2351-8533-1-pb.pdf

Upload: resigjeflin

Post on 24-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf

    1/14

    PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP PRESTASI KERJA AUDITOR

    DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SEBAGAI

    VARIABEL MODERATING

    Oleh

    Putri Wulandani1. R, Yeasy Darmayanti

    1, Dandes Rifa

    1

    1Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta

    E-mail :[email protected]

    Abstract

    This research aims to obtain the empirically evidence the influence of locus ofcontrol toward the auditors performance with situational style of leadership as

    moderating variable. In order to execute the stages of data processing do the collection ofdata and information earlier. A mount of respondents in this research were 71 respondents

    who work in the public accounting firm located in the area of Padang, Pekabaru and

    Medan. This research used three groups of variable. First, independent variable, locus ofcontrol. Second, moderating variable, situational leadership style and dependent variable,the auditors performance. The examination of hypothesis was done by using multiple

    linear regressions were processed by using SPSS program. Related to the result of firsthypothesis showed that locus of control have significant influence toward the auditors

    performance. In the second stage of data processing showed that locus of control withsituational leadership style partially have positive influence and significant toward

    dependent variable of the auditorsperformance.

    Keywords: Locus of Control, AuditorsPerformance and Situational Leadership Style

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf

    2/14

    1

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Profesi auditor merupakan profesi yang

    unik, Setiawan dan Ghozali (2006),

    menyatakan bahwa pada umumnya profesional

    (contoh: pengacara dan dokter) sebagai pihak

    pertama, bekerja untuk kepentingan klien yang

    merupakan pihak kedua (pemohon jasa).

    Profesi akuntan publik bukan saja dituntut

    untuk melayani klien (pihak kedua), tetapi

    lebih mengutamakan tanggung jawab kepada

    masyarakat (pihak ketiga). Oleh sebab itu,

    auditor diharapkan mampu menjalankan

    tanggung jawab yang ada dalam profesinya.

    Prestasi kerja auditor merupakan salah

    satu tolak ukur kinerja auditor. Cahyono dan

    Ghozali (2002) menyatakan bahwa prestasi

    kerja merupakan salah satu faktor penting

    yang mempengaruhi kepuasan hidup karena

    sebagian besar waktu manusia ditempat kerja.

    Locus of control merupakan indikator

    yang mempengaruhi kepuasan kerja dan

    prestasi kerja auditor. Sikap seorang auditor

    terhadap pekerjaan yang ditekuni, secara

    potensial dipengaruhi oleh bagaimana persepsi

    auditor tersebut terhadap pekerjaan. Locus of

    control merupakan salah satu aspek

    karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh

    setiap individu.

    Kepemimpinan merupakan salah satu

    isu dalam manajemen yang masih menarik

    untuk diperbincankan sampai saat sekarang

    ini. Media massa, baik elektronik maupun

    cetak sering kali menampilkan opini dan

    pembicaraan yang membahas seputar

    kepemimpinan. Peran kepemimpinan yang

    sangat strategis dan penting bagi pencapaian

    visi, misi dan tujuan organisasi merupakan

    motif yang mendorong manusia untuk selalu

    menyelididki seluk beluk yang terkait dengan

    kepemimpinan sehingga bias mempengaruhi

    prestasi kerja seorang karyawan.

    Siagian (1998) mengatakan bahwa

    keberhasilan atau kegagalan yang dialami

    sebagian besar dari organisasi ditentukan juga

    oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh

    orang-orang yang diserahi tugas memimpin

    organisasi itu. Pendapat tersebut

    mencerminkan betapa besar peran

    kepemimpinan dalam suatu organisasi,

    sehingga seorang pemimpin diharapkan

    mempunyai kemampuan untuk memotivasi,

    mengarahkan, mempengaruhi dan

    berkomunikasi dengan bawahannya.

    Gaya kepemimpinan seseorang akan

    berpengaruh terhadap prestasi kerja yang

    dihasilkan, karena sikap, prilaku, sifat dan

    wawasan pemimpin menentukan keberhasilan

    dalam menjalankan fungsi-fungsi

    kepemimpinannya untuk mengarahkan

    bawahan guna mencapai tujuan. Bawahan

    akan sangat tanggap terhadap pimpinan, bila

  • 7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf

    3/14

    2

    atasan sangat mengerti akan kebutuhan

    karyawan dalam pelaksanaan kerja, karena hal

    ini akan berpengaruh terhadap prestasi kerja

    karyawan.

    1.2 RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang yang telah

    diuraikan diatas maka dapat dirumuskan

    masalah sebagai berikut:

    1. Apakah terdapat pengaruh locus of

    control terhadap prestasi kerja auditor?

    2. Apakah terdapat pengaruh locus of

    control terhadap prestasi kerja auditor

    dengan gaya kepemimpinan situasional

    sebagai variabel moderating?

    1.3 TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan penelitian ini adalah untuk

    menguji secara empiris tentang:

    1.

    Pengaruh locus of control terhadap

    prestasi kerja auditor

    2. Pengaruh locus of control terhadap

    prestasi kerja auditor dengan gaya

    kepemimpinan situasional sebagai

    variabel moderating

    1.4

    TINJAUAN PUSTAKA

    1.4.1 Prestasi Kerja

    Prestasi kerja diberi batasan sebagai

    kesuksesan seseorang dalam melaksanakan

    suatu pekerjaan (Maier, 1965). Lebih tegas

    lagi adalah Lawler dan Porter (1967)

    mengatakan bahwa job performance adalah

    successful role achievement yang diperoleh

    seseorang dari perbuatan-perbuatannya.

    Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja

    yang dicapai seseorang dalam melaksanakan

    dan menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan

    kepadanya (Heidjrahman, 1992). Sedangkan

    Bernardin dan Russel (1993) memberikan

    definisi performance is defined as the record

    of outcome produced on a specified job

    function or activity during a specified time

    period (Prestasi kerja didefinisikan sebagai

    catatan dari hasil-hasil yang diperoleh melalui

    fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan

    selama tempo waktu tertentu).

    Prabowo (2005) mengemukakan

    bahwa prestasi lebih merupakan tingkat

    keberhasilan yang dicapai seseorang untuk

    mengetahui sejauh mana seseorang mencapai

    prestasi yang diukur atau dinilai.

    Blumberg & Pringle (1984), dalam

    Jewell & Siegall (1990) juga menyatakan

    bahwa ada beberapa faktor yang menentukan

    prestasi kerja seseorang, yaitu:

    1. Kesempatan, meliputi alat, material,

    pasokan, kondisi kerja, tindakan rekan

    kerja, perilaku pimpinan, mentorisme,

    kebijakan, peraturan, prosedur organisasi,

    informasi, waktu, serta gaji.

    2. Kapasitas, terdiri dari usia, kesehatan,

    keterampilan, inteligensi, keterampilan

  • 7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf

    4/14

    3

    motorik, tingkat pendidikan, daya tahan,

    stamina, dan tingkat energi.

    3. Kemauan, terdiri dari motivasi, kepuasan

    kerja, status pekerjaan, kecemasan,

    legitimasi, partisipasi, sikap, persepsi atas

    karakteristik tugas, keterlibatan kerja,

    keterlibatan ego, citra diri, kepribadian,

    norma, nilai, persepsi atas ekspektasi

    peran, dan rasa keadilan.

    Untuk dapat mengevaluasi karyawan

    secara objektif dan akurat, seorang penyelia

    harus mampu mengukur tingkat kinerja

    mereka. Pengukuran kinerja dapat berfungsi

    sebagai target atau sasaran, sebagai aktivitas

    pengukuran standard dan sebagai informasi

    yang dapat digunakan para karyawan, dalam

    mengarahkan usaha-usaha mereka melalui

    serangkaian prioritas tertentu. Menurut Filippo

    (2005), dalam Suyono, (2012), prestasi kerja

    seseorang dapat diukur melalui:

    1. Mutu kerja, berkaitan dengan ketepatan

    waktu, keterampilan, dan kepribadian

    dalam melakukan pekerjaan.

    2. Kualitas kerja, berkaitan dengan

    pemberian tugas-tugas tambahan yang

    diberikan oleh atasan kepada bawahannya.

    3.

    Ketangguhan, berkaitan dengan tingkat

    kehadiran, pemberian waktu libur dan

    jadwal keterlambatan hadir di tempat kerja.

    4. Sikap, merupakan sikap yang ada pada

    karyawan yang menunjukkan seberapa

    jauh sikap tanggung jawab mereka

    terhadap sesama teman, dengan atasan dan

    seberapa jauh tingkat kerja sama dalam

    menyelesaikan pekerjaan.

    1.4.2 Locus of control

    Konsep tentangLocus of control (pusat

    kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter

    (1966), seorang ahli teori pembelajaran sosial.

    Locus of control merupakan salah satu variabel

    kepribadian (personaility), yang didefinisikan

    sebagai keyakinan individu terhadap mampu

    tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri

    (Kreitner dan Kinicki, 2005).

    Engko dan Gudono (2007)

    mendefenisikan locus of control adalah cara

    pandang seseorang terhadap suatu peristiwa

    apakah ia dapat atau tidak dapat

    mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya.

    Manusia dalam melaksanakan berbagai

    kegiatan dalam hidupnya selalu berupaya

    memberi respon terhadap faktorfaktor

    internal dan eksternal yang ada didalam diri

    dan lingkungan sekitar manusia (Kelly, 2006)

    Sedangkan menurut Robbins dan Judge

    (2007) locus kendali sebagai tingkat dimana

    individu yakin bahwa mereka adalah penentu

    nasib mereka sendiri. Internal adalah individu

    yang yakin bahwa mereka merupakan

    pemegang kendali atas apa-apa pun yang

    terjadi pada diri mereka, sedangkan eksternal

    adalah individu yang yakin bahwa apapun

  • 7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf

    5/14

    4

    yang terjadi pada diri mereka dikendalikan

    oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan

    kesempatan.

    Menurut Rotter (1975), dalam Ghufron

    dan Risnawita, (2006) Locus of Control atau

    Lokus Pengendalian ini terbagi menjadi dua

    yaitu:

    1. Lokus pengendalian internal yang

    mencirikan seseorang memiliki keyakinan

    bahwa mereka bertanggung jawab atas

    perilaku kerja mereka di organisasi.

    2.

    Lokus pengendalian eksternal yang

    mencirikan individu yang mempercayai

    bahwa perilaku kerja dan keberhasilan

    tugas mereka lebih dikarenakan faktor di

    luar diri yaitu organisasi.

    Kreitner & Kinichi (2005) mengatakan

    bahwa hasil yang dicapai locus of control

    internal dianggap berasal dari aktifitas dirinya.

    Sedangkan pada individu locus of control

    eksternal menganggap bahwa keberhasilan

    yang dicapai dikontrol dari keadaan

    sekitarnya. Seseorang yang mempunyai

    internal locus of control akan memandang

    dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan,

    dan perilaku individu turut berperan di

    dalamnya. Pada individu yang mempunyai

    external locus of control akan memandang

    dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat

    diramalkan, demikian juga dalam mencapai

    tujuan sehingga perilaku individu tidak akan

    mempunyai peran di dalamnya.

    1.4.3 Gaya kepemimpinan situasional

    Menurut Rivai dan Mulyadi, (2012) gaya

    kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari

    tindakan seseorang pemimpin, baik yang

    tampak maupun yang tidak tampak oleh

    bawahannya. Gaya kepemimpinan

    menggambarkam falsafah, keterampilan, sifat

    dan sikap yang mendasari prilaku seseorang.

    Gaya kepemimpinan yang menunjukkan,

    secara langsung maupun tidak langsung,

    tentang keyakinan seorang pemimpin terhadap

    kemampuan bawahannya. Artinya, gaya

    kepemimpinan adalah prilaku dan strategi,

    sebagai hasil kombinasi dari falsafah,

    keterampilan, sifat dan sikap yang sering

    diterapkan seorang pemimpin ketika dia

    mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya.

    Gaya kepemimpinan situasional itu

    sendiri adalah suatu pendekatan terhadap

    kepemimpinan yang menyatakan bahwa

    pemimpin memahami prilakunya, siat-sifat

    bawahannya, dan situasi sebelum

    menggunakan suatu gaya kepemimpinan

    tertentu (Rivai dan Mulyadi, 2012).

    Menurut Rivai dan Mulyadi (2012)

    model kepemimpinan situasional, maksudnya

    disini bagaimana seorang manajer mampu

    mengidentifikasi isyarat-isyarat yang terjadi

    dalam lingkungannya, mendiagnosanya,

  • 7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf

    6/14

    5

    kemudian menghadapi prilaku kepemimpinan

    sesuai kondisi lingkungan tersebut. Model

    gaya kepemimpinan situasional itu terbagi atas

    tiga:

    1.

    Model kepemimpinan kontingensi

    Model ini dikembangkan oleh Fiedler,

    model kontingensi dari efektivitas

    kepemimpinan memiliki dalil bahwa

    prestasi kelompok tergantung pada

    interaksi antara gaya kepemimpinan dan

    situasi yang mendukung. Kepemimpinann

    dilihat sebagai suatu hubungan yang

    didasari oleh kekuatan dan pengaruh.

    2. Model partisipasi pemimpin

    Model ini dikembangkan oleh Vroom dan

    Yetton yang menyatakan bahwa

    kepemimpinan yang memberikan

    seperangkat aturan untuk menentukan

    ragam dan banyaknya pengambilan

    keputusan partisipatif dalam situasi- situasi

    yang berlainan. Kebalikan dari Fiedler,

    Vroom dan Yetton berasumsi bahwa

    pemimpin harus lebih luwes untuk

    mengubah gaya kepemimpinan agar sesuai

    dengan situasi.

    3.

    Model jalur- tujuan

    Model ini berusaha meramalkan eektivitas

    kepemimpinan dalam berbagai situasi.

    Menurut model yang dikembangkan oleh

    Robert J. House, pemimpin menjadi efektif

    karena pengaruh motivasi mereka yang

    positif, kemampuan untuk melaksanakan,

    dan kepuasan pengikutnya. Pada model ini

    berfokus kepada bagaimana pemimpin

    mempengaruhi presepsi pengikutnya pada

    tujuan kerja, tujuan pengembangan diri,

    dan jalan untuk mencapai tujuan.

    Dasar kepemimpinan situasional

    Menurut Rivai dan Mulyadi (2012) yaitu:

    a. Kadar bimbingan dan pengarahan yang

    diberikan oleh pimpinan (prilaku tugas)

    b.

    Kadar dukungan sosio emosional yang

    disediakan oleh pemimpin (perilaku

    hubungan), dan

    c. Tingkat persiapan atau kematangan

    yang diperlihatkan oleh anggota dalam

    melaksanakan tugas dan fungsi mereka

    dalam mencapai tujuan tertentu.

    1.5

    PENGEMBANGAN HIPOTESIS

    1.5.1 Pengaruh Locus Of Control Terhadap

    Prestasi Kerja Auditor

    Penelitian yang dilakukan oleh Sartika

    (2007) tentang pengaruh locus of control

    terhadap kepuasan kerja dan prestasi kerja

    auditor, menunjukkan bahwa terdapat

    pengaruh yang signifikan antara locus of

    controlterhadap prestasi kerja. Sejalan dengan

    riset sebelumnya Imani (2007) juga meneliti

    tentang analisis pengaruh locus of control

    terhadap kinerja dengan kepuasan kerja, juga

    menunjukkan terdapat pengaruh signifikan

  • 7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf

    7/14

    6

    locus of control terhadap kinerja karyawan

    dengan kepuasan kinerja

    Selanjutnya Hadi (2010), juga

    melakukan penelitian ulang tentang pengaruh

    locus of control terhadap kinerja kerja auditor

    pada Kantor Akuntan Publik Sumatra Barat

    dan Pekanbaru, menemukan bahwa locus of

    control itu mempunyai pengaruh yang

    signifikan terhadap kinerja auditor. Kemudian

    Ayudiati (2010) meneliti tentang pengaruh

    locus ofcontrol terhadap kinerja dengan etika

    kinerja sebagai variable moderating juga

    menunjukkan bahwa ada pengaruh yang

    signifikan antara locus of control terhadap

    prestasi kerja.

    Penelitian yang dilakukan oleh Agustia

    (2011) tentang pengaruh locus of control

    terhadap prestasi kerja auditor dengan

    kepuasan kerja menunjukkan bahwa pengaruh

    langsung locus of control terhadap prestasi

    kerja terbukti signifikan yang artinya Jika

    seorang auditor cenderung memiliki internal

    locus of control, dia yakin akan kemampuan

    dirinya untuk menyelesaikan suatu

    permasalahan, maka akan menimbulkan

    kepuasan kerja dan diharapkan akan

    meningkatkan kinerja atau prestasi kerja

    auditor. Sebaliknya, apabila seorang auditor

    mempunyai kecenderungan mempercayai

    faktorfaktor diluar dirinya sebagai penentu

    keberhasilan, maka dapat dikatakan dia

    memiliki eksternal locus of control, hal ini

    justru akan menurunkan prestasi kerja dan

    mengakibatkan menurunnya kinerja auditor.

    Berdasarkan penelitian-penelitian

    diatas maka dapat diturunkan hipotesis sebagai

    berikut:

    H1: Semakin kuat locus of control, maka

    semakin tinggi prestasi kerja auditor.

    1.4.1 Pengaruh Locus Of Control Gaya

    Kepemimpinan Situasional

    Terhadap Prestasi Kerja Auditor

    Penelitian yang dilakukan oleh Haryati

    (2003) mengenai analisis pengaruh gaya

    kepemimpinan dan iklim organisasi terhadap

    prestasi kerja dan kinerja pegawai

    dilingkungan kecamatan Gayang Sari Kota

    Semarang menunjukkan bahwa terdapat

    pengaruh yang positif signifikan dari pengaruh

    gaya kepemimpinan iklim organisasi terhadap

    prestasi kerja dan kinerja pegawai. Sedangkan

    penelitian yang dilakukan oleh Purnawijayanti

    (2005) tentang Pengaruh faktor gaya

    kepemimpinan situasional terhadap prestasi

    kerja pegawai, menunjukkan hubungan atasan

    bawahan, struktur tugas, dan kekuasaan dan

    wewenang secara bersamasama mempunyai

    pengaruh yang signifikan terhadap prestasi

    kerja.

    Selanjutnya, Imani (2007) meneliti

    tentang analisis pengaruh locus of control

    terhadap kinerja dengan gaya kepemimpinan

  • 7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf

    8/14

    7

    sebagai variabel moderating juga

    menunjukkan pengaruh signifikan dari locus of

    control melalui gaya kepemimpinan terhadap

    kinerja karyawan. Susanto (2007) melakukan

    penelitian serupa di Indonesia yang

    menyatakan bahwa aspek kepemimpinan

    situasional dan mentoring mempunyai

    pengaruh yang signifikan terhadap prestasi

    kerja auditor. Penelitian yang dilakukan oleh

    Sartika (2007), pengaruh gaya kepemimpinan

    situasional, motivasi kerja, locus of control

    terhadap kepuasan kerja dan prestasi kerja

    auditor menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

    gaya kepemimpinan situasional, motivasi

    kerja, locus of control secara simultan

    terhadap prestasi kerja auditor

    Selanjutnya penelitian yang dilakukan

    oleh Agustia (2011), pengaruh locus of control

    dan perilaku kepemimpinan situasional

    terhadap prestasi kerja auditor dengan

    kepuasan kerja sebagai variable intervening

    menyatakan bahwa terdapat pengaruh tidak

    langsung antara locus of control melalui gaya

    kepemimpinan situasional terhadap prestasi

    kerja auditor. Kemudian Susanti (2012)

    meneliti kembali tentang pengaruh gaya

    kepemimpinan situasional, locus of control,

    terhadap prestasi kerja auditor pada akuntan

    pemerintah di Kota Padang, menemukan

    bahwa terdapat hubungan secara simultan

    antara locus of control, gaya kepemimpinan

    terhadap prestasi kerja auditor.

    Berdasarkan penelitian-penelitian

    diatas, maka dapat diturunkan hipotesis

    sebagai berikut:

    H2 : Semakin kuat gaya kepemimpinan

    situasional maka semakin kuat

    hubungan antara locus of control

    terhadap prestasi kerja auditor.

    2. Metodologi

    2.1 Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah

    seluruh auditor pada Kantor Akuntan Publik

    (KAP) yang berada di wilayah Padang, Medan

    dan Pekanbaru.

    Data yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah data primer yang diperoleh dari

    hasil kuesioner yang disebarkan secara

    langsung oleh peneliti, dengan cara melakukan

    observasi lapangan kepada responden.

    2.2 Pengukuran Variabel

    Semua instrument menggunakan Skala

    Likertdengan 5 skala nilai yaitu Sangat Tidak

    Setuju (STS) dengan nilai 1, Tidak Setuju (TS)

    dengan nilai 2, Netral (N) dengan nilai 3,

    Setuju (S) dengan nilai 4, dan Sangat Setuju

    (SS) dengan nilai 5. Kuesioner dalam

    penelitian ini untuk variabel independentlocus

    of controldiukur dengan instrument The Work

    Locus Of Control (WlLCS) yang

  • 7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf

    9/14

    8

    dikembangkan oleh Agustia, (2011) yang

    terdiri atas 20 butir pertanyaan.

    Variabel dependent pada penelitian ini

    adalah prestasi kerja yang diukur dengan

    instrument yang dikembangkan Agustia (2011)

    yang terdiri atas 7 butir pertanyaan, Sedangkan

    Variabel Moderating dalam penelitian ini

    adalah gaya kepemimpinan situasional yang

    dikembangkan oleh Rivai dan Mulyadi (2012)

    terdiri dari 10 butir pertanyaan.

    2.3 Analisis Data

    Dari 152 buah kuesioner yang telah

    disebarkan, baik diantar secara langsung

    maupun dikirimkan lewat pos pada Kantor

    Akuntan Publik (KAP) di wilayah Padang

    Medan dan Pekanbaru hanya 71 kuesioner atau

    46,71 % dari kuesioner yang disebarkan

    dikembalikan oleh responden.

    2.3.1 uji validitas

    Uji validitas digunakan untuk

    mengukur sah atau valid tidaknya suatu

    kuesioner. Suatu pertanyaan dikatakan valid

    jika nilai Kaiser Meyer Olkin Of Sampling

    (KMO) MSA) dari variabel berada diatas

    0,50 dan factor loading harus bernilai besar

    atau sama dengan 0,40. Berdasarkan hasil uji

    validitas item variabel locus of control,

    prestasi kerja dan gaya kepemimpinan

    situasional didapatkan nilai KMO untuk semua

    item lebih besar dari 0,50. Dengan demikian

    setiap item pertanyaan dalam tiap-tiap variabel

    dinyatakan valid. Berdasarkan proses

    pengolahan data yang telah dilakukan

    diperoleh ringkasan hasil pada tabel dibawah

    ini :

    Tabel 1

    Hasil Pengujian Validitas

    Variabel `KMO Faktor

    loading

    Ket

    Locus of

    control

    0,608 0,519- 0,780 Valid

    Prestasi kerja 0,639 0,554- 0,870 Valid

    Gaya

    Kepemimpinan

    situasional

    0,608 0,551- 0,826 Valid

    Sumber: hasi l pengolahan data SPSS

    2.3.2 Uji Reliabilitas

    Uji reliabilitas dilakukan dengan

    melihat nilai Croncbach alpha. Hasil uji

    reliabilitas menunjukkan bahwa semua

    variabel penelitian dinyatakan reliabel dengan

    nilai Croncbach alpha lebih besar dari 0,60.

    Variabel locus of control, prestasi kerja dan

    gaya kepemimpinan situasional dinyatakan

    reliabel. Berdasarkan proses pengolahan data

    yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasilpada tabel dibawah ini :

  • 7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf

    10/14

    9

    Tabel 2

    Uji Reliabelitas

    Variabel Cronbach

    Alpha

    Ket

    Locus Of Control 0,650 Reliabel

    Prestasi Kerja 0,612 Reliabel

    Gaya Kepemimpinan

    Situasional

    0,693 reliabel

    Sumber: hasil pengolahan data SPSS

    2.3.3 Uji Normalitas

    Uji normalitas adalah uji yang

    digunakan untuk mengetahui normal atau

    tidaknya pola distribusi data. Dalam

    melakukan pengujian normalitas digunakan uji

    one sample kolmogrov smirnov. Normalnya

    sebuah variabel dapat dilihat dari Asymp. Sig

    (2-tailed) > alpha 0,05. Berdasarkan proses

    pengolahan data yang telah dilakukan

    diperoleh ringkasan hasil pada tabel dibawah

    ini :

    Tabel 3

    Uji Normalitas

    Variabel Asymp. Sig Ket

    Locus Of Control 0,518 Normal

    Prestasi Kerja 0,161 Normal

    GayaKepemimpinan

    Situasional

    0,272Normal

    Sumber: hasi l pengolahan data SPSS

    2.4 Pengujian Hipotesis

    untuk membuktikan pengaruh locus of control

    terhadap prestasi kerja dengan gaya

    kepemimpinan situasional sebagai variabel

    moderating maka dilakukan pengujian

    statistik. Berdasarkan proses pengolahan data

    yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil

    pada tabel dibawah ini :

    Tabel 4

    Pengujian Hipotesis

    variabel Koefisien

    regresi

    sig ket

    Konstanta 4,611 0.000

    Locus of

    control (X1) 0,327 0,003

    H1

    diteri

    ma

    Gaya

    kepemimpinan

    situasional

    (X2)

    0,347 0,001

    X1. X2 0,532 0,000

    H2

    diteri

    ma

    R- Square 0,608

    F- Test 12,578 sign = 0,000

    Sumber: hasil pengolahan data SPSS

    Sesuai dengan nilai koefisien regresi

    yang terbentuk didalam tahapan pengujian

    statistik, maka masing- masing nilai koefisien

    regresi yang dimiliki setiap variabel penelitian

  • 7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf

    11/14

    10

    dapat dibuat kedalam sebuah persamaan

    regresi linier seperti terlihat di bawah ini:

    Y = 4,611 + 0,327X1 + 0,347X2 + 0,532 X1.X2

    Pada tahapan pengujian statistik

    diperoleh nilai koefisien determinasi 0,608

    artinya variabel independen yang diteliti

    mampu menjelaskan variasi variabel dependen

    sebesar 0,608 atau 60,8% sedangkan sisanya

    0,392 atau 39,2% dijelaskan oleh variabel lain

    yang tidak ada dalam penelitian ini.

    Pada tahapan pengujian statistik

    diperoleh nilai signifikan untuk uji F-statistik

    atau F-hitung sebesar 12,578 dengan nilai

    signifikan sebesar 0,000a. Pada tahapan

    pengolahan data digunakan tingkat kesalahan

    sebesar 0,05.

    Berdasarkan hasil pengujian hipotesis

    pertama untuk menguji pengaruh locus of

    control terhadap prestasi kerja auditor, dari

    proses pengujian diperoleh koefisien regresi

    sebesar 0,327 dengan nilai thitung 3,367

    signifikan sebesar 0,003. Didalam tahap

    pengolahan data digunakan tingkat kesalahan

    atau alpha sebesar 0,05, hasil yang diperoleh

    0,003< alpha 0,05. Keputusannya adalah Ha

    diterima Ho ditolak, sehingga dapat

    disimpulkan bahwa locus of control

    berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja

    auditor.

    Artinya jika seorang auditor cenderung

    memiliki internal locus of control, dia yakin

    akan kemampuan dirinya untuk menyelesaikan

    suatu permasalahan, maka akan menimbulkan

    kepuasan kerja dan diharapkan akan

    meningkatkan kinerja atau prestasi kerja

    auditor. Sebaliknya, apabila seorang auditor

    mempunyai kecenderungan mempercayai

    faktor-faktor diluar dirinya sebagai penentu

    keberhasilan, maka dapat dikatakan dia

    memiliki eksternal locus of control, hal ini

    justru akan menurunkan prestasi kerja dan

    mengakibatkan menurunnya kinerja auditor.

    Hasil pengujian hipotesis kedua untuk

    menguji pengaruh locus of control, gaya

    kepemimpinan situasional terhadap prestasi

    kerja auditor, dari proses pengujian diperoleh

    koefisien regresi sebesar 0,532 dengan nilai

    signifikan sebesar 0,000. Didalam tahap

    pengolahan data digunakan tingkat kesalahan

    atau alpha sebesar 0,05, hasil yang diperoleh

    0,000 < alpha 0,05. Variabel bebas locus of

    controldengan gaya kepemimpinan situasional

    secara parsial berpengaruh positif dan

    signifikan terhadap variabel terikat prestasi

    kerja auditor. Keputusannya adalah Ha

    diterima Ho ditolak, sehingga dapat

    disimpulkan bahwa semakin kuat gaya

    kepemimpinan situasional maka semakin kuat

  • 7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf

    12/14

    11

    hubungan antara locus of control terhadap

    prestasi kerja auditor.

    Hasil penelitian ini menunjukkan

    bahwa adanya pegaruh tidak langsung antara

    gaya kepemimpinan situasional dan locus of

    controlterhadap prestasi kerja seorang auditor.

    Prestasi kerja auditor di suatu kantor akuntan

    publik, tidak terlepas dari gaya kepemimpinan

    yang ada di kantor akuntan publik tersebut.

    Keberhasilan seorang pemimpin umumnya

    terlihat dari prestasi kerja karyawannya.

    Dimana tinggi atau rendahnya prestasi kerja

    karyawan, umumnya menunjukkan efektif atau

    tidaknya gaya kepemimpinan yang digunakan

    seorang pemimpin kepada karyawannya. Para

    karyawan akan dapat termotivasi untuk

    berprestasi kerja dengan baik, apabila

    kebutuhan di dalam hidupnya telah terpenuhi,

    baik kebutuhan yang bersifat fisik dan non

    fisik. Semakin luas pengetahuan seorang

    karyawan, semakin ia dapat mengembangkan

    aspirasinya untuk meningkatkan

    kesejahteraannya

    4. Kesimpulan dan Saran

    4.1 Kesimpulan

    Penelitian ini bertujuan untuk

    mendapatkan bukti empiris tentang pengaruhlocus of control terhadsap prestasi kerja

    auditor dengan gaya kepemimpinan situasional

    sebagai variabel moderating. Pada penelitian

    ini digunakan 71 responden yang bekerja di

    Kantor akuntan Publik yang berada didaerah

    Padang, Pekanbaru dan Medan. Proses

    pengolahan data dilakukan dengan

    menggunakan program SPSS. Berdasarkan

    analisis dan pembahasan hasil pengujian

    hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat

    ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

    1. Hasil pengujian hipotesis pertama

    ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang

    signifikan dari variabel locus of control

    (X1) terhadap prestasi kerja auditor (Y).

    2. Hasil pengujian hipotesis kedua ditemukan

    bahwa variabel bebas locus of control

    dengan gaya kepemimpinan situasional

    secara parsial berpengaruh positif dan

    signifikan terhadap variabel terikat prestasi

    kerja auditor.

    4.2 Saran

    Berdasarkan analisis dan pembahasan

    hasil pengujian hipotesis maka diajukan

    beberapa saran yang dapat memberikan

    manfaat positif bagi peneliti selanjutnya

    1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya

    memperluas sampel penelitian atau

    menggunakan sampel yang lebih banyak

    atau yang lebih luas cangkupannya

    sehingga dapat mewakili lebih banyak dari

    populasi yang dapat digeneralisasi.

    2. Masih perlu dilakukan penelitian pada

    aspek yang sama untuk mengetahui

    konsistensi hasil penelitian ini.

  • 7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf

    13/14

    12

    3. Sebaiknya menambah faktor- faktor lain

    yang mempengaruhi prestasi kerja auditor,

    sehingga penelitian yang mendatang akan

    menghasilkan penelitian yang lebih

    lengkap.

    DAFTAR PUSTAKA

    Rivai, Mulyadi. 2012. gaya kepemimpinandan prilaku organisasi. Jakarta

    Prabowo. 2005. Sumber Daya Manusia.

    Yogyakarta

    Jewell & Siegall, 1990 organisasi danmanajemen: prilaku, struktur, proses,

    Jakarta

    Sutrisno,2009. Manajemen Sumber DayaManusia. Jakarta

    Suyono,2012, teori, kuesioner dan analisis

    data sumber daya manusia (praktikpenelitian). Jakarta

    Putri, 2000, A Managers Primer on

    Performance Appraisal. Semarang

    Ayudiati,2010, skirpsi analisis pengaruh locusof control terhadap kinerja dengan

    etika kerja sebagai variabelmoderating. Semarang

    Sekaran,2007, research methods for

    business. JakartaGhozali, 2010, Aplikasi analisis Multivatiate

    dengan program SPSS,.Jakarta

    Ghufron dan Risnawita, 2006, Manajemenprilaku organisasi: pendayagunaan

    sumber daya manusia. Jakarta:erlangga

    Phares, 2005, locus of controlattitudes to

    working in virtual times, internationaljournal of project management

    Hersey, 2004, teori dan praktekkepemimpinan, Jakarta: Rinika Cipta

    Siahaan, 2007, kepemimpinan dalammanajemen: suatu pendekatan prilaku.

    Jakarta

    Asnawi, 1999, peranan kepemimpinan dalampeningkatan prestasi kerja (kajian

    pengembangan organisasi secretariatwilayah/ daerah kabupaten jombang),

    Universitas brawijaya. Malang

    Agustia, 2011, pengaruh locus of controldanprilaku kepemimpinan situasional

    terhadap prestasi kerja auditor dengankepuasan kerja sebagai variabel

    intervening. Surabaya: UniversitasAirlangga

    Akdon, 2011, Manajemen konfilk Dalan

    Organisasi. Bandung

  • 7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf

    14/14

    13