3 lngkap patway
TRANSCRIPT
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II
Asuhan Keperawatan Labioskisis
Kelompok 17:
Haris Prasetya Aditama
Nur Sholikah
STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas penyertaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami telah
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Makalah Asuhan Keperawatan
Labioskisis”. Penyusunan makalah ini untuk tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Anak II,
melalui makalah ini kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya
dalam bidang Asuhan Keperawatan Anak.
Kami menyadari makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan oleh beberapa
pihak, oleh karena itu kami ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak tersebut,
antara lain :
1. Drs. H. Budi Utomo Amd. Kep, M,MKes, selaku ketua STIKES Muhammadiyah
Lamongan.
2. Arifal Aris S.Kep, Ns, M.Mkes, selaku Kaprodi S-1 Keperawatan.
3. Dadang kusbiantoro M.kes, selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Anak II.
4. Teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Karena itu, kami
sangat mengharapakan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala
kekurangan dan kesalahan dari makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Lamongan, 05 April 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................
1.3 Tujuan .........................................................................................
1.4 Manfaat .......................................................................................
BAB II KONSEP TEORI
2.1 Pengertian ...................................................................................
2.2 Etiologi .......................................................................................
2.3 Patofisiologi ................................................................................
2.4 Pathway .....................................................................................
2.5 klasifikasi ....................................................................................
2.6 Pemeriksaan diagnostik ..............................................................
2.7 Manifestasi Klinis ......................................................................
2.8 Penatalaksanaan .........................................................................
2.9 Komplikasi ..................................................................................
BAB III KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN ..............................
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Labioskisis merupakan suatu kelainan yang di duga terjadi akibat infeksi virus yang di
derita ibu pada kehamilan trimester I. Jika hanya terjadi sumbing pada bibir, bayi tidak
akan mengalami banyak gangguan karena masih dapat diberi minum dengan botol biasa.
Bayi dapat menghisap dot dengan baik asal dotnya diletakkan di bagian bibir yang tidak
sumbing. Kelainan lahir ini dapat segera diperbaiki setelah pembedahan.
Bila sumbing atau labioskisis mencangkup pada palatum mole atau palatum durum,
bayi akan mengalami kesukaran minum, walaupun bayi dapat menghisap tetapi bahaya
tersedak mengancam. Bayi dengan kelainan bawaan ini akan mengalami gangguan
pertumbuhan karena sering menderita infeksi saluran pernafasan akibat aspirasi. Keadaan
umum yang kurang baik juga akan menunda tindakan untuk memperbaiki kelainan
tersebut.
Pada dasarnya kelainan bawaan dapat terjadi pada mulut, yang biasa disebut
labiopalatoskisis. Kelainan ini diduga terjadi akibat infeksi virus yang diderita ibu Pada
kehamilan trimester I. Jika hanya terjadi sumbing bibir, bayi tidak akan mengalami
banyak gangguan karena masih dapat di beri minum dengan dot biasa. Bayi dapat
mengisap dot dengan baik asal dotnya diletakan dibagian bibir yang tidak sumbing.
Kelainan bibir ini dapat segera diperbaiki dengan pembedahan. Bila sumbing mencakup
pula palatum mole atau palatum durum, bayi akan mengalami kerusakan minum,
walaupun bayi dapat menghisap namun bahaya tersedak mengancam. Bayi dengan
kelainan bawaan ini akan mengalami gangguan pertumbuhan karena sering menderita
infeksi saluran pernafasan akibat aspirasi. Keadaan umur yang kurang baik juga akan
menunda tindakan untuk memperbaiki kelainan tersebut.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan labioskisis ?
2. Apa etiologi dari labioskisis ?
3. Bagaimana patofisiologi pada labioskisis ?
4. Bagaimana klasifikasi dari labioskisis ?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnosis dari labioskisis ?
6. Bagaimana manifestasi klinis pada labioskisis ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan pada labioskisis ?
8. Apa saja komplikasi pada labioskisis ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada labioskisis ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami dan mampu membuat asuhan keperawan dengan klien
labioskisis
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian dari labioskisis
b. Mengetahui etiologi dari labioskisis
c. Mengetahui patofisiologi pada labioskisis
d. Mengetahui klasifikasi dari labioskisis
e. Mengetahui pemeriksaan diagnosis pada labioskisis
f. Mengetahui manifestasi klinis pada labioskisis
g. Mengetahui Penatalaksanaan pada labioskisis
h. Mengetahui komplikasi pada labioskisis
i. Mengetahui asuhan keperawatan pada labioskisis
1.4 Manfaat
Mahasiswa bisa lebih mengetahui dan memahami bagaimana labioskisis terjadi, dan
bagaimana cara mengobati serta bagaimana menyusun Asuhan Keperawatannya.
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Pengertian
Labioskisis adalah adanya lubang di bibir atas, biasanya tepat di bawah hidung.
Sumbing adalah bukaan pada atap mulut (langit-langit keras) atau dalam jaringan lunak di
bagian belakang mulut (langit-langit lunak). Pada kebanyakan kasus, celah bibir dan
sumbing langit-langit terjadi bersamaan
Labiopalato skisis adalah suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut,
palatoskisis (sumbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama
perkembangan embrio (Hidayat, azis, 2005:21)
Labio/palato skisis adalah merupakan kongenital anormali yang berupa kelainan
bentuk pada struktur wajah. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato
yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12
minggu.
Palatoskisis adalah fisura garis tengah pada palatum yang terjadi karena kegagalan
dua sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (wong Dona L,2003)
Beberapa jenis bibir sumbing :
a. Unilateral incomplete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang
hingga ke hidung
b. Unilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga ke
hidung
c. Bilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke
hidung
2.2 Etiologi
1. Faktor herediter
Sebagai faktor yang sudah di pastikan. Gilarsi :75% dari faktor keturunan resesif dan
25% bersifat dominan.
a. Mutasi gen
b. Kelainan kromosom
2. Faktor eksternal / lingkungan
a. Faktor usia ibu
b. Obat-obatan, asetosal, aspirin (SCHARDEIN-1985) rifampisin, fenasetin,
sulfonamid, aminoglikosid, indometasin, asam flufetamat, ibuprofen, dll
c. Nutrisi
d. Penyakit infeksi sifilis, virus rubella
e. Radiasi
f. Stres emosional
g. Trauma, (trimester pertama)
2.3 Patofisiologi
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan
frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa
krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pasca konsepsi.Palastokizis terjadi
akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatummolle
terjadi sekitar kehamilan minggu ke 7 sampai minggu ke 12.
1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama
fase embrio pada trimester I.
2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan
maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh
kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
4. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.
PATHWAY
genetik Lingkungan:
teratogenFraktur herediter
Perubahan konsentrasi
glukortikoid & perubahan
faktor epidermal
Minggu ke5 kehamilan
Prosesus maxilaris tumbuh ke2 arah
Anterior Medial Sel mesenkim sebagai penginduksi
Penyatuan dengan
pembentukan prosesus fronto
nasal (pada 2 titik dibawah
lubang hidung untuk
membentuk bibir atas)
Gagal menyatu
Celah kecil s/d
kelainan hebat pada
wajah
Bibir saja/ meluas;
lubang hidung, tulang
maxila, gigi
Diferensiasi sel epitel pada
prosesus palatal
Bergabung dengan septum
nasalis di garis tengah
Gagal bergabung
Celah pada tekak, palato lunak
dan keras, distorsi hidunglabioskisis
Gangguan bicara,
gangguan menghisap,
dll
Palatoskisis (kehamilan 9 minggu)Terjadi bersama :
labiopalatoskisis
- gangguan bicara
- Aspirasi, dll
pembedahan
Komplikasi
- gangguan pendengaran
- Otitis media
- distres pernapasan
- Resiko infeksi saluran
pernapasan
- Tumbang terhambat
2.4 Klasifikasi
1. Berdasarkan organ yang terlibat
a. Celah di bibir (labioskizis)
b. Celah di gusi (gnatoskizis)
c. Celah di langit (palatoskizis)
d. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ mis = terjadi di bibir dan langit-langit
(labiopalatoskizis)
2. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk
Tingkat kelainan bibr sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat.
Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :
a. Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan
tidak memanjang hingga ke hidung.
b. Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi bibir
dan memanjang hingga ke hidung.
c. Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang
hingga ke hidung.
2.5 Manifestasi klinis
a. Pada labio Skisis:
1. Distorsi pada hidung.
2. Tampak sebagian atau keduanya.
3. Adanya celah pada bibir.
b. Pada palato skisis:
1. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau
foramen incisive.
2. Adanya rongga pada hidung.
3. Distorsi hidung.
4. Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari.
5. Kesukaran dalam menghisap atau makan.
2.6 Pemeriksaan diagnostik
Pada Labio palatoskisis umumnya dilakukan pemeriksaan:
1. Foto rontgen
2. Pemeriksaan fisisk
3. MRI untuk evaluasi abnormal
Juga terdapat pemeriksaan terapeutik, yaitu :
1. Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan.
2. Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat.
3. Mencegah komplikasi.
4. Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan.
5. Pembedahan: pada labio sebelum kecacatan palato; perbaikan dengan
pembedahan usia 2-3 hari atua sampai usia beberapa minggu prosthesis intraoral
atau ekstraoral untuk mencegah kolaps maxilaris, merangsang pertumbuhan
tulang, dan membantu dalam perkembangan bicara dan makan, dapat dilakukan
sebelum penbedahan perbaikan.
6. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung
pada derajat kecacatan. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan
bicara.
2.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang melibatkan
beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Adanya kemajuan teknik
bedah, orbodantis,dokter anak, dokter THT, serta hasil akhir tindakan koreksi
kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari berat ringan yang ada,
maka tindakan bedah maupun ortidentik dilakukan secara bertahap.
Biasanya penutupan celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila bayi tersebut
telah berumur 1-2 bulan. Setelah memperlihatkan penambahan berat badan yang
memuaskan dan bebas dari infeksi induk, saluran nafas atau sistemis.
Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada
kebanyakan kasus, pembedahan pada hidung hendaknya ditunda hingga mencapi usia
pubertas.Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk danderajat
cerat yang cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan
bagi masing-masing penderita. Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-
langit bervariasi dari 6 bulan – 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga
berumur 3 tahun, maka sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang
geligi maksila sehingga kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat menyebabkan
jaringan-jaringan bersentuhan dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup
nasoporing.
2. Pentalaksanaan Keperawatan
a. Perawatan Pra-Operasi:
1) Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.
Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka
Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.
Diskusikan tentang pembedahan
Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang
positif terhadap bayi.
Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.
2) Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan
pengobatan bayi.
Tahap-tahap intervensi bedah
Teknik pemberian makan
Penyebab devitasi
3) Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adequate.
Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol atau
dot yang cocok.Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan
menghisap.
Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke
dinding mulut.
Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.
Sendawkan bayi dengan sering selama pemberian makan
Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.
Akhiri pemberian susu dengan air.
4) Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas
Pantau status pernafasan
Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan
Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi
b. Perawatan Pasca-Operasi
1) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate
Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes
atau sendok.
Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.
Lanjutkan dengan diet lunak
Sendawakan bayi selama pemberian makanan.
2) Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak.
Bersihkan garis sutura dengan hati-hati
Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)
Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.
Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian
makan untuk mencegah terjadinya aspirasi.
Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.
Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.
Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.
Monitor keutuhan jaringan kulit
Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak
steril, missal alat tens
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada Labio Palatoskisis,yaitu :
1. Gangguan bicara dan pendengaran.
2. Terjadinya otitis media.
3. Asirasi.
4. Distress pernafasan.
5. Risisko infeksi saluran nafas.
6. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat.
7. Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris sekunder
akibat disfungsi tuba eustachius.
8. Masalah gigi
9. Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat kecacatan dan
jaringan paruh.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Mulai dari nama,umur, tnggal lahir,jenis kelamin, jenis persalinan, BBL, PB, AS,
alamat,umumnya terjadi sejak lahir atau cacat konginetal
2. Identitas orang tua
Nama,umur,agama, suku/ bangsa, pendidikan,pekerjaan, alamat
3. Keluhan utama
Biasanya anak mengalami kesulitan dalam menghisap, menelan, makan, terjadi
penurunan bernafas, mudah tersedak, distress pernafasan terkait bibirnya yang
sumbing
4. Riwayat penyakit dahulu
Adakah riwayat kehamilan yang kurang baik
5. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya adanya gangguan aspirasi dan gangguan pemenuhan nutrisi
6. Riwayat penyakit keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang mengalami labioskisis
7. Riwayat imunisasi
Umur Jenis Imunisasi
0 bulan HB 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/HB 1, Polio 2
3 bulan DPT/HB 2, Polio 3
4 bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 bulan Campak
8. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Timbang berat badannya tiap bulan di Posyandu, fasilitas pelayanan
kesehatan lain, atau Pos Pelayanan Anak Usia Dini (PAUD).
b. Rangsang perkembangan anak sesuai umurnya.
c. Ajak anak bermain dan bercakap – cakap.
d. Bawa anak ke petugas kesehatan untuk mendapat pelayanan Stimulasi
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK).
Umur 0 – 1 tahun :4 kali dalam setahun
Umur 1 – 6 tahun :2 kali tiap tahun (setiap 6 bulan)
e. Minta kader mencatat di KMS
9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
KU :cukup (composmentis)
b. Kepala
Kulit kepala normal, tidak ada hematom atau lesi
Rambut lurus, tidak kusam, bersih
Muka normal,tidak ada lesi, tidak ada hematoma
Mata : Simetris, skela putih, conjungtiva pucat, tidak ada odema pada
palpebra, visus normal kanan dan kiri
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada sekret, terdapat pernafasan cuping
hidung (jika ada gangguan O2)
Mulut : Tidak simetris, bentuk tidak normal (terdapat kelainan kongenital
pada bibir)
Telinga : Simetris,bersih, tidak ada serumen
c. Leher
Normal, tidak aada pembesaran kelenjar tiroid
d. Dada
Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Tidak ada ronchi, tidak ada wheezing
e. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan abnormal pada perut
Auskultasi : Bising usus terdengan baik
Palpasi : Tidak ada massa dan nyeri tekan
Perkusi : Tidak ada hypertimpani
f. Genitalia
Normal dan Bersih
g. Anus
Terdapat lubang / tidak ada atresia ani
h. Ekstremitas atas
Simetris jumlah jari-jari lengkap, tidak ada gangguan pergerakan
i. Ekstremitas bawah
Simetris, jumlah jari-jari lengkap, tidak ada gangguan pergerakan
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh atau tidak efektif dalam meneteki
ASI b/d ketidakmampuan menelan/kesukaran dalam makan sekunder dari
kecacatan dan pembedahan
b. Risiko aspirasi b/d ketidakmampuan mengeluarkan sekresi sekunder dari palato
skisis
c. Risiko infeksi b/d kecacatan (sebelum operasi) dan atau insisi pembedahan
d. Kurang pengetahuan keluarga b/d teknik pemberian makan, dan perawatan
dirumah.
e. Nyeri b/d insisi pembedahan
3.3 Rencana keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh atau tidak efektif dalam meneteki
ASI b/d ketidakmampuan menelan/kesukaran dalam makan sekunder dari
kecacatan dan pembedahan
Tujuan: selama diberikan asuhan keperawatan kebutuhan nutrisi adekuat
Intervensi:
Kaji kemampuan menghisap dan menelan anak
Beri makan dan minum sesuai dengan keadaan anak
Beri makan dan minum dalam porsi kecil tapi sering
Tetap pantau berat badan untuk mengkaji keadekuatan asupan nutrisi
b. Risiko aspirasi berhubungan dengan hambatan dalam menelan
Tujuan: selama diberikan asuhan keperawatan tidak terjadi aspirasi, pernafasan
normal dan tanda tanda aspirasi tidak ada.
Intervensi:
Kaji status pernafasan selama pemberian makan atau minum.
Atur posisi tegak saat memberi makan dan minum untuk meminimalkan risiko
aspirasi.
Observasi tanda tanda vital sebelum dan sesudah memberi makan dan minum.
Beri HE pada orang tua tentang tanda tanda aspirasi.
Bila anak masih minum ASI atau susu:
Rangsang reflek isap dengan sentuhan dot atau putting pada pinggir bibir
bayi.
Tepuk pungung bayi setelah meyusui atau bila menggunakan dot, tepuk
punggung setiap 15-30 cc susu yang diminum tapi dot jangan diangkat selama
bayi masih menghisap untuk mencegah aspirasi
Bila pemberian susu tanpa dot letakkan susu formula di belakang lidah untuk
mempermudah menelan dan atur aliran sesuai penelanan bayi untuk mencegah
aspirasi
c. Risiko infeksi b/d kecacatan (sebelum operasi) dan atau insisi pembedahan
Tujuan: selama diberikan asuhan keperawatan tidak menunjukan tanda-tanda
infeksi sebelum dan sesudah operasi, luka tampak bersih, kering dan
tidak edema
Intervensi:
Berikan posisi yang tepat setelah makan, miring kekanan kepala agak sedikit
tinggi supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat berakibat
pnemonia
Kaji tanda-tanda infeksi, termasuk drainage, bau dan demam.
Lakukan perawatan luka dengan hati-hat dengan menggunakan teknik steril
Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat yang tidak
steril, misalnya alat tenun dan lainnya.
Perhatikan perdarahan, edema, dan drainage
Hindari gosok gigi pada anak kira-kira 1-2 minggu
d. Kurang pengetahuan keluarga b/d teknik pemberian makan, dan perawatan
dirumah.
Tujuan: setelah diberi penkes orang tua dapat memahami tentang cara merawat
anaknya dan bersedia anaknya dilakukan pembedahan.
Intervensi:
Kaji pemahaman orang tua tentang kecacatan yang ada dan cara merawat,
memberi minum, makan, menyusui, sebelum pembedahan
Jelaskan tentang kecacatan yang dialami oleh anaknya serta penyebabnya
Beri HE tentang penanganan celah bibir/palatum
e. Nyeri b/d insisi pembedahan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan Rasa nyaman anak dapat
dipertahankan yang ditandai dengan anak tidak menangis, tidsk lsbil dan
tidak gelisah.
Intervensi:
Kaji pola istirahat bayi dan kegelisahan
Tenangkan bayi
Bila klien anak, berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan usia dan
kondisinya
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
3.4 Implementasi
1. Mempertahankan nutrisi adekuat
a. Kaji kemampuan menelan dan mengisap
b. Gunakan dot botol yang lunak yang besar, atau dot khusus dengan lubang yang
sesuai untuk pemberian minum
c. Tempatka dot pada samping bibir mulut bayi dan usahakan lidah mendorong
makan/minuman kedala
d. Berikan posisi tegak lurus atau semi duduk selama makan
e. Tepuk punggung bayi setiap 15ml 30ml minuman yang diminum, tetapi jangan
diangkat dot selama bayi menghisap
f. Berikan makan pada anak sesuai dengan jadwal dan kebutuha
g. Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi, puasa 6 jam dan pemberian infus
lainnya
h. Prosedur perawatan setelah operasi, ranngsangan untuk menelan ata menghisap,
dapat menggunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih atau dot sekitar mulut
7-10 hari, bila sudah toleran berikan minuman pada bayi, dan minuman atau
makanan lunak untuk anak sesuai dengan diitnya.
2. Mencegah aspirasi dan obstruksi jalan napas
a. Kaji status pernafasan selama pemberian makan
b. Gunakan dot agak besar, rangsang hisap dengan sentuhan dot pada bibir
c. Perhatikan posisi bayi saat memberi makan, tegak atau setengah duduk
d. Beri makan secara perlahan
e. Lakukan penepukan punggung setelah pemberian minum
3. Mencegah infeksi
a. Berikan posisi yang tepat setelah makan, miring kekanan kepala agak sedikit tinggi
supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat berakibat pnemonia
b. Kaji tanda-tanda infeksi, termasuk drainage, bau dan demam.
c. Lakukan perawatan luka dengan hati-hat dengan menggunakan teknik steril
d. Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat yang tidak steril,
misalnya alat tenun dan lainnya.
e. Perhatikan perdarahan, edema, dan drainage
f. Hindari gosok gigi pada anak kira-kira 1-2 minggu
4. Mempersiapkan orang tua untuk menerima keadaan bayi/anak dan perawatan dirumah
a. Jelaskan prosedur operasi sebelum dan sesudah operasi
b. Ajarkan pada ornag tua dalam perawatan anak ; cara pemberian makan/minum
dengan alat, mencegah infeksi, dan mencegah aspirasi, posisi pada saat pemberian
makan/minum, lakukanpenepukan punggung, bersihkan mulut setelah makan
5. Meningkatkan rasa nyaman
a. Kaji pola istirahat bayi dan kegelisahan
b. Tenangkan bayi
c. Bila klien anak, berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan usia dan kondisinya
d. Berikan analgetik sesuai program
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari penjelasan isi makalah diatas adalah sebagai
berikut :
1. Labioskisis adalah adanya lubang di bibir atas, biasanya tepat di bawah hidung.
Sumbing adalah bukaan pada atap mulut (langit-langit keras) atau dalam jaringan
lunak di bagian belakang mulut (langit-langit lunak). Pada kebanyakan kasus,
celah bibir dan sumbing langit-langit terjadi bersamaan
2. Etiologi labioskisis adalah Faktor herediter(Mutasi gen,Kelainan kromosom) dan
Faktor eksternal / lingkungan(Faktor usia ibu, Obat-obatan Nutrisi Radiasi Trauma,
(trimester pertama)
3. patofisiologi Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem
maksilaris dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan
palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pasca
konsepsi
4. Klasifikasi
a. Berdasarkan organ yang terlibat : Celah di bibir (labioskizis), Celah di gusi
(gnatoskizis), Celah di langit (palatoskizis), Celah dapat terjadi lebih dari satu
organ misalnya = terjadi di bibir dan langit-langit (labiopalatoskizis)
b. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk: Unilateral Incomplete, Unilateral
Complete, Bilateral Complete
5. Manifestasi klinis Pada labio Skisis: Distorsi pada hidung, Tampak sebagian atau
keduanya, Adanya celah pada bibir.
6. Pemeriksaan diagnostik Pada Labio palatoskisis umumnya dilakukan pemeriksaan:Foto
rontgen, Pemeriksaan fisik, MRI untuk evaluasi abnormal
7. Penatalaksanaan pada labioskisis
a. Penatalaksanaan Medis dengan tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa
disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya
b. Pentalaksanaan Keperawatan: Perawatan Pra-Operasi dan Perawatan Pasca-
Operasi
8. Komplikasi yang terjadi pada Labio Palatoskisis :Gangguan bicara dan pendengaran,
Terjadinya otitis media, Asirasi, Distress pernafasan, Risisko infeksi saluran nafas.
9. Asuhan keperawatan pada penderita adalah disesuaikan dengan diagnosa keperawatan
yang telah dikaji
B. Saran
Sebagai perawat kita harus memberikan penjelasan yang jelas kepada pasien tentang
penyakitnya dan untuk mencegah terjadinya labioskisis dan mempercepat
penyembuhan.Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.