3. perencanaan bangunan · 28 universitas kristen petra 3. perencanaan bangunan 3.1 tinjauan umum...
TRANSCRIPT
28 Universitas Kristen Petra
3. PERENCANAAN BANGUNAN
3.1 Tinjauan Umum
3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah
Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu sekolah nasional dan sekolah
internasional.
Sekolah nasional adalah sekolah yang mengacu dan mengikuti aturan dan
sistem pendidikan nasional yang dibuat oleh pemerintah Indonesia. Sedangkan
sekolah internasional adalah sekolah yang merujuk pada sistem dari sebuah
negara tertentu (Dwi Sunu Pebruanto, 2004).
Seiring perjalanan waktu, perkembangan zaman, dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (baca: globalisasi) yang begitu pesat, dirasakan bahwa
sistem pendidikan nasional yang kita anut selama ini sudah tidak mampu lagi
mengakomodir perkembangan kurikulum dan managemen pembelajaran
mutakhir. Ini disebabkan bahwa sistem pendidikan nasional kita terjebak pada
hal-hal yang bersifat administrative-oriented, kaku, yang tidak mendorong dan
memberi peluang kepada sekolah untuk melakukan inovasi dan kreativitas.
Semua aspek dilihat dari sisi administrasi. Format ditentukan; dari
perencanaan pembelajaran (silabus, program tahunan, program semester, analisis
materi pelajaran, satuan pelajaran, rencana pembelajaran, metode pembelajaran,
model tagihan), bentuk rapor, sampai format akreditasi. Semuanya serba seragam.
Bahkan kualitas interaksi pembelajaran pun dilihat dari sisi administrasi ini. Maka
jangan heran, kalau sekolah kita selama ini terjebak dalam rutinitas
berkepanjangan yang membosankan. Dan itu tidak akan meningkatkan mutu
pendidikan.
Menyadari kondisi sekolah yang demikian, maka muncullah beragam
kritikan konstruktif dari kalangan masyarakat peduli pendidikan sebagai ekspresi
keprihatinan dan ketidakpuasan mereka. Tidak hanya mengkritik,
mereka pun mencari model sistem managemen sekolah yang dapat mengelola
kurikulum dan sistem pendidikan nasional yang tidak saja berbasis sekolah dan
masyarakat tetapi juga memenuhi standar nasional bahkan internasional.
Universitas Kristen Petra
29
Maka, mulai akhir tahun 80-an mulai bermunculan sekolah (swasta) baru di
kota-kota besar seperti Sekolah Pelita Harapan, Sekolah Global Jaya, Sekolah
Ciputra Surabaya serta sejumlah sekolah lainnya. Sekolah-sekolah tersebut, kini,
telah membentuk asosiasi dengan nama Asosiasi Sekolah-sekolah Nasional Plus
(ASNP).
Menurut Seminar dan Lokakarya Pendidikan tingkat nasional yang
diselenggarakan oleh AYUB (Asosiasi Yayasan Untuk Bangsa) yang disponsori
Ciputra Grup di Yogyakarta 6-8 Oktober 2004 yang lalu, karakteristik sekolah
nasional plus tersebut antara lain sebagai berikut.
Pertama, pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan di
pusat institusi sekolah. Dalam sistem pembelajaran, siswa harus terlibat dalam
menentukan target, cara belajar, proses penilaian, dan penentuan sumber belajar.
Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan strategi belajar, kreatifitas, dan
"critical thinking" serta mengatasi masalah yang dihadapinya.
Kedua, penilaian yang berkesinambungan dan bervariasi. Penilaian bukan
sebagai cara atau alat untuk membuat keputusan tingkat kepandaian siswa.
Penilaian adalah proses mengumpulkan data secara berkesinambungan dan
bervariasi yang dapat dianalisa untuk mencari kekuatan siswa dan hal yang masih
perlu dibantu. Penilaian menjadi proses yang integral dalam proses belajar siswa
untuk membantu mereka mengenali kekuatan dan kelemahannya secara baik
sehingga mereka mempunyai self knowledge yang baik.
Ketiga, sumber belajar yang mendukung, bervariasi dan fungsional.
Pemilihan sumber belajar tidak lagi ditentukan dari pihak luar tetapi dari orang
yang terlibat dalam proses belajar siswa. Guru harus dapat menentukan sumber
belajar yang tepat dan fungsional dan tidak terikat pada satu jenis sumber belajar.
Guru dan siswa fleksibel dalam memilih dan menentukan sumber belajar. Sistem
buku teks menjadi sulit diterapkan karena tidak ada satu buku teks pun yang baik
untuk semua topik yang dipelajari siswa.
Keempat, bilingual. Sekolah nasional plus menerapkan sistem dua bahasa
sebagai media komunikasi di sekolah. Sekolah berusaha mendorong agar
komunitas sekolah dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan Indonesia.
Universitas Kristen Petra
30
Bahasa Inggris tidak hanya sebagai "subject of study", lebih dari itu sebagai media
belajar dan komunikasi siswa serta guru.
Kelima, professional development. Untuk dapat mengelola kurikulum dan
program pembelajaran secara professional, sekolah harus mempunyai komitmen
untuk mempunyai program professional development secara berkesinambungan.
Program-program pelatihan harus ada dan dapat dilaksanakan karena itulah salah
satu sumber kekuatan sekolah. Guru tidak dapat diharapkan untuk mengajar
dengan baik tanpa didukung dengan pelatihan-pelatihan yang efektif. Kepala
Sekolah tidak akan menjadi curriculum leader yang baik tanpa ada dukungan dari
program-program pengembangan profesi, baik di tingkat lokal, nasional maupun
internasional.
Keenam, mengakui konteks sekolah dari segi budaya maupun aspek lokal
dan nasional lainnya. Sekolah tetap mengakomodasikan konteks nasional. Bahkan
dalam praktek penyelenggaraan sekolah maupun pembelajaran, sekolah
memunculkan konteks-konteks lokal untuk menjadi media belajar siswa.
Ketujuh, pengakuan internasional. Sekolah tidak merasa cukup hanya
dengan pengakuan nasional yang diatur oleh sistem akreditasi sekolah. Harus ada
usaha agar kualitas sekolah diakui oleh dunia internasional melalui badan dunia
yang bergerak pada pendidikan. Sekarang beberapa sekolah memilih IBO
(International Baccalaruate Organisation) yang berpusat di Swiss untuk menjadi
badan "akreditasi" sekolah yang lebih menekankan pada penguasaan konsep,
pengetahuan, skills, sikap, dan perbuatan.
3.1.2 Tinjauan Terhadap Kurikulum
3.1.2.1 Pendidikan Berbasis Kompetensi
Pendidikan Memiliki peran sentral bagi upaya pengembangan sumber daya
manusia. Adanya peran yagn demikian, isi dan proses pendidikan perlu
dimutakhirkan sesuai dengan kemajuan ilmu dan kebutuhan masyarakat.
Implikasinya, jika pada saat ini masyarakat Indonesia dan dunia menghendaki
tersedianya sumber daya manusia yang memiliki seperangkat kompetensi yang
berstandar nasional dan internasional maka isi dan proses pendikanya perlu
diarahkan pada pencapaian kompetensi tersebut.
Universitas Kristen Petra
31
Pendidikan berbasis kompetensi adalah bentuk pendidikan yang
diselenggarakan untuk menyiapkan lulusannya menguasai seperangkat
kompetensi yang dapat bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Dalam hal ini,
kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai -nilai dasar
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Balitbang Depdiknas,
2002). Oleh karena itu, pendidikan berbasis kompetensi ini diharapkan mampu
menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang berstandar nasional, dan
global, yang meliputi aspek-aspek, sikap, keterampilan, dan kemampuan,
pengetahuan, fisik, kepribadian, prinsip-prinsip, nilai-nilai, keyakinan dan minat.
Pendidikan berbasis kompetensi menekankan pada: penguasaan kompetensi
yang dibutuhkan di masyarakat sebagai sasaran kegiatan pendidikan, kegiatan
pendidikan berpusat pada siswa, pemberian waktu yang cukup untuk penguasaan
suatu tugas pembelajaran sebelum melanjutkan ke tugas pembelajaran berikutnya
dan persyaratan adanya kriteria ketuntasan dalam penyelesaian suatu tugas
pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, agar pendidikan berbasis kompetensi dapat
direalisasikan secara optimal maka perlu didukung adanya kegiatan
pengembangan kurikulum dan pembelajaran berbasis kompetensi. Kurikulum dan
pembelajaran merupakan aspek penting dalam kegiatan pendidikan. Kurikulum
membahas mengenai “apa yang dipelajari oleh para peserta didik” sedangkan
pembelajaran menjawab pertanyaan “ bagaimana cara mempelajari materi
tersebut”.
3.1.2.2 Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan suatu desain kurikulum yang
dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi tertentu. Saylur (dalam
Gafur, dkk. 2001) mengartikan kurikulum berbasis kompetensi sebagai rancangan
kurikulum yang dikembangkan berdasarkan atas seperangkat kompetensi khusus,
yang harus dipelajari dan atau ditampilkan siswa. Seperangkat kompetensi
tersebut pada akhirnya akan menggambarkan sebuah profil kompetensi yang utuh,
terukur dan teramati.
Universitas Kristen Petra
32
Mengacu pada pengertian diatas, setidaknya pengembangan kurikulum
berbasis kompetensi mencakup pengembangan silabus dan sistem penilaiannya.
Silabus merupakan acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program
pembelajaran sedangkan sistem penilaian mencakup jenis ujian, bentuk soal, dan
pelaksanaannya. Jenis ujian adalah berbagai tagihan seperti ulangan atau tugas-
tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Bentuk soal terkait dengan
jawaban yang harus dilakukan oleh para siswa, seperti betuk pilihan ganda atau
soal uraian.
Pengembangan silabus dan sistem penilaian berbasis kompetensi bersifat
hierarkhis atau berurutan yaitu dengan urutan, standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok beserta uraian materi pemebelajaran, indikator ketercapaian,
dan soal ujian. Standar kompetensi, kompetensi dasar dan standar materi pokok
dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, sedangkan penentuan ujian
dikembangakan oleh setiap daerah atau sekolah. Dengan demikian materi
pembelajaran dan soal yang digunakan akan menampung keperluan daerah sesuai
dengan karakteristik masing-masing. Selain itu, sumber daya manusia di semua
daerah akan diberdayakan sehingga tidak tergantung pada Departemen Pendidikan
Nasional.
Adapun prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi adalah sebagai berikut :
A. Dokumen kurikulum mampu beradaptasi dengan perubahan dan tidak terkesan
seperti resep. Artinya kurikulum berisi prinsi-prinsip pokok dan bersifat
fleksibel sehingga mudah disesuaikan dengan perkembangan zaman.
B. Pengembangan kurikulum sesuai dengan proses akreditasi, yang
memungkinkan mata pelajaran dimodifikasi. Maksudnya, pengembangan atau
perubahan kurikulum didasarkan atas hasil akreditasi. Hasil akreditasi yang
positif dipertahankan sedangkan hasil akreditasi yang negatif diperbaiki.
3.1.2.3 Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Pembelajaran berbasis kompetensi adalah program pembelajaran dimana
hasil belajar atau kompetensi yang diharapkanm dicapai oleh siswa, sistem
paenyampaian dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis
Universitas Kristen Petra
33
sejak perencanaan dimulai (Mc Ashan dalam Gafur, 2001). Dalam pembelajaran
berbasis kompetensi, perlu ditentukan standar kompetensi yang harus dikuasai
oleh siswa. Sesuai dengan pendapat tersebut, komponen pokok pembelajaran
berbasis kompetensi meliputi (1) kompetensi yang akan dicapai, (2) strategi
penyampaian untuk mencapai kompetensi dan (3) sistem evaluasi atau penilaian
yang digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai
kompetensi.
Kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa perlu dirumuskan secara jelas
dan spesifik. Menurut McAshan (1979) perumusan tersebut hendaknya
didasarkan atas prinsip relevansi dan konsistensi antara kompetensi dengan
materi yang dipelajari, waktu yang tersedia, dan kegiatan serta lingkungan belajar
yang digunakan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mendapatkan
perumusan kompetensi yang jelas dan spesifik, antara lain dengan melaksanakan
analisis kebutuhan, analisis tugas, analisis kompetensi, penilaian oleh profesi dan
pendapat ahli bidang studi(pakar), pendekatan teoritik dan telaah buku teks yang
relevan dengan materi yang dipelajari (Kaufman dan Bratton, 1992)
Konsep pembelajaran berbasis kompetensi mensyaratkan dirumuskannya
secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan adanya tolak ukur pencapaian
kompetensi, kegiatan pembelajaran siswa akan terhindar dari mempelajari materi
yang tidak perlu yaitu materi yang tidak menunjang tercapainya penguasaan
kompetensi.
Penerapan konsep dan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi bermanfaat
untuk :
1 Menghindari duplikasi dalam pemberian materi pembelajaran. Dengan
menyajikan materi pembelajaran yang bemnar-benar relevan dengan
kompetensi yang ingin dicapai dapat dihindari terjadinya duplikasi dan
pemberian materi pembelajaran yang terlalu banyak.
2 Mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapai dalam mengajarkan
suatu mata pelajaran. Dengan kompetensi yang telah ditentukan secara tertulis,
siapapun yang mengajarkan mata pelajaran tertentu tidak akan bergeser atau
menyimpang dari kompetensi dan materi yang telah ditentukan.
Universitas Kristen Petra
34
3 Meningkatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan, dan
kesempatan siswa.
4 Membantu mempermudah pelaksanaan akreditasi. Pelaksanaan akreditasi akan
lebih dipermudah dengan menggunakan tolak ukur standar kompetensi
5 Memperbaharui sistem evaluasi dan pelaporan hasil belajar siswa. Dalam
pembelajaran berbasis kompetensi, keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan
berdasarkan pencapaian kompetensi atau sub-kompetensi tertentu, bukan
didasarkan atas perbandingan dengan hasil belajar siswa yang lain.
6 Memperjelas komunikasi dengan siswa tentang tugas, kegiatan atau pengalaman
belajar yang harus dilakukan dengan cara yang digunakan untuk menentukan
keberhasilan belajarnya
7 Meningkatnya akuntabilitas publik. Kompetensi yang telah disusun,
divalidasikan, dan dikomunikasikan kepada publik sehingga dapat digunakan
untuk mempertanggungjawabkan kegiatan pembelajaran kepada publik
8 Memperbaiki sistem sertifikasi. Dengan perumusan kompetensi yang lebih
spesifik dan terperinci, sekolah dapat mengeluarkan sertifikat atau transkrip
yang menyatakan jenis dan aspek kompetensi yang dicapai.
3.1.3 Tinjauan Terhadap Peserta Didik
Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dalam kedudukanya
sebagai peserta didik dipandang oleh sebagian ahli psikolog sebagai individu yang
berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan
seseorang. Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode transisi dari
periode kanak-kanak menuju ke periode orang dewasa. Pada masa itu mereka
melalui masa yang disebut masa remaja atau masa pubertas. Pada umumnya
mereka sudah tidak mau dikatakan sebagai anak-anak namun jika disebut sebagai
orang dewasa, mereka secara nyata belum siap menyandang predikat tersebut.
Menurut Hurlock (1982), ada perubahan-perubahan yang sama yang hampir
bersifat universal pada masa remaja, yaitu (1) meningginya emosi, yang
intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis, (2)
perubahan tubuih, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk
dimainkan, menimbulkan masalah baru, (3) dengan berubahnya minat dan pola
Universitas Kristen Petra
35
perilaku, nilai-nilai juga berubah, dan (4) sebagian remaja bersikap mendua
(ambivalen) terhadap setiap perubahan. Kesemuanya ini, pada akhirnya
berdampak pada perkembangan aspek kognitif (kecerdasan), afektif (perasaan),
maupun psikomotor (gerak)
3.1.3.1. Perkembangan Aspek Kognitif
Kemampuan kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir, yang
mencakup kemampuan intelektual, mulai dari kemampuan mengingat sampai
dengan kemampuan memecahkan suatu masalah. Bloom (Suciati, 2001)
mengelompokkan kemampuan kognitif ke dalam enam kelompok yaitu
pengetahaun/pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Menurut Piaget(Sunarto dan Hartono, 1999) sebagian besar anak usia
remaja mamapu memahami konsep-konsep abstrak dalam batas-batas tertentu
(berpikir operasional-formal). Pada usia ini, remaja mendekati efisiensi
intelektual yang maksimal, akan tetapi karena kurangnya pengalaman sehingga
membatasi pengetahuan dan kecakapannya untuk memanfaatkan apa yang
diketahui. Banyak hal yang dapat dipelajari melalui pengalaman, namun mereka
kadang kala mengalani kesulitan dalam menangkap dan memahami konsep-
konsep abstrak dan mungkin tidak mampu memahami sepenuhnya. Di samping
itu, meskipun rentangan perhatian remaja dapat sangat lama, namun masih ada
kecenderungan untuk melamun.
Berpikir operasional formal memiliki dua sifat yang penting yaitu deduktif-
hipotesis dan berpikir kombinatroris. Berpikir deduktif-hipotesis dilakukan anak
dengan cara memikirkan dulu masalah yang muncul secara teoritis. Menganalisis
masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas
dasar analisisnya, mereka lalu membuat strategi penyelesaian.
Berpikir kombinatoris merupakan kelengkapan sifat yang pertama, dan
berhubungan denagn cara bagaimana dilakukan analisis. Kapabilitas ini esensial
bagi berpikir operasional-formal karena memungkinkan individu melakukan
analisis hubungan dalam situasi yang mengandung banyak faktor. Namun
demikian sering kali mereka mengalami kesalahan karen ada yang terlewatkan.
Universitas Kristen Petra
36
3.1.3.2 Perkembangan Aspek Afektif
Kemampuan afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan
sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu.
Kemampuan afektif ini terdiri dari yang paling sederhana, yaitu memperhatikan
suatu fenimena sampai yang paling kompleks yang merupakan faktor iternal
individu. Krathwohl, Bloom dan Masia (Suciati, 2001) mengklasifiaksikan
kemampuan ini ke dalam lima kelompok yaitu : pengenalan/penerimaan,
pemberian respon, pengahargaan terhadap nilai, pengorganisasian dan
pengalaman.
Secara tradisional, masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan
tekanan” yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar (Hurlock, 1982). Walaupun demikian, tidak semua
remaja mengalami periode tersebut. Emosi remaja sering kali sangat kuat, tidak
tekendali dan tampaknya tidak rasional, akan tetapi pada umumnya dari tahun ke
tahun terjadi perbaikan perilaku emosional.
Pola emosi remaja sama dengan pola emosi masa anak-anak. Perbedaannya
terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajatnya, khususnya
pada pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka. Beberapa
contoh perilaku yang menonjol sesuai kondisi emosi mereka yaitu remaja tidak
lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan amarah yang meledak-
ledak, melainkan dengan cara menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara
keras mengkritik orang-orang yang menyebabkan amarah.
Menurut Hurlock (1982), emosi remaja mengalami kondisi yang belum
stabil karena 2 faktor penyebab yaitu faktor kematangan dan faktor belajar. Reaksi
emosional yang tidak mucul pada awal kehidupan bukan berarti tidak ada, dan
reaksi tersebut mungkin akan muncul di kemudian hari, dengan berfungsinya
sistem indokrin. Kematangan dan belajar terjalin erat satu dengan yang lain dalam
mempengaruhi perkembangan emosi.
Perkembangan nilai, moral, dan sikap peserta didik pada usia remaja
memiliki warna yang khas sesuai dengan karakteristik perkembangannya.
Sejumlah hasil penelitian menujukkan bahwa perkembangan internalisasi nilai-
nilai moral, dan sikap banyak terjasdi melalui identifikasi dengan orang-orang
Universitas Kristen Petra
37
yang dianggpnya sebagai model. Disamping itu, umur, faktor kebudayaan, dan
tingkat pemahamanya merupakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan.
3.1.3.3 Perkembangan Aspek Psikomotorik
Kemampuan psikomotor, berkaitan dengan keterampilam motorik yang
berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi
antara syaraf dan otak. Harrow (Suciati,2001) mengelompokkan kemampuan ini
menjadi lima kelompok yaitu : meniru, memanipulasi, akurasi gerak, artikulasi,
dan naturalisaisi/otomisasi
Perkembangan psikomotorik yang dilalui peserta didik pada usia remaja
(siswa SLTP) memiliki kekhususan yang antara lain ditandai dengan perubahan-
perubahan ukuran tubuh, proporsi tubuh, ciri kelamin yang primer, dan ciri
kelamin sekunder. Perubahan-perubahan tersebut, pada dasarnya dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori besar, yaitu percepatan pertumbuhan dan
proses kematangan seksual. Bukan saja bersifat kuantitatif, akan tetapi juga
bersifat kualitatif
Perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala umum dalam
pertumbuhan peserta didik pada usia remaja. Perubahan-perubahan fisik tersebut
bukan saja menyangkut bertambahnya ukuran tubuh dan berubahnya proporsi
tubuh, akan tetapi juga meliputi ciri-ciri yang terdapat pada kelamin primer dan
sekunder. Perubahan-perubahan fisik tersebut, pada umumnya mengikuti irama
tertentu. Hal ini terjadi karena dipengaruhi faktor-faktor keluarga, gizi, emosi,
jenis kelamin, dan kesehatan
Perubahan-perubahan fisik yang dialami peserta didik pada usia remaja
(siswa SLTP) mempengaruhi perkembangan tingkah laku mereka yang
ditampakkan pada perilaku yang canggung dalam proses penyesuaian diri mereka,
isolasi diri dari pergaulan, perilaku emosional, dan lain-lain.
3.1.4 Tinjauan Terhadap Generasi Digital
Sebuah generasi dibentuk oleh pengalaman-pengalaman serupa yang
membentuk mereka bersama-sama. Sebagian besar pengalaman-pengalaman ini
datang dari media dan tidak dapat disangkali lagi bahwa pengalaman-pengalaman
Universitas Kristen Petra
38
semacam ini membentuk simbol-simbol tertentu yang akan membangkitkan
perasaan kebersamaan dalam generasi tersebut.
Digital generation terdiri dari mereka yang pada kisaran zaman ini
berusia 0-20 tahun dan menggunakan media-media interaktif seperti internet, CD-
ROM serta video games dan media-media ini menjadi sumber informasi bagi
mereka. Sebagai akibat dari berubahnya cara mereka berkumpul, menerima dan
memperbincangkan informasi, generasi ini menjadi penuh dengan rasa ingin tahu,
memiliki rasa percaya diri yang tinggi, berani melawan hal-hal yang umum
terjadi, smart, terfokus, mampu beradaptasi, dan berorientasi global. Kebiasaan-
kebiasaan yang baru tersebut akhirnya membentuk kebudayaan mereka yang
disebut sebagai kebudayaan digital (digital culture).
3.1.4.1 Transformasi Sosial
Penguasaan teknologi digital menjadi sebuah faktor yang mendorong
terjadinya transformasi sosial. Hal ini merupakan sebuah gelombang dari anak-
anak muda (youth) yang berada di jantung kebudayaan yang baru dimana
kebudayaan ini didominasi oleh media-media digital. Mereka adalah generasi baru
yang belajar, bekerja, berkomunikasi, berbelanja dan menciptakan komunitas
dengan cara yang sama sekali berbeda dengan orang tua mereka. Gelombang anak
muda ini muncul pada waktu yang bersamaan dengan revolusi digital yang
mentransformasikan segala bidang dalam kehidupan bermasyarakat. Kedua faktor
ini bersama-sama tidak hanya memproduksi sebuah generasi yang baru tetapi juga
sebuah transformasi sosial.
3.1.4.2 Penggunaan Media
Digital generation lebih banyak menggunakan media interaktif daripada
media-media broadcast. Tidak ada yang merefleksikan hal ini lebih baik daripada
menurunnya jam ditontonya tayangan televisi oleh anak-anak usia 0-20 tahun.
Pemirsa televisi menjadi lebih sedikit dan diskriminatif. Sebanarnya bukan
televisi yang sedang diserang melainkan kondisi alamiah dari broadcast itu
sendiri
Universitas Kristen Petra
39
Tempat dimana generasi ini menemukan kekuatannya (power) adalah pada
internet karena internet tergantung pada sistem yang tersebar merata dan tidak
hierarkhis. Sistem ini berada tepat di jantung kebudayaan mereka untuk
berinteraksi.
3.1.4.3 Interactive Learning
Interaksi diantara teman-teman sebaya, jika difasilitasi oleh sekolah, dapat
menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa dalam mempromosikan kegiatan belajar.
Bagi digital generation, komputer adalah bagian yang integral dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Demikian pula komputer juga menjadi bagian yang integral
dalam interaksi mereka. Generasi ini menggunakan media-media digital dengan
paradigma yang baru dalam belajar.
Media yang baru ini menciptakan demand untuk sebuah kebiasaan belajar
yang baru yang disebut sebagai interactive learning. Disini, para pembelajar
menikmati interaksi dan koneksi yang lebih banyak dengan orang lain. Mereka
berdiskusi dan belajar satu dengan yang lain dengan guru sebagai partisipan.
Bermacam-macam forum digital memungkinkan mereka untuk melakukan
brainstorming, debat dan saling berbagi informasi satu dengan yang lain.
Lingkungan untuk belajar secara interaktif (interactive learning) yang
terbaru adalah web dan internet. Kedua tempat ini menyimpan pengetahuan yang
luas, peralatan untuk mengatur pengetahuan ini, dan akses kepada orang-orang.
3.1.4.4. Delapan Perubahan dalam Interactive Learning.
Dengan melakukan eksplorasi terhadap media-media digital, pendidik dan
pelajar dapat berpindah pada paradigma belajar yang lebih efektif
• Dari belajar secara linier menjadi belajar dengan hypermedia Pendekatan tradisional terhadap proses belajar adalah linier. Hal ini
menjadikan textbook, yang adalah salah satu media pembelajaran, diajarkan
dari awal hingga akhir. Sejarah, novel dan beberapa narasi disusun secara
linier. Kebanyakan textbook memang direncanakan untuk dibaca dari halaman
Universitas Kristen Petra
40
pertama hingga halaman terakhir. Acara-acara televisi dan video-video yang
berisi instruksi didesain untuk ditonton dari awal hingga akhir.
Bagi generasi ini, akses terhadap informasi lebih interaktif dan tidak
sekuensial. Saat mereka menjelajahi internet, mereka dapat berpindah-pindah
dari situs yang satu ke situs yang lain, dan pada saat yang bersamaan dapat
mengakses beberapa situs sekaligus. Selain itu, mereka juga dapat
berpartisipasi dalam beberapa aktivitas sekaligus. Saat mencari beberapa
materi yang baru, mereka dapat membuat hyperlink ke server dan sumber-
sumber informasi di segala tempat.
• Dari belajar dengan instruksi menjadi belajar melalui konstruksi dan
penemuan
Ada perubahan dari status sebagai seorang guru menjadi seorang
partner belajar. Hal ini mengubah kebudayaan belajar. Sekolah akan menjadi
tempat untuk belajar dan bukan tempat untuk mengajar. Anak-anak akan
belajar dengan cara melakukan (learning by doing), bukan melalui transfer
informasi dari guru ke murid. Belajar juga menjadi sebuah proses percobaan.
Alih-alih memperoleh ilmu pengetahuan dari seorang instruktur, para
pembelajar membangun pengetahuan mereka dengan cara yang baru.
Pendekatan ini dideskripsikan sebagai pendekatan konstruktivis.
Konstruksionisme berpendapat bahwa orang akan belajar lebih baik dengan
cara melakukan daripada jika mereka hanya diberi tahu. Fakta-fakta yang
mereka “temukan” dengan cara mereka sendiri akan menjadi lebih berarti bagi
mereka dan tidak mudah mereka lupakan daripada jika fakta tersebut hanya
mereka baca dari papan tulis. Di sini komputer (software) membantu
proses dimana anak akan menemukan fakta itu dengan caranya sendiri. • Dari pendidikan yang berpusat pada guru menjadi pendidikan yang berpusat
kepada para pelajar.
Media yang baru memungkinkan pemusatan dari pengalaman belajar
pada individu yang belajar dan bukan pada yang individu yang mengajarkan
Universitas Kristen Petra
41
pengetahuan tersebut. Lebih jauh lagi, learner-centered education akan
meningkatkan motivasi belajar seorang anak.
Adalah penting untuk mengetahui bahwa berpindah dari teacher-
centered ke learner-centered bukan berarti secara tiba-tiba meniadakan peran
guru. Cara belajar seperti ini harus disesuaikan dengan subjek yang dipelajari.
Sebagai contohnya adalah : Tidak akan ada yang mengatakan bahwa cara
terbaik untuk belajar memainkan piano adalah dengan cara mencoba-coba
sendiri sampai menemukan teknik yang tepat.
Di masa lalu , pendidikan telah berfokus pada guru,bukan murid. Hal ini
benar dimana pada pendidikan yang lebih tinggi, latar belakang pendidkan
seorang guru akan mempengaruhi materi yang disampaikan. Aktivitas di
dalam kelas didominasi oleh penjelasan dari guru sementara murid-murid
hanya mendengarkan. Tidak akan ada kelas yang dimulai dengan seorang
guru yang mempelajari kebiasaan murid-muridnya : apa saja keahlian mereka,
software apa yang mereka miliki, permainan apa yang mereka mainkan, dan
bagaimana membuat mereka bisa saling berbagai. Media yang baru
menyediakan alat untuk memusatkan pendidikan pada murid.
Learner-centered education dimulai dengan evaluasi terhadap
kemampuan, gaya belajar, konteks sosial, dan faktor-faktor penting lainnya
yang akan mempengaruhi proses belajar seorang anak. Kelas akan menjadi
lebih aktif dengan murid-murid yang berdiskusi, berdebat, meneliti dan
berkolaborasi dalam sebuah proyek. • Dari menyerap materi pelajaran menjadi belajar bagaimana untuk belajar.
Dalam proses ini, para pembelajar tidak hanya sekedar belajar
menganalisa tetapi juga belajar bagaimana untuk membuat sebuah sintesa.
Mereka menyatukan sumber-sumber informasi dan orang-orang lain di
internet kemudian membangun sendiri gambaran mentalnya dan strukturnya
Universitas Kristen Petra
42
• Dari hanya belajar sewaktu masih sekolah menjadi belajar seumur hidup (life-
long learning)
Di masa yang lalu, hidup dibagi menjadi dua periode. Periode yang
pertama adalah periode untuk belajar sedangkan periode yang kedua adalah
periode untuk menerapkan apa yang telah dipelajari tersebut. Anak-anak
pergi ke sekolah dan juga universitas untuk mempelajari keahlian-keahlian,
baik berdagang maupun profesional, dan sepanjang sisa hidup mereka, mereka
hidup dengan pengetahuan yang mereka peroleh sewaktu mereka masih
sekolah tersebut.
Saat ini, anak-anak menemukan kembali dasar-dasar dari ilmu
pengetahuan mereka secara konstan, terus-menerus dan berkesinambungan.
Dengan berkembangnya media-media informasi, banyak pula perubahan-
perubahan di segala bidang yang dapat terjadi kapan saja. Perkembangan
dapat terjadi dengan sangat cepat dan tidak diduga-duga. Apa yang dipelajari
saat ini bisa saja menjadi sesuatu yang tidak dapat diterapkan lagi hanya
dalam waktu beberapa tahun. Oleh karena itu, belajar menjadi proses yang
berkelanjutan dan harus dilakukan seumur hidup.
• Dari cara belajar yang diseragamkan menjadi cara belajar yang disesuaikan
dengan masing-masing individu pembelajar.
Pendidikan masal adalah hasil dari industrialisasi ekonomi. Hal ini
terjadi bersama-sama denagan produksi masal, marketing masal, dan media
massa. Pendekatan dalam melakukan bisnis bergeser kepada pendekatan yang
disebut sebagai pendekatan individual. Setiap pangsa pasar terdiri dari
individu-individu yang berbeda-beda satu dengan yang lain, yang akan
menilai produk-produk yang ada dengan pengetahuan mereka masing-masing.
Media digital memungkinkan anak-anak untuk diperlakukan sebagai
seorang individu dengan kebiasaan belajarnya masing-masing seuai dengan
latar belakang, kemampuan individual, dan usia mereka. Setiap anak adalah
istimewa dan tidak ada anak yang akan ditinggalkan.
Universitas Kristen Petra
43
• Dari belajar dengan terpaksa menjadi belajar dengan senang hati.
Bagi beberapa anak, belajar di kelas bukanlah pengalaman yang
menyenangkan. Beberapa orang pendidik telah memperhatikan bahwa
generasi sekarang, mengharapkan untuk mendapat hiburan di sekolah.,
sehingga mereka dapat menikmati pengalaman belajar tersebut. Entertainment
telah menjadi bagian yang mendalam dari proses belajar. Dari sudut pandang
ini dapat disimpulkan bahwa guru yang terbaik adalah seorang entertainer.
Banyak software didesain untuk menggabungkan proses belajar di dalam
sebuah permainan. Dengan menggunakan media yang baru, seorang
pembelajar akan lebih mudah untuk membangun kesenangan, motivasi dan
tanggung jawab dalam belajar.
• Dari guru sebagai sumber informasi menjadi guru sebagai fasilitator.
Belajar telah menjadi sebuah aktivitas sosial. Guru-guru yang ada saat
ini adalah sebuah generasi pendidik yang baru pula. Saat ini, guru bertindak
sebagai konsultan teknis bagi sebuah kelompok belajar. Jika guru tidak dapat
memecahkan masalah yang ditanyakan oleh murid, ia akan membawa mereka
kepada orang lain yang dapat memecahkannya. Dalam hal ini guru juga
belajar dari musid-muridnya. Guru hanya berperan sebagai fasilitator
sementara para pembelajar membangun sendiri ilmu pengetahuan mereka.
3.1.5 Tinjauan Terhadap Standar Kompetensi Lulusan
3.1.5.1 Penentuan Standar Kompetensi Lulusan
Dengan ditetapkannya Pendidikan Berbasis Kompetensi, pertama-tama yang
dilakukan adalah menentukan standar kompetensi lulusan. Standar kompetensi
lulusan berisikan seperangkat kompetensi yang harus dikuasai lulusan yang
menggambarkan profil lulusan secara utuh. Standar kompetensi lulusan
meggambarkan berbagai aspek kompetensi yang harus dikuasai, baik
menyangkut aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
Standar kompetensi lulusan ditentukan berdasarkan visi dan misi
penyelenggara pendidikan dan pelatihan. Selain visi dan misi, asumsi berupa
Universitas Kristen Petra
44
proposisi atau pernyataan yang dianggap rasional juga digunakan sebagai acuan
dalam penentuan kompetensi lulusan.
Dalam merumuskan standar kompetensi lulusan juga dipertimbangkan
berbagai sumber antara lain (a) materi kurikulum/pembelajaran dan buku teks, (b)
analisis taksonomi hasil belajar (kompetensi kognitif, afektif, keterampilan
psikomotoris, produk, eksploratori/ekspresif), © masukan dari kalangan profesi,
(d) masukan dari masyarakat penggunan dan (e) hasil analisi tugas (Hall & Jones:
1976:42).
3.1.5.2 Standar Kompetensi Lulusan Siswa SMP
Acuan untuk merumuskan standar kompetensi lulusan dapat berupa
landasan yuridis yaitu peraturan perundang-undanga yang berlaku, dan
persyaratan yang ditentukan oleh pengguna lulusan atau dunia kerja. Secara
yuridis, kompetensi lulusan SMP dapat dijabarkan dari perumusan tujuan
pendidikan yang terdapat di dalam UUD, GBHN, atau Undang-Undang tentang
Sistem Pendidkan Nasional (USPN). Tujuan Pendidikan Nasional menurut pasal 4
UU No. 2 tahun 1989 adalah “mencerdasakan kehidupan bangasa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu masyarakat yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri, serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsan. “
Adapun tujuan pendidikan nasional menurut GBHN 1999-2005 adalah
membetuk manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan fitrahnya yaitu pribadi
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
demokratis, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki kepribadian
yang mantap, mandiri dan kreatif , memiliki keterampilan hidup yang berharkat
dan bernmartabat, serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan yang mampu mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas dan
berdaya saing di era global.”
Universitas Kristen Petra
45
Untuk merumuskan aspek-aspek kompetensi secara digunakan analisa
berdasarkan taksonomi tertentu. Bloom , dkk (1956:17) menganalisis kompetensi
berdasarkan taksonominya menjadi tiga aspek, masing masing dengan tingkatan
sebagai berikut :
• Kompetensi pada aspek kognitif (kecerdasan) meliputi tingkatan
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa dan evaluasi
• Kompetensi pada aspek psikomotor (gerak), meliputi keterampilan meniru,
memanipulasi, ketepatan gerak, artikulasi dan naturalisasi
• Kompetensi pada aspek afektif/perasaan, meliputi pengenalan, respons,
penghargaan terhadap nilai, pengorganisasian, dan internalisasi.
Sedangkan Hall & Jones (1976:48) membagi kompetensi menjadi 5 macam
yaitu :
• Kompetensi kognitif, yang mencakup pengetahuan, pemahaman dan perhatian
• Kompetensi afektif yang menyangkut nilai, sikap minat dan apresiasi
• Kompetensi penampilan yang menyangkut demonstrasi keterampilan fisik
atau psikomotorik
• Kompetensi produk atau konsekuensi, yang menyangkut keterampilan
melakukan perubahan terhadap phiak lain
• Kompetensi eksploratif atau ekspresif , menyangkut pemberian pengalaman
yang mempunyai nilai kegunaan di masa depan sebagai hasil pengiring yang
positif.
Sehubungan dengan kompetensi yang dijabarkan dari tujuan Pendidikan
Nasional, ada dua butir kompetensi yang perlu mendapatkan perhatian yaitu
kecakapan hidup (life skill) dan keterampilan sikap.
Kecakapan hidup (life skill) merupakan kecakapan untuk memecahkan
masalah secara inovatif dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip atau
prosedur yang telah dipelajari. Pemecahan masalah tersebut dapat berupa proses
maupun produk yang bermanfaat untuk mempertahankan, meningkatkan atau
memperbarui hidup dan kehidupan siswa. Kecakapan hidup tersebut diharapkan
dapat dicapai melalui berbagai pengalaman belajar siswa. Dari berbagai
pengalaman mempelajari berabagai mata pelajaran, diharapkan siswa memperoleh
hasil sampingan yang positif berupa upaya memanfaatkan pengetahuan, konsep,
Universitas Kristen Petra
46
prinsip dan prosedur untuk memecahkan masalah baru dalam bentuk kecakapan
hidup. Di samping itu, kecakapan hidup tersebut hendaknya diupayakan
pencapaiannya degnan mengintegrasikannya pada topik dan pengalaman belajar
yang relevan.
Keterampilan sikap (afektif) menckup dua hal . Pertama , sikap yang
berkenaan denga nilai, moral, tata susila , baik buruk, demokratis, terbuka,
dermawan, jujur, teliti dan lain sebagainya. Kedua sikap terhadap materi dan
kegiatan pembelajaran seperti menyukai, menyenangi, memandang positif,
menaruh minat, dan lain sebagainya. Mengingat sulitnya merumuskan,
mengajarkan dan mengevaluasi aspek afektif, seringkali kompetensi afektif
tersebut tidak dimasuikkan ke dalam program pembelajaran Sama halnya
dengan kecakapan hidup, kompetensi afektiktif hendaknya diupauyakan
pencapaiannya melalui pengintegrasian dengan topik pengalaman belajar yang
relevan.
Sejalan dengan Tujuan Pendidkan Nasional, kurikulum disusun untuk
memberi pengalaman belajar kepada peserta ddik yang tepat agar potensi mereka
dapat berkembang secara optimal, untuk mencapai kompetensi tamatan secara
utuh. Kompetensi ini terdiri dari kemampuan akademik, kemampuan emosional,
kemampuan spiritual, kecakapan hidup, keterampilan motorik, kepribadian kuat
yang mencakup moral, sikap sosial, rasa percaya diri, semangat bekerja sama,
kebiasaan hidup sehat, menghargai perbedaan, dan apresiasi estetika terhadap
dunia sekitar. Dengan kata lain, kutrikulum diharapkan dapat memabantu
pengembagan kemampuan etika, estetika, logika dan kinestetika sdrta
kemampuan religiusitas/ spiritualitas secarfa harmonis. Kurikulum pada
jhakekatnya merupakan masukan instrumental yang membantu peserta didik
agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan bakat dan potensinya agar
menajdi warga negara yang bertanggung jawab.
Dengan memperhatikan berbagai pertimbangan seperti yang diuraikan
diatas maka dapatdirumuskan bahwa standar kompetensi lulusan sekolah
menegah pertama (SMP) adalah memiliki kemampuan untuk :
• Meyakini , memahami dan menjelaskan ajaran agama yang dianut
Universitas Kristen Petra
47
• Memahami dan menajlankan hak dan kewajiban untuk berkarya secara
produktif , kompetitif, kooperatif, dan memanfaatkan lingkungan seara
bertanggung jawab
• Berpikir logis, kritis, inovatif, kreatif dalam memecahkan masalah serata
mampu berkomunikasi secara verbal baik lisan maupun tertulis sesuai denga
konteksnya memalui berbagai medai termaxsuk teknologi informasi
• Meningkatkan ketahanan dan kebugaran jasmani , mengandalikan emosi dan
menampilakn sikap sportif dan perilaku sehat
• Memahami perubahan dan dinamika kehidupan sesuai dengan ruang dan
waktu
• Belajar mandiri dan mengenali diri sendiri
• Berekspresi dan menghargai seni dan keindahan
• Memanfaatkan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki untuk hidup di
masyarakat
Berdasarkan rumusan diatas, kompetensi tamatan dapat dikelompokkan
menjadi kompetensi yang berkenaan dengan aspek moral keagamaan,
kemanusaiaan (humanoria), komunikasi estetika, serta ilmu dan teknologi.
Berdasarkan profil kompetensi lulusan tersebut selanjutnya dijabarkanlah
sejumlah mata pelajaran yang relevan, yang diperlukan untuk mencapai
kebulatan kompetensi yang dimaksud
3.1.5.3 Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Standar kompetensi mata pelajaran dapat didefinisikan sebagai “pernyataan
tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa serta
tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata
pelajaran (Centre for Civics Education, 1997:2). Standar kompetensi merupakan
kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang
terstruktur. Standar kompetensi mata pelajaran juga merupakan fokus dari
penilaian meskipun kurikulum lebih banyak berisi tentang dokumen pengetahuan,
keterampilan dan sikap dari pada bukti-bukti untuk menunjukkan bahwa siswa
yang akan belajar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan awal.
Universitas Kristen Petra
48
Dengan demikian standar kompetensi mata pelajaran diartikan sebagai
kemampuan siswa dalam :
• Melakukan suatu tugas atau pelajaran berkaitan dengan mata pelajaran
tertentu.
• Mengorganisasikan tindakan agar pekerjaan dalam mata pelajaran tertentu
dapat dilaksanakan
• Melakukan reaksi yang tepat bila terjadi penyimpangan dari rancangan
semula
• Melakukan tugas dan pekerjaan berkaitan dengan mata pelajaran dalam
situasi dan kondisi yang berbeda
Penyusunan standar kompetensi suatu jenjang atau tingkat pendidikan
merupakan usaha untuk membuat suatu sistem sekolah menjadi otonom, mandiri
dan responsif terhadap keputusan kebijakan daerah maupun nasional. Kegiatan
ini diharapkan standar pada tingkat lokal dan nasional. Penentuan standar
kompetensi dilakukan dengan cermat dan hati-hati karena jika setiap sekolah atau
setiap kelompok sekolah mengembangakan standar kompetensinya sendiri tanpa
memperhatikan standar nasional maka pemerintah pusat akan kehiangan sistem
untuk mengontrol mutu sekolah. Akibatnya, kualitas sekolah akan bervariasi dan
tidak dapat dibandingkan antara kualitas sekolah yang satu dengan kualitas
sekolah yang lain. Oleh karena itu para pembuat kebijakan menganalisis dan
menetapkan standar kompetensi yang bersifat nasional.
Pengembangan standar kompetensi perlu dilakukan secara terbuka,
seimbang dan melibatkan semua kelompok yang akan dikenai standar
kompetensi tersebut. Melibatkan semua kelompok sangat penting karena semua
kesepakatan yang telah dicapai dapat dilaksanakan secara bertanggjung jawab
oleh pihak sekolah masing-masing. Disamping itu, kajian standar kompetensi di
negara-negara lain perlu juga dilakukan sebagai bahan rujukan. Standar
kompetensi yang telah ditetapkan berlaku secara nasional, namun cara mencapai
standar tersebut diserahkan pada masing-masing wilayah.
Perlu diingat kembali bahwa kompetensi merupakan kebulatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat didemonstrasikan, ditunjukkan
atau ditampilkan oleh siswa sebagai hasil belajar. Sesuai dengan pengertian
Universitas Kristen Petra
49
kompetensi tersebut maka standar kompetensi adalah standar kemampuan yang
harus dikuasai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa hasil mempelajari bidang
studi atau mata pelajaran tertentu berupa pengusahaan atas pengetahaun, sikap,
dan keterampilan tertentu telah dicapai.
3.1.5.4 Kompetensi Dasar
Untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran,
standar kompetensi yang diharapkan dan dapat dicapai dalam mempelajari
sejumlah kompetensi minimum atau kesempatan belajar. Untuk keperluan
pembelajaran, kompetensi dasar digunakan sebagai dasar/acuan dalam menetukan
materi pokok beserta uraiannya dalam bentuk materi pemebelajaran Sedangakan
untuk sistem penilaian, kompetensi dasar kemudian dikembangkan menajdi
sejumlah indikator untuk menentukan soal ujian.
3.1.5.5 Penentuan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran disini dimaksudkan sebagai bentuk/pola umum
kegiatan pemebelajaran yang akan dilaksanakan. Strategi pembelajaran dapat
dipilih antara kegiatan tatap muka dan non tatap muka (pengalaman belajar)
• Tatap Muka
Kegiaatan tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara
guru dengan murid seperti : ceramah , diskusi, presentasi, seminar dibawah
bimbingan guru, ujian blook, kuis, dll
• Pengalaman Belajar
Pengalaman dan kegiatan belajar disini menunjukkan kegiatan belajar
yang perlu dilakukan oleh siswa dalam berinteraksi dengan objek dan atau
sumber sumber belajar untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar dan
materi pembelajaran. Bentuknya dapat berupa kegiatan
mendemonstarasikan, mempraktekkan, mensimulasikan, mengadakan
eksperimen, menganalisa, mengaplikasikan, menemukan, mengamati,
meneliti, menelaah, dll yang bukan kegiatan interaksi guru-murid seperti
mendengarkan uraian guru, berdiskusi dibawah bimbingan guru,dll. Berbagai
Universitas Kristen Petra
50
alternatif pengalaman belajar dapat dipilih sesuai dengan jenis kompetensi
serta meteri yang dipelajari.
Ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai, kegiatan atau
pengalaman belajar siswa meliputi menghafal,
menggunakan/mengaplikasikan, dan menemukan. Ditinjau dari dimensi
materi yang perlu dihafal, diaplikasikan serta ditemukan adalah fakta, konsep,
prinsip dan prosedur.
Pengalaman belajar yang telah diidentifikasikan dalam contoh silabus
masing-masing mata pelajaran perlu digunakan sebagai acuan oleh guru
dalam mengembangakan strategi atau metode pembelajaran. Pengalaman
belajar dapat diperoleh baik melalui kegiatan di dalam maupun di luar kelas.
Pengalaman belajar di dalam kelas dapat diperoleh dengan jalan
mengadakan interaksi antara siswa dengan objek dan atau sumber belajar
sesuai dengan uraian materi pembelajaran yang telah dirumuskan. Bentuknya
dapat berupa telaan buku, telaah undang-undang, telaah hasil penelitian,
mengadakan percobaan di labolatorium, mengukutr tinggi benda
menggunakan kilometer (alat pengukur ketinggian benda), kerja praktek di
studio dan sebagainya
Pengalaman belajar di luar kelas dapat diperoleh melalui kegiatan siswa
dalam berinteraksi dengan objek dan atau sumber belajar seperti mengamati
jalannya sidang di pengadilan negeri bagi siswa yang belajar
Kewaraganegaraan. Sedangkan dalam mata pelajaran Sains, pengalaman
belajar dapat dikemas dalam bentuk melakukan pengamatan ragam tumbuhan
atau organisme pantai dibandingkan dengan ragam tumbuhan di pegunungan
bagai siswa yang ingin mempelajari keragaman makhluk hidup sesuai dengan
karakteristik habitatnya atau mengamati penaruh abrasi (erosi gelombang) di
pantai untuk dapat memahami pengaruh ombak laut terhadap pantai, dan
sebagainya. Sedangkan dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial,
pengalaman belajar dapat diberikan dalam bentuk melakukan pengamatan
terhadap berbagai objek peninggalan sejarah seperti museum, candi,dan
sebagainya untuk memahami budaya nenek moyang kita di masa lalu.
Universitas Kristen Petra
51
Agar pengalaman belajar dapat diperoleh siwa dengan baik maka
diperlukan adanya sumber bahan. Dalam hal ini sumber bahan dapat berupa
objek langsung dan dapat pula berupa objek tak langsung. Objek langsung
artinya bahwa siswa benar-benar diajak mengunjungi pedesaan, daerah urban,
kota kecil, dan kota besar untuk mengadakan survey. Jika tidak dimungkinkan
maka guru dapat menyajikan fakta tersebut dengan bantuan objek yang tidak
langsung misalnya dengan bantuan audio (kaset) atau audio visual (film atau
VCD). Dapat pula guru membuat suatu karangan yang menyajikan fakta
tersebut.
3.1.5.6 Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) pada hakikatnya
merupakan implementasi dan penentuan materi pembelajaran yang disesuaikan
dengan karakteristik daerah.
Pembelajaran kontekstual bermula dari pengalaman pembelajaran tradisional
dari John Dewey yang pada tahun 1916 merumuskan suatu kurikulum dan
metodologi pembelajaran yang terikat dengan pengalaman dan minat siswa.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewy yang
menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang dipelajari
terkait dengan apa yang telah diketahui dengan kegiatan atau peristiwa yang
terjadi di sekelilingnya.
Kegiatan dan strategi yang ditampilkan dapat berupa kombinasi dari kegiatan
berikut :
• Pembelajaran otentik (authentic instruction), yaitu pembelajaran yang
memungkinkan siswa belajar dalam konteks yang bernakna sehingga
menguatkan ikatan pemikiran dan keterampilan memecahkan masalah-
masalah penting dalam kehidupan di masyarakat
• Pembelajaran berbasis inkuiri (iquiry -based learning), yaitu memaknakan
strategi pembelajaran dengan metode-metode sains, sehingga diperoleh
pembelajaran yang bermaka
• Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), yaitu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah-masalah yang ada di dunia nyata
Universitas Kristen Petra
52
atau di sekelilingnya sebagai konteks bagi siswa utnuk belajar kritis dan untuk
memperoleh konsep utama dari suatu mata pelajaran
• Pembelajaran layanan (service learning), yaitu metode pembelajaran yang
menggabungkanlayanan masyarakat dan struktur sekolah untuk
merefleksikan layanan, menekankan hubungan atara layanan yang dialami
dan pembelajaran akademi di sekolah
• Pembelajaran berbasis kerja (work-based learning), yaitu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan konteks temapt kerja, dan membahas
penerapan konsep mata pelajaran di lapangan. Prinsip kegiatan pembelajaran
di atas pada dasarnya adalah penekanan pada penerapan konsep mata
pelajaran di lapangan dan menggunakan masalah-masalah lapangan untuk
dibahas di sekolah.
Dengan demikian prinsip dasar pembelajaran kontekstual adalah :
• Menekankan pada pemecahan masaah
• Mengenal kegiatan mengajar yang terjadi di berbagai konteks seperti rumah,
masyarakat dan tempat kerja
• mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehinga
menjadi pelajar yang aktif danterkendali
• Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa
• Mendorong siswa belajar dari satu dengan yang lainnya dan belajar bersama,
dan
• Menggunakan penilaian otentik
Jadi prinsip pembelajaran kontekstual adalah agar siswa dapat
mengembangkan cara belajarnya sendiri dan selalu mengaitkan dengan apa yang
telah diketahui dan apa yang ada di masyarakat yaitu aplikasi dari konsep yang
dipelajarinya.
3.1.5.7 Pengalaman Belajar Dan Kecakapan Hidup (Life Skills)
Dalam mengembangkan pengalaman belajar hendaknya sedapat mungkin
pengalaman belajar yang diberikan hanya mengembangkan kemampuan kognitif
atau efektif atau psikomotorik, tetapi kecakapan hidup (life skills) yang sangat
diperlukan bagi kehidupan siswa kelak sebagai anggota masyarakat
Universitas Kristen Petra
53
• Pengertian
Kecakapan hidup (life skills) atau biasa dikenal dengan keterampilan
hidup, menurut sejumlah pakar seperti Santoso S. Hamijoyo(2002), Wardiman
Joyonegoro dengan Link and Match (2002), dan tokoh-tokoh pendidkan
lainnya menganggap bahwa life skills bukanlah gagasan baru. Bahkan dalam
brosurnya, UNESCO (1949) telah merinci tujuan pendidikan keterampilan
baca , tulis, hitung, dengan wawasan yang universal, jauh ke depan, dan
bahkan sampai hari ini pun masih valid (Santoso S. Hamijoyo, 2002).
Kecakapan hidup (life skills) adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang
untuk mampu menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa
merasa tertekan, kemudian secara proaktif mencari serta menemukan solusi
sehingga akhirnya mampu mengatasinya
• Jenis kecakapan hidup
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Mengah Depdiknas (2002)
membagi kecakapan hidup menjadi 5 jenis. Jenis kecakapan yang pertama
adalah kecakapan mengenal diri /personal (personal skills) yaitu self
awareness, penghayatan diri sendiri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
anggota masyarakat dan warga negara, menyadari dan mensyukuri kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki
Jenis kecakapan yang kedua adalah Kecaka pan berpikir rasional
(thinking skill) yang terdiri dari kecakaapan menggali dan menemukan
informasi, kecakapan megolah informasi dan mengambil keputusan,
kecakapan memecahkan masalah, kecakapan social, kecakapan antara
personal (social skill), kecakapan berkomunikasi dengan empati, dan
kecakapan bekerja sama
Jenis kecakapan yang ketiga adalah kecakapan akademik/ kemampuan
berpikir ilmiah (academic skill) yang terdiri dari kecakapan mengidentifikasi
variabel dan menjelaskan hubungan antara variabel tersebut, kecakapan
merumuskan hipotesa, serta kecakapan merancang dan melaksanakan
penelitian.
Universitas Kristen Petra
54
Jenis kecakapan yang keempat adalah kecakapan vokasioal/ kemampuan
kejujuran yaitu kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu
yang terdapat di masyarakat
Kelima jenis kecakapan hidup tersebut itu dapat dikelompokkan lagi
menajdi dua kelompok besar yaitu : General Life skills dan kecakapan hidup
yang bersifat spesifik (specific Life Skills)
Kecakapan hidup yang bersifat umum (general ligfe skills/gls) adalah
kecakapan yang diperlukan oleh siapapun baik yang bekerj,a yang tidak
bekerja, dan yang sedang menempuh pendidikan.
Kecakapan hidup yang bersifat spesifik (specific life Skills ) adalah
kecakapan yang diperlukan seseorang untuk menghadapi problema khusus
/tertentu, disebut jugakompetensi teknis
Dalam kehidupan nyata antara GLS dan SLS tidak berfungsi secarah
terpisah tetapi melebur menjadi satu tindakan individu yang melibatkan aspek
fisik,mental, emosional dan intelektual.
• Kecakapan hidup untuk jenjang SLTP
Masing-masing jenjang pendidikan memiliki tugas utnuk menjalankan
fungsi yang berkaitan langsung dengan skill tertetu. Adapun untuk SLTP,
penekanannya adalah pada upaya untuk mengakrabakan peserta didik dengan
peri kehidupan nyata di lingkungannya, menumbuhkan kesadaran tetang
makna/nilai perbuatan seseorang terhadap pemenuhan kebutuhan hidupnya,
memberikan sentuhan awal terhadap pengembangan keterampilan
psikomotorik, serta memberikan pilihan tindakan yang dapat memacu
kreativitas.
3.1.6 Ekonomi Bangunan
Masalah ekonomi cukup banyak pemakaiannya dalam kehidupan.
Prinsipnya adalah perbandingan antara beberapa pilihan dengan dasar uang. Pada
waktu penilaiannya memerlukan suatu pengetahuan teknologi serta penerapannya
di bidang bangunan maka penilaian tersebut dinamakan ekonomi bangunan
Universitas Kristen Petra
55
(building economic). Pembahasan mengenai aspek ekonomi ini harus dimulai
sebelum sejumlah uang dikeluarkan.
Kebanyakan masalah yang dihadapi dalam ekonomi bangunan memerlukan
perhitungan faktor waktu. Bunga yang berhubungan dengan modal yang
ditanamkan akan sangat mempengaruhi hasil dari studi ini. Nilai dari uang tidak
hanya tergantung dari jumlahnya tetapi juga tergantung pada kapan uang tersebut
diterima.
Bila uang dipinjam untuk membiayai proyek maka ada dua hal yang harus
diperhatikan. Hal pertama adalah mengembalikan pinjaman tersebut dan yang
kedua adalah membayar bunga dari penjaman tersebut. Selain itu ada hal ketiga
yang tidak berhubungan langsung dengan pinjaman itu yaitu biaya operasi dan
pemeliharaan.
Studi ekonomi dibuat dalam dua situasi yang tipikal. Pertama ialah
memutuskan apakah akan melakukan investasi atau tidak. Kedua ialah memilih
satu dari beberapa alternatif investasi.
3.1.6.1 Analisa Perkiraan Biaya
• Building Cost/Biaya Bangunan
Meliputi segala biaya konstruksi dalam jarak lima kaki dari bangunan, segala
butir perlengkapan yang disyaratakan/dibutuhkan kode (kabinet pemadam
kebakaran, sistem alarm kebakaran, dsb), dan butir-butir yang biasanya
terdapat pada bangunan terlepas dari jenisnya (pancuran air minum). • Fixed Equipment/Perlengkapan Tetap
Meliputi semua butir perlengkapan yang mungkin dipasang sebelum
penyelesaian bangunan dan yang merupakan bagian dari kontrak konstruksi,
seperti locker, perlengkapan pelayanan makanan, tempat duduk tetap,
perlengkapan medis tetap, perlengkapan keamanan, perlengkapan panggung,
penerangan panggung, dan sebagainya. • Site Development/Pengembangan Tapak
Meliputi semua pekerjaan yang dibutuhkan yang berada dalam batas tapak
dan mulai dari jarak lima kaki dari pinggir bangunan misalnya pematangan
Universitas Kristen Petra
56
tanah dan pengurugan, pemagaran, jalan dan parkir, utilitas, pengembangan
landscape, lapangan atletik, jalan setapak, penerangan tapak, perabotan jalan,
grafika pada tapak, fabrik pengolahan buangan pada tapak, perabotan jalan,
kondisi pondasi yang luar biasa. • Total Construction / Konstruksi Total
Biaya ini menggambarkan anggaran konstruksi keseluruhan, biasanya
merupakan lelang dasar dokumen kontrak. • Site Acquisition and Demolition/Penyediaan tapak dan penggusuran
Uang yang dianggarkan untuk membeli tapak proyek dan atau penggusuran
struktur yang ada. • Moveable Equipment
Kategori ini mencakup semua butir perlengkapan yang dapat digerakkan dan
perabotan-perabotan, tetapi tidak termasuk perlengkapan operasional seperti
mikroskop, buku-buku perpustakaan, dan sebagainya yang dibeli dari dana
operasional. • Fees/Tarif
Merupakan biaya-biaya jasa arsitektur dan engineering dan jasa-jasa
konsultan • Contingency/Cadangan Darurat
Merupakan persentasi dari biaya-biaya konstruksi total yang diikutsertakan
sebagai cadangan darurat pelelangan, dan cadangan konstruksi • Administrative Cost/Biaya Administrasi
Merupakan butir-butir pasal yang ditanggung oleh pemilik pada waktu proses
perencanaan misalnya faktor-tarif legal, survey tapak, pengujian tanah,
asuransi, pengujian material. Biaya administrasi ini terdiri dari Permanent
Financing Cost yang mencakup biaya memperoleh pinjaman seperti
investment banker fee yang menjurus kepada pengeluaran bond (kertas
berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang menyatakan bahwa
uang telah dipinjamkan kepada perusahaan itu dan akan dibayarkan kembali
dengan bunganya) atau sebagai construction loan fee yang dikaitkan kepada
Universitas Kristen Petra
57
banker hipotik, dan Interim Financing Cost yang mencakup semua biaya
keuangan konstruksi untuk meminjam dana konstruksi yang besarnya
berbeda-beda sesuai dengan lama waktu konstruksi.
• Total Budget/ Anggaran total
Menggambarkan anggaran total yang dibutuhkan untuk menempati fasilitas
baru dan atau daerah-daerah yang diperbaiki.
Analisa perkiraan biaya harus sejauh mungkin menyeluruh dan realistis
tanpa keraguan akan apa yang membentuk anggaran total yang dibutuhkan. Saat
luas netto total sebuah proyek ditentukan, maka mudah untuk mencapai efisiensi
yang wajar dan luas kotor keseluruhannya. Luas ini, dikalikan dengan biaya
satuan yang realistis akan menghasilkan biaya bangunan yang diperkirakan yang
mana tergantung perkiraan-perkiraan berbagai butir biaya lainnya. Penggunaan persentasi sejenis sebagai kendali akan menuju kepada
anggaran total yang dibutuhkan. Meskipun demikian, persentasi-persentasi ini
tidak konstan. Mereka harus disesuaikan secara terbalik pada tingkat biaya satuan
yang lebih tinggi dan lebih rendah. Walaupun begitu, persentasi yang
dicantumkan dibawah menunjukkan jangkauan variasi yang biasa, tergantung
pada jenis bangunan dan faktor-faktor lain.
Universitas Kristen Petra
58
Tabel 3.1 Building Cost
Universitas Kristen Petra
59
Sumber : Ariyoto, Kresnohadi. Feasibilty Study : Teknik Evaluasi Gagasan Usaha. Jakarta: Mutiara, 1978, p46
3.1.6.2 INDEKS BIAYA BANGUNAN
Biaya bangunan (baris A dari analisa biaya bangunan) tergantung pada luas
netto total (jumlah keperluan ruang), ratio efisiensi yang wajar dari luas netto
terhadap luas kotor, dan biaya per meter persegi ditingkatkan sampai mid-
konstruksi.
Universitas Kristen Petra
60
3.1.6.3 Jenis-Jenis Kualitas
Jenis-jenis kualitas dipengaruhi oleh biaya per meter persegi dan biaya satuan,
Biaya per meter persegi mewakili kualitas material, sistem dan konstruksi -
kualitas struktur arsitekturnya tetapi luas netto total dan efisiensi bangunan juga
menggambarkan aspek-aspek kualitas fungsional dan spatial.
3.1.6.4 Efisiensi Bangunan
• Nett Asignable Areas/ Luas Netto yang Dapat Diperuntukkan
Mencakup jumlah luas semua ruang-ruang fungsional yang dibutuhkan untuk
melayani program dasar
• Unasigned Areas/Luas Yang Tidak Diperuntukkan
Terdiri dari semua ruang lainnya dalam bangunan, khususnya daerah sirkulasi,
daerah mekanikal, toilet umum, kloset, janitor, gudang yang tidak dapat
diperuntukkan, dinding dan parkir.
• Gross Area /Luas Kotor
Pada hakekatnya menggambarkan jumlah luas yang dapat diperuntukkan dan
luas yang tidak dapat diperuntukkan
• Eficiency Ratio/ Ratio Efisiensi :
Rasio luas netto yang dapat dierptuntukkan terhadap luas yang yang tidak
diperuntukkan yang dinyatakan sebagai persentasi dari luas kotor. Dalam
tahap programming, ratio ini digunakan untuk memproyeksikan kebutuhan
luas kotor total dengan menggunakan kebutuhan luas netto sebagai titik
tolaknya. Metode yang termudah untuk melakukan ini adalah dengan
membagi luas netto dengan persentasi yang menunjukkan luas netto itu.
3.1.6.5 Efisiensi dan Kualitas
Ada aspek tertentu dari kualitas yang secara terbalik proporsional terhadap
sebuah bangunan . Oleh karena itu penting sekali untuk meramalkan dan
menentukan efisiensi yang wajar untuk menunjang kualitas yang diharapkan.
Dengan skala tertinggi dan terendah diujung-ujungnya, penentuan nilai dapat
dibuat mengenai kualitas yang dimaksudkan dan efisiensi yang wajar yang dapat
Universitas Kristen Petra
61
diasumsikan bagi tujuan -tujuan perencanaan. Lebih lanjut, skala ini dapat
diperluas untuk memberikan jangkauan tingkat kualitas yang lebih luas.
3.1.6.6 Komponen Sejenis Ruang yang Tidak Dapat Diperuntukkan
Untuk memungkinkan perbedaan pada jenis-jenis bangunan antara
bangunan-bangunan kelembagaan (institusional) dan umum (civic) maka
distribusi daerah-daerah yang tidak diperuntukkan, yang diperlihatkan dibawah
ini dinyatakan sebagai persentasi-persentasi sejenis atau tipikal dari luas kotor . Denah sirkulaisi mencakup koridor-koridor interior, jalan setapak eksterior
beratap (1/2 dari luas seluruhnya) dan koridor-koridor maya, yang merupakan
derah sirkulasi yang tidak didefinisikan melaui daerah yang diperuntukkan,
seperti pathway melaui ruang lobby yang diprogramkan. Perhatikan bahwa
daerah-daerah sirkulasi , sejauh ini adalah komponen satu-satunya yang terbesar
dari ruang yang tidak diperuntukkan. Daerah mekanikal dan didnding, partisi dan struktur masing-masing dapat
meningkat hingga 12% dalam bangunan-bangunan monumental. Komponen
lainnya dari ruang yang tidak diperuntukkan dapat beragam dari 2% hingga 5%.
Persentasi-persentasi ini dapat digunakan sebagai pedoman hingga persentasi
yang wajar dapat diasumsikan bagi sebuah proyek tertentu
3.1.6.7 Ratio yang Wajar
Perbedaan dalam besaran ruang yang diutamakan, tingkat penghunian,
kebutuan sirkulasi dan kebutuhan mekanikal khusus mengarah kepada rasio-
rasio efisiensi yang berlainan untuk berbagai bangunan
Rasio-rasio efisiensi berikut ini adalah beralasan bagi jenis-jenis bangunan
yang dicantumkan hingga mereka dapat diubah oleh kondisi-kondisi khusus.
Universitas Kristen Petra
62
Tabel 3.2. Rasio
Sumber : Ariyoto, Kresnohadi. Feasibilty Study : Teknik Evaluasi Gagasan
Usaha. Jakarta: Mutiara, 1978, p46
3.1.6.8 Kualitas Konstruksi
Tingkat kualitas konstruksi digambarkan oleh angka biaya satuan seperti
biaya per meter persegi kotor. Biaya-biaya satuan ini hanya menggambarkan
tingkat kualitas konstruksi. Kualitas rata-rata menggambarkan konstruksi yang
berstandar baik dengan servis mekanikal elektrikal yang memadai dan tingkat
penyelesaian rata-rata.
3.1.7 Bangunan Sebagai Integrasi Multi Sistem
Dalam teori integrasi, tujuan utama dari integrasi adalah mereduksi jumlah
waktu, material, energi dan ruang (konservasi waktu, energi dan ruang) yang
Universitas Kristen Petra
63
digunakan dalam suatu bangunan sekaligus meningkatkan jumlah aktifitas yang
dapat dilakukan di dalamnya. Hasil yang akan dicapai adalah suatu keseimbangan. Tujuan berikutnya adalah mencapai kinerja total bangunan yang optimal
baik kinerja spasial, kinerja termal, kualitas udara dalam ruang, kinerja akustik,
kinerja visual, dan integritas bangunan. Terdapat empat sistem utama yang secara deskriptif dapat mewakili suatu
bangunan seutuhnya yaitu sistem struktur bangunan (S) , sistem selunbung
bangunan (E), sistem interior bangunan (I), dan sistem mekanikal bangunan (M). Ekspansi geometrik dari keempat sistem utama ini menghasilkan sebelas
kemungkinan. Variasi dari kombinasi dua, tiga empat sistem yaitu :
kombinasi dua sistem (S+E,S+M,S+I,E+M,E+I,M+I)
kombinasi tiga sistem (S+E+M,S+E+I,E+M+I,S+M+I)
kombinasi empat sistem (S+E+M+I) Keterkaitan antara sistem-sistem utama dapat dinyatakan dengan diagram
yang disebut The Tetrahedron System yang menempatkan masing-masing dari
keempat sistem tersebut pada salah satu titik simpul tetrahedron sehingga
memungkinkan untuk dikaji secara analitis potensi teoritis masing-masing sistem
yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain secara seimbang. Terdapat beebrapa level integrasi yang secara kronologis dari yang
sederhana sampai tertinggi meliputi remote, touching, connected, meshed, unified.
Tingkatan tertinggi yakni unified integration terjadi bilamana sistem-sistem
dipadukan sedemikian rupa sehingga masing-masing sistem mempunyai bentuk
fisik dari sistem yang lain dan tidak dapat dibedakan lagi. Semakin tinggi suatu
bangunan semakin besar kemungkinan integrasi diantara sistem-sistem utama
tadi.
3.2 Konsep Desain
3.2.1Analisa Studi Kelayakan
3.2.1.1 Ikhtisar
Universitas Kristen Petra
64
• Landasan Gagasan Usaha
Revolusi digital telah menyebabkan terjadinya transformasi sosial.
Gelombang ini muncul dalam bentuk generasi baru yang belajar, bekerja,
berkomunikasi, berbelanja dan menciptakan komunitas dengan cara yang
sama sekali berbeda dengan generasi sebelumnya. Komputer dan media-
media digital menjadi bagian yang integral dalam interaksi dan kehidupan
sehari-hari mereka. Sebagai akibatnya, generasi ini menjadi penuh dengan
rasa ingin tahu, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, berani melawan hal-
hal yang umum terjadi, smart, terfokus, mampu beradaptasi, dan berorientasi
global.
Perubahan ini menciptakan kebiasaan belajar baru yang disebut sebagai
interactive learning. Disini, para pembelajar menikmati interaksi dan koneksi
yang lebih banyak dengan orang lain. Mereka berdiskusi dan belajar satu
dengan yang lain dengan guru sebagai partisipan. Bermacam-macam forum
digital memungkinkan mereka untuk melakukan brainstorming, debat dan
saling berbagi informasi dengan orang-orang di seluruh penjuru dunia.
Di Indonesia, hal ini direspons dengan munculnya sekolah-sekolah
unggulan yang berorientasi global. Sekolah-sekolah semacam ini meyediakan
waktu lebih banyak bagi anak-anaknya untuk menggunakan komputer dan
Bahasa Inggris. Tidak jarang, kurikulum yang mereka gunakan pun adalah
hasil dari waralaba dengan salah satu institusi pendidikan formal di negara-
negara lain. Ditambah dengan rancunya kurikulum pendidikan dasar di
Indonesia saat ini, para pelaku pendidikan, khususnya di sektor swasta, mulai
mempertimbangkan untuk mengembangkan usaha di sektor ini.
Bentuk sekolah semacam ini mengalami perkembangan pesat di kota-
kota besar di Indonesia. Beberapa sekolah yang sudah memiliki brand di mata
publik, khususnya Jakarta, antara lain : High Scope Indonesia (HSI),
Madania, Global Jaya, Pelita Harapan, dan Binus School. Tidak jarang pula
ditemui Sekolah Nasional Plus yang telah memiliki murid hingga jenjang
pendidikan tinggi. Sayangnya, belum ada Sekolah Nasional Plus yang
beroperasi hingga jenjang SMU di Surabaya.
Universitas Kristen Petra
65
• Pengertian Sekolah Nasional Plus
Dalam proyek ini, Sekolah nasional Plus adalah sekolah yang
mengguankan kurikulum hasil dari waralaba (franchise) dengan sebuah
institusi pendidikan formal yang telah mapan di salah satu negara bagian di
Amerika Serikat. Bahasa Inggris digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Setiap hari juga selalu disediakan waktu khusus untuk menggunakan
educational software. Sebagian siswa yang bersekolah di sini adalah anak-
anak ekspatriat yang ada di Indonesia, namun mayoritas siwanya tetap berasal
dari Indonesia.
Untuk menunjang statusnya, sekolah nasional plus juga menggunakan
tenaga pengajar dari luar negeri. Selain itu, sekolah semacam ini juga
menjalin kerja sama dengan sekolah-sekolah di luar negeri. Dengan kerja
sama itu, siswa yang bersekolah di sini bisa meneruskan ke sekolah-sekolah
tertentu di luar negeri tanpa harus turun kelas (down grade). Kerja sama ini
juga memudahkan proses tukar menukar guru dan siswa serta adopsi
kurikulum maupun teknik mengajar.
Metoda mengajar yang diterapkan adalah metode dua arah. Para murid
diajar aktif dan berani mengungkapkan pendapat. Metode ini menggunakan
sistem reward dan punishment.
Anak-anak yang bersekolah di sini tidak diberikan pekerjaan rumah
untuk dibawa pulang. Setiap mereka diberi tugas untuk membaca sebuah
buku setiap hari untuk didiskusikan keesokan harinya. Setiap minggu
diberikan satu weekly project yang harus diselesaikan dalam waktu satu
minggu.
• Pemilihan Lahan
Izin untuk usaha ini terbuka dan kota Surabaya diperkirakan merupakan
tempat yang baik untuk usaha ini karena Surabaya adalah kota terbesar kedua
di Indonesia setelah Jakarta. Di Jakarta sudah banyak sekolah yang
menerapkan sistem seperti ini sedangkan di Surabaya, penerapan sistem
pendidikan yang seperti ini baru saja dimulai. Bangunan-bangunan yang ada
Universitas Kristen Petra
66
digunakan untuk menampung kegiatan belajar mengajar hanya di tingkat
pendidikan dasar.
Selain itu, melihat perkembangan pembangunan sekolah-sekolah
semacam ini yang telah ada di Surabaya, didapati kecenderungan yang tinggi
untuk mendirikan bangunan tersebut di dalam sebuah kawasan real-estate.
Hal ini memberikan keuntungan bagi kedua pihak dimana pihak real-estate
diuntungkan dengan adanya bangunan publik yang akan “menghisap massa”
dan dapat menarik orang untuk datang ke kawasan tersebut. Jika kawasan
tersebut ramai maka harga tanah dan properti yang ada di atasnya akan
memiliki kecenderungan yang tinggi untuk meningkat.
Selain itu, dengan memilih lahan di dalam sebuah kawasan real-estate,
pihak pemilik sekolah diuntungkan karena proses pengesahan kepemilikan
atas tanah akan berlangsung lebih cepat dan mudah. Mereka tidak perlu
melakukan pembebasan lahan, menyiapkan AMDAL, dan sebagainya. Selain
itu, harga tanah di dalam sebuah real estate akan jauh lebih murah jika
dibandingkan dengan harga tanah di sisi jalan besar.
Hal lain yang juga menjadi pertimbangan adalah jumlah keluarga,
dengan kondisi ekonomi menegah ke atas, yang memiliki anak-anak usia
sekolah. Daerah dengan komposisi masyarakat yang didominasi oleh
keluarga golongan ini akan lebih potensial bagi pendirian bangunan ini.
Dengan melihat hal-hal tersebut di atas, dan diperkuat dengan
Masterplan Surabaya 2000, mengenai perkembangan kawasan pendidikan,
maka didapati bahwa Bagian Surabaya yang paling potensial untuk
pelaksanaan proyek ini adalah Surabaya Barat, tepatnya di dalam salah satu
kawasan real estate yang sedang berkembang di sana.
• Lingkup Proyek
Lingkup proyek adalah penentuan batasan-batasan dari pekerjaan
pembangunan yang akan diliput oleh proyek. Bangunan sekolah ini akan
menampung aktivitas belajar-mengajar untuk pendidikan lanjutan yaitu
Sekolah Menengah Pertama (SMP )
Universitas Kristen Petra
67
Fasilitas sekolah memperhatikan perkembangan motorik kasar anak.
Area berkumpul didesain sangat luas dan aman. Fasilitas seperti dapur, ruang
makan, dan toilet sangat dijaga kebersihannya. Alat-alat makan disteril
dengan air mendidih sebelum digunakan.
Lingkungan dalam sekolah didesain untuk menjadi lingkungan yang
sangat aman. Tidak ada yang dapat masuk ke dalam lingkungan sekolah tanpa
sepengetahuan dan seijin petugas di sekolah. Termasuk juga para pedagang
makanan dilarang berjualan di depan sekolah.
Selain untuk sekolah, bangunan ini juga direncanakan untuk
menampung aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan setelah jam belajar-
mengajar selesai berupa kegiatan ekstra-kurikuler untuk para siswa sekolah
tersebut.
Proyek ini dalam jangka pendek direncanakan berskala lokal yaitu unuk
kawasan Surabaya barat, jika berhasil akan meluas hingga ke seluruh
Surabaya.
• Tujuan Proyek
Sekolah ini direncanakan untuk menjadi sebuah tempat yang
membangkitkan suasana yang menyenangkan sehingga proses belajar dapat
dinikmati dan belajar tidak lagi menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan.
Hal ini dicapai dengan menggunakan pendekatan terhadap perilaku
penggunanya sehingga akhirnya gedung sekolah ini dapat menjadi sebuah
tempat yang tidak asing lagi bagi mereka.
• Membuka Usaha
Berdasarkan hal-hal di atas akan dijajagi usaha membuka sebuah
Sekolah Menengah Pertama Nasional Plus di Surabaya Sejumlah modal
berupa uang tunai telah tersedia untuk usaha ini dan siap ditanam jika
perhitungan menyimpulkan bahwa proyek ini dapat dilaksanakan
Untuk merealisasi maksud tersebut, hendak dibuat evaluasi segi-segi
pasar, teknis, yuridis, manajemen, dan finansiil dari gagasan usaha ini
Universitas Kristen Petra
68
3.2.1.2 Evaluasi Pasar
Evaluasi ini akan membahas apakah jasa pelayanan yang diciptakan oleh
proyek ini akan memenuhi kebutuhan lingkungannya akan jasa ini. Faktor-faktor
yang diperhitungkan antara lain : kebutuhan akan jasa ini pada masa yang lalu
hingga saat ini dan permintaan akan jasa ini di masa yang akan datang
berdasarkan daya beli yang mampu direalisir oleh perkembangan ekonomi
• Kebutuhan
Kelompok usia yang akan dijangkau adalah usia 12-15 tahun yaitu
anak-anak usia Sekolah Menengah Pertama. Selain itu, kelompuk anak ini
juga adalah anak-anak yang berasal dari keluarga golongan ekonomi menegah
ke atas. Hal ini mengingat fungsi bangunan yang adalah sekolah dan
mahalnya biaya yang dibutuhkan untuk biaya operasional penyelenggaraan
pendidikan tersebut.
• Kebutuhan Yang Akan Dipenuhi
Usaha yang akan dijalankan ini mengambil bagian pasar 30% saja.
yaitu khususnya keluarga-keluarga yang berdomisili di daerah Surabaya
Barat.
• Saingan Usaha
Di kawasan Surabaya Barat, sekolah semacam ini belum banyak
didirikan. Hanya ada tiga sekolah yang telah memulai usahanya. Sekolah
pertama adalah IPH (Intan Permata Hati). Sekolah ini berlokasi di Plasa Segi
8. Sekolah kedua adalah Great Crystal School. Sekolah ini berlokasi di
Puncak Permai Square dan yang ketiga adalah IVY School. Sekolah ini
berlokasi di Plasa Graha Family.
Dari ketiga sekolah tersebut, hanya Great Crystall School dan IVY
School yang benar-benar berpusat di Surabaya Barat. Sedangkan sekolah IPH
yang ada di Surabaya Barat adalah cabang dari IPH-Nginden. Saat ini, Great
Crystall School sudah merencanakan pendidikan hingga ke jenjang SMP
namun belum memiliki kegiatan belajar mengajar hingga ke jenjang tersebut
Universitas Kristen Petra
69
sedangkan IVY School baru saja memulai usaha ini dan saat ini hanya
memiliki kelas hingga tingkat Kindergaten, namun mereka merencanakan
untuk menambah kelas hingga SD kelas 6.
• Sasaran dan Selera
Sasaran adalah keluarga dengan kondisi ekonomi menegah ke atas,
yang memiliki anak-anak usia sekolah. dan mampu membayar tarif sekolah
yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tarif di sekolah nasional biasa
3.2.1.3 Evaluasi Teknis
• Lokasi Usaha
Bangunan untuk usaha pendidikan ini akan di dirikan di dalam kawasan
salah satu real-estate yang ada di Surabaya tepatnya di Royal Residence-
Surabaya pada area yang diperuntukkan bagi usaha pendidikan (site terlampir)
Bangunan ini akan menempati lahan seluas 17.000 m2
• Luas Ruang dan Jenis Ruang Yang Diperlukan
Untuk mengetahui luas areal/lahan yang dibutuhkan untuk proyek ini,
perhitungan luas lantai bangunan menjadi faktor utama yang mempengaruhi.
Luasan bangunan total didapat dengan menghitung luas tiap-tiap ruang yang
ada pada bangunan ini. Secara garis besar perkiraan kebutuhan ruang dan
luasannya dapat pada tabel luasan ruang.
• Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air diusahakan dari aliran air minum kota (PDAM). Jika
kapasitas air yang dapat disediakan oleh PDAM tidak mencukupi maka akan
digunakan air dari sumur pompa sebagai tambahan. Air bersih ini akan
disimpan pada tandon atas untuk kemudian dipompa ke lantai-lantai yang
membutuhkan.
Penggunaan tandon atas memiliki beberapa kelebihan. Salah satunya
adalah penghematan dalam penggunaan listrik. Jika listrik mati air bisa tetap
dialirkan tanpa bantuan pompa. Hal ini akan membuat pompa lebih tahan
Universitas Kristen Petra
70
lama. Untuk tandon atas, kapasitasnya adalah gabungan dari kapasitas air
bersih dan air kebakaran. Tandon atas ini dibagi menjadi dua ruangan agar
pengurasan dapat dilakukan lebih mudah dan agar distribusi air selama
pengurasan tetap berjalan.
Untuk pemipaan, air disalurkan melalui pipa yang ada dalam shaft. Pipa
yang digunakan adalah pipa jenis GIP (Galvanized Iron Pipe). Pemilihan jenis
pipa ini disesuaiakan dengan tekanan kerja pada pipa.
Pompa distribusi yang digunakan adalah pompa sentrifugal dengan
penggerak motor listrik dan motor diesel. Pompa utama diperlengkapi dengan
pompa cadangan dan jockey. Jockey berfungsi untuk memacu air sedangkan
pompa cadangan berfungsi sebagai partner bagi pompa utama.
• Kebutuhan Listrik
Sistem distribusi tenaga listrik dimulai dari supply tegangan menengah
20 kV dari jaringan PLN yang terdekat dan diterima di panel TM (tegangan
menegah) yang ada di ruang utilitas. Dari panel TM supply daya akan
ditransfer ke panel distribusi utama (main distribusion panel-MDP) TR
(tegangan rendah) melalui beberapa unit transformator penurun tegangan
dengan kapasitas yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Sistem distribusi
ini akan menggunkan tipe radial dimana tiap pusat beban akan langsung di-
suplly dari panel distribusi utama TR melalui kabel daya
Khusus untuk beban pemadam kebakaran seperti pompa hidran dan
semua peralatan penunjang baik untuk peringatan, pemadaman dan evakuasi
harus menggunakan kabel tahan api.
Sistem proteksi yang digunakan unutk mengurangi/menghilangkan
bahaya lanjut dari suatu gangguann pada sistem distribusi listrik adalah
proteksi arus hubung singkat (short circuit), proteksi beban lebih (over load),
proteksi gangguan tegangan (over/under voltage), proteksi gangguan arus
tanah (earth fault), proteksi daya balik (power reverse), proteksi sambaran
petir (lightning stroke) dan surja hubung (switching surge)
Universitas Kristen Petra
71
Grounding sistem listrik akan digunakan sistem TN-C dan TN-S.
Grounding khusus harus disiapkan untuk peralatan yang sensitif seperti
komputer, PABX, dan CCTV
Semua sistem yang menyangkut keselamatan seseorang mendapatkan
prioritas utama antara lain : sitem deteksi kebakaran, fan untuk peresurisasi,
fan utnuk menghisap asap, pompa kebakaran sistem komunikasi untuk
evakuasi.
Selain itu, daya listrik darurat akan didistribusikan pada Lampu
penerangan (50-60 %), power outlets /receptacle (100 %), sistem tata udara
dengan kapasitas agak berkurang
• Alat Transportasi
Melihat bervariasinya kebutuhan masing-masing jenjang pendidikan
akan alat transportasi maka dibutuhkan satu buah mobil.
• Rencana Layout Ruang Dan Bangunan
Disertakan skema kasar untuk memberikan gambaran pembagian ruang
(terlampir)
• Perihal Para Siswa
Dilakukan generalisasi terhadap para siswa yaitu siswa SMP secara
umum dengan segala aspek perkembangannya
3.2.1.4. Evaluasi Management
• Struktur Organisasi
Universitas Kristen Petra
72
Tabel 3.3. Struktur Organisasi
• Deskripsi Tugas-Tugas
The Board of Education merupakan dewan pengelola yang menyusun,
menetapkan langkah-langkah kebijakan dan arah gerak dari sekolah yang
bersangkutan terutama dalam masalah-masalah program pendidikan yang
dijalankan. Tugas lainnya adalah melakukan pengawasan secara menyeluruh
terhadap jalannya sekolah
Superintendent bertanggung jawab terhadap semua aspek pelaksanaan,
usaha-usaha peningkatan mutu yang dilakukan dan seluruh kegiatan belajar
dan mengajar yang dilaksanakan di sekolah, bertugas membawahi principal
dari SD hingga SMA, sebagai koordinator bidang administrasi, bussines,
maintenance dan facilities serta memberi pertanggungjawaban kepada pihak
The Board of Education
THE BOARD OF EDUCATION
SUPERINTENDENT
Maintenance Staff Maintenance
Assistant
Adminis-trative
Assistant
Business Manager
Security
Information
Staff
Accounting
Cashier
Principal Elementary
School Principal High
School Principal
Middle School
Guidance Councellor
Guidance Councellor
Guidance Councellor
Teaching Staff Pre-
Kindergarten Teaching Staff Kindergarten
Teaching Staff Teaching Staff
Facilities Staff Facilities
Assistant
Universitas Kristen Petra
73
Principal adalah koordinator dari para guru, bertugas untuk meminta
pertanggungjawaban dari para guru, bertanggung jawab penuh dalam
pelaksanaan peraturan sekolah dan kurikulum
Teaching Staff bertanggung jawab penuh kepada principal terutama
dalam masalah pelaksanaan kurikulum, dan juga sebagai tenaga pengajar
Guidance Counsellor merupakan pihak yang memberi bimbingan dan
nasihat pada siswa, memberi informasi pada siswa dalam usaha unutk
meningkatkan pengetahuan, memberi informasi kepada pihak sekolah dan
orang tua mengenai perkembangan siswa yang bersangkutan
Administration Assistant bertugas sebagai koordinator bagian
administrasi, bertanggung jawab atas masalah data dan arsip, membawahi
sejumlah staff administrasi, bertugas memberi informasi pada pihak luar
mengenai sekolah yang bersangkutan
Administration Staff bertanggung jawab kepada administration
assistant, bertugas dalam pengolahan data dan arsip
Information staff bertugas memberi info pada pihak yang
membutuhkan, bertanggung jawab kepada administration assistant
Bussiness Manager bertugas sebagi koordinator bagian finansial
sekolah, mengontrol besarnya pemasukan dan pengeluaran sekolah, memberi
pertanggungjawaban kepada superintendent
Sekuriti bertugas mengawasi sirkulasi keluar dan masuk lingkungan
sekolah selama kegiatan belajar/mengajar, bertanggung jawab kepada
Administration Assistant, menjaga keamanan lingkungan sekolah
Accounting Staff bertugas melakukan pencatatan finansial yang terjadi,
memberi pertanggungjawaban kepada Bussiness Manager.
Cashier bertugas melakukan pencatatan terhadap sirkulasi uang yang
terjadi, memberi pertanggungjawaban kepada Business Manager
Maintenance Assistant bertugas untuk mengkoordinir penyediaan
perabot dan peralatan yang dibutuhkan bagi kegiatan belajar/mengajar,
bertanggung jawab terhadap masalah pemeliharaan dan perbaikan fisik
bangunan dan fasilitas yang ada, memberi pertanggungjawaban kepada
superintendent
Universitas Kristen Petra
74
Maintenance Staff bertugas menagani masalah teknis bangunan,
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan perbaikan dan pemeliharaan
bangunan, menyediakan peralatan dan perabot yang diperlukan sesuai
permintaan, bekerja di bawah pimpinan Maintenance Assistant
Facilities Assistant bertugas mengkoordinasi penggunaan fasilitas-
fasilitas diluar fasilitas kelas yang dipakai bersama, bertanggung jawab
kepada superintendent
Facilities Staff bertugas mengelola pemakaian fasilitas-fasilitas pada
bangunan, bertanggung jawab kepada Facilities Assistant
• Sistem dan Prosedur
Sistem dan prosedur akan ditetapkan kemudian terutama dalam segi
keuangan dan yang lain yang dianggap penting misalnya dalam hal pembelian
material pengajaran.
3.2.1.5. Evaluasi Yuridis
• Badan Usaha
Bentukan badan usaha akan berupa yayasan dan anggaran dasarnya akan
dibuat bersama-sama partner usaha.
Untuk menetapkan personalia penanggung jawab usaha akan dicari
seseorang yang mampu dan sanggup memimpin usaha ini dan bertanggung
jawab pada yayasan. Orang tersebut akan menerima gaji dan bonus
Status Usaha merupakan gabungan modal uang dan keterampilan. Jenis
Usaha adalah usaha jasa pendidikan yang akan berdomisili di Royal
Residence-Surabaya.
• Izin-Izin
Dalam persoalan perizinan saat ini tidak ada masalah dan sampai saat ini
izin masih terbuka
• Perjanjian-Perjanjian
Perjanjian akan dipikirkan kemudian.
Universitas Kristen Petra
75
• Pajak-Pajak
Usaha ini akan dikenakan pajak PPn 5% dan pajak perseroan 45% yang
ditarik pada akhir tahun pada keadaan usaha memperoleh keuntungan
3.2.1.6 Evaluasi Finansiil
• Kebutuhan Modal Investasi
Modal investasi diperlukan untuk :
Biaya Bangunan
Nett Area : Efficiency Ratio = Gross Area
13.698 m2 : 0,7 = 19.568 m2
Gross Area x Unit Cost = Building Cost
Unit Cost = Rp 1.500.000 x 1,265 = Rp 1.897.500
19.568 x Rp 1.897.500 = Rp 37.130.280.000
Fixed Equipment
12% x Biaya Bangunan =
12% x Rp 37.130.280.000 = Rp 4.455.633.600
Pengembangan Tapak
15% x Biaya Bangunan =
15% x Rp 37.130.280.000 = Rp 5.569.542.000
Konstruksi Total
Biaya Bangunan + Perlengkapan Tetap + Pengembangan Tapak =
Rp 37.130.280.000 + Rp 4.455.633.600+ Rp 5.569.542.000 =
Rp 47.155.455.600
Penyediaan Tapak
Luas tanah x harga per m2 =
18.132,3 m2 x Rp 1.200.000 = Rp 21.758.760.000
Perlengkapan Bergerak
12 % x Biaya Bangunan =
12% x Rp 37.130.280.000 = Rp 4.455.633.600
Tarif
7 % x Biaya Bangunan =
7% x Rp 37.130.280.000 = Rp 2.599.119.600
Universitas Kristen Petra
76
Cadangan Darurat
10% Biaya Bangunan =
10% x Rp 37.130.280.000 = Rp 3.713.028.000
Biaya Administrasi
1% x Biaya Bangunan =
1 % x Rp 37.130.280.000 = Rp 371.302.800
Biaya Total =
Biaya Konstruksi + Penyediaan Lahan + Perlengkapan Bergerak + Tarif
+ Cadangan Darurat + Biaya Administrasi =
Rp 80.053.299.600
Rekapitulasi
Biaya bangunan……………Rp 37.130.280.000
Perlengkapan Tetap……….Rp 4.455.633.600
Pengembangan Tapak……..Rp 5.569.542.000
Konstruksi Total…………..Rp 47.155.455.600
Penyediaan Tapak…………Rp 21.758.760.000
Perlengkapan Bergerak…… Rp 4.455.633.600
Tarif………………………..Rp 2.599.119.600
Cadangan Darurat………….Rp 3.713.028.000
Biaya Administrasi …………Rp 371.302.800
Anggaran total……………..Rp 127.208.755.200
3.2.2 Analisa Kebutuhan Ruang
Rekapitulasi : Luas Total Fasilitas Utama : 2258.28 m2
Luas Total Labolatorium : 359,32 m2
Luas Total Fasilitas Olah Raga 836,82 m2
Luas Total Fasilitas Penunjang 1196,14 m2
Luas Fasilitas Pelengkap Pendidikan : 1384.95 m2
Luas Total Fasilitas Pelengkap Non Pendidikan : 132,19 m2
Luas Fasilitas Pelengkap : 838,57 m2
Luas total Fasilitas Administratif : 324.76 m2
Universitas Kristen Petra
77
Luas total Fasilitas Service : 4276.95 m2
Perhitungan kebutuhan untuk masing-masing ruangan dapat dilihat di lampiran. 3.2.3 Analisa Perilaku Siswa SMP
Universitas Kristen Petra
61
KARAKTER ISTIK ANAK
SMP
PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI
DIGITAL
KESULITAN PERILAKU YANG
MENDUKUNG
KEBUTUHAN RUANG
TUNTUTAN DESAIN
Heterogen
Anak SMP yang mendaftar dapat berasal dari SD mana saja dan mereka akan memperoleh banyak teman baru.
Mereka tidak lagi mementingkan suku, ras dan agama
Anak-anak harus diperlakukan sebgai individu yang berbeda, tidak disamaratakan dengan teman-teman lainnya dalam kelompok tersebut
Anak-anak dapat dikelompok kan dalam kelompok-kelompok untuk belajar bersama-sama
Kelas-kelas Tempat untuk berkumpul bersama
Fasilitas yang disediakan harus lebih banyak, kualitas dan kuantitas tenagapenagjar ditingkatkan
Minat setiap nank sudah terlihat dan mereka akan menemui anak dengan minat yang berbeda.
Kesempatan untuk memperoleh informasi di bidang yang mereka minati melalui radio, TV, majalah, buku,
Mereka akan mengembangakn diri dan mencari tahu sesuai dengan bidang yang mereka minati
Perpustakaan Computer centre Kelas Ruang-ruang untuk diskusi
Ruang kelas tidak sekedar menajdi kelas tetapi juga menjasi “subject centre” misalnya: science centre, mathematic centre, etc
Aktivitas kelompok sangat menarik mereka dan mereka dapat menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk beraktivitas dengan teman-temannya.
dotA e-mail chatting
Perilaku mereka akan menyesuaikan dengan tuntutan dari kelompoknya masing-masing
Melalui kelompok ini anak-anak belajar mengenai moral dan bagaimana perilaku yang benar untuk bersosialisasi
Ruang-ruang private untuk kelompok-kelompok kecil
“kitty corner”
Universitas Kristen Petra
62
KARAKTERIS
TIK ANAK SMP
PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI
DIGITAL
KESULITAN PERILAKU YANG
MENDUKUNG
KEBUTUHAN RUANG
TUNTUTAN DESAIN
ADOLESENCE Pertumbuhan fisik
Anak-anak perempuan mengalami kematangan fisik lebih dahulu. Anak-anak perempuan pada umumnya lebih tinggi dan lebih berat daripada anak laki-laki.
Anak-anak yang “dewasa lebih dahulu” atau “terlambat dewasa” dapat megalami perlakuan yang berbeda dari kelompoknya dan menyebabkan mereka merasa “tertolak”
Merka mau dibimbing orang yang mereka anggap sebagai sosok yang dewasa dan mereka hormati/idolakan
Ruang-ruang khusus untuk bimbingan dan konseling
Butuh ruang dimana siswa dapat berdiskusi dengan gurunya secara pribadi
Perkembangan fisik anak pada usia dan jenis kelamin yang sama bisa sangat berbeda
Universitas Kristen Petra
63
KARAKTERIS
TIK ANAK SMP
PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI
DIGITAL
KESULITAN PERILAKU YANG
MENDUKUNG
KEBUTUHAN RUANG
TUNTUTAN DESAIN
Tanda-tanda seksual primer dan sekunder mulai berkembang.
Iklan-iklan yang meunjukkan “kesempurnaan fisik”, hubungan antara fisik yang menarik dengan popularitas,
Ketidakpopuleran akan menghasilkan perasaan kesepian
Perkembangan mental dan intelegensi
Akan ditemui perkembangan mental dan intelegensi yang berbeda-beda antara anak dalam satu kelas.
Aktivitas harus diesuaikan dengan kematangan tiap murid. Aktivitas yang diberikan sebelum mereka siap akan menghasilkan konflik, tingkat penguasaan yang rendah, atau penguasaan yagn akan segera dilupakan.
Ruang bimbingan khusus
Di dalam tiap kelas harus disediakan ruang bimbingan khusus untuk 1 guru dan maksimal 2 siswa
Universitas Kristen Petra
64
KARAKTERISTIK ANAK
SMP
PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI
DIGITAL
KESULITAN PERILAKU YANG
MENDUKUNG
KEBUTUHAN RUANG
TUNTUTAN DESAIN
Beberapa anak membutuhkan waktu belajar yang lebih lma
Butuh ruan belajar privat di tiap kelas untuk guru emmbimbing satu atau dua orang secara khusus
Perkembagnan moral dan emosional
Anak-anak sedang engalami badai emosional dan stress dikarenakan perubahan fisik dan tekanan dari lingkungan yang mereka alami
Positif : Media-media digital dapat dijadikan sarana unutk menumpahkan emosi Negative : media digital menambah stress dengan menyajikan fantasi-fantasi yagn mustahil untuk dipenuhi
Mengganggu konsentrasi belajar
Universitas Kristen Petra
65
KARAKTERISTIK ANAK
SMP
PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI
DIGITAL
KESULITAN PERILAKU YANG
MENDUKUNG
KEBUTUHAN RUANG
TUNTUTAN DESAIN
ADOLESCENCE CULTURE
Peer culture
Teman sebaya memberi pengaruh yang sangat penting Mereka lebih mempercayai dan “mendengarkan” perkataan teman-teman mereka
Informasi dari Guru menjadi “tidak begitu penting”
Arahkan mereka untuk mencari tahu dan memperoleh informasi dari teman-teman mereka (saling memberi tahu)
Ruang kelas
Kelas harus didesain agar mereka daapt belajar secara berkelompok dengan nyaman dan membuat mereka merasa “diterima”
Partisipasi dalm kegitan oleh raga menjadi sarana bagi siswa laki-laki untuk memperoleh statusnya
e-sport : winning eleven
Mereka seringkalimenghabiskan waktu lebih untuk “berolahraga” daripada untuk belajar
Lapangan outdoor
Desain tempat untuk berolah raga : “to see and to be seen”
Universitas Kristen Petra
66
KARAKTERISTIK ANAK
SMP
PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI
DIGITAL
KESULITAN PERILAKU YANG
MENDUKUNG
KEBUTUHAN RUANG
TUNTUTAN DESAIN
Hubungan yang sukses denagn anak laki-laki menjadi simbol status bagi anak perempuan.
Ruang-ruang privat untuk bersosialisasi
Ruagn-ruang privat yang terawasi
Kesuksesan dalam pelajaran dihargai secara berbeda dan seringkali menghasilkan penghukuman dari kelompoknya
Aktivitas social
Jalan-jalan ke mall, pertandingan olehraga sekolah, berkendaraan bersama, perayaan-perayaan, keluar malam, OSIS
Aktivitas social bersaing dengan aktivitas untuk belajar (dalam hal waktu)
Ruang / zona khusus untuk siswa
pengawasan
Mereka menghabiskan uang sakunya untuk aktivitas ini
Universitas Kristen Petra
67
KARAKTERISTIK ANAK SMP
PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI DIGITAL
KESULITAN PERILAKU YANG MENDUKUNG
KEBUTUHAN RUANG
TUNTUTAN DESAIN
Timbul konflik anatara orang tua dengan teman-teman mereka katrena orang tua tidak suka dengan teman-teman mereka.
Media massa
Remaja adalah pangsa pasar yang paling ideal untuk media komunikasi
Media massa menjadi kontributor utama yang akan mengkonfrontasikan kepercayaan, sikap dan tingkah laku mereka
Penggunaan media digital dpat menimbulkan miss-komunikasi dengan orang tua mereka yang melihat sisi negatif dari informasi yang disampaikan oleh media tersebut
Universitas Kristen Petra
68
KARAKTERIS
TIK ANAK SMP
PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI
DIGITAL
KESULITAN PERILAKU YANG
MENDUKUNG
KEBUTUHAN RUANG
TUNTUTAN DESAIN
Mereka sedang membangun rasa percaya diri mereka
Skills are intellectual Mereka yang tidak cakap secara fisik akan berusaha untuk membangun kemampuan otak dan pengetahuan mereka dan hal ini sangat dipermudah dengan adanya media-media digital
(salah satunya) Electronic pollution Radiasi dari monitor dan peralatan elektronika lainnya
(salah satunya) Yang berkembang adalah hand-eye coordination
Anak prempuan ingin berteman dekat dengan anak laki-laki sedangkan kebudayaan yang ada tidak mengizinkan mereka untuk “memulai lebih dahulu”
Universitas Kristen Petra
69
KARAKTERIS
TIK ANAK SMP
PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI
DIGITAL
KESULITAN PERILAKU YANG
MENDUKUNG
KEBUTUHAN RUANG
TUNTUTAN DESAIN
Home ,school and community centered
Mereka menginginkan ruangan yang dapat menjadi milik mereka pribadi dan tempat untuk menyimpan barang-barang pribadi mereka
Computer memnuat belajar jadi personal (personalized learning)
Beberapa computer di tiap kelas
Mereka sedang menanti masa dimana mereka tidak perlu lagi “meminta izin” kepada orang tua unutk melakukan segala sesuatunya
Mereka belum dapat menerima perubahan secara katastropik
Universitas Kristen Petra
70
KARAKTERISTIK ANAK
SMP
PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI
DIGITAL
KESULITAN PERILAKU YANG
MENDUKUNG
KEBUTUHAN RUANG
TUNTUTAN DESAIN
Mereka menyukai ssuatu yang instant dan tidak menyukai proses
Universitas Kristen Petra
101
3.3 Perencanaan Bangunan
3.3.1 Fasilitas Bangunan
Fasilitas-fasilitas yang ada pada proyek dapat dibagi sebagai berikut :
Fasilitas utama yang terdiri dari ruang-ruang kelas dan ruang guru
Gambar 3.1 General Classrooms
Fasiltas penunjang yaitu gymnasium dan perpustakaan
Gambar 3.2 Gymnasium
Universitas Kristen Petra
102
Gambae 3.3 Library
Fasilitas pelengkap yaitu auditorium dan kantin
Gambar 3.4 Meeting Room
Fasilitas administrative berupa kantor-kantor pengelola
Fasiltias service
Luasan fasilitas hasil perancangan lebih besar daripada perhitungan luasan
bangunan pada perencanaan karena adanya beberapa faktor yaitu :
Universitas Kristen Petra
103
Bentukan masa bangunan disesuaikan dengan modul bangunan
Penggunaan konsep sirkulasi yang membuat suatu atrium yang luas dengan
void yang memungkinkan orang di lantai satu dapat melihat ke lantai dua, dimana
dalam perhitungan semula hal ini dihitung hanya sebagai hall kecil saja.
Gambar 3.5 Hall di depan kelas
3.3.2 Pola Penataan Massa Bangunan
Bangunan direncanakan sebagai bangunan satu massa yang terdiri dari
bangunan entrance, bangunan administrasi, ruang-ruang kelas, kantin,
perpustakaan, dan gymnasium. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
pengawasan antar fasilitas.
Universitas Kristen Petra
104
Gambar 3.6 Site Plan
Bentuk bangunan diambil dari perilaku siswa ketika belajar yaitu dari konsep
“moving class” itu sendiri dimana bentukan yang linier cenderung membuat orang
untuk bergerak (D.K. Ching).
Penataan ruang dipengaruhi oleh modul kelas.
Mengingat fungsi dari ruang-ruang tersebut sebagian besar adalah sebagai
ruang kelas yang memerlukan privacy-nya masing-masing maka ruang tidak
didesain untuk menjadi ruang-ruang yang menyatu (unbroken space) sehingga
dengan demikian setiap peserta didik akan lebih mudah untuk berkonsentrasi.
Namun, mengingat tahap perkembangan anak SMP yang telah mulai untuk
berpikir secara abstrak maka penataan zona-zona belajar di dalam kelas tidak
dibatasi dengan partisi fisik sehingga terjadi open plan arrangement di dalam
kelas.
Ruang sirkulasi yang menghubungkan ruang-ruang yang ada dalam bangunan
akan menempati luas sekitar 30% dari luas bangunan. Sedangkan bentuk dari
ruang-ruang sirkulasi ini adalah berupa koridor.. Selain itu sirkulasi berupa
koridor akan cenderung membuat orang yang berada didalamnya untuk bergerak
sehingga diharapkan setelah keingintahuan anak tersebut terangsang, mereka akan
bergerak untuk mencari jawaban atas keingintahuan tersebut.
Universitas Kristen Petra
105
Peletakan bangunan di atas tapak juga dipengaruhi oleh peraturan daerah
setempat yaitu GSB sehingga bangunan dimundurkan 5 meter dari jalan. Pola lalu lintas di luar tapak mempengaruhi peletakan pintu masuk baik
pintu masuk utama maupun pintu masuk samping (side enterance). Peletakan
pintu masuk ini akan mempengaruhi orientasi bangunan . Main enterance
bangunan akan dihadapkan ke jalan utama namun pintu masuk bagi kendaraan
bermotor dipisahkan sehingga tidak terjadi kemacetan.
Bangunan di sekitar tapak tidak mempengaruhi orientasi bangunan karena di
sekitar tapak belum terdapat landmark.
Gambar 3.7. Perspektif Bird Eye View
3.3.3 Bentuk dan Tampilan Bangunan
Bangunan dirancang untuk kontras dengan lingkungan sekitarnya namun
tidak ekstrem sehingga masih terlihat kesinambungan atara bangunan dengan
kawasannya. Karena Royal Residence adalah kawasan real estate yang
menggunakan style klasik maka bangunan ini juga menggunakan style klasik,
namun ada tuntutan agar bangunan ini menjadi landmark. Oleh karena itu
bangunan harus terlihat lebih megah sehingga akhirnya dipilih style klasik yang
mengarah pada puri (castle) di zaman klasik
Universitas Kristen Petra
106
Bangunan dirancang agar memberikan kesan bahwa anak-anak aman
didalamnya. Oleh karena itu bangunan harus terkesan kokoh
Gambar 3.8. Tampak Depan
Bangunan juga dirancang agar agar timbul kesan bahwa anak-anak tidak
perlu takut untuk masuk ke dalamnya. Hal ini dicapai dengan menggunakan
permainan skala khususnya pada pintu masuk. Skala yang digunakan adalah skala
manusia dan bukan skala monumental/keagungan.
Gambar 3.9 Perspektif Entrance
Bangunan sengaja didesain mengikuti tipologi sekolah pada umumnya agar
dapat menunjukkan bahwa bangunan ini adalah sekolah formal namun memiliki
nilai plus
Universitas Kristen Petra
107
Denah merupakan bentuk geometris yang menyatakan kesederhanaan.
Gambar 3.10 Lay Out Plan
Bentuk yang menjadi point of interest diletakkan pada ending dari
keseluruhan sirkulasi linier. Didalamnya adalah perpustakaan. Bentuk ini menjadi
point of interest karena ukurannya yang lebih besar dan tinggi serta kemiringan
atapnya yang lebih curam Dengan demikian, gedung ini akan menonjol dalam skala urban dan dapat
menjadi salah satu marketing tools yang efektif untuk membangun brand dan
memperkuat positioning sekolah di mata publik. Selain itu, bangunan ini akan
menjadi landmark pada skyline Surabaya Barat dan menjadi salah satu ikon yang
akan menegaskan progres dan perkembangan ekonomi finansial yang signifikan
dari kawasan ini.
3.3.4 Penataan Ruang dalam Bangunan
Susunan dan pengelompokan ruang diatur menurut kebutuhan dari tiap
zoning. Bagian selatan yang berbatasan dengan jalan local primer digunakan
untuk fasilitas umum yaitu auditorium, gymnasium, kantin dan loading dock
dimana persyaratan dari kedua fasilitas ini tidak menuntut ketenangan.
Universitas Kristen Petra
108
Bagian barat tepatnya di sisi belakang tapak digunakan untuk kelas-kelas
karena daerah ini adalah daerah yang paling tenang. Bagian timur tapak di sebelah
belakang digunakan untuk kolam. Adanya kolam disini dimaksudkan sebagai
perluasan sungai yang mengalir di sisi timur tapak.
Gambar 3.11 Penataan Ruang
Gambar 3.12 Perspektif Kolam
Universitas Kristen Petra
109
3.3.5 Sistem Struktur
Struktur yang digunakan adalah struktur rangka dengan kolom dan balok
beton. Pada ruang konferensi digunakan balok beton prestress untuk memenuhi
tuntutan akan bentangan yang lebar. Sedangkan dimensi untuk balok yang lain
merupakan kelipatan 18 cm dimana 18 cm adalah modul kayu bekisting yang
umum digunakan di lapangan.
Gambar 3.13 Axonometri Struktur
Pemilihan sistem struktur juga dipengaruhi oleh modul kelas
Rangka atap terdiri dari kuda-kuda, gording, penggantung gording dan ikatan
angin atap . Karena bentangan yang cukup lebar maka untuk kuda-kuda
digunakan baja WF 300x150x6.5x9, sedangkan utnuk gording digunakan baja
Light LIP Channel ukuran 150x50x20x3,2, Ikatan angin atap menggunakan besi
polos diameter 10 mm dan penggantung gording juga menggunakan besi polos
diameter 10 mm
Universitas Kristen Petra
110
Gambar 3.14 Detail Kuda-Kuda Baja
Setiap sudut denah digunakan sebagai zona service. Zona ini menggunakan
modul 6x7. Selain karena tuntutan dari tampilan bangunan, zona ini juga secara
fungsional berperan sebagai tempat untuk shaft. Akibat modul yang berbeda maka
digunakan beberapa buah balok konsol sepanjang 1 meter yang menumpu pada,
kolom di zona ini.
Universitas Kristen Petra
111
Gambar 3.15 Peletakan Zona Service
Selain itu, akibat peruabhan ini maka pada beberapa tempat dinding dibuat
rata lunas, bukan as ke as.
Dasar pemilihan pondasi adalah efektif dan efisien. Efektif berarti sesuai
dengn daya dukung, efisien berarti menyangkut nilai ekonomis, pelaksanaan
mudah, hemat perawatan dan berkaitan dengan nilai investasi proyek di masa
depan. Oleh karena itu digunakan pondasi tiang pancang beton produksi PT.
Beton Elemenindo Perkasa.
Universitas Kristen Petra
112
Gambar 3.16 Rencana Pondasi
3.3.6 Pemilihan Bahan Bangunan
Bahan bangunan dipilih untuk memperkuat kesan klasik. Oleh karena tiu
tidak digunakan bahan-bahan yang mengkilat. Material utama yang akan
digunakan sebagai wall cladding adalah batu granit mentah warna kuning
sedangkan untuk atap akan digunakan bahan berupa tegola. Untuk skylight
Universitas Kristen Petra
113
digunakan polikarbonat yang berwarna cokelat. Warna cokelat dipilih selain agar
tidak menimbulkan panas yang berlebihan pada void juga agar tidak mengganggu
tampilan atap secara keseluruhan.
3.3.7 Perlengkapan Pelayanan dan Utilitas Bangunan
Meliputi perlengkapan mekanikal, elektrikal dan pelayanan untuk
transportasi di dalam bangunan, yang berpengaruh terhadap perancangan
bangunan juga tentang peletakan, jumlah, jarak satu dengan yang lain serta
persyaratan yang disesuaikan dengan dasar perancangannya
3.3.7.1 Uraian Singkat Perencanaan Tata Udara Dan Ventilasi Mekanis (Air
Conditioning And Mechanical Ventilation Design Features) Secara
Konseptual
Perencanaan instalasi tata udara untuk suatu bangunan umumnya bertujuan
mengkondisikan udara di dalam ruangan untuk kenyamanan penghuni dan atau
untuk memenuhi persyaratan peralatan yang terpasang di ruangan tertentu. Sistem pengkondisian penataan udara dalam suatu bangunan meliputi usaha-
usaha antara lain sebagai berikut :
• Menurunkan suhu udara di dalam ruangan sehingga tercapai suatu suhu
ruangan yang secara standard maupun permintaan memenuhi
• Menurunkan kelembaban relatif di ruangan sehingga dicapai suatu kondisi
yang secara standard atau permintaan memenuhi
• Mengatur agar kualitas udara yang bersirkulasi di dalam ruangan cukup bersih
dengan standard yang lazim berlaku
• Memberi udara segar ke dalam ruangan dengan jumlah yang memenuhi
standard sesuai dengan kebutuhan dan fungsi ruangan
• Mengatur aliran udara di dalam ruangan sehingga distribusinya merata
• Mengatur dengan sistem ventilasi mekanis agar pertukaran udara di ruangan-
ruangan tetap memenuhi syarat
• Mengatur bila terjadi kebakaran agar asap yang timbul dapat
dikendalikan/dikeluarkan (smoke exhaust)
• Mengatur bila terjadi kebakaran agar tangga/jalan keluar (escape route) bebas
asap dengan sistem presurisasi
Universitas Kristen Petra
114
Gambar 3.17 Peletakan Ruang AHU
Untuk gymnasium, sistem AC yang digunakan adalah CAV with reheat
karena kegiatan di dalam gymnasium adalah kegiatan yang membuat orang
berkeringat sehingga kelmbaban di dalam ruangan ini relatif tinggi
Untuk ruang-ruang kelas digunakan system AC central karena jumlah orang
di dalam setiap ruangan adalah tetap dan kegiatan yagn dilakukan di dalam setiap
ruangan relatif sama serta waktu penggunaan setiap ruagan adalah sama
3.3.7.2 Uraian Singkat Instalasi Sistem Listrik Secara Konseptual
• Uraian Singkat Sistem
Sistem distribusi tenaga listrik dimulai dari supply tegangan menengah
20 kV dari jaringan PLN yang terdekat dan diterima di panel TM yang ada di
ruang utilitas pengguna. Dari panel TM suplly daya akan ditransfer ke panel
distribusi utama (main distribusion panel-MDP) TR melalui beberapa unit
transformator penurun tegangan dengan kapasitas yang dapat disesuaikan
dengan kebutuhan .
Universitas Kristen Petra
115
Sistem distribusi akan menggunkan tipe radial dimana tiap pusat beban
akan langsung di-suplly dari panel distribusi utama TR melalui kabel daya
Khusus untuk beban pemadam kebakaran seperti pompa hidran dan
semua peralatan penunjang baik untuk peringatan, pemadaman dan evakuasi
menggunakan kabel tahan api.
Sistem proteksi yang digunakan unutk mengurangi/menghilangkan
bahaya lanjut dari suatu gangguan pada sistem distribusi adalah proteksi arus
hubung singkat (short circuit), proteksi beban lebih (over load), proteksi
gangguan tegangan (over/under voltage), proteksi gangguan arus tanah (earth
fault), proteksi daya balik (power reverse), proteksi sambaran petir (lightning
stroke) dan surja hubung (switching surge)
Grounding sistem listrik akan digunakan sistem TN-C dan TN-S.
Grounding khusus harus disiapkan untuk peralatan yang sensitif seperti
komputer, PABX, CCTV
Sistem penangkal petir menggunakan penhantar penurunan dengan
coaxial cable yang dihubungkan langsung ke elektroda pentahanan.
• Distribusi Daya Listrik Darurat
Daya listrik darurat akan didstribusikan pada semua sistem yang
menyangkut keselamatan seseorang mendapatkan prioritas utama antara lain :
sitem deteksi kebakaran, fan untuk peresurisasi, fan utnuk menghisap asap,
pompa kebakaran sistem komunikasi untuk evakuasi, Lampu penerangan 50-
60 %, Power outlets (receptacles) 100 %, Sistem tata udara dengan kapasitas
agak berkurang
Gambar 3.18 Skema Distribusi Listrik
Universitas Kristen Petra
116
Gambar 3.19 Letak Ruang MDP
.
MDP diletakkan pada massa yang berada di tengah agar kabel-kabel yang
menghubungkan MDP dengan tiap-tiap massa tidak terlalu panjang.
Semua kabel dilewatkan di bawah tanah agar tidak muncul banyak tiang
listrik di dalam site. Oleh karena itu disediakan cable trench dengan kedalaman 1
meter.
3.3.7.3 Uraian Singkat Instalasi Plumbing Secara Konseptual
• Sistem air bersih
Sumber utama air bersih diambil dari PAM dan sebagai cadangan
apabila aliran dalam PAM terganggu disediakan sumur dalam (deep well)
Untuk meningkatkan kualitas dari air PAM dan sumur dalam
dipergunakan saringan pasir , dimana fungsi saringan pasir adalah untuk
menyaring partikel-partikel halus yang terbawa dalam aliran
Kapasitas tangki air terdiri dari tangki persediaan air untuk kebutuhan
air bersih selama satu hari serta cadangan air pemadam kebakaran untuk 60
menit pemompaan terus menerus
Universitas Kristen Petra
117
Air bersih didapat dari PDAM. Dari PDAM, air bersih masuk ke dalam
meter air kemudian disalurkan dan disimpan di tandon bawah. Dari tandon
bawah air dipompa ke tandon atas. Dari tandon atas, penggunaan air terbagi
menjadi dua. Yang pertama air masuk ke pipa-pipa distribusi dan kemudian
didistribusikan ke lantai-lantai. Yang kedua, air digunakan untuk sistem
pemadam kebakaran
. Sistem pendistribusian yang digunakan adalah sistem down feed
dengan tandon atas. Penggunaan tandon atas memiliki kelebihan yaitu lebih
hemat listrik. Jika listrik mati air bisa tetap jalan sehingga pompa tidak cepat
rusak. Kapasitas tandon atas adalah gabungan dari kapasitas untuk air bersih
dan untuk air kebakaran. Tandon ini dibagi menjadi dua ruangan untuk
mempermudah pengurasan dan agar distribusi air selama pengurasan tetap
berjalan.
Untuk pemipaan, air disalurkan melalui pipa yang melalui shaft. Pipa
yang digunakan adalah pipa jenis GIP (Galvanized Iron Pipe). Pemilihan jenis
pipa ini menyesuaiakan dengan tekanan kerja pada pipa
Pompa distribusi yang digunakan adalah pompa sentrifugal dengan
penggerak motor listrik dan motor diesel. Pompa utama dilengkapi dengan
pompa cadangan dan jockey. Jockey untuk memacu air, sedangkan pompa
cadangan untuk partner bagi pompa utama.
Gambar 3.20 Skema Distribusi Air Bersih
Pengaruh sistem distribusi air pada perencanaan bangunan
zoning : pengelompokan daerah disesuaikan dengan perlengkapannya
dan sistem yang ada. Dipilih jarak yang terpendek.
struktur : integrasi pemipaan dengan struktur, peralatan terutama tandon
memberikan beban tambahan pada struktur.
Universitas Kristen Petra
118
Perhitugan volume kebutuhan air bersih dan dimensi tandon dapat
diuraikan sebagai berikut :
Kebutuhan air per hari :
Perpustakaan dengan kapasitas 360 orang (100 liter/orang /hari, 6 jam
efektif) perhitungan: 360 x 50 =18000 liter = 18 meter kubik
Kelas-kelas denga kapasitas 360 orang (50 liter/orang/hari , 6 jam
efektif). Perhitungan : 360x50= 18000 liter = 18 meter kubik
kantor pengelola dengan kapasitas 50 orang (100 liter/orang/hari, 8 jam
efektif) PErhitungan = 50x100=5000 liter = 5 meter kubik
Kafetaria dengan kapasitas 360 orang (60 liter/orang/hari, 6 jam efektif).
Perhitugnan : 360x60=21600 liter =21,6 meter kubik
Dimensi tandon bawah= kebutuhan + cadangan + kebakaran = 62,6 +
62,6 + 30 = 155,2 meter kubik
• Sistem air kotor
Pembuangan air kotor dari seluruh gedung disalurkan menuju sumur
resap karena lahan masih luas
Pada lantai basement dimana air kotor tidak dapat mengalir secara
gravitasi maka pengaliran dilakukan dengan cara pemompaan
Pembuangan dari dapur dan kantin terlebih dahulu melalui perangkap
lemak (grease trap)
Beberapa prinsip yang digunakan dalam sistem pembuangan adalah
bersih, cepat, tidak berbau, lancar, pemeliharaan, tidak menimbulkan polusi,
ketersediaan (kemungkinan dilaksanakan) dan teknologi yang ada.
Secara vertikal pipa air kotor melalui shaft sedangkan secara horisontal
pipa memiliki kemiringan sebesar 1% dari jarak horisontal yang ditempuh.
Air kotor dari dapur kafetaria dilewatkan perangkap lemak terlebih dahulu.
Air kotor dan kotoran mulai dipisahkan sejak dari alat-alat plambing,
Kotoran masuk ke saluran vertikal untuk kotoran di shaft hingga tiba di
saluran horisontal. Dari saluran horisontal, kotoran masuk ke septik tank.
Untuk air kotor, air kotor masuk ke saluran vertikal untuk air kotor di shaft
Universitas Kristen Petra
119
hingga tiba di saluran horisontal . Dari saluran horisontal, air kotor disalurkan
ke sumur resap
Saluran pembuangan pipa pembuangan adalah saluran tertutup . Untuk
buangan air kotor dan kotoran digunakan pipa PVC karena mudah dipasang
tahan karat, tahan zat kimia, dan mampu menahan tekanan tinggi. Sedangkan
untuk buangan air dari dapur tidak digunakan pipa PVC tetapi pipa GIP
karena lemak mudah menempel pada pipa PVC, buangan air dari dapur yang
terkadang disiram air panas membuat pipa menjadi mudah leleh. Selain itu,
lemak masakan menyebabkan pipa cepat buntu.
Shaft ada di tiap WC dan dibuat melebar. Hal ini untuk mempermudah
pekerjaan perbaikan pipa. Untuk air kotor belokan dibuat panjang.
Gambar 3.21 Skema Sistem Pembuangan Air Kotor
Universitas Kristen Petra
120
Gambar 3.22 Detail Sumur Resap
• Sistem Pembuangan Air Hujan
Air hujan dibiarkan jatuh bebas. Pada sekeliling bangunan diberi saluran air
hujan dengan bak kontrol tiap 10 meter. Air hujan dari bak kontrol akan
dibuang ke saluran kota melalui beberapa saluran pembuangan.
Universitas Kristen Petra
121
Gambar 3.23 Skema Sistem Pembuangan Air Hujan
Gambar 3.24 Detail Bak Kontrol
3.3.7.4 Uraian Singkat Instalasi Sistem Pemadam Kebakaran Secara Konseptual
Pengendalian terhadap kebakaran yang digunakan ada dua macam yaitu
pengendalian aktif dan pengendalian pasif.
Pada tapak disediakan perkerasan untuk mobil PMK Untuk halaman
disediakan hidran halaman dengan jarak antar hidran 60 meter juga dilengkapi
dengan sebuah kopling siam kembar (siamese connection)
Universitas Kristen Petra
122
Gambar 3.25 Perkerasan Untuk PMK
Mengingat banyaknya jumlah orang dalam satu lantai maka di tiap lantai
disediakan lebih dari satu tangga kebakaran. Arah bukaan pintu-pintu tempat
massa berkumpul seperti kelas, auditorium,ruang guru, dsb dibuat membuka ke
arah luar (selasar) agar memudahkan evakuasi.
Ada sumber listrik darurat yang akan bekerja saat PLN mati. Untuk
memadamkan sumber api, digunakan fire hose, sprinkler dan PAR. Air untuk fire
hose dan sprinkler diambil dari tandon atas. Pada bangunan juga dipasang
detektor. Sumber api akan memicu bekerjanya detektor. Detektor akan
memeberikan sinyal ke panel kontrol Sinyal yang diterima ini akan bereaksi
dengan memutuskan aliran listrik dan menyalakan alarm kebakaran
Universitas Kristen Petra
123
Gambar 3.26 Arah Evakuasi
Gambar 3.27 Detail Hidran
Universitas Kristen Petra
124
3.3.7.5 Uraian Singkat Mengenai Instalasi Sistem Elektronik Secara Konseptual
Yang termasuk dalam sistem elektronik adalah Sistem tata suara (sound
system) dan sistem telekomunikasi (telecommunication system)
Adapun uraian dari masing-masing sistem dapat dilihat pada pembahasan
lebih rinci dibawah ini.
• Sistem Tata Suara
Fungsi utama sistem tata suara dalam setiap gedung dapat diuraikan
berdasarkan prioritas yakni sebagai alat evakuasi dan panggilan darurat,
sebagai alat panggilan per zona (paging call), sebagai alat pemberi latar
belakang musik (back ground music), sebagai alat panggil sopir/mobil (car
call system untuk sistem yang terpisah)
Agar dapat berfungsi sebagai alat evakuasi diperlukan suatu sinyal
informasi mengenai keadaan bahaya. Biasanya keadaan darurat adalah
kebakaran. Bila terjadi kebakaran panel utama kebakaran secara otomatis
harus selalu mengirimkan sinyal kepada panel tata suara.
Di dalam perencanaan sistem tata suata ini perlu diperhitungkan tingkat
kebisingan setiap tempat (noise level) dan intensitas suara yang diproduksi
harus bisa melebihi tingkat kebisingan sebesar 6-15 dB
Sistem tata suara dibutuhkan karena banyak ruangan yang harus dilayani.
Sistem tata suara memungkinkan dilakukannya pengumuman secara serentak.
Sumber sinyal suara datang dari ruang tertentu dimana didalamnya terdapat
microphone, tape deck untuk melakukan siaran ke ruang-ruang. Dari sini
sinyal suara diteruskan ke amplifier untuk diperkuat kemudain diteruskan ke
panel-panel distribusi untuk kemudian diteruskan ke speaker di ruang-ruang.
• Sistem Telekomunikasi
Di dalam perencanaan sistem komunikasi digunakan penghantar (kabel)
dengan kualitas prima yaitu kabel UTP (Unshielded Twisted Pair Cable).
Dengan menggunakan kabel tersbut kita dapat mengantisipasi kemajuan
teknologi ISDN (Integrated Service Digital Network) dimana dengan
teknologi ISDN dituntut adanya penghantar yang mampu unutk membawa
informasi digital berupa suara (voice), data, gambar(image) dengan
Universitas Kristen Petra
125
menghilangkan keterbatasan kabel tipe lama seperti bandwidth (lebar
band/pita), kecepatan, dan interferensi.
Mengingat banyaknya ruangan yang harus dilayani dalam gedung ini
maka tidak memungkinkan jika hanya menggunakan satu atau dua pesawat
telepon. Oleh karena itu digunakan PABX
Perencanaan telekomunikasi menggunakan sambungan langsung PT
Telkom berupa fasilitas telepon, facsimile dan telex serta penggunaan bersama
saluran telepon melalui sistem PABX (Private Automatic Branch Exchange )
untuk keperluan manajemen gedung, komunikasi internal dan lainnya
Dari Telkom sinyal akan diteruskan ke PABX. PABX ini juga dijaga oleh
operator. Dari PABX, sinyal diteruskan ke main junction box untuk kemudian
diteruskan ke pesawat-pesawat telepon.
Gambar 3.28 Letak Ruang Operator/PABX
Ruang operator diletakkan pada massa yang letaknya relatif di tengah
agar kabel-kabel yang digunakan tidak terlalu panjang
Universitas Kristen Petra
126
Ruang operator juga diletakkan di sisi ruang AHU agar ruang selalu
dingin sehingga kerusakan komponen-komponen elektronik PABX akibat
panas dapat diminimalisasi
3.3.7.6 Sistem Sampah
Sistem pembuangan sampah yang digunakan adalah carry out system yaitu
sampah dikumpulkan dahulu secara horisontal dengan sapu, alat hisap, dan
sebagainya lalu dikumpulkan pada bak pengumpul. Sistem ini dipilih mengingat kemungkinan sampah dari ruang-ruang adalah
sampah kering sehingga tidak perlu menggunakan media pembawa seperti air
utuk membuangnya, selain itu juga tidak membutuhkan bahan kimia untuk
mengolahnya.
Gambar 3.29 Skema Sistem Pembuangan Sampah
3.3.7.7 Sistem Penangkal Petir
Prinsip utama penangkal petir adalah menyediakan jalur dari logam ke
taanh untuk menyalurkan sambaran petir , supaya tidak lewat bagian bangunan
non-konduktor.
Lokasi rawan petir meliputi daerah basah dan berair, terbuka, banyak
pepohonan tinggi, dekat trafo atau gardu induk
Lokasi terlindung petir meliputi bangunan denga penangkal petir,
bangunan konstruksi baja dengan pentahanan baik
Faktor penentu dalam perencanaan system penangkal petir adalah
keamanan teknis, diameter hantaran pentahanan, ketahanan mekanis, ketahanan
korosi, bentuk bangunan, ukuran bangunan, faktor ekonomis.
Rumus perhitungan:
R = A + B + C + D + E (3.1)
Universitas Kristen Petra
127
Penjelasan untuk penentuan index :
A= Macam struktur bangunan
B= Konstruksi bangunan
C=Tinggi bangunan
D= Situasi bangunan
E= Pengaruh kilat
R= Resiko total
Dari hasil perhitungan “R” dapat ditentukan perlu tidaknya sebuah
bangunan diberi system penangkal petir
Karena perhitungan menunjukkan angka dibawah 15 maka banguan
sebenarnya tidak membutuhkan penangkal petir namun karena saat ini lokasi
banguann adalah diantara lahan kosong maka pada bangunan tetap dipasang
penangkal petir berupa Franklin Rod yang diletakkan pada puncak atap yang
tertinggi yaitu pada bangunan perpustakaan.
Gambar 3.30 Penangkal Petir
Penggunaan Franklin Rod sesuai dengan pertimbangan aman dan praktis karena
satu buah tongkat bias melindungi area dengan diameter 100 m.
Universitas Kristen Petra
128
3.4 Pendalaman Karakter Ruang
3.4.1 Mata Pelajaran Sains
Standar kompetensi lulusan SMP untuk mata pelajaran Sains dirumuskan
dengan mempertimbangkan standar kompetensi yang telah dikuasai oleh lulusan
Sekolah Dasar dan juga tingkat perkembangan mental siswa SMP. Oleh karena
posisi institusi SMP yang berkeinginan untuk melanjutkan baik ke SMA maupun
ke SMK, maka rumusan standar kompetensi untuk mata pelajaran juga
memperhatikan hal-hal tersebut.
Standar kompetensi untuk suatu mata pelajaran juga tidak dapat lepas dari
karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Ada mata pelajaran yang selain
memiliki peluang untuk mengembangkan kemampuan aspek kognitif, juga
memiliki peluang lebih banyak untuk mengembangkan kemampuan psikomotor
dibandingkan mata pelajaran lainnya. Demikian pula pengembangan aspek
afektif, tidak akan sama antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran
yang lain.
Mata pelajaran Sains memiliki peluang yang seimbang baik untuk
mengembangkan kemampuan dalam aspek kognitif, psikomotor, maupun afektif.
Untuk suatu materi tertentu dari Sains ada yang bersifat hierarkhis, ada pula yang
tidak. Materi yang hierarkhis harus dipelajari dengan mendahulukan materi yang
menajdi prasyaratnya.
Sebagi ilmu, Sains memiliki aspek proses dan produk. Oleh karena itu,
karakteristik ini pun perlu diperhatikan
3.4.1.1 Karakteristik Keilmuan Sains
Pada aspek Biologis, Sains mengkaji berbagai persoalan yang berkait
dengan berbagai fenomena pada makhluk hidup pada berbagai tingkat organisaasi
kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan, pada dimensi ruang dan
waktu. Untuk aspek fisik, Sains memfokuskan diri pada benda tak hidup, mulai
dari benda tak hidup yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari seperti air, tanah
dan udara, batuan dan logam, sampai dengan benda yang berada di luar bumi
dalam susunan tata surya dan sistem galaksi di alam semesta. Untuk aspek kimia,
Sains mengkaji berbagai fenomena kimia baik makhluk hidup maupun pada
Universitas Kristen Petra
129
makhluk tak hidup yang ada di alam semesta. Ketiga aspek tersebut dikaji secara
simultan sehingga menghasilkan konsep yang utuh , yang menggambarkan
konsep-konsep dalam bidang kajian Sains. Khusus untuk materi bumi dan
antariksa dapat dikaji secara lebih dalam dari segi struktur maupun kejadiannya.
Dalam penerapannya, Sains juga memiliki peranan penting dalam
perkembangan peradaban manusia, baik dalam hal manusia mengembangkan
berbagai teknologi yang dipakai untuk menunjang kehidupannya, maupun dalam
hal menerapkan kosep Sains dalam kehidupan bermasyarakat, baik aspek politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan-keamanan. Oleh karena itu, struktur
Sains juga tidak dapat dilepaskan dari peranan Sains dalam hal tersebut.
3.4.1.2 Struktur Keilmuan Sains
Agar siswa SMP dapat mempelajari Sains dengan benar maka Sains harus
dikenalkan secara utuh baik menyangkut objek, persoalan maupun tingkat
organisasi dari benda-benda di jagat raya
Dimensi objek sains meliputi :
• Benda-benda hidup mencakup (a) plantae(tumbuhan) (b) animalium (hewan)
termasuk di dalamnya manusia © fungi (jamur) (d) protista, (e) archebacteria,
dan (f) eubacteria.
• Benda tak hidup mencakup (a) bumi (tanah, batuan , air, udara), (b) tata surya,
© galaksi, dan (d) jagat raya (alam semesta)
Berdasarakn tinjauan dari segi dimensi tingkat organisasi benda dalam
alam dapat dibuat garadasi mulai dari (a) sub-atom (proton, elektron dan neuron),
(b) atom , © molekul, (d) unsur, senyawa dan campuran, (e) zat, dan (f) benda.
Dimensi tema/persoalan Sains dapat dikaji dari aspek-aspek berikut
(Walden University, 2002), yaitu :
• Tema /persolaan Sains sebagai proses penemuan (sience as inquiry):
menyangkut (a) penemuan ilmiah (b) metode ilmiah
• Tema/persoalan Sains dari aspek fisika (physical scoience) menyangkut : (a)
sifat materi dan perubahan sifat dalam materi, (b) gerak dan gaya, © transfer
energi
Universitas Kristen Petra
130
• Tema/persoalan Sains dari aspek biologi (living science) menyangkut : (a)
struktur dan fungsi dalam sistem kehidupan, (b) reproduksi dan penurunan
sifat, © regulasi dan tingkah laku, (d) populasi dan ekosistem, (e) keragaman
dan adaptasi organisme
• Tema /persoalan Sains dari aspek bumi dan antrariksa (earth and space
science) ,mengkaji : (a) struktur sistem bumi, (b) sejarah pembentukan bumi,
© bumi dan sistem tata surya
• Tema/persoalan Sains dalam hubungannya dengan teknologi (science and
technology) mengkaji : (a) rancangan-rancangan teknologi, dan (b) keterkaitan
sains dengan teknologi
• Tema/persoalan Sains dari perspektif personal dan sosial (personal and social
perspective) mengkaji : (a) kesehatan diri , ( b) populasi , sumber daya dan
lingkungan © bencana alam, (d) resiko dan keuntungan , serta (e) sains,
teknologi dan masyarakat
• Tema /persoalan Sains dari sisi sejarah dan hakikat Sains (history and natural
of science) mengkaji : (a) Sains sebagi hasil rekayasa/usaha keras manusia (b)
hakikat Sains sebagai ilmu, dan © sejarah perkembangan Sains sebagai ilmu
Khusus untuk tema /persoalan yang berkait dengan aspek biologi dapat pula
didekati dengan apa yang sudah dikembangkan oleh BSCS (BSCS,1996) yang
meliputi :
• Pola-pola evolusi dan produk perubahan (evolution: pattern and product of
change)
• Interaksi dan interdependensi (interaction and interdependence)
• Penjagaan dan pemeliharaan keseimbangan yang dinamis (maintenance of a
dynamic equilibirium)
• Pertumbuhan , perkembangan, diferensiasi (growth, development, and
differentiation)
• Kelangsungan genetik (genetic continuum)
• Energi, materi dan organisasi (energy, matter, and organisation)
• Sains, teknologi dan masyarakat (science , technology, and society )
Bentley dan Watts (1989) mengemukakan bahwa persoalan atau tema Sains
dapat dikaji dari aspek keilmuan yang akan dikembangkan pada diri siswa , yakni
Universitas Kristen Petra
131
mencakup aspek mengkomunikasikan konsep secara ilmiah, aspek pengembangan
konsep dasar Sains, dan pengembangan kesadaran Sains dalam konteks ekonomi
dan sosial
Menurut Djohar (2000) , kajian sains untuk SMP jika ditinjau dari dimensi
objek, tingkat organisasi objek, dan tema/persoalannya aspek Fisika, Kimia dan
Biologi, akan banyak sekali jenis kajiannya. Oleh karena itu agar siswa SMP
dapat mengenal kebulatan Sains sebagi ilmu , maka seluruh tema/persoalan Sains
pada berbagai jenis objek dan tingkat organisasinya dapat dijadikan bahan kajian,
sepanjang tetap dalam kerangka pengenalan. Dengan kata lain, kajian sains untuk
SMP hendaknya luas untuk memenuhi keutuhannya. Dengan kata lain bahwa
Sains sebagai mata pelajaran hendaknya diajarkan secara utuh atau terpadu, tidak
dipisah-pisahkan antara Biologi, Fisika, Kimia, dan bumi-antariksa. Selain tidak
jelasnya keutuhan konsep Sains sebagai ilmu, juga berat bagi siswa SMP karena
konsep Sains menjadi kumpulan dari konsep Biologi ditambah dengan Fisika,
Kimia dan bumi-antariksa. Hal ini mengingat tingkat berpikir sebagian besar
siswa SMP masih pada taraf perubahan/transisi dari fase konkret ke fase operasi
formal . Hanya sebagian kecil siswa SMP yang sudah dapat benar-benar pada
tataran operasi formal, karena fase formal mulai dicapai anak pada usia 14 tahun
(Carin dan Sund, 1989)
3.4.1.3 Metode dan Sikap Ilmiah Bidang Sains
Sains sebagai ilmu terdiri dari produk dan proses . Produk Sains terdiri atas
fakta (misalnya : orang menghirup udara dan mengeluarkan udara dari hidungnya,
biji kacang hijau muncul hipokotil dan epikotilnya dan akan betambah panjang
ukurannya saat ditanam pada kapas yang disiram air), konsep (misalnya : udara
yang dihirup ke dalam paru-paru lebih banyak kandungan oksigennya
dibandingkan dengan udara yang dikeluarkan dari paru-paru, logam memuai jika
dipanaskan), prinsip (misalnya : kehidupan meemrlukan energi, benda tak hidup
tidak mengalami pertumbuhan), prosedur (misal : pengamatan, pengukuran,
tabulasi data, analisis data), teori (misalnya teori evolusi, teori asal mula
kehidupan), hukum dan postulat (misal hukum Boyle, Archimedes, Postulat
Universitas Kristen Petra
132
Kock). Semua itu merupakan produk yang diperoleh melalui serangkaian proses
penemuan ilmiah menurut metoda ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah.
Ditinjau dari segi proses, Sains memiliki berrbagai keterampilan Sains
misalnya (a) mengidentifikasi dan menemukan variabel tetap/bebas dan variabel
berubah, (b) menetukan apa yang diukur dan diamati, © keterampilan mengamati
menggunakan sebanyak mungkin indera (tidak hanya indera penglihatan),
mengumpulkan angka yang relevan, mencari perbedaan dan kesamaan,
mengklasifikasikan, (d) keterampilan dalam menafsirkan hasil pengamatan
seperti mencatat secara terpisah setiap jenis pengamatan dan dapat menghubung-
hubungkan hasil pengamatan , (e) keterampilan menemukan suatu pola dalam
seri pengamatan dan keterampilan dalam meramalkan apa yang akan terjadi
berdasarkan hasil pengamatan, (g) keterampilan menggunakan alat/bahan dan
mengapa alat/bahan itu digunakan. Selain itu adalah keterampilan dalam
menerapkan konsep , baik penerapan konsep dalam situasi baru, menggunakan
konsep dalam pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi,
maupun dalam menyusun hipotesis.
Keterangan Sains juga menyangkut keterampilan dalam berkomunikasi
seperti (a) keterampilan menyusun laporan secara sistematis, (b) menjelaskan
hasil percobaan atau pengamatan , © cara mendiskusikan hasil percobaan, (d) cara
membaca grafik atau tabel, dan (e) keterampilan mengajukan pertanyaan , baik
bertanya apa, mengapa, dan bagaimana, maupun bertanya untuk meminta
penjelasan serta keterampilan mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang
hipotesis. Jika aspek-aspek proses ilmiah tersebut disusun dalam suatu urutan
tertentu dan digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi ,
maka rangkaian proses ilmiah itu menurut Towle (1989) menjadi sutu metode
ilmiah.
Rezba dkk (1995) mendeskripsikan keterampilan proses Sains yang harus
dikembangkan pada diri siswa mencakup kemampuan yang paling sederhana
yaitu mengamati, mengukur, sampai dengan kemampuan tinggi yaitu
kemampuan bereksperimen.
Menurut Bryce dkk (1990), keterampilan proses Sains mencakup
keterampilan dasar (basic skill) sebagi kemampuan yang terendah , kemudian
Universitas Kristen Petra
133
diikuti dengan keterampilan proses (process skill). Sebagai keterampilan tertinggi
adalah keterampilan investigasi (Investigation skill). Keterampilan dasar
mencakup : (a) melakukan pengamatan (observation skill) (b) mencatat data
(recording skill), © melakukan pengukuran (measurement skill), (d)
mengimplementasikan prosedur (procedural skill), dan (e) mengikuti instruksi
(following instruction). Keterampilan proses meliputi (a) menginferensi (skill of
inference) dan (b) menyeleksi berbagai cara /prosedur(selection of procedures).
Keterampilan investigasi berupa keterampilan merencanakan dan melaksanakan
serat melaporkan hasil investigasi. Keterampilan tersebut juga harus didasari oleh
sikap ilmiah seperti sikap antusias, ketekunan, kejujuran, dan sebagainya
Mengingat dari perkembangan mental siswa SMP menurut Piaget (Carin
dan Sund, 1989) sebagian besar berada pada taraf transisi dari fase konkret ke
fase operasi formal, maka diharapkan sudah mulai dilatih untuk mempu berpikir
secara abstrak. Oleh karena itu, pembelajaran Sains di SMP, terutama di kelas II
hendaknya sudah mengenalkan siswa kepada kemampuan untuk memulai
melakukan investigasi/penyelidikan walaupun sifatnya masih sangat sederhana.
Setidaknya siswa sudah mulai dilatih untuk merencanakan
pengamatan/percobaan sederhana, mengidentifikasi variabel, merumuskan
hipotesis berdasarkan pustaka bukan sekedar menurut dugaan yang rasional
berdasrkan logika, mampu melakukan dan melaporkan percobaan baik secara
tertulis maupun lisan. Jika hal seperti itu dibiasakan maka hasil belajar yagn
dicapai benar-benar akan memuat unsur kognitif, afektif dan psikomotor.
Untuk siswa sekolah menegah, dalam konteks ,melakukan
penyelidikan/investigasi sederhana, siswa seharusnya sudah dilatih bagaimana ia
harus mengorganisasikan data untuk menjawab pertanyaan, atau bagaimana ia
dapat mengorganisasikan kejadian-kejadian untuk dijadikan alasan pembenar
yang paling kuat. Selain itu, proses Sains juga mencakup kemampuan untuk
mengkomunikasikan baik secara tertulis berupa pembuatan tulisan/ karangan,
pemberian label, menggambar, melengkapi peta konsep mengembangkan,
melengkapi petunjuk kerja, membuat grafik dan mengkomunikasikan secara lisan
kepada orang lain (Walden University, 2000)
Universitas Kristen Petra
134
Menurut DES (Cavendish ,et all, 1990) proses Sains sekolah menengah
sudah berbeda dengan sekolah dasar, yaitu meliputi (a) kegiatan melakuakn
observasi, memilih kegiatan observasi yang relevan dengan
investigasi/penyelidikannya untuk dipelajari lebih lanjut, © menemukan dan
mengidentifikasi pola-pola baru dan menghubungkannya dengan pola-pola yang
sudah ada, (d) menyarankan dan menilai penjelasan-penjelsan dari pola-pola
yang ada (e) mendesain dan melaksanakan percobaan termasuk melakukan
berbagai pengukuran untuk menguji pola-pola yang ada, mengkomunikasikan
(baik verbal dalam bentuk matemtika atau grafik) dan menginterpretasikan
tulisan-tulisan dan bahan ajar lainnya, (f) memakai peralatan dengan efektif dan
hati-hati, (g) menggunakan pengetahuan untuk melaksanakan investigasi, (h)
menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan problem-problem yang
berkaitan dengan teknologi
Mengingat demikian luasnya kawsan kajian keilmuan Sains berdasar ragam
objek, ragam tingkat organisasi, dan ragam tema persoalannya , maka dalam
membelajarkan siswa untuk menguasai Sains bukan pada banyaknya konsep
yang harus dihafal tetapi lebih kepada bagaimana siswa berlatih menemukan
konsep-konsep sains melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah , dan siswa siap
melakukan kerja ilmiah, termasuk dalam hal meningkatkan kreativitas dan
mengapresiasi nilai-nilai.
3.4.1.4 Perkembangan Peserta Didik
Usia SMP secara normal berkisar antara 13 tahun sampai 15 tahun.
Namun karena kesempatan dan berbagai faktor lainnya dapat saja seorang anak
usia 12 tahun sudah masuk SMP. Menutut Piaget (Carin and Sund),
perkembangan mental mereka berbeda dalam masa transisi dari fase konkret ke
fase formal yakni fase perkembangan mental yang memungkinkan untuk dilatih
mulai berpikir abstrak. Oleh karena itu pembelajaran Sains SMP sudah mulai
dibawa ke taraf berpikir abstrak
Universitas Kristen Petra
135
3.4.1.5 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains
Standar kompetensi untuk siswa SMP menggambarkan kemampuan siswa
SMP yang sifatnya terukur, yang harus dikembangkan selama proses
pembelajaran dari kelas I samapi kelas III. Perumusan standar kompetensi
dilakukan dengan memperhatikan kedudukan jenjang pendidkan, sifat atau
karkteristik Sains sebagai ilmu, juga tingkat perkembangan mental siswa SMP,
serta cakupan ilmu yang akan dipelajari mulai dari kelas I sampai kelas III
Depdiknas telah mengeluarkan dokumen yang memuat rumusan-rumusan
kompetensi. Untuk mata pelajaran Sains yang harus dikuasai oleh siswa SMP
dalam hal ini adalah standar kompetensi yang menunjukkan keutuhan Sains
sebagai mata pelajaran. Rumusan butir-butir standar kompetensi mata pelajaran
Sains di SMP adalah
• Aspek kerja ilmiah
Mengenali perkembangan dan hakikat Sains serta melakukan kerja ilmiah
dalam bidang Sains
• Aspek Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan
Menggunakan alat dan teknik serta keselamatan kerja dalam mengamati gejala
kehidupan dengan cermat
Mengaplikasikan konsep keanekaragaman makhluk hidup berdasarkan ciri-
ciri kehidupan
Mengidentifikasi komponen ekosistem dan saling ketergantungan antar
komponen, serta melakukan upaya pengelolaan lingkungan untuk mengatasi
pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Mengaitkan hubungan antara struktur dan fungsi jaringan, struktur dan fungsi
organ pada tumbuihan
Mengaitkan hubungan antara struktur dan fungsi beberapa sistem organ pada
manusia dan vertebrata dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat.
Mengaplikasikan konsep pertumbuhan dan pekembangan, kelangsungan
hidup, dan pewarisan sifat pada organisme , serta kaitannya dengan
lingkungan, teknologi dan masyarakat
Universitas Kristen Petra
136
• Aspek Materi dan Sfatnya
Mengidentifikasi, mengumpulkan data, menyimpulkan penggunaan dan efek
samping bahan kimia di sekitar kita, serta mengkomunikasikannya
Melakukan percobaan untuk membedakan unsur, senyawa dan campuran,
memisahkan campuran dengan beberapa cara sesuai dengan
karakteristiknya, membandingkan perubahan fisis dan kimia serta
mengkomunikasikan hasilnya
Melakukan percobaan untuk mengidentifikasi ciri-ciri reaksi kimia dan sifat
zat (asam, basa, dan garam) serta mengenal partikel materi
• Aspek Energi dan Perubahannya
Melakukan pengukuran terhadap berbagai besaran secara benar,
mendeskripsikan dan membuat rancangan sederhana tentang dasar-dasar
mekanika serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Menerapkan konsep zat dan kalor serta penerapanya dalam penyelesaian
masalah sehari-hari
Mendeskripsikan dasar-dasar getaran, gelombang dan optik sertat
penerapannya dalam produk teknologi sehari-hari
Menerapakan konsep kelistikan dan kemagnetan untuk memahami
keterkaitannya dengan pemanfaatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
• Aspek Bumi dan Alam Semesta Serta Sains, Lingkungan, Teknologi, dan
Masyarakat
Mendeskripsikan perilaku dan karakteristik tata surya secara sederhana serta
proses-proses khusus yang terjadi di tanah dan udara yang terkait dengan
masalah lingkungan.
3.4.1.6 Pemilihan Strategi Pembelajaran
Dalam penguasaan konsep Sains, pengalaman belajar harus mencerminkan
keterampilan proses Sains yang dilakukan siswa, mulai dari yang sederhana
(basic skill) berupa kegiatan pengamatan/ penginderaan sampai pada kegiatan
yang terpadu sebagai metode ilmiah keterampilan meyelidiki (investigative skill).
Pengalaman belajar hendaknya juga secara langsung ataupun tidak
langsung (nurturant effect) mampu mengembangkan kecakapan hidup (life skills)
Universitas Kristen Petra
137
yang dapat memberi bekal kepada siswa untuk dapat mandiri dalam mengarungi
kehidupan dunia kerja mana kala yang bersangkutan terpaksa tidak dapat
melanjutkan pendidikan. Pemilihan pengalaman belajar yang berkait dengan
kecakapan hidup yang diperlukan siswa lebih ditekankan pada penyiapan diri
dalam kehidupan nyata sehari-hari, sehingga mampu memecahkan permasalahan
yang dihadapi secara wajar.
Kecakapan hidup dapat dipisahkan menjadi kecakapan yang sifatnya
umum dan spesifik. Kecakapan umum meliputi kesadaran diri (kesadaran
aktualisasi diri dan kesadaran potensi diri), kecakapan berpikir rasional, dan
kecakapan sosial, sedangkan kecakapan spesifik mencakup kecakapan akademik
dan kecakapan vokasional.
Kecakapan vokasional dikembangkan secara penuh pada sekolah kejuruan
namun tidak berarti bahwa pembelajaran di SMP tidak boleh dimulai dengan
pengembangan kecakapan vokasional. Pelatihan menggunakan berbagai peralatan
labolatorium untuk membuat alat peraga akan nemberikan kecakapan vokasional
atau kecakapan kejuruan. Dengan peralatan yang sama akan dihasilkan produk
lain yang tidak hanya digunskan untuk belajar Sains. Pemakaian alat labolatorium
berkaitan langsung dengan kehidupan.
Agar dapat menguasai langkah-langkah pemecahan masalah dalam bidang
Sains melalui metode observasi diperlukan beberapa kegiatan. Pertama :” mampu
mendefinisikan variabel yang diobservasi. Kedua : mengetahui karakteristik
penemuan konsep melalui metode observasi. Ketiga menyusun langkah/prosedur
observasinya. Selanjutnya melakukan pengamatan dengan panca indera dan atau
melakukan pengukuran. Hasil pengamatan disusun dalam tabel/grafik kemudian
ditarik kesimpulan. Hasilnya disampaikan pada orang lain secara tertulis atau
lisan. Semua kegiatan itu memberikan pengalaman bagaimana seseorang harus
memecahkan permasalahan yang dihadapi dan mengkomunikasikannya kepada
orang lain. Dengan memberi pengalaman belajar untuk melaporkan hasil
temuannya secara tertulis maupun lisan berarti melatih siswa mampu
berkomunikasi dengan orang lain.
Universitas Kristen Petra
138
3.1.4.7 Karakter Ruang Kelas Sains
Tabel 3.5 Labolatorium IPA Secara Umum
Universitas Kristen Petra
139
Tabel 3.6 Labolatorium Fisika
Universitas Kristen Petra
140
Tabel 3.7 Labolatorium Biologi
Universitas Kristen Petra
141
Tabel 3.8 Labolatorium Kimia
Universitas Kristen Petra
142
Dari karakteristik mata pelajaran Sains dapat disimpulkan bahwa ruang
kelas untuk mata pelajaran Sains harus bersifat fleksibel dan dapat digunakan
untuk pelajaran biologi, fisika dan kimia sekaligus. Gabungan dari ketiga
karakteristik kegiatan belajar ketiga mata pelajaran tersebut menghasilkan ruang
yang dapat digunakan baik untuk pelajaran maupun untuk praktikum
Gambar 3.31 Kelas Sains
Gambar 3.32 Kelas Sains-perspektif
Universitas Kristen Petra
143
Gambar 3.33 Kelas Sains-perspektif
3.4.2 Mata Pelajaran Matematika
3.4.2.1 Karakteristik Matematika
Mengajarkan Matematika tidaklah mudah karena fakta menunjukkan bahwa
siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika (Jaworski, 1994).
Perlu kiranya dibedakan antara matematika dan matematika sekolah. Agar
pembelajaran matematika dapat memenuhi tuntutan inovasi pendidikan pada
umumnya, Ebbutt dan Straker (1995:10-63) mendefinisikan matematika sekolah
yang selanjutnya disebut sebagai matematika sebagai berikut:
• Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah : (1) memberi
kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan
pola-pola untuk menentukan hubungan (2) memberi kesempatan siswa untuk
melakukan percobaan dengan berbagai cara, (3) mendorong siswa untuk
menemukan adanya urutan, perbedaan , perbandingan, pengelompokan, dsb.
(4) mendorong siswa menarik kesimpulan umum, (5) membantu siswa
Universitas Kristen Petra
144
memahami dan menemukan hubungan antara pengertian yang satu dengan
yang lainnya
• Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan
penemuan.
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah: (1) memberi
kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan
pola-pola untuk menentukan hubungan , (2) mendorong rasa ingin tahu,
keinginan, keinginan bertanya, kemampuan menyanggah, dan kemapuan
memperkirakan, (3) menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai hal
yang bermanfaat daripa da menganggapnya sebagai kesalahan (4) mendorong
siswa menemukan struktur dan desain matematika (5) mendorong siswa
menghargai penemuan siswa yang lainnya, (6) mendorong siswa berpikir
refleksif, (7) tidak menyarankan hanya menggunakan satu metode saja
• Matematika sebagai kegiatan pemecah masalah (problem solving)
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah: (1)menyediakan
lingkungan belajar matematika yang merangsang timbulnya persolaan
matematika (2) membantu siswa memecahkan persoalan matematika
menggunakan caranya sendiri, (3) membantu siswa mengetahui informasi
yang diperlukan untuk memecahkan persoalan matematika , (4) mendorong
siswa untuk berpikir logism, konsisten, sistematis dan mengembangkan sistem
dokumentasi/catatan, (5) mengembangkan kemampuan dan keterampilan
untuk memecahkan persoalan, (6) membantu siswa mengetahui bagaimana
dan kapan menggunakan berbagai alat peraga /media pendidikan matematika
seperti jangka , kalkulator, dsb
• Matematika sebagai alat berkomunikasi
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah :
(1) mendorong siswa mengenali sifat matematika, (2) mendorong siswa
membuat contoh sifat matematika, (3) mendorong siswa menjelaskan sifat
matematika, (4) mendorong siswa membicarakan persoalan matematika, (5)
Universitas Kristen Petra
145
mendorong siswa membaca dan menulis matematika menghargai bahasa ibu
siswa dalam membicarakan matematika.
3.4.2.2 Karakteristik Peserta Didik
• Perkembangan Aspek Kognitif
Ebutt dan Straker (1995:60-75), memberikan pandangannya bahwa agar
potensi siswa dapat dikembangkan secara optimal, asumsi tentang
karakteristik subjek didik dan implikasi terhadap pembelajaran matematika
diberikan sebagai berikut.
Murid akan mempelajari matematika jika mereka mempunyai motivasi.
Implikasi pandangan ini bagi usaha guru adalah: (1) menyediakan kegiatan
yang menyenagkan, (2) memperhatikan keinginan siswa, (3) membangun
pengertian melalui apa yang diketahui oleh siswa, (4) menciptakan suasana
kelas yang mendukung kegistan belajar, (5) memberikan kegiatan yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran, (6) memberikan kegiatan yang menantang, (7)
memberikan kegiatan yang memberikan harapan keberhasilan, (8) menghargai
setiap pencapaian siswa
Murid mempelajari matematika dengan caranya sendiri. Implikasi
pandangan ini adalah siswa belajar dengan cara yang berbeda dan dengan
kecepatan yang berbeda, tiap siswa memerlukan pengalaman tersendiri yang
terhubung dengan pengalamannya di masa lampau, tiap siswa
mempunayilaatar belakan g sosial-ekonomi- budaya yan g berbeda.
Oleh karena itu guru perlu mengetahui kelebihan dan kekurangan para
siswa, merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa,
membangun pengetahun dan keterampilan baik yang diperoleh di sekolah
maupun di rumah, menggunakan catatan kemajuan siswa (assessment)
Murid mempelajari matematika baik secara mandiri maupun melalui
kerja sama dengan temannya. Implikasi pandangan ini bagi usaha guru adalah
memberikan kesempatan belajar dalam kelompok untuk melatih kerjasama,
emberi kesempatan belajar secara klasik untuk memberi kesempatan saling
bertukar gagasan, memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan kegiatan
secara mandiri, melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan tentang
Universitas Kristen Petra
146
kegiatan yang akan dilakukannya, mengajarkan bagaimana cara mempelajari
matematika
Murid memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam
mempelajari matematika. Implikasi pandangan ini bagi usaha guru adalah
menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga, memberi kesempatan
belajar matematika di berbagai tempat dan keadaan, memberi kesempatan
untuk menggunakan matematika untuk berbagai keperluan, mengembangkan
sikap menggunakn matematika sebagai alat untuk memecahkan problematika
baik di sekolah maupun di rumah, menghargai sumbagnan tradisi budaya dan
seni dalam pengembangan matematika, membantu siswa menilai sendiri
kegiatan matematikanya
• Perkembangan Aspek Afektif
Ada beberapa penggolongan (taksonomi) aspek afektif misalnya
taksonomi oleh Krathwhol, dkk (1981) dan taksonomi oleh wilsion (1971).
Hierarkhi kategori aspek afektif menturut Kratwhol meliputi menerima
keadaan (receiving), merespon (responding), pembentukan nilai (valuing),
organisasi dan karakterisasi.
Menurut Kratwhol aspek sikap muncul bila ada komitmen, preferensi
nilai, penerimaan nilai, kepuasaan merespon dan kemauan merespon dari
seseorang. Aspek minat muncul bila ada preferensi nilai, penerimaan nilai,
kepuasan merespon., kemauan untuk merespon, kerelaan untuk merespon,
perhatian terpusatkan , kerelaan utuk menerima dan kesadaran dari seseorang.
Proses internalisasi terjadi bila aspek-aspek taksonomi tersebut menyatu
secara hierarkhis
Menurut Paul (1963:519) sikap merupakan suatu kesiapan individu
untuk bereaksi sehingga merupakan disposisi yang secara relatif tetap yang
telah dimiliki melalui pengalaman yang berlangsung secara reguler dan
terarah. Krech (1962:139) menyatakan bahwa sikap merupakan suatu sistem
yang terdiri dari komponen kognitif, perasaan dan kecenderungan untuk
bertindak. Sikap merupakan tingkat perasaan positif atau negatif yang
ditujukan ke objek-objek psikologi. Dengan demikian sikap berarti
Universitas Kristen Petra
147
kecenderungan perasaan terhadap objek psikologi yakni sikap positif dan
sikap negatif sedangkan derajat perasan dimaksudkan sebagai derajat
penilaian terhadap objek.
• Perkembangan Aspek Psikomotorik
Disamping aspek kognitif dan aspek afektif, aspek keterampilan motorik
(untuk kerja) juga mempunyai peranan yang tak kalah penting untuk
mengetahui keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan. Dalam
kegiatan ini siswa diminta mendemonstrasikan kemampuan dan keterampilan
melakukan kegiatan fisik misalnya melukis segitiga, melukis persegi, melukis
lingkaran, dsb. Untuk mengetahui tingkat keterampialn siswa, penilai dapat
menggunakan lembar pengamatan
3.4.2.3 Standar Kompetensi
Kurikulum ini dirancang agar dalam proses belajar matematika siswa
mampu melakukan kegiatan penelusuran pola dan hubungan, mengembangkan
kreativitas dan imajinasi, intuisi dan penemuannya, melakukan kegiatan
pemecahan masalah, serta mengkomunikasikan pemikiran matematisnya kepada
orang lain. Untuk mendapat kemampuan tersebut dikembangkan proses belajar
matematika yang memperhatikan konteks dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
Standar kompetensi yang perlu dicapai oleh siswa SMP adalah
• Bilangan
Melakukan operasi hitung bilangan serta dapat menggunakannya dalam
pemecahan
• Aljabar
Memahami dan dapat melakukan operasi bentuk aljabar, persamaan dan
pertidaksamaan linier satu variabel, himpunan serta dapat menggunakan
dalam pemecahan masalah
Memahami dan melakukan operasi aljabar, fungsi, persamaan garis dan sistem
persamaan, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
Melakukan operasi pangkat tak sebenarnya dan logaritma.
Universitas Kristen Petra
148
Menentukan pola deret bilangan dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah
Memahami dan menggunakan persamaan kuadarat dalam pemecahan masalah
• Geometri dan pengukuran
Mengidentifikasi garis, sudut dan bangun datar serta dapa menentukan
besaran-besaran yang ada didalamnya
Menentukan panjang suatu garis dalam segitiga serta dapat menggunakannya
dalam pemecahan masalah
Mengidentifikasi lingkaran serta menetukan besaran-besaran yang terkait di
dalamnya
Mengidentifikasi bangun ruang sisi lengkung serta menentukan besaran-
besarannya
Memahami kesebangunan bangun datar
Mengidentifikasi bangun ruang sisi datar serta dapat menentukan besaran-
besaran di dalamnya
• Peluang dan statistika
Melakukan kegiatan statistika
3.4.2.4 Penentuan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dikembangkan dapat bersifat :
• Menekankan pada pemecahan masalah
• Belajar di berbagai konteks kehidupan sehari-hari
• .Mendorong siswa sebagai active learner
• Menghargai keunikan diri siswa dan memperhatikan keanekaragaman
perbedaan siswa
• Belajar melaui cooperative learning
Universitas Kristen Petra
149
3.4.2.5 Karakter ruang kelas matematika
Tabel 3.9 Matematika
Universitas Kristen Petra
150
Karena matematika adalah pelajaran yang membutuhkan banyak latihan
soal, maka meja disusun berkelompok.
Gambar 3.34 Kelas Matematika-perspektif
3.4.3 Pengetahuan Sosial
Setiap mata pelajaran tentu memiliki karakteristik yang membedakan dari
mata pelajaran yang lain. Demikian juga mata pelajaran pengetahuan sosial untuk
SMP. Beberapa karakteristik mata pelajaran Pengetahuan Sosial itu antara lain :
• Pengetahuan sosial merupakan perpaduan antara sosiologi, geografi,
ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan
• Materi kajian pengetahuan sosial berasal dari struktur keilmuan sosiologi,
geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaran. Dari kelima struktur itu
kemudian dirumuskan materi kajian untuk pengetahuan sosial.
• Materi pengetahuan sosial juga menyangkut masalah sosial dan tema-tema
yang dikembangkan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
Interdisipliner maksudnya melibatkan disiplin ilmu ekonomi, geografi dan
Universitas Kristen Petra
151
sejarah, multidisipliner artinya ,materi kajian itu mencakup berbagi aspek
kehidupan masyarakat
• Materi pengetahuan sosial menyangkut peristiwa dan perubahan masyarakat
masa lalu dengan prinsip sebab akibat dan kronologis, masalah-masalah
sosial dan isu-isu global yang terjadi di masyarakat, adaptasi dan
pengelolaan lingkungan, serta upaya perjuangan untuk survive (perjuangan
hidup), termasuk pemenuhan kebutuhan untuk mencapai kemakmuran serta
sistem berbangsa dan bernegara
3.4.3.1 Karakteristik Mata Pelajaran Pengetahun Sosial
Manusia sebagi makhluk ciptaan Tuhan yang diturunkan di muka bumi
senantiasa berada di muka bumi ini. Pada tatanan ruang dan waktu inilah manusia
menjalani suatu kehidupan. Di dalam menjalani suatu kehidupan itu manusia
akan terkait dengan berbagai aspek kehidupan dan kegiatan. Ini artinya
keberadaan manusia di dunia ini tidak terlepas dari tiga hal : ruang, waktu dan
perjuangan hidup. (Daljoeni, 1981).
Unsur ruang terkait dengan studi geografi, yang memaparkan aktivitas dan
peranan manusia dalam upaya beradaptasi dengan tantangan dan rintangan
lingkungan alam dan manusia (adaptasi ekologis). Unsur waktu terkait dengan
studi sejarah yang memaparkan peristiwa dan perubahan masyarakat,
pengalaman umat manusia dari masa lampau untuk memahami dan menjadi
pelajaran hidup masa kini serta merencanakan masa yang akan datang. Dalam hal
ini ada proses pewarisan budaya. Sementara yagn terkait dengan perjuangan
hidup menyangkut berbagai aspek dan aktivitas, seperti upaya pemenuhan
berbagai kebutuhan (ekonomi), struktur dan hubungan antar anggota masyarakat
(sosiologi), tertib masyaakat (HAM), kekuasaan dan kesewenangan (politik), hasil
kebudayaan manusia (antropologi budaya), peristiwa masa lampau yang penting
dan bermakna (sejarah), dan sistem berbangsa dan bernegara (kewarganegaraan)
Sosiologi, geografi, ekonomi, hukum, politik, antropologi budaya, sejarah,
dan kewarganegaraan sebagaimana telah disebutkan di muka adalah cabang-
cabang ilmu sosial. Dari cabang-cabang ilmu sosial itulah kemudian diambil
sebagi bahan ajar (mata pelajaran). Mata pelajaran pengetahuan sosial di jenjang
Universitas Kristen Petra
152
SMP mengambil bahan ajar dari cabang ilmu sosial tersebut, khusunya sosiologi,
geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan. Dengan demikian mata
pelajaran pengetahuan sosial di SMP merupakan perpaduan mata pelajaran dan
materi sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan
3.4.3.2 Karakteristik Siswa
Sebagaiamana mata pelajaran, peserta didik juga memiliki karakteristik
tersendiri yang bisa dibedakan dari satu jenjang pendidikan ke jenjang
pendidikan lainnya.
• Perkembangan Aspek Kognitif
Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak pada masa remaja awal
(usia SMP) sudah mencapai tahap operasi formal. Pada usia ini secara mental
anak telah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak .
Dengan kata lain, berpikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak
serta sistematis dan ilmiah dalam memcahkan masalah daripada berpikir
konkrit.
Implikasi pendidikan atau bimbingan dari periode berpikir operasi
formal ini, adalah perlunya disiapkan program pendidikan atau bimbingan
yang memfasilitasi perkembangan kemampuan berpikir siswa. Upaya yang
dapat dilakukan antara lain adalah penggunaan metode mengajar yang
mendorong anak untuk aktif bertanya, mengemukakan gagasan, atau
mengujicobakan suatu materi, dan melakukan dialog, diskusi atau curah
pendapat dengan siswa tentang masalah-masalah sosial, baik itu menyangkut
sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah maupun kewarganegaraan
• Perkembangan Aspek Psikomotor
Perkembangan aspek psikomotor pada anak usia SMP sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan perkembangan pada anak usia SD, karena usia SMP
merupakan kelanjutan dari usia SD. Perkembangan psikomotor pada anak usia
SD sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras
dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak
atau aktivitas motorik yagn lincah. Oleh karena itu usia SD merupakan masa
Universitas Kristen Petra
153
yang ideal untuk belajar berbagai keterampilan. Begitu juga pada masa SMP,
keterampilan anak semakin berkembang dengan baik sehingga dapat dijadikan
pijakan untuk menentukan pilihan yang akan ditekuninya di usia selanjutnya.
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu
kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun
keterampilan. Oleh karena itu perkembangan psikomotor sangat menunjang
keberhasilan peserta ddik. Pada masa usia SMP perkembangan psikomotor
ini pada umumnya sudah mencapainya, dan untuk selanjutnya
dikembangkannya.
Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi
berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru
yang belum pernah dialami sebelumnya seperti perasan cinta, rindu dan
keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada masa SMP
(remaja awal). Perkembanagn emosi anak menunjukkan sifat yang sensitif
dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial,
emosinya bersifat negatif dan temperammental (mudah tersinggung/marah,
atau mudah sedih). Oleh karena itu mencapai kematangan emosional
merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses
pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio emosional.
Lingkungannya terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya.
Dalam hubungan persahabatan, anak remaja memilih teman yang
memiliki kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik
menyangkut minat, sikap, nilai, kebiasaan, kegemaran, kepribadian. {pada
masa ini berkembang sikap “conformity” yaitu kecenderungan utnuk
menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran
(hobi) atau keinginan orang lain (teman sebaya) perkembangan konformitas
pada remaja dapat memberikan dampak yang positif, maupun yang negatif
bagi dirinya. Jika temannya menampilkan sikap dan perilaku yang mulia
seperti taat beribadah , berakhlak mulia, rajin belajar, hormat pada orang tua,
dan aktif dalam kegiatan sosial, maka kemungkinan besar remaja tersebut
akan berpenampilan baik seperti temannya. Sebaliknya, jika temannya
berpenampilan tidak baik, dia pun akan seperti temannya tersebut
Universitas Kristen Petra
154
• Perkembangan Aspek Afektif
Perkembangan aspek afektif anak pada usia SMP tidak berbeda dengan
perkembangan pada aspek psikomotornya. Kedua aspek ini terkait erat
sehingga perkembangannya selalu seiring dan sejalan. Sikap dan perilaku
teman (terutama teman sebaya) dan lingkungan masyarakatnya sangat
mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku anak.
Perkembangan aspek afektif anak juga terkait erat dengan
perkembanagn kepribadian anak. Fase remaja merupakan saat yang paling
penting bagi perkembangan dan integrasi kepribadian. Masa remaja juga
merupakan saat berkembangya identitas (jati diri). Perkembangan identitas
merupakan isu sentral pada masa remaja yagn memberikan dasar bagi masa
dewasa. Perkembangan identitasa masa remaja berkaitan erat dengan
komitmennya terhadap okupasi (pendudukan, perampasan) masa depan,
peran-peran masa dewasa, dan sistem keyakinan pribadi
Perkembangan identitas dapat dipegaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah iklim keluarga, yaitu yang berkaitan dengan interaksi
sosio-emosional antar anggota keluarga serta sikap dan perilaku orang tua
terhadap anak, tokoh idola, yaitu orang-orang yang dipersepsi oleh remaja
sebagai figur yang memiliki posisi di masyarakat dan peluang pengembangan
diri yaitu kesempatan untuk melihat ke depan dan menguji dirinya dalam
setting (adegan) kehidupan yang beragam.
3.4.3.3 Standar Kompetensi
Standar kompetensi mata pelajaran pengetahuan sosial adalah kemampuan
yang dapat ditampilkan atau dilakukan siswa untuk mata pelajaran pengetahuan
sosial. Atau kompetensi dalam mata pelajaran pengetahuan sosial yang harus
dimiliki siswa, kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam mata
pelajaran pengetahuan sosial
Dalam merumuskan standar kompetensi pengetahuan sosial ada dua hal
yang perlu diperhatikan. Pertama, masalah aspek ruang lingkup, dan cakupan
standar kompetensi. Kedua, masalah kata kerja yang digunakan dalam
merumuskan standar kompetensi .
Universitas Kristen Petra
155
Dari kompetensi yang dijabarkan dari tujuan Pendidikan Nasional ada dua
butir yang perlu mendapat perhatian, yaitu :
• Keterampilan hidup, merupakan keterampilan untuk menciptakan atau
menemukan masalah baru (inovasi) dengan menggunakan fakta, konsep,
prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. Contoh : siswa mempelajari
fenomena sosial. Setelah memepelajari tentang fenomena sosial siswa
memiliki keterampilan melakukan identifikasi masalah sosial yang terkait
dengan aspek sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan
• Keterampilan hidup (afektif), yaitu pertama, sikap yang berkenaan dengan
nilai moral, tata susila, baik buruk dan sebagainya. Kedua, sikap yang
berhubungan dengan materi dan kegiatan pembelajaran seperti menyukai,
memandang positif, menaruh minat, dll. Pencapaian kompetensi yang tidak
secara spesifik dirumuskan sebagai kompetensi seperti keterampilan hidup
dan keterampilan sikap tersebut dapat dipandang sebagai nurturant effect atau
hasil sampingan pembelajaran
3.4.3.4 Penentuan Strategi Pembelajaran
Berbeda dengan pengertian strategi pembelajaran pada umumnya, strategi
pembelajaran dalam hal ini disebutkan sebagai bentuk atau pola umum kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Strategi pembelajaran dapat dipilih antara
kegiatan tatap muka dan non-tatap muka atau pengalaman belajar
• Tatap Muka
Kegiatan tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara
guru dengan siswa. Umumnya kegiatan tatap muka dilakukan dalam kegiatan
di kelas. Adapun bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru dengan siswa
seperti ceramah, diskusi, presentasi, ujian blok-kuis
• Pengalaman Belajar Siswa
Pengalaman belajar di sini menunjukkan pengalaman yang perlu
dilakukan oleh siswa dalam berinteraksi dengan objek belajar untuk mencapai
standar kompetensi. Pengalaman belajar dapat dilakukan di dalam maupun di
Universitas Kristen Petra
156
luar kelas. Pengalaman belajar di dalam kelas dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan mengadakan interaksi antara siswa dan sumber
belajar atau melakukan pengamatan terhadap sumber belajar. Pengalaman
belajar di luar kelas dapat dilaksanakan melalui kegiatan intra kurikuler
maupun ekstra kurikuler misalnya melakukan kajian buku teks dan membuat
resume tentang kehidupan politik dan pemerintahan pada masa awal
kemerdekaan, mengunjungi kawasan dengan objek geografis tertentu untuk
mengidentifikasikan msalah-masalah sosial geografis di Indonesia,
mengadakan wawancara dengan nara sumber tentang peranan Indonesia
dalam kancah perdamaian dunia
Dalam pemilihan pengalaman belajar siswa juga mencakup sumber
bahannya. Sumber bahan tersebut adalah semua sumber belajar yang dapat
dipakai sebagai rujukan bagi siswa untuk mencapai tujuan belajar. Adapun
sumber bahan untuk mata pelajaran pengetahuan sosial dapat berupa buku
teks, jurnal, objek-objek lingkungan geografis, objek-objek budaya, dan
objek-objek sosial ekonomi, nara sumber, catatan-catatan tua, arsip-arsip, dan
sebagainya. Berkenaan dengan pemilihan pengalaman belajar siswa, guru
harus mampu mengembangkan metode pembelajaran yang dapat
memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah
direncanakan. Metode pembelajaran tersebut tentu saja harus relevan dan
memadai guna mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk mata pelajaran pengetahuan sosial SMP standar kompetensinya telah
dirumuskan dan dikelompokkan untuk kelas VII, kelas VIII dan kelas IX yaitu
sebagai berikut.
• Kelas VII
Memahami proses pembentukan kepribadian manusia
Memahami perubahan unsur fisik muka bumi dan pengaruhnya terhadap
kehidupan manusia di muka bumi
Memahami unsur-unsur usaha berekonomi
Menguraikan perjalanan Bangsa Indonesia pada masa Hindu-Budha dan Islam
sampai abad ke-18
Universitas Kristen Petra
157
Memahami peraturan perundang-undangan, hak asasi manusai, kemerdekaan
mengemukakan pendapat dan berpartisipasi dalam era otonomi
• kelas VIII
Memahami proses pembentukan kepribadian manusai
Memahami perubahan unsur fisik muka bumi dan pengaruhnya terhadap
kehidupan manusia di muka bumi
Memahami unsur-unsur usaha berekonomi
Menguraikan perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu-Budha dan Islam
sampai abad ke -18
Memahami peraturan perundang-undangan, hak asasi manusia, kemerdekaan
mengemukakan pendapat dan berpartisipasi di era otonomi
• kelas IX
Memahami perilaku masyarakat dalam meikapi perubahan sosial budaya
Memahami keterkaitan unsur-unsur sosial dan fisik di negara maju dan
sedang berkembang
Memahami perdagangan internasional dan dampaknya terhadap
perekonomian Indonesia
Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia dari masa kemerdekaan sampai
orde baru serta bentuk kerja sama indonesia dalam dunia internasional
Menganalisis fungsi hukum , pengadilan nasional dan cara mencari
perlindungan hukum
3.4.3.5 Karakter ruang kelas Pengetahuan Sosial
Universitas Kristen Petra
158
Tabel 3.10 Social Study
Diskusi memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial. Oleh karena itu penataan meja dibuat berkelompok namun
cukup flesibel untuk menyesuaikan jumlah anggota dalam kelompok tersebut.
Mengingat pentingna peranan atlas selama belajar Geografi dan Sejarah
maka dinding kelas dilengkapi dengan atlas yang berukuran besar
Universitas Kristen Petra
159
Gambar 3.35 Dinding Kelas Pengetahuan Sosial
Gambar 3.36. Kelas Pengetahuan Sosial – Penataan Meja
Universitas Kristen Petra
160
3.4.4 Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi
3.4.4.1 Karakteristik Teknologi Informasui Dan Komunikasi
Setiap mata pelajaran memiliki akarteristik yang khas . Adapun karakteristikk
teknologi informasi dan komunikasi adalah sebagai berikut :
• Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan keterampilan menggunakan
komputer meliputi perangkat keras dan perangkat lunak . Namun demikian
Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak sekedar terampil tetapi lebih
memerlukan kemampuan intelektual
• Materi teknologi informasi dan komunikasi berupa tema-tema esensial, aktual
serta global yang berkembang dalam kemajuan teknologi pada masa kini,
sehingga mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan
pelajaran yang dapat mewarnai perkembangn perilaku dalam kehidupan
• Tema-tema esensial dalam teknologi informasi dan komunikasi merupakan
perpaduan dari cabang-cabang ilmu komputer, matematika, teknik elektro,
teknik elektronika, telekomunikasi, cybernetics, dan informatika itu sendiri.
Tema-tema esensial tersebut berkaitan denga kebutuhan pokok akan informasi
seabagai ciri abad ke-21 seperti pengolah kata, spreadsheet, presentasi, basis
data, internet, dan e-mail. Tema-tema esensial tersebut terkait dengan aspek
kehidupan sehari-hari.
• Materi Teknologi Informasi dan Komunikasi dikembangkan dengan
pendekatan interdisipliner dan multidimensional. Dikatakan interdisipliner
karena melibatkan berbagai disiplin ilmu dan dikatakan multidimensional
karena mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat.
3.4.4.2 Karakteristik Peserta Didik
Mata pelajaran Tknologi Informasi dan Komunikasi pada dasarnya
mengajarkan tentang keterampilan menggunakan komputer untuk pengolahan
data, penyajian informasi dan komunikasi. Namun demikian siswa dituntut tidak
hanya terampil dalam menggunakan komputer tetapi juga dituntut
kemampuannya dalam aspek berpikir (intelektual) seta memiliki sikap yang baik
dan bijak terhadap pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Universitas Kristen Petra
161
Berdasarkan uraian di atas, sasaran pembelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi selalu mengarah pada 3 ranah yang sering disebut dalam taksonomi
Bloom (1964), yaitu:
• Ranah kognitif (kemampuan dan ketrerampilan berpikir)
• Ranah afektif (nilai sikap dan perasaan)
• Ranah psikomotor (keterampilan fisik)
Ketiga aspek tersebut harus dikembangkan secara serempak dan terpadu
agar memperoleh hasil yang maksimal, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Romizowski (1984) menyatakan ada aspek lain tentang kecakapan (skill)
yang sulit dimasukkan ke dalam taksonomi Bloom, yaitu kecakapan interaktif
(interactive skill). Kecakapan interaktif memiliki beberapa elemen yang terdapat
dalam ranah afektif, dan juga memerlukan pengetahuan dasar yang terdapat pada
ranah kognitif. Bahkan kadang-kadang kecakapan interaktif juga dapat berupa
aksi fisik sesaat. Oleh karena itu, penjabaran elemen-elemen kecakapan
interaktif dapat berupa tiga ranah taksonomi Bloom (kognitif , afektif dan
psikomotor).
Berdasarkan uraian diatas, maka pengertian kecakapan interaktif pada
prinsipnya berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain,
sedangkan kecakapan psikomotor berkaitan dengan aksi fisik, kecakapan kognitif
berkaitan dengan aktivitas intelektual dan kecakapan afektif berkaitan dengan
sikap dalam menghadapi sesuatu
Adapun definisi kecakapan adalah sebagai berikut. Yang pertama adalah
pengetahuan (knowledge) merupakan informsi yang tersimpan dalam pikiran
siswa . Pengetahuan dapat dibedakan menjadi 4 kategori yaitu : a) fakta
b)prosedur c)konsep d)prinsip.
Yang kedua adalah kecakapan (skill) merupakan aksi perbuatan /tinmgkah
laku (intelektual/fisik) dan reaksi dimana seseorang memiliki kecakapan dalam
menapai suatu tujuan.
Kecakapan dibedakan menjadi 4 kategori yaitu kecakapan kognitif atau
kecakapan berpikir, aksi yaitu kecakaan fisik atau kecakapan gerak, reaksi
terhadap benda, situasi atau orang dalam hal nilai, emosi dan perasaan, interaksi
Universitas Kristen Petra
162
dengan orang lain dalam hal mencapai suatu tujuan seperti kecakapan
berkomunikasi, belajar atau kecakapan dalam mengendalikan orang lain
• Perkembangan Aspek Kognitif
Proses pembelajaran dimulai pada ranah kognitif yaitu dimulai dari
proses mengenal, (mendengar, melihat atau meraba), dilanjutkan dengan
mengingat (menghafal), kemudian memahami informasi apa yang telah
diperoleh. Informasi dapat berupa fakta, prosedur, konsep atau prinsip.
Informasi yang diterima pada saat proses belajar akan disimpan pada
ranah kognitif sehingga akan menghasilkan pengetahuan dan kecakapan
belajar dan mengingat fakta, memerlukan kecakapan kognitif tertentu
sedangkan belajar konsep akan menghasilkan pengetahuan dan
menumbuhkan kecakapan kognitif seperti kemampuan restrukturisasi
Pengetahuan dan kecakapan berpikir akan digunakan pada saat aksi
fisik (kecakapan psikomotor) atau reaksi terhadap sesuatu (kecakapan afektif).
Selainitu, pengetahaun dan keakapan berpikir dapat digunakan untuk
perkembangan selanjutnya yaitu dalam hal analisis, sintesis dan evaluasi.
Mata pelajaan Teknologi Informasi dan Komunikasi sangat membutuhkan
pengetahuan dan kecakapan berpikir
• Perkembangan Aspek Afektif
Ranah afektif atau perasaan sebenarnya sama dengan sikap, tetapi dalam
tingkatan yang berbeda. Materi pemebelajarn harus dapat menyentuh ranah
afektif sehingga setelah proses belajar mengajar terjadi siswa memiliki
kecakapan sikap tertentu sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang baru
saja dipelajari
Kecakapan afektif merupakan sikap terhadap sesuatu dan terhadap orang
lain yang sedang dihadapi termasuk kecakapan dalam mengendalikan diri
(emosi dan perasaan). Oleh karena itu, kecakapan afektif merupakan
gabungan antara dua jenis tingkah laku yaitu reaksi reflektif terhadap stimuli
tertentu atau sering disebut dengan sikap dan aksi dan reaksi sukarela,
Universitas Kristen Petra
163
terencana dalam mencapai tujuan dan menerapkan kecakapan pengendalian
diri
• Pengembangan Aspek Psikomotor
Aspek psikomotor berkaitan dengan kecakapan fisik. Kecakapan fisik ini
akan menentukan tingkat keterampilan siswa. Secara sederhana, kecakapan
fisik dapat diajarkan dengan cara “melihat dan mengerjakan” (watching and
doing). Untuk itu penyampaian materi pokok lebih banyak kegiatan praktek
daripada teori, sehingga aspek psikomotor dapat berkembang dengan baik
Pengujian kecakapan fisik (aspek psikomotor) dilakukan secara
komprehensif dari beberapa materi pokok . Nilai hasil ujian merupakan
penilaian proses dan hasil akhir dari tugas-tugas atau soal ujian yang
diberikan
3.4.4.3 Standar Kompetensi
• Mengenalkan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi serta
Kesehatan dan Keselamaan kerja (K3) selama menggunakan perangkat
Teknologi Informasi dan Komunikasi
• Memiliki sikap (etika dan moral) positif dalam menggunakan perangkat
Teknologi Informasi dan Komunikasi
• Menggunakan operating system untuk manajeman file aplikasi paket-paket
program komputer
• Menerapkan perangkat lunak pengolah kata (wordprocessor)
untukmenghasilkan informasi
• Menerapkan perangkat lunak pengolah angka (spreadsheet) utnuk membuat
informasi
• Mengintegrasikan program pengolah kata dan pengolah angka untuk
membuat informasi komunikasi
• Mengenal perangakat keras dan sistem yang digunakan dalam akses internet
• Menerapkan internet untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi
Universitas Kristen Petra
164
3.4.4.4 Penentuan Strategi Pembelajaran
Pengalaman belajar di dalam kelas dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan mengadakan interaksi antara siswa dengan sumber
belajar atau melakukan pengamatan terhaap sumber belajar. Pengalaman belajar
di luar kelas dapat dilaksanakan baik melaui kegiatan intra kurikuler maupun
kegiatan ekstra kurikuler, misalnya : (1) membandingkan kecepatan pencarian
data secra fisik (kertas) dengan pencarian data elektronik (database), (2)
menggunakan program aplikasi wordprocessor sebagai desktop publisher untuk
majalah dinding, dan (3) mencari informasi sumber belajar yang tidak ada di
perpustakaan melalui internet.
Dalam pemilihan pengalaman belajar siswa juga mencakup sumber
bahannya. Sumber bahan tersebut adalah semua sumber belajar yang dapat
dipakai sebagai rujukan oleh siswa untuk mencapai standar kompetensi. Adapun
sumber bahan untuk mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat
berupa buku teks, jurnal, objek-objek alam, objek-objek budaya dan objek-objek
sosial ekonomi.
Berkenaan dengan pemilihan pengalaman belajar siswa, guru harus
mampu mengembangkn metode pembelajaran yang bisa memfasilitasi siswa
untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah direncanakan. Metode
pembelajaran tersebut tentu saja harus relevan dan cukup memadai guna
pencapaian tujuan pembelajaran
3.4.4.5 Karakter Ruang Kelas Komputer
Mengingat pelajaran computer yang diberikan bersifat individual maka
meja komputer diletakkan secara berkelompok dalam posisi bersebelahan
sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antar siswa selama mereka
mengikuti pelajaran. Penataan meja seperti ini lebih memicu terjadinya interaksi
daripada penataan meja yagn berjajar ke belakang.
Universitas Kristen Petra
165
Gambar3.37 Penataan Komputer di kelas
3.4.5 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
3.4.5.1 Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai sarana komunikasi dan pendekatan
pembelajaran yang digunakan. Keduanya saling berkaitan. Pada satu sisi Bahasa
Indonesia merupakan sarana komunikasi, dan sastra merupakan salah satu hasil
budaya yang menggunakan bahasa sebagai sarana kreativitas. Sementara itu pada
sisi lain, bahasa dan Sastra Indonesia seharusnya diajarkan kepada siswa melalui
pendidikan yang sesuai dengan hakikat dan fungsinya. Pendekatan pembelajaran
bahasa menekankan aspek kinerja atau keterampilan berbahasa dan fungsi bahasa
adalah pendekatan komunikatif, sedangkan pendekatan pembelajaran sastra yang
menekankan apresiasi sastra adalah pendekatan apresiatif.
Dalam kehidupan sehari-hari, fungsi utama bahasa adalah sarana untuk
berkomunikasi. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk beromunikasi antar
penutur untuk berbagai keperluan dan situasi pemakaian. Untuk itu, orang tidak
akan berpikir tentang sistem bahasa, melainkan berpikir bagaimana menggunakan
Universitas Kristen Petra
166
bahasa ini secara tepat sesuai dengan situasi. Jadi secara pragmatis bahasa lebih
merupakan suatu betuk kinerja dan performansi daripada sebuah sistem ilmu.
Pandangan ini membawa konsekuensi bahwa pembelajaran bahasa haruslah
menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi daripada pembelajaran
tentang sistem bahasa.
Sementaa itu, sastra adalah salah satu bentuk sistem tanda karya seni yang
menggunakan media bahasa. Sastra ada untuk dibaca, dinikmati, dan dipahami
serta selanjutnya dimanfaatkan, yang antara lain untuk mengembangkan wawasan
kehidupan. Jadi pembelajaran sastra sebagai salah satu bentuk seni yang dapat
diapresiasi. Oleh karena itu, pembelajaran, pengembangan materi pembelajaran,
teknik, tujuan dan arah pembelajaran haruslah lebih menekankan kegiatan
pembelajaran yang bersifat apresiatif.
3.4.5.2 Karakteristik Peserta Didik
• Pengembangan Aspek Kognitif
Menurut kategori Piaget(1970), siswa SMP merupakan period of formal
operation. Pada masa ini, yang berkembang pada siswa adalah kemampuan
berpikir simbolis dan bisa memahami sesuatu secara bermakna tanpa
memerlukan objek yang bersifat konkret. Siswa telah memahami hal-hal yang
bersifat imajinatif
Hal tersebut membawa implikasi terhadap pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia yakni bahwa akan bermakna kalau materi pelajaran sesuai
dengan minat dan bakat siswa.
Pada tahap perkembangan ini juga berkembang tujuh kecerdasan
(Gardner, 1993), yakni kecerdasan (1) linguistik (2) logis-matematis, (3)
musikal, (4) spasial, (5) kinetik—ragawi, (6) intrapribadi, (7) antar -
pribadi. Ketujuh kecerdasan ini berkembang pesat dan jika dapat
dimanfaatkan oleh guru Bahasa dan Sastra Indonesia akan sangat membantu
siswa dalam menguasai keterampilan berbahasa Indonesia.
Universitas Kristen Petra
167
• Perkembangan Aspek Psikomotor
Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting untuk
diketahui oleh guru. Perkembangan aspek psikomotorik melalui beberapa
tahap.
Tahap perkembangan aspek psikomotor pertama adalah tahap kognitif. Tahap
ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat karena
siswa masih dalam taraf belajar untuk megendalikan gerakan. Siswa harus
berpikir sebelum melakukan suatu gerakan. Pada tahap ini siswa masih
membuat kesalahan dan kadang-kadang terjadi tingkat frustrasi yang tinggi.
Tahap kedua adalah tahap asosiatif. Pada tahap ini siswa
membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan gerakan sehinga
gerakannya sudah tidak kaku. Siswa mulai dapat mengasosiasikan gerakan
yang sedang dipelajari dengan gerakan yang sudah dikenal. Gerakan-gerakan
pada tahap ini belum bersifat otomatis. Pada tahap ini siswa masih
menggunakan pikiran untuk melakukan suatu gerakan, tetapi waktu yang
diperlukan untuk berpikir lebih sedikit daripada ketika berada pada tahap
kognitif
Pada tahap ketiga, tahap otonomi, siswa telah mencapai tingkat
otonomi tinggi. Proses belajar telah hampir lengkap meskipun siswa tetap
dapat, memperbaiki gerakan-gerakannya, Pada tahap ini gerakan yang
dilakukan secara spontan sehingga gerakan yang dilakukan juga tidak
mengharuskan siswa untuk memikirkan gerakannya.
• Perkembangan Aspek Afektif
Ranah afektif mencakup emosi dan atau perasaan yang dimiliki siswa.
Bloom (dalam Brown, 2000) memberikan definisi tentang ranah afektif yang
terbagi atas lima tataran yakni sadar akan situasi, fenomena masyarakat dan
objek di sekitar, responsif terhadap stimuli yang ada di lingkungan mereka,
bisa menilai, sudah mulai bisa mengorganisasikan nilai-nilai dalam suatu
sistem dan menentukan hubungan diantara nilai-nilai yang ada, dan sudah
mulai mengetahui karakteristik tersebut dalam bentuk sistem nilai
Universitas Kristen Petra
168
Ada beberapa faktor spesifik dalam tingkah laku siswa SMP yang
penting dalam penguasaan bahasa yakni self esteem yaitu penghargaan yang
diberikan seseorang terhadap dirinya sendiri, inhibition, yaitu sikap
mempertahankan diri atau melindungi ego, kecemasan, yang meliputi rasa
frustrasi, khawatir dan tegang, motivasi yaitu dorongan untuk melakukan
suatu kegiatan, dan risk taking, yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri
individu pada perasaan orang lain. Faktor-faktor ini hendaknya diperhatikan
dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
3.4.5.3 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Yang dimaksud standar kompetensi adalah seperangkat kemampuan yang
mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat ditampilkan atau
didemonstrasikan oleh siswa sebagai hasil belajar. Melalui mata pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia diharapkan siswa mampu mengembangkan keterampilan
berbahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan sehingga siswa memiliki
keterampilan, pengetahuan, sikap, dan rasa bangga berbahasa Indonesia yang
memadai, yang memungkinkan dapat berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan
bertanggungjawab dalam berkomunikasi di dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Standar kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh siswa lulusan SMP
dalam mempelajari Bahasa dan Sastra Indonesia adalah:
• Mampu mendengarkan dan memahami beragam wacana lisan
• Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan dalam
berbagai bentuk wacana lisan non-sastra.
• Mampu membaca dan memahami bergam teks non-sastra dengan berbagai
cara membaca
• Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasan
dalam berbagai ragam tulisan non-sastra
• Mampu mendengarkan dan memahami serta menaggapi berbagai ragam
wacana lisan sastra
• Mampu mengungkapakn pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan dalam
berbagai bentuk wacana lisan ssatra.
Universitas Kristen Petra
169
• Mampu membaca dan memahammi beragam teks sastra dengan berbagai cara
membaca dan
• Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
dalam berbagai ragam tulisan sastra.
3.4.5.4 Penentuan Strategi Pembelajaran
Pengalaman belajar dapat diperoleh baik melalui kegiatan di dalam kelas
maupun di luar kelas. Pengalaman belajar di dalam kelas dapat diperoleh dengan
jalan mengadakan interaksi antar siswa dengan objek dan atau sumber belajar
yang ada di dalam kelas, seperti mengerjakan tugas (seperti menelaah peta,
menelaah isi bacaan, membuat laporan, dsb), membuat percobaan, dll.
Pengalaman belajar di luar kelas (non tatap muka) dapat diperoleh melalui
kegiatan siswa dalam berinteraksi langsung dengan objek dan atau sumber
belajar dan berlangsung di luar kelas seperti mengadakan observasi ke objek dan
atau sumber belajar di luar kelas atau sekolah misalnya mengunjungi museum,
mengadakan wawancara dengan nara sumber, mencari data dari institusi terkait,
menggali informasi di perpustakaan, dsb.
3.4.6 Mata Pelajaran Bahasa Inggris
3.4.6.1 Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Mata pelajaran Bahasa Inggris memiliki karakteristik yang berbeda dengan
mata pelajaran eksakta atau mata pelajaran ilmu sosial yang lain. Perbedaan ini
terletak pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Hal ini mengindikasikan
bahwa belajar Bahasa Inggris bukan saja belajar kosa kata dan tata bahasa dalam
arti pengetahuannya tetapi harus berupaya meggunakan atau mengaplikasikan
pengetahuan tersebut dalam kegiatan komunikasi. Seorang siswa belum dapat
dikatakan menguasai Bahasa Inggris kalau dia belum dapat menggunakan Bahasa
Inggris untuk kegiatan komunikasi, meskipun dia mendapat nilai yang bagus
pada penguasaan kosa kata dan tata bahasanya. Memang diakui bahwa seseorang
tidak mungkin dapat berkomunikasi dengan baik kalau pengetahuan kosa katanya
rendah. Oleh karena itu, penguasaan kosa kata memang tetap diperlukan tetapi
Universitas Kristen Petra
170
yang lebih penting bukanlah semata-mata pada penguasaan kosa kata tersebut
dalam kegiatan komunikasi dengan Bahasa Inggris
Dalam bealajr bahasa, orang mengenal keterampilan reseptif dan
keterampilan produktif. Keterampilan reseptif meliputi keteramplan menyimak
(listening), dan keterampilan membaca (reading), sedangkan keterampilan
produktif meliputi keterampilan membaca (reading), keterampilan berbicara
(speaking), dan keterampilan, menulis (writing). Baik keterampilan reseptif
maupun keterampilan produktif perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran
Bahasa Inggris.
Agar dapat menguasai keterampilan tersebut dengan baik, siswa perlu
dibekali dengan unsur-unsur bahasa, misalnya kosa kata. Penguasan kosa kata
hanya merupakan salah satu unsur yang diperlukan dalam penguasaan
keterampilan berbahasa. Unsur lain yang tidak kalah pentingnya adalah
penguasaan tata bahasa. Telah dipahami bahwa tata bahasa membuat seseorang
untuk mengungkapkan gagasannya dan membantu si pendengar untuk memahami
gagasan yang diungkapkan oleh orang lain. Sekali lagi perlu ditekankan bahwa
tata bahasa hanyalah sebagai unsur pembantu dalam penguasaan keterampilan
berbahasa. Oleh karenanya, pengajaran yang menekankan semata-mata pada
pengetahuan tata bahasa hendaknya ditinggalkan. Tata bahasa hendaknya
diajarkan dalam rangka memfasilitasi penguasaan keempat keterampilan yang
telah disebutkan dimuka.
Kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dapat ditunjukkan dalam dua
arah, yaitu komunikasi lisan dan komunikasi tertulis. Jika komunikasi
berlangsung secara lisan, ada unsur yang lain yang perlu diperhatikan oleh guru,
dan tentu saja perlu diajarkan kepada para siswanya, yaitu mengenai ucapan atau
pronounciation. Lebih-lebih Bahasa Inggris yang antara ejaan dan ucapannya
kadang-kadang berbeda jauh. Kesalahan dalam ucapan akan menyebabkan
seseorang tidak akan dapat mengemukakan gagasannya dengan tepat. Atau jika ia
dalam posisi mendegarkan pembicaraan orang lain, maka kesalahan dalam
ucapannya juga akan berpengaruh terhadap kemampuannya untuk memahami apa
yang ia dengar.
Universitas Kristen Petra
171
Hal yang ssngat terkait dengan masalah ucapan adalah masalah intonasi.
Dalam Bahasa Inggris, intonasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam
berkomunikasi. Suatu kata dapat diucapkan dengan pola intonasi yang berbeda
dan intonasi yang berbeda memberi makna yang berbeda kepada kata tersebut.
Sebagai contoh, kata “sorry“ dapat menyatakan permintaan maaf jika diucapkan
dengan nada menurun, sementara jika kata tersebut diucapkan dengan nada naik,
artinya adalah meminta seseorang untuk mengulangi apa yang baru saja
dikatakan. Hal ini dimaksudkan sebagai semacam pemberitahuan bahwa
seseorang belum dapat memahami apa yang orang lain katakan.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam masalah ucapan adalah kenyataan
bahwa Bahasa Inggris mempunyai bunyi-bunyi yang tidak sama dengan Bahasa
Indonesia. Siswa perlu dilatih untuk mengucapkan bunyi-bunyi yang tidak
terdapat dalam Bahasa Indonesia. Dalam hal ini berarti bahwa siswa perlu dilatih
melalui pembelajaran psikomotorik. Siswa perlu dilatih menggerakkan bibirnya,
lidahnya dan organ-organ yang diperlukan dalam berbicara sehingga dapat
menghasilkan bunyi seperti bunyi yang terdapat di dalam Bahasa Inggris
Penguasaan kosakata, tatabahasa dan ucapan perlu dilengkapi pula dengan
penguasaan tentang tata tulis dalam Bahaa Inggris. Ejaan Bahasa Inggris yang
sangat banyak perbedaannya dengan ucapannya menyebabkan masalah tata tulis
atau penulisan ejaan menjadi sesutu yang tidak dapat diabaikan. Tentu saja hal ini
diperlukan kalau yang menjadi penekanan adalah kemampuan berkomunikasi
secara tertulis.
Penguasaan kosakata, tatabaahsa, tatabunyi dan tata tulis Bahasa Inggris
perlu ditunjang oleh penguasaan system makna. Suatu hal yang sering dikeluhkan
oleh siswa yang belajar Bahasa Inggris adalah bahwa Bahasa Inggris memiliki
kata-kata yang artinya tidak hanya satu. Dalam hal ini siswa perlu diberi
kesadaran bahwa hal ini merupakan sesuatu yang wajar. Hal inipun perlu menjadi
bagian dalam proses belajar mengajar.
Hal-hal yang telah disajikan di muka dapat digolongkan menjadi dua ranah
yang penting dalam proses belajar mengajar. Kedua ranah tersebut adalah ranah
kognitif dan ranah psikomotor. Selain kedua ranah tersebut masih ada satu ranah
lagi yang sering dibicarakan dalam proses belajar mengajar, yaitu ranah afektif.
Universitas Kristen Petra
172
Seorang guru perlu pula memahami sikap siswa terhadap Bahasa Inggris dan
Budaya Inggris. Seorang siswa yang memiliki sikap yang positif terhadap Bahasa
Inggris dan budaya Inggris diharapkan akan dapat menguasai Bahasa Inggris
dengan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai sikap yang
negatif. Tentu saja, sikap seperti ini dapat ditumbuhkan oleh guru di dalam proses
belajar mengajar . Sikap yang positif terhadap Bahasa Inggris dan para penutur
asli Bahasa Inggris serta budaya Inggris akan membantu siswa untuk dapat
menguasai Bahasa Inggris dengan lebih baik. Sebaliknya, jika seorang siswa
memiliki sikap yang negatif terhadap Bahasa Inggris atau penutur asli Bahasa
Inggris, dan juga budaya Inggris, kemungkinan besar dia akan bersikap acuh tak
acuh terhadap Bahasa Inggris yang pada gilirannya nanti akan menimbulakm
kebosanan dalam belajar. Sebaagi akibatnya kemampuan berbahasanya akan
menjadi rendah.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam belajar Bahasa Inggris adalah fungsi
bahasa. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahasa berfungsi sebagai alat
komunikasi. Istilah ini masih terlau umum. Fungsi-fungsi bahasa dapat dirinci
menjadi beberapa bagian. Yang pertama, bahasa digunakan oleh guru sebagi
bahasa pengantar dalam kelas. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa mempunyai
fungsi untuk menjelaskan dan memahami. Dari sisi guru, bahasa digunakan
sebagai alat untuk menjelaskan, dan dari sisi siswa, bahasa digunakan untuk
memahami penjelasan yang diberikan oleh guru. Fungsi ini disebut sebagai fungsi
heuristik.
Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa juga digunakan untuk mempengaruhi
lingkungan. Latihan lain yang sering digunakan adalah memanipulasi
lingkungan. Karena fungsi ini terkait dengan upaya kita untuk mengubah atau
memanipulasi lingkungan, maka fungsi ini disebut sebagai fungsi manipulatif.
Fungsi lain dapat dilihat pada saat seseorang menggunakan bahasa untuk
keperluan mengarang, misalnya mengarang novel, puisi, cerita pendek, dsb. Di
sini bahasa digunakan bukan untuk menjelaskan sesuatu tetapi untuk
mengembangkan imajinasi seseorang. Karena fungsinya untuk mengembangakan
imajinasi ini maka fungsi semacam ini disebut fungsi imajinatif.
Universitas Kristen Petra
173
Masih ada satu lagi fungsi bahasa, yaitu fungsi bahasa yang muncul pada
saat kita menggunakannya untuk mengungkapkan pengalaman kita. Kita
menggunakan bahasa untuk bercerita kepada orang lain pengalaman atau ide-ide
kita. Karena fungsi ini terkait dengan pengungkapan ide-ide kita, fungsi ini
disebut fungsi ideasional.
Perlu disadari bahwa bahasa bukan hanya objek abstrak yang dipelajari
melainkan sesuatu yang digunakan orang setiap hari. Dalam mempelajari bahasa
sebagai alat komunikasi, seseorang perlu menyadari makna-makna bahasa yang
perlu dikuasainya. Menurut Halliday (1973), komponen makna yang fundamental
dalam bahasa adalah komponen yang fungsional dan semua bahasa tersusun
dalam dua macam makna: makna ideasional dan makna interpersonal, di samping
makna tekstual. Komponen-komponen ini merupakan manifestasi dalam sistem
kebahasaan dalam tujuan umum penggunaan bahasa. Makna ideasional,
interpersonal, dan tekstual merupakan tiga macam makna yang terangkum dalam
bahasa sebagai suatu kesatuan yang membentuk landasan semantik semua
bahasa. Makna ideasional merupakan wujud dari pengalaman seseorang, baik
pengalaman di dunia nyata maupun pengalaman di dunia imajiner. Menurut
Halliday, makna ideasional merupakan makna sense of content. Selanjutnya
makna interpersonal merupakan makna sebagi bentuk dari tingkah laku yang
kita (sebagai yang berbicara atau yang menulis) tujukan kepada orang lain
(sebagai pendengar atau pembaca). Dalam kalimat, makna interpersonal ini
ditampilkan dalam perubahan peran dalam interaksi, misalnya statements,
questions, offers, dan commands, serta kata kerja bantu modalities (may, could,
must, would) yang menyertainya.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, kemampuan menggunakan bahasa
tidak dapat dilihat semata-mata dari penguasaan seseorang terhadap kosa kata
dan tata bahasa tetapi pada kemampuannya untuk berkomunikasi. Dalam
kaitannya dengan kemampuan untuk berkomunikasi ini, seseorang perlu untuk
mengembangkan kemampuan berinteraksi. Oleh karena itu, agar siswa dapat
berkomunikasi dengan baik, mereka juga perlu dibekali dengan keterampilan
interaktif (interactive skill) yang diperlukan. Keterampilan untuk mengajukan
Universitas Kristen Petra
174
usul, menyatakan persetujuan atau ketidaksetujuan merupakan contoh
keterampilan interaktif ini.
3.4.6.2 Karakteristik Peserat Didik
Peserta didik adalah individu yang memiliki perasaan dan pikiran serta
aspirasi. Mereka mempunyai kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi (sandang,
pangan, papan), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk mendapatkan
pengakuan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya (menjadi dirinya
sendiri sesuai dengan potensinya).
Dalam tahap pengembangannya, siswa SMP berada pada tahap periode
perkembangan yang sangat pesat, dari segala aspek. Berikut ini disajikan
perkembangan yang sangat erat kaitannya dengan pelajaran Bahasa Inggris yaitu
perkembangan aspek kognitif, psikomotor dan afektif.
• Perkembangan Aspek Kognitif
Menurut kategori Piaget(1970), siswa SMP merupakan period of formal
operation. Pada masa ini, yang berkembang pada siswa adalah kemampuan
berpikir simbolis dan bisa memahami sesuatu secara bermakna tanpa
memerlukan objek yang bersifat konkret. Siswa telah memahami hal-hal yang
bersifat imajinatif
Hal tersebut membawa implikasi terhadap pembelajaran Bahasa Inggris
yakni bahwa akan bermakna kalau materi pelajaran sesuai dengan minat dan
bakat siswa.
Pada tahap perkembangan ini juga berkembang tujuh kecerdasan
(Gardner, 1993), yakni kecerdasan (1) linguistik (2) logis-matematis, (3)
musikal, (4) spasial, (5) kinetik—ragawi, (6) intrapribadi, (7) antar -
pribadi. Ketujuh kecerdasan ini berkembang pesat dan jika dapat
dimanfaatkan oleh guru Bahasa Inggris akan sangat membantu siswa dalam
menguasai keterampilan berbahasa Inggris.
Universitas Kristen Petra
175
• Perkembangan Aspek Psikomotor
Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting untuk
diketahui oleh guru. Perkembangan aspek psikomotorik melalui beberapa
tahap.
Tahap perkembangan aspek psikomotor pertama adalah tahap kognitif. Tahap
ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat karena
siswa masih dalam taraf belajar untuk megendalikan gerakan. Siswa harus
berpikir sebelum melakukan suatu gerakan. Pada tahap ini siswa masih
membuat kesalahan dan kadang-kadang terjadi tingkat frustrasi yang tinggi.
Tahap kedua adalah tahap asosiatif. Pada tahap ini siswa
membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan gerakan sehinga
gerakannya sudah tidak kaku. Siswa mulai dapat mengasosiasikan gerakan
yang sedang dipelajari dengan gerakan yang sudah dikenal. Gerakan-gerakan
pada tahap ini belum bersifat otomatis. Pada tahap ini siswa masih
menggunakan pikiran untuk melakukan suatu gerakan, tetapi waktu yang
diperlukan untuk berpikir lebih sedikit daripada ketika berada pada tahap
kognitif
Pada tahap ketiga, tahap otonomi, siswa telah mencapai tingkat
otonomi tinggi. Proses belajar telah hampir lengkap meskipun siswa tetap
dapat, memperbaiki gerakan-gerakannya, Pada tahap ini gerakan yang
dilakukan secara spontan sehingga gerakan yang dilakukan juga tidak
mengharuskan siswa untuk memikirkan gerakannya.
• Perkembangan Aspek Afektif
Ranah afektif mencakup emosi dan atau perasaan yang dimiliki siswa.
Bloom (dalam Brown, 2000) memberikan definisi tentang ranah afektif yang
terbagi atas lima tataran yakni sadar akan situasi, fenomena masyarakat dan objek
di sekitar, responsif terhadap stimuli yang ada di lingkungan mereka, bisa
menilai, sudah mulai bisa mengorganisasikan nilai-nilai dalam suatu sistem dan
menentukan hubungan diantara nilai-nilai yang ada, dan sudah mulai mengetahui
karakteristik tersebut dalam bentuk sistem nilai
Universitas Kristen Petra
176
Ada beberapa faktor spesifik dalam tingkah laku siswa SMP yang penting
dalam penguasaan bahasa yakni self esteem yaitu penghargaan yang diberikn
seseorang terhadap dirinya sendiri, inhibition, yaitu sikap mempertahankan diri
atau melindungi ego, kecemasan, yang meliputi rasa frustrasi, khawatir, dan
tegang, motivasi yaitu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan, risk taking,
yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri individu pada perasaan orang lain.
Faktor-faktor ini hendaknya diperhatikan dalam pembelajaran Bahasa Inggris
3.4.6.3 Standar Kompetensi
Standar kompetensi berbahasa Inggris adalah seperangkat kemampuan
menggunakan bahasa untuk berinteraksi dalam konteks yang berbeda-beda untuk
mencapai tujuan komunikasi. Kompetensi ini mencakup pengetahuan,
keterampilan, dan sikap terhadap aturan bahasa dan penggunaan tata bahasa di
tengah masyarakat pemakainya. Jika tuntutan untuk mencapai kompetensi tidak
dipenuhi, pengguna bahasa tidak akan dapat mencapai tujuan komunikasinya
secara sempurna, meskipun setiap konteks situasi tidak menuntut unsur-unsur
yang sama dalam kecermatan berbahasa dalam konteks yang lain. Dimensi
kompetensi berbahasa Inggris harus dapat ditampilkan atau ditunjukkan oleh
siswa sebagai hasil belajar .
3.4.6.4 Penentuan Strategi Pembelajaran
Yang perlu disebutkan di sini adalah pilihan strategi pembelajaran siswa
atau pengalaman belajar yang kontekstual, unik dan bermakna untuk mencapai
suatu kemampuan atau kompetensi. Pengalaman belajar dapat dilakukan di dalam
maupun di luar kelas, misalnya untuk mencapai kompetensi dasar menulis
dengan indikator menulis surat sederhana yang terdiri dari tiga atau empat
kalimat, siswa dapat diberi tugas menulis surat pembaca (letters to the editor),
dan sejenisnya yang otentik serta unik. Contoh lain adalah siswa diberi kegiatan
dalam kelas untuk menanyai kawan-kawsn di kelasnya. Dua kegiatan dengan
keterampilan yang berbeda dapat dibuat secara terpadu. Kegiatan-kegatan seperti
ini sering juga dikenal dengan istilah communicative tasks (Nunan, 1989).
Universitas Kristen Petra
177
3.4.7 Mata Pelajaran Penddikan Seni
3.4.7.1 Karakteristik Mata Pelajaran Pendidkan Seni
• Karakteristik
Pendidikan seni di sekolah pada dasarnya diarahkan untuk
menumbuhkan kepekaan rasa estetik sehingga terbentuk sikap kritis,
apresiasif dan kreatif pada diri siswa secara menyeluruh. Sikap ini hanya
mungkin tumbuh jika dilakukan serangkaian proses kegiatan pada siswa yang
meliputi keterlibatan siswa dalam segala aktivitas seni di dalam kelas dan
atau di luar kelas.
Kurikulum mata pelajaran pendidikan seni memuat ketiga kegiatan
tersebut diatas yang disusun sebagai suatu kesatuan. Artinya pada proses
pembelajaran, ketiga proses kegiatan tersebut harus merupakan rangkaian
aktivitas seni yang harus dialami siswa yang termuat dalam aktivitas
mengapresiasi dan aktivitas berkreasi seni.
Pendidikan seni sebagai mata pelajaran di sekolah diberikan atas dasar
pertimbangan sebagai berikut.
Pendidikan seni memiliki sifat multi lingual, multidimensional, dan
multikultural. Multilingual berarti pendidkan mengembangkan kemampuan,
mengekspresikan diri dengan berbagai cara media, seperti bahasa rupa, bunyi
gerak, peran, dan berbagai panduannya. Multi dimensional mengandung arti
pendidikan seni mengembangkan kompetensi dasar meliputi persepsi,
pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi, dan produktivitas
dalam menyeimbangkan fungsi otak sebelah kanan dan kiri, dengan cara
memadukan secara harmonis unsur-unsur logika, kinesetik, etika, dan
estetika. Sifat multikultural mengandung makna pendidikan seni
menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap
keragaman budaya lokal maupun global sebagai wujud pembentukan sikap
menghargai, bertoleransi, demokratis, beradab, dan serta harus mampu hidup
rukun dalam masyarakat dan budaya yang majemuk
Pendidikan seni memiliki peranan-peranan dalam pembentukan pribadi
siswa yang harmonis dalam logika, rasa estetik, dan artistiknya, serta etikanya
dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai
Universitas Kristen Petra
178
kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan
Adversitas (AQ), dan kreativitas (CQ), serta kecerdasan spiritual dan moral
(SQ) dengan cara mempelajari elemen-elemen prinsip, proses dan teknik
berkarya sesuai dengan konteks sosial budaya masyarakat sebagai sarana
untuk menumbuhkan sikap saling memahami, menghargai dan menghormati
Pendidikan seni memiliki peranan dalam pengembangan kreativitas
kepekaan rasa inderawi, serta kemampuan berkesenian melalui pendekatan
belajar seni, belajar melalui seni, dan belajar tentang seni.
Bidang-bidang seni seperti musik, tari, teater, teater rupa dan media
memiliki kekhasan sendiri berdasarkan kaidah keilmuan masing-masing.
Dalam pembelajaran mata pelajaran penddikan seni, aktivitas menanggapi
seni akan dapat menampung ke khasan tersebut yang tertuang dalam gagasan-
gagasan, keterampilan/keahlian proses kreasi seni serta mengapresiasikan seni
dengan cara mengilustrasikan pengalaman, mengeksplorasi (menggali rasa),
melakukan pengamatan dan penelitian (mempelajari) atas elemen, prinsip,
proses, dan teknik berkarya yang dikaitkan dengan nilai-nilai budaya serta
keindahan dalam masyarakat yang beragam.
• Pengertian
Pendidikan seni melibatkan semua bentuk kegiatan berupa aktivitas fisik
dan cita rasa keindahan itu tertuang dalam kegiatan berekspresi dan berkreasi
melalui bahasa rupa, bunyi, gerak, dan peran, yang masing-masing mencakup
materi sesuai dengan bidang seni dan aktivitas dalam gagasan-gagasan seni,
keterampilan berkarya seni serta berapresisai dengan memperhatikan konteks
sosial budaya masyarakat.
• Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Pendidkan Seni
Mata pelajaran pendidikan seni memiliki fungsi dan tujuan
menumbuhkan sikap toleransi, demokrasi, beradab, serta mampu hidup rukun
dalam masyarakat yang majemuk, mengembangkan kemampuan imajinatif,
intelektual, ekspresi melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa,
Universitas Kristen Petra
179
keterampilan serta mampu menerapkan teknologi dalam berkreasi dan dalam
memamerkan dan mempegelarkan karya seni.
• Ruang Lingkup
Lingkup mata pelajaran pendidikan seni meliputi seni rupa, musik, tari,
dan teater. Pendekatan pengorganisasian materi pada mata pelajaran
pendidikan seni menggunakan pendekatan terpadu, yang penyusunan
kompetensi dasarnya dirancang secara sistemik berdasarkan keseimbangan
antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjabarkan dalam aspek-
aspek konsepsi, apresiasi dan produksi yang meliputi kemampuan perseptual
yang meliputi kepekaan inderawi terhadap rupa, bunyi, gerak, dan
perpaduannya, pengetahuan yang meliputi pemahaman, penganalisaan, dan
pengevaluasian, dan apresiasi yang meliputi kepekaan rasa estetika dan
artistik serta sikap menghargai dan menghayati.
Materi disusun berdasarkan pengorganisasian keilmuan yang didasarkan
pada prinsip dari hal konkret ke hal abstrak, dari yang dekat ke yang jauh,
dan yang sederhana ke yang kompleks, serta disesuaikan dengan kebutuhan
dan perkembangan siswa.
3.4.7.2 Karakteristik Peserta Ddik
Pada umumnya siswa SMP berusia antara 12 sampai 15 tahun. Menurut
sebagian besar ahli psikologi , siswa usia tersebut termasuik dalam periode
transisi. Secara didaktis, menutut J.J. Rousseau (Ahmadi, 1991), usia tersebut
dalam masa perkembangan pikiran, sedangkan menurut Maria Montessori, usia
tersebut termasuk dalam masa penemuan diri serta kepuasan terhadap masalah-
masalah sosial. Secara biologis, usia siswa SMP adalah usia remaja yaitu masa
prapubertas dan awal masa pubertas.
Menurut E. Spranger (Ahmadi , 1991), tanda-tanda masa pubertas adalah :
• Penemuan diri
• Pertumbuhan pedoman kehidupan
• Memasukkan diri pada kegiatan kemasyarakatan
Universitas Kristen Petra
180
dalam rangka penemuan dirinya, anak menyadari keberadaan dirinya, yang lebih
mendalam daripada sebelumnya. Namun ia mulai ikut dalam kegiatan
kemasyarakatan. Meskipun belum sempurna atau canggung, ia telah bertingkah
laku di tengah masyarakat. Anak pada masa puber telah mencari pedoman hidup
sehingga ia mulai menerima norma agama dan estetika.
Sesuai dengan ciri-ciri perkembangan tersebut, Witherington (1999)
menggolongkan umur 12 sampai 15 tahun ke dalam masa awal adolesensi. Pada
masa ini anak mulai melakukan penyesuaian sosial dan memiliki minat untuk
mengadakan penyelidikan-penyelidikan, oleh karena itu pada pembelajaran di
sekolah harus diberikan kebebasan untuk melakukan penyelidikan di bidang seni
rupa, seni musik, seni tari, teater, dsb.
Perkembangan anak pada dasarnya dapat dilihat dari segi kognitif, afektif
dan psikomotor. Bloom (Suciati, 2001) membagi kemapuan kognitif menjadi
enam kelompok yaitu pengetahuan/pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan evaluasi. Secara kognitif, menurut Piaget, (Sunarto&Hartono, 1999)
sebagian besar anak usia remaja telah mampu memahami konsep-konsep abstrak
dalam batas-batas tertentu (berpikir operasional formal). Taraf berpikir ini
ditandai dengan cara berpikir deduktif-hipotesis, cara berpikir kombinatoris.
Dalam berpikir deduktif-hipotesis, terlebih dahulu anak menganalisis masalah
secara teoritis, kemudian mencari kemungkinan-kemungkinan penyelesaiannya
melalui hipotesis, dan akhirnya menyusun strategi untuk menyelesaikannya.
Kemampuan kognitif berkenaan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan
sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu.
Menurut Krahtwol, Bloom, dan Masia (Suciati, 2001), kemampuan afektif dapat
digolongkan menjadi lima kelompok, yaitu pengenalan/penerimaan, pemberian
respon, penghargaan terhadap nilai, pengorganisasian, dan pengalaman. Pada
masa remaja emosi anak pada umumnya mengalami ketegangan, menjadi sangat
kuat, tidak terkendali, dan tampak tidak rasional. Perkembangan internalisaisi
nilai-nilai, moral, dan sikap sering terjadi melalui identifikasi dengan orang-
orang yang dianggapnya sebagai model.
Kemampuan psikomotor berkaitan dengan gerak anggota tubuh yang
memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak. Menurut Harrow (Suciati, 2001)
Universitas Kristen Petra
181
kamampuan ini dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu meniru,
memanipulasi,akurasi gerak, artikulasi, dan naturalisasi/otonomisasi. Pada masa
remaja, anak mengalami pertumbuhan fisik yang cepat dan kematangan seksual.
Perubahan fisik ini mempengaruhi tingkah laku, menjadi anak tanpa canggung
dalam penyesuaian dirinya.
3.4.7.3 Penentuan Standar Kompetensi
Kompetensi mata pelajaran pendidikan seni ditentukan dengan mengacu
pada materi atau substansi keilmuan seni. Berdasarkan aspek keilmuan, seni
mencakup apresisasi seni, sejarah seni, estetika, kritik seni, berkarya seni, dan
penyajian seni. Sesuai dengan hakikatnya, kompetensi mata pelajaran pendidikan
seni adalah kompetensi di bidang estetika. Seni adalah tanggapan terhadap
pengalaman sosial yang diungkapkan (dikomunikasikan) melalui penggunaan
bahan dan peralatan, maka kompetensi pendidikan di bidang seni juga
mengandung kompetensi di bidang humanoria, komunikasi dan iptek
Apresiasi seni adalah pemahaman dan sikap menghargai terhadap karya
seni. Sejarah seni berisi pengetahuan tentang latar belakang penciptaan seni,
bentuk seni dan perkembangan seni dari masa ke masa. Estetika berisi
pengetahuan tentang kaidah-kaidah keindahan. Kritik seni merupakan analisis
kritis terhadap bentuk dan isi karya seni. Berkarya seni adalah aktivitas
penciptaan karya seni.
Pencapaian standar kompetensi didasarkan pada analisis taksonomi hasil
belajar. Menurut Bloom (1977), kompetensi belajar meliputi kompetensi kognitif
(pengetahuan), afektif(sikap), psikomotor(keterampilan). Pembelajaran apresiasi
seni terutama berkenaan dengan kompetensi afektif. Pembelajaran sejarah seni,
estetika, dan kritik seni berkenaan dengan kompetensi kognitif. Pembelajaran
berkarya seni dan penyajian seni berkenaan dengan kompetensi psikomotor
Penentuan standar kompetensi pembelajaran pendidikan seni juga harus
didasarkan pada aktivitas kesenian di masyarakat. Dalam kenyataanya terdapat
empat kegiatan seni yaitu :
• apresiasi seni di kalangan masyarakat
• berkarya seni di kalangan seniman
Universitas Kristen Petra
182
• kritik seni di kalangan media massa
• penyajian karya seni oleh seniman maupun pengelola seni
Berdasarkan uraian tersebut, maka standar kompetensi mata pelajaran seni
secara umum mencakup kemampuan berapresiasi seni, berkreasi seni
(menampilkan atau menciptakam karya seni), mengkritisi (menilai) karya seni,
dan menyajikan karya seni. Dengan demikian standar kompetensi mata pelajaran
seni dapat dirumuskan sebagai berikut
3.4.7.4 Penentuan Strategi Pembelajaran
Pengalaman belajar untuk mata pelajaran pendidikan seni dapat terjadi di
sekolah maupun di luar sekolah. Pengalaman belajar seni harus melibatkan
kegiatan apresiatif dan kreatif. Kegiatan apresiatif misalnya membaca buku,
melakukan observasi di objek pameran, museum, galeri, dan tempat pertunjukan
seni , serta mengikuti apresiasi seni di media massa Kegiatan observasi misalnya
memmbut karya seni untuk kepentingan sendiri atau kepentingan sekolah atau
masyarakat diluar tugas mata pelajaran.
3.4.7.5 Karakter Ruang Kelas Kesenian
Universitas Kristen Petra
183
Tabel 3.11 Kesenian Secara Umum
Universitas Kristen Petra
184
Tabel 3.12 Studio Gambar
Universitas Kristen Petra
185
Gambar 3.38 Ruang Kelas Kesenian
3.4.8 Mata Pelajaran Penddikan Jasmani
3.4.8.1 Karakteristik Pendikan Jasmani
Karakteristik pendidikan jasmani SMP adalah sebagai berikut :
• Penddikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di SMP,
yang mempelajari dan mengkaji gerakan manusia secara interdisipliner. Gerak
manusia adalah aktivitas jasmani yang dilakukan secara sadar untuk
meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan motorik, mengembangkan
sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif. Aktivitas jasmani
yang dilakukan berupa aktivitas bermain, permainan, dan olahraga
• Pendidikan jasmani menggunakan pendekatan interdisipliner, karena
melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti anatomi, fisiologi, sosiologi, dan
ilmu-ilmu yang lain. Pendukung utama pendidikan jasmani adalah ilmu
keolahragan yang mencakup filsafat olahraga, sejarah olahraga, pedagogi
olahraga, sosiologi olahraga, fisiologi olahraga dan biomekanika olahraga
• Materi pendidikan jasmani merupakan kajian terhadap gerak manusia yang
dikemas dalam muatan yang esensial, faktual dan aktual. Materi ini
Universitas Kristen Petra
186
disampaikan dalam rangka memberikan kesempatan bagi siswa untuk
bertumbuh kembang secara proporsional dan rasional dalam hal ranah
psikomotor, jasmani, kognitif, dan afektif. Agar mencapai tujuan tersebut,
proses pembelajaran yang dilaksnakan harus menyenangkan,
menggembirakan, dan mencerdaskan siswa.
3.4.8.2 Karakteristik Siswa SMP
Untuk mengembangkan pembelajaran yang efektif, guru pendidikan
jasmani harus memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa.
Dengan memahami karakteristik perkembangan siswa, guru akan mampu
membantu siswa belajar secara efektif. Selam di SMP, seluruh aspek
perkembangan manusia -psikomotor, kogniatif, dan afektif mengalami perubahan
yang luar biasa. Siswa SMP megalami masa remaja, satu periode perkembagnan
sebagai transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa remaja dan
perubahan yang menyertainya merupakan aspek psikomotor. Kongnitif, dan
afektif disajikan sebagai berikut
• Perkembangan Aspek Psikomotor
Menurut Bloom dan Krathwohl (Arma Abdoelah dan Agusmanaji,
1994) aspek psikomotor menyangkut jasmani, keterampilan motorik yang
mengintegrasiakn secara harmonis sistem syaraf dan otot-otot. Lebih lanjut,
Wuest dan Lombardo (1994) menyatakan bahwa perkembangan aspek
psikomotor siswa SMP ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologi
secara luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa yang dialami siswa adalah
pertumbuhan tinggi dan berat badan. Siswa mengalami akselerasi kecepatan
proses pertumbuhan, yang biasanya disebut denga pertumbuhan cepat
(growth spurt). Perubahan tinggi badan akan diikuti dengan perubahan cepat
dalam berat badan. Perubahan ukuran tulang, otot, dan organ tubuh dan juga
proporsi lemak tubuh.
Tulang rangka (skeletal) mengalami perubahan. Saat tubuh bertambah
matang, tulang bertambah keras. Proporsi tubuh mengalami pertumbuhan.
Bagian tubuh mengalami pertumbuhan dan pematangan pada kecepatan yang
Universitas Kristen Petra
187
berbeda. Remaja biasanya mengalami perbedaan proporsi tangan dan lengan,
kaki dan tungkai, kepala dan badan, sehingga proporsi antar anggota tubuh
kelihatan tidak sempurna. Kekuatan otot meningkat selaras dengan
pertumbuhan individu. Jaringan adipose (lemak) mengalami perubahan variasi
jumlah dan distribusi. Kondisi ini akan menyebabkan remaja mengeluh bahwa
tubuhnya terlalu gemuk.
Perubahan lain yang dialami siswa SMP adalah pubertas dan
pematangan seksual. Perubahan jasmani yang cepat dan beragam akan
menyebabkan kecemasan bagi sebagian siswa. Selain sistem otot rangka dan
reporoduksi, perubahan terjadi pada sistem fisiologis, seperti perubahan
ukuran dan berat jantung dan paru-paru, perubahan sistem syaraf dan
pencernaan.
Perubahan penting lainnya adalah perkembangan keterampilan motorik.
Kinerja motorik siswa mengalami penghalusan. Siswa diarahkan untuk
mengalami pencapaian dan penghalusan keterampilan khusus cabang oleh
raga. Hal yang perlu diperhatikan adalah kebugaran jasmani siswa.
Kebugaran terkait dengan kesehatan seperti kekuatan dan daya tahan otot,
daya tahan kardiorespirasi, fleksibilitas, dan komposisi tubuh perlu
mendapatkan perhatian.
• Perkembangan Aspek Kognitif
Bloom dan Krathwohl (Arma Abdoelah dan Agusmanji, 1994)
menyatakan bahwa aspek kognitif meliputi fungsi intelektual, seperti
pemahaman, pengetahaun, dan keterampilan berpikir. Untuk siswa SMP,
perkembangan kognitif utama yang dialami adalah operasional formal yaitu
kemampuan berpikir abstrak dengan menggunakan simbol-simbol tertentu.
Menurut Wuest dan Lombardo (1994) perkembangan kognitif yang terjadi
pada siswa SMP meliputi peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori
dan bahasa, dan pemikiran konseptual. Perkembangan kematangan intelektual
sangat bervariasi dan variabilitasnya perlu mendapatkan perhatian guru saat
merencanakan pelajaran. Memori remaja ekivalen dengan memori orang
dewasa dalam hal kemampuan untuk menyerap, memproses dan
Universitas Kristen Petra
188
mengungkapkan informasi. Siswa mampu berkonsentrasi lebih lama, dan
mampu mengingat lebih lama apa yang dilihat dan didengar.
Siswa mengalami peningkatan kemampuan mengekspresikan diri.
Kemampuan berbahasa menjadi lebih baik dan canggih, perbendaharaan kata
lebih banyak Ketika remaja mencapai kematangan, mereka akan memiliki
kemampuan untuk meyusun alasan rasional, menerapkan informasi,
mengimplementasikan pengetahuan, dan menganalisa siatuasi secara kritis.
Karenanya, kemapuan memecahkan masalah dan membuat keputusan akan
meningkat.
• Perkembangan Aspek Afektif
Menururt Bloom dan Krathwohl (Arma Abdoleah dan Agusmanap, 1994)
ranah afektif menyangkut perasaan, moral dan emosi. Perkembangan afektif
siswa SMP menurut Wuest dan Lombardo (1994) mencakup proses belajar
perilaku yang layak pada budaya tertentu, seperti bagaimana cara berinteraksi
dengan orang lain, disebut sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung
melalui pemodelan dan peniruan perilaku orang lain. Pihak yang berpengaruh
dalam proses sosisalisasi remaja adalah keluarga, sekolah dan teman sebaya.
Pihak yang sangat berpengaruh dari ketiganya bagi remaja adalah teman
sebaya.,
Siswa mengalami kondisi egosentris, yaitu kondisi yang hanya
mementingkan pendapatnya sendiri dan mengabaikan pandangan orang lain.
Remaja bangga menghabiskan waktu untuk memikirkan penampilan,
tindakan dan perasaan, perhatian dan penampilan dan dalam diri sendiri.
Siswa SMP mengalami perubahan persepsi diri selaras dengan peningkatan
kemampuan kognitif. Persepsi diri akan berkaitan dengan persepsi akan
kemampuan dan keyakinan yang kuat bahwa ia mampu mngerjakan sesuatu,
sehingga timbul rasa percaya diri. Selain itu guru perlu memberikan
berbagai kesempatan agar siswa mengalami keberhasilan dalam melakukan
berbagai tugas, sehingga kepuasan diri siswa akan tumbuh. Kepuasan diri
mengalami perkembangan yang pesat selama masa remaja.
Universitas Kristen Petra
189
Secara emosional, siswa SMP mengalami peningkatan rentang dan
intensitas emosinya. Remaja belajar untuk mengatur emosi, dengan cara
mempuh mengekspresikan emosi dan mengetahui waktu dan tempat yang
tepat untuk mengekspresikannya. Siswa belajar memformulasikan sistem nilai
yang akan dianutnya, sikap terhadap sesuatu. Siswa mengalami proses untuk
mencapai tingkat pemahaman norma dan moral yang lebih baik.
3.4.8.3 Standar Kompetensi
Berdasrkan karakteristik pendidikan jasmani dan karakteristik siswa seperti di
atas, standar kompetensi mata pelajaran pendidikan jasmani di SMP dirumuskan
segbagai berikut :
• Memperagakan teknik dasar permainan dan olahraga berdasarkan konsep
yang benar dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
• Memperagakan jenis-jenis latihan fisik untuk meningkatkan kualitas fisik
motorik berdasarkan konsep yang benar dan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya.
• Memperagakan senam ketangkasan dan kemampuan dasar pengukuran
kemampuan gerak berdasarkan konsep yang benar berdasarkan nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya.
3.4.8.4 Pemilihan Strategi Pembelajaran
A Metode Pembealajaran (teaching methiod)
Menurut Giffin, Mitchel, dan Oslin (1997), Magill (1993), Mosston dan Ashworth
(1994), Singer dan Dick(1980), metode pembelajaran yang sering diguankan
dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani adalah sebagai berikut :
a Pendekatan pengetahuan-keterampilan (knowledge-skill approach). Pendekatan ini
memiliki dua metode yaitu metode ceramah (lecture), dan latihan (drill)
b Pendekatan sosialisasi (socialization approach). Pendekatan ini berlandaskan
pandangan bahwa proses pendidikan harus diarahkan untuk meningkatkan
keterampilan pribadi dan berkarya keterampilan interaksi sosial. Pendekatan ini
terdiri dari metode the social family, the information processing family, the
personal family, the behavioral system family, dan the professional skills.
Universitas Kristen Petra
190
C Pendekatan personalisaasi. Pendekatan ini berdasarkan atas pemikiran bahwa
aktivitas jasmani dapat dipergunakan sebagai media untuk mengembangkan
kualitas pribadi. Metodenya adalah movement education (problem solving
techniques)
d Pendekatan belajar (learning approach). Pendekatan ini berupaya untuk
mempengaruhi kemampuan dan proses belajar anak dengan metode terprogram
(programmed instruction), Computer Assisted Instructuion (CAI), dan metode
kreativitas dan pemecahan masalah (creativity and problem solving).
E Pendekatan pembelajaran motor (motor learning)
Pendekatan ini mengajarkan aktivitas jasmani berdasarkan klasifikasi
keterampilan dan teori proses informasi yang diterima. Metode yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan ini adalah part-whole methods, dan
modelling (demonstartion)
f Spektrum gaya mengajar. Spektrum dikembangkan oleh Muska Mosston.
Spektrum dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa pembelajaran merupaakn
interaksi antara guru-murid dan pelaksanaan pembagian tanggung jawab. Metode
yang ada dalam spektrum berjumlah sebelas yaitu komando, latihan, resiprokal,
uji diri, inklusi, penemuan terbimbing, penemuan tunggal, penemuan beragam,
program individu, dan pengajaran diri
g Pendekatan permainan taktis (tactical games approaches)
Pendekatan yang dikembangkan oleh Universitas Loughborough untuk
mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu
dengan cara mengenalakan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada
anak.
B Pola organisasi (organisational pattern)
Menurut Gabbard, LeBlanc, dan Lovy (1994), pola organisasi digunakan
untuk mengelompokkan siswa dalam aktivitas jasmani agar metode yang
diinginkan dapat dipergunakan. Pola dasar organisasi adalah kelas, kelompok dua
atau lebih, dan individu.
Dalam pola klasikal, guru menyampaikan materi kepada seluruh peserta pada
waktu tertentu. Untuk menanggapi materi yang disampaikan, siswa bekerja
Universitas Kristen Petra
191
sebagai satu kesatuan. Pengajaran kelompok atau perorangan membagi kelas
menjadi beberapa unit (kelompok atau individu) sehingga beberapa kegiatan dapat
dikerjakan pada satu satuan waktu tertentu. Penggunaan stasiun atau pusat-pusat
belajar (learning centre) merupakan bentuk yang populer dan bermanfaat untuk
mengakomodasi pola ini. Selain itu ada beberapa bentuk formasi yang dapat
digunakan, yaitu berjajar, melingkar, setengah lingkaran dan bergerombol.
C Bentuk Komunikasi
Menurut Gabbard, LeBlanc dan Lovy (1994), bentuk komunikasi adalah
bentuk interaksi yang dipilih guru untuk menyampaikan pesan. Pada umumnya
bentuk komunikasi adalah lisan, tertulis, visual, audio dan gabungannya.
Komunikasi verbal adalah komunikasi lisan melalui kontak pribadi, biasanya
antar guru dan siswa dan bentuk ini sering dipergunakan. Komunikasi lewat audio
dipresentasikan dengan menggunakan hasil rekaman atau pita kaset yang
menyampaikan gaya presentasi yang dipilih.
Bentuk komunikasi terulis (written) dan visual merupakan jenis komunikasi
yang efektif dan memberikan motivasi yang tinggi dalam proses pembelajaran.
Kertas tugas, kartu tugas, poster dapat digunakan secara efektif dalam organisasi
kelompok atau individu.
D Pengalaman belajar siswa
Pengalamabn belajar siswa merujuk pada pengalaman yang perlu dilewati
oleh siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi. Pengalaman belajar dalam
pendidikan jasmani lebih banyak dilakukan di lapangan atau di dalam gedung
olahraga, walaupun belajar di ruang kelas bisa dikerjakan. Pengalaman belajar
dalam pendidikan jasmani lebih menitikberatkan pada pengalaman siswa untuk
mempraktekkan keterampilan dan pengetahuan. Proses demikian diharapkan
mampu memberi kesempatan kepada sisiwa untuk mengembangkan potensi diri
yang dimiliki, mengalami aktivitas jasmani, menguasai keterampilan teknis dan
praktis, dan menggunakan pengetahaun secara praktis sehingga akan terbentuk
jiwa sportif dan gaya hidup sehat.
Universitas Kristen Petra
192
Pengalaman belajar yang menyenangkan perlu dikembangkan agar siswa
tertarik dan menyenangi aktivitas jasmani, sehingga akhirnya mereka menyukai
pelajaran pendidikan jasmani. Bila siswa sudah menyenangi aktivitas jasmani,
maka mereka akan mengembangkan sendiri pengalaman belajar diluar pelajaran
di sekolah. Bila siswa menambah sendiri pengalaman belajar di luar jam
pelajaran, maka salah satu prinsip latiahan akan tercapai, sehingga dampak
atktivitas jasmani terhadap kebugaran jasmani akan terjadi. Dengan demikain
siswa akan memiliki kebugaran jasmani yang memadai, dan gaya hidup sehat
akan terbentuk
3.4.8.5 Karakter Ruang Kelas Pendidikan Jasmani
Pelajaran PendidikanJasmani dilakukan di lapangan dan di gymnasium. Dari
analisa perilaku disimpulkan bahwa anak-anak usia SMP berolahraga, misalnya
basket, bukan untuk berlatih agar menjadi pemain professional melainkan unutk
“dilihat oleh teman-temannya”. Oleh karena itu lapangan basket diletakkan di
dekat kantin dan di dekat kolam karena dua tempat ini adalah tempat anak-anak
akan beristirahat dan akan menajdi pusat massa selama jam istirahat
Gambar3.39 Gymnasium
Universitas Kristen Petra
193
Gambar 3.40 Lapangan Olah Raga
3.4.9 Mata Pelajaran Penddikan Agama Kristen
3.4 9.1 Karakteristik Pendidikan Agaam Kristen (PAK)
Setiap mata pelajaran memiliki karakternya yang khas. Demikian juga
halnya dengan pelajaran PAK. Adapun karakteristik mata pelajaran PAK adalah
sebagai berikut :
• Pendidikan Agama Kristem merupakan kajian secara terpadu tentang
hakekat, fenomena, masalah, dan interaksi keagamaan dalam kehidupan
masyarakat. Keterpaduan di sini adalah cara memandang kehidupan
masyarakat secara menyeluruh yang menyangkut berbagai aspeknya dan
disiplin ilmu sosial.
• Materi PAK tertuang dalan 3 dimensi ajaran Kristen yaitu iman, gereja, dan
masyarakat, yang diaktualisasikan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena
itu, pelajaran PAK bersumber pada fenomena yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Tema-tema esensial tersebut terkait dengan aspek dan praktek
kehidupan manusia seperti hubungan antar sesama yang saling megasihi,
saling menolong, saling membantu serta cinta akan lingkungan hidupnya.
• Materi PAK dikembangkan dengan pendekatan interdisipliner dan
multidimensional. Dikatakan interdisipliner karena melibatkan berbagai
Universitas Kristen Petra
194
disiplin ilmu sosial, dan dikatakan multidimensional karena mencakup
berbagai aspek kehidupan masyarakat.
3.4.9.2 Karakteristik Peserta Didik.
Pada jenjang pendidikan SMP, peserta didik berusia sekitar 12-16 tahun.
Secara kejiwaan mereka masuh termasuk kategori anak-anak yang belum
memiliki keterampilan berpikir. Pikiran mereka masih labil sehingga belum
dapat menentukan sikap yang pasti. Mereka masih mudah terbawa pengaruh oleh
pemikiran orang lain atau temannya baik itu bersifat positif maupun negatif.
Keadaan yang demikian ini akan mempengaruhi anak dalam melakukan kegiatan
belajaranya.
Pendidikan Agama Kristern (PAK) yang merupakan salah satu pelajaran
untuk memberikan dasar moral dan etika pada peserta didik mempunyai peranan
yang cukup besar dalam membentuk sikap anak. Oleh karena itu bidang PAK
tidak hanya menekankan proses belajarnya pada ranah kognitif yang sifatnya
berisi hafalan atau sekedar pengetahuan dan teori saja, tetapi justru pengembanga
ranah afektif yang harus ditekankan.
Keberhasilan sutau proses belajar tidak hanya diukur dari pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran yang diberikan namun juga pada sikap dari peserta
didik, khususnya pada jenjang SMP dimana pola pikir mereka masih harus
mendapatkan banyak bimbingan dari para pengajarnya. Oleh karena itu mata
pelajaran PAK ditekankan pada keberhasilan kognitif dan afektif yang diharapkan
dapat membentuk sikap dari para peserta didik.
3.4.9.3 Standar Kompetensi
Untuk PAK SMP telah dirumuskan 4 standar kompetensi yaitu :
• Mampu mendeskripsikan manusia sebagi makhluk ciptaan Allah yang
memiliki keterbatasn.
• Mampu mendeskripsikan pemeliharaan Allah terhadap manusia ciptaan-Nya
• Mampu mewujudkan hidup beriman dalam pengharapan
• Mampu mewujudkan tanggungjwabnya sebagai orang beriman.
Universitas Kristen Petra
195
3.4.9.4 Pemilihan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan model pembelajaran guru dalam
menyampaikan materi kepada siswa. Strategi pembelajaran dapat dilakukan di
dalam kelas maupun di luar kelas sesuai dengan materi yang akan disampaikan
dalam rangka pencapaian kompetensi dasar yang telah ditentukan. Model
pembelajaran di dalam kelas disebut dengan istilah tatap muka, dan model
pembelajaran diluar kelas disebut dengan istilah pengalaman belajar. Model
pembelajaran di kelasdialihkan oleh guru dalam memberikan materi, sehingga
guru harus selalu hadir dalam kelas. Hal ini berbeda dengan model pembelajaran
diluar kelas atau pengalaman belajar. Dalam model pembelajaran pengalaman
belajar siswa diharapkan belajar mandiri berdasarkan pengarahan guru yang
telah diterima. Siswa melakukan kegiatan mandiri dan setelah selesai diharapkan
membuat laporannya baik secara berkelompok maupun individu. Pengalaman
belajar siswa ini menunjukkan pengalaman yang perlu dilakukan oleh siswa
dalam rangka mencapai standar kompetensi. Pengalaman belajar di luar kelas
dapat dilaksanakan melalui kegiatan intra kurikuler maupun ekstra kurikuler
misalnya :
• Menolong teman yang beragama lain dalam belajar
• Mengatur ruang kelas agar nyaman untuk belajar
• Memberikan pertolongan pada orang yang sedang membutuhkan bantuan
Dalam pemilihan strategi pembelajaran guru menyesuaikan dengan sumber
bahannya. Sumber bahan tersebut adalah semua sumber belajar yang dapat
dipakai sebagai rujukan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar. Adapun
sumber bahan untuk mata pelajaran PAK dapat berupa buku teks, majalah,
renungan harian, pengalaman hidup, objek-objek alam, dan lain sebagainya
Berkenaan dengan pemilihan strategi pembelajaran, guru harus mampu
mengembangkan metode pembelajaran yang bisa memfasiltasi siswa untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah direncanakan. Metode pembelajaran
tersebut tentu saja harus relevan, dan cukup memadai guna pencapaian tujuan
pembelajaran.