27_weaning (penyapihan) ventilator.pdf

Upload: imam-setiawan

Post on 02-Mar-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 27_WEANING (PENYAPIHAN) VENTILATOR.pdf

    1/7

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    316

    WEANING(PENYAPIHAN) VENTILATOR

    Budi Prayitno

    HIPERCCI JATENG/ RSUP DR KARIADI SEMARANG

    A. Pengertian

    Penyapihan adalah usaha untuk melepaskan penderita dari ketergantungan

    ventilator mekanik. Tindakan ini biasanya mengandung dua hal yan terpisah tetapi

    memiliki hubungan erat yaitu pemutusan ventilator dan pelepasan jalan nafas

    buatan (Saryono, 2010). Menurut Rokhaeni et al. (2001) weaning ventilator adalah

    usaha untuk melepaskan penderita dari ketergantungan ventilasi mekanik yangdilakukan secara bertahap. Weaning ventilator adalah pengurangan bantuan hingga

    penghentian pemberian terapi oksigen ventilasi mekanik karena kebutuhan

    ventilasi pasien terpenuhi. Antisipasi penyulit penyapihan sebaiknya sudah

    dianalisa sebelum ventilasi mekanik diaplikasika, begitu juga dengan jenis

    penyapihan dan indikasi dari masing-masing jenis penyapihan ventilasi mekanik

    itu sendiri untuk mengindari pengaplikasian yang berkepanjangan.

    Tujuan weaning ventilator adalah mempersingkat kebutuhan ventilasi

    mekanik sehingga resiko untuk terjadinya infeksi nosokomial dapat diminimalisir

    dan lama perawatan diruang intensif dapat dipersingkat.

    B. Indikasi

    Menurut Hudak dan Gallo (1994) dan Boles et al. (2007) terdapat beberapa

    kriteria mengenai keputusan penyapihan ventilasi mekanik pada pasien. Namun

    demikian tidak semua pasien yang memenuhi kriteria tersebut mampu bertoleransi

    terhadap latihan nafas spontan. Indikasi Penyapihan Ventilasi Mekanik tersebut

    antara lain :

    1. Proses penyakit yang menyebabkan pasien membutuhkan ventilator mekanik

    sudah tertangani.

    2. Pasien sadar, afebris (suhu tubuh normal), nafas dan batuk adekuat.

    3. Fungsi jantung stabil:

    HR < 140 x/menit

    Tekanan darah dalam batas normal

  • 7/26/2019 27_WEANING (PENYAPIHAN) VENTILATOR.pdf

    2/7

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    317

    Preload baik : CVP 8 14 mmHg

    Tidak ada aritmia

    Tidak terdapat iskemi otot jantung (myokardial Ischemia)

    Bebas dari obat-obatan vasopresor atau hanya menggunakan obat-obataninotropik dosis rendah.

    4.

    Fungsi paru stabil:

    Minut volume < 10 L/min

    Tidal volume adekuat ( 5 10 cc / kgBB )

    Rontgent thorak dalam batas normal

    Hasil pemeriksaan BGA baik

    5.

    Fungsi GIT baik Asambasa dan elektrilot baik

    Status nutrisi baik, tidak ada hematemesis.

    6. Tidak anemia ( Hb > 8 gr% )

    7. Obatobatan

    Agen sedatif dihentikan lebih dari 24 jam.

    Agen paralisis dihentikan lebih dari 24 jam.

    8.

    Psikologis pasien Mempersiapkan psikologi pasien untuk tindakan penyapihan.

    Jika beberapa kriteria dalam parameter tersebut di temukan, maka hal

    tersebut merupakan indikasi bantuan ventilasi mekanik dihentikan.

    C. Kontraindikasi

    1. Hemodinamik belum stabil

    Tingkat kesadaran turun ( GCS < 9 )

    Tekanan darah terlalu tinggi atau terlalu rendah

    Nutrisi belum bagus ( hematemesis )

    2.

    Spasme bronkus

    3. Masih memerlukan sedasi tinggi

    D. Prosedur

    Langkah-langkah standar dalam proses penyapihan adalah sebagai berikut:

  • 7/26/2019 27_WEANING (PENYAPIHAN) VENTILATOR.pdf

    3/7

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    318

    1. Tinggikan kepala tempat tidur 45

    2. Hentikan pemakaian sedatif atau narkotik beberapa jam sebelum penyapihan

    3. Pasien sadar dan kooperatif

    4.

    Menjelaskan prosedur penyapihan kepada pasien

    5. Lakukan penghisapan

    6. Mendapatkan parameter spontan

    7.

    Berikan bronkodilator jika perlu

    8. Istirahatkan pasien selama 15-20 menit

    Menurut Valverdu et al. (1998) metode yang digunakan dalam proses penyapihan

    jangka pendek adalah metode T-Piece danIntermitten Mandatory Ventilation.

    1. Metode T-Piece

    Metode penyapihan dengan T-Piece mungkin berguna bagi pasien dengan

    status kardiopulmoner yang normal yang hanya memerlukan mesin ventilasi

    yang ringkas. Penghentian mendadak dukungan ventilator biasanya disediakan

    bagi pasien yang sudah menggunakan ventilator untuk waktu yang relatif

    pendek (biasanya selama tak lebih dari dua atau tiga hari) dan yang terlihat

    sudah lepas dari kebutuhan terhadap mesin ventilasi. Secara umum semakin

    lama pasien menggunakan ventilator semakin lama pula proses

    penyapihannya.

    Prosedur yang dilakukan melalui metode ini antara lain:

    a. Mengumpulkan data fisiologis yang mendukung pelaksanaan penyapihan

    b. Menghubungkan set T-Piece dengan FiO2 yang dibutuhkan pasien (tunggu

    selama 20-30 menit untuk evaluasi potensial ektubasi. Lakukan

    pengawasan data fisiologis tiap 5-10 menit jika perlu)

    c.

    Pada akhir menit ke-30, periksa AGD pasien dan evaluasi pasien dari

    tanda kelemahan.

    d. Tingkatkan periode istirahat sampai 1 jam setelah periode penyapihan 30

    menit tercapai

    e. Turunkan volume tidal pada repirator dengan 50 cc/hari

    f. Setelah 8 jam periode penyapihan dilakukan, tingkatkan penyapihan pada

    malam hari dan dini hari.

    g.

    Lanjutkan 1 jam istirahat diantara periode penyapihan

  • 7/26/2019 27_WEANING (PENYAPIHAN) VENTILATOR.pdf

    4/7

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    319

    h. Lakukan penyapihan pada malam hari dengan perlahan, ini merupakan

    periode kritis

    i. Penyapihan selesai dan bila kriteria penyapihan terpenuhi, maka ektubasi

    dapat dilakukan

    Selama proses penyapihan yang panjangini, pencatatan harus dilakukan terus,

    salah satunya adalah total jam yang dibutuhkan selama penyapihan ini. Nilai

    AGD dan peningkatan pernapasan spontan juga harus ditambahkan untuk

    meyakinkan pasien secara actual mengalami perkembangan yang signifikan.

    2. MetodeIntermitten Mandatory Ventilation (IMV)

    Meskipun metode ini sama efektifnya dengan metode T-Piece, namun

    membutuhkan waktu yang lebih panjang karena tiap tambahan frekuensi

    pernapasan harus disertai dengan AGD. Sedangkan langkah-langkahnya sama

    dengan prosedur pada metode T-Piece. Kecepatan pernafasan pada IMV

    diturunkan dua pernafasan hingga mencapai 2 atau 0. Pada titik ini, pasien

    dapat dievaluasi dengan kriteria penyapihan untuk menentukan potensial

    ekstubasi.

    Selain itu, metode penyapihan juga dapat menggunakan SIMV, CPAP, dan

    Pressure Support Ventilation (PSV)

    1.

    Continues Positive Air Ways Pressure (CPAP)

    Meskipun masih kontroversial, namun penggunaan CPAP pada 5 cm H2O

    dianggap menguntungkan bagi pasien dengan pernafasan tidak stabil dan

    memiliki gradien besar PO2 alveolar-arteri yang menimbulkan kolaps alveolar

    dini.

    2. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)

    Persiapan penyapihan melalui mode SIMV sama dengan pada mode lain.

    Kecepatan SIMV diturunkan perlahan. Hal ini memberikan kesempatan kepada

    pasien untuk melatih otot pernafasan. Evaluasi yang cepat terhadap

    kemungkinan hipoventilasi dan hiperkapnia merupakan hal yang sangat

    penting. Kemudian volume tidal juga secara perlahan diturunkan sesuai

    dengan kemajuan pasien. Pengawasan dilakukan dengan pemeriksaan AGD

    dan ventilasi pasien.

    3. Pressure Support Ventilation (PSV)

  • 7/26/2019 27_WEANING (PENYAPIHAN) VENTILATOR.pdf

    5/7

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    320

    Penggunaan Pressure Support dalam penyapihan bertujuan untuk

    meningkatkan tahanan dan kekuatan otot pernapasan. Penyapihan dimulai

    dengan tingkat tekanan yang bisa menghasilkan volume tidal yang diharapkan.

    Kemudian tekanan dikurangi secara perlahan tapi tetap memperhatikan

    pemenuhan volume tidal yang diharapkan.

    E. Extubasi

    Extubasi adalah pengangkatan pipa napas buatan atau Endo Tracheal Tube

    (ETT) dari trakea. Menurut Standar Operasional Prosedur (SOP) ekstubasi dari

    RSUP Dr. Kariadi tahun 2010 adalah sebagai berikut:

    1. Mendorong emergency trolly mendekat kesisi tempat tidur untuk persiapan

    agar dapat mengantisipasi segera apabila ada kejadian-kejadian yang tidak

    diinginkan

    2. Beritahu pasien akan rencana pengangkatan pipa pernapasan (ETT)

    3. Injeksi Kalmetason biasanya sesuai dengan instruksi dokter (10 mg IV

    jam sebelum extubasi)

    4. Pasien dianjurkan nafas dalam dan batuk

    5. Lakukan penghisapan sekresi sampai bersih

    6.

    Plester tube dilepas dan berikan oksigen 100% melalui ETT menggunakan

    ambu bag. Suction Kateter dimasukkan kedalam tube, ditarik bersama dengan

    suction kateter sambil memutar pengangkatan tube, penarikan ETT dilakukan

    pada saat inspirasi

    7. Selesai pengangkatan ETT beri O2 dengan konsentrasi 5-8 liter dengan

    menggunakan masker non rebreathing

    8. Observasi ketat tanda-tanda sesak napas, suara pernapasan, tanda-tanda vital

    dan analisa gas darah, 30 menit setelah extubasi dan selanjutnya bila dianggap

    perlu.

    9. Bersihkan alat-alat untuk siap digunakan segera dan cucitangan

    F. Faktor Yang Mempengaruhi Lamanya Penyapihan

    Idealnya waktu yang dibutuhkan untuk ventilator seharusnya tidak lebih

    lama dari waktu yang dibutuhkan untuk menangani penyebab utama kegagalan

  • 7/26/2019 27_WEANING (PENYAPIHAN) VENTILATOR.pdf

    6/7

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    321

    pernapasan tersebut. Menurut Iwan dan Saryono (2010) kondisi ini pada dasarnya

    dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor non ventilator dan faktor ventilator

    1. Faktor Non Ventilator

    a.

    Penyalahgunaan obat sedasi

    Kebanyakan pasien dengan penyakit kritis, mengalami gangguan renal dan

    hepar selama masa sakitnya. Penggunaan obat sedatif jangka panjang yang

    mempengaruhi eleminasi hepatorenal akan menyebabkan atrofi otot

    pernapasan. Hal ini terjadi karena otot tidak digunakan dalam jangka

    waktu yang lama.

    b.

    Malnutrisi

    Keadekuatan fungsi otot tidak hanya tergantung pada kekuatan otot, tapi

    juga pada normal posfat, kalsium, magnesium, dan potasium.

    c. Kurangnya dukungan psikologis bagi pasien

    d. Kurangnya dukungan dari jantung jika terdapat kerusakan ventrikel kiri.

    2. Faktor ventilator

    a. Over ventilation

    Menyebabkan disuse atrofi (atropi akibat jarang digunakannya otot

    pernapasan)

    b.

    Under ventilation

    Menyebabkan kelelahan otot pernafasan. Untuk pemulihan dibutuhkan

    waktu 48 jam.

    Kegagalan untuk mengadopsi ventilasi yang aman bagi paru pada pasien dengan

    gagal nafas akut atau kronis. Hal ini dapat memperburuk resiko terjadinya

    kerusakan paru.

    G.

    Kegagalan Penyapihan

    Menurut Iwan dan Saryono (2010) bahwa kegagalan penyapihan umumnya

    berhubungan dengan :

    1. Peningkatan retensi aliran udara.

    2. Berkurangnya kepatuhan.

    3. Kelelahan otot pernafasan.

    Kegagalan dalam memulai penyapihan biasanya disebabkan oleh belum

    tertanganinya penyakit yang memicu penggunaan ventilator, penyembuhan

    penyakit yang tidak komplit atau berkembangnya masalah baru. Proses

  • 7/26/2019 27_WEANING (PENYAPIHAN) VENTILATOR.pdf

    7/7

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    322

    penyapihan tergantung pada kekuatan otot pernafasan, bebas yang ditanggung

    otot tersebut, dan pengendali pusat

    Kesimpulan

    Penyapihan adalah usaha untuk melepaskan penderita dari ketergantungan ventilator

    mekanik. Dalam proses penyapihan pasien kritis dari ventilator pasti akan menemui

    berbagai penyulit. Berbagai penyulit itu harus segera diantisipasi sejak dini selama

    pasien tersebut masih menggunakan ventilator. Penyapihan ventilator ini dapat

    melalui berbagai metode yaitu dengan T-Piece, IMV, SIMV, CPAP dan Pressure

    Suport. Dalam proses penyapihan harus tetap memperhatikan nilai hasil Analisa Gas

    Darah Arterinya

    Daftar Pustaka

    Boles JM, et. al. (2007). Weaning from mechanical ventilation.European Respiratory

    Journal; 29: 1033-1056.

    Hudak, C.M & B.M, Gallo. (1994) Critical Care Nursing: A Holistic Approach.

    Philadelphia: J.B. Lippincott Company

    Iwan & Saryono. (2010). Mengelola pasien dengan ventilator mekanik. Jakarta:

    Rekatama

    Rokhaeni, H, dkk. (2001). Buku ajar keperawatan kardiovascular. Jakarta: Harapan

    Kita

    TIM RSUP Dr. Kariadi. (2010). Standar operasional prosedur RSUP dr. Kariadi

    Semarang.

    Valverdu, I. et al. (1998). Clinical characteristics, respiratory functional parameters,

    and otrial in patients weaning from mechanical ventilation. Am J Respir Crit

    Care Med.