260110140091_hotma gurning winokan
DESCRIPTION
laporan praktikumTRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR PERCOBAAN I
PEMERIKSAAN BAHAN BAKU VITAMIN C DENGAN
TITRASI IODIMETRI
NAMA : HOTMA GURNING WINOKAN
NPM : 260110140091
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM :SELASA, 15 SEPTEMBER 2015
ASISTEN :1. HASYA AQDAN
2. HESTI JUWITA SARI
LABORATORIUM ANALISIS FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
ABSTRAK
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian kadar vitamin C dengan
menggunakan titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri merupakan metode analisis
kuantitatif volumetri berdasarkan reaksi redoks dimana senyawa dan pereaksinya
bereaksi secara tidak langsung. Prinsip yang mendasari titrasi iodimetri adalah
reaksi reduksi-oksidasi (redoks). Reaksi yang terjadi iodin akan bertindak sebagai
oksidator dan mengoksidasi asam askorbat sehingga iodin akan tereduksi. Vitamin
C merupakan vitamin yang mudah teroksidasi, oksidasi pertama menjadi asam
dehidroaskorbat dan oksidasi kedua menjadi asam diketogulonat yang sudah tidak
memiliki keaktifan sebagai vitamin C lagi. Hasil yang diperoleh dari titrasi
iodimetri tersebut adalah kadar bahan baku vitamin C yang diperoleh adalah
204,07% sehingga dapat dinyatakan bahwa kadar bahan baku vitamin C kurang
murni.
Kata Kunci : Iodimetri,Titrasi,Vitamin C,Kadar.
ABSTRACT
This time Practice’s conducted check purity degree of vitamin C with iodimetri
titration method. Iodimetri titration is an quantitative analysis method based on
redox reaction where the compound and the reagent is reacted indirectly. Principle
underlie this titration is reduction-oxidation (redox) reaction. The reaction is
iodine acts as an oxidants and oxidize askorbat acid so iodine will be reduced.
Vitamin C is easily oxidized, first oxidation be dehidroaskorbat acid, and second
oxidation be diketogulonat acid which haven’t vitamin C activities. The result
from iodimetri titration is purity degree of vitamin C compound is 204,07% and it
can be inferred that the vitamin C compund is not really pure.
Keyword : Iodimetri,titration,Vitamin C,level.
I. PENDAHULUAN
Vitamin C adalah salah satu
vitamin yang sangat dibutuhkan oleh
manusia. Vitamin C mempunyai
peranan yang penting bagi tubuh.
Vitamin C mempunyai sifat sebagai
antioksidan yang dapat melindungi
molekul-molekul yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh. Vitamin C
juga mempunyai peranan yang
penting bagi tubuh manusia seperti
dalam sintesis kolagen, pembentukan
carnitine, terlibat dalam metabolism
kolesterol menjadi asam empedu dan
juga berperan dalam pembentukan
neurotransmitter norepinefrin.1
Farmakope Indonesia
meyebutkan bahwa asam
askorbat(vitamin C) mengandung
tidak kurang dari 99% dan tidak
lebih dari 100,5% C6H8O6 3. Vitamin
C merupakan senyawa kristal putih
yang sangat larut dalam air. Vitamin
C berperan dalam mengendalikan
infeksi dan respon tubuh terhadap
stress. Di dalam vitamin C juga
ditemukan zat aktif antioksidan yang
dapat menetralisir radikal bebas yang
berbahaya, membantu membuat
kolagen, diperlukan untuk kesehatan
tulang, gigi, gusi dan pembuluh
darah.5
Vitamin yang paling
sederhana, mudah berubah akibat
oksidasi, tetapi amat berguna bagi
manusia. Struktur kimianya terdiri
dari rantai 6 atom C dan
kedudukannya tidak stabil
(C6H8O6), karena mudah bereaksi
dengan O2 di udara menjadi asam
dehidroaskorbat. Vitamin ini
merupakan fresh food vitamin karena
sumber utamanya adalah buah-
buahan dan sayuran segar. Tetapi
dari beberapa vitamin dapat
diketahui dari kepentingannya dalam
membantu aktivitas berbagai enzim,
misalnya banyak vitamin B-
kompleks merupakan koenzim
beberapa enzim tertentu yang
terdapat dalam sel hidup. Berbagai
sumber nya adalah jeruk, brokoli,
Brussel sprout, kubis, lobak dan
straberi.6
Asam askorbat terbukti
berkemampuan memerankan fungsi
sebagai inhibitor. Kristal asam
askorbat ini memiliki sifat stabil di
udara, tetapi cepat teroksidasi dalam
larutan dan dengan perlahan-lahan
berdekomposisi menjadi dehydro-
ascorbic acid (DAA). Selanjutnya
secara berurutan akan
berdekomposisi lagi menjadi
beberapa molekul asam dalam
larutan sampai menjadi asam oksalat
(oxalic acid) dengan pH di atas 4.
Pengaruh perubahan lingkungan
asam askorbat tertentu tidak
berfungsi sebagai inhibitor.7
Tujuan yang ingin dicapai
dari praktikum ini antara lain ;
menentukan kadar asam askorbat
menggunakan metode titrasi
iodimetri, mempelajari cara analisis
kadar vitamin C, dan memahami
konse dasar dari reaksi redoks.
Titrasi redoks adalah titrasi
yang melibatkan proses oksidasi dan
reduksi. Kedua proses ini selalu
terjadi secara bersamaan. Dalam
titrasi redoks biasanya menggunakan
potensiometri untuk mendeteksi titik
akhir. Untuk mengetahui kadar
vitamin C metode titrasi redoks yang
digunakan adalah titrasi langsung
yang menggunakan iodium. Iodium
akan mengoksidasi senyawa-
senyawa yang mempunyai potensial
reduksi yang lebih kecil dibanding
iodium. Vitamin C mempunyai
potensial reduksi yang lebih kecil
daripada iodium sehingga dapat
dilakukan titrasi langsung dengan
iodium. Pendeteksian titik akhir pada
titrasi iodimetri ini adalah dilakukan
dengan menggunakan indikator
amilum yang akan memberikan
warna biru pada saat tercapainya titik
akhir.4
Pada Iodimetri, dasar
penentuan jumlah/kadar ion atau
unsure tertentu dalam cuplikan
adalah jumlah I2 yang dapat
direduksinya. Jadi pada iodimetri,
larutan bakunya adalah larutan I2
Kesetimbangan reaksi tersebut diatas
dapat berjalan baik ke kanan maupun
ke kiri. Pada reaksi 1 I2 bekerja/
bertindak sebagai oksidator,
sedangkan pada reaksi 2 I2 bertindak
sebagai reduktor.8
Iodimetri merupakan suatu
metode analisis kuantitatif volumetri
berdasarkan reaksi redoks dimana
senyawa dan pereaksinya bereaksi
secara tidak langsung dengan
menggunakan larutan
sebagai titran.8
Titrasi redoks adalah suatu
penetapan kadar reduktor atau
oksidator berdasarkan reaksi reduksi
dan oksidasi dimana reduktor akan
teroksidasi dan oksidator akan
tereduksi.2
II. METODE
A. Alat
-Buret
-Gelas Kimia
-Gelas Ukur
-Klem dan Statif
-Labu Erlenmeyer
-Labu Volumetri
-Pipet Volume.
B. Bahan
-Aquades
-As2O3
-Indikator amilum
-Kalium Iodida
-Larutan Iodine
-Sample(bahan baku
vitamin C.
I. Pembuatan larutan
Sebanyak 2 gram kalium iodida
dan 1,3 gram iodin ditimbang dan
dimasukkan kedalam gelas kimia.
Lalu dilarutkan dengan aquades.
II. Pembakuan
Sebanyak 75 mg
ditimbang dan dilarutkan dalam 20
mL NaOH 1 N. Kemudian
diencerkan dengan 40 mL air lalu
ditambahkan 2 tetes metil jingga. 2 N
HCl ditambahkan hingga berubah
warna menjadi merah muda, dan
ditambahkan 2 gr lalu
diencerkan dengan 50 mL air dan
ditambahkan 3 mL indikator kanji.
Larutan iodium kemudian dititrasi
hingga berubah menjadi biru mantap
atau tidak memudar.
III. Pembuatan indikator
amilum
Sejumlah 0,25 gram amilum
ditimbang dan dimasukkan kedalam
gelas kimia. Lalu dilarutkan dalam
50 mL air panas dan diaduk hingga
larut.
IV. Penentuan kadar vitamin
C
500 mg sampel ditimbang dan
dilarutkan dengan aquades didalam
labu ukur 250 mL. Kemudian
sejumlah 20 mL dipipet dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer
dan ditambahkan 1 mL indikator
kanji. Sampel kemudian dititrasi
dengan larutan hingga tercapai titik
akhir titrasi dan titrasi dilakukan
sebanyak tiga kali. Setelah diperoleh
data maka dilakukan perhitungan
untuk menentukan kadar sampel
vitamin C.
III. HASIL
I. Perlakuan dan Hasil
No Perlakuan Hasil Gambar
1 Ditimbang 500 mg
sampel vitamin C lalu
dimasukkan kedalam
labu ukur lalu
dilarutkan dengan
aquadest dengan cara
aquadest di tambahkan
hingga tanda batas
pada labu ukur lalu
dikocok.
Larutan sampel vitamin C
Vitamin C
ditimbang
Vitamin C
yang telah
dilarutkan
dalam labu
ukur.
2 20 ml larutan sampel
dipipet dan
dimasukkan ke dalam
erlenmeyer dan
ditambahkan 1 mL
indikator kanji
20 mL sampel dalam
erlenmeyer dan 1 mL
indikator kanji
3 Sampel dititrasi dengan
larutan iodin hingga
titik akhir titrasi
Sampel berubah warna
menjadi biru tua.
V hasil titrasi
No. V I2 V Vit
C
1. 4,5 ml 20 ml
2. 4,5 ml 20 ml
3. 4,5 ml 20 ml
-titrasi 1
-titrasi 2
II. Perhitungan
- Pembakuan
Volume Massa (mg)
7,8 75,0
6,9 75,0
1 ml = 4,496 mg As2O3
mEq1 = V . N
1,534 = 7,8 . N
N = 0,194 N
mEq2&3 = V . N
1,5163 = 6,9 . N
N = 0,219 N
-Perhitungan % kemurnian vitamin
C
mEq vit.C = mEq
= N . V = 0,206 . 4,5
= 0,927
Massa vit.C
=
=0,927 x 88,06 x12,5
= 1020,395 mg
% vitamin C
=
=
= 204,07%
IV. PEMBAHASAN
Vitamin C atau L-asam askorbat
merupakan senyawa bersifat asam
dengan rumus kimia C6H8O6 dengan
berat molekul 176,12g/mol.
Konsumsi normal vitamin C 60-90
mg/hari. Vitamin C sendiri
terkandung begitu banyak pada buah
dan sayuran segar. Vitamin C
merupakan senyawa yang mudah
teroksidasi. Vitamin C sendiri sangat
mudah teroksidasi biasanya oleh
pengaruh pemanasan,dll. Vitamin C
dapat teroksidasi menjadi asam
dihidroaskorbat. Asam
dihidroaskorbat sendiri secara kimia
sangat labil dan dapat mengalami
perubahan menjadi asam
diketogulonat yang sudah tidak lagi
memiliki keaktifan sebagai vitamin
C. Dalam larutan air vitamin C
mudah dioksidasi,terutama apabila
dipanaskan. Oksidasi dipercepat
apabila ada tembaga atu Susana
alkalis.
Pada praktikum kali ini
dilakukan pengujian kadar vitamin C
denga menggunakan titrasi iodimetri.
Iodimetri merupakan titrasi langsung
dengan menggunakan baku iodium
(I2) dan digunakan untuk analisis
kuantitatif senyawa-senyawa yang
mempunyai potensial oksidasi lebih
kecil dari pada system iodium-iodida
atau dengan kata lain digunakan
untuk senyawa-senyawa yang
bersifat redutor kuat seperti tiosulfat,
dan salah satunya adalah vitamin C.
karena potensial reduksi dari iodium
sendiri adalh +0,535 sedangkan
vitamin C potensial reduksinya
adalah +0,116. Digunakan juga
titrasi langsung karena vitamin C
dapat langsung bereaksi dengan I2.
Proses titrasi dilakukan
hingga diperoleh warna biru mantap
atau tidak memudar. Kompleks
berwarna biru tersebut. Warna biru
tersebut terbentuk karena adanya
kompleks yang terbentuk antara
dan amilum. Struktur amilum
memiliki rantai glukosa yang seperti
heliks atau spiral yang
memungkinkan molekul iodium
untuk masuk kedalamnya dan
membentuk kompleks biru tua
tersebut.
Dari perhitungan yang
dilakukan, kadar yang diperoleh
sebanyak 204,07%. Dimana, juka
ditinjau dari Farmakope Indonesia
jilid 4, asam askorbat(vitamin C)
mengandung tidak kurang dari 99%
dan tidak lebih dari 100,5% C6H8O6.
Jadi dapat dikatakan bahwa sample
yang diuji belum murni. Jika dilihat
lagi dalam perhitungan , perhitungan
kadar tidak akan melebihi jauh
seperti itu jika Normalitas I2 yang
diperoleh tidak cukup besar.
Normalitas hasil pembakuan yang
didapat sebanyak 0,206. Jadi, dapat
dikatakan bahwa kadarnya pun
menjadi 2 kali lebih banyak karena
normalitasnya sendiri menjadi lebih
besar 2 kali lebih banyak.
Maka,pembakuan dapat juga
mempengaruhi hasil perhitungan
kadar. Jadi, perhitungan kadar
melebihi jauh dari standar yang ada
karena kesalahan dalam pembakuan.
Kesalahan pada pembakuan
disebabkan karena titrasi standarisasi
belum selesai yang ditandai dengan
belum dicapainya titik akhir titrasi.
Titik akhir titrasi sendiri dapat kita
lihat pada saat terjadinya perubahan
warna yang ada. Pada saat
standarisasi, perubahan warna yang
terjadi belum menjadi biru tua
mantap hanya warna biru bias yang
warnanya hanya bertahan beberapa
detik saja.
Titik akhir titrasi belum
tercapai dikarenakan arsen trioksida
yang belum habis bereaksi dengan
iodin. Jika seluruh arsen trioksida
sudah habis bereaksi dengan iodin,
ketika titrasi, iodin yang
ditambahkan akan bereaksi dengan
indicator sehingga tidak akan
menglami perubahan warna lagi,
hanyalah warna biru tua saja.
V. KESIMPULAN
1. Kadar asam askorbat
dalam sample vitamin C
adalah sebanyak
204,07%.
2. Kadar vitamin C dapat
dianalisis menggunakan
titrasi iodimetri dimana I2
bertindak sebagai titran
yang akan mengoksidasi
vitamin C.
3. Konsep dasar redoks
adalah reaksi reduksi dan
oksidasi. Reduksi
merupakan reaksi
penurunan biloks dan
penerimaan electron,
sedangkan oksidasi
adalah peningkatan biloks
pelepasan electron.
PUSTAKA
1Arifin, Helmi, Vivi Delvita, dan
Almahdy A., 2007, Pengaruh
Pemberian Vitamin C
terhadap Fetus pada Mencit
Diabetes, Jurnal Sains dan
Teknologi Farmasi, Vol. 12,
No. 1, ISSN : 1410 – 0177, Andalas.
2 Cairns, Donald 2004, Intisari Kimia
Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
3Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.1995.Farmakope
Indonesia Edisi 4.Depkes RI,
Jakarta.
4Gandjar, Ibnu G. dan Abdul
Rohman, 2007, Kimia Farmasi
Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
5Izuagie, A. A. dan F.O. Izuagie.,
2007, Iodimetric Determination of
Ascorbic Acid (Vitamin C) in Citrus
Fruits, Research Journal of
Agriculture and Biological Sciences,
3 (5), 367.
6Safaryani, N., Haryanti, S dan
Hastuti D.E., 2007, Pengaruh Suhu
dan Lama Penyimpanan terhadap
Penurunan Kadar Vitamin C Brokoli
(Brassica oleracea L), Buletin
Anatomi dan Fisiologi, XV (2), 40.
7Tjitro, soejono, Juliana Anggono,
Adriana Anteng Anggorowati, dan
Gatut Phengkusaksomo, 2000,
Studi Prilaku Korosi Tembaga
dengan Variasi Konsentrasi
Asam Askorbat (Vitamin C) dalam
Lingkungan Air
yang Mengandung Klorida
dan Sulfat, Jurnal Teknik Mesin, Vol.
2, No. 1, Surabaya.
8Underwood, A. L, 2002, Analisis
Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.