document2

Upload: agung-robby

Post on 05-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

2

TRANSCRIPT

2.1 SALURAN PERNAPASANSaluran pernapasan dibagi dalam 2 golongan utama:1. saluran pernapasan atas, terdiri dari lobang hidung, rongga hidung, faring, laring2. saluran pernafasan bawah terdiri dari trachea, bronchi, bronchioles, alveoli dan membran alveoulerv kapilerVentilasi dan respirasi adalah dua istilah yang berbeda dan tidak boleh ditukar pemakaiannya. Ventilasi adalah pergerakan udara dari atmosfer melalui saluran pernapasan atas dan bawah menuju alveoli. Respirasi adalah proses dimana terjadi pertukaran gas pada membrane alveolar kapiler.Infeksi saluran pernafasan adalah infeksi yang mengenai bagian manapun saluran pernafasan, mulai dari hidung, telinga tengah, faring, laring (bronkus bronkeolus) dan paru-paru.Saluran pernafasan terdiri dari 2 bagian utama :1. Saluran pernafasan atas2. Saluran pernafasan bawah Jenis-jenis infeksi saluran pernafasan atas : batuk pilek, faringitis, sinusitis, dan toksilitis. Jenis infeksi saluran pernafasan bawah : asma, bronchitis kronik, emfizema, bronkioklialis.

Cara (cheronic aspecific respiratory affections)Mencakup semua penyakit saluran nafas yang berartikan penyumbatan (obstruksi) bronchi di sertai pengembangan mukosa (udema) dan sekresi dahak (sputum) berlebihan. Penyakit-penyakit tersebut meliputi berbagai bentuk penyakit beserta peralihannya. Yakni asma, bronchitis kronis, dan emfisema paru yang gejala klinisnya dapat saling menutupi (everlapping). Gejala terpentingnya antara lain sesak nafas (dispnoe) saat mengeluarkan tenaga, selama istirahat dan sebagai serangan akut, juga batuk kronis dengan pengeluaran dahak kental. Karena gangguan tersebut memiliki mekanisme pathofisiologi yang berbeda-bedaa dengan penanganan yang juga tidak sama.

413OBATASMALAINNYAApabila pasien asma sedang sampai beratmelaksanakan terapi konvensional yang kontrolnya tidak baik,atau mengalami efek samping kortikosteroid jangka panjang atau dosis tinggi, pasien dapat menggunakanobat asma lainnya sebagai tambahan dari ICS.31 3 1Antagonis LeukotrienMetabolisme asam arakidonat (AA) menghasilkan leukotriene (LT) B4yang berperan dalam menarikneutrofil dan eosinofil dan berbagaicysteinyl leukotriene(LTC4, LTD4, dan LTE4) yang berperan dalambronkokonstriksi, meningkatkan permeabilitas endotel, dan sekresi mukus. Metabolisme ini terlaksanadengan bantuan enzim 5-lipoksigenase. Obat-obat antagonis leukotrien berperan mengintervensimetabolisme ini. Salah satu antagonis leukotrien,zileuton, menginhibisi enzim 5-lipoksigenase sehinggaleukotrien tidak terbentuk.Zafirlukastdanmontelukastmenghalangi kerja leukotriene dengan menjadiinhibitor reversibel dari reseptor leukotriene-1 sehingga leukotriene tidak dapat bekerja. Obat-obatantagonis leukotrien tidak efektif dalam serangan akut berfungsi sebagai profilaksis asma.3Farmakokinetik: Zafirlukast, zileuton, dan montelukast aktif secara oral. Makanan dapat menghambatabsorpsi zafirlukast. Protein plasma mengikat lebih dari 90% masing-masing obat dan obat-obat tersebutdimetabolisme secara ekstensif. Ekskresi zafirlukast dan montelukast dilakukan lewat sekresi biliersedangkan zileuton melalui urin.3Efek samping: Ketiga obat dapat menimbulkan peningkatan enzim hepar di serum. Vaskulitis eosinofilikdapat terjadi apabila dosis glukokortikoid dikurangi, walaupun jarang. Efek lainnya adalah sakitkepala dandispepsia. Zafirlukast dan Zileuton juga merupakaninhibitor sitokrom P450 sehingga dapat meningkatkankadar serum warfarin.31 3 2CromolynCromolyn merupakan obat antiinflamasi profilaksis yang tidak berguna untuk serangan asma akut.Penggunaannya dapat dimanfaatkan untuk mencegah bronkokonstriksi akibat olahraga atau alergen.Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat degranulasi sel mast dan pelepasan histamin. Kerjacromolyn berlangsung cepat.3Farmakokinetik: Cromolyn tidak dapat diabsorpsi dengan baik sehingga tidak memberikan efek sampingyang signifikan. Cromolyn diberikan dalam dosis yangsering.31 3 3Antagonis KolinergikAntagonis kolinergik bekerja dengan memblok kontraksi otot polos saluran pernapasan melalui nervusvagus serta memblok sekresimukus. Efek yang dihasilkan kurang efektif dibandingkan dengan efek agonis2. Contoh obatnya adalahipratropiumsediaan inhalasi yang berguna untuk pasien yang tidak dapatmentoleransi agonis2. Obat ini memiliki hampir bebas dari efek samping, tetapi memilikionsetyanglambat. Golongan obat antagonis kolinergik efektif untuk pasien yang menderita asma dan PPOK.31 3 4TeofilinTeofilin merupakan bronkodilator yang diabsorpsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal. Padaumumnya, saat ini teofilin sudah digantikan oleh agonis2 dan kortikosteroid karena teofilin memilikijendela terapeutikyang sempit, banyakinteraksi obat(karena dimetabolismeenzim CYP1A2dan CYP3A4),dan memiliki banyak efek samping. Apabila dosisnya berlebihan, teofilin dapat menyebabkan aritmia yangberpotensi fatal atau kejang-kejang.3

51 3 5OmalizumabOmalizumab merupakan antibodi monoklonal yang berikatandengan IgE sehingga mengurangi jumlah IgEyang berikatan dengan sel mast dan basofil. Obat ini dapat dimanfaatkan untuk asma akibat alergi yangsedang sampai berat maupun pasien terapi konvensional yang tidak terkontrol dengan baik, tetapiharganya mahal dan data klinisnya masih terbatas. Saat ini omalizumab tidak digunakan sebagai terapigaris pertama.32PPOKPenanganan pasien PPOK bergantung pada tahapan PPOK itu sendiri, tetapi pada dasarnya menggunakanbronkodilator inhalasi sepertiagen antikolinergik(ipratropium, tiotropium) danagonis 2. Apabila salahsatu saja tidak cukup dapat digunakan kombinasi antara obat antikolinergik dengan agonis2 (misalnyaalbuterol dan ipratropium). Efek bronkodilator adalah meningkatnya aliran udara, menurunnyaeksaserbasi, dan meringannya gejala. Bronkodilator jangka panjang seperti salmeterol dan diotropiumjuga dapat digunakan sedangkanICShanya bisa digunakan untuk pasien dengan FEV 1 detik yang kurangdari 50% prediksi.33RINITIS3 1ANTIHISTAMINDalam penanganan rinitis alergi, obat antihistamin yang memblok reseptor H1 umum digunakan6karenadapat menangani bersin-bersin dan rhinorrea cair pada rinitis alergi.3Terdapat dua jenis antihistamin,yaitu antihistamin generasi pertama dan kedua. Antihistamin generasi pertama sangat lipofilikdibandingkan generasi kedua. Contoh obat generasi pertama adalah diphenhydramine sedangkangenerasi kedua contohnya loratadine dan cetirizine.6Apabila terdapat kongesti, kombinasi antihistamindan dekongestan dapat digunakan sebagai terapi yang efektif.3Efek samping:sedasi(efek berbeda-beda untuk tiap antihistamin,3lebih rendah pada generasi kedua6),efek antikolinergikpada antihistamin generasi pertama (matadan mulut kering, susah kencing/defekasi,biasanya menghilang dalam 7-10 hari), dankonstipasipada pengguna antihistamin generasi pertama yangkronis.3Gambar 2.1. Penanganan jangka panjang PPOK berdasarkan tahap PPOK5

63 2AADRENERGICAGONIST/DEKONGESTANDekongestan berfungsi mengurangi kongesti pada hidung. Mekanisme kerjanya adalah dengan konstriksiarteriol mukosa hidung yang berdilatasi sehingga resistensi saluran napas berkurang. Contoh obatdekongestan adalahphenylephrineyang bekerja singkat danoxymetazolineyang bekerja lebih lama.Penggunaan lewat jalur nasal dapat mengakibatkanrhinitis medicamentosasehingga sebaiknya tidakdigunakan lebih dari tiga hari.33 3KORTIKOSTEROIDKortikosteroid dalam tata laksana rhinitis dikemas dalam bentuknasal spraydan tidak dihirup dalam-dalam karena jaringan targetnya adalah hidung, bukan bronkus. Dalammenangani rhinitis alergi maupunnonalergi, steroid topikal dapat menghasilkan efkeyang lebih baik daripada antihistamin sistemik. Contohobat kortikosteroid adalahbeclomethasone, flunisolide, mometasone, dan lain-lain.33 4OBATLAINNYAObat-obat lain yang dapat digunakan untuk rhinitis di antaranya adalahcromolyn(untuk pencegahanrinitis alergi) danantagonis leukotrieneyang diindikasikan untuk penanganan rinitis alergi musimanmaupunperennial.3Rasa tidak nyaman dan sakit pada rinitis akibat virus dapat ditangani pula denganpemberian analgesik sepertiibuprofeindanasetaminofen.7KesimpulanPada asma, agonis2 paling umum digunakan sebagai bronkodilator untuk serangan asma sedangkan ICSdigunakan untuk terapi jangka panjang. Terdapat pula obat-obat lain seperti cromolyn dan antagonisleukotrien apabila pasien tidak mendapatkan kontrol yang baik pada terapi konvensionalnya, ataumengalami efek samping kortikosteroid. Penanganan PPOK menggunakan bronkodilator dan dilihatberdasarkan FEV1. Rinitis dapat ditangani dengan antihistamin, dekongestan, kortikosteroid, danbeberapa obat lainnya.