2.1 tinjauan muktahir (state of the art) “analisis
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Muktahir (State of the Art)
Penelitian ini mengacu pada referensi yang terkait dengan penelitian yang
sudah pernah dilakukan. Dimana metode penelitian yang digunakan masing-masing
penulis berbeda tergantung pada permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitiannya. Adapun referensi penelitian sebagai berikut:
1. “Analisis Pengujian Implementasi Perangkat Fiber to the Home (FTTH)
dengan OptiSystem pada Link STO Ahmad Yani ke Apartemen
Gateway”, (Aghina Fatyah Sabika, Universitas Telkom Bandung,
2014). Pada penelitian ini penulis melakukan studi di Apartemen
Gateway, yang berlokasi di Bandung. Apartemen Gateway merupakan
apartemen yang sudah terimplementasi oleh jaringan FTTH. Analisis
jaringan FTTH sangat diperlukan sebelum jaringan tersebut dijual ke
pengguna untuk melihat apakah jaringan yang telah diimplementasikan
sudah layak digunakan atau tidak. Sentral yang digunakan adalah STO
Ahmad Yani. Penelitian tersebut membahas tentang analisis jaringan
yaitu jaringan FTTH. Pada penelitian tersebut penulis menggunkan
program OptiSystem untuk membandingkan hasil yang didapatkan saat
simulasi dengan standar dari PT. Telkom.
2. “Analisis Simulasi Rancangan Jaringan Fiber Optic untuk Internet
Kampus Politeknik Caltex Riau Menggunkan OptiSystem”, (Popy
Azwar, Emansa Hasri Putra, Rika Susanti, Politeknik Caltex Riau).
Pada Skripsi ini dirancang sebuah sistem komunikasi optik
Biderectional. Model ini didesain berdasarkan data yang telah diambil
dari ISP (ICON+), yang merupakan ISP pengirim data yang digunakan
oleh PCR dengan menggunakan perangkat lunak Optisystem. Dari hasil
simulasi yang telah diperoleh bahwa model tersebut telah bekerja
6
dengan baik. Panjang gelombang yang digunakan 1300nm untuk
transmisi upstream dan 1310nm untuk transmisi downstream.
Tabel 2.1 Tinjauan mutakhir (state of the art)
No Nama Penulis Judul Metode Hasil
1
Aghina Fatyah
Sabika
“Analisis
Pengujian
Implementasi
Perangkat Fiber
to the Home
(FTTH) dengan
OptiSystem
pada Link STO
Ahmad Yani ke
Apartemen
Gateway”
Melakukan analisis
terhadap jaringan
FTTH menggunakan
Optisystem dengan
parameter Power
Link Budget, Rise
Time Budget, BER,
SNR
Hasil dari
Power Link
Budget,
SNR, Power
Penalties dan
BER sudah
diatas
standar,
namun hasil
dari Rise
Time Budget
masih
dibawah
standar
2
Popy Azwar,
Emansa Hasri
Putra dan Rika
Susanti
“Analisis
Simulasi
Rancangan
Jaringan Fiber
Optic untuk
Internet Kampus
Politeknik
Caltex Riau
Menggunkan
OptiSystem”
Melakukan analisis
perancangan jaringan
fiber optic
menggunakan
Optisystem dengan
parameter Rx Power,
Total Loss dan
Power budget
Dari hasil
simulasi
Power
Budget dan
BER sudah
memenuhi
standar ITU
7
2.1 Sistem Komunikasi Optik
Suatu sinyal informasi dikirim dari transmitter ke receiver melalui media
transmisi. Sinyal informasi akan dimodulasikan sesuai dengan media transmisinya.
Dalam komunikasi serat optik sinyal informasi dimodulasikan pada sinyal carrier
berupa sinyal cahaya. Secara umum komponen dasar sistem komunikasi optik
terdiri dari transmitter, receiver, dan serat optik. Terdapat pula komponen
tambahan seperti splice, repeater, kompensator dispersi, dan lain-lain. Salah satu
keuntungan dari sistem komunikasi serat optik adalah media transmisi memiliki
redaman yang rendah dan bandwidth yang lebar, sehingga lebih banyak data yang
mampu ditransmisikan dalam jarak yang lebih jauh .
2.1.1 Kabel Serat Optik
Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau palstik yang
digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain.
Cahaya yang ada di dalam serat optik sulit keluar karena indeks bias dari kaca lebih
besar daripada indeks bias dari udara. Sumber cahaya yang digunakan adalah laser.
Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan
sebagai saluran komunikasi. Serat optik terdiri dari 3 bagian yaitu:
• Core/inti adalah sebuah batang silinder terbuat dari bahan silica (SiO2),
biasanya diberi pengotor dengan germanium, oksida (GeO2) atau fosfor
penta oksida (P2O5) untuk meningkatkan indeks bias. Core memiliki
jari-jari sekitar 8 – 200 µm
• Cladding merupakan lapisan kedua setelah core, terbuat dari bahan
dielektrik (silica tanpa atau pengotor), memiliki jari-jari sekitar 125 –
400 µm
• Buffer/Jacket merupakan lapisan terluar dari kabel serat optik, fungsinya
untuk melindungi Core terhadap lingkungan luar.
8
Gambar 2.1 Struktur kabel serat optik
(sumber: www.fiber-optic-components.com)
2.1.2 Jenis-Jenis Kabel Serat Optik
1. Berikut adalah jenis kabel serat optik berdasarkan struktur kontruksi kabel
serat optik yaitu:
• Loose Tube Cable adalah kabel yang dirancang untuk penggunaan pada
environment lingkungan yang kerasdiluar ruangan, misalnya ditanam
dijalan-jalan, dibentangkan di tiang-tiang. Pada Loose tube cable
terdapat lumuran jel yang melapisi yang fungsinya untuk melindungi
serat optik dari kelembaban dimana air dan pengembunan merupakan
masalah serius. Penggunaan jel ini membuat kontruksi loose tube cable
ini sangat ideal pada lingkungan dengan kelembaban tinggi (contoh
ditanam didalam tanah)
Gambar 2.2 serat optik tipe loose tube
(sumber: www.fiberopticshare.com)
9
• Tight Buffered Cable merupakan kabel serat optik yang diinstal untuk
indoor environment dikarenakan tidak memiliki banyak lapisan
pelindung seperti Loose tube cable. tipe ini menawarkan connectability
langsung dan fleksibilitas.
Gambar 2.3 serat optik tight buffered
(sumber: www.fiberopticshare.com)
2. Berikut adalah jenis kabel serat optik berdasarkan mode gelombang cahaya
yang beroperasi yaitu:
• Singlemode merupakan kabel serat optik yang dimana ukuran core
yang relatif lebih kecil berukuran 8 sampai 10 micrometer,
menyebarkan / mempropagasi hanya dalam satu mode (umumnya 1310
nm atau 1550 nm). Tipe kabel optik Single mode dapat membawa
traffic dengan kapasitas bandwidth lebih besar dan dalam jarak yang
lebih jauh, dikarenakan pada tipe single mode mempertahankan
kualitas setiap pulsa cahaya yang melaluinya dengan baik.
• Multi mode merupakan serat optik yang memiliki inti core yang jauh
lebih besar dibandingkan single mode. Tipe multi mode memungkinkan
ratusan sinar cahaya menyebar/berpropagasi melalui serat optik secara
serentak.
Gambar 2.4 Perambatan cahaya pada jenis kabel multi mode dan single mode
(sumber: www.fiberopticshare.com)
10
3. Berikut adalah jenis kabel serat optik berdasarkan perubahan indeks bias
yaitu:
• Step Index, pada serat optik ini, perbedaan antara indeks bias inti
dengan indeks bias cladding sangat drastis.
• Graded Index, pada serat optik ini, perbedaan indeks bias bahan
dari inti sampai cladding berlangsung secara gradual
Gambar 2.5 Index Profile dari jenis kabel step index dan graded index
(sumber: www.fiberopticshare.com)
Gambar 2.6 Perambatan cahaya dari jenis kabel step index dan graded index
(sumber: www.optoelektronika.com)
11
2.1.3 Keutungan dan Kelemahan Serat Optik
1. Keuntungan dalam penggunaan kabel serat optik adalah sebagai berikut:
• Tahan terhadap gangguan RFI (Radio Frequecy Interference) dan EMI
(ElectroMagnetic Interference).
• Keamanan, tidak bisa disadap melalui kabel biasa.
• Bandwidth yang besar.
• Tidak berkarat.
• Jangkauan lebih jaug dibandingkan kabel tembaga.
• Kecepatan transfer lebih tinggi.
2. Kelemahan dalam penggunaan kabel serat optik adalah sebagai berikut:
• Goncangan fisik akan menjadi gangguan terhadap sinyal.
• Sulit dalam instalasi dibanding kabel tembaga yaitu penyambungan
untuk instalasi atau apabila putus.
• Pembelokan yang tajam bisa menyebabkan patah.
2.1.4 Sumber Optik
Sumber optik pada sistem komunikasi serat optik berfungsi sebagai
pengubah besaran sinyal listrik menjadi sinyal cahaya (E/O Coverter). Terdapat 2
jenis sumber optik yaitu :
3. LED (Light Emiting Diode) merupakan diode semikonduktor yang
memancarkan cahaya karena mekanisme emisi spontan. LED mengubah
besaran arus menjadi besaran intensitas cahaya. 6 Cahaya yang
dipancarkan LED bersifat tidak koheren yang akan menyebabkan
dispersi kromatik sehingga LED hanya cocok untuk transmisi data
dengan bit rate yang rendah sampai sedang. Daya keluaran LED adalah
-33 s.d. -10 dBm. LED memiliki lebar spektral (spectral width) 30-50
nm pada panjang gelombang 850 nm dan 50-150 nm pada panjang
gelombang 1300 nm.
4. LASER (Light Amplification by Stimulated Emmission of Radiation)
laser merupakan diode semikonduktor yang memancarkan cahaya
12
karena mekanisme pancaran/emisi terstimulasi (stimulated emission).
Cahaya yang dipancarkan bersifat koheren. Diode laser memiliki lebar
spektral yang lebih sempit (s.d. 1 nm), sehingga disperi kromatik bisa
ditekan. Diterapkan untuk transmisi data dengan bitrate tinggi. Daya
keluaran optik -12 s.d. +3 dBm. Kinerja (keluaran daya optik, panjang
gelombang, umur) sangat dipengatuhi oleh temperature operasi.
2.3 Arsitektur Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF)
Arsitektur jaringan mengacu pada desain jaringan komunikasi dan
menyediakan kerangka kerja untuk spesifikasi jaringan dari komponen fisik untuk
layanan. Jaringan akses adalah bagian dari jaringan komunikasi yang langsung
terhubung ke pengguna akhir. Dalam rangka untuk menentukan interworking
infrastruktur pasif dan aktif, adalah penting untuk membuat perbedaan yang jelas
antara topologi digunakan untuk penyebaran serat (infrastruktur pasif) dan
teknologi yang digunakan untuk mengangkut data melalui serat (peralatan aktif) .
Gambar 2.7 Arsitektur Jaringan Lokal Akses Fiber
(sumber: Hantoro & Karyada,2015).
Secara umum arsitektur jaringan JARLOKAF mulai dari pusat layanan
sampai dengan pelanggan adalah sebagai berikut:
1. OLT ( Optical Line Terminal) sebagai daerah pusat dari sistem jaringan.
OLT merupakan gabungan dari CWDM, Gigabit-capable Ethernet (GbE)
13
dan SONET/SDH yang dipergunakan untuk mentransmisikan suara, data
dan video. OLT mempunyai fungsi:
a. Titik Hubung dengan provider layanan Telepon, Internet/Data dan TV/
IP TV.
b. Pusat penyambungan dan distribusi layanan yang dikirim ke
pelanggan.
c. Pengaturan dan monitoring jaringan pelanggan.
d. Mengkonversi sinyal layanan ke dalam bentuk sinyal optik.
2. ODF (Optical Distribution Frame) atau Rak dan frame merupakan titik
terminasi kabel serat optik, sebagai tempat peralihan dari kabel serat
optik outdoor dengan kabel fiber optik indoor, berikut adalah fungsi dari
ODF:
a. Tempat Spliter untuk mendistribusikan Fiber Optic ke ODC untuk
melayani beberapa area.
b. Tempat melakukan pengukuran dan monitoring Jaringan Fiber Optic.
c. Tempat terminasi fisik jaringan luar Fiber Optic.
3. Feeder Cables atau Kabel Fiber Optic penghantar Layanan, yang
mempunyai fungsi :
a. Kabel Fiber Optic Penghubung Utama dari ODF ke ODC.
b. Ada tiga jenis kabelFiber Optic yang digunakan, yaitu
- Kabel Duct yang menggunakan pelindung pipa PVC dengan
lapisan cor beton.
- Kabel Tanah Tanam Langsung (Burried Cables) dengan pelindung
pipa HDPE.
- Kabel Udara atau aireal cable yang ditambatkan pada tiang besi
atau beton.
4. ODC (Optical Distribuion Cabinet) atau perangkat Lemari Kabel Fiber
Optic dengan fungsi sebagai berikut ;
14
a. titik sambung untuk penyebaran layanan ke beberapa area yang lebih
kecil.
b. tempatsplitter untuk yaitu dari satu Fiber optic ke beberapa fiber optic.
c. tempat koneksi dari Kabel Feeder ke Kabel Distribution
5. Kabel Distribution atau Kabel Fiber Optic yang mendistribusikan layanan
ke areayang lebih kecil, menggunakan kabel tipe Single Core Single Tube
atau SCST, Sebagai penghubung antara ODC dengan ODP.
6. ODP (Optical Distribution Point) atau kotak distribusi layanan ke
pelanggan, fungsinya adalah:
a. Sebagai titik terminasi kabel dropp optik ke arah pelanggan.
b. Sebagai titik distribusi kabel distribusi menjadi beberapa salurandrop
optik dengan menggunakan splitter.
c. Ada 3 (tiga) jenis ODP , yaitu ;
7. Drop Opticyaitu saluran penanggal atau penghubung instalasi rumah,
Penghubung antara ODP dengan instalasi Rumah, Menggunakan jenis
insensitive bending, atau tahan dengan tekukan, Kapasitas 1, 2 dan 4 core,
panjang maksimum 250 meter, kedua ujungnya dipasang konektor, antar
kedua ujung konektor tidak boleh terdapat sambunganatau lecet.
8. OTP(Optical Termination Premises) yaitu perangkat pasive
yangditempatkan pada instalasi rumah pelanggan. Fungsi dari OTP, adalah
sebagai berikut:
a. Titik terminasi atau titik tambat akhir dropoptic di sisi pelanggan.
b. Tempat koneksi kabel drop optic dengan kabel indoor optic(patchcord)
9. Indoor Fiber Optic Cables, Kabel serat Optik yang diinstalasi untuk dalam
rumah, pada umumnyadisebut juga patchcord, dimana kedua ujungnya
sudah tersambungdengan konektor.
15
10. Roset Optic atau kotak tempat penghubung antara indoor optic
cablesdengan kabel optik arah CPE (Customer Premises Equipment) dalam
bentuk ONT/ONU.
11. ONT/ONU Optical Network Terminal atau Optical Network Unit.
Fungsinya adalah:
a. Melakukan konversi layanan dalam sinyal optik menjadisinyal elektrik
b. Sebagai alat demultiplexer layanan
c. Output layanan ONT/ONU adalah Voice, Video/ IP TVdan Data
Internet.
12. Splitter adalah optical fiber coupler sederhana yang membagi sinyal optik
menjadi beberapa path (multiple path) atau sinyal – sinyal kombinasi dalam
satu path. Selain itu, splitter juga dapat berfungsi untuk merutekan dan
mengkombinasikan berbagai sinyal optik. Splitter terdiri dari 3 port dan bisa
mencapai dari 32 port. Berdasarkan ITU G.983.1 BPON Standart
direkomendasikan agar sinyal dapat dibagi untuk 32 user, namun ratio
meningkat menjadi 64 berdasarkan ITU-T G.984 GPON standart. Splitter
mendukung beberapa pilihan ratio pembagian sinyal. Ratio pembagian
dapat menggunakan sebuah alat untuk splitter, sebagai contoh pemakaian
Splitter tunggal 1:32, atau pemakaian splitter secara parallel seperti 1:8 dan
1:4 atau1:16 atau 1:2.
13. Splicer alat sambung serat optik dikenal dengan sebutan fusion splicer yaitu
suatu alat yang digunakan untuk menyambung core serat optic yang berbasis
kaca yang mengimplementasikan daya listrik yang sudah dirubah menjadi
sebuah media sinar berbentuk sinar laser yang berfungsi memanasi kaca
yang putus pada core sehingga terhubung kembali secara baik. Alat
sambung splicer ini harus memiliki keakuratan tinggi sehingga pada saat
penyambungan (splicing) bisa mendekati sempurna, karena proses
terjadinya pengelasan media kaca terjadi proses peleburan kaca yang
menghasilkan suatu media yang tersambung dengan utuh tanpa adanya celah
karena memiliki karakter media yang memiliki senyawa yang sama.
16
Penyambungan bisa saja tidak utuh, karena tidak mengikuti prosedur
penyambungan yang benar. Bila hal ini terjadi maka proses penyambungan
harus diulangi lagi, hingga mendekati redaman yg sekecil- kecilnya
(dibawah 0.2 dB)
14. Konektor terdapat pada ujung dari serat optic yang terhubung langsung pada
perangkat. Konektor pada fiber optic terbuat dari material yang sederhana
seperti plastik, karet dan kaca sehingga lebih praktis. Konektor memiliki
beberapa jenis, antara lain:
a. FC (Fiber Connector): digunakan untuk kabel single mode dengan
akurasi yang sangat tinggi dalam menghubungkan kabel dengan
transmitter maupun receiver. Konektor ini menggunakan system drat
ulir dengan posisi yang dapat diatur, sehingga ketika dipasangkan ke
perangkat lain, akurasinya tidak akan mudah berubah.
b. SC (Subsciber Connector): digunakan untuk kabel single mode, dengan
sistem dicabut-pasang. Konektor ini tidak terlalu mahal, simpel, dan
dapat diatur secara manual serta akurasinya baik bila dipasangkan ke
perangkat lain.
c. ST (Straight Tip): bentuknya seperti bayonet berkunci hamper mirip
dengan konektor BNC. Sangat umum digunakan baik untuk kabel multi
mode maupun single mode. Sangat mudah digunakan baik dipasang
maupun dicabut.
2.3.1 Jenis-Jenis Jaringan Serat Optik
Sistem jaringan Serat optik setidaknya memiliki 2 buah perangkat opto
elektronik, yaitu satu perangkat opto elektronik di sisi sentral dan satu perangkat
opto elektronik di sisi pelanggan. Lokasi perangkat opto elektronik di sisi
pelanggan selanjutnya disebut Titik Konversi Optik (TKO). TKO berarti batas
terakhir kabel optik ke arah pelanggan yang berfungsi sebagai lokasi konversi
sinyal optik ke sinyal elektronik. Berdasarkan lokasi perangkat aktif, terdapat lima
jenis konfigurasi serat optik:
17
1. Fiber To The Building (FTTB)
Pada konfigurasi ini, TKO (Terminasi Kabel Optik) terletak pada ruang
telekomunikasi di ruang bawah tanah atau tersebar di beberapa lantai.
Selanjutnya, pelanggan akan dihubungkan dengan TKO melalui kabel
tembaga indoor atau IKG. Konfigurasi ini bisa dianalogikan dengan DCL
(Daerah Catu Langsung) ke jaringan kabel tembaga.
2. Fiber To The Home (FTTH)
Terminasi Kabel Optik pada konfigurasi jaringan FTTH terletak di dalam
rumah pelanggan. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO lewat
kabel tembaga indoor atau IKR sampai jarak puluhan meter saja. Apabila
dianalogikan, konfigurasi jaringan FTTH merupakan pengganti dari TB
(Terminal Blok).
3. Fiber To The Zone (FTTZ)
Pada konfigurasi ini, TKO terletak di area luar bangunan, biasanya
ditempatkan dalam sebuah kabinet yang diletakkan di pinggir jalan.
Terminal pelanggan dihubungka pada TKO melalui kabel tembaga hingga
beberapa kilometer. Jika dianalogikan, FTTZ merupakan konfigurasi
pengganti dari RK (Rumah Kabel).
4. Fiber To The Curb (FTTC)
Konfigurasi jaringan FTTC, Terminasi Kabel Optik bisa terletak di
beberapa tempat, seperti kabinet, di atas tiang, atau manhole. Selanjutnya,
terminal pelanggan disambungkan pada TKO menggunakan kabel tembaga
hingga jarak beberapa ratus meter. FTTC dapat dianalogikan sebagai
pengganti TP (Titik Pengganti).
5. Fiber To The Tower (FTTT)
Pada jenis konfigurasi ini TKO terletak di sebuah tiang, dimana terminal
sistem GSM/CDMA dihubungkan pada TKO lewat kabel tembaga indoor
18
hingga beberapa meter. Terdapat dua jenis jaringan kabel fiber optik pada
konfigurasi ini, yaitu kabel FO Drop apabila lokasi tower di kota dan FO
Distribusi apabila lokasi tower di pinggiran kota. Jika dianalogikan, FTTT
adalah pengganti dari ODP atau TB.
2.4 Teknologi Jaringan Serat Optik
2.4.1 Passive Optical Network (PON)
PON merupakan arsitektur jaringan akses berbasis serat optik yang
menggunakan konsep point-to-multipoint (Fakhri dkk.,2012). Jaringan PON ini
memiliki keunggulan yaitu memiliki koneksi kecepatan tinggi dan memungkinkan
akses internet secara cepat terkoneksi. Dengan menggunakan sistem multiplekser
PON dapat menyediakan layanan telepon, data, dan video dalam satu saluran atau
yang bisa disebut dengan triple play. PON juga dapat diintegrasikan dengan
jaringan tembaga.
Pada arsitektur jaringan PON terdapat 3 komponen penting yaitu OLT
(Optical Line Terminal) yang diletakkan di CO (Central Office), ODN (Optical
Distribution Network) yang merupakan komponen dalam media transmisinya, dan
ONU (Optical Network Unit) yang diletakkan dekat dengan user. Tahapan-
tahapan evolusi PON adalah sebagai berikut :
1. ITU-T G.983
ITU-T G.983 merupakan PON berbasis ATM, mendukung suara dan
data, efisiensi 70 % dan memiliki bandwidth 622 Mbps, diadopsi dari
standar ITU tahun 1999. Terdiri dari APON (ATM Passive Optical
Network) dan BPON (Broadband PON). APON merupakan standar
PON (Passive Optical Network) yang pertama dgunakan untuk aplikasi
bisnis dan menggunakan teknologi ATM sedangkan BPON merupakan
perkembangan dari APON. Teknologi ini mendukung WDM dan alokasi
bandwidth upstream yang besar.
2. ITU-T G.984
ITU-T G.984 merupakan standard yang di keluarkan oleh ITU-T untuk
teknologi GPON (Gigabit PON). GPON merupakan evolusi dari standar
19
BPON. Standar teknologi ini mengijinkan beberapa pilihan kecepatan,
tetapi untuk industri seragam antara 2,488 Mbps untuk downstream dan
1,244 Mbps untuk upstream.
2.4.2 Gigabit Passive Optical Network (GPON)
GPON merupakan teknologi FTTx yang dapat mendeliver servis sampai ke
user menggunakan fiber optic. Berdasarkan perbedaan letak TKO (Titik Konversi
Optik), GPON dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Fiber To The Building (FTTB)
2. Fiber To The Home (FTTH)
3. Fiber To The Zone (FTTZ)
4. Fiber To The Curb (FTTC)
Gambar 2.8. Arsitektur GPON
(sumber: ITU-T G.984)
Prinsip kerja dari GPON yaitu ketika data atau sinyal dikirimkan dari OLT,
maka ada bagian yang bernama splitter yang berfungsi untuk memungkinkan serat
optik tunggal dapat mengirim ke berbagai ONT. Untuk ONT sendiri
akanmemberikan data–data dan sinyal yang diinginkan oleh user. Pada prinsipnya,
Passive Optical Network adalah sistem point-to- multipoint, dari fiber ke arsitektur
premise network dimana unpowered optical splitter (splitter fiber) serat optik
tunggal.
20
Arsitektur sistem GPON berdasarkan pada TDM (Time Division
Multiplexing) sehingga mendukung layanan T1, E1, dan DS3. Tidak seperti sistem
multiplekser lainnya, GPON mempunyai layer PMD (Physical Media Dependent)
yang dilengkapi dengan Forward Error Corection (FEC). ONT mempunyai
kemampuan untuk mentransmisikan data di 3 mode power. Pada mode 1, ONT akan
mentransmisikan pada kisaran daya output yang normal. Pada mode 2 dan 3 ONT
akan mentransmisikan 3–6 dB lebih rendah daripada mode 1 yang mengizinkan
OLT untuk memerintahkan ONT menurunkan dayanya apabila OLT mendeteksi
sinyal dari ONT terlalu kuat atau sebaliknya, OLT akan memberi perintah ONT
untuk menaikkan daya jika terdeteksi sinyal dari ONT terlalu lemah.
2.4.2.1 Fitur- Fitur GPON
Terdapat beberapa fitur pada GPON yang membuat keunggulan teknologi
ini dibandingkan dengan teknologi yang lain diantaranya sebagai:
a. Operasi panjang gelombang pada GPON yang diterapkan untuk transmisi
downstream adalah 1490-1500 nm, sedangkan untuk transmisi upstreamnya
1260-1360 nm. Sebagai tambahan operasi panjang gelombang 1550-1560
nm yang dapat digunakan untuk teknologi distribusi video RF pada arah
downstream. Dibedakannya panjang gelombangupstream dandownstream
agar tidak timbulnya interferensi, sehingga pada jaringan GPON antara
sentral dan user-nya hanya menggunakan satu serat saja.
b. FEC (Forward Error Control) adalah suatu teknik pada proses transmisi
dimana data yang akan dikirim dikodekan sehingga nantinya jika ada error
akan terdeteksi dan segera dikoreksi. Pada saat proses transmisi, bit-bit
redudansi dikirim bersamaan dengan informasinya. Penambahan metode
FEC ini mengakibatkan bertambahnya link budget sebesar 3-4 db. Sehingga
bitrate yang lebih tinggi dan jarak yang makin jauh antara OLT dengan
ONU bukanlah menjadi permasalahan.
c. T-CONT merupakan sebuah fitur pada GPON yang berfungsi sebagai
pengatura lokasi bandwidth upstream pada GPON. T-CONT biasanya
21
digunakan untuk meningkatkan penggunaan bandwidth upstream pada
GPON. Terdapat 5 jenis T-CONT antaralain:
• T-CONT tipe 1: menjamin alokasi bandwidth yang pasti stabil untuk
aplikasi yang sensitif terhadap delay, contohnya VOIP
• T-CONT tipe 2: menjamin alokasi bandwidth yang stabil untuk aplikasi
yang tidak sensitif terhadap delay, contohnya layanan video
• T-CONT tipe 3: gabungan dari bandwidth minimal yang terjamin pasti
ditambah bandwidth yang belum terjamin, contohnya pengiriman data-
data penting
• T-CONT tipe 4: mengalokasikan bandwidth secara besteffort, sehingga
berubah-ubah secara dinamis tanpa ada bandwidth yang
pasti,contohnya layanan internet
• T-CONT tipe 5: gabungan semua servis sebelumnya
d. Keamanan Pada bagian upstream, GPON menggunakan koneksi point-to-
point yang membuat seluruh trafik menjadi aman dari penyadapan. Oleh
karena itu, untuk setiap informasi upstream seperti security key dapat
dikirim dalam bentuk teks yang jelas. Algoritma enkripsi yang digunakan
adalah Advanced Encryption Standard (AES) dimana sebuah kunci dapat
berubah secara periodic tanpa perlu menggangu jalannya informasi untuk
meningkatkan keamanan. Arsitektur proteksi dari GPON dipertimbangkan
untuk meningkatkan kehandalan jaringan akses. Terdapat 2 tipe proteksi
switching yakni Automatic Switching dan Forced Switching. Automatic
Switching berjalan berdasarkan adanya deteksi kesalahan seperti degradasi
sinyal sedangkan, Forced Switching berjalan berdasarkan administrative
events seperti fiber routing dan fiber replacement.
2.5 Software OptiSystem
OptiSystem adalah program simulasi sistem komunikasi optik untuk
perancangan, pengujian, dan optimalisasi untuk hampir semua jenis link optik
padaphysical layerdari jaringan optik. Tingkatan simulator berdasarkan
22
pemodelan sistem komunikasi serat optik yang realistis, OptiSystem memiliki
kemampuan simulasi yang kuat dan komponen sistem yang benar-benar
hierarkis. Kemampuannya dapat dengan mudah diperluas dengan penambahan
komponen-komponen dan antar muka yang simpel. Program ini digunakan
untuk memenuhi kebutuhan akan simulasi prancangan jaringan fiber optic.
Parameter kualitas jaringan yang mampu disimulasikan pada Optisysten:
1. Power Link Budget
2. Signal to Noise Ratio
3. BER
4. Q-Flactor
5. dll
Gambar 2.9 Software Optisytem 13
(sumber: www.optiwave.com)
OptiSystem merupakan sebuah software yang dapat mensimulasikan
perhitungan loss budget pada jaringan serat optik, dan berikut adalah beberapa
komponen pengganti dalam tools OptiSystem yang dipakai sebagai pengganti
disetiap perangkat komponennya.
2.5.1. Tools pada OptiSystem
1. Optical Transmitter
Dapat dilihat pada gambar 2.15, Optical Transmitter berfungsi sebagai
pengirim sinyal LED, dan pengganti OLT dalam keadaan sesungguhnya.
23
Gambar 2.10 Optical Transmitter
(sumber: Arfan Husni Rahmanto, 2015)
2. Optical Receiver
Dapat dilihat pada gambar 2.10, Optical receiver berfungsi untuk
menangkap cahaya yang dikirimkan dari optical transmitter atau Light Source.
Setelah mendapatkan cahaya dari media serat optik, maka sinyal ini akan didecode
menjadi sinyal-sinyal digital yang berisi informasi yaitu sebagai pengganti ONT
dalam keadaan sesungguhnya.
Gambar 2.11 Optical Receiver
(sumber: Arfan Husni Rahmanto, 2015)
3. Connector
Connector adalah slot yang menghubungkan kabel serat optik optik dengan
setiap core serat optik optik yang akan dihubungkan bersama adaptor dan ini
sebagai pengganti konektor dalam keadaan sesunggguhnya.
24
Gambar 2.12 Connector
(sumber: Arfan Husni Rahmanto, 2015)
4. Splitter
Splitter adalah optical fiber coupler yang berfungsi untuk membagi sinyal
serat optik optik dari satu titik ke banyak titik (point to multiplepoint). Dan sebagai
pengganti splitter dalam keadaan sesungguhnya.
Gambar 2.13 Splitter Optisystem
(sumber: Arfan Husni Rahmanto, 2015)
5. Optical Power Meter (OPM)
Optical Power Meter berfungsi untuk melihat pengukuran daya loss yang
terdapat pada suatu range dalam suatu jaringan serat optik optik dan sebagai
pengganti OPM dalam keadaan sessungguhnya.
Gambar 2.14 Optical Power Meter OptiSystem
(sumber: Arfan Husni Rahmanto, 2015)
25
2.6 Parameter Kualitas Jaringan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Skripsi ini, diambil parameter
kualitas jaringan. Parameter ini merupakan parameter yang menentukan kualitas
jaringan transmisi GPON untuk layanan IndiHome, sebagai berikut:
2.6.1 Power Link Budget
Perhitungan power link budget untuk mengetahui batasan redaman total
yang diijinkan antara daya keluaran pemancar dan sensitivitas penerima.
Perhitungan ini dilakukan berdasarkan standarisasi ITU-T G.984 dan juga peraturan
yang diterapkan oleh PT. Telkom, yaitu jarak tidak lebih dari 20 km dan redaman
total harus dalam rentang nilai -10 dBm samapai dengan -28 dBm. Untuk
menghitung Rx power digunakan persamaan power link budget sebagai berikut :
Prx = Ptx – (L.αoptic + ac + as +Sp) ................................... (2.1)
2.6.2 Rise-time Budget
Dalam sistem komunikasi digital, pengkodean secara umum dapat dengan
menggunakan return-to-zero (RZ) dan non-return to-zero (NRZ). Untuk
pengkodean dengan menggunakan NRZ, diperlukan hanya satu transisi untk setiap
bit. Berbeda dengan pengkodean dengan menggunakan RZ, karena RZ memerlukan
dua transisi untuk tiap bit. Untuk sistem komunikasi digital dapat di analisis
berdasarkan rise-time. Keterbatasan dari rise-time akan menyebabkan data
terdistorsi sehingga data tersebut akan loss. Maka untuk menghindari distorsi
tersebut, mensyaratkan bahwa suatu sistem memiliki nilai rise-time (ts) tidak lebih
dari 70% dari Time Period (TP) sesuai dengan standar ITU-T G.984. Rise-time
budget merupakan metode untuk menentukan batasan dispersi suatu link fiber optic.
Satu periode bit didefinisikan sebagai resiprokal dari data rate. Untuk menghitung
Rise Time budget dapat dihitung dengan rumus. Rise Time Budget ditunjukan
dengan persamaan:
Tr = 0.7
𝑏𝑖𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑒
Tfiber = Linewidth x fiber length x dispersion
26
Ttotal = (Ttx2 + Tfiber
2 + Tintermodal2 + Trx
2)1
2 ...................... (2.2)
Ttotal
< Tr ........................................................ (2.3)
Dimana:
Ttx = Rise time transmitter (ns);
Trx = Rise time receiver (ns)
Tr = Rise time bit rate sinyal NRZ
Tintermodal = 0 (untuk serat optik single mode)
2.6.3 Bit Error Rate (BER)
Bit error rate merupakan laju kesalahan bit yang terjadi dalam
mentransmisikan sinyal digital. Sensitivitas merupakan daya optik minimum dari
sinyal yang datang pada bit error rate yang dibutuhkan. Kebutuhan akan BER
berbeda-beda pada setiap aplikasi, sebagai contoh pada aplikasi komunikasi
membutuhkan BER bernilai 10-10 atau lebih baik, pada beberapa komunikasi data
membutuhkan BER bernilai sama atau lebih baik dari 10-12. BER untuk system
komunikasi optik menurut ITU-T G.984 sebesar 10-9. Faktor-faktor yang
mempengaruhi BER antara lain noise, interferensi, distorsi, sinkronisasi bit,
redaman, multipath fading. BER dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :
BER = 𝑛𝑐
𝑛𝑏 ...................................................... (2.4)
Di mana :
nc = jumlah bit error yang diterima
nb = jumlah total bit yang diterima
27
2.6.4 Q-Factor
Q-Factor mengukur kualitas sinyal transmisi dalam hal rasio signal-to-
noise-nya dan menentukan bagus atau tidaknya kualitas suatu jaringan DWDM.
Dalam sistem komunikasi serat optik khususnya DWDM, minimal ukuran Q-
Factor yang ditentukan oleh ITU-T G.984 adalah 6 atau 10-9 dalam Bit Error Rate
(BER). BER dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
Q = (µ1−µ0)
(σ1+σ0) ..................................................... (2.5)
Gambar 2.15 Pengukuran Eye Diagram
(sumber: onsemiconductor)
Q-factor mempunyai hubungan dengan BER jika nilai q-factor tinggi maka
nilai BER akan tinggi, begitu juga sebaliknya jika nilai q-factor kecil. Berikut
merupakan persamaan yang menunjukkan hubungan antara q-fator dengan BER :
BER = 1
2 erfc (
𝑄
√2) ............................................ (2.6)
Di mana :
erfc = Complementary error function
Q = Q-factor
Q-factor mewakili kualitas SNR dalam diagram mata dari sinyal digital,
diagram mata menjadi pola yang berbentuk mata pada osiloskop yang menunjukkan
kinerja sistem transmisi. Diagram mata (eye diagram) adalah metodologi untuk
mewakili dan menganalisis sinyal digital berkecepatan tinggi. Diagram mata
µ0
µ1
28
memungkinkan parameter kunci dari sinyal divisualisasikan dan ditentukan.
Diagram mata dibangun dari bentuk gelombang digital dengan melipat bentuk
gelombang yang sesuai dengan setiap bit dengan amplitudo sinyal pada sumbu
vertikal dan waktu pada sumbu horizontal.
Gambar 2.16 Pengukuran Eye Diagram
(sumber: onsemiconductor)
Q-Factor bisa dievaluasi dengan melihat diagram mata. Semakin besar
pembukaan mata, semakin besar perbedaan antara nilai rata-rata level sinyal untuk
level "1" dan level "0". Semakin besar bukaan dari “mata”, semakin tinggi Q-Factor
dan semakin baik kinerja BER.
.