216762938 referat anak bblr doc
DESCRIPTION
Referat Anak BblrTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir dengan berat badan lahirnya
pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram, dimana morbiditas dan mortalitas
neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat
kematangan (maturitas) bayi tersebut. (1,7)
Angka kejadian bayi berat lahir rendah di Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24%, angka kematian perinatal di rumah
sakit dan tahun yang sama adalah 70%, dan 73% dari seluruh kematian
disebabkan oleh bayi berat lahir rendah. Sedangkan frekuensi kejadian bayi yang
lahir kurang dari masa gestasi 37 minggu (menurut U.S. Collaborative Perinatal
Study) adalah 10,2% untuk kulit putih dan 21,4% untuk kulit berwarna. Kira-kira
1/3-1/2 bayi berat lahir rendah mempunyai masa gestasi 37 minggu atau lebih.
Kejadian bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram bervariasi antara 6-16%. (1,2)
Angka kejadian bayi berat lahir rendah di negara berkembang lebih tinggi
dibandingkan negara maju, dikarenakan keadaan sosial ekonomi yang rendah,
dimana para ibu yang hamil menderita kekurangan gizi, anemia, dan komplikasi
kehamilan. Selain itu dari segi sarana peralatan, tenaga ahli, dan dana yang tidak
memadai untuk antenatal care. (1)
1
BAB II
ISI
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu bayi baru
lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram (≤2500 gram)
disebut bayi prematur. Tetapi ternyata morbiditas dan mortalitas neonatus
tidak hanya bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada maturitas bayi
itu.1
Untuk mendapat keseragaman, pada kongres European Perinatal
Medicine II di London (1970) telah diusulkan defenisi berikut : 1,2
1. Bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu.
2. Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37
minggu sampai 42 minggu.
3. Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu
atau lebih. 1,2
Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan diatas, bayi BBLR dapat
dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Prematuritas murni
Masa gestasinya <37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut bayi kurang bulan-sesuai
masa kehamilan (BKB-SMK).
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK). 1,3
2
B. Etiologi
1. Prematuritas murni
a. Faktor ibu
1) Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan
psikologis. Penyebab lainnya adalah diabetes mellitus, penyakit
jantung, bacterial vaginosis, chorioamnionitis atau tindakan
operatif dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.
2) Usia
Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah pada usia dibawah
20 tahun dan pada multi gravida yang jarak antar kelahirannya
terlalu dekat. Pada ibu-ibu yang sebelumnya telah melahirkan
lebih dari 4 anak juga sering ditemukan. Kejadian terendah adalah
pada usia antara 26-35 tahun.
3) Keadaan sosial ekonomi
Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal
ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang.
b. Faktor janin
Hidramnion, gawat janin, kehamilan ganda, eritroblastosis umumnya
akan mengakibatkan BBLR. 1,4
2. Dismaturitas
Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang menganggu pertukaran
zat antara ibu dan janin (gangguan suplai makanan pada janin).
Dismaturitas dihubungkan dengan keadaan medik yang menggangu
sirkulasi dan insuffisiensi plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin,
atau kesehatan umum dan nutrisi ibu. 2,3
3
C. Patogenesis
Bayi lahir prematur yang BBLR-nya sesuai dengan umur kehamilan
pretermnya biasanya dihubungkan dengan keadaan medis dimana terdapat
ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan janin (incompetent
cervix/premature dilatation), gangguan pada perjalanan kehamilan, pelepasan
plasenta, atau rangsangan tidak pasti yang menimbulkan kontraksi efektif
pada uterus sebelum kehamilan mencapai umur cukup bulan. 2
Dismaturitas dihubungkan dengan keadaan medik yang menggangu
sirkulasi dan efisiensi plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau
kesehatan umum dan nutrisi ibu. Dismaturitas mungkin merupakan respon
janin normal terhadap kehilangan nutrisi atau oksigen. Sehingga masalahnya
bukan pada dismaturitasnya, tetapi agaknya pada resiko malnutrisi dan
hipoksia yang terus menerus. Serupa halnya dengan beberapa kelahiran
preterm yang menandakan perlunya persalinan cepat karena lingkungan
intrauteri berpotensi merugikan. 2,4
D. Gejala Klinik
1. Prematuritas murni
Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau
sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala
kurang dari 33 cm, masa gestasi kurang dari 37 minggu. Kepala relatif
besar dari badannya, kulitnya tipis, transparan, lanugo banyak, lemak
subkutan kurang. 1,2
Ossifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia
imatur. Desensus testikulorum biasanya belum sempurna dan labia minora
belum tertutup oleh labia mayora. Rambut biasanya tipis dan halus. Tulang
rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas daun telinga
masih kurang. 1,2
Jaringan mamma belum sempurna, puting susu belum terbentuk
dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal, yaitu posisi
dekubitus lateral, pergerakannya kurang dan masih lemah. Bayi lebih
banyak tidur daripada bangun. Tangisnya lemah, pernapasan belum teratur
4
dan sering terdapat serangan apnoe. Otot masih hipotonik, sehingga kedua
tungkai selalu dalam keadaan abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam
fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan. 1,2
Refleks moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum
sempurna, begitu juga refleks batuk. Kalau bayi lapar, biasanya menangis,
gelisah, aktivitas bertambah. Bila dalam waktu tiga hari tanda kelaparan
ini tidak ada, kemungkinan besar bayi menderita infeksi atau perdarahan
intrakranial. 1,2
Seringkali terdapat edema pada anggota gerak, yang menjadi lebih
nyata sesudah 24-48 jam. Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta
terdapat ‘pitting edema’. Edema ini seringkali berhubungan dengan
perdarahan antepartum, diabetes mellitus, dan toksemia gravidarum. 1,2
Frekuensi pernapasan bervariasi terutama pada hari-hari pertama.
Bila frekuensi pernapasan terus meningkat atau selalu diatas 60x/menit,
harus waspada kemungkinan terjadinya penyakit membran hialin,
pneumonia, gangguan metabolik atau gangguan susunan saraf pusat.
Dalam hal ini, harus dicari penyebabnya, misalnya dengan melakukan
pemeriksaan radiologis toraks. 1,2
2. Dismaturitas
Dismaturis dapat terjadi preterm, term, dan postterm. Pada preterm
akan terlihat gejala fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala
dismaturitas. Dalam hal ini berat badan kurang dari 2500 gram,
karakteristik fisis sama dengan bayi prematur dan mungkin ditambah
dengan retardasi pertumbuhan dan ‘wasting’. Pada bayi cukup bulan
dengan dismaturitas, gejala yang menonjol adalah ‘wasting’, demikian
pula pada post term dengan dismaturitas. 1,3
Bayi dismatur dengan tanda ‘wasting’ tersebut, yaitu :
a) Stadium pertama
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering
seperti perkamen, tetapi belum terdapat noda mekonium.
5
b) Stadium kedua
Didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan warna kehijauan
pada kulit, plasenta, dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh
mekonium yang tercampur dalam amnion yang kemudian mengendap
ke dalam kulit, umbilikus, dan plasenta sebagai akibat anoksia
intrauterin.
c) Stadium ketiga
Ditemukan tand stadium kedua ditambah dengan kulit yang berwarna
kuning, demikian pula kuku dan tali pusat. Ditemukan juga tanda
anoksia intrauterin yang sudah berlangsung lama. 1,3
E. Diagnosis
Bayi berat lahir rendah didiagnosis bila termasuk dalam golongan :
1. Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannnya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut Bayi Kurang
Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (BKB-SMK).
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin
dan merupakan bayi yang Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK). 1
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Bayi Prematur Murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu
untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan
lingkungan hidup di luar uterus, maka perlu diperhatikan pengaturan suhu
lingkungan, pemberian makanan, dan bila perlu pemberian oksigen,
mencegah infeksi, serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi. 2
a) Atur suhu
BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh karena itu suhu tubuhnya
harus dipertahankan dengan ketat. Bisa dengan membersihkan cairan
6
pada tubuh bayi, kemudian dibungkus. Atau bisa juga dengan
meletakkannya di bawah lampu atau dalam inkubator. Dan bila listrik
tidak ada, bisa dengan metode kangguru, yaitu meletakkan bayi dalam
pelukan ibu (skin to skin). 5
b) Cegah sianosis
Cara mencegah sianosis dapat dengan cara pemberian oksigen agar
saturasi oksigen dalam tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas
normal.
c) Cegah infeksi
BBLR mudah sekali diserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya
tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup untuk
membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan belum baik. Oleh karena itu, perlu diperhatikan prinsip-
prinsip pencegahan infeksi, antara lain mencuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi, membersihkan tempat tidur bayi segera
sesudah tidak dipakai lagi, membersihkan kulit dan tali pusat bayi
dengan baik. 5,6
d) Pemberian vitamin K
Dosis 1 mg intra muskular, sekali pemberian. Pemberian vitamin K
pada bayi imatur adalah sama seperti bayi-bayi dengan berat badan dan
maturitas yang normal.
e) Intake harus terjamin
Pada bayi-bayi prematur, refleks isap, telan dan batuk belum
sempurna. Kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan,
terutama lipase masih kurang. Pemberian minum dimulai pada waktu
bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan
hiperbilirubinemia. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram
atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat kurang dari
1500 gram kurang mampu mengisap air susu ibu atau susu botol,
terutama pada hari-hari pertama. Dalam hal ini bayi diberi minum
melalui sonde lambung. 2,6
7
2. Penatalaksanaan Bayi Dismaturitas
Pada umumnya sama dengan perawatan neonatus umumnya,
seperti pengaturan suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi dan lain-
lain. Bayi dismatur biasanya tampak haus dan harus diberi makanan dini
(early feeding). Hal ini sangat penting untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia. Kadar gula darah harus diperiksa setiap 8-12 jam.
Frekuensi pernapadan terutama dalam 24 jam pertama harus diawasi
untuk mengetahui adanya sindrom aspirasi mekonium atau sindrom
gangguan pernapasan idiopatik. Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi
pernapasan. 1,6
Bila frekuensi lebih dari 60x/menit, dibuat foto thorax. Pencegahan
terhadap infeksi sangat penting, karena bayi sangat rentan terhadap
infeksi, yaitu karena pemindahan IgG dari ibu ke janin terganggu.
Temperatur harus dikelola, jangan sampai kedinginan karena bayi
dismatur lebih mudah menjadi hipotermik, hal ini disebabkan oleh karena
luas permukaan tubuh bayi relatif lebih besar dan jaringan lemak
subkutan kurang. 1,6
3. Perawatan Bayi Dalam Inkubator
Inkubator yang canggih dilengkapi oleh alat pengatur suhu dan
kelembaban bayi agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang
normal, alat oksigen yang dapat diatur, serta kelengkapan lain untuk
mengurangi kontaminasi bila inkubator dibersihkan. Kemampuan bayi
berat lahir rendah dan bayi sakit untuk hidup lebih besar bila mereka
dirawat pada suhu mendekati suhu lingkungan yang netral. Suhu ini
ditetapkan dengan mengatur suhu permukaan yang terpapar radiasi,
kelembapan yang relatif, dan aliran udara sehingga produksi panas
sesedikit mungkin dan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas
normal. 2,6
Bayi yang besar dan lebih tua memerlukan suhu lingkungan lebih
rendah dari bayi yang kecil dan lebih muda. Suhu inkubator yang
optimum diperlukan agar panas yang hilang dan konsumsi oksigen terjadi
minimal sehingga bayi telanjang pun dapat mempertahankan suhu
8
tubuhnya sekitar 36,5- 37,5 oC. Tingginya suhu lingkungan ini tergantung
dari besar dan kematangan bayi. Dalam keadaaan tertentu, bayi yang
sangat prematur tidak hanya memerlukan inkubator untuk mengatur suhu
tubuhnya, tetapi juga memerlukan pleksiglas penahan panas atau topi
maupun pakaian. 2,6
Seandainya tidak ada inkubator, pengaturan suhu dan kelembapan
dapat diatur dengan memberikan sinar panas, dan botol air hangat, disertai
dengan pengaturan suhu dan kelembapan ruangan. Mungkin pula
diperlukan pemberian oksigen melalui pipa intubasi. 6
Ibu yang memiliki bayi berat lahir rendah (BBLR) tidak perlu
khawatir lagi soal perawatan buah hatinya itu selepas keluar rumah sakit.
Sekarang para ahli di bidang kedokteran mengembangkan metode
kangguru untuk merawat BBLR itu. Metode tersebut memungkinkan
panas tubuh ibunya memberikan kehangatan bayinya. Metode kangguru
ini memang terkesan unik, dengan sebuah pakaian yang berbentuk seperti
tubuh kangguru yang berkantung, bayi bisa mendapatkan kehangatan
cukup karena bersentuhan langsung dengan tubuh ibunya. 6
Ada tiga kriteria BBLR sudah bisa dirawat di rumah setelah keluar
dari inkubator. Pertama, berat sudah kembali ke berat lahir dan lebih dari
1500 gram. Kemudian berat bayi cenderung naik dan suhu tubuh stabil
selama tiga hari berturut-turut. Yang juga harus diperhatikan, bayi sudah
mampu mengisap dan menelan. Selain itu, ibu sudah harus merawat dan
memberi minum. Metode kangguru ini cukup efektif sebab selain
membuat bayi tidak tergantung pada rumah sakit, ibu lebih percaya diri
merawat bayinya di rumah. Keuntungan lainnya, BBLR bisa
mendapatkan ASI eksklusif dan menurunkan resiko bayi terkena
kehilangan panas tubuh. 6
9
G. Komplikasi
Komplikasi prematuritas 1,5,6
1. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik
Disebut juga sebagai penyakit membran hialin karena pada stadium akhir
akan terbentuk membran hialin yang akan melapisi paru.
2. Pneumonia aspirasi
Sering ditemukan pada bayi prematur karena refleks menelan dan batuk
belum sempurna.
3. Perdarahan intraventrikuler
Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral karena anoksia otak. Kelainan
ini biasanya hanya ditemukan pada otopsi.
4. Fibroplasias retrolental
Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan oleh
gangguan oksigen yang berlebihan.
5. Hiperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hiprebilirubinemia dibandingkan
dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan oleh faktor kematangan
hepar yang tidak sempurna sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi
bilirubin direk belum sempurna.
6. Infeksi
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya IgG
gamma globulin.
Komplikasi dismaturitas 1,2,5
1. Sindrom aspirasi meconium
Keadaan hipoksia intrauterin mengakibatkan janin mengadakan ‘gasping’
dalam uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan ke dalam likuor
amnion, akibatnya cairan yang mengandung mekonium yang lengket itu
masuk ke dalam paru janin karena inhalasi. Pada saat lahir, bayi akan
menderita gangguan pernapasan idiopatik.
2. Hipoglikemia simptomatik
Terutama pada bayi laki-laki. Penyebabnya belum jelas, tetapi mungkin
sekali disebabkan oleh persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi
10
dismaturitas. Diagnosis dapat dibuat dengan melakukan pemeriksaan kadar
gula darah. Bayi BBLR dinyatakan hipoglikemia bila kadar gula darah
yang kurang dari 20 mg%.
3. Asfiksia neonatorum
Bayi dismatur lebih sering menderita asfiksia neonatorum dibandingkan
dengan bayi biasa.
4. Penyakit membran hialin
Terutama pada bayi dismatur yang preterm. Hal ini karena surfaktan pada
paru belum cukup sehingga alveoli selalu kolaps.
5. Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur lebih sering mendapat penyakit ini dibandingkan dengan
bayi yang sesuai dengan masa kehamilannya. Hal ini disebabkan gangguan
pertumbuhan hati.
H. Prognosis
Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masa perinatal,
misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat badan,
makin tingggi angka kematian), asfiksia atau iskemia otak, sindroma
gangguan pernapasan, perdarahan intraventrikuler, fibroplasias retrolental,
infeksi, gangguan metabolik. 2,4
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan
orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal
(pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, pencegahan infeksi,
mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia,
dan lain-lain). 2,4
BAB III
KESIMPULAN
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram.
11
2. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
prematuritas murni dan dismaturitas.
3. Bayi berat lahir rendah (BBLR) didiagnosis golongan prematuritas murni jika
masa gestasi adalah kurang dari 37 minggu dan berat badannnya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut Bayi Kurang
Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (BKB-SMK).
4. Bayi berat lahir rendah (BBLR) didiagnosis golongan dismaturitas jika bayi
lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu, yang berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin
dan merupakan bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK).
5. Penatalaksanaan Bayi berat lahir rendah (BBLR) perlu diperhatikan
pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan bila perlu pemberian
oksigen, mencegah infeksi, serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
6. Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masa perinatal, keadaan
sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan,
persalinan dan postnatal
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Hasan R, Alatas H. Perinatologi. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak 3; edisi ke-4.
Jakarta : FKUI, 1985;1051-7.
2. Wiknjosastro H, Saifuddin AB. Bayi Berat Lahir Redah. Dalam: Ilmu
Kebidanan; edisi ke-3. Jakarta : yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2002;771-83.
3. Arifuddin J, Palada P. BBLR-LBW. Dalam : Perinatologi dan Tumbuh
Kembang. Jakarta : FKUI, 2004;9-11.
4. Behrman, RE, Kliegman RM. The Fetus and the Neonatal Infant, In : Nelson
Textbook of pediatrics; 17 th ed. California: Saunders. 2004; 550-8.
5. Saifuddin, AB, Adrianz, G. Masalah Bayi Baru Lahir. Dalam : Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal; edisi ke-1. Jakarta :
yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2000;376-8.
6. Gomella, TL, Cunningham MD. Management of the Extremely Low Birth
Infant During the First Weekof Life. In : Lange Neonatology; 5 th ed. New
York : Medical Publishing Division, 2002; 120-31.
7. Current : Pediatric Diagnosis and Treatment: Neonatal Intensive Care, page
22-30. Edition 15 Th 2001 Mc Graw Hill Companies.
13