3 lngkap patway

21
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II Asuhan Keperawatan Labioskisis Kelompok 17: Haris Prasetya Aditama Nur Sholikah STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN 2011/2012

Upload: mayken-rahayu

Post on 30-Nov-2015

98 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3 lngkap patway

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

Asuhan Keperawatan Labioskisis

Kelompok 17:

Haris Prasetya Aditama

Nur Sholikah

STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2011/2012

Page 2: 3 lngkap patway

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas penyertaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami telah

menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Makalah Asuhan Keperawatan

Labioskisis”. Penyusunan makalah ini untuk tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Anak II,

melalui makalah ini kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya

dalam bidang Asuhan Keperawatan Anak.

Kami menyadari makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan oleh beberapa

pihak, oleh karena itu kami ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak tersebut,

antara lain :

1. Drs. H. Budi Utomo Amd. Kep, M,MKes, selaku ketua STIKES Muhammadiyah

Lamongan.

2. Arifal Aris S.Kep, Ns, M.Mkes, selaku Kaprodi S-1 Keperawatan.

3. Dadang kusbiantoro M.kes, selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Anak II.

4. Teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Karena itu, kami

sangat mengharapakan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala

kekurangan dan kesalahan dari makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Lamongan, 05 April 2012

Penulis

Page 3: 3 lngkap patway

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................

1.3 Tujuan .........................................................................................

1.4 Manfaat .......................................................................................

BAB II KONSEP TEORI

2.1 Pengertian ...................................................................................

2.2 Etiologi .......................................................................................

2.3 Patofisiologi ................................................................................

2.4 Pathway .....................................................................................

2.5 klasifikasi ....................................................................................

2.6 Pemeriksaan diagnostik ..............................................................

2.7 Manifestasi Klinis ......................................................................

2.8 Penatalaksanaan .........................................................................

2.9 Komplikasi ..................................................................................

BAB III KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN ..............................

BAB IV KESIMPULAN

A. Kesimpulan .................................................................................

B. Saran ...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: 3 lngkap patway

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Labioskisis merupakan suatu kelainan yang di duga terjadi akibat infeksi virus yang di

derita ibu pada kehamilan trimester I. Jika hanya terjadi sumbing pada bibir, bayi tidak

akan mengalami banyak gangguan karena masih dapat diberi minum dengan botol biasa.

Bayi dapat menghisap dot dengan baik asal dotnya diletakkan di bagian bibir yang tidak

sumbing. Kelainan lahir ini dapat segera diperbaiki setelah pembedahan.

Bila sumbing atau labioskisis mencangkup pada palatum mole atau palatum durum,

bayi akan mengalami kesukaran minum, walaupun bayi dapat menghisap tetapi bahaya

tersedak mengancam. Bayi dengan kelainan bawaan ini akan mengalami gangguan

pertumbuhan karena sering menderita infeksi saluran pernafasan akibat aspirasi. Keadaan

umum yang kurang baik juga akan menunda tindakan untuk memperbaiki kelainan

tersebut.

Pada dasarnya kelainan bawaan dapat terjadi pada mulut, yang biasa disebut

labiopalatoskisis. Kelainan ini diduga terjadi akibat infeksi virus yang diderita ibu Pada

kehamilan trimester I. Jika hanya terjadi sumbing bibir, bayi tidak akan mengalami

banyak gangguan karena masih dapat di beri minum dengan dot biasa. Bayi dapat

mengisap dot dengan baik asal dotnya diletakan dibagian bibir yang tidak sumbing.

Kelainan bibir ini dapat segera diperbaiki dengan pembedahan. Bila sumbing mencakup

pula palatum mole atau palatum durum, bayi akan mengalami kerusakan minum,

walaupun bayi dapat menghisap namun bahaya tersedak mengancam. Bayi dengan

kelainan bawaan ini akan mengalami gangguan pertumbuhan karena sering menderita

infeksi saluran pernafasan akibat aspirasi. Keadaan umur yang kurang baik juga akan

menunda tindakan untuk memperbaiki kelainan tersebut.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan labioskisis ?

2. Apa etiologi dari labioskisis ?

3. Bagaimana patofisiologi pada labioskisis ?

4. Bagaimana klasifikasi dari labioskisis ?

5. Bagaimana pemeriksaan diagnosis dari labioskisis ?

6. Bagaimana manifestasi klinis pada labioskisis ?

Page 5: 3 lngkap patway

7. Bagaimana Penatalaksanaan pada labioskisis ?

8. Apa saja komplikasi pada labioskisis ?

9. Bagaimana asuhan keperawatan pada labioskisis ?

1.3 Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat memahami dan mampu membuat asuhan keperawan dengan klien

labioskisis

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengertian dari labioskisis

b. Mengetahui etiologi dari labioskisis

c. Mengetahui patofisiologi pada labioskisis

d. Mengetahui klasifikasi dari labioskisis

e. Mengetahui pemeriksaan diagnosis pada labioskisis

f. Mengetahui manifestasi klinis pada labioskisis

g. Mengetahui Penatalaksanaan pada labioskisis

h. Mengetahui komplikasi pada labioskisis

i. Mengetahui asuhan keperawatan pada labioskisis

1.4 Manfaat

Mahasiswa bisa lebih mengetahui dan memahami bagaimana labioskisis terjadi, dan

bagaimana cara mengobati serta bagaimana menyusun Asuhan Keperawatannya.

Page 6: 3 lngkap patway

BAB II

KONSEP TEORI

2.1 Pengertian

Labioskisis adalah adanya lubang di bibir atas, biasanya tepat di bawah hidung.

Sumbing adalah bukaan pada atap mulut (langit-langit keras) atau dalam jaringan lunak di

bagian belakang mulut (langit-langit lunak). Pada kebanyakan kasus, celah bibir dan

sumbing langit-langit terjadi bersamaan

Labiopalato skisis adalah suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut,

palatoskisis (sumbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama

perkembangan embrio (Hidayat, azis, 2005:21)

Labio/palato skisis adalah merupakan kongenital anormali yang berupa kelainan

bentuk pada struktur wajah. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato

yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12

minggu.

Palatoskisis adalah fisura garis tengah pada palatum yang terjadi karena kegagalan

dua sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (wong Dona L,2003)

Beberapa jenis bibir sumbing :

a. Unilateral incomplete

Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang

hingga ke hidung

b. Unilateral complete

Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga ke

hidung

c. Bilateral complete

Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke

hidung

2.2 Etiologi

1. Faktor herediter

Sebagai faktor yang sudah di pastikan. Gilarsi :75% dari faktor keturunan resesif dan

25% bersifat dominan.

a. Mutasi gen

b. Kelainan kromosom

Page 7: 3 lngkap patway

2. Faktor eksternal / lingkungan

a. Faktor usia ibu

b. Obat-obatan, asetosal, aspirin (SCHARDEIN-1985) rifampisin, fenasetin,

sulfonamid, aminoglikosid, indometasin, asam flufetamat, ibuprofen, dll

c. Nutrisi

d. Penyakit infeksi sifilis, virus rubella

e. Radiasi

f. Stres emosional

g. Trauma, (trimester pertama)

2.3 Patofisiologi

Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan

frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa

krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pasca konsepsi.Palastokizis terjadi

akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatummolle

terjadi sekitar kehamilan minggu ke 7 sampai minggu ke 12.

1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama

fase embrio pada trimester I.

2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan

maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.

3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh

kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.

4. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.

Page 8: 3 lngkap patway

PATHWAY

genetik Lingkungan:

teratogenFraktur herediter

Perubahan konsentrasi

glukortikoid & perubahan

faktor epidermal

Minggu ke5 kehamilan

Prosesus maxilaris tumbuh ke2 arah

Anterior Medial Sel mesenkim sebagai penginduksi

Penyatuan dengan

pembentukan prosesus fronto

nasal (pada 2 titik dibawah

lubang hidung untuk

membentuk bibir atas)

Gagal menyatu

Celah kecil s/d

kelainan hebat pada

wajah

Bibir saja/ meluas;

lubang hidung, tulang

maxila, gigi

Diferensiasi sel epitel pada

prosesus palatal

Bergabung dengan septum

nasalis di garis tengah

Gagal bergabung

Celah pada tekak, palato lunak

dan keras, distorsi hidunglabioskisis

Gangguan bicara,

gangguan menghisap,

dll

Palatoskisis (kehamilan 9 minggu)Terjadi bersama :

labiopalatoskisis

- gangguan bicara

- Aspirasi, dll

pembedahan

Komplikasi

- gangguan pendengaran

- Otitis media

- distres pernapasan

- Resiko infeksi saluran

pernapasan

- Tumbang terhambat

Page 9: 3 lngkap patway

2.4 Klasifikasi

1. Berdasarkan organ yang terlibat

a. Celah di bibir (labioskizis)

b. Celah di gusi (gnatoskizis)

c. Celah di langit (palatoskizis)

d. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ mis = terjadi di bibir dan langit-langit

(labiopalatoskizis)

2. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk

Tingkat kelainan bibr sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat.

Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :

a. Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan

tidak memanjang hingga ke hidung.

b. Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi bibir

dan memanjang hingga ke hidung.

c. Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang

hingga ke hidung.

2.5 Manifestasi klinis

a. Pada labio Skisis:

1. Distorsi pada hidung.

2. Tampak sebagian atau keduanya.

3. Adanya celah pada bibir.

b. Pada palato skisis:

1. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau

foramen incisive.

2. Adanya rongga pada hidung.

3. Distorsi hidung.

4. Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari.

5. Kesukaran dalam menghisap atau makan.

2.6 Pemeriksaan diagnostik

Pada Labio palatoskisis umumnya dilakukan pemeriksaan:

1. Foto rontgen

2. Pemeriksaan fisisk

Page 10: 3 lngkap patway

3. MRI untuk evaluasi abnormal

Juga terdapat pemeriksaan terapeutik, yaitu :

1. Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan.

2. Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat.

3. Mencegah komplikasi.

4. Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan.

5. Pembedahan: pada labio sebelum kecacatan palato; perbaikan dengan

pembedahan usia 2-3 hari atua sampai usia beberapa minggu prosthesis intraoral

atau ekstraoral untuk mencegah kolaps maxilaris, merangsang pertumbuhan

tulang, dan membantu dalam perkembangan bicara dan makan, dapat dilakukan

sebelum penbedahan perbaikan.

6. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung

pada derajat kecacatan. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan

bicara.

2.7 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang melibatkan

beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Adanya kemajuan teknik

bedah, orbodantis,dokter anak, dokter THT, serta hasil akhir tindakan koreksi

kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari berat ringan yang ada,

maka tindakan bedah maupun ortidentik dilakukan secara bertahap.

Biasanya penutupan celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila bayi tersebut

telah berumur 1-2 bulan. Setelah memperlihatkan penambahan berat badan yang

memuaskan dan bebas dari infeksi induk, saluran nafas atau sistemis.

Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada

kebanyakan kasus, pembedahan pada hidung hendaknya ditunda hingga mencapi usia

pubertas.Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk danderajat

cerat yang cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan

bagi masing-masing penderita. Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-

langit bervariasi dari 6 bulan – 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga

berumur 3 tahun, maka sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang

geligi maksila sehingga kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat menyebabkan

Page 11: 3 lngkap patway

jaringan-jaringan bersentuhan dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup

nasoporing.

2. Pentalaksanaan Keperawatan

a. Perawatan Pra-Operasi:

1) Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.

Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka

Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.

Diskusikan tentang pembedahan

Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang

positif terhadap bayi.

Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.

2) Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan

pengobatan bayi.

Tahap-tahap intervensi bedah

Teknik pemberian makan

Penyebab devitasi

3) Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adequate.

Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol atau

dot yang cocok.Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan

menghisap.

Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke

dinding mulut.

Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.

Sendawkan bayi dengan sering selama pemberian makan

Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.

Akhiri pemberian susu dengan air.

4) Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas

Pantau status pernafasan

Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan

Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi

b. Perawatan Pasca-Operasi

1) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate

Page 12: 3 lngkap patway

Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes

atau sendok.

Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.

Lanjutkan dengan diet lunak

Sendawakan bayi selama pemberian makanan.

2) Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak.

Bersihkan garis sutura dengan hati-hati

Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)

Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.

Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian

makan untuk mencegah terjadinya aspirasi.

Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.

Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.

Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.

Monitor keutuhan jaringan kulit

Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak

steril, missal alat tens

2.8 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada Labio Palatoskisis,yaitu :

1. Gangguan bicara dan pendengaran.

2. Terjadinya otitis media.

3. Asirasi.

4. Distress pernafasan.

5. Risisko infeksi saluran nafas.

6. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat.

7. Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris sekunder

akibat disfungsi tuba eustachius.

8. Masalah gigi

9. Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat kecacatan dan

jaringan paruh.

Page 13: 3 lngkap patway

BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas klien

Mulai dari nama,umur, tnggal lahir,jenis kelamin, jenis persalinan, BBL, PB, AS,

alamat,umumnya terjadi sejak lahir atau cacat konginetal

2. Identitas orang tua

Nama,umur,agama, suku/ bangsa, pendidikan,pekerjaan, alamat

3. Keluhan utama

Biasanya anak mengalami kesulitan dalam menghisap, menelan, makan, terjadi

penurunan bernafas, mudah tersedak, distress pernafasan terkait bibirnya yang

sumbing

4. Riwayat penyakit dahulu

Adakah riwayat kehamilan yang kurang baik

5. Riwayat penyakit sekarang

Biasanya adanya gangguan aspirasi dan gangguan pemenuhan nutrisi

6. Riwayat penyakit keluarga

Apakah dalam keluarga ada yang mengalami labioskisis

7. Riwayat imunisasi

Umur Jenis Imunisasi

0 bulan HB 0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT/HB 1, Polio 2

3 bulan DPT/HB 2, Polio 3

4 bulan DPT/HB 3, Polio 4

9 bulan Campak

8. Riwayat Tumbuh Kembang

a. Timbang berat badannya tiap bulan di Posyandu, fasilitas pelayanan

kesehatan lain, atau Pos Pelayanan Anak Usia Dini (PAUD).

b. Rangsang perkembangan anak sesuai umurnya.

Page 14: 3 lngkap patway

c. Ajak anak bermain dan bercakap – cakap.

d. Bawa anak ke petugas kesehatan untuk mendapat pelayanan Stimulasi

Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK).

Umur 0 – 1 tahun :4 kali dalam setahun

Umur 1 – 6 tahun :2 kali tiap tahun (setiap 6 bulan)

e. Minta kader mencatat di KMS

9. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

KU :cukup (composmentis)

b. Kepala

Kulit kepala normal, tidak ada hematom atau lesi

Rambut lurus, tidak kusam, bersih

Muka normal,tidak ada lesi, tidak ada hematoma

Mata : Simetris, skela putih, conjungtiva pucat, tidak ada odema pada

palpebra, visus normal kanan dan kiri

Hidung : Simetris, bersih, tidak ada sekret, terdapat pernafasan cuping

hidung (jika ada gangguan O2)

Mulut : Tidak simetris, bentuk tidak normal (terdapat kelainan kongenital

pada bibir)

Telinga : Simetris,bersih, tidak ada serumen

c. Leher

Normal, tidak aada pembesaran kelenjar tiroid

d. Dada

Simetris, tidak ada retraksi dinding dada

Tidak ada ronchi, tidak ada wheezing

e. Abdomen

Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan abnormal pada perut

Auskultasi : Bising usus terdengan baik

Palpasi : Tidak ada massa dan nyeri tekan

Perkusi : Tidak ada hypertimpani

f. Genitalia

Normal dan Bersih

Page 15: 3 lngkap patway

g. Anus

Terdapat lubang / tidak ada atresia ani

h. Ekstremitas atas

Simetris jumlah jari-jari lengkap, tidak ada gangguan pergerakan

i. Ekstremitas bawah

Simetris, jumlah jari-jari lengkap, tidak ada gangguan pergerakan

3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh atau tidak efektif dalam meneteki

ASI b/d ketidakmampuan menelan/kesukaran dalam makan sekunder dari

kecacatan dan pembedahan

b. Risiko aspirasi b/d ketidakmampuan mengeluarkan sekresi sekunder dari palato

skisis

c. Risiko infeksi b/d kecacatan (sebelum operasi) dan atau insisi pembedahan

d. Kurang pengetahuan keluarga b/d teknik pemberian makan, dan perawatan

dirumah.

e. Nyeri b/d insisi pembedahan

3.3 Rencana keperawatan

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh atau tidak efektif dalam meneteki

ASI b/d ketidakmampuan menelan/kesukaran dalam makan sekunder dari

kecacatan dan pembedahan

Tujuan: selama diberikan asuhan keperawatan kebutuhan nutrisi adekuat

Intervensi:

Kaji kemampuan menghisap dan menelan anak

Beri makan dan minum sesuai dengan keadaan anak

Beri makan dan minum dalam porsi kecil tapi sering

Tetap pantau berat badan untuk mengkaji keadekuatan asupan nutrisi

b. Risiko aspirasi berhubungan dengan hambatan dalam menelan

Page 16: 3 lngkap patway

Tujuan: selama diberikan asuhan keperawatan tidak terjadi aspirasi, pernafasan

normal dan tanda tanda aspirasi tidak ada.

Intervensi:

Kaji status pernafasan selama pemberian makan atau minum.

Atur posisi tegak saat memberi makan dan minum untuk meminimalkan risiko

aspirasi.

Observasi tanda tanda vital sebelum dan sesudah memberi makan dan minum.

Beri HE pada orang tua tentang tanda tanda aspirasi.

Bila anak masih minum ASI atau susu:

Rangsang reflek isap dengan sentuhan dot atau putting pada pinggir bibir

bayi.

Tepuk pungung bayi setelah meyusui atau bila menggunakan dot, tepuk

punggung setiap 15-30 cc susu yang diminum tapi dot jangan diangkat selama

bayi masih menghisap untuk mencegah aspirasi

Bila pemberian susu tanpa dot letakkan susu formula di belakang lidah untuk

mempermudah menelan dan atur aliran sesuai penelanan bayi untuk mencegah

aspirasi

c. Risiko infeksi b/d kecacatan (sebelum operasi) dan atau insisi pembedahan

Tujuan: selama diberikan asuhan keperawatan tidak menunjukan tanda-tanda

infeksi sebelum dan sesudah operasi, luka tampak bersih, kering dan

tidak edema

Intervensi:

Berikan posisi yang tepat setelah makan, miring kekanan kepala agak sedikit

tinggi supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat berakibat

pnemonia

Kaji tanda-tanda infeksi, termasuk drainage, bau dan demam.

Lakukan perawatan luka dengan hati-hat dengan menggunakan teknik steril

Page 17: 3 lngkap patway

Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat yang tidak

steril, misalnya alat tenun dan lainnya.

Perhatikan perdarahan, edema, dan drainage

Hindari gosok gigi pada anak kira-kira 1-2 minggu

d. Kurang pengetahuan keluarga b/d teknik pemberian makan, dan perawatan

dirumah.

Tujuan: setelah diberi penkes orang tua dapat memahami tentang cara merawat

anaknya dan bersedia anaknya dilakukan pembedahan.

Intervensi:

Kaji pemahaman orang tua tentang kecacatan yang ada dan cara merawat,

memberi minum, makan, menyusui, sebelum pembedahan

Jelaskan tentang kecacatan yang dialami oleh anaknya serta penyebabnya

Beri HE tentang penanganan celah bibir/palatum

e. Nyeri b/d insisi pembedahan

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan Rasa nyaman anak dapat

dipertahankan yang ditandai dengan anak tidak menangis, tidsk lsbil dan

tidak gelisah.

Intervensi:

Kaji pola istirahat bayi dan kegelisahan

Tenangkan bayi

Bila klien anak, berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan usia dan

kondisinya

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik

Page 18: 3 lngkap patway

3.4 Implementasi

1. Mempertahankan nutrisi adekuat

a. Kaji kemampuan menelan dan mengisap

b. Gunakan dot botol yang lunak yang besar, atau dot khusus dengan lubang yang

sesuai untuk pemberian minum

c. Tempatka dot pada samping bibir mulut bayi dan usahakan lidah mendorong

makan/minuman kedala

d. Berikan posisi tegak lurus atau semi duduk selama makan

e. Tepuk punggung bayi setiap 15ml 30ml minuman yang diminum, tetapi jangan

diangkat dot selama bayi menghisap

f. Berikan makan pada anak sesuai dengan jadwal dan kebutuha

g. Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi, puasa 6 jam dan pemberian infus

lainnya

h. Prosedur perawatan setelah operasi, ranngsangan untuk menelan ata menghisap,

dapat menggunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih atau dot sekitar mulut

7-10 hari, bila sudah toleran berikan minuman pada bayi, dan minuman atau

makanan lunak untuk anak sesuai dengan diitnya.

2. Mencegah aspirasi dan obstruksi jalan napas

a. Kaji status pernafasan selama pemberian makan

b. Gunakan dot agak besar, rangsang hisap dengan sentuhan dot pada bibir

c. Perhatikan posisi bayi saat memberi makan, tegak atau setengah duduk

d. Beri makan secara perlahan

e. Lakukan penepukan punggung setelah pemberian minum

3. Mencegah infeksi

a. Berikan posisi yang tepat setelah makan, miring kekanan kepala agak sedikit tinggi

supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat berakibat pnemonia

Page 19: 3 lngkap patway

b. Kaji tanda-tanda infeksi, termasuk drainage, bau dan demam.

c. Lakukan perawatan luka dengan hati-hat dengan menggunakan teknik steril

d. Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat yang tidak steril,

misalnya alat tenun dan lainnya.

e. Perhatikan perdarahan, edema, dan drainage

f. Hindari gosok gigi pada anak kira-kira 1-2 minggu

4. Mempersiapkan orang tua untuk menerima keadaan bayi/anak dan perawatan dirumah

a. Jelaskan prosedur operasi sebelum dan sesudah operasi

b. Ajarkan pada ornag tua dalam perawatan anak ; cara pemberian makan/minum

dengan alat, mencegah infeksi, dan mencegah aspirasi, posisi pada saat pemberian

makan/minum, lakukanpenepukan punggung, bersihkan mulut setelah makan

5. Meningkatkan rasa nyaman

a. Kaji pola istirahat bayi dan kegelisahan

b. Tenangkan bayi

c. Bila klien anak, berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan usia dan kondisinya

d. Berikan analgetik sesuai program

Page 20: 3 lngkap patway

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kami ambil dari penjelasan isi makalah diatas adalah sebagai

berikut :

1. Labioskisis adalah adanya lubang di bibir atas, biasanya tepat di bawah hidung.

Sumbing adalah bukaan pada atap mulut (langit-langit keras) atau dalam jaringan

lunak di bagian belakang mulut (langit-langit lunak). Pada kebanyakan kasus,

celah bibir dan sumbing langit-langit terjadi bersamaan

2. Etiologi labioskisis adalah Faktor herediter(Mutasi gen,Kelainan kromosom) dan

Faktor eksternal / lingkungan(Faktor usia ibu, Obat-obatan Nutrisi Radiasi Trauma,

(trimester pertama)

3. patofisiologi Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem

maksilaris dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan

palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pasca

konsepsi

4. Klasifikasi

a. Berdasarkan organ yang terlibat : Celah di bibir (labioskizis), Celah di gusi

(gnatoskizis), Celah di langit (palatoskizis), Celah dapat terjadi lebih dari satu

organ misalnya = terjadi di bibir dan langit-langit (labiopalatoskizis)

b. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk: Unilateral Incomplete, Unilateral

Complete, Bilateral Complete

5. Manifestasi klinis Pada labio Skisis: Distorsi pada hidung, Tampak sebagian atau

keduanya, Adanya celah pada bibir.

6. Pemeriksaan diagnostik Pada Labio palatoskisis umumnya dilakukan pemeriksaan:Foto

rontgen, Pemeriksaan fisik, MRI untuk evaluasi abnormal

7. Penatalaksanaan pada labioskisis

a. Penatalaksanaan Medis dengan tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa

disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya

b. Pentalaksanaan Keperawatan: Perawatan Pra-Operasi dan Perawatan Pasca-

Operasi

8. Komplikasi yang terjadi pada Labio Palatoskisis :Gangguan bicara dan pendengaran,

Terjadinya otitis media, Asirasi, Distress pernafasan, Risisko infeksi saluran nafas.

Page 21: 3 lngkap patway

9. Asuhan keperawatan pada penderita adalah disesuaikan dengan diagnosa keperawatan

yang telah dikaji

B. Saran

Sebagai perawat kita harus memberikan penjelasan yang jelas kepada pasien tentang

penyakitnya dan untuk mencegah terjadinya labioskisis dan mempercepat

penyembuhan.Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan

hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.