3. bab ii - eprints.walisongo.ac.ideprints.walisongo.ac.id/1176/3/0939112016_bab2.pdf ·...
TRANSCRIPT
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Pengertian Belajar
Para ahli pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam
mengartikan istilah belajar. Namun perbedaan tersebut masih dalam tahap
kewajaran yang justru menjadi pemahaman tentang belajar, berikut ini
dikemukakan pendapat beberapa tokoh yang menjelaskan pengertian
belajar.
Belajar menurut Mansur (1992:12)1 adalah proses perubahan
perilaku berkat pengalaman dan latihan. Perubahan sebagai hasil proses
belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan
tingkah laku, pengetahuan, ketrampilan maupun sikap, bahkan meliputi
segenap aspek organisme atau pribadi.
Menurut Noehi Nasution (1991:3)2 belajar adalah aktivitas yang
menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual
maupun potensial, Hilgard (dalam Wina Sanjaya, 2006:112)3
mengungkapkan “Learning is the process by wich an activity originates or
changed through training procedures (wether in the laboratory or in the
natural environment) as distinguished from changes by factors not
atributable to training.”Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan
melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan didalam laboratorium
maupun dalam lingkungan alamiah. Sedangkan menurut Thantowi
(1991:99)4 menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku
karena pengalaman dan latihan.
1 Mansur. Strategi Belajar Mengajar. Dirjen Binbaga Islam. 1991. Hal. 12 2 Noehi Nasution.PsikoloiPendidikan.Dirjen Binbaga Islam. 1991. Hal. 3 3 Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran.Kencana Prenada Media Group. 2006. Hal. 112 4 Thantowi, A.Psikologi Pendidikan,Bandung.Angkasa. 1991 Hal. 99
2
Berbagai penjelasan dan pendapat para tokoh diatas, maka dapat
diambil kesimpulan mengenai pengertian belajar yakni kegiatan mental
dan psikis maupun fisik, yang berlangsung dalam interaksi aktif yang
menghasilkan perubahan. Sedangkan perubahan yang diharapkan adalah
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan maupun sikap mental. Untuk mengetahui seberapa jauh
perubahan yang dilakukan setelah proses belajar tersebut perlu diadakan
penelitian. Hasil penelitian tersebut memberikan gambaran secara nyata
mengenai hasil perubahan. Hasil perubahan tersebut biasa disebut prestasi.
a. Prinsip-prinsip Belajar
Sebagai kelengkapan pengertian dan pemahaman mengenai
makna belajar, perlu dikemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan
dengan belajar. Menurut Hamalik (1993:280)1 prinsip-prinsip belajar
adalah sebagai berikut :
1) Belajar adalah suatu proses aktif, dimana terjadi hubungan saling
mempengaruhi secara dinamis antara siswa dengan lingkungan.
2) Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah, dan jelas bagi siswa,
karena tujuan akan menuntut dalam belajar.
3) Belajar paling efektif bila didasari motivasi yang murni bersumber
dari dalam dirinya sendiri.
4) Dalam belajar senantiasa ada rintangan dan hambatan, karena itu
siswa harus sanggup mengatasi secara tepat.
5) Belajar memerlukan bimbingan, baik dari guru atau tuntunan dari
buku pelajaran.
6) Jenis belajar yang paling utama adalah untuk berpikir kritis, lebih
baik daripada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.
7) Cara belajar yang paling efektif dalam bentuk pemecahan masalah
melalui kerja kelompok, asal masalah tersebut telah didasari
bersama.
1 Hamalik, O.Metode dan Kesulitan Belajar. Bandung.Angkasa. 1993. Hal. 280
3
8) Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari
sehingga memperoleh pengertian-pengertian.
9) Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa yang telah
dipelajari dapat dikuasai.
10) Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk
mencapai tujuan dan hasil.
11) Belajar berhasil apabila pelajar telah sanggup mentransferkan atau
menerapkan kedalam bidang praktek sehari-hari.
b. Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, menurut
Sardiman (1992:74)1 diklasifikasikan menjadi dua yaitu sebagai
berikut :
1) Faktor Internal (faktor social dan non sosial)
2) Faktor Eksternal (faktor fisiologi dan psikologis)
Faktor-faktor yang dapat dikelompokkan ke dalam faktor non
sosial misalnya keadaan udara, cuaca, waktu, tempat dan gedung,
alat-alat, buku dan sebagainya. Semua faktor yang termasuk
golongan ini perlu dilengkapi dan diatur mengingat situasi dan
kondisi tempat. Jika sekolah berlangsung dipagi hari, mestinya
tidak ada masalah dengan suhu udara, lain halnya dengan sekolah
yang diselenggarakan pada siang hari, sore, atau malam hari. Pada
waktu siang hari udara panas yang terkadang membuat siswa tidak
kuat atau tidak kerasan dalam ruangan, apalagi dalam kondisi
ruangan yang sempit dan dekat dengan sumber keramaian. Hal ini
mengakibatkan siswa tidak dapat berkonsentrasi secara penuh.
Sedangkan yang dimaksud faktor sosial adalah faktor
manusia, baik manusia secara nyata dalam arti hadir, maupun
tidak hadir. Sebagai contoh teman bermain, televisi, dan lain-lain.
Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan
keadaan fisik dan kesehatan siswa. Faktor ini mempunyai
1 Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Rajawali Press. 1992. Hal. 74
4
kedudukan yang penting juga. Bagaimana siswa akan dapat belajar
dengan baik apabila keadaan badan dan kesehatannya terganggu,
misalnya anggota badannya cacat, sakit-sakitan. Oleh karena itu,
dalam hal ini yang perlu diingat adalah bagaimana agar siswa tetap
dalam keadaan sehat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
surah Az Zumar1 ayat 9 yang berbunyi :
......� ���֠ ��ִ� ��� ��� ����֠���� ��������� ����֠����� !" ��#☺%&���� � �ִ☺'()* +,�-⌧/���� 0�123 45 6&7�892:;��
Artinya: Katakanlah,”Apakah sama orang-orang yang mengetahui
dan yang tidak mengetahui ?” sebenarnya hanya orang yang
berakal sehat yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. Az Zumar : 9)
Adapun faktor psikologis adalah yang berhubungan dengan
kejiwaan pendidik. Yang termasuk dalam faktor ini adalah
kecerdasan, perhatian, bakat, minat, emosi dan motivasi. Motivasi
sangatlah berpengaruh terhadap prestasi balajar.
c. Motivasi Belajar
Motivasi adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka
mengembangkan diri baik dalam aspek kognitif, psikomotor, maupun
sikap. Menurut Winataputra (1997:28)2 motivasi berfungsi sebagai
motor penggerak aktivitas, bila motornya tidak ada maka aktivitas
tidak akan terjadi. Motivasi belajar berkaitan erat dengan tujuan yang
hendak dicapai oleh individu yang sedang belajar itu sendiri.
1) Peranan dan Fungsi Motivasi Belajar
Seseorang melakukan aktivitas karena ada faktor
pendorong dari dalam dirinya. Begitu pula dengan kegiatan
belajar, siswa melakukan belajar karena adanya dorongan untuk
melakukan aktivitas itu demi tujuan yang diinginkan.
1 Al Qur’an terjemah, Depag RI. 2007 2 Winata Putra, Strategi Belajar Mengajar, Dpedikbud, Jakarta, Hal. 28
5
Dalam hubungan dengan belajar ini, motivasi mempunyai
peranan yang sangat penting dan menentukan seseorang
melakukan aktivitas belajar. Dengan adanya faktor penggerak,
siswa akan melakukan kegiatan belajar, dengan segenap energi
yang dimiliki secara optimal. Jadi dalam hal ini motivasi
mempunyai peranan untuk menumbuhkan gairah, merasa senang
dan bersemangat melakukan aktivitas belajar. Sardiman
(1992:84)1 mengatakan bahwa dengan motivasi yang tinggi
senantiasa akan melakukan intensitas usaha belajar bagi para
siswa.
Dari pendapat tersebut diatas bahwa siswa yang
mempunyai motivasi yang tinggi akan menaruh perhatian yang
besar terhadap pelajaran yang diberikan dan diaktualisasikan
dalam kegiatan belajarnya.
Berdasarkan peranan dan motivasi tersebut, menurut
Sardiman (1992:85)2 motivasi belajar mempunyai empat fungsi
yaitu sebagai berikut :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak
atau motor dari setiap kegiatan belajar yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan yaitu kearah tujuan yang hendak
dicapai, sesuai yang diinginkan.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-
perbuatan apa yang harus dikerjakan dan sesuai dengan
tujuan serta menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut.
d. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk pencapaian
prestasi belajar.
Dari fungsi-fungsi motivasi tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa motivasi berfungsi mendorong untuk
1 Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Rajawali Press. 1992. Hal. 84 2 Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Rajawali Press. 1992. Hal. 85
6
berbuat, menentukan arah perbuatan belajar, menyeleksi
perbuatan belajar, berfungsi meningkatkan prestasi belajar
siswa. Dengan demikian maka motivasi yang dimiliki siswa,
semakin tinggi intensitas belajarnya, semakin tinggi pula
keinginan untuk berhasil atau berprestasi.
2) Macam-macam Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (1992:89-90)1 motivasi ada dua macam
yaitu sebagai berikut :
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang menjadi
aktif dan berfungsi dengan tanpa rangsangan dari luar, tetapi
tumbuh dari dalam individu itu sendiri. Contohnya siswa
melakukan belajar karena benar-benar ingin mendapatkan
kemampuan secara mendalam, ingin terampil dan bukan
karena tujuan lain.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, motivasi
ekstrinsik merupakan bentuk motivasi yang didalamnya
aktivitas belajar, dinilai dan diteruskan berdasarkan dorongan
dari luar, dan tidak mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Contohnya siswa yang melakukan aktivitas belajar karena
ingin mendapatkan nilai baik sehingga mendapat pujian dari
guru dan teman-temannya.
Walaupun motivasi ini tidak mutlak berkaitan dengan
aktivitas belajar tetapi peranannya sangat penting sebab
keadaan siswa itu selalu berubah-ubah atau dinamis, sehingga
motivasi ekstrinsik tetap diperlukan.
1 Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Rajawali Press. 1992. Hal. 89-90
7
2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Brunner (dalam Hudoyo, 1988:56)1 mengatakan tentang belajar
matematika sebagai berikut : Belajar matematika adalah belajar tentang
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam
materi-materi yang dipelajari serta menjalankan hubungan antar konsep-
konsep dan struktur-struktur itu. Lain dari itu peserta didik lebih mudah
mengingat matematika itu, bila yang dipelajari merupakan pola yang
terstruktur.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar matematika
mempunyai empat aspek yaitu fakta, konsep, prinsip dan skill.
Menurut Pandoyo (1984:3-5)2 pengertian tersebut diatas adalah
sebagai berikut :
a. Fakta adalah sesuatu yang sesuai dengan kenyataan atau sesuatu yang
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Contoh : simbol, angka,
notasi.
b. Konsep adalah ide abstrak yang dimungkinkan untuk
mengelompokkan benda-benda (obyek) ke dalam contoh atau bukan
contoh. Konsep memiliki tiga dimensi yaitu :
1) Internalisasi pengembangan pola mental yang memberikan pada
kita untuk merasakan dan menggunakan konsep tersebut.
2) Verbalisasi atau kemampuan mendefinisikan konsep tersebut.
3) Nama, artinya mengetahui nama yang memberikan pada konsep-
konsep tersebut.
c. Prinsip sebagai pola hubungan fungsional antara konsep-konsep,
prinsip- prinsip pokok disebut hukum atau teorema yang disajikan
dalam bentuk rumus. Contoh prinsip adalah penjumlahan dua bilangan
real adalah komutatif.
d. Skill (keterampilan) adalah keterampilan mental untuk menjalankan
prosedur dalam menyelesaikan masalah atau suatu kemampuan
1 Hudoyo, H. Belajar Mengajar Matematika. Depdikbud. Jakarta. 1988. Hal: 56 2 Pandoyo. Matematika 1a.Jakarta Depdikbud. 1984. Hal. 3-5
8
memberikan jawaban yang benar dan cepat. Contoh dari skill adalah
kemampuan dapat menyelesaikan materi melakukan operasi hitung
pecahan.
1) Pengertian Matematika Sekolah Dasar
Menurut Permendiknas (2009 : 337)1 matematika merupakan
ilmu universal yang mendasari perkembangan dan teknologi
modern. Matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai
disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan
pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
tidak lepas dari hasil perkembangan matematika.
2) Fungsi Matematika Sekolah
Permendiknas (2009 : 337)2 matematika dapat meningkatkan
kemampuan logis, analitis, kritis dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Dengan demikian, pendidikan matematika mampu
menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang
ditandai memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi sesuai dengan tuntutan kebutuhan.
3) Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Permendiknas (2009 : 337)3 tujuan peserta didik belajar
matematika di sekolah adalah agar peserta didik mampu
menggunakan atau menerapkan matematika yang dipelajari untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, belajar
matematika lebih lanjut, dan pengetahuan lain.
a) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,
misalnya melalui kegiatan penyidikan, eksperimen,
menunjukkan kebersamaan, perbedaan, konsistensi dan
inkonsistensi.
b) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
intusiasi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran 1 Permendiknas. Kriteria Perangkat Akreditasi Sekolah Dasar.Jakarta.Depdiknas.2009. Hal. 337 2 Permendiknas. Kriteria Perangkat Akreditasi Sekolah Dasar.Jakarta.Depdiknas.2009. Hal. 337 3 Permendiknas. Kriteria Perangkat Akreditasi Sekolah Dasar.Jakarta.Depdiknas.2009. Hal. 337
9
divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan
dugaan, serta mencoba-coba.
c) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
d) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan
lisan, tulisan, grafik, peta dan diagram.
Beberapa kemampuan yang perlu diperhatikan adalah
pemahaman konsep dan prosedur, kemampuan dalam komunikasi,
kemampuan dalam penalaran dan pemecahan masalah. Oleh karena itu
proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar matematika perlu
memperhatikan SK dan KD.
3. Pengertian Media
Dalam menggunakan media pembelajaran dianjurkan untuk
merencanakan secara sistematik agar pembelajaran berjalan efektif dan
penggunaan media pembelajaran pun berjalan secara aktif pula.
Pembelajaran efektif dengan menggunakan media perlu direncanakan
dengan baik agar :
a. Menumbuhkan minat peserta didik
b. Menyampaikan materi baru
c. Melibatkan peserta didik secara aktif
d. Mengevaluasi tingkat pemahaman peserta didik
e. Menetapkan tindak lanjut
Hubungan dengan media pembelajaran selanjutnya Arief Sadiman
(2003:16-95)1 menjelaskan kegunaan-kegunaan media pendidikan dalam
proses belajar mengajar, pertimbangan-pertimbangan dalam memilih
media pembelajaran, kriteria pemilihan serta model atau prosedur
pemilihan media pembelajaran.
1 Arief. Sadiman. Media Pendidikan. Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta, 1996. Hal : 16-84
10
a. Kegunaan media pembelajaran
Kegunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar,
antara lain:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti
misalnya:
a) Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita,
gambar, film bingkai, film, atau model;
b) Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film
bingkai, film, atau model;
c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu
dengan timelapse atau high speed photography.
d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa di
tampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto
maupun secara verbal.
e) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat
disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.
f) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim,
dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film
bingkai, gambar dan lain-lain.
3) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan
bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini
media pendidikan berguna untuk:
a) Menimbulkan kegairahan belajar
b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik
dengan lingkungan dan kenyataan.
c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri, menurut
kemampuan dan minatnya.
4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum
11
dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka
guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semua itu harus
diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan
siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media
pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:
a) Memberikan perangsang yang sama
b) Mempersamakan pengalaman
c) Menimbulkan persepsi yang sama
b. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media
Beberapa penyebab mengapa orang memilih media antara lain:
1) Bermaksud mendemonstrasikan media itu
2) Merasa sudah akrab dengan media tersebut
3) Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkrit
4) Merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bias
dilakukannya, misalnya untuk menarik minat atau gairah belajar
siswa.
Jadi dasar pertimbangan untuk memilih suatu media sangatlah
sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan
yang diinginkan atau tidak.
c. Kriteria Pemilihan
Pemilihan media seyogianya tidak terlepas dari konteksnya
bahwasanya media merupakan komponen dari sistem instruksional
secara keseluruhan. Karena itu, meskipun tujuan dan isinya sudah
diketahui, faktor-faktor lain seperti karakteristik siswa, strategi belajar
mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber,
serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan.
Disamping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya,
setidaknya masih ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan
dalam pemikiran media, yaitu:
12
1) Ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang
bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada maka
harus dibeli atau dibuat sendiri.
2) Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada
dana, tenaga dan fasilitasnya.
3) Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan
media yang bersangkutan untuk waktu yang lama. Artinya bisa
digunakan dimanapun dangan peralatan yang ada di sekitarnya dan
kapanpun serta mudah dijinjing dan dipindahkan.
4) Faktor Efektifitas biasanya dalam jangka waktu yang panjang.
Sebab ada sejenis media yang biaya produksinya mahal (seperti
program film bingkai). Namun bila dilihat kestabilan materinya
dan penggunaannya yang berulang-ulang untuk jangka waktu yang
panjang mungkin lebih murah dari media yang biaya produksinya
lebih murah (misalnya brosur) tetapi setiap waktu materinya
berganti.
Hakekat dari pemilihan media ini pada akhirnya adalah
keputusan untuk memakai, tidak memakai atau mengadaptasi
media yang bersangkutan.
d. Prosedur Pemilihan Media
Menurut Atwi Suparman (1997 : 180)1 dalam proses pemilihan
media pengembang instruksional mungkin dapat mengidentifikasi
beberapa media yang sesuai untuk tujuan instruksional tertentu.
Langkah selanjutnya adalah memilih salah satu atau dua media
diantaranya atas dasar berbagai pertimbangan sebagai berikut :
1) Biaya yang lebih murah, baik pada saat pembelian maupun
pemeliharaan,
2) Kesesuaian dengan metode instruksional,
3) Kesesuaian dengan karakteristik mahasiswa (siswa atau peserta
didik),
1 Atwi Suparman. Desain Instructional. Jakarta. PAU PPAI. Universitas Terbuka. 1997. Hal. 180
13
4) Pertimbangan praktis, meliputi :
a) Kemudahan dipindahkan atau ditempatkan
b) Kesesuaiannya dengan fasilitas yang ada dikelas
c) Keamanan dalam penggunaannya
d) Daya tahannya
e) Kemudahan perbaikannya
f) Ketersediaan media tersebut berikut suku cadangnya di
pasaran serta ketersediaannya bagi siswa/peserta didik.
Dalam melakukan proses analisis peserta didik yang
menggunakan media pembelajaran agar pemanfaatan media
pembelajaran tersebut efektif, harus ada arahan antara
karakteristik peserta didik dengan metode, media dan materi.
Itulah perlunya analisis peserta didik. Sedangkan hal-hal
yang perlu dianalisis dalam proses ini meliputi :
1) Karakteristik umum yang meliputi : usia, kelas, posisi,
budaya, dan sosial ekonomi seorang siswa.
2) Kompetensi-kompetensi khusus yang terkait, antara lain :
kecakapan pre-rekuisit/kecakapan awal, sikap dan target
kemampuan yang harus dicapai dalam suatu proses
pembelajaran tertentu.
3) Gaya belajar yang terdiri dari : tingkat kecemasan, bakat
yang dimiliki peserta didik, tipe belajar apakah termasuk
audio, visual atau audio-visual dan lain-lain aspek
spektrum psikologik.
Briggs dan Wager dalam Atwi Suparman (1997 : 184)1
mengemukakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan
pembelajaran efektif yang menggunakan media pembelajaran yang
terdiri dari :
1) Mengurutkan pengajaran terdiri (a) pengurutan keterampilan
intelektual, (b) pengurutan informasi verbal, (c) pengurutan
1 Atwi Suparman. Desain Instructional. Jakarta. PAU PPAI. Universitas Terbuka. 1997. Hal. 184
14
strategi kognitif, (d) pengurutan sikap-sikap khusus, (e) pengurutan
keterampilan motorik.
2) Merencanakan kegiatan-kegiatan pengajaran.
Briggs dan Wager dalam Atwi Suparman (1997 :156-157)1
mengutarakan bahwa sebagian pelajaran beberapa diantara
sembilan urutan kegiatan tersebut, tergantung pada karakteristik
siswa dan jenis perilaku yang ada dalam tujuan instruksional. Para
ahli sepakat bahwa strategi instruksional berkenaan dengan
pendekatan pengajaran dalan mengelola kegiatan instruksional
untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran secara sistematik,
sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh para
siswa secara efektif dan efisien.
Didalam strategi instruksional terkandung empat pengertian
sebagai berkaitan :
1) Urutan kegiatan instruksional, yaitu urutan kegiatan belajar dalam
menyampaikan isi pelajaran kepada para siswa.
2) Metode instruksional, yaitu cara pengajar mengorganisasikan
materi pelajaran dan siswa agar terjadi proses belajar secara efektif
dan efisien.
3) Media instruksional, yaitu peralatan dan bahan instruksional yang
digunakan pengajar dan para siswa dalam kegiatan instruksional.
4) Waktu yang digunakan oleh pengajar dan siswa dalam
menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan instruksional.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan media pembelajaran adalah segala sesuatu bentuk
yang dipergunakan untuk penyampaian informasi dalam proses
pembelajaran agar terjadi proses belajar pada diri seorang siswa. Hal
ini didasarkan pada :
1 Atwi Suparman. Desain Instructional. Jakarta. PAU PPAI. Universitas Terbuka. 1997. Hal. 156-157
15
1) Gaya belajar sebagian dari siswa berpikir secara konkrit yang
membutuhkan bantuan berupa gambar-gambar atau benda-benda
yang mewakili suatu ukuran tertentu.
2) Untuk memperbesar perhatian para siswa terhadap suatu materi
dalam mata pelajaran.
3) Untuk meletakkan dasar-dasaryang penting dalam perkembangan
proses pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran dapat berjalan
lebih mantap, apalagi dalam menanamkan konsep tertentu pada
anak.
4) Memberikan pengalaman berpikir yang nyata yang dapat
menumbuhkan kreatifitas, ankemandirian dalam belajar dan
kegiatan berusaha sendiri bagi siswa.
5) Menumbuhkan cara berpikir secara teratur dan kontinu.
6) Membantu menumbuhkan pengertian dan pemahaman tentang
suatu konsep yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta
membantu berkembangnya efisiensi yang lebih mendalam dan
keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
4. Operasi Hitung Pecahan
Pecahan yang dipelajari anak ketika di SD, sebetulnya merupakan
bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk b
a dengan a dan b
merupakan bilangan bulat dan b tidak samadengan nol, a disebut
pembilang dan b disebut dengan penyebut dan b bukan faktor.
(Kennedy,1994:425-427)1.
penyebut
pembilang
b
a
→→
⇒
Gambar.1. perbedaan pembilang dan penyebut
1 Kennedy. Guiding Childrens Learning f Mathematics.California. Wadsworth Publishing Company. 1994. Hal : 425 - 427
16
Operasi hitung pecahan adalah pengerjaan hitung bilangan pecahan
yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian
(Kennedy,1994:425-427)1.
Dalam silabus SD materi pelajaran yang diajarkan pada kelas V
cukup banyak, namun demikian yang dijadikan sebagai bahan dalam
penulisan skripsi ini dibatasi yaitu pada materi pokok operasi hitung
pecahan. Di Sekolah Dasar kelas V semester II yang dipelajari pada materi
pokok operasi hitung pecahan adalah menjumlah dan mengurangkan
berbagai bentuk pecahan.
Namun yang akan dijadikan bahan penelitian adalah menjumlah dan
mengurangkan pecahan pecahan biasa, yang pengajarannya dengan
menggunakan media pembelajaran kartu pecahan.
5. Pembelajaran Matematika Pada Materi Operasi Hitung Pecahan
Pada dasarnya secara individual manusia itu berbeda-beda. Demikian
pula dalam memahami konsep-konsep abstrak akan dicapai melalui tingkat
belajar yang berbeda. Suatu keyakinan bahwa anak belajar melalui dunia
nyata menuju ke dunia abstrak dengan memanipulasi benda-benda nyata
dapat digunakan sebagai perantaranya. Setiap konsep abstrak dalam
matematika yang baru dipahami anak perlu segera diberikan penguatan
supaya mengendap, melekat dan tahan lama tertanam, sehingga menjadi
miliknya dalam pola piker maupun pola tindakan. Alat peraga merupakan
bagian dari media pendidikan penggunaannya diintegrasikan dengan
tujuan dan isi pengajaran yang telah dituangkan dalam Garis Besar
Program Pengajaran (GBPP) mata pelajaran matematika dan bertujuan
untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar.
Menurut Rus Effendi (1997:227-228)1 ada beberapa fungsi
penggunaan media dalam pembelajaran matematika diantaranya sebagai
berikut :
1 Kennedy. Guiding Childrens Learning f Mathematics.California. Wadsworth Publishing Company. 1994. Hal : 425 - 427
17
a. Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti
pelajaran matematika dengan gembira, sehingga minatnya dalam
mempelajari matematika semakin besar, anak senang,terangsang,
kemudian tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran
matematika.
b. Dengan disajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk konkret,
maka siswa pada tingka-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah
memahami dan mengerti.
c. Anak akan menyadari adanya hubungan antara pembelajaran dengan
benda-benda yang ada disekitarnya, atau antara ilmu dengan alam
sekitar dan masyarakat.
d. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret, yaitu
dalam bentuk model matematika dapat dijadikan obyek penelitian dan
dapat pula dijadikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi
baru.
Dari uraian diatas dijelaskan bahwa penggunaan alat peraga dapat
membantu kelancaran proses pembelajaran. Alat peraga dapat mengatasi
beberapa masalah pengajaran dan dapat menunjang tercapainya tujuan
pengajaran. Akan tetapi ini sama dengan syarat kita untuk dapat memilih
dan menggunakannya. Oleh karena itu ada beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam menentukan alat peraga yang akan dipakai. Beberapa
kriteria yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut :
a) Alat peraga sebaiknya sederhana.
b) Mudah diperoleh.
c) Mudah digunakan.
d) Mudah disimpan.
e) Memperlancar pengajaran.
f) Dapat digunakan untuk beberapa topik.
g) Tahan lama.
h) Disertai petunjuk.
1 Rus Effendi. Pendidikan Matematika 3. Jakarta. Universitas Terbuka; Depdikbud. 1997. Hal. 227-228
18
i) Sesuai dengan topik yang diajarkan.
j) Disertai lembar kerja.
k) Tidak menimbulkan salah tafsir.
l) Mengarah pada satu pengertian.
m) Disesuaikan.
6. Media Kartu Pecahan
Yang dimaksud media kartu pecahan dalam penelitian ini adalah
media yang dibuat dari kertas dengan berbagai macam bentuk, digaris
(diarsir) sesuai dengan pecahannya.
a. Bentuk (gambar) kartu pecahan.
Kartu pecahan ½ Kartu pecahan 8
2 Kartu pecahan
12
4
Gambar. 2.1 Contoh Kartu Pecahan
b. Cara penggunaan alat peraga
Untuk memahami cara menggunakan kartu pecahan dalam
mengerjakan penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan sebagai
berikut :
1) Penjumlahan dengan penyebut sama.
Mengambil tiga model kartu pecahan yang bentuk dan
ukurannya sama, sesuai dengan pecahannya. Kemudian
arsirlahkartu tersebut sesuai pembilangnya sehingga akan diperoleh
kartu yang telah siap dipakai.
19
Contoh :
+ =
8
3
8
2
8
5
Gambar. 2.2. Contoh Penjumlahan dengan penyebut sama
2) Pengurangan
Mengambil tiga model kartu pecahan yang bentuk dan
ukurannya sama, sesuai dengan pecahannya. Kemudian arsirlah
kartu tersebut sesuai pembilangnya sehingga akan diperoleh kartu
pecahan yang telah siap dipakai.
Contoh :
- =
6
4
6
1
6
3
Gambar. 2.3. Contoh Pengurangan dengan penyebut sama
7. Kompetensi Guru
Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional dan Undag-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan Dosen
pada buku Psikologi Pendidikan karangan Achmad Rifa’i, Guru dan
Dosen menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi
guru yang dimaksud yaitu meliputi (Achmad Rifa’i, 2009:7)1
1 Achmad Rifa’i. Psikologi Pendidikan. Semarang. UNNES PRESS. 2009 Hal. 7
20
a. Kompetensi Pedagogik,
b. Kompetensi kepribadian,
c. Kompetensi sosial,dan
d. Kompetensi professional
B. Kajian Empiris
Hasil penelitian Ghufron tentang penggunaan kartu pecahan pada
pembelajaran matematika pokok bahasan pengerjaan hitung pecahan bagi
siswa kelas III MI Ma’arif Blotongan Salatiga hasilnya adalah bahwa melalui
penggunaan kartu pecahan dan diskusi kelompok dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil belajar matematika dalam hal menjumlah dan
mengurangkan berbagai bentuk pecahan kelas V MI Kertomulyo kecamatan
Brangsong Kabupaten Kendal masih rendah yang ketuntasan klasikal kelas
kurang dari 75%, maka perlu adanya usaha-usaha untuk meningkatkannya.
Matematika sebagai ilmu yang penelaahannya abstrak, cenderung sulit
diterima dan dipahami oleh siswa. Hal ini disebabkan siswa enggan atau
kurang berminat dalam mempelajari matematika. Oleh karena itu diperlukan
suatu penyelenggaraan proses pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat
dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu cara yang
digunakan adalah proses pembelajaran dengan menggunakan media (alat
peraga), karena sesuai dengan fungsinya dalam pembelajaran yaitu dengan
menggunakan media, siswa akan lebih banyak mengikuti pelajaran
matematika dengan gembira, senang, terangsang, tertarik, dan bersikap positif
terhadap pembelajaran matematika, sehingga minatnya dalam mempelajari
matematika semakin besar, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil
belajar siawa.