moral, tentang bagaimana harus bertindak
dalam sebuah situasi kongkret tertentu. Atau dengan bahasa sederhana etika
adalah suatu cara berpikir dan bertindak tidak hanya dalam situasi dan kondisi
yang sudah jelas batasan yang benar dan yang salah (ada norma, kaidah, dan
aturan yang berlaku), melainkan juga dalam situasi dan kondisi dimana belum
ada batasan yang jelas mana yang benar dan mana yang salah (amat dilematis).
Sehingga etika menurut pengertian ini lebih banyak terfokus kepada
keyakinan/pertimbangan moral dari si pengambil keputusan.
Dalam contoh realita kehidupan sehari-hari adalah situasi dimana kita
dihadapkan pada dua atau lebih pilihan nilai yang sama-sama sahnya, dan kita
8
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
hanya bisa memilih salah satu dari pilihan tersebut yang itu juga berarti
melanggar yang lain. Etika membahas tentang perilaku menuju kehidupan yang
baik. Di dalamnya dibahas aspek kebenaran, tanggung jawab, peran, dan
sebagainya.
2. Kode Etik
Kode etik yang dapat berfungsi dengan baik ditandai dengan timbulnya
kesadaran pegawai untuk selalu lebih terpacu untuk bekerja secara produktif
dengan integritas yang tinggi dan mereka tidak melakukan pelanggaran terhadap
peraturan yang berlaku. Pemberlakukan kode etik ini dapat memainkan peranan
yang sangat penting sebagai pedoman kerja dalam praktek sehari-hari.
Terkait erat dengan efektifitas pemberlakuan kode etik ini adalah disatu
sisi terdapatnya iklim bekerja yang kondusif dan sistem kesejahteraan yang
memadai, sedang di sisi lain terdapat ancaman sanksi yang berat dan diterapkan
secara konsisten terhadap pelaku pelanggaran. Selain mekanisme pengawasan
yang dilakukan oleh atasan, sebagai tambahan terdapat cara pengawasan lain
yang juga terbukti sangat efektif adalah review atau pengawasan dan penilaian
pekerjaan yang dilakukan oleh sesama pegawai pada tingkatan yang sama.
3. Etika Kerja
Etika kerja adalah aturan normatif yang
mengandung sistem nilai dan prinsip moral
yang merupakan pedoman bagi pegawai
dalam melaksanakan tugas pekerjaannya
dalam organisasi.
Agregasi dari perilaku pegawai yang beretika kerja merupakan gambaran
etika kerja pegawai dalam suatu unit organisasi.
Konsekuensinya, etika tidak diterapkan atau ditujukan hanya untuk para
pelaksana saja. Artinya kebijakan terhadap pemegang jabatan struktural ataupun
fungsional yang menyangkut pegawai seharusnya beretika, misalnya keadilan
dan keterbukaan dalam hal kompensasi, kinerja pegawai dan evaluasi kinerja
9
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
pegawai. Termasuk dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang integratif. Jadi
setiap keputusan etika dalam pemerintahan tidak saja dikaitkan dengan
kepentingan pemegang kebijaksanaan tetapi juga dengan pegawai.
Konkretnya, pekerja secara normatif memang harus bekerja keras, jujur,
bertanggung jawab menyelesaikan dengan sebaik-baiknya semua tugas dan
pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, menjaga rahasia institusi,
mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya untuk kelangsungan dan
perkembangan institusi tempatnya bekerja. Namun, semua kewajiban etis
tersebut muncul dengan pengandaian bahwa hak-hak pegawai juga telah
dipenuhi secara memadai.
Dengan demikian, adalah tidak etis, apabila pegawai menikmati haknya
sebagai pekerja seperti gaji dan berbagai tunjangan, namun bekerja dengan
sembrono, bermalas-malasan dan tidak jujur kepada organisasi. Akan tetapi,
tidak mungkin bisa disalahkan apabila seorang pekerja bermalas-malasan atau
bekerja seenaknya sendiri karena ia memang tidak pernah menerima gaji yang
menjadi haknya. Tampak di situ bahwa etika kerja sebagai etika terapan dengan
sendirinya memang terkait dengan etika umum, yakni prinsip keadilan. Etika
kerja menjadi hal yang penting dalam hidup berkarir.
Etika kerja bersikap profesional artinya tekad dalam bekerja secara
sungguh-sungguh guna memberikan hasil kerja terbaik dengan menggunakan
kompetensi yang dimiliki secara optimal. Bekerja secara profesional ditandai
dengan memperlihatkan ketekunan, kerja keras, disiplin tinggi, serta berusaha
memberikan hasil terbaik, atau dengan kriteria lain dia melakukan kerja dengan :
- Jujur dalam melaksanakan tugas
- Melaksanakan pekerjaan dengan kompetensi tinggi.
- Tidak pernah menunda pekerjaan.
- Berusaha mencari jalan keluar bagi setiap permasalahan yang dihadapi.
- Memanfaatkan waktu yang tersedia secara efisien untuk menyelesaikan
permasalahan dan menciptakan produktivitas yang tinggi.
- Mampu melaksanakan tugas secara tuntas dan tepat waktu.
- Melaksanakan tugas sesuai dengan aturan yang berlaku.
- Tidak mengulangi kesalahan dalam bekerja.
- Selalu memeriksa kembali hasil pekerjaan yang diselesaikannya.
10
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
Profesionalisme menuntut pelaku memiliki kompetensi. Dengan
dimilikinya kompetensi akan memiliki landasan yang kuat untuk bekerja
mencurahkan tenaga dan pikiran. Bekerja dengan kompetensi yang jelas akan
memfokuskan terhadap apa yang dipikirkan dengan kompetensi yang akan
mengoptimalkan hasil pekerjaan sehingga memberikan prestasi kerja optimal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan etika kerja adalah :
a. Etika Kerja Bersih
Setiap pegawai harus berperilaku jujur, menjunjung integritas dan
kredibilitas.
b. Etika Kerja Transparan
Melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan dapat
diketahui oleh pihak-pihak yang mempunyai otoritas untuk mengawasi.
c. Etika Kerja Profesional
Bekerja trampil, tepat waktu dan berdasarkan ketentuan yang berlaku
dengan hasil yang optimal. Bekerja dengan mengedepankan inovasi, akurasi dan
etos kerja serta berani mengambil resiko untuk meraih kinerja suatu institusi.
d. Etika Kerja Menuju Sukses
Bila Anda perhatikan sekitar Anda, banyak orang bekerja, namun hanya
segelintir orang yang mampu meraih prestasi dan mendapatkan promosi. Tidak
hanya melulu karena kepandaian, tetapi sebagian besar promosi adalah hasil
dari kepercayaan dari organisasi. Miliki etika kerja dan akan membawa Anda
menuju keberhsilan sesuai visi dan misi organisasi maupun individu.
4. Etika Kesuksesan
Usaha pegawai maupun unit
organisasi dapat melaksanakan
tugas dengan sukses yang
dilandasi etika kerja dengan
memenuhi kaidah kerja sebagai
berikut :
11
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
a. Menjaga Integritas
Integritas pada intinya adalah keutuhan. Tetapi kata ini mencakup arti
yang luas, yaitu kejujuran, ketulusan, dapat dipercaya, keutuhan antara
tindakan dan perkataan, konsistensi, tanggung jawab, kesetiaan dan disiplin.
Integritas adalah apa yang Anda lakukan ketika tidak ada seorangpun yang
melihat. Integritas merupakan kunci sukses karena integritas menciptakan
kepercayaan, dan kepercayaan meluaskan pengaruh/kepemimpinan Anda.
Bagaimana menjaga integritas Anda? Fokuskan kehidupan Anda untuk
membangun karakter dan kemurnian hidup, bukan pada sukses dan prestasi.
b. Meraih keunggulan
Lakukan semua dengan keunggulan. Ada suatu kaidah yang berbunyi,
“Bila Anda menjadi penyapu jalanan, sapulah jalanan seperti Michaelangelo
melukis, seperti Beethoven membuat musik”. Sapulah jalanan dengan
sedemikian baik. Seolah alam mengetahui bahwa ia hidup sebagai penyapu
jalanan yang luar biasa, yang melakukan pekerjaannya dengan baik.
c. Bekerja dengan rajin.
Kemalasan bukan hanya berarti duduk-duduk sepanjang hari tanpa
melakukan sesuatu, melainkan dapat pula seseorang malas walaupun
kelihatannya ia bekerja keras tanpa henti. Kemalasan adalah tidak
melakukan sesuatu hal yang perlu dilakukan pada saat hal itu harus
dilakukan. Bekerja sekedarnya saja, tanpa kesungguhan. Kemalasan
merupakan langkah pertama menuju kehancuran.
d. Menjaga keseimbangan dan mengambil waktu untuk beristirahat
Dibutuhkan iman untuk bisa beristirahat dan tidak kuatir tentang hal-hal
yang belum selesai, atau tekanan dari rekan kerja yang tidak pernah
beristirahat. Namun banyak manfaat yang kita dapatkan dari beristirahat.
Istirahat memberi waktu bagi kita untuk berpikir, merefleksikan diri, fokus
pada hubungan kita pada Tuhan, dan mengalami pembaharuan.
12
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
5. Integritas
Administrasi kepabeanan seperti Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
karena lingkup tugas dan fungsi serta kompleksitas pekerjaannya, rawan
terhadap praktek korupsi. Oleh sebab itu sesuai dengan amanat reformasi
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan World Customs Organization, perlu
disusun suatu rencana kerja yang komprehensif dengan fokus utama terhadap
masalah integritas dan anti korupsi. Sebagai bagian dari rencana kerja, World
Customs Organization bersama-sama dengan beberapa negara anggota telah
membuat rekomendasi yang salah satunya adalah masalah kode etik dan
integritas. Dalam rekomendasi tersebut integritas didefinisikan sebagai berikut :
“A positive set of attitudes which foster honest, legitimate and ethical
behaviour in work practices” (Tingkah laku posistif yang dapat mendukung
perilaku jujur, penuh etika dalam pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan
ketentuan)
Tetapi selain definisi di atas, beberapa adminitrasi kepabeanan negara
anggota, mengartikan integritas sebagai berikut:
“Memberikan pelayanan sesuai dengan yang diharapkan oleh pengguna
jasa dan stakeholders”
Hal itu disebabkan karena di negara-negara tersebut konsep integritas
tidak lagi digunakan dalam konteks upaya memerangi korupsi melainkan juga
digunakan dalam konteks pemenuhan standar kinerja pemberian pelayanan
sebagaimana disebutkan di dalam “service standard” atau “client charter” yang
dikembangkannya.
Dari definisi tersebut di atas terdapat 3 (tiga) elemen pokok yang
membentuk integritas, yaitu : knowledge, skill dan behaviour. Ketiga elemen
pokok tersebut pada dasarnya adalah cerminan dari sikap profesionalisme.
- Knowledge : pengetahuan tentang tugas dan tanggung jawab yang diperoleh dari
pendidikan-pendidikan formal.
- Skill : keterampilan dan keahlian yang dimiliki pegawai yang diperoleh
berdasarkan peltihan dilapangan dan pengalaman.
- Behaviour : tingkah laku yang baik dalam melayani masyarakat yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.
13
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
Tentunya ditengah segala kondisi dan keterbatasan yang ada di
lingkungan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai, kita terus berusaha menerapkan
nilai-nilai integritas dengan jalan menghapus atau setidak-tidaknya mengurangi
korupsi serta melaksanakan tugas menurut standar dan kriteria yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan.
Organisasi Pemerintahan yang Bersih
Secara umum pengertian organisasi pemerintahan yang bersih meliputi :
1. Efektivitas yang bersumber dari budaya organisasi, etika, nilai, sistem, proses
bisnis, kebijakan dan struktur organisasi yang bertujuan untuk mendukung
dan mendorong pengembangan organisasi, pengelolaan sumber daya dan
resiko secara lebih efektif dan efisien, akuntabilitas organisasi kepada
pengguna jasa.
2. Seperangkat prinsip, kebijakan dan sistem manajemen organisasi yang
diterapkan bagi terwujudnya operasional organisasi yang efisien, efektif dan
profitable. Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam pencapaian
tujuan organisasi harus memenuhi praktek organisasi yang baik dan
penerapannya sesuai dengan peraturan yang berlaku serta dilandasi oleh
nilai-nilai sosial budaya yang tinggi.
3. Atas dasar pertimbangan pertambahan nilai dalam melaksanakan organisasi,
maka materi didalam kode etik harus selaras dengan yang terkandung
didalam produk hukum formal yang ada dalam Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai. Dalam penyusunan materi kode etik pegawai Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai menggunakan berbagai referensi baik nasional maupun referensi
internasional agar kode etik yang dihasilkan memenuhi standar.
4. Pelayanan kepada masyarakat
Tersedianya SDM profesional dan yang berkarier, loyal yang cukup maka
dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional dan
mendapatkan hasil yang maksimal. Agar birokrasi pemerintah dapat
berfungsi sebagaimana diharapkan, diperlukan etika dalam birokrasi melalui
sikap, perilaku Pegawai Negeri Sipil dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, dan untuk meningkatkan kualitas pelayanan Pegawai Negeri
Sipil telah ditetapkan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum
14
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil
dalam birokrasi yang mampu memberikan pelayanan yang terbaik, adil, dan
merata, maka ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004
tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
6. Etiket
Etiket berasal dari kata “etiquette” (bahasa Perancis) yang berarti label
atau tanda pengenal seperti pada etiket buku atau label pada barang. Kemudian
pengertian ini berkembang menjadi semacam persetujuan bersama untuk menilai
sopan tidaknya seseorang dalam (satu jenis) pergaulan. Dengan pengertian ini
maka dalam pergaulan hidup dapat diketahui bahwa: Etiket itu merupakan sikap
yang terkandung nilai sopan santun dalam pergaulan; Etiket itu semacam
pakaian terbatas yang hanya dipakai pada keadaan dan situasi tertentu. Oleh
karena itu, etiket banyak jenisnya seperti etiket masuk kerja, etiket menjaga
disiplin diri, etiket menelpon, dan lainnya
Disamping itu mengingat etiket itu
mengandung sopan santun dan
sebagai salah satu ajaran, maka
etiket menjadi bagian dari ajaran
etika terutama etika sosial dan etika
kerja. Etiket diperlukan dalam
kehidupan-sehari-hari khususnya
dalam kegiatan kerja. Hal ini
diajukan untuk dapat memberikan
penampilan yang penuh dedikasi,
disiplin kerja, menjaga integritas diri,
pergaulan kerja positif dan kinerja
pribadi yang baik
Jaga disiplin Diri
- Datang ke kantor sebelum jam kantor
- Meninggalkan kantor melebihi jam pulang
15
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
- Tidak meninggalkan pekerjaan tanpa izin atasan
- Jam kerja digunakan secara efektif
- Tidak menggunakan jam kerja untuk hal yang tidak terkait dengan pekerjaan
Jaga kredibilitas Anda
- Bicaralah dengan jujur
- Tepatilah janji
- Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
- Jangan berjiwa pengecut
- Jaga sikap loyal terhadap organisasi
Etika masuk kantor
- Mengucapkan salam terlebih dahulu
- Tunjukkan wajah ceria
- Pandanglah semua orang yang ada di ruangan dengan senyum
- Tanyakan kabar baik pada teman disebelah
- Jika memungkinkan ucapkan salam pada atasan setiap pagi
Etika Pergaulan
- Bersikap sopan santun dan ramah
- Perhatian terhadap orang lain
- Mampu menjaga perasaan orang lain
- Toleransi dan rasa ingin membantu
- Mampu mengendalikan emosi diri
Etika berbicara
- Bicara harus menatap lawan bicara
- Suara harus jelas terdengar
- Menggunakan tata bahasa yang baik
- Jangan menggunakan nada suara yang tinggi
- Pembicaraan mudah dimengerti
- usahan bernuansa simpatik dan tidak membicarakan kejelekan orang lain
Hubungan dengan atasan
- Hormat kepada setiap atasan
- Mintalah saran dan petunjuk agar dapat berkomunikasi dengan atasan
16
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
- Usahakan tidak membuat kecewa atasan
- Berikan masukan dan saran secara bijak
- Jangan spontan menolak perintah atasan
- Jangan membuat malu atasan
Hubungan dengan teman sekerja
- Jangan menganggap teman sebagai
pesaing tetapi mitra kerja
- Kembangkan kebiasaan saling
membantu
- Kembangkan kebiasaan saling
mengingatkan
- Usahakan tidak terjadi konflik
- Kembangkan kebiasaan diskusi sehat
- Jangan menjatuhkan teman di hadapan
atasan
Hubungan dengan bawahan
- Hargai bawahan sebagai manusia yang bermartabat
- Jangan terlalu menunjukkan kekuasaan
- Bangun hubungan personal yang mesra
- Sering-seringlah menanyakan kondisi kesehatan dan keluarganya
- Berikan perintah dan teguran secara bijak
b. Latihan 1
1. Terangkan asal kata etika !
2. Jelaskan pernyataan bahwa etika dipahami sebagai ajaran hidup yang
baik
3. Terangkan arti etika menurut Ahmad Amin ?
4. Apakah fungsi kode etik dalam suatu organisasi
5. Jelaskan pengertian etika kerja
17
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
c. Rangkuman
1. Etika berasal dari bahasa yunani yaitu “ethos” yang berarti adat istiadat atau
kebiasaan. Etika itu wujud dalam diri seseorang itu dengan adanya disiplin
dan kekuatan diri individu itu sendiri maupun organisasi untuk melakukan
kerja yang baik dengan nilai integritas tinggi.
2. Kode etik terkait erat dengan efektifitas pemberlakuan kode etik ini adalah
disatu sisi terdapatnya iklim bekerja yang kondusif dan sistem kesejahteraan
yang memadai, sedang di sisi lain terdapat ancaman sanksi yang berat dan
diterapkan secara konsisten terhadap pelaku pelanggaran
3. Etika kerja adalah aturan normatif yang mengandung sistem nilai dan prinsip
moral yang merupakan pedoman bagi pegawai dalam melaksanakan tugas
pekerjaannya. Agregasi dari perilaku pegawai yang beretika kerja merupakan
gambaran etika kerja pegawai dalam suatu unit organisasi.
4. Pegawai secara normatif memang harus bekerja keras, jujur, bertanggung
jawab menyelesaikan dengan sebaik-baiknya semua tugas dan pekerjaan
yang dipercayakan kepadanya, mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya
untuk kelangsungan dan perkembangan tempatnya bekerja.
d. Test Formatif 1
Simaklah dengan baik materi yang terkandung dalam modul ini.
Jawablah pertanyaan secara spontan, artinya pada waktu Anda menjawab
pertanyaan tersebut tidak diperkenankan melihat ke modul dan kunci jawaban,
tetapi jawablah menurut apa yang ada dalam pikiran Anda.
Pilihlah B bila pernyataan Saudara anggap Benar dan S bila pernyataan Saudara
anggap Salah!
01. B - S Etika berasal dari bahasa yunani, yaitu “ethos” yang berarti adat
istiadat atau kebiasaan.
18
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
02 B - S Etika dipahami sebagai ajaran yang berisikan aturan tentang
bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia.
03. B - S Etika memiliki pengetian yang berbeda dengan moralitas.
04 B - S Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu
pengetahuan tentang asas akhlak
05. B - S Integritas adalah tingkah laku posistif yang dapat mendukung
perilaku jujur, penuh etika dalam pelaksanaan pekerjaan yang
sesuai dengan ketentuan
Pilih satu jawaban yang paling tepat!
01 Secara Etimologis Etika berasal dari bahasa yunani, yaitu “ethos” yang
berarti :
a. adat istiadat atau kebiasaan
b. kebudayaan tinggi
c. seni perilaku manusia
d. perilaku
02 Ethos dalam Bahasa Yunani kuno berarti :
a. dari kebiasaan.
b. dari keumuman
c. timbul dari perilaku.
d. timbul dari kebiasaan.
03 Analisis dan penerapan konsep dalam etika mencakup :
a. keresahan.
b. kesusahan.
c. keburukan.
d. kegembiraan.
04 Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai ..
a. Ilmu tentang cara berpikir dan bertindak dalam situasi tertentu.
b. ilmu yang membahas dan mengkaji persoalan kebenaran.
19
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
c. ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)
d. ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia
05 Fungsi kode etik adalah sebagai…..
a. implikasi kehidupan.
b. persamaan perlakuan.
c. pedoman kerja.
d. penghargaan bagi pegawai.
06 Aturan normatif yang mengandung sistem nilai dan prinsip moral yang
merupakan pedoman bagi pegawai dalam melaksanakan tugas
pekerjaannya dalam organisasi, adalah :
a. etika kerja.
b. integritas.
c. profesionalisme.
d. etika.
07 Bekerja secara profesional ditandai dengana
a. tingkah laku yang santai dalam berkerja.
b. perilaku menuju kehidupan yang baik.
c. penghargaan dan hukuman bagi pegawai
d. berusaha memberikan hasil terbaik
08 Salah satu ciri profesional adalah……….
a. memanfaatkan waktu dengan olahraga.
b. melaksanakan tugas secara tuntas dan tepat waktu.
c. seni perilaku manusia yang baik.
d. bekerja secara mandiri dan berkelompok.
09 Integritas pada intinya adalah…
a. kebersihan.
b. keutuhan.
c. kesopanan.
20
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
d. kebiasaan.
10 Dari definisi integritas terdapat satu elemen pokok yang membentuk
integritas, yaitu :
a. pengetahuan tentang tatacara mutasi pegawai sesuai pendidikan formal.
b. keterampilan dan keahlian yang dimiliki pegawai yang diperoleh
berdasarkan pelatihan dilapangan dan pengalaman.
c. tingkah laku yang baik dalam melayani diri sendiri.
d. pengawasan kinerja yang efektif terhadap seluruh pegawai.
e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul
ini. Hitung jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi yang baru dipelajari.
TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%
Jumlah keseluruhan Soal
Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari
mencapai
91 % s.d 100 % : Amat Baik
81 % s.d. 90,00 % : Baik
71 % s.d. 80,99 % : Cukup
61 % s.d. 70,99 % : Kurang
Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori “Baik”), maka
disarankan mengulangi materi.
21
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
2. KEGIATAN BELAJAR (KB) 2
KODE ETIK PEGAWAI DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
Indikator Keberhasilan : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu melaksanakan persiapan dalam pembuatan berkas perkara, mampu pembuatan resume hasil penyidikan untuk berkas perkara, mampu menyusun kesimpulan resume hasil penyidikan untuk berkas perkara
a. Uraian dan Contoh
a. Uraian dan Contoh
1. Latar Belakang
Salah satu elemen utama dari program peningkatan integritas adalah
diberlakukannya aturan tingkah laku atau code of conduct (kode etik dan
perilaku) khusus bagi Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Kode etik
tersebut harus dikembangkan dari dalam, diperkenalkan dan dapat diterima oleh
seluruh pegawai. Kode etik yang komprehensif di dalamnya harus berisikan
Indikator Keberhasilan :
1. Peserta mampu menjelaskan latar belakang perlunya kode etik 2. Peserta mampu menjelaskan tujuan kode etik pegawai Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai 3. Peserta mampu menerapkan norma dasar pribadi dan standar
perilaku organisasi 4. Peserta mampu menerapkan prinsip standar perilaku pegawai 5. Peserta mampu menjelaskan larangan pegawai 6. Peserta mampu menjelaskan sanksi
22
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
tuntunan perilaku yang sifatnya praktis dan dapat dimengerti oleh seluruh
pegawai sebagai hal yang seharusnya dimiliki. Di dalam kode etik tersebut harus
juga disebutkan tanggung jawab seluruh pegawai dalam upaya pencegahan,
pendeteksian, dan sanksi terhadap tindak korupsi yang terkait dengan
pelanggaran kode etik. Sebagai tambahan, perlu pula dipertimbangkan adanya
ketentuan yang mewajibkan pegawai agar setiap tahun melaporkan investasi
yang dilakukan, dan kekayaan maupun hutang yang dimiliki.
Keadaan ini bisa menjadi tekanan dan bahkan tantangan dalam
menerapkan aspek etika kerja seperti ketidak-jujuran, ketidak-disiplinan, ketidak-
adilan, kecurangan pertanggung-jawaban administrasi, keegoan dan sebagainya.
Karena itu muncullah perhatian yang besar bagaimana caranya agar para
pegawai dan tentunya juga pejabat pembuat keputusan bekerja dengan standar
etika tertentu. Peraturan kepegawaian dalam pemerintahan secara umum telah
memberlakukan ketentuan yang berkaitan dengan etika dan perilaku pegawai
untuk seluruh pegawai negeri, namun demikian kode etik khusus untuk pegawai
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai diperlukan. Keuntungan dengan adanya kode
etik khusus untuk Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk melengkapi kode etik
yang berlaku umum tersebut. Hal ini diperlukan mengingat sifat pekerjaan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang sangat khusus di banding dengan
pegawai pemerintah yang lain, terutama dalam hal tanggung jawab yang sangat
besar dan luas, serta sangat rawan terhadap tindak korupsi.
2. Tujuan Kode Etik
Dalam rangka mewujudkan aparat
pemerintah yang bersih dan
berwibawa, diperlukan standar etik
dan perilaku pegawai untuk
meningkatkan transparansi dan
integritas pegawai Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai.
Dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai diperlukan aparatur
negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang menyelenggarakan
pelayanan secara adil dan merata, berkemampuan melaksanakan tugas secara
23
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas
pemerintahan dan pembangunan, serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme. Demikian juga dalam rangka upaya peningkatan disiplin Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Departemen Keuangan, khsususnya Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai, diperlukan kode etik bagi pegawai Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai; Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 01 /PM.4/2008 Tentang Kode Etik Pegawai Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai
Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yang selanjutnya
disebut Kode Etik, adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan pegawai
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
organisasi serta dalam pergaulan hidup sehari-hari. Pembentukan Kode Etik di
lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dimaksudkan untuk meningkatkan
etos kerja dalam rangka mendukung produktifitas kerja dan profesionalitas
pegawai.
Tujuan Kode Etik di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
1. meningkatkan disiplin Pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai;
2. menjamin terpeliharanya tata tertib yang berlaku di Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai;
3. menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif di
lingkungan
4. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan atau dengan instansi terkait;
5. menciptakan dan memelihara kondisi kerja antar Pegawai di lingkungan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai serta menciptakan perilaku yang
profesional bagi Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; dan
6. meningkatkan citra dan kinerja Pegawai Negeri Sipil, khususnya Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
3. Norma Dasar Pribadi dan Standar Perilaku Organis asi
Setiap Pegawai wajib menganut, membina, mengembangkan, dan
menjunjung tinggi norma dasar pribadi sebagai berikut :
1. Jujur, yaitu dapat dipercaya dalam perkataan dan tindakan.
24
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
2. Terbuka, yaitu transparan dalam pelaksanaan tugas dan pergaulan internal
maupun eksternal.
3. Berani, yaitu bersikap tegas dan rasional dalam bertindak dan berperilaku
serta dalam membuat keputusan demi kepentingan negara, pemerintah, dan
organisasi.
4. Tangguh, yaitu tegar dan kuat dalam menghadapi berbagai godaan,
hambatan, tantangan, ancaman, dan intimidasi dalam bentuk apapun dan
dari pihak manapun.
5. Berintegritas, yaitu memiliki sikap dan tingkah laku yang bermartabat dan
bertanggung jawab.
6. Profesional, yaitu melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas dan atau
keahlian sertamencegah terjadinya benturan kepentingan dalam pelaksanaan
tugas.
7. Kompeten, yaitu selalu meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan
dan keahlian.
8. Tangkas, yaitu melakukan pekerjaan dengan cepat, tepat dan akurat.
9. Jeli, yaitu melakukan pekerjaan dengan teliti dan mampu memandang
potensi permasalahan kerja serta menemukan pemecahannya yang sesuai.
10. Independen, yaitu tidak terpengaruh dan bersikap netral dalam
melaksanakan tugas.
11. Sederhana, yaitu bersikap wajar dan atau tidak berlebihan dalam tugas dan
kehidupan sehari-hari.
Setiap Pegawai wajib mengikuti, menjalankan, dan menjaga prinsip-prinsip
standar perilaku organisasi sebagai berikut :
1. Kepastian hukum, yaitu mendasarkan pada peraturan perundang-undangan
dalam menjalankan tugas, wewenang, dan kebijakan organisasi.
2. Keterbukaan, yaitu membuka diri dan memberi akses kepada masyarakat
dalam melaksanakan hak-haknya untuk memperoleh informasi yang benar,
jujur, dan tidak diskriminatif tentang manajemen, kinerja, dan pelaksanaan
tugas, serta fungsi organisasi, tanpa melanggar ketentuan yang berlaku dan
asas kerahasiaan jabatan.
3. Kepentingan umum, yaitu mendahulukan kepentingan bersama dengan cara
yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
25
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
4. Akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan organisasi harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada pimpinan dan atau masyarakat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Proporsionalitas, yaitu mengutamakan kepentingan pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab organisasi dengan tetap memperhatikan adanya
kepentingan yang sah lainnya secara seimbang.
6. Efektifitas, yaitu dalam melaksanakan tugas harus memperhatikan dan
mempergunakan cara yang tepat untuk memperoleh hasil yang optimal.
7. Efisiensi, yaitu dalam melaksanakan tugas harus memperhatikan dan
mempergunakan waktu dan sumber daya lainnya seoptimal mungkin dalam
menyelesaikan tugas.
4. Perilaku Standar Pegawai :
1. Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat yang dianut
oleh diri sendiri dan orang lain;
2. Menaati dan mematuhi tata tertib disiplin kerja berupa ketentuan jam kerja
serta memanfaatkan jam kerja untuk kepentingan kedinasan dan atau
organisasi;
3. Menaati dan mematuhi segala aturan, baik langsung maupun tidak langsung,
mengenai tugas kedinasan maupun yang berlaku secara umum;
4. Menaati perintah kedinasan;
5. Menciptakan dan memelihara suasana dan hubungan kerja yang baik,
harmonis, dan sinergis antar pegawai, baik dalam satu unit kerja maupun
diluar unit kerja;
26
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
6. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut
bidang tugasnya masing-masing;
7. Mempergunakan dan memelihara barang inventaris milik negara secara baik
dan bertanggung jawab;
8. Memberikan contoh dan menjadi panutan yang baik bagi pegawai lainnya
dan masyarakat;
9. Bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan dan santun.
5. Larangan Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cu kai
1. Bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas memberikan pelayanan
kepada pegawai dan masyarakat;
2. Menjadi anggota dan/atau pengurus dan/atau simpatisan partai politik;
3. Menyalahgunakan wewenang yang dimiliki untuk kepentingan di luar
kedinasan;
4. Menerima pemberian, hadiah, dan atau imbalan dalam bentuk apapun dari
pihak manapun secara langsung maupun tidak langsung yang diketahui atau
patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin
bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan Pegawai yang bersangkutan;
5. Membocorkan informasi yang bersifat rahasia serta menyalahgunakan data
dan atau informasi kepabeanan dan cukai;
6. Melakukan perbuatan yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan,
kerusakan, dan atau perubahan data pada sistem informasi milik organisasi;
7. Melakukan perbuatan yang tidak terpuji yang bertentangan dengan norma
kesusilaan dan dapat merusak citra serta martabat organisasi.
6. Sanksi :
1. Segala bentuk ucapan, tulisan, sikap,
perilaku, dan atau tindakan pegawai yang
melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 7 dan pasal 8
adalah pelanggaran Kode Etik dan atau
pelanggaran hukum disiplin pegawai.
27
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
2. Pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin pegawai dan/atau
pelanggaran hukum lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijatuhi
sanksi atau hukuman sesuai dengan tingkat pelanggarannya.
3. Sanksi atau hukuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yaitu :
a. sanksi moral berupa perintah/kewajiban untuk mengajukan permohonan
maaf secara lisan dan atau tertulis atau pernyataan penyesalan; dan atau
b. hukuman disiplin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun
1980 tentang kepegawaian
b. Latihan 2
1. Jelaskan tujuan dari keberadaan kode etik bagi Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai ?
2. Sebutkan Surat Keputusan Menteri Keuangan yang berisi tentang kode
etik bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai
3. Apakah pengertian kode etik pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
4. Sebutkan 5 norma dasar perilaku pegawai Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai ;
5. Sebutkan 5 (lima) buah prinsip standar perilaku organisasi Pegawai
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
c. Rangkuman
1. Kode etik adalah segala bentuk ucapan, tulisan, sikap, perilaku, dan atau
tindakan yang dijadikan pedoman bagi pegawai Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bekerja. Pegawai
yang melanggar ketentuan kode etik pegawai dikenakan sanki.
2. Hubungan etika kerja dengan dengan kehidupan manusia digunakan
untuk mengawal tingkah laku positif untuk melakukannya dan
meninggalkan perkara yang mendatangkan sanksi atau kesalah.
3. Kode etik dalam bekerja merupakan satu landasan kerja pelayanan
kepada masyarakat dan membolehkan masyarakat mengawasi dan
menilai setiap tindak tanduk pegawai.
28
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
d. Test Formatif 2
a. Simaklah dengan baik materi yang terkandung dalam modul ini.
b.Jawablah pertanyaan-pertanyaan secara spontan, artinya pada waktu Anda
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak diperkenankan melihat ke
modul dan kunci jawaban, tetapi jawablah menurut apa yang ada dalam pikiran
Anda.
Pilihlah B bila pernyataan Saudara anggap Benar dan S bila pernyataan Saudara
anggap Salah!
01. B - S Kode Etik, adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi organisasi serta dalam pergaulan hidup
sehari-hari.
02. B - S Dalam rangka mewujudkan aparat pemerintah yang bersih dan
berwibawa, diperlukan standar etik dan perilaku pegawai untuk
meningkatkan transparansi dan integritas pegawai Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai
03 B - S Salah satu norma norma dasar peribadi pegawai Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai adalah menghormati agama,
kepercayaan, budaya, dan adat istiadat yang dianut oleh diri
sendiri dan orang lain
04. B - S Pengertian dari kode etik adalah pedoman sikap, tingkah laku
dan perbuatan pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai hanya
dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat.
05 B - S Kegunaan dari kode etik adalah hanya menciptakan dan
memelihara suasana dan hubungan kesopanan antara sesama
pegawai
Pilih satu jawaban yang paling tepat !
1. Salah satu tujuan kode etik di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai, adalah :
a. meningkatkan kesopanan pegawai
b. menjamin terpeliharanya hubungan antar kepala bidang.
29
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
c. menjamin kelancaran pelaksanaan pengawalan barang.
d. menjamin terpeliharanya tata tertib.
2. Melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas dan atau keahlian serta
mencegah terjadinya benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas,
adalah pengertian dari
a. Kompeten.
b. Profesional.
c. Berintegritas.
d. Independen.
3. Salah satu larangan bagi pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
adalah :
a. bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas pelayanan.
b. memajukan profesional kerja dalam pelayanan
c. menyatu dengan sesama pegawai
d. memiliki kebebasan dalam bekerja
4. Mengutamakan kepentingan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
organisasi dengan tetap memperhatikan adanya kepentingan yang sah
lainnya secara seimbang adalah pengertian dari :
a. keterbukaan.
b. profesional.
c. akuntabilitas.
d. proporsionalitas.
5. Salah satu kaidah dalam perilaku standar sesuai kode etik Pegawai
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah :
a. menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat yang dianut
oleh diri sendiri dan orang lain.
b. memperhatikan dan mempergunakan waktu dan sumber daya lainnya
seoptimal mungkin dalam menyelesaikan tugas.
c. mendahulukan kepentingan bersama dengan cara yang aspiratif,
akomodatif, dan selektif.
d. menjadi anggota dan/atau pengurus dan/atau simpatisan partai politik.
6. Salah satu larangan terhadap pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
adalah…….
30
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
a. melakukan perbuatan yang dapat memeperbaiki sistem informasi
b. bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan dan santun.
c. melakukan perbuatan terpuji tidak bertentangan dengan norma
kesusilaan.
d. menyalahgunakan wewenang yang dimiliki untuk kepentingan di luar
kedinasan.
7 Setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan organisasi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada pimpinan dan atau masyarakat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku pengertian dari :
a. berdaya guna.
b. berhasil guna.
c. akuntabilitas.
d. konsisten.
8 Dalam melaksanakan tugas harus memperhatikan dan mempergunakan
cara yang tepat untuk memperoleh hasil yang optimal, pengertian dari :
a. efektifitas.
b. efisiensi.
c. proporsionalitas.
d. akuntabilitas.
9 Salah satu sanksi terhadap pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin
sesuai ketentuan pada kode etik pegawai Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai adalah….
a. berupa perintah/kewajiban untuk mengajukan permohonan maaf secara
lisan dan atau tertulis atau pernyataan penyesalan.
b. dijatuhi sanksi sesuai keputusan atasan
c. dikenakan sanksi pemotongan gaji.
d. diserahkan sesegera mungkin kepada pihak yang berwajib.
10 Salah satu larangan bagi pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
adalah…..
a. menjadi pengurus suatu tempat peribadatan.
b. menjadi pengurus lingkungan rukun tetangga.
c. menjadi pengurus lingkungan rukun warga.
d. menjadi pengurus partai politik.
31
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul
ini. Hitung jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi yang baru dipelajari
TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%
Jumlah keseluruhan Soal
Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari
mencapai
91 % s.d 100 % : Amat Baik
81 % s.d. 90,00 % : Baik
71 % s.d. 80,99 % : Cukup
61 % s.d. 70,99 % : Kurang
Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori “Baik”), maka
disarankan mengulangi materi.
32
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
3. KEGIATAN BELAJAR (KB) 3
KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME
Indikator Keberhasilan : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu melaksanakan persiapan dalam pembuatan berkas perkara, mampu pembuatan resume hasil penyidikan untuk berkas perkara, mampu menyusun kesimpulan resume hasil penyidikan untuk berkas perkara
b. Uraian dan Contoh
a. Uraian dan Contoh
1. Deklarasi Arusha
Setiap strategi untuk mengendalikan tindak korupsi di lingkungan
Administrasi kepabeanan harus sesuai dengan semangat dan tujuan Deklarasi
Arusha. Program-program yang berisi rencana tindakan yang harus dilakukan
untuk meningkatkan integritas pegawai dapat dilakukan dengan penyesuaian
Indikator Keberhasilan :
1. Peserta mampu menjelaskan Deklarasi Arusha 2. Peserta mampu menjelaskan korupsi 3. Peserta mampu menjelaskan definisi korupsi 4. Peserta mampu menjelaskan penyebab terjadinya korupsi 5. Peserta mampu menjelaskan konsekwensi terjadinya korupsi
6. Peserta mampu menjelaskan gratifikasi 7. Peserta mampu menjelaskan ketentuan pidana
33
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
atas dasar pertimbangan keadaan sosial, ekonomi, dan politik masing-masing
negara.
Deklarasi Arusha yang ditandatangani di Arusha, Tanzania pada tanggal
7 Mei 1993 merupakan wujud pengakuan WCO bahwa korupsi merupakan
masalah yang semakin berkembang dan faktor yang merusak di dalam setiap
masyarakat. Korupsi mengakibatkan Bea dan Cukai tidak berhasil mencapai misi
yang diembannya. Deklarasi Arusha dimaksudkan untuk mengembalikan citra
baik administrasi pabean sehingga mampu menjamin terwujudnya tingkat
integritas dan profesionalisme aparatnya. Deklarasi Arusha terdiri dari 12 faktor
utama yang dimaksudkan untuk meningkatkan integritas berisi rekomendasi
upaya yang harus dilakukan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menangani
masalah korupsi dan menjadi dasar program peningkatan integritas serta strategi
integritas yang saling berhubungan.
Deklarasi Arusha memberikan dasar-dasar praktis bagi administrasi
kepabeanan untuk membuat, mengembangkan dan melaksanakan strategi
peningkatan integritas dan pengendalian tindak korupsi. Diharapkan, setiap
langkah di dalam strategi yang dibuat harus selalu terkait erat dengan ke-12
tindakan yang terdapat di dalam Deklarasi Arusha. Untuk itu perlu dikaji terlebih
dulu apakah prosedur dan praktek kepabeanan di masing-masing negara sudah
sejalan dengan ke-12 butir tindakan tersebut. Langkah berikutnya adalah
membuat rencana aksi untuk pelaksanaannya.
Sebagai penunjang Deklarasi Arusha, WCO juga menerbitkan “Panduan
Penilaian Integritas” (self-assessment guide) yang merupakan penerapan 12
butir elemen Deklarasi Arusha. Panduan ini terfokus pada sejumlah isu utama
bagi terciptanya administrasi pabean yang efisien dan efektif dan membantu
negara anggota WCO untuk menilai tingkat integritas pada organisasinya untuk
selanjutnya mampu mengembangkan “Rencana Aksi Integritas”-nya masing-
masing.
Dalam butir 7 Deklarasi Arusha terdapat bahasan tentang moral dan
budaya organisasi. Tindak korupsi umumnya terjadi pada organisasi yang
pegawainya memiliki moral persatuan atau esprit de corps yang rendah. Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya pegawai yang tidak memiliki rasa bangga atas
reputasi organisasinya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan
negara. Sebaliknya pegawai-pegawai tersebut justru mengembangkan praktek-
34
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
praktek internal yang tidak sehat di dalam organisasi yang cenderung
merangsang pegawai untuk melakukan pelanggaran dan menyembunyikan
pelanggaran tersebut. Kondisi demikian diperparah dengan adanya inkonsistensi
antara kode etik profesional dan perilaku yang umumnya diterima.
Untuk mengurangi tindak korupsi secara efektif, seluruh pegawai harus
terlibat secara serius dalam upaya meningkatkan integritas. Untuk itu perlu
dibentuk semacam Work Improvement Teams atau Special Project Teams yang
melibatkan pegawai-pegawai dalam rangka mengidentifikasi kegiatan-kegiatan
yang high risk atau rawan korupsi dan megusulkan perubahan-perubahan yang
diperlukan. Tim tersebut harus mendapat dukungan penuh dari unsur pimpinan.
Dalam beberapa hal diperlukan adanya upaya yang sangat serius untuk
mengubah persepsi pegawai dan masyarakat tentang korupsi. Dengan kata lain
moral lost of corruption (budaya malu melakukan korupsi) perlu lebih
ditingkatkan.
2. Korupsi
Sejak tahun 1999, masalah korupsi merupakan topik yang hangat
dibahas oleh masyarakat Indonesia, terutama setelah Indonesia dinyatakan
negara terkorup di dunia. Tiada hari tanpa berita tentang hal tersebut. Dengan
banyaknya kasus korupsi, maka Pemerintah telah menetapkan undang-undang
Nomor 31 tahun 1999 yang kemudian diperbarui dengan Undang-undang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi .
Undang-undang ini mewajibkan para penyelenggara negara baik pada
bidang Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif untuk melaporkan kekayaannya pada
saat pengangkatan baru dan setelah mengakhiri jabatan selaku penyelenggara
negara.
Sejak Direktorat Jenderal Bea dan Cukai memulai era baru, yang ditandai
dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 10 tahun 1995 tentang
Kepabeanan, sebenarnya sudah banyak dilakukan usaha perbaikan kinerja dan
pelayanan secara terus-menerus.
35
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
Semuanya dilakukan semata-mata untuk
mengantisipasi perubahan peran yang
semula lebih ditekankan sebagai institusi
pemungut pendapatan negara menjadi
institusi penyedia berbagai layanan
kepabeanan dalam rangka memperlancar
arus barang, mengurangi ekonomi biaya
tinggi dan menciptakan suasana yang
kondusif bagi perdagangan dan investasi
serta pelindung masyarakat dari produk
yang membahayakan moral dan
kesehatan masyarakat.
Perkembangan peran ini telah membawa pengaruh yang sangat besar
bagi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dimana institusi ini dituntut untuk lebih
berorientasi kepada stakeholders. Ini berarti fokus semua kebijakan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai harus selalu diarahkan kepada pemenuhan tuntutan
yang berkembang, utamanya sikap pegawai dalam memberikan pelayanan.
Ada 4 topik permasalahan yang biasanya dilontarkan para pengguna
jasa kepabeanan, yaitu :
- Ketidakjelasan besarnya biaya pengurusan kepabeanan yang disebabkan
banyaknya cost, baik yang resmi maupun tidak resmi yang harus dikeluarkan;
- Ketidakpastian waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan prosedur
kepabeanan;
- Kegagalan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai dalam memberantas
penyelundupan dan mengatasi pelanggaran pabean lainnya di pelabuhan ;
- Bocornya penerimaan negara.
Terlepas dari masalah apakah tuduhan tersebut lebih banyak
dilatarbelakangi oleh vested interest (kepentingan tertentu) sekelompok orang
ataukah memang merupakan cerminan dari performance Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai sesungguhnya, kita wajib memberi perhatian serius.
Bagaimanapun juga opini masyarakat yang terlanjur terbentuk selama ini
memang pada intinya menghendaki adanya perubahan yang mendasar dari
behaviour seluruh aparat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Untuk itu perlu
36
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
dilakukan reformasi sikap dan profesionalitas pegawai Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai.
Korupsi dapat diibaratkan sebagai penyakit menular yang perlahan-lahan
dapat menggerogoti kesehatan penderitanya. Korupsi amat sulit diantisipasi
kapan berjangkitnya, amat sulit diisolir penyebarannya, amat sulit dideteksinya
dan amat sulit menghitung besarnya kerugian yang diakibatkannya (karena
sedemikian hebat daya rusaknya). Ibarat cendawan dimusim hujan, korupsi
dapat tumbuh disemua lini dan sektor suatu organisasi bilamana iklim organisasi
tersebut dan negara dimana organisasi itu berada “mendukung” pertumbuhan
dan penyebarannya.
Korupsi dengan segala macam bentuknya (suap, pungli, mark-up,
manipulasi dan sebagainya) seringkali terjadi tanpa dapat dibatasi oleh batasan
wilayah suatu negara, ekonomi maupun politik. Meskipun dapat muncul dalam
berbagai bentuk, namun sudah diketahui sejak lama bahwa tindak korupsi secara
luas terjadi di dalam masyarakat, baik di lingkungan swasta maupun birokrasi
pemerintahan.
Khusus di lingkungan pemerintahan, beberapa faktor yang mendorong
terjadinya korupsi adalah :
- Lemahnya sistem dan prosedur administrasi pemerintahan ;
- Lemahnya pengawasan oleh pihak independen ;
- Lemahnya kemampuan SDM ; dan
- Kurangnya kesejahteraan aparat pemerintahan.
Akibat dari tindak korupsi di lingkungan pemerintahan dapat mengganggu
pemberian pelayanan kepada publik, meningkatnya cost pada masyarakat, dan
dalam batas-batas tertentu dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain itu korupsi dapat mengurangi kepercayaan masyarakat pada institusi
pemerintahan sehingga tingkat kepatuhan masyarakat kepada hukum menjadi
menurun.
Di bidang administrasi kepabeanan pembahasan mengenai hal tersebut
telah melahirkan 3 deklarasi yang bertujuan untuk meningkatkan integritas
pegawai kepabeanan sekaligus mempersempit ruang gerak pelaku tindak
korupsi. Ketiga deklarasi tersebut adalah : Deklarasi Arusha tahun 1993,
Deklarasi Columbus tahun 1994 dan Deklarasi Lima tahun 1997. Disamping itu
beberapa organisasi regional, multilateral dan dunia seperti OECD, the
37
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
Organization of American States, the European Union, the United Nations, the
World Bank dan Transparency International telah menaruh perhatian khusus dan
melakukan tindakan yang diperlukan untuk menangani masalah korupsi.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka segala bentuk penerimaan
pemberian dengan imbalan meninggalkan tugas negara (kewajiban kepada
masyarakat) dan terjadi secara tertutup adalah tindak korupsi. Selanjutnya
menurut WCO, sebenarnya ada banyak perilaku dan kombinasi dari berbagai
perilaku yang dapat di kategorikan sebagai tindak korupsi. Namun demikian pada
dasarnya di lingkungan institusi kepabeanan terdapat 3 hal yang dapat
dikategorikan sebagai korupsi, yaitu : penyuapan (bribery), nepotisme (nepotism)
dan penyalahgunaan (misappropriation). Ditinjau dari sifat, cakupan tugas dan
tanggung jawabnya yang cenderung bersifat “monopoli”, maka institusi
kepabeanan memang rawan terhadap ketiga perilaku dasar korupsi tersebut.
3. Definisi Korupsi
Definisi korupsi hingga saat ini terus mengalami perubahan dan
perkembangan yang disesuaikan dengan tingkat peradaban dan kemajuan
tingkat ekonomi dan sosial suatu masyarakat. Di dalam Undang-undang No. 31
tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Bab II, Pasal 2, ayat
(1) dijelaskan tindak korupsi adalah:
“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan p erbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, ………..”
Selanjutnya di dalam pasal 3 dinyatakan bahwa termasuk tindak korupsi
adalah :
“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenang an, kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau keduduk an yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. ”
Sedangkan definisi korupsi menurut sumber referensi internasional
adalah :
Penyalahgunaan kewenangan dan sumber daya untuk kepentingan pribadi;
(sumber : Deklarasi Lima 1997; Deklarasi Colombus 1994)
38
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
Pengertian kolusi selanjutnya berarti :
a. bekerja sama dengan pihak lain, baik secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama, untuk mengambil keuntungan dengan melakukan
perbuatan yang menyebabkan negara mengalami kerugian.
c. berarti menyelewengkan atau menggelapkan harta milki negara untuk
keuntungan pribadi atau pihak lain.
d. berarti perbuatan yang hanya memberikan keuntungan pada keluarga,
teman-teman, kerabat dan seterusnya, yang dapat merugikan negara.
Beberapa elemen kunci terjadinya korupsi berdasarkan definisi di atas, adalah :
- Terdapat kegiatan meninggalkan tugas negara (kewajiban kepada
masyarakat);
- Menerima segala bentuk pemberian sebagai imbalan; dan
- Terjadi secara rahasia/ tertutup.
4. Penyebab Terjadinya Korupsi
Penyebab korupsi khususnya di lingkungan administrasi kepabeanan
adalah :
- Terdapatnya monopoli kekuasaan, misalnya : keputusan clearance barang di
pelabuhan tidak dapat diberikan kepada instansi lain;
- Terdapatnya discretionary power (kewenangan diskresi) yang terlalu besar
dimana dengan kekuasaan itu dapat menentukan “nasib” pengguna jasa,
misalnya : dengan dimilikinya kewenangan untuk membuat professional
judgement terhadap dokumen PIB ataupun barang penumpang;
- Tidak terdapatnya penilaian akuntabilitas kinerja yang memadai.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penyebab
korupsi, khususnya pada administrasi kepabeanan di negara berkembang
terdapat beberapa faktor tambahan yang menyebabkan tindak korupsi dapat
berkembang yaitu :
- Tingginya tingkat toleransi terhadap korupsi;
- Rendahnya penegakan hukum yang mengakibatkan rendahnya hukuman
yang dijatuhkan;
- Rendahnya risiko yang ditanggung oleh pelaku;
39
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
- Rendahnya gaji dan insentif yang legitimate;
- Belum dipatuhinya kode etik dan perilaku dengan baik.
5. Konsekwensi Terjadinya Korupsi
Keberadaan korupsi di institusi kepabeanan dapat menghancurkan
legitimasi Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai dan mengurangi kemampuannya
dalam menyelesaikan tugas dan fungsinya. Efek yang paling merusak dari
korupsi adalah :
- Berkurangnya kepercayaan masyarakat pada pemerintah;
- Berkurangnya tingkat kepercayaan dan kerjasama antara Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai dengan instansi penegak hukum lainnya;
- Rendahnya semangat kerja aparatur pemerintah (termasuk pegawai
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai), terutama apabila wibawa pemerintah
sudah sedemikian rendahnya dimata masyarakat;
- Meningkatnya cost pada masyarakat yang dapat menghambat pertumbuhan
ekonomi;
- Berkurangnya tingkat kepatuhan masyarakat;
- Kebocoran penerimaan negara;
- Tidak efektifnya perlindungan kepada masyarakat terhadap lalu lintas
perdagangan barang yang berbahaya dan merusak lingkungan, sosial dan
budaya, serta keamanan negara;
- Timbulnya hambatan dalam perdagangan internasional yang berdampak
pada berkurangnya kepercayaan para investor karena tidak adanya jaminan
keamanan investasinya.
Siapakah yang menanggung akibat KKN ? Jawaban dari pertanyaan
tersebut adalah masyarakat, bangsa dan negara, termasuk institusi Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai sendiri. Pertanyaan tersebut sangat mudah dijawab
tetapi sangat sulit memahami besarnya pengorbanan yang harus dipikul
masyarakat karena tindak korupsi yang dilakukan oleh aparatur pemerintahan.
Oleh sebab itu untuk memperbaiki sekaligus meningkatkan citra instansi, maka
seluruh pegawai termasuk unsur pimpinan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
harus :
40
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
1) Melaksanakan semua tugas dengan penuh perhatian, disiplin, profesional
dan dengan integritas tinggi;
2) Bekerja dengan standar etika tinggi, yaitu bekerja bukan hanya sekedar
memenuhi tugasnya saja dan mampu mengambil keputusan yang tepat
bilamana belum terdapat ketentuan yang jelas mengenai tindakan yang
harus dilakukan;
3) Memahami, melaksanakan dan menularkannya/ menyampaikan kepada
sesama pegawai mengenai berbagai pengetahuannya tentang integritas
dan etika;
6. Gratifikasi
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. Tindakan menerima uang, hadiah
dan atau pemberian dalam bentuk apa saja dari siapapun juga yang diketahui
atau patut diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin
bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan yang dapat menyebabkan
penyimpangan pelaksanaan tugas dan/atau pengambilan keputusan.
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya dilarang menurut undang-undang.
Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang,
barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya
apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban
atau tugasnya dilarang menurut undang-undang.. Gratifikasi tersebut, baik yang
diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik maupun tanpa sarana elektronik. Definisi lain,
gratifikasi adalah pemberian hadiah
7. Ketentuan Pidana
Ketentuan pidana yang akan dibahas dalam bagian ini adalah tentang
penyuapan dan gratifikasi menurut undang-undang Nomor 31 tahun 1999 yang
41
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
kemudian diperbarui dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi .
a. Suap Menyuap
Dalam Undang-undang yang berkaitan dengan
tindak pidana keorupsi terdapat pada : Pasal 5
ayat (1) huruf a dan b, ayat (2), Pasal 6 ayat (1)
huruf a dan b, ayat (2), Pasal 11, Pasal 12 huruf
a, b, c, dan d, Pasal 13.
1) Berkaitan dengan pasal 5.
Apabila pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
pemberian atau janji dan berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya maka :
“Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah)
2) Berkaitan dengan Pasal 11.
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah itu janji tersebut diberikan
untuk menggerakkan agar melakukan untuk tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya ; atau pegawai negeri
atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui atau
patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau
disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya, hukumannya :
“dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah).”
42
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
b. Gratifikasi
Dalam Undang-undang yang berkaitan
dengan tindak pidana korupsi terdapat pada : pasal
12B jo, dan Pasal 12C. Isinya menyatakan sebagai
berikut :
“Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara
negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh tahun), dan pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah)”.
Ketentuan ini tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang
diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan
oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak
tanggal gratifikasi tersebut diterima.
43
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
b. Latihan 3
1. Jelaskan pengertian korupsi ?
2. Sebutkan berbagai jenis korupsi ?
3. Sebutkan akibat buruk KKN terhadap Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
?
4. Bagaimana usaha Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk memperbaiki
dan meningkatkan citra intitusi ?
5. Jelaskan pengertian gratifikasi bagi pegawai Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai ?
c. Rangkuman
1. Kolusi berarti bekerja sama dengan pihak lain, baik secara sendiri-sendiri
atau bersama-sama, untuk mengambil keuntungan dengan melakukan
perbuatan yang menyebabkan negara mengalami kerugian.
2. Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.
3. Menjadi pejabat negara seyogyanya tidak menerima hadiah yang
berkaitan dengan tugas negara, karena akan dikenakan pasal pidana
korupsi. Pemberi maupun gratifikasi juga akan terkena proses hukum
pidana korupsi.
d. Test Formatif 3
a. Simaklah dengan baik materi yang terkandung dalam modul ini.
b. Jawablah pertanyaan-pertanyaan secara spontan, artinya pada waktu Anda
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak diperkenankan melihat ke
modul dan kunci jawaban, tetapi jawablah menurut apa yang ada dalam
pikiran Anda.
44
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
Pilihlah B bila pernyataan Saudara anggap Benar dan S bila pernyataan Saudara
anggap Salah!
01. B - S Korupsi dengan segala macam bentuknya seringkali terjadi
tanpa dapat dibatasi oleh batasan wilayah suatu negara, ekonomi
maupun politik.
02 B - S Nepotisme berarti perbuatan yang memberikan kerugian pada
keluarga, teman-teman, kerabat dan seterusnya, yang dapat
merugikan negara
03. B - S Kolusi berarti bekerja sama dengan pihak lain, baik secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama, untuk mengambil
keuntungan dengan melakukan perbuatan yang menyebabkan
pemerintahan mengalami keuntungan.
04 B - S Keberadaan korupsi di institusi kepabeanan dapat
menghancurkan legitimasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan
mengurangi kemampuannya dalam menyelesaikan tugas dan
fungsinya. Efek yang paling merusak dari korupsi
05. B - S Di bidang administrasi kepabeanan pembahasan mengenai hal
tersebut telah melahirkan 3 deklarasi yang bertujuan untuk
meningkatkan integritas pegawai kepabeanan sekaligus
mempersempit ruang gerak pelaku tindak korupsi
Pilih satu jawaban yang paling tepat!
1 Salah satu faktor yang mendorong terjadinya korupsi adalah :
a. lemahnya sistem dan prosedur administrasi pemerintahan.
b. lemahnya kesadaran beragama di luar pemerintahan.
c. kemampuan instansi dibidang pengelolaan keuangan negara.
d. kesejahteraan aparat pemerintahan yang tinggi.
2 Deklarasi yang bertujuan untuk meningkatkan integritas pegawai
kepabeanan sekaligus mempersempit ruang gerak pelaku tindak korupsi
yaitu deklarasi :
45
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
a. Kyoto tahun 1994.
b. Kobe tahun 1997.
c. Arusha tahun 1993
d. New York tahun 1998.
3 Undang-undang yang mengatur tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi adalah :
a. Undang-undang No. 30 tahun 1999
b. Undang-undang No. 31 tahun 1999
c. Undang-undang No. 32 tahun 2000
d. Undang-undang No. 33 tahun 2001
4 Salah satu elemen kunci terjadinya korupsi, adalah :
a. adanya keterbukaan.
b. profesionalisme.
c. tidak menerima segala bentuk pemberian sebagai imbalan
d.terdapat kegiatan meninggalkan tugas negara
5 Definisi korupsi menurut Deklarasi Lima 1997 dan Deklarasi Colombus
1994 adalah :
a. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
b. Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan negara atau
perusahaan lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara.
c. Penyalahgunaan kewenangan dan sumber daya untuk kepentingan
negara.
d. Bekerja sama dengan pihak lain, baik secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama, untuk mengambil keuntungan dengan melakukan
perbuatan yang menyebabkan importir mengalami keuntungan.
46
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
6 Pada negara berkembang terdapat beberapa faktor tambahan yang
menyebabkan tindak korupsi dapat berkembang yaitu
a. sudah dipatuhinya kode etik dan prilaku dengan baik.
b. tingginya tingkat toleransi terhadap korupsi
c. sudah memadai hukuman yang dijatuhkan.
d. tinggiya risiko yang ditanggung oleh pelaku.
7 Efek yang paling merusak dari korupsi adalah :
a. berkurangnya tingkat kerjasama antara Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai dengan pengguna jasa.
b. berkurangnya kepercayaan masyarakat pada pemerintah.
c. rendahnya semangat kerja aparatur pemerintah (termasuk pegawai
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai).
d. berkurangnya kebocoran penerimaan negara.
8 Untuk memperbaiki sekaligus meningkatkan citra instansi, maka seluruh
pegawai termasuk unsur pimpinan Bea dan Cukai harus :
a. bekerja dengan penuh loyalitas kepada pihak pengguna jasa.
b. memahami, melaksanakan dan menularkannya/ menyampaikan kepada
sesama pegawai mengenai berbagai pengetahuannya korupsi.
c. melaksanakan pemberitahuan semua informasi penting pada pihak
pengguna jasa.
d. melaksanakan semua tugas dengan penuh perhatian, disiplin, profesional
dan dengan integritas tinggi.
9 Dalam impor barang ke Indonesia maka lembaga atau komunitas yang tidak
menanggung akibat KKN adalah ?
a. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
b. pemerintahan.
c. rakyat.
d. eksportir
10 Gratifikasi adalah:
a. pemberian hadiah.
47
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
b. pemberian Penghargaan.
c. pemberian royalti
d. pemberian uang lelah
e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul
ini. Hitung jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi yang baru dipelajari.
TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%
Jumlah keseluruhan Soal
Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari
mencapai
91 % s.d 100 % : Amat Baik
81 % s.d. 90,00 % : Baik
71 % s.d. 80,99 % : Cukup
61 % s.d. 70,99 % : Kurang
Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori “Baik”), maka
disarankan mengulangi materi.
48
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
PENUTUP
Administrasi dilingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai rawan
terhadap praktek penyimpangan prosedur, korupsi dan sejenisnya. Oleh sebab
itu sesuai dengan amanat reformasi Departemen Keuangan dan dilingkungan
Direktorat Jenderal Bea Cukai sendiri perlu suatu pedoman etika kerja yang
berkaitan dengan bagaimana bekerja sesua norma dan etika sehingga tujuan
organisasi tercapai.
Tujuan Kode Etik di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah
meningkatkan disiplin pegawai, menjamin terpeliharanya tata tertib, menjamin
kelancaran pelaksanaan tugas, menciptakan dan memelihara kondisi kerja,
menciptakan perilaku yang profesional dan meningkatkan citra dan kinerja
Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Menjadi pegawai pemerintah seyogyanya tidak menyimpang dari
prosedur kerja atau ketentuan tentang kode etik pegawai dan tidak menerima
hadiah yang berupa apapun yang patut diduga berkaitan dengan tugas negara
dan bertentangan dengan wewenang tersebut, karena akan dikenakan sanksi
baik ditinjau dari pelanggaran kode etik maupun pasal-pasal pidana korupsi.
49
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
TEST SUMATIF
Pilih satu jawaban yang paling tepat!
1 Tata kelola pemerintahan yang baik, adalah suatu proses dan struktur yang
digunakan untuk :
a. mencari pengetahuan tentang tugas dan tanggung jawab dari pendidikan.
b. meningkatkan keberhasilan pemerintahan dan akuntabilitas
c. memperbaiki tingkah laku yang baik dalam melayani masyarakat.
d. melayani pelanggan dengan pamrih.
2 Beberapa hal yang berkaitan dengan etika kerja diantaranya adalah :
a. profesional
b. kepegawaian
c. mutasi pegawai
d. pendidikan
3 Isu mengenai kebutuhan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai akan pedoman
perilaku kerja ....
a. tidak diperlukan
b. diperlukan sejak beberapa tahun yang lalu.
c. diperlukan sejak tahun 2007
d. diperlukan hanya untuk masa akan datang.
4 Integritas didefinisikan sebagai :
a. perilaku menuju kehidupan yang baik.
b. penghargaan dan hukuman bagi pegawai
c. kode etik pegawai dalam bentuk keputusan.
d. tingkah laku positif yang dapat mendukung perilaku jujur.
5 Aturan normatif yang mengandung sistem nilai dan moral merupakan
pedoman bagi pegawai dalam melaksanakan tugas pekerjaannya dalam
organisasi, adalah :
a. etika kerja.
50
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
b. integritas.
c. profesionalisme.
d. etika.
6 Etika membahas tentang…………
a. keindahan dan implikasinya pada kehidupan.
b. keadilan dan persamaan perlakuan.
c. perilaku menuju kehidupan yang baik.
d. penghargaan dan hukuman bagi pegawai.
7 Dalam bahasa sederhana etika adalah:
a. suatu cara berpikir dan bertindak yang baik
b. filsafat moral untuk bekerja
c. filsafat bagaimana manusia harus hidup
d. filsafat yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan
8 Bekerja secara profesional ditandai dengan memperlihatkan ….
a. santai
b. sopan
c. alim
d. jujur
9 Melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan dapat
diketahui oleh pihak-pihak yang mempunyai otoritas untuk mengawasi,
adalah pengertian dari etika kerja …
a. bersih
b. transparan
c. profesional
d. sukses
10
Secara etimologis etika berasal dari bahasa yunani “ethos” berarti :
a. adat istiadat atau kebiasaan
b. kebudayaan tinggi
c. seni perilaku manusia
d. perilaku positif
51
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
11 Tujuan Kode Etik di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, adalah :
a. meningkatkan disiplin Pegawai.
b. menjamin terpeliharanya kelancaran arus barang.
c. menjamin kelancaran pelaksanaan tugas peneriman pegawai
d. menjamin terpeliharanya mutasi pegawai.
12 Usaha pegawai maupun unit organisasi dapat melaksanakan tugas dengan
sukses yang dilandasi kaidah etika kerja. Makna pengertian diatas diartikan
sebagai …
a. menjaga hati pelanggan.
b. menjaga integritas.
c. menjaga persahabatan.
d. menjaga kebersamaan.
13 Kode etik yang komprehensif di dalamnya harus berisikan tuntunan perilaku
yang sifatnya …
a. praktis dan dimengerti
b. rumit dan berhasil guna.
c. sulit dimengerti dan sesuai waktu.
d. ilmiah dan bertanggung jawab.
14 Dalam rangka mewujudkan aparat pemerintah yang bersih dan berwibawa,
diperlukan …..
a. kerja tepat waktu.
b. kerja tepat dana.
c. pelayanan prima pegawai.
d. standar etik dan standar perilaku pegawai.
15 Setiap Pegawai wajib bersikap tegas dan rasional dalam bertindak dan
berperilaku serta dalam membuat keputusan demi kepentingan negara,
pemerintah, dan organisasi. Secara singkat arti dari kalimat diatas adalah
a. efektif.
b. efisien
c. tangguh
52
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
d. berani.
16 Setiap Pegawai wajib mendasarkan pada peraturan perundang-undangan
dalam
menjalankan tugas, wewenang, dan kebijakan organisasi. Pengertian
kalimat diatas berarti memenuhi ......
a. kepastian hukum
b. keterbukaan
c. unsur kesusilaa
d. kepentingan kedinasan.
17 Efisiensi, yaitu dalam melaksanakan tugas harus ….
a. memperhatikan perintah kedinasan.
b. menciptakan dan memelihara suasana dan hubungan kerja.
c. mengutamakan kepentingan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
organisasi
d. memperhatikan dan mempergunakan waktu dan sumber daya lainnya
seoptimal mungkin dalam menyelesaikan tugas
18 Menerima pemberian, hadiah, dan atau imbalan dalam bentuk apapun dari
pihak manapun secara langsung maupun tidak langsung yang diketahui
atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin
bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan Pegawai yang bersangkutan.
Persamaan arti kalimat diatas yang paling pas adalah ….
a. Korupsi.
b. Kolusi.
c. Nepotisme.
d. Gratifikasi.
19 Dengan banyaknya kasus korupsi, maka pemerintah telah menetapkan
undang-undang tentang ..............
a. pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme
b. pemberantasan tindak pidana korupsi.
c. pemberantasan tindak pidana korupsi .
53
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
d. pemberantasan korupsi beserta anteknya.
20 Topik permasalahan yang biasanya dilontarkan para pengguna jasa
kepabeanan kepada Direktorat Jenderal bea dan Cukai adalah masalah ….
a. kepastian waktu pengeluaran barang
b. profesionalisme pemberantasan penyelunduan.
c. kelebihan penerimaan keuangan negara melalu Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai.
d. ketidakjelasan besarnya biaya pengurusan kepabeanan.
21 Korupsi dapat diibaratkan sebagai penyakit menular yang perlahan-lahan
dapat menggerogoti kesehatan penderitanya. Korupsi …
a. mudah diberantas.
b. mudah diditeksi
c. mudah ditahan penyebarannya
d. mudah berjangkitnya
22 Salah satu cara untuk memperbaiki sekaligus meningkatkan citra Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai adalah…
a. menyampaikan informasi kantor kepada pengguna jasa
b. melaksanakan peraturan dengan standarbiasa
c. melaksanakan semua tugas
d. bekerja dengan standar etika
23 Efek yang paling merusak dari korupsi adalah :
a. berkurangnya kepercayaan masyarakat pada pemerintah.
b. berkurangnya kerjasama antara Direktorat Jenderal Bea dan CukaI
dengan instansi lainnya.
c. bertambahnya semangat kerja aparatur pemerintah.
d. Bertambahnya penerimaan negara.
24 Pada negara berkembang terdapat beberapa faktor tambahan yang
menyebabkan tindak korupsi dapat berkembang yaitu
a. tingginya tingkat toleransi terhadap korupsi
b. sudah dipatuhinya kode etik dan prilaku dengan baik.
54
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
c. rendahnya law enforcement (penegakan hukum) yang mengakibatkan
rendahnya hukuman yang dijatuhkan.
d. rendahnya risiko yang ditanggung oleh pelaku.
25 Sanksi bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah itu janji
tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan untuk tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang betentangan dengan
kewajibannya, dikenakan pidana....
a. penjara paling lama 1 (satu) tahun........
b. penjara paling lama 2 (dua) tahun........
c. penjara paling lama 3 (tiga) tahun........
d. penjara paling lama 4 (empat) tahun.......
55
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
KUNCI JAWABAN (TEST FORMATIF DAN TEST SUMATIF)
Betul – Salah
No. Tes formatif 1 Tes formatif 2 Tes formatif 3
1 B 1 B 1 B
2 B 2 B 2 S
3 S 3 S 3 S
4 B 4 S 4 B
5 S 5 S 5 B
Pilihan Ganda
No. Tes formatif 1 Tes formatif 2 Tes formatif 3
1 A 1 C 1 A
2 D 2 B 2 B
3 C 3 A 3 C
4 C 4 D 4 D
5 C 5 A 5 A
6 A 6 D 6 B
7 D 7 C 7 B
8 B 8 A 8 B
9 B 9 A 9 D
10 B 10 D 10 A
56
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
JAWABAN TEST SUMATIF
No. Tes sumatif
1 B 11 A 21 D
2 A 12 B 22 D
3 B 13 A 23 A
4 D 14 D 24 A
5 A 15 C 25 C
6 C 16 A
7 D 17 D
8 D 18 D
9 B 19 B
10 A 20 D
57
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
DAFTAR PUSTAKA
Ucok Sarimah. 2008. Etika Profesi Departemen Keuangan. Jakarta : Sekolah
Tinggi Akuntasi Negara, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan,
Departemen Keuangan.
Peter Salim dan Yenny Salim. 1995. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.
Jakarta : Modern English Press.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Naskah, Integritas Pegawai, Penataran
Pemeriksaan Pabean Dalam Rangka Spot Check.
Komisi Ombudsman Nasional dan Departemen Keuangan. 2002. Nota
Kesepakatan Bersama. Jakarta.
Majlis Permusyawaratan Rakyat. No. XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi yang dirubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang
bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Karakteristik
Kepemerintahan yang Baik.
58
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps
dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 /PM.4/2008 Tentang
Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik.
59
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
LAMPIRAN
Teks lengkap Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 yang kemudian diperbarui
dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi yang berkaitan dengan penyuapan dan gratifikisasi .
a. Suap Menyuap (Pasal 5 ayat (1) huruf a dan b, ayat (2), Pasal 6 ayat (1)
huruf a dan b, ayat (2), Pasal 11, Pasal 12 huruf a, b, c, dan d, Pasal 13)
yang isinya sebagai berikut :
Pasal 5
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah) setiap orang yang :
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawa negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau
penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau,
b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena
atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban,
dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.
(2) Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian
atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf b,
dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 6
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama
15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh
ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang :
60
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili;
atau
b. memberi atau memjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk
menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat
atau pendapat yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.
(2) Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima pemberian atau janji
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana yang
sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 11
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan
yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang
yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan
jabatannya.
Pasal 12
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh tahun) dan pidana
denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah itu janji tersebut diberikan
untuk menggerakkan agar melakukan untuk tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya, yang betentangan dengan kewajibannya;
b. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat
atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya;
61
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
c. hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan
perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili;
d. seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima
hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau
janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan
diberikan, berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan
untuk diadili;
Pasal 13
Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri degan
mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau
kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji diaggap, melekat pada
jabatan atau kedudukan tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah).
b. Gratifikasi (Pasal 12B jo, dan Pasal 12C) yang isinya adalah sebagai berikut
:
Pasal 12
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh tahun) dan pidana
denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 12B
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. yang nilanya Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian
bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima
gratifikasi;
62
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI
b. yang nilainya kurang dari Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh tahun),
dan pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 12C
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12B ayat (1) tidak berlaku,
jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
dilakukadn oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan wajib menetapkan
gratifikasi dapat menjadi penerima atau milik negara.
(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dan penentuan status gratifikasi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) diatur dalam Undang-undang tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi