20141014 - em5

10
PEMBUATAN PESTISIDA ORGANIK (EM-5) Bahan : Molas / tetes atau gula 100 ml/0.5 ons, EM-4 100 ml, cuka makan / cuka aren 100 ml, alkohol (40%) 100 ml, air cucian beras yang pertama 1000 ml. Cara membuat : Kelima bahan dicampur dan dimasukkan ke dalam botol / jirigen yang ada tutupnya. DIkocok setiap pagi dan sore hari. Buka tutup botol / jirigen untuk membebaskan gas yang terbentuk selama proses fermentasi berlangsung. Kurang lebih 15 hari pengocokan dihentikan (setelah tidak ada gas yang terbentuk), biarkan lagi selama 7 hari. Dosis : Campurkan EM-4 sebanyak 5-10 ml/liter air. Larutan EM5 sebaiknya disemprotkan pada sore hari menjelang matahari terbenam. PEMBUATAN EM5 Persiapan, langkah kerja pembuatan EM5, dan cara pemakaian/penggunaan EM5 adalah sebagai berikut : A. Bahan-Bahan : Air Cucian Beras (Leri) 1 liter (1.000 cc) EM4 100 cc Molase/gula pasir 100 cc/0,50 ons (50 gram) Asam Cuka Makan (Kabar 5%) 100 cc Alkohol Kadar (30%-40%) 100 cc B. Alat-Alat : Jerigen plastik, Gelas Ukur C. Cara Pembuatan : Bahan-bahan tersebut di atas diaduk merata di dalam jerigen plastik dan kemudian ditutup rapat. Setiap pagi dan sore hari dikocok, kemudian tutup dibuka agar keluar gasnya. Pekerjaan ini dilakukan terusmenerus selama 15 hari (30 kali kocok), dan jangan sampai lupa ada hari yang tidak dikocok pada waktunya (hal ini untuk memelihara kondisi an-aerobik). Setelah selesai 15 hari, biarkan selama 5 hari lagi tidak usah dikocok dan dibuka, simpan di tempat yang teduh dan gelap agar proses peragian berlangsung dengan baik. Baru setelah itu dipergunakan. EM5 sudah jadi, tandatandanya bila produksi gasnya sudah berhenti dan berbau sedap yang khas. Bila baunya tak sedap (bau busuk), tandanya pembuatan EM5 tidak jadi (gagal).

Upload: erna-karlinna-d-yanthy

Post on 19-Feb-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

This is how make EM5 , sumber Internet

TRANSCRIPT

Page 1: 20141014 - EM5

PEMBUATAN PESTISIDA ORGANIK (EM-5)Bahan :

Molas / tetes atau gula 100 ml/0.5 ons, EM-4 100 ml, cuka makan / cuka aren 100 ml, alkohol (40%) 100 ml, air cucian beras yang pertama 1000 ml.

Cara membuat :

Kelima bahan dicampur dan dimasukkan ke dalam botol / jirigen yang ada tutupnya. DIkocok setiap pagi dan sore hari. Buka tutup botol / jirigen untuk membebaskan gas yang terbentuk selama proses fermentasi berlangsung. Kurang lebih 15 hari pengocokan dihentikan (setelah tidak ada gas yang terbentuk), biarkan lagi selama 7 hari.

Dosis :

Campurkan EM-4 sebanyak 5-10 ml/liter air. Larutan EM5 sebaiknya disemprotkan pada sore hari menjelang matahari terbenam.

PEMBUATAN EM5

Persiapan, langkah kerja pembuatan EM5, dan cara pemakaian/penggunaan EM5 adalah sebagai berikut :

A. Bahan-Bahan :

≠ Air Cucian Beras (Leri) 1 liter (1.000 cc)

≠ EM4 100 cc

≠ Molase/gula pasir 100 cc/0,50 ons (50 gram)

≠ Asam Cuka Makan (Kabar 5%) 100 cc

≠ Alkohol Kadar (30%-40%) 100 cc

B. Alat-Alat : Jerigen plastik, Gelas Ukur

C. Cara Pembuatan :

≠ Bahan-bahan tersebut di atas diaduk merata di dalam jerigen plastik dan kemudian ditutup rapat.≠ Setiap pagi dan sore hari dikocok, kemudian tutup dibuka agar keluar gasnya. Pekerjaan ini dilakukan

terusmenerus≠ selama 15 hari (30 kali kocok), dan jangan sampai lupa ada hari yang tidak dikocok pada waktunya (hal ini untuk

memelihara kondisi an-aerobik).≠ Setelah selesai 15 hari, biarkan selama 5 hari lagi tidak usah dikocok dan dibuka, simpan di tempat yang teduh

dan gelap agar proses peragian berlangsung dengan baik. Baru setelah itu dipergunakan. EM5 sudah jadi, tandatandanya bila produksi gasnya sudah berhenti dan berbau sedap yang khas. Bila baunya tak sedap (bau busuk), tandanya pembuatan EM5 tidak jadi (gagal).

≠ EM5 yang jadi harus disimpan di tempat yang relatif dingin dan gelap serta suhu ruangan relatif stabil, tetapi jangan disimpan di dalam kulkas. EM5 harus sudah digunakan dalam waktu 3 bulan setelah selesai proses pembuatan.

D. Cara Pemakaian/Penggunaan :≠ Campurkan 10-50 cc EM5 dengan 1 liter air.≠ Tambahkan 10 cc molase/gula pasir pada waktu akan menyemprot untuk melekatkan pada tanaman.≠ Kocok/aduk sampai merata,≠ Kemudian semprotkan pada tanaman waktunya sore menjelang malam hari; karena ulat biasanya makan daun

dan lain-lain pada waktu malam hari.

Page 2: 20141014 - EM5

≠ Ulat biasanya tidak menyukai bau semacam ini, karena ulat akan menjadi lapar dan lama-kelamaan akan mati sendiri.

≠ Campuran/larutan ini bisa dipergunakan untuk menyemprot buah (muda) guna mencegah serangan lalat buah.Catatan :1. Di alam serangga dapat dipisahkan menjadi 2 (dua) golongan berdasarkan sifat-sifatnya, yaitu :

a. Serangga bersifat sebagai hama/parasit.

b. Serangga pencegah hama/predator. Pada serangga pencegah hama(predator) secara alami ia memangsa serangga-serangga hama. Dia bisa demikian karena di dalam tubuhnya ada zat antioksidan. Pada serangga pencegah hama, bila terkena semprotan EM5 justru zat antioksidan ini akan menjadi lebih aktif dan kuat.Namun sebaliknya pada serangga hama yang terkena semprotan EM5, maka badannya menjadi keriput/kisut/berkerut, kemudian karena tidak mau makan akhirnya mati. Kalau serangga hama tetap makan tanaman yang disemprot EM5 berarti juga makan zat antioksidan, maka pertumbuhannya menjadi terhambat/kurang. Bahaya serangan serangga hama akut tetap terhindar.

2. Mulailah penyemprotan EM5 dimulai sejak perkecambahan tanaman sebelum hama menyerang. Namun perlu diperhatikan, biasanya tanaman tertentu tidak tahan daunnya disemprot dengan campuran yang mengandung alkohol. Daun muda biasanya akan terbakar dan pertumbuhan menjadi kurang baik, terutama bagi tanaman semusim. Tandatandanya ada bintik terbakar pada daun.

3. Pembuatan EM5 dapat dicampur dengan bahan rempah-rempah (jahe, sirih, pinang, kunyit, kencur, sereh, dan sebagainya) yang diekstrak dahulu agar memberi aroma khusus. Menurut pengalaman Sdr. G.J. Umpel (KTNA) dari Manado yang disampaikan pada Seminar Nasional Pertanian Organik April 1997, bahwa EM5 yang dicampur dengan ekstrak rempah-rempah menjadi lebih efektif.

4. Penambahan ekstrak bahan organik yang mengandung obat-obatan seperti bawang putih, merica, lidah buaya, buah muda hasil penjarangan dan rumput-rumput muda tertentu sangat dianjurkan. Pencampuran EM5 dengan rempah rempah jenis tertentu dengan tujuan untuk memberikan aroma khusus yang tidak disukai serangga. Rempah-rempah dan jenis tanaman obat juga mengandung antioksidan.

5. Penyemprotan tanaman dengan EM5 sebaiknya dilakukan secara teratur, misalnya setiap minggu sekali, pada sore hari atau setelah hujan lebat. Akan tetapi jika tanaman kita telah diserang hama sebaiknya penyemprotan dilakukan setiap hari.

6. Penggunaan EM5 dengan dosisi yang berlebihan tidak menimbulkan efek residu seperti pestisida dan herbisida. Bahkan sebaliknya semakin banyak Bakteri EM5 yang kerja lembur akan meningkatkan timbulnya zat antioksidan yang berarti semakin memperkuat daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. Dengan demikian penggunaan obat-obatan bagi tanaman berkurang dan justru malah tidak diperlukan lagi, jadi jelas lebih efisien.

Page 3: 20141014 - EM5

Insektisida AlamiHama dan Penyakit

Manajemen hama dan penyakit, mencakup kegiatan-kegiatan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dapat menyebabkan penurunan produksi dan mutu, dengan memperhatikan aspek keamanan produk dan kelestarian lingkungan serta sumber daya alam. Pengendalian OPT dilakukan dengan prinsip Pengendalian Hama Penyakit Terpadu (PHT).

Prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

PHT dapat dilakukan dengan cara :

o Fisik, membunuh organisme pengganggu secara manualo Biologi, memanfaatkan peranan agens hayati seperti predator dan patogeno Kultur teknis, dengan penanaman varietas toleran, pengaturan jarak tanam, pengaturan drainase,

pemupukan berimbang, penjarangan buah, dll.o Kimiawi, merupakan alternatif terakhir, dengan mempertimbangkan ambang ekonomi.

Pengendalian dengan Pestisida Hayati

Pengendalian juga dapat menggunakan pertisida hayati yang akrab lingkungan, disebut demikian karena bahan kimia nabati ini dapat mudah terurai, dapat dibuat oleh petani karena bahan baku tersedia disekitar lokasi, dan harga pembuatan yang terjangkau.

Kelemahan pestisida nabati adalah : a). Daya tahan yang singkat (sangat mudah berubah/terurai), oleh karena itu volume aplikasi harus direncanakan dengan cermat agar efisien, b). Konsentrasi larutan yang dihasilkan masih tidak konsisten karena sangat tergantung pada tingkat kesegaran bahan baku. c). Diperlukan standar pengolahan untuk tiap tanaman dan standar aplikasi penggunaan bagi pengendalian OPT.

Beberapa pestisida nabati yang dapat mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman pisang adalah sebagai berikut :

1. Mimba (Azadirachta indica)

Tanaman ini telah lama dikenal dan mulai banyak digunakan sebagai pestisida nabati menggantikan pestisida kimia. Tanaman ini dapat digunakan sebagai insektisida, bakterisida, fungisida, acarisida, nematisida dan virisida. Senyawa aktif yang dikandung terutama terdapat pada bijinya yaitu azadirachtin, meliantriol, salannin, dan nimbin.

Tanaman ini dapat mengendalikan OPT seperti : Helopeltis sp,; Empoasca sp.; Tungau jingga (Erevipalpis phoenicis), ulat jengkal (Hyposidra talaca), Aphis gossypii, Epilachna varivestis, Fusarium oxyporum, Pestalotia, sp.; Phytophthora sp.; Heliothis armigera, pratylenchus sp.; Nilaparvata lugens, Dasynus sp.; Spodoptera litura, Locusta migratoria, Lepinotarsa decemlineata, palnoccocus citri, Agrotis ipsilon, Callosobruchus chinensis, Alternaria tenuis, Carpophilus hemipterus, kecoa, Crysptolestes pussillus, Corcyra cephalonnomia, Crocidolomia binotalis, Dysdercus cingulatus, Earias insulana, Helycotylenchus sp.; Meloidogyne sp.; Musca domestica, Nephotettix virescens, Ophiomya reticulipennis, Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Sitophilus sp.; Sogatella furcifera, Tribolium sp.; tungro pada padi, Tylenchus filiformis.

Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan : a). Biji nimba dikupas / daun dimba ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 20 – 25 gram/l; b). Endapkan selama 24 jam kemudian disaring agar didapat larutan yang siap diaplikasikan; c). Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan, untuk pengendalian sedangkan untuk pengendalian nematoda dilakukan dengan cara menyiram di sekitar tanaman yang terserang. Kulit biji dan kulit batang dapat digunakan sebagai mulsa (dikeringkan).

Page 4: 20141014 - EM5

2. Serei Wangi (Andropogon nardus L).

Tanaman ini dikenal sebagai tanaman obat tradisional dan kosmetik, di Jawa dikenal sebagai sere wangi dan di Sunda dikenal sebagai sereh wangi. Tanaman ini dapat digunakan sebagai menggantikan pestisida kimia yaitu untuk insektisida, bakterisida, dan nematisida. Senyawa aktif dari tanaman ini berbentuk minyak atsiri yang terdiri dari senyawa sitral, sitronella, geraniol, mirsena, nerol, farnesol, metil heptenol dan dipentena.

Tanaman ini dapat mengendalikan Tribolium sp,; Sitophilus sp.; Callosobruchus sp.; Meloidogyne sp.; dan Pseudomonas sp.

Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan : a). Daun dan batang ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l; b). Kemudian endapkan selama 24 jam kemudian disaring agar didapat larutan yang siap diaplikasikan; c). Aplikasi dilakukan dengan cara disemprotkan atau disiramkan; d). Sedangkan untuk pengendalian hama gudang dilakukan dengan cara membakar daun atau batang hingga didapatkan abu, lalu sebarkan / letakkan didekat sarang atau dijalur hama tersebut mencari makan.

3. Piretrum (Chysanthemum cinerariaefolim VIS)

Tanaman ini lebih dikenal sebagai bunga chrysan, banyak ditanam dipekarangan (taman) dan juga sebagai obat mata. Tanaman ini mulai banyak digunakan sebagai pestisida nabati menggantikan pestisida kimia. Tanaman ini dapat berfungsi sebagai insektisida, fungisida, dan nematisida. Senyawa aktif dari tanaman ini terdapat pada bunga bersifat racun kontak yang dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat serangga, menghambat perkembangan serangga dengan penetasan telur.

Aplikasi dari tanaman ini dapat digunakan untuk mengendalikan Aphis fabae, Aphis gossypii, Helopeltis sp,; Cricula trifenestrata, Plutella xylostella, Hyalopterus pruni, Macrosephum rosea, Drosophilla spp.; Empoasca fabae, ulat jengkal, Thrips Choristoneuro pinus, Doleschallia polibete, Agrotis ipsilon, Callosobruchus chinensis, Carpophilus hemipterus, kecoa Crysptolestes pussillus, Corcyra cephalonica, Crocidolomia binotalis, Dysdercus cingulatus, Earias insulana, Epilachna varivestis, Fusarium sp; Locusta migratoria, Musca domestica, Nephotettix virescens, Nilaparvata lugens, Ophiomya reticulipennis, Planococcus citri, Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Sitophilus sp.; Spodoptera litura, Tribolium sp, Helycotylenchus sp.; Meloidogyne sp.; Pratylenchus sp.; Tylenchus filiformis.

Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan : a). Mahkota bunga dikeringkan lalu ditumbuk; b). Hasil penumbukan direndam dalam air dengan konsentrasi 20 gram/l selama 24 jam; c) Hasil endapan kemudian disaring agar didapatkan larutan yang siap diaplikasikan; d). Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan; e). Aplikasi dapat dilakukan dalam bentuk tepung yang dicampur dengan bahan pembawa seperti kapur dan bedak atau menggunakan alkohol, aceton atau minyak tanah sebagai pelarut.

4. Bakung (Crinum asiaticum L)

Tanaman ini telah lama digunakan sebagai bahan obat tardisional depresan sistem syarat pusat. Tanaman ini dapat digunakan sebagai pengganti pestisida yang berfungsi sebagai bakterisida, dan virisida. Senyawa dari tanaman ini mengandung alkaloid yang terdiri dari likorin, hemantimin, krinin dan krianamin.

Tanaman ini bermanfaat untuk menekan /menghambat pertumbuhan Fusarium oxyporum.

Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan : a). Menumbuk daun dan atau umbi lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l selama 24 jam. c). Larutan hasil perendaman ini disaring agar didapat larutan yang siap diaplikasikan. d) Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan.

5. Sirih (Piper betle L)

Tanaman sirih dengan banyak nama daerah merupakan tanaman yang telah lama dikenal sebagai bahan baku obat tradisional, dapat digunakan sebagai bahan pestisida alternatif karena dapat digunakan/bersifat sebagai fungisida dan

Page 5: 20141014 - EM5

bakterisida. Senyawa yang dikandung oleh tanaman ini antara lain profenil fenol (fenil propana), enzim diastase tanin, gula, amilum/pati, enzim katalase, vitamin A,B, dan C, serta kavarol. Cara kerja zat aktif dari tanaman ini adalah dengan menghambat perkembangan bakteri dan jamur.

Tanaman ini walaupun belum secara efektif dapat mengendalikan Phytophthora sp,; Fusarium oxyporum, Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus.

Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan : a). Daun sirih ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l selama 24 jam, b). Setelah itu disaring agar didapatkan larutan yang siap diaplikasikan. c). Aplikasi dilakukan dengan cara penyiraman larutan semprot ke sekitar tanaman yang sakit atau dengan mengoleskan larutan pada bagian yang terserang (sakit).

6. Mindi (Melia azedarach L)

Tanaman mindi dikenal dengan nama mindi kecil, banyak digunakan dalam industri sebagai bahan baku sabun. Tanaman ini dapat digunakan sebagai pestisida nabati karena dapat bersifat sebagai insektisida, fungisida, dan nematisida. Senyawa aktif yang dikandung antara lain margosin (sangat beracun bagi manusia), glikosida flavonoid dan aglikon.

Tanaman ini dapat digunakan untuk mengendalikan / menekan OPT seperti Hidari irava, Spodoptera litura, Spodoptera abyssina, Myzus persicae, Orsealia oryzae, Alternaria tenuis, Aphis citri, Bagrada crucifearum, Blatella germanica, Kecoa, Jangkrik, Kutu, Belalang, Heliothis virescens, H. Zea; Helminthosporium sp.; Holocrichia ovata, Locusta migratoria, Meloidogyne javanica, Nephotettox virescens, Nilaparvata lugens, Ostrina furnacalis, Panochychus citri, Sagotella furcifera, Tribolium castaneum, Tryporyza incertulas, Tylenchus filiformis.

Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan : a). Biji mindi dikupas / daun dimba ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l selama 24 jam, b). Larutan yang dihasilkan disaring agar didapatkan larutan yang siap diaplikasikan. c). Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan. Kulit buah dan kulit batang dapat digunakan sebagai mulsa (dikeringkan).

7. Cengkeh (Syzygium aromaticum L)

Tanaman cengkeh telah lama dikenal masyarakat, baik sebagai bumbu dapur maupun bahan baku industri (rokok, kosmetik, obat) dengan nilai komersial yang tinggi. Sejak jaman kolonial tanaman ini banyak ditanam hampir di seluruh wilayah Indonesia terutama di Maluku dan Sulawesi. Tanaman ini dapat digunakan sebagai pestisida nabati karena dapat digunakan sebagai insektisida, fungisida, bakterisida, dan nematisida. Senyawa aktif yang dikandung oleh tanaman ini dapat menghambat/menekan pertumbuhan/perkem-bangan cendawan penyebab penyakit, hama, nematoda dan bakteri.

OPT yang dapat dikendalikan antara lain : Fusarium sp.; Phytophthora sp.; Rigidoporus sp.; Sclerotium sp.; Dacus sp.; Stegobium panicum. Pseudomonas solanacearum, Radopholus similis, Meloidogyne incognita.

Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan : a). Daun, bunga atau tangkai bunga ditumbuk hingga menjadi tepung, dapat juga diekstak (laboratorium), b). Sebarkan tepung/minyak tersebut pada tanaman atau sekitar perakaran yang terserang dengan dosis 50 gram/pohon, jika menggunakan serasah daun cengkeh dosis yang digunakan 100 gram/pohon. c). Pada tanaman dengan serangan ringan dapat dilakukan penyayatan pada akar kemudian diolesi dengan tepung/ minyak cengkeh.

Page 6: 20141014 - EM5

Kandungan Microorganisme dalam EMEffective microorganisme mengandung beberapa jenis mikroorganisme, yaitu:

A. Bakteri Fotosintetik

Bakteri fotosintetik adalah mikroorganisme yang mandiri. Bakteri ini membentuk senyawa-senyawa yang bermanfaat dari sekresi akar tumbuh-tumbuhan, bahan organik dan/atau gas-gas berbahaya seperti hidrogen sulfida, dengan dibantu sinar matahari dan panas sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfaat tersebut meliputi asam amino, asam nukleat, zat-zat bioaktif, dan gula, yang semuanya dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Hasil-hasil metabolisme yang dihasilkan oleh bakteri ini dapat diserap langsung oleh tanaman dan juga berfungsi sebagai substrat bagi mikroorganisme lain sehingga jumlahnya terus dapat bertambah.

B. Bakteri Asam Laktat

Bakteri asam laktat menghasilkan asam laktat dari gula, dan karbohidrat lain yang dihasilkan oleh bakteri fotosintetik dan ragi. Bakteri asam laktat dapat menghancurkan bahan-bahan organik seperti lignin dan selulosa, serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa-senyawa beracun yang ditimbulkan dari pembusukan bahan organik.

C. Ragi

Ragi dapat menghasilkan senyawa-senyawa yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino dan gula di dalam tanah yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik atau bahan organik melalui proses fermentasi. Ragi juga menghasilkan senyawa bioaktif seperti hormon dan enzim.

D. Actinomycetes

Actinomycetes merupakan suatu kelompok mikroorganisme yang strukturnya merupakan bentuk antara dari bakteri dan jamur. Kelompok ini menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik dan bahan organik. Zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme ini dapat menekan pertumbuhan jamur dan bakteri yang merugikan tanaman, tetapi dapat hidup berdampingan dengan bakteri fotosintetik. Dengan demikian kedua spesies ini sama-sama dapat meningkatkan kualitas lingkungan tanah dengan meningkatkan aktivitas anti mikroba tanah.

E. Jamur Fermentasi

Jamur fermentasi seperti Aspergillus dan Penicillium menguraikan bahan organik secara cepat untuk menghasilkan alkohol, ester, dan zat-zat anti mikroba. Pertumbuhan jamur ini berfungsi dalam menghilangkan bau dan mencegah serbuan serangga serta ulat-ulat yang merugikan dengan cara menghilangkan penyediaan makanannya.

Setiap jenis effective microorganisme mempunyai fungsi masing-masing dalam proses fermentasi bahan organik, namun bakteri fotosintetik adalah pelaksana kegiatan EM yang terpenting. Bakteri ini mendukung kegiatan mikroorganisme lain, di lain pihak bakteri ini memanfaatkan zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme lain.

*Effective microorganisme merupakan cairan berwarna coklat dan berbau khas, apabila muncul bau busuk menandakan bahwa mikroorganisme yang terkandung di dalamnya telah rusak atau mati.

Page 7: 20141014 - EM5

Starter Kompos dari Akar RumputJAKARTA, KOMPAS – Petani Indonesia kini tidak perlu membeli mikroorganisme starter pengomposan yang diimpor dari Jepang. Sebab, starter ini mudah diciptakan dengan bahan dasar akar rumput gajah (Pennisetum purpureum). Demikian dikatakan oleh Nadia Larasati Utami, mahasiswa semester tujuh Institut Pertanian Bogor Jurusan Agribisnis yang menerima anugerah Festival Pemuda Berprestasi 2007 di Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, Jakarta, Kamis (15/11). Penelitian yang dilakukan Nadia bersama keempat rekannya berhasil menemukan Rhizos, yaitu starter kompos berbahan dasar akar rumput gajah. Penelitian ini mereka lakukan didorong oleh keinginan menghilangkan ketergantungan petani Indonesia terhadap impor mikroorganisme yang berguna untuk mempercepat proses pengomposan. Untuk menciptakan starternya, Nadia mencacah akar rumput gajah kemudian direndam air hingga bisa bercampur merata. Untuk membiakkan mikroorganisme, air itu dituangkan ke media tumbuh bakteri berupa dedak halus dan bekatul yang diberi pangan khusus bagi mikroorganisme. Makanan itu berupa penyedap rasa, terasi, dan gula.“Cairan ini diinkubasi selama tujuh hari dan diaduk setiap dua hari agar pembiakannya merata. Setelah tujuh hari, cairan yang mengental itu dapat berubah langsung menjadi starter untuk pengomposan,” ujar Nadia. Lebih murah Produksi Rhizos ini sudah bisa dipasarkan untuk masyarakat dan harganya lebih murah dibandingkan dengan starter impor dari Jepang. Per satu liter Rhizos, ia menjual seharga Rp 17.000, sedangkan harga grosirnya Rp 10.000.Harga ini jauh lebih murah dibandingkan dengan starter pengomposan berupa EM4 (Effective Microorganism 4) yang diimpor dari Jepang yang dijual Rp 20.000 per liter. Biopestisida Penelitian Nadia tak berhenti di situ, kompos yang starternya menggunakan Rhizos buatannya terbukti di laboratorium mengandung unsur hara (nitrogen, fosfor, dan kalium) lebih banyak ketimbang pupuk kompos yang menggunakan EM4. Bahkan, dengan tingginya unsur hara yang ada di kompos buatannya, kompos ini menjadi pestisida alami (biopestisida) terhadap tanaman caisim (Brassica campestris) yang rawan terserang penyakit akar gada atau akar bengkak yang disebabkan oleh patogen jamur Plasmodiophora brassicae.“Unsur hara yang ada dalam kompos yang dikembangkan dengan Rhizos mampu mencegah penyakit melekatnya jamur pada akar caisim sehingga produktivitas panen caisim tidak akan terganggu akibat akar gada,” ujar Nadia.