3. 1. metode penelitianeprints.umm.ac.id/53195/4/bab iii.pdf3. 1. metode penelitian metode...
TRANSCRIPT
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah ilmu mengenai jenjang – jenjang yang harus dilalui
dalam suatu proses penelitian. Atau ilmu yang membahas metode ilmiah dalam
mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan (Adi, 2004 : 1)
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriftif
kuantitatif dengan teknik analisis isi ( content analysis)
Menurut wibowo, analisis isi adalah suatu metode untuk mengobservasi dan
mengukur isi komunikasi, sebagai pengganti observasi perilaku masyarakat secara
langsung atau peneliti soal respon sikap masyarakat, metode wawncara, atau
investigasi produk-produk komunikasi (2004 : 27 ).
Sementera Holsti (1969 : 14), mendenifisikan analisi isi adalah suatu teknik
penelitian untuk membuat inferensi yang dilakukan secara objektif dan identifikasi
sistematis dari karakteristik pesan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisi isi, yakni prosedur
pengelompokan tanda. Dalam hal ini yang akan dikelompokan dan dihitung adalah
jenis kekerasannya sehingga akan ditemukan di tiap episodenya. Kekerasan apa saja
yang paling dominan yang tayang pada reality show.
Barelson dikutip Alex Sobur dalam Wibowo (2004 : 31) mengungkapkan
pendekatan dasar untuk menerapkan teknik analisis isi yakni :
1. Memilih contoh (sample) atau keseluruhan isi
26
2. Menetapkan kerangka teori acuan eksternal yang relevan dengan tujuan
pengajian
3. Memilih satuan unit analisis (kata,kalimat,gambar,urutan,dan
sebagainya)
4. Menyesuaikan isi dengan kerangka kategori per satuan unit yang
terpilih.
5. Mengungkapkan hasil sebagai distributor menyeluruh dari semua
satuan atau percontohan dalam hubungannya dengan frekuensi
keterjadian hal-hal yang dicari untuk acuan.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat sesuatu
individu, keadaan gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi
penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala
dengan gejala yang lain dalam masyarakat ( Abdurrahman, 2005:22). Dengan
penelitian kuantitatif, peneliti menghitung frekuensi mengenai jenis kekerasan yang
muncul serta mengambil kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan dan dihitung
kemudian menjelaskan hasil perolehan dari data tersebut. Dimana dengan hasil ini bisa
diketahui frekuensi kemunculan yang paling sering mengenai kekerasan.
Menurut Wimmer dan Dominick (2000 : 136-138) ada beberapa manfaat dari
analisis isi, yaitu:
1. Menggambarkan isi komunikasi
Yaitu mengungkapkan kecenderungan yang ada pada isi komunikasi, baik
melalui cetak maupun elektronik.
27
2. Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan
3. Membandingkan isi media dengan dunia nyata.
Yaitu melakukan pengujian terhadap isi media dengan kenyataan yang ada
dalam kehidupan yang nyata.
4. Memperkirakan gambaran media terhadap kelompok-kelompok tertentu di
masyarakat.
5. Mendukung studi efek media massa.Yaitu penggunaan analisis isi ini seringkali
digunakan sebagai sarana untuk memulai riset efek media massa.
Penelitian ini dikhususkan pada analisis isi tentang benuk- bentuk kekerasan
pada sebuah tayangan reality show ”Katakan Putus”. Analisis isi didefinisikan oleh
Kerlinger sebagai teknik penelitian untuk melukiskan isi komunikasi yang nyata,
objektif, sistematis dan kuantitatif.
3.2. Unit Analisis Isi
Krippendorff (2007:97), mendefenisikan unit analisi sebagai apa yang
diobservasi, dicatat dan dianggap sebagai data, memisahkan menurut batas-batasnya
dan mengindetifikasi untuk analisis berikutnya. Unit analisis merupakan bahan
penilitian yang menjadi bahan penelitian yang menjadi titik berat penelitian. Unit
analisis secara sederhana dapat digambarkan sebagai bagian apa dari isi yang kita teliti
dan kita pakai untuk menyimpulkan isi dari suatu teks.
Dalam penelitian ini, bentuk unit analisis yang digunakan oleh peneliti adalah
unit pencatatan. Unit ini berkaitan dengan bagian apa dari isi yang dicatat, dihitung,
dan dianalisis (Eriyanto, 2011:64). Jika unit sampling hanya menetukan apa isi apa
28
yang dianalisis, sementara unit pencatatan berbicara mengenai bagian apa dari isi yang
akan dicatat, dihitung, dan dianalisis. Unit analisi pada penelitian ini adalah adegan
bentuk- bentuk kekerasan yang ditayangkan pada Reality Show Katakan Putus pada
tanggal 8 November 2016 – 11 November 2016.
Ada empat jenis unit pencatatan, namun dalam penelitian ini peneliti
menggunakan unit pencatatan jenis unit sintaksis. Unit sintaksis adalah unit analisis
yang menggunakan elemen atau bagian bahasa dari suatu isi. Untuk bahasa gambar
(film, sinetron televisi, film kartun, dan iklan televisi), bahasa ini dapat berupa
potongan adegan (scene) dan sebagainya (Eriyanto, 2011:71). Yang menjadi unit
analisis dalam penelitian ini adalah adegan dalam tayangan reality show Katakan Putus
di Trans TV.
3.3. populasi dan Sample
3.3.1. Populasi
Menurut arikunto, populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (2006:130).
Sedangkan gozali mendefinisikan populasi sebagai suatu himpunan dari seluruh
elemen yang akan dipelajari untuk kemudahan ditarik kesimpulan tentangnya (
2005:146).
Populasi dalam penelitian ini adalah pada tayangan reality show “Katakan Putus” yang
terdapat pada tanggal 8, 9, 10, 11 November 2016 hal tersebut dikarenakan peneliti
menemukan kesulitan dalam mencari keseluruhan jumlah episode yang
29
ditayangkan. Diharapkan dari Reality Show tersebut dapat diteliti kandungan unsur
kekerasan yang ditampilkan.
3.3.2. Sample
Sample adalah sebagian dari populasi yang merupakan perwakilan.karena itu
meneliti sample hasilnya akan relative sama jika peneliti dilakukan terhadap populasi
(Kriyantono, 2006:5)
Dalam mengambil sample, peneliti menggunakan teknik pengambilan sample
dari seluruh populasi penelitian (total sampling). Artinya sampling di ambil dari
keseluruhan populasi ( Eriyanto, 2006:18) istilah lain total sampling adalah
sensus.teknik ini umumnya dilakukan terhadap populasi yang elemen sedikit, yang
memungkinkan semua dapat dijangkau dengan biaya dan waktu yang tersedia. Sensus
dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara menyeluruh, menggunakan seluruh
populasi sebagai objek penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik total sampling dengan
mengambil seluruh sampel dari populasi dan mengategorikan semua sampel yaitu
tayangan reality show “katakan Putus” dari tanyangan tanggal 8 November 2016, 9
November 2016, 10 November 2016, 11 November 2016. Teknik ini umumnya
dilakukan terhadap populasi sedikit, sensus dilakukan dengan cara mengumpulkan data
secara menyeluruh, menggunakan seluruh populasi sebagai objek penelitian.
Dengan cara menggunakan teknik total sampling atau sensus ini diharapkan
dapat menghindari keseluruhan sampling (sampling eror) dan mendapatkan akurasi
atau tingkat kebenaran data yang diharapkan mendekati 100 persen.
30
3.4. Metode Pengukuran
Penelitian ini menggunakan skala nominal, yaitu skala yang berisi gejala yang hanya
dapat digolong-golongkan secara terpisah atau secara katagori. Penggolongan itu dapat
dilakukan antara lain dalam bentuk jenis atau keadaan yang dapat bervariasi menurut
jumlah atau frekuensinya.
Televisi merupakan media audio dan visual. Hal ini sangat membantu dalam
proses penelitian menggunakan analisis isi. Analisis isi hanya akan melakukan analisis
terhadap pesan-pesan yang tampak saja, karena itulah pesan yang dianalisis adalah
tayangan yang mengacu kepada katagorisasi perkataan atau perbuatan yang tidak
mencerminkan sikap baik yang ditayangkan baik secara verbal maupun non verbal.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah:
1. Menonton dan mengumpulkan reality show bertemakan cinta, dalam tahap ini
peneliti menonton, mengcopy tayangan dari setiap sampel penelitian.
2. Mengamati prilaku yang ditayangkan dalam reality show
3. Mengamati dialog reality show.
4. Menggunakan lembar koding untuk memasukkan data-data yang telah
dikumpulkan berdasarkan kategori yang ditetapkan.
31
5. Membuat kesimpulan berdaarkan penghitungan statistic dari data yang telah di
kumpulkan.
3.6. Teknik Analisis Data
Keseluruhan data yang diperoleh dan dikumpulkan akan dianalisa berdasarkan
teori yang terkait. Pada akhirnya keseluruhan dan data tersebut akan
dideskripsikan dan diinterpretasikan sehingga menghasilkan suatu pembahasan
data yang bersifat desk
riftif, tahapannya adalah :
1. Menyeleksi reality show yang akan diteliti.
2. Menyusun indikator kekerasan, data yang kemudian akan dituangkan
melalui table koding.
3. Melaksanakan penelitian dengan cara melihat tayangan yang akan kemudian
dikelompokan berdasar table koding yang telah dibuat.
4. Menganalisa dan menginterpretasikan data yang telah terkumpul.
5. Membuat kesimpulan berdaarkan penghitungan statistic dari data yang telah
dikumpulkan.
Teknik analisis datanya menggunakan teknik distribusi frekuensi untuk
mengetahui frekuensi kemunculan masing-masing ketegori dengan cara
mengcupture beberapa sample yang mengandung unsur-unsur kekerasan,
32
lalu kemudian di analisa di tarik kesimpulan yang mewakilinya. Pembuatan alat ukur
atau kategori yang akan digunakan untuk analisis didasarkan pada rumusan masalah
atau pertanyaan penelitian dan ancaman tertentu. Kemudian, pengumpulan atau coding
data, dilakukan dengan menggunakan lembar pengkodean (coding sheet) yang sudah
dipersiapkan.
Pengkodean sendiri adalah suatu proses pengklasifikasian tanggapan
atau jawaban menjadi kategori yang lebih bermakna setelah semua data
diproses, kemudian diinterpretasikan maknanya (silalahi, 2009:322).
3.7. Defenisi Konsep dan Operasional Kategori
3.7.1. Defenisi Konsep
Konsep merupakan abstaksi tentang fenomena social yang dirumuskan
melalui generalisasi dari sejumlah karekterstik peristiwa atau keadaan
fenomena sosial tertentu. Konsep dibentuk melalui proses abstraksi, yakni
menari dari intisari dari ide-ide tentang fenomena social
(Eriyanto,2011:181).
Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau cirri-ciri yang
berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan hal-hal
sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau
peristiwa yang mempunyai cirri-ciri yang sama. Ini berarti, konsep
33
merupakan sejumlah karakteristik yang menjelaskan suatu objek, kejadian,
gejala, kondisi, atau situasi yang dinyatakan dalam suatu kata atau symbol
(silalahi 2009:12).
Konsep menempati posisi yang penting dalam penelitian ilmu sosial,
termaksuk dalam analisis isi kuantitatif. Konsep adalah bahasa yang dipakai
oleh ahli dalam menggambarkan atau mengabstraksikan suatu gejala.
Dengan adanya konsep, para ahli dapat berbicara tentang gejala yang sama,
melakukan replikasi penelitian yang satu Segmen lain (Eriyanto, 2011:75).
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan kekerasan sebagai konsep.
Konsep tersebut kemudian diturunkan menjai satuan-satuan yang dapat
dilihat dan diamati secara empiris. Peneliti memulai dari gagasan ide, yang
ditgurunkan menjadi lebih konkret sehingga dapat dilihat lebih empiris
(Neuman,2003:172).
Setelah konsep ditentukan, peneliti melakukan konseptualisasi, yakni
proses memberfi arti dari konsep (Neuman,2003:173). Umumnya,
konseptualisasi ini dilakukan dengan membuat definisi atas konsep. Definisi
atas konsep ini dikenal sebagai definisi konseptual
Menurut Frankfort-Nachmias dalam Eriyanto (2011:76), defenisi konseptual
harus memenuhi beberapa persyaratan. Pertama , defenisis haruslah
memasukkan atribusi unik dari apa yang didefenisikan. Ia harus
34
memasukkan samua kasus dan mengeluarkan kasus yang tidak tercakup,
kedua, defenisi haruslah jelas tidak menimbulkan multitasfsiran antara satu
orang dan orang lainnya.
3.8.2. Operasionalisasi Kategori
Proses oprasionalisasi adalah kegiatan menurunkan dari abstraksi ke konkret, hal
ini karena analisis isi hanya dapat dilakukan dengan mengamati aspek-aspek yang
konkret yang terlihat secara nyata dan dapat diobservasikan oleh peneliti. Konsep yang
abstrak karenanya dioperasionalkan menjadi indictor – indicator yang dapat diamati
secara empiris (Eriyanto, 2011:177).
Setiap defenisi oprasional tersebut, diturunkan kedalam seperangkat aturan atau
proses pencatatan. Seperti ketika dalam tayangan reality show yang di amati
menunjukan jenis-jenis kekerasan (fisik, psikologis, seksual,financial, dan fungsional)
dicatat sebagai tayangan yang mengandung bentuk-bentuk kekerasan. Dengan
operasionalisasi ini, konsep “kekerasan” yang abstrak menjadi konkret dan secara
empiris dapat diamati dalam tayangan reality show (Eriyanto, 2011:78).
Berikut ini merupakan indikator-indikator mengenai kekerasan yang diambil dari
defenisi yang dijelaskan menurut (Sunanto 2009 : 137) dalam buku Televisi,
Kekerasan, dan wanita. mengenai bentuk-bentuk kekerasan yang antara lain :
1. Kekerasan fisik adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban
dengan cara memukul, mendorong, menampar, serta perbuatan lain yang relevan.
Yang termasuk dalam kekerasan fisik adalah :
35
a. Mendorong dinilai jika pelaku mendorong tubuh korban hingga terjatuh.
Kekerasan ini akan digolongkan pada kekerasan jenis mendorong.
b. Memukul dinilai jika pelaku memukul hinga tampak memar dan luka.
c. Penamparan dinilai dengan perbuatan menampar bagian pipi korban hingga
mengalami luka maupun yang tidak tampak lukanya.
2. Kekerasan psikologis adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku terhadap
mental korban dengan cara membentak, menyumpah, mengancam,
merendahkan, memerintah, melecehkan, menguntit dan memata-matai, atau
tindakan lain yang menimbulkan rasa takut (termaksuk yang diarahkan kepada
orang-orang dekat kornam, misalnya keluarga, anak, suami, teman, atau orang
tua). Kekerasan psikologis yang dimaksud disini adalah perbuatan seperti :
a. Ancaman dinilai jika pelaku mengeluarkan kata-kata yang bernada
ancaman. Misalnya kata-kata “Awas kau”, “saya bunuh kau” dan
seterusnya. Ancaman yang di golongkan ini baik yang dilakukan secara
verbal maupun non verbal.
b. Kata-kata yang merendahkan dinilai jika pelaku mengeluarkan kata-kata
yang merendahkan nilai dari seseorang. Misalnya “Dasar orang miskin”,
dan sebagainya.
c. Kata-kata yang merendahkan dinilai jika pelaku mengeluarkan kata-kata
dengan nada tinggi.
36
d. Menyumpah dinilai jika pelaku mengeluarkan kata-kata yang
menginginkan sesuatu yang buruk terhadap korban.
e. Memerintah yang dinilai jika perlu memerintah korban untuk berbuat yang
baik tidak baik.
3. Kekerasan financial adalah tindakan mengambil, mencuri uang, merugikan
keuangan, tidak memberi pemenuhan kebutuhan finansial. Kekerasan finansial
yang dimaksud disini adalah :
a. Mencuri uang dengan sengaja atau harta benda tanpa sepengetahuan.
b. Menahan atau tidak memberi kebutuhan finansial korban.
c. Meminta uang kepada korban dengan mengelabui korban
4. Kekerasan fungsional adalah memaksa melalukan sesuatu yang tidak sesuai
dengan keinginan, menghalangi atau menghambat aktivitas ataupekerjaan
tertentu, memaksa kehadiran tanpa dikehendaki, membantu tanpa dikehendaki
dan lain-lain yang relevan. Kekerasan fungsional yang dimaksud disini :
a. Memaksa melakukan sesuatu yang tidak sesuai keinginan.
b. Menghalangi dan menghambat aktivitas pekerjaan tertentu .
c. Memaksa kehadiran tanpa dikenhendaki.
d. Membantu tanpa dikehendaki.
37
5. Kekerasan relational adalah kekerasan yang berakibat negative pada hubungan
antar personal atau hubungan sosial di tengah masyarakat, seperti
menggunjingkan, mempermalukan, menyudutkan, melainkan tanggung jawab,
dan mengutamakan kepentingan diri sendiri. Kekerasan relational yang
dimaksud disini adalah :
a. Menggunjingkan teman/saudara
b. Mempermalukan teman saudara
c. Menyudutkan teman/saudara
d. Melainkan tanggung jawab
e. Mengutamakan kepentingan sendiri.
6. Kekerasan seksual adalah melakukan tindakan yang mengarah ajakan/desakan
seksual seperti menyentuh, meraba, mencium dan atau melakukan tindakan-
tindakan lain yang tidak dikehendaki, ucapan- ucapan yang merendahkan dan
melecehkan dengan mengarah pada aspek jenis kelamin/seks korban, memaksa
hubungan seks tanpa persetujuan korban, memaksa melakukan aktivitas-
aktivitas seksual yang tidak disukai, kekerasan seksual yang dimaksud disini
adalah perbuatan seperti :
a. Menyentuh bagian seksual.
b. Meraba bagian tubuh korban secara paksa
38
c. Mengucapkan ucapan-ucapan yang merendahkan dan melecehkan.
d. Mencium, memeluk, memengang tangan atau bagian tubuh yang lainnya
tanpa persetujuan.
3.8. Uji Reliabilitas
Suatu alat ilmu pengetahuan harus handal (reliable) terutama ketika
peneliti lain, dalam waktu dan keadaan yang berbeda memnerapkan teknik yang
sama terhadap data yang sama, maka hasilnya harus sama. Reabilitas adalah
indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur (kategorisasi) dapat
dipercaya atau diandalkan bila dipakai lebih dari satu kali mengukur gejala
yang sama. Kategori ini berjumlah relative banyak sehingga diperlukam uji
reabilitas untuk mengukur konsistensi kategori (Bungin, 2005 :159). Oleh
Karena itu sebelum penelitian dilakukan, peneliti akan meminta dua orang yang
lain (peneliti bantu) untuk melakukan pengkodingan terhadap tayangan
kekerasan atau disebut sebagai coder atau hakim. perhitungan uji reliabilitas
katagorisasi akan dilakukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan
oleh R. Hostly (Wimmer & Dominick, 1997: 128) (dalam Bungin, 2004 : 160),
yaitu:
Reabilitas =
Atau
39
C.R =
Keterangan:
C.R = Coefficient Realiability
M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkode
N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkode dan peneliti.
Walau belum ada standar penelitian yang absolut, ambang penerimaan yang
secara luas dipakai 75%. Jika kesesuaian diantara pengkoding tidak mencapai 75%,
maka katagori perlu dibuat lebih spesifik lagi (Chadwick, 1992 : 282)