Ä3 qwÆ s xÄ wÛ Ï - wordpress.com...- menginapkan puasa artinya mengikat hati dengan...

42

Upload: others

Post on 08-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang

    sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Al-Baqarah : 2/183)

  • “(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam

    perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-

    hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)

    membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati

    mengerjakan kebajikan*, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu

    mengetahui.” (Al-Baqarah : 2/184)

    *Maksudnya memberi Makan lebih dari seorang miskin untuk satu hari.

  • “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan)

    Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda

    (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya)

    di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia

    berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.

    Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu

    mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan

    kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Al-Baqarah : 2/185)

  • “dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah

    dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah

    mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu

    berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah : 2/186)

  • “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah

    pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat

    menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang

    campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga

    terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai

    (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf* dalam mesjid. Itulah

    larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada

    manusia, supaya mereka bertakwa.” (Al-Baqarah : 2/186)

    *I'tikaf ialah berada dalam mesjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.

  • : : .

    (( – ) : : )“Dari Abi Hurairah RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : Janganlah engkau mendahului Ramadhan dengan

    berpuasa sehari atau dua hari, kecuali bagi orang yang terbiasa berpuasa, maka bolehlah ia berpuasa.”

    (Muttafaq Alaih) - (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 670)

  • : . :

    . ) : : )“Ammar ibnu Yasir RA berkata :Barang siapa berpuasa pada hari yang meragukan, maka ia telah durhaka

    kepada Abdul Qosim (Muhammad) SAW.”

    (Hadits mu’allaq riwayat Bukhari, Imam Lima menilainya maushul, sedang ibnu Huzaimah dan ibnu Hibban

    menilainya hadits shohih) – (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 671)

  • : . :

    : . : . ) : : )

    “ibnu Umar RA berkata :Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : Apabila engkau sekalian melihatnya

    (bulan) berpuasalah, dan apabila engkau sekalian melihatnya (bulan) berbukalah, dan jika awan menutupi

    kalian maka perkirakanlah.”

    Menurut riwayat Muslim : “Jika awan menutupi kalian maka perkirakanlah tiga puluh hari”

    Menurut riwayat Bukhari : “Maka sempurnakanlah hitungan menjadi tiga puluh hari”

    (Muttafaq Alaih – Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 672)

  • . :

    ) : : ) “Menurut riwayatnya dari hadits Abu Hurairah : Maka sempurnakanlah hitungan bulan Sya’ban 30 hari.”

    (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 673)

  • : (. :

    - ) ) : : ) “ibnu Umar RA berkata :orang-orang melihat bulan, lalu aku beritahukan kepada Nabi SAW bahwa aku benar-

    benar telah melihatnya. Lalu beliau berpuasa dan menyuruh orang-orang agar berpuasa.”

    (Riwayat Abu Daud. Hadits shohih menurut Hakim dan ibnu Hibban) – (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal

    674)

  • : : . : :

    : . - ) ( .

    ) : : ) “Dari ibnu Abbas RA bahwa ada seorang Arab Badwi menghadap Nabi SAW lalu berkata : Sungguh aku telah

    melihat bulan sabit (tanggal satu), Nabi SAW bertanya : Apakah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain

    Allah ? ia berkata : Ya, beliau bertanya : Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah ? ia

    menjawab : Ya, beliau bersabda : Umumkanlah pada orang-orang wahai Bilal, agar besok mereka berpuasa.”

    (Riwayat Imam Lima. Hadits shohih menurut ibnu Huzaimah dan ibnu Hibban sedang Nasa’i menilainya mursal)

    – (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 675)

  • : : .

    .

    . : -) : : )

    “Dari Hafshoh Ummul Mukminin bahwa Nabi SAW bersabda : Barang siapa tidak berniat puasa sebelum fajar,

    maka tidak ada puasa baginya.”

    (Riwayat Imam Lima : Tirmidzi dan Nasa’i lebih cendrung menilainya hadits mauquf. Ibnu Huzaimah dan ibnu

    Hibban menilainya shohih secara marfu’)

    Menurut riwayat Daruqutni : “Tidak ada puasa bagi orang yang tidak meniatkan puasa wajib semenjak

    malam.”

    (Muttafaq Alaih – Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 676)

  • - Menginapkan puasa artinya mengikat hati dengan mendahulukan niat di akhir malam atau di awal

    siang. Niat adalah mengikhlaskan puasa kepada Allah dan mengharapkan keridhaan dari Allah.

    Harapan ini tentunya harus menyertai seluruh amal perbuatan, seperti shalat dan puasa. Dan niat

    inilah yang membuktikan adanya amal dengan menghindari hal-hal yang merusaknya. Sehingga orang

    yang berpuasa akan menjauhi semisal omong kotor, kefasikan, dan ghibah. Barang siapa yang

    berpuasa namun tidak meninggalkan semua itu, (maka niatnya telah rusak, sehingga Allah tidak

    memerlukan ia meninggalkan makan dan minumnya, bukan lisan yang melaksanakan niat dan dalam

    badan yang lain pun lisan tidak banyak berperan.

  • : : . : : . . : . : .

    - ) () : : ) “Aisyah RA berkata : Suatu hari Nabi SAWmasuk ke rumahku, lalu beliau bertanya : Apakah ada sesuatu

    padamu ? Aku menjawab : Tidak ada. Beliau bersabda : Kalau begitu aku berpuasa. Pada hari yang lain beliau

    mendatangi kami, dan kami katakan : Kami diberi hadiah makanan hais (terbuat dari kurma, samin, dan susu

    kering). Beliau bersabda : Tunjukan padaku, sungguh tadi pagi aku berpuasa. Lalu beliau makan.”

    (Riwayat Muslim) – (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 677)

    - Al-Hays adalah makanan yang terbuat dari korma, mentega, dan keju. Rasulullah SAW mau

    melakukan hal itu hanyalah dalam puasa sunnah, bulan dalam puasa fardhu.

  • : . .

    - ) () : : ) “Dari Sahal ibnu Sa’ad RA berkata :Bahwa Rasulullah SAW bersabda : Orang-orang akan tetap akan dalam

    kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.”

    (Muttafaq Alaih) – (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 678)

  • - Diriwayatkan dalam Shahihain dari Umar RA bahwa Rasulullah SAW bersabda :

    الصائم افطر فقد الشمس وغربت .ههنا من النهار وادبرب ههنا من اليل اقبل اذاApabila malam telah menghadap dari arah ini dan siang telah berlalu dari arah

    lain, dan matahari telah tenggalam, maka orang yang berpuasa telah berbuka.

    Rasulullah SAW telah menghukumi orang berpuasa yang telah masuk waktu

    berbuka sebagai orang yang telah berbuka, meskipun ia belum memakan

    sesuatu. Dalam kitab Sunan diriwayatkan bahwa beliau bersabda :

    يؤخرون والنصارى اليهود ان .الفطر الناس ماعجل ظاهرا الدين اليزالAgama ini akan senantiasa menang selama manusia segera berbuka puasa.

    Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani suka mengakhirkannya.

    Di antara kesalahan orang awam adalah menunda dalam berbuka dan menahan

    diri tidak makan sebelum fajar. Hal ini mengakibatkan adanya penambahan

    batas waktu puasa yang telah diwajibkan oleh Allah SWT. Tindakan demikian

    merupakan pemaksaan diri, dan celakalah orang-orang yang memaksakan diri.

  • . . : :

    ) : : ) “Menurut riwayat Tirmidzi dari hadits Abu Hurairah RA berkata :Bahwa Nabi SAW bersabda : Allah ‘Azza wa

    Jalla berfirman : Hamba-hamba-Ku yang paling Aku cintai adalah mereka yang paling menyegerakan

    berbuka.”

    (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 679)

  • : . :

    ) ) – : : ( ) “Dari Anas ibnu Malik RA berkata :Bahwa Rasulullah SAW bersabda : Makan sahurlah kalian, karena

    sesungguhnya dalam makan sahur itu ada berkahnya.”

    (Muttafaq Alaih) - (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 680)

  • : . . .

    ) ) – : ( : )

    “Dari Sulaiman ibnu Amir al-Dhobby Bahwa NAbi SAW bersabda : Apabila seseorang diantara kamu berbuka,

    hendaknya ia berbuka dengan kurma, jika ia tidak mendapatkan, hendaknya ia berbuka dengan air karena air

    itu suci.”

    (Riwayat Imam Lima. Hadits shohih menurut Huzaimah, ibnu Hibban, dan Hakim) - (Bulughul Maram : Kitab

    Puasa : Pasal 681)

  • : : . . : : . .

    . .

    ) ) – : : ( ) “Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW melarang puasa wishol (puasa bersambung tanpa makan). Lalu ada

    seorang dari kaum muslimin bertanya : tetapi baginda sendiri berpuasa wishol, wahai Rasulullah ? beliau

    menjawab : siapa diantara kamu yang seperti aku, aku bermalam dan Tuhanku memberiku makan dan minum.

    Karena mereka menolak untuk berhenti dari puasa wishol, maka beliau berpuasa wishol bersama mereka

    sehari, kemudian sehari. Lalu mereka melihat bulan sabit, maka bersabdalah beliau : seandainya bulan sabit

    tertunda maka aku akan menambahkan puasa. Wishol untukmu, sebagai pelajaran bagi mereka yang menolak

    untuk berhenti. ”

    (Muttafaq Alaih) - (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 682)

  • - Wishol adalah puasa tanpa berbuka dan sahur, puasa siang dan malam. Puasa jenis ini tidak ada yang

    mampu melaksanakannya selain Rasulullah SAW. Karena disibukkan oleh kuatnya kecintaan dan

    keterkaitan beliau kepada Allah SWT. Sehingga Allah memberi makan beliau dengan makrifat serta

    kenikmatan munajat dan kerinduan, karena hal-hal ini merupakan santapan hati dan kenikmatan jiwa.

    Oleh karena itu untuk sementara waktu Rasulullah SAW tidak membutuhkan santapan jasmani. Jadi

    maksud sabda beliau “Abitu yuth’imuni Rabbi....” dan seterusnya itu bukan berarti Allah memberi

    makanan dan minuman melalui mulut beliau, dan seandainya demikian maka beliau tidak seperti

    orang yang berpuasa.

  • : : .

    . ) ) .

    : : ( ) “Dari (nya) RA bahwa Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan

    mengerjakannya serta berlaku bodoh, maka tidak ada keperluan bagi Allah untuk meninggalkan makanan dan

    minumannya.”

    (Riwayat Bukhori dan Abu Daud. Lafazhnya menurut riwayat Abu Daud)

    (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 683)

  • : . . . )

    ) : .

    : : ( ) “Aisyah RA berkata : Nabi SAW bersabda pernah mencium sewaktu berpuasa dan mencumbu sewaktu

    berpuasa, akan tetapi beliau adalah orang yang paling kuat menahan nafsunya diantara kamu.”

    (Muttafaq Alaih dan Lafazhnya menurut Muslim. Dalam suatu riwayat ditambahkan : Pada bulan Ramadhan)

    (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 684)

    - Al-Irb artinya kebutuhan dan gejolak jiwa. Satu pendapat mengartikan dengan anggota badan.

  • . . .

    )) - : : ( ) “Dari ibnu Abbas RA bahwa Nabi SAW bersabda pernah berbekam dalam keadaan ihram dan pernah

    berbekam sewaktu puasa.”

    (Riwayat Bukhori) - (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 685)

    - Ibnu Al-Qayyim menyatakan dalam Zad al-Ma’ad : Tidak benar bahwa Rasulullah SAW berbekam

    ketika beliau berpuasa. Mihna berkata : saya bertanya kepada Imam Ahmad tentang hal tersebut. Ia

    menjawab : itu tidak benar, dan hal itu telah diingkari oleh Yahya bin Sa’id Al-Anshari. Atsram berkata

    : Saya mendengar Abu Abdillah menyebutkan hadits tersebut, lalu didha’ifkannya. Mihna berkata :

    saya bertanya keda Imam Ahmad tentang hadits ibnu Abbas yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW

    berbekam ketika sedang berpuasa dan berihram. Ia menjawab : dalam hadits itu tidak dinyatakan

    bahwa Rasulullah SAW sedang berpuasa, yang menyatakan hanyalah bahwa beliau sedang ihram. Hal

    ini disebutkan oleh Sufyan dari Amr bin Dinar dari Thawus dari ibnu Abbas. Yang dimaksud adalah

    bahwa tidak shohih Rasulullah SAW berbekam ketika sedang berpuasa.

  • . . : .

    ) )

    : : ( ) “Dari Syaddad ibnu Aus RA bahwa Nabi SAW bersabda pernahmelewati seseorang yang sedang berbekam

    pada bulan Ramadhan di Baqi’, lalu beliau bersabda : Batallah puasa orang yang membekam dan dibekam.”

    (Riwayat Imam Lima kecuali Tirmidzi. Hadits shohih menurut Ahmad, ibnu Huzaimah, dan ibnu Hibban)

    (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 686)

    - Al-Suyuthi menjelaskan dalam Al-Jami’ al-Shaghir bahwa hadits ini diriwayatkan secara mutawatir.

    Imam Ahmad berkata : Dalam masalah ini terdapat hadits yang tidak shohih. Ishaq berkata : Hadits ini

    diriwayatkan melalui lima jalur dari Rasulullah SAW. Ibnu al-Qayyim, menyatakan dalam Zad al-Maad :

    Riwayat yang shohih dari Rasulullah SAW adalah bahwa yang membatalkan puasa adalah makan,

    minum, berbekam, dan muntah, sedangkan al-Qur’an menunjukan bahwa jima’ itu membatalkan

    puasa.

  • : : : .

    . . . ) )

    : : ( ) “Anas ibnu Malik berkata : Pertama pembekaman bagi orang itu dimakruhkan adalah ketika Ja’far ibnu Abu

    Tholib berbekam sewaktu berpuasa. Lalu Nabi SAW melewatinya dan beliau bersabda : Batallah dua orang ini.

    Setelah itu Nabi SAW memberikan keringanan untuk berbekam ketika berpuasa.”

    (Riwayat Daruqutni dan ia menguatkannya) - (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 687)

  • . .

    ) ) .

    : : ( ) “Dari Aisyah RA bahwa Nabi SAW memakai celak mata pada bulan Ramadhan sewaktu beliau berpuasa.”

    (Riwayat ibnu Majah dengan sanad yang lemah. Tirmidzi berkata : Dalam bab ini tidak ada hadits yang shohih)

    (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 688)

    - Al-Turmudzi berkata : Ahli ilmu berbeda pendapat tentang celak bagi orang yang berpuasa. Sebagian

    mereka, yaitu Sufyan, ibnu al-Mubarak, Ahmad dan Ishaq memakruhkannya. Sebagian yang lain, yaitu

    Al-Syafi’i membolehkannya. Abu Dawud meriwayatkan bahwa Anas memakai celak ketika sedang

    berpuasa. Diriwayatkan dari Al-A’masy, ia berkata : kami tidak melihat seorang pun dari teman-teman

    kami yang memakruhkan orang puasa memakai celak. Ibrahim membolehkan orang puasa memakai

    celak dengan celak dari kayu.

  • : : . .

    ) : : ( - ) ) “Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa lupa bahwa ia sedang berpuasa, lalu ia

    makan dan minum, hendaknya ia meneruskan puasanya, karena sesungguhnya ia telah diberi makan dan

    minum oleh Allah.”

    (Muttafaq Alaih) - (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 689)

    . .

    ) : : ( - ) ) “Menurut riwayat Hakim : Barang siapa yang berbuka pada saat puasa Ramadhan karena lupa, maka tak ada

    qodho dan kafarat baginya.”

    (Hadits shohih) - (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 690)

  • : : . .

    ) : ( - ) . . : )

    “Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang terpaksa muntah maka tak ada

    qodho baginya dan barang siapa sengaja muntah maka wajib qodho atasnya.”

    (Riwayat Imam Lima. Dinilai cacat oleh Ahmad dan dinilai kuat oleh Darquthni) - (Bulughul Maram : Kitab Puasa

    : Pasal 691)

    - Dzara’ahu al-Qay artinya tidak bisa mengendalikan muntah. At-Turmudzi berkata : Hadits ini hasan,

    gharib. Saya tidak mengenal hadits ini dari hisyam dari ibnu Sirin dari Abu Hurairah dari Nabi SAW

    kecuali melalui Isa bin Yunus. Dan sanadnya tidak shohih. Al-Bukhori berkata : saya tidak menilai

    hadits ini mahfuzh. Al-Bukhori meriwayatkan dalam shohih-nya dari Abu Hurairah, ia berkata : Apabila

    seseorang muntah, maka ia tidak batal puasanya, sebab ia hanya mengeluarkan, tidak memasukkan.

    Al-Bukhori berkata : Disebutkan pula dari Abu Hurairah bahwa puasanya batal, namun pernyataan

    yang pertama lebih shohih.

  • :

    . . : . :

    : : ( ) “Dari Jabir ibnu Abdullah RA bahwa Rasulullah SAW bersabdakeluar pada tahun penaklukan kota Mekkah di

    bulan Ramadhan. Beliau berpuasa, hingga ketika sampai dikampung Kura’ al-Ghomam orang-orang ikut

    berpuasa. Kemudian beliau meminta sekendi air, lalu mengangkatnya, sehingga orang-orang melihatnya dan

    beliau meminumnya. Kemudian seseorang bertanya kepada beliau : Bahwa sebagian orang telah berpuasa.

    Beliau bersabda : Mereka itu durhaka, mereka itu durhaka.”

    (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 692)

  • Rasulullah SAW berangkat dari madinah untuk merebut kota Mekkah pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 H.

    Kura’ al-Ghamim adalah nama lembah sebelum Usfan. Umar bin Khatthab berkata : Kami berperang bersama

    Rasulullah SAW di bulan Ramadhan dua kali; yaitu perang Badar dan perang perebutan kota Mekkah. Maka

    dalam kedua kesempatan itu kami berbuka puasa. Ibnu al-Qayyim berkata : Rasulullah SAW tidak menentukan

    batas jauhnya perjalanan yang membolehkan seseorang berbuka puasa. Dihyah bin Khalifah berbuka puasa

    dalam perjalanan sejauh tiga mil, dan ia berkata kepada orang yang berpuasa : Mereka tidak mencintai

    petunjuk Rasulullah SAW padahal para sahabat ketika menempuh suatu perjalanan berbuka puasa tanpa

    mempertimbangkan harus melewati sejumlah rumah, dan mereka mendapatkan hal itu sebagai sunnah dan

    petunjuk Rasulullah SAW.

  • : . . .

    : : ( - ) ( ) “Dalam suatu lafaz hadits ada seseorang berkata pada beliau : Orang-orang merasa berat berpuasa dan

    sesungguhnya mereka menunggu apa yang baginda perbuat. Lalu setelah Ashar beliau meminta sekendi air

    dan meminumnya.”

    (Riwayat Muslim) - (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 693)

  • . : .

    . .

    . ( : : ( - ) )

    “Dari Hamzah ibnu Amar al-Islamy RA bahwa dia berkata : Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku kuat berpuasa

    dalam perjalanan, apakah aku berdosa ? Maka Rasulullah SAW bersabda : Ia adalah keringanan dari Allah,

    barang siapa yang mengambil keringanan itu maka hal itu baik dan barang siapa senang untuk berpuasa,

    maka ia tidak berdosa.”

    (Riwayat Muslim) - (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 694)

  • . : ) ( .

    : : ( ) “Dari Abbas RA bahwa dia berkata : Orang tua lanjut usia diberi keringanan untuk tidak berpuasa dan

    memberi makan setiap hari untuk seorang miskin, dan tidak ada qodho baginya.”

    (Hadits shohih diriwayatkan oleh Daruquthni dan Hakim) - (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 695)

  • : : : . :

    : . : : . : . :

    . . : : . : .

    . ) ( . :

    : : ( )

  • “Abu hurairah RA berkata : Ada seorang laki-laki menghadap Rasulullah SAW, lalu berkata : Wahai Rasulullah,

    aku telah celaka. Beliau bertanya : Apa yang mencelakakanmu ? Ia menjawab : Aku telah mencampuri istriku

    pada saat puasa Ramadhan. Beliau bertanya : Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memerdekakan

    budak ? Ia menjawab : Tidak. Beliau bertanya : Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut ? Ia

    menjawab : Tidak. Beliau bertanya : Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memberi makan 60 orang

    miskin ? Ia menjawab : Tidak. Lalu ia duduk, kemudian Nabi SAW memberinya sekeranjang kurma seraya

    bersabda : Bersedekahlah dengan ini. Ia berkata : Apakah kepada orang yang lebih fakir daripada kami ?

    Padahal antara dua batu hitam di Madinah tidak ada sebuah keluarga pun yang lebih memerlukannya

    daripada kami. Maka tertawalah Nabi SAW sampai terlihat gigi siungnya, kemudian bersabda : Pergilah dan

    berilah makan keluargamu dengan kurma itu.”

    (Riwayat Imam Tujuh dan lafaznya menurut riwayat Muslim) - (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 696)

    - Ia adalah Salamah bin Shakhr Al-Bayadhi

    - ‘Araq adalah takaran

    - Labah adalah tempat yang panas, yaitu bebatuan hitam

  • : . ( .

    ) :

    : : ( ) “Dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah RA bahwa Nabi SAW pernah memasuki waktu pagi dalam keadaan junub

    karena bersetubuh, kemudian beliau mandi dan berpuasa.”

    (Muttafaq Alaih. Muslim menambahkan dalam hadits Ummu Salamah : Dan beliau tidak mengqodho puasa)

    (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 697)

  • . :

    : : ( - ) ( ) “Dari ‘Aisyah RA bahwa Nabi SAW bersabda : Barang siapa meninggal dan ia masih menanggung kewajiban

    puasa, maka walinya berpuasa untuknya.”

    (Muttafaq Alaih) - (Bulughul Maram : Kitab Puasa : Pasal 698)