2.2. penyebab terjadinya karies gigi

26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karies Gigi Karies gigi (kavitasi) adalah daerah yang membusuk di dalam gigi yang terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi. Jika tidak diobati oleh seorang dokter gigi, karies akan terus tumbuh dan pada akhirnya menyebabkan gigi tinggal (Nirmala,2015). Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi penyakit ini menyebabkan gigi berlubang jika tidak ditangani. Penyakit ini menyebakan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya dan bahkan kematian gigi (Newbrum, 2010). Karies gigi yaitu suatu penyakit terhadap jaringan gigi oleh karena adanya zat asam sebagai akibat kerjanya kuman-kuman terhadap karbohidrat mendeklasifikasi garam-garam anorganik (Tariga, 2011). Karies dentis merupakan proses patologis berupa kerusakan yang terbatas di jaringan gigi mulai dari email kemudian berlanjut ke dentin. Karies dentis ini merupakan masalah mulut uatama pada anak dan remaja, periode karies paling tinggi adalah pada usia 4-8 tahun pada gigi sulung dan usia 12-13 tahun pada gigi tetap, sebab pada usia itu email masih mengalami maturasi setelah erupsi, sehingga kemungkinan terjadi karies besar (Behrman, 2011).

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karies Gigi

Karies gigi (kavitasi) adalah daerah yang membusuk di dalam gigi yang terjadi

akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah

luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi. Jika tidak diobati oleh

seorang dokter gigi, karies akan terus tumbuh dan pada akhirnya menyebabkan gigi

tinggal (Nirmala,2015).

Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi penyakit ini

menyebabkan gigi berlubang jika tidak ditangani. Penyakit ini menyebakan nyeri,

penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya dan bahkan kematian gigi

(Newbrum, 2010).

Karies gigi yaitu suatu penyakit terhadap jaringan gigi oleh karena adanya zat

asam sebagai akibat kerjanya kuman-kuman terhadap karbohidrat mendeklasifikasi

garam-garam anorganik (Tariga, 2011).

Karies dentis merupakan proses patologis berupa kerusakan yang terbatas di

jaringan gigi mulai dari email kemudian berlanjut ke dentin. Karies dentis ini

merupakan masalah mulut uatama pada anak dan remaja, periode karies paling tinggi

adalah pada usia 4-8 tahun pada gigi sulung dan usia 12-13 tahun pada gigi tetap,

sebab pada usia itu email masih mengalami maturasi setelah erupsi, sehingga

kemungkinan terjadi karies besar (Behrman, 2011).

Page 2: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

Terjadinya karies berdasarkan oleh beberapa para penelitian berdasarkan konsep

teori Herijulianti (2014), merupakan suatu mata rantai yang paling berinteraksi secara

simultan antara ketiga faktor utama. Ketiga faktor utama tersebut adalah host, agen

dan lingkungan, dimana host adalah gigi serta manusia, sedangkan agen adalah bakteri

mulut dan diluar mulut, misalnya kebiasaan menyikat gigi, membersihkan mulut dan

kebiasaan memeriksa gigi sebagai faktor tambahan yaitu waktu juga mempengaruhi

dalam proses terjadi karies.

2.3. Proses Terjadinya Karies gigi

Pengrusakan gigi akibat karies sebernarnya sangat sederhana, walaupun proses

rincinya memang lebih rumit. Ada tiga komponen yang diperlukan yaitu: gigi, plak

bakteri,dan diet yang cocok. Gigi, plak bakteri sangat berperan, tetapi dietlah yang

paling berperan sebagai faktor penyebab karies. Perubahan diet merupakan faktor

utama bagi peningkatan prevalensi karies pada masyarakat yang terpengaruh

kebudayaan barat. Komponen diet yang sangat keriogonik adalah gula terolah atau

sukrosa yang di metabolisme oleh bakteri plak sehingga melarutkan email (Tarigan,

2011).

Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi,

sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu

yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5)

Page 3: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

yang akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi

(Tjiptowidjojo, 2018).

Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui

lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul

bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak

mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang

menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru

mulai yang terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang

dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan

enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/ tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli

terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang

odontoblas). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada

proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan

demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular diserang), lapisan empat

dan lapisan lima (Suryawati, 2010).

2.4. Klasifikasi Karies Gigi

Berdasarkan tempat terjadinya karies gigi, Menurut Herijulianti, (2014) jenis

karies gigi dapat dibagi sebagai berikut :

Page 4: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

a. Karies insipies

Adalah karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar dan

terkeras pada gigi), ciri - ciri karies insipies adalah ada pewarnaan hitam atau coklat

pada enamel yang terjadi pada permukaan enamel gigi dan belum sakit

b. Karies Superfisialis

Adalah karies yang sudah mencapai bagian dalam enamel, ciri-ciri karies

superfisialis adalah terbentuknya rongga pada permukaan gigi yang mencapai dentin

dan ada pewarnaan hitam dan kadang-kadang terasa sakit ketika ketika diminumi air

dingin

c. Karies Media

Adalah karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi ) atau bagian

pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa, ciri-ciri karies media adalah adanya

rongga yang semakin besar dan dalam mencapai pulpa gigi dan rongga berwarna

hitam, gigi terasa sakit apabila terkena rangsangan dingin, makanan masam dan manis.

d. Karies Profunda

Adalah karies yang telah mendekati atau telah mencapai pulpa sehingga terjadi

peradangan pada pulpa. ciri-ciri karies profunda adalah biasanya terasa sakit waktu

makan dan sakit secara tiba-tiba, dapat pula terbentuk abes/nanah disekitar ujung gigi,

dan biasanya sampai pecah dan hilang karena gigi sudah mengalami pengeroposan.

2.5. Bentuk-bentuk Karies Gigi

Menurut Widjayanti (2017), ada beberapa bentuk karies gigi, yaitu:

Page 5: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

1. Gigi Normal Pada Anak

Gigi normal ialah gigi yang susunannya rapi dan tidak mengalami karies gigi.

Gambar 2.1Gigi Normal

2. Penetrierende Karies

Karies yang meluas dari email ke dentin dalam bentuk kerucut. Perluasanya secara

penetrasi, yaitu merembes kearah dalam.

Gambar 2.2Penetrierende Karies

3. Unterminirende Karies

Karies yang meluas dari email kedentin dengan jalan meluas kearah samping,

sehingga menyebabkan bentuk seperti petunjuk. Berdasarkan Stadium Karies

(dalamnya karies gigi).

Page 6: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

Gambar 2.2Unterminirende Karies

4. Karies Superfisicialis

Dimana karies baru mengenai enamel saja, sedangkan dentin belum terkena.

Gambar 2.3Karies Superfisicialis

5. Karies Media

Dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang

sudah mengenai pulpa.

Page 7: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

Gambar 2.4Karies Media

Karies profunda ini dapat kita bagi lagi atas:

1) Karies profunda stdium I

Karies telah melewati setengah dentin, biasanya radang pulpa belum di jumpai.

2) Karies profunda stadium II

Masih di jumpai lapisan tapis yang membatasi karies dengan pulpa

Biasanya disini telah terjadi radang pulpa.

3) Karies profunda stadium III

Pulpa telah terbuka. Dijumpai bermacam-macam radang pulpa.

Gambar 2.5Karies Profunda

Page 8: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

2.6. Diagnosis karies gigi

Diagnosis Karies Gigi Kunci keberhasilan prosedur gigi dimulai dengan diagnosis

yang tepat yang membuat praktisi menyediakan perawatan dan tindakan pencegahan

yang diperlukan pasien. Merupakan tanggung jawab praktisi untuk mencatat riwayat

medis yang akurat dan mengingat pemeriksaan intraoral dan faktor resiko eksternal.

Pemeriksaan klinis untuk menilai adanya karies akar paling baik dilakukan dengan

eksplorer yang dapat mendeteksi perbedaan pada sifat permukaan misalnya, lunak

atau keras (Budi,2006).

2.7. Pencegahan karies gigi

Pemeriksaan gigi sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan. Rontgen gigi bisa dilakukan

setiap 12-36 bulan, tergantung kepada hasil pemeriksaan gigi oleh dokter gigi. Upaya

pencegahan karies gigi adalah:

a. Menurunkan jumlah kuman, misalnya dengan berkumur antiseptik.

b. Membersihkan plak secara periodik.

c. Meningkatkan daya tahan gigi, misalnya dengan penggunaan pasta gigi yang

mengandung fluor atau mengkonsumsi tablet fluor dengan dosis yang tepat.

d. Berkumur dengan air bersih setelah makan

e. Menyikat gigi dengan teratur. Belajar menyikat gigi dilakukan sedini mungkin, mulai

pada saat gigi baru tumbuh. Paling penting saat malam sebelum tidur.

f. Bila anak belum dapat menyikat gigi sendiri, bersihkan gigi dan mulut dengan

menggunakan kapas atau kain yang dibasahi air bersih.

Page 9: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

g. Secepat mungkin mengganti kebiasaan minum susu dari botol ke minum dari gelas.

h. Jangan biarkan anak minum susu botol sampai tertidur.

Pencegahan karies bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup dengan

memperpanjang kegunaan gigi di dalam mulut.

2.8. Perilaku Menurut Lawrence Green

Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti

pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi

perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor

intern sebagian lagi terletak diluar dirinya atau disebut dengan faktor ekstern yaitu

faktor lingkungan (Maulana, 2010).

Menurut Green yang dikutip Notoadmodjo (2012), perilaku dipengaruhi oleh 3

faktor utama, yakni :

1. Faktor-faktor Predisposing (predisposing factor)

Faktor-faktor predisposing adalah faktor-faktor yang mempermudah atau

mempredisposisikan terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor ini mencakup

pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan

masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang

dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor Pemungkin (enabling factor)

Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau

yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan

Page 10: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada

hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan,

maka faktor-faktor ini disebut juga faktor pendukung. Misalnya Puskesmas,

Posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah,

dan sebagainya.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor)

Faktor-faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau

memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun orang mengetahui

untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi

faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan

perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-

undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah

terkait dengan kesehatan.

Menurut Green dalam Noorkasiani (2012) ada 6 langkah proses perubahan

perilaku kesehatan yaitu :

1. Penilaian Sosial

Penilaian sosial menentukan persepsi orang akan kebutuhan dan kualitas

hidup mereka. Pada tahap ini ahli perencana memperluas pemahaman mereka

pada masyarakat dimana mereka bekerja dengan beragam data, tindakan

terpadu. Penilaian sosial penting untuk berbagai alasan yaitu hubungan antara

Page 11: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

kesehatan dan kualitas hidup yang saling berhubungan timbal balik dengan

pengaruh masing-masing.

2. Penilaian Epidemiologi

Penilaian epidemiologi membantu menetapkan permasalahan kesehatan

yang terpenting dalam suatu masyarakat. Penilaian ini dihubungkan dengan

kualitas hidup dari masyarakat, juga sumber daya yang terbatas sebagai

permasalahan kesehatan yang meluas di masyarakat.

3. Penilaian Perilaku dan Lingkungan

Penilaian perilaku dan lingkungan merupakan faktor-faktor yang memberi

konstribusi kepada masalah kesehatan. Dimana faktor perilaku merupakan gaya

hidup perorangan yang beresiko memberikan dukungan kepada kejadian dan

kesulitan masalah kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan merupakan semua

faktor-faktor sosial dan fisiologis luar kepada seseorang, sering tidak mencapai

titik kontrol perorangan, yang dapat dimodifikasi untuk mendukung perilaku atau

mempengaruhi hasil kesehatan.

4. Mengidentifikasi faktor yang mendahului dan yang dikuatkan yang harus

ditempatkan untuk memulai dan menopang proses perubahan. Faktor ini

diklasifikasikan sebagai pengaruh, penguat dan pemungkin dan secara bersama-

sama mempengaruhi kemungkinan perubahan perilaku dan lingkungan.

Page 12: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

5. Penilaian Administrasi dan Kebijakan

Merancang intervensi yang strategis dan rencana akhir untuk implementasi.

Yaitu, administrasi dan kebijakan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan

kebijakan, sumber-sumber dan keadaan umum yang berlaku dalam konteks

program diorganisasi yang dapat menfasilitasi atau menghalangi program

implementasi.

6. Implementasi dan Evaluasi

Dalam langkah ini program kesehatan siap untuk dilaksanakan untuk

mengevaluasi proses, dampak dan hasil dari program, final dari tiga langkah

dalam model perencanaan precede-proceed. Secara halus, proses evaluasi

menentukan tingkat tertentu dari program yang dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan. Penilaian yang berpengaruh kuat berubah pada predisposing,

reinforcing dan enabling faktor sebaik dalam perilaku dan faktor lingkungan

2.9. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi

Menurut Hendrik L.Blum dalam Notoatmodjo (2012) bahwa status kesehatan

individu/ masyarakat sangat dipengaruhi oleh lingkungan, perilaku, pelayanan

kesehatan dan keturunan. Dapat dilihat pada skema di bawah ini:

Page 13: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

Keturunan

Perilaku PelayananKesehatan

Lingkungan

Gambar 6Status Kesehatan Menurut Hendrik L. Blum

Dalam teori Blum ini, pengaruh perilaku pada status kesehatan individu maupun

masyarakat merupakan pengaruh terbesar kedua setelah lingkungan.

1. Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku,

fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya

digolongkan menjadi dua kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik

dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah,

air, udara, tanah, ilkim, perumahan dan sebagainya. Intervensi terhadap faktor

lingkungan fisik dalam bentuk perbaikan sanitasi lingkungan, sedanngkan

intervensi terhadap lingkungan sosial, budaya, plitik, dan ekonomi, dalam bentuk

progran-program peningkatan pendidikan, perbaikan sosial ekonomi masyarakat.

Intervensi tehadap faktor pelayanan kesehatn adalah dalam bentuk penyediaan

StatusKesehtan

Page 14: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

dan perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan, perbaikan sistem dan manajemen

pelayanan kesehatan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

2. Perilaku

Perilaku merupakan faktor kedua yang memengaruhi derajat kesehatan

masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu,

keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri.

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

lingkungan. Perilaku merupakan suatu yang kompleks, merupakan resultan dari

berbagai aspek internal maupun eksternal psikologik maupun fisik. Perilaku tidak

berdiri sendiri, selalu berkaitan dengan faktor-faktor lain. Perilaku dapat

dipengaruhi oleh lingkungan, pelayanan kesehatan serta keturunan. Perilaku

manusia mempunyai pengaruh terhadap status kesehatan individu meupun

kelompok masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

3. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan

dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit,

pengobatan dan keperawatan serta kelompok masyarakat yang memerlukan

pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah

dapat dijangkau atau tidak. Selanjutnya adalah tenaga kesehatan pemberi

pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam

Page 15: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah

sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

4. Keturunan

Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia

yang dibawa sejak lahir. intervensi terhadap faktor keterunan antara lain

penyuluhan kesehatan khususnya kelompok yang mempunyai resiko penyakit-

penyakit herediter. Pendidikan dan promosi kesehatan merupakan bentuk

intervensi terhadap faktor perilaku. Namun demikian faktor ketiga yang lain

(linkungan, pelayanan kesehatan dan herditer) juga memerlukan promosi

kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

Perilaku dikelompokkan menjadi berapa unsur pokok, yaitu sebagai berikut

(Notoatmodjo, 2012):

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan, misalnya konsumsi makanan yang bergizi dan

berolahraga. Pada masyarakat dengan pendidikan dan sosial ekonomi rendah,

perilaku upaya pemeliharaan kesehatan biasanya merupakan kebutuhan yang

terakhir.

2. Perilaku pencegahan penyakit, misalnya menjaga kebersihan lingkungan, tidur

dengan kelambu, dan menjaga agar tidak menularkan penyakit kepada orang lain.

Perilaku masyarakat yang status sosial ekonomi dan pendidikannya relatif rendah,

biasanya belum memprioritaskan perilaku pencegahan penyakit.

Page 16: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

3. Perilaku mencari pengobatan, misalnya pengobatan sendiri, ke dukun, dokter,

puskesmas dan lainnya. Hal ini sangat berkaitan dengan sosial ekonomi dan

tingkat pengetahuan seseorang, sedangkan tingkat pendidikan tidak menjamin

seseorang untuk selalu berobat ke pelayanan kesehatan.

4. Perilaku pemulihan kesehatan disebut pula sebagai upaya-upaya penyembuhan

suatu penyakit, misalnya patuh terhadap nasehat dokter, melakukan diet dan

minum obat sesuai aturan.

2.9.1. Hubungan pengetahuan dengan Karies Gigi

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo,

2011).

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

pancaindera, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan (cognitive) merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang. Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

seperti: pengalaman, tingkat pendidikan, usia, frekuensi penerimaan informasi yang

dapat berupa pelatihan-pelatihan, seminar, dan lain-lain (Ferry, 2012).

Page 17: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

Menurut Noor (dalam Herijulianti, dkk., (2012), dengan meningkatkan

pengetahuan seseorang dalam bidang kesehatan gigi dan mulut, maka akan diperoleh

kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Pengetahuan tersebut pula akan mampu memperkenalkan kepada masyarakat tentang

penyakit-penyakit dalam mulut, upaya penanggulangannya, serta yang terpenting

adalah mampu menanamkan perilaku sehat sejak dini.

Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang, semakin baik pengetahuan cara memelihara kesehatan gigi dan

mulut yang dimiliki seseorang dengan diikuti oleh kesadaran dan perilaku ingin

memelihara kebersihan giginya dengan baik maka kemungkinan dapat mencegah

terjadinya gigi berlubang (Budiarto, 2013).

2.9.2. Hubungan Makanan dan Minuman dengan Karies Gigi

Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada

sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Kadar kariogenik

dalam makanan tergantung pada komponen-kompnennya dan dipengaruhi berbagai

macam faktor. Karbohidrat akan dimetabolisme oleh bakteri plak menjadi asam dengan

kadar yang berbeda. Seseorang dengan kebiasaan diet gula terutama sukrosa

cenderung mengalami kerusakan pada giginya dibandingkan kebiasaan diet lemak dan

protein. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung

karbohidrat yang dapat diragikan, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga

mulut akan memulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang

Page 18: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Diantara periode makan, saliva akan

bekerja menetralisir (Widjayanti, 2017).

Asam dan membantu proses remineralisasi. Tetapi apabila makanan dan

minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak mempunyai

kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies

(Edwina, 2012).

Konsistensi dari makanan juga mempengaruhi kecepatan pembentukan plak.

Makanan lunak yang tidak memerlukan pengunyahan hanya memiliki sedikit efek

membersihkan gigi geligi atau bahkan tidak sama sekali, sedamgkan jenis makanan

yang mudah melekat ke gigi seperti coklat dan permen, memudahkan kemungkinan

terjadinya karies karena lamanya retensi makanan terhadap gigi (Endang, 2016).

Gula bukan hanya terdapat pada makanan, tetapi juga terdapat pada minuman.

Minuman yang mengandung gula seperti jus, minuman soda berpotensi menyebabkan

demineralisasi enamel karena nilai pH yang rendah mempengaruhi perkembangan

bakteri di rongga mulut (Susanto, 2014). Makanan dan minuman yang dapat merusak

gigi dapat dilihat pada table di Bawah ini:

Tabel 2.1Makanan dan Minuman Kariogenik Penyebab Karies Gigi

No Jenis Makanan/MinumanKariogenik

FrekuensiSetiap hari 4-5 kali

seminggu1-3 kali

seminggu1 Cokelat2 Es Krim3 Gorengan4 Mie/Mie Bakso5 Minuman ringan

Page 19: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

(sirup, Pop Ice)6 Permen7 Biscuit8 Donat

Beberapa jenis diet yang dapat mempengaruhi naik dan turunnya pH rongga

mulut yaitu (Susanto, 2014):

a. Diet kariogenik yaitu, makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat

yang diragian dan dapat menyebabkan penuurunan pH plak, seperti kopi, teh

manis, coklat dll).

b. Diet kariostatik, yaitu makanan yang tidak dapat dimetabolisme oleh bakteri plak

dan tidak menyebabkan penurunan pH plak dibawah. Seperti sarbitol, mannitol

dan xylitol.

c. Diet antikariogenik, yaitu makanan dan minuman yang dapat menaikan pH plak

sehingga membantu proses remineralisasi. Seperti keju dan kacang-kacangan.

Ketiga diet ini dipengaruhi oleh jenis makanan, frekuensi konsumsi gula, lamanya

retensi makanan, komposisi dan kemampuan makanan merangsang sekresi saliva. Diet

yang seimbang akan menurunkan resiko karies dan meningkatkan kesehatan umum.

2.9.3. Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi dengan Karies Gigi

Mengosok gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran plak

secara mekanis. Saat ini telah banyak tersedia sikat gigi dengan berbagai ukuran,

bentuk, tekstur dan desain dengan berbagai derajat kekerasan bulu sikat. Salah satu

penyebab banyaknya bentuk sikat gigi yang tersedia di pasaran adalah karena adanya

Page 20: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

variasi waktu mengosok gigi, gerakan mengosok gigi, tekannanya, bentuk dan jumlah

gigi yang ada pada setiap orang (Hamdan, 2012).

Rusmali (2010) bahwa status kebersihan gigi yang buruk, frekuensi menyikat gigi

yaitu minimal 2 kali sehari dan juga harus di perhatian beberapa cara dalam menyikat

gigi yang baik dan benar, pemberian pasta gigi fluoride, pemilihan jenis makanan yang

baik. Salah satu komponen dalam terjadinya karies adalah plak bakteri pada gigi. Karies

dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan

gigi. Menurut Edwina (2012) pembersihan dengan menggunakan pasta gigi

mengandung fluoride secara rutin dapat mencegah karies. Pemeriksaan gigi yang

teratur dapat mendeteksi gigi yang berpotensi menjadi karies. Kontrol plak yang teratur

dan pembersihan gigi dapat membantu mengurangi insidens karies gigi. Bila plaknya

sedikit, maka pembentukan asam akan berkurang dan karies tidak dapat terjadi.

Berikut teknik menyikat gigi yang benar.

Oral Hygiene dalam kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting, beberapa

masalah mulut dan gigi bisa terjadi karena kita kurang menjaga kebersihan mulut dan

gigi. Kesadaran menjaga oral hygiene sangat perlu dan merupakan obat pencegah

terjadinya masalah gigi dan mulut yang paling manjur Oral hygiene merupakan

tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan mulut, gigi dan gusi (Clark, 2015).

Menurut Endang (2016), Oral hygiene adalah tindakan yang ditujukan untuk.

1) menjaga kontiunitas bibir, lidah dan mukosa membran mulut

2) Mencegah terjadinya infeksi rongga mulut

Page 21: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

3) Melembabkan mukosa membran mulut dan bibir.

Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih bercahaya dan didukung oleh gusi

yang kencang dan berwarna merah muda. Pada kondisi normal dari gigi dan mulut yang

sehat tercium bau yang tidak sedap. Kondisi hanya mencapai dengan perawatan yang

tepat. Namun, oleh karena berbagai faktor ( misalnya biaya dokter gigi yang relatif

lebih mahal dari pada dokter umum ) kesehatan gigi sering kali tidak menjadi perioritas.

Kita hanya pergi kedokter gigi kalau keadaan gigi sudah parah dan rasa sakit sudah

tidak tertahan lagi (Suharsono, 2013).

Ariani (2014) juga mengungkapkan, perawatan gigi salah satunya bisa dilakukan

dengan cara menggosok gigi. menggosok gigi merupakan catatan yang dianjurkan

untuk membersihkan seluruh deposit lunak dan plak pada permukaan gigi dan gusi. hal-

hal yang harus di perhatikan dalam menggosok gigi antara lain.

1. Sikat Gigi

Syarat sebuah sikat gigi yang baik adalah kepala sikat gigi tidak terlalu besar

dan kecil, tangkai sikat harus lurus dengan harapan dapat membersihkan

kebagian paling belakang gigi, bulu sikat tidak terlalu keras atau lembut supaya

tidak kerusakan jaringan gigi dan gusi.

Page 22: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

2. Teknik menggosok gigi

Teknik harus sederhana, mudah dilakukan, efiensi dan sistematik supaya

menggosok gigi tidak ada yang terlampai yaitu dari bagian posterior keanterior

dan berakhir pada bagian posterior sisi lain

3. Gerakan menyikat gigi

untuk menghilangkan plak pada bagian sisi yang perbatasan dengan gusi

diperlukan menggosok gigi yang horizontal. Setidaknya menggosok gigi dilakukan

secara berulang-ulang pada satu tempat dulu. Sebelum pindah ketempat lain.

Sikat gigi jangan terlalu di tekan sewaktu menggosok gigi. Daratan dari geraham-

geraham juga disikat dengan horizontal agar lebih baik sempurna dapat

dikombinasikan dengan gerakan melingkar. Vertikal dirahang bawah dari atas dari

sebuah gusi keatas.

4. Frekuensi menyikat gigi

Frekuensi menyikat gigi pada setiap orang mempunyai jumlah yang berbeda

sesuai dengan keadaannya. Dianjurkan waktu yang paling ideal adalah tiga kali

Page 23: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

sehari setiap setelah makan dan menjelang tidur malam tapi ternyata anjuran ini

agak sukar diikuti karena banyaknya orang yang mempunyai kegiatan diluar

rumah pada waktu makan siang hari, oleh sebab itu waktu yang digunakan

menyikat gigi yaitu dua kali sehari pada hari setelah sarapan pagi dan menjelang

tidur agar terhindar dari karies.

2.9.4. Hubungan peran orang tua dengan Karies Gigi

Kejadian karies gigi juga disebabkan karena kurangnya peranan orang tua dalam

memilih jenis makanan yang baik dikonsumsi oleh anaknya untuk melakukan

perawatan gigi yang benar bagi anaknya terutama pada anak usia sekolah (Eliza, 2012).

Pendidikan kesehatan gigi dan mulut harus diperkenalkan kepada anak sedini

mungkin agar mereka dapat mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut

secara baik dan benar. Seperti halnya peran orang tua ketika mengajarkan sikat gigi

yang benar dengan memberi contoh langsung. Selain itu pola makan dari anak yang

kurang diperhatikan orang tua menjadikan faktor utama terjadinya karies pada anak–

anak usia sekolah. Maka dari itu peranan orang tua sangat penting dalam hal menjaga

kesehatan gigi anak usia sekolah. Gigi anak-anak yang sehat tentu karena orang tua itu

dapat memperhatikan sungguh-sungguh kesehatan gigi anaknya, karena orang tua

yang bijaksana adalah orang tua yang gigi anaknya sehat (Machfoeds, 2015).

Riyanti (2015) peran serta orang tua sangat diperlukan di dalam membimbing,

memberikan pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar

anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu orang tua juga

Page 24: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

mempunyai peran yang cukup besar di dalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan

terjadinya karies pada anak. Pada anak usia 6-12 tahun sudah dapat diajarkan

bagaimana cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara lebih rinci, sehingga anak

akan menimbulkan rasa tanggung jawab akan kebersihan dirinya sendiri. Dalam hal ini

orang tua memegang perananan di dalam menerapkan disiplin dalam melaksanakana

tanggung jawab tersebut (Newbrum, 2010).

2.9.5. Hubungan peran guru dengan Karies Gigi

Terjadinya karies gigi pada siswa, oleh karena itu guru harus lebih menyadari

pentingnya membiasakan siswa untuk menggosok gigi yang ditujukan dengan guru

selalu menanyakan siswa di pagi hari tentang apakah mereka menggosok gigi sebelum

berangkat sekolah dan malam hari sebelum tidur malam (Newbrum, 2010).

Para guru di sekolah menjadi sasaran, dalam kapasitasnya sebagai sosok panutan

sekaligus sebagai sumber informasi bagi para siswa. Intervensi yang ditujukan pada

siswa, akan efektif dilakukan melalui para guru terlebih dahulu. Guru dapat berperan

sebagai konselor, pemberi instruksi, motivator dalam menunjukkan sesuatu yang baik

misalnya dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Guru sebagai pendidik ataupun pengajar

merupakan faktor penentu atau pemegang kunci keberhasilan siswa dalam berperilaku

sehat di sekolah. Guru di sekolah tidak hanya mengajarkan tetapi juga terus mengikuti

proses perubahan perilaku siswa serta para guru berperilaku sehat dengan

menerapkan menggosok gigi di sekolah agar dapat ditiru oleh siswa dan membuat

suatu kegiatan yang lebih mengintegrasikan pesan-pesan tentang menggosok gigi.

Page 25: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

Faktor di Responden,meliputi: Pengetahuan

Kesehatan Gigi Pola Makan

Oral Hrgiene, Meliputi:- Periode pemakaian

sikat gigi- Makanan dan

Minuman- Frekuensi dan

waktu sikat gigi- Menyikat gigi

Lingkungan Meliputi:- Peran Orang Tua- Peran Guru

Selain itu perlu ditingkatkan program kampanye sikat gigi pada siswa melalui program

UKGS yang dilakukan oleh guru diantaranya pelaksanaan sikat gigi massal (Machfoeds,

2015).

2.10. Kerangka Teoritis

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Sumber: Adopsi dari L. Green dan Hendrik L. Blum dalam Notoatmodjo (2012)

Host(Gigi danSaliva)

Substrat

Mikroorganisme

Waktu

KariesGigiPadaAnak

Page 26: 2.2. Penyebab Terjadinya Karies Gigi

xxxiv