3-syakal & i'jam

16
SYAKAL & I’JAM Oleh: Imam Muhsin

Upload: habibur-rahman

Post on 04-Aug-2015

192 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3-Syakal & i'Jam

SYAKAL & I’JAM

Oleh:

Imam Muhsin

Page 2: 3-Syakal & i'Jam

الرحيم الرحمن الله بسم

• , عبادنا من اصطفينا الذين الكتب أورثنا ثم , ومنهم مقتصد ومنهم لنفسه ظالم فمنهم , الفضل هو ذلك الله بإذن بالخيرت سابق

: الفاطر. ) (32الكبيرعليه • عزيز أنفسكم من رسول جآءكم لقد

رءوف بالمؤمنين عليكم حريص ماعنتمالله{ 128رحيم } حسبي فقل تولوا فإن

العرش رب وهو توكلت عليه إالهو آلإله {129العظيم }

Page 3: 3-Syakal & i'Jam

الرحيم الرحمن الله بسم

إلى • ورسوله الله من وأذانالله أن األكبر الحج يوم الناسورسوله المشركين من برىء

وإن لكم خير فهو تبتم فإنغير أنكم فاعلموا توليتم

كفروا الذين وبشر الله معجزيأليم } { 3بعذاب

Page 4: 3-Syakal & i'Jam

الرحيم الرحمن الله بسم

• , عبادنا من اصطفينا الذين الكتب أورثنا ثم , ومنهم مقتصد ومنهم لنفسه ظالم فمنهم , الفضل هو ذلك الله بإذن بالخيرت سابق

: الفاطر. ) (32الكبيرعليه • عزيز أنفسكم من رسول جآءكم لقد

رءوف بالمؤمنين عليكم حريص ماعنتمالله{ 128رحيم } حسبي فقل تولوا فإن

العرش رب وهو توكلت عليه إالهو آلإله {129العظيم }

Page 5: 3-Syakal & i'Jam

Pengertian Syakal

• Syakal: lambang penulisan yang menetapkan harakat huruf-huruf atau yang menunjukkan bunyi akhir suatu kata )I’rab(.

• Syakal pertama kali dilakukan dengan menempatkan nuqthah )titik( di atas awal huruf sebagai tanda untuk fat-hah, di bawah akhir huruf untuk kasrah, dan titik di akhir untuk dhammah. Sedangkan bulatan kecil di atas huruf untuk sukun, dan garis rangkap untuk tanwin.

Page 6: 3-Syakal & i'Jam

Pengertian I’jam

• Al-I’jam dari segi bahasa berarti “menguji” dan “menyeleksi”.

• Bila dikatakan ‘ajamtu al-’awd, maka kalimat tersebut artinya: “saya mencoba menguji kekuatan tongkat.”

• Dalam penulisan, al-i‘jam berarti membedakan bentuk huruf-huruf yang mirip satu sama lain, seperti ba‘, ta‘, tsa‘, kha, jim, sin, syin, dll.

• Pembedaan bentuk huruf-huruf ini dilakukan dengan menempatkan satu titik atau lebih di atas atau di bawah suatu huruf.

Page 7: 3-Syakal & i'Jam

Latar Belakang• Bangsa Arab terbilang lambat dalam belajar menulis.

Mereka mengenal tulisan melalui kontak-kontak individual dengan orang-orang Irak dan Syam. Tulisan yang berkembang saat itu adalah tulisan Siryani, suatu bentuk tulisan yang tidak memiliki titik, yang kemudian dikembangkan dalam versi Kufiy seperti yang dikenal sekarang.

• Karena terkenal dengan kefasihan dan kejelasan artikulasi, maka bangsa Arab tidak membutuhkan syakal dalam bacaan atau tulisan mereka.

• Kodifikasi al-Qur’an di masa Rasulullah saw dan penulisannya dalam bentuk naskah pada masa para sahabat dan para khalifah, dan juga penulisannya dalam bentuk mush-haf induk ‘Usmani, semuanya tidak menggunakan syakal dan I’jam.

Page 8: 3-Syakal & i'Jam

Latar Belakang

• Setelah Islam tersebar luas ke luar Jazirah Arab, dan bangsa Arab berhubungan dengan bangsa lain, muncullah kerusakan dalam bahasa Arab.

• Kerusakan tersebut terjadi bahkan pada orang-orang Arab yang dikenal sebagai ahli bahasa yang fasih.

Page 9: 3-Syakal & i'Jam

Sejarah Syakal & I’jam• Abu Hayyan al-Tawhidiy mengatakan, “Suatu ketika Ali

bin Thalib mendengar seseorang membaca al-Qur’an bacaan yang tidak benar yang menyebabkan ia merasa prihatin. Kemudian ia menemui Abu al-Aswad al-Du’aliy untuk membuat pedoman bagi orang banyak sesudah melakukan penelitian yang sangat cermat, untuk selanjutnya menetapkan cara dan aturannya”.

• Riwayat lain menyebutkan bahwa Ziad bin Sumayyah, Gubernur Basrah, yang meminta Abu al-Aswad al-Du’aliy untuk menciptakan suatu cara guna mencegah bahasa Arab dari kerusakan.

• Suatu ketika Abu al-Aswad dikagetkan oleh suatu bacaan yang salah, yaitu QS. al-Taubah ayat 3: SهT نT الل

S SرU أ Vب كS Vاأل WجSحV SوVمS ال TاسU ي UلSى الن UهU إ ول Xس SرSو UهT SذSانY مUنS الل وSأ

XهX ول Xس SرSو SينU رUك VشXمV SرUيءY مUنS ال ”dengan meng-kasrah “lam ْ بpada wa rasuluhu, sehingga menjadi wa rasulihi.

Page 10: 3-Syakal & i'Jam

Sejarah Syakal & I’jam• Sejak itu Abu al-Aswad kemudian membuat kaidah-

kaidah untuk menghindarkan kekeliruan-kekeliruan serius dalam membaca al-Qur’an, sebagai berikut:– Bulatan pada bagian-bagian huruf tertentu untuk

tanda dhammah.– Titik di bawah suatu huruf untuk tanda kasrah.– Titik di atas sebuah huruf sebagai tanda fat-hah.– Dua titik untuk tanda sukun.

• Dua orang murid Abu al-Aswad al-Du’aliy yang bernama Yahya bin Ya’mar al-Adwani dan Nashr bin ‘Ashim al-Laitsi disebut-sebut sebagai orang pertama yang menaruh titik dalam mush-haf al-Qur’an.

Page 11: 3-Syakal & i'Jam

• Tulisan al-Qur’an kemudian disempurnakan oleh Khalil bin Ahmad al-Farahidi )w. 175 H( dengan mengganti titik kecil dengan tanda fat-hah, kasrah, dhammah, dan sukun.

• Usaha tersebut dilanjutkan oleh Sahl bin Muhammad, yang dikenal dengan panggilan Abu Hatim al-Sijistaniy )w. 248 H(, dengan menulis kitab tentang syakal dan I’jam al-Qur’an.

• Pada penghujung abad ke-3 H, penulisan khath al-Qur’an mencapai puncak keindahan dan kecermatannya, yang pengaruhnya meluas pada penulisan-penulisan naskah al-Qur’an, hingga mencapai bentuknya seperti sekarang.

Page 12: 3-Syakal & i'Jam

Berbagai Pendapat tentang Syakal dan I’jam

• Dilarang. Riwayat Abu ‘Ubaid dari Abdullah bin Mas’ud menyebutkan: “Murnikan al-Qur’an dan jangan kalian campuri dengan sesuatu yang lain.”

• Diperbolehkan. Al-Nawawi mengatakan, pembubuhan syakal dan I’jam dalam al-Qur’an hukumnya mustahab )sangat disukai(, sebagai upaya pemeliharaan al-Qur’an dari kekeliruan pengucapan.

• Sikap tengah. Diperbolehkan: pembubuhan untuk mus-haf yang diajarkan oleh para ulama. Dilarang: pembubuhan untuk mus-haf induk.

Page 13: 3-Syakal & i'Jam

Argumentasi

• Boleh: karena tersebut termasuk kategori pemeliharaan al-Qur’an dari salah baca dan kemungkinan terjadinya perubahan I’rab yang dapat mengubah makna al-Qur’an.

• Dilarang: karena pembubuhan syakal dan I’jam dalam mus-haf kadang-kadang menyebabkan tidak bisa dibedakannya huruf-huruf al-Qur’an dan non-al-Qur’an, yang pada gilirannya menyebabkan adanya perubahan huruf al-Qur’an.

• Sikap tengah: karena dikhawatirkan tertukar dengan naskah aslinya, dan agar dapat diketahui mana tulisan al-Qur’an yang asli dan yang tidak.

Page 14: 3-Syakal & i'Jam

Selanjutnya?

• Ketika telah hilang kekhawatiran terjadinya percampuradukan huruf-huruf al-Qur’an dengan syakal dan I’jam-nya yang dibubuhkan, maka tidak ada lagi orang yang menentang pembubuhan syakal dan I’jam dalam al-Qur’an.

• Abu ‘Amr al-Daniy mengatakan, “Kemudian sepakatlah kaum Muslimin di seluruh penjuru negeri tentang kebolehan dibubuhkannya syakal, baik dalam mush-haf induk maupun mush-haf lainnya. Dialek dan bahasa yang dimiliki kaum Muslimin )di seluruh dunia( sudah berbeda-beda, dan karenanya syakal dan I’jam al-Qur’an menjadi sesuatu yang sangat penting”.

Page 15: 3-Syakal & i'Jam

Rasm Usmani• Yang dimaksud dengan rasm Usmani adalah bentuk tulisan )khot( Al-

Qur’an hasil kerja beberapa sahabat Nabi pilihan dalam suatu panitia penyalin mushaf Al-Qur’an yang diketuai oleh Zaid Bin Tsabit atas penunjukan Khalifah Usman. Mengenai penulisan Al-Qur’an dengan rasm Usmani ini ada beberapa pendapat :1. Rasm )bentuk tulisan( dalam mushaf Usmani adalah tauqifi yang wajib

dipakai dalam penulisan Al-Qur’an. Ini pendapat Ibnul Mubarak dan gurunya Abdul Azis ad-Dabbag.

2. Rasm Usmani bukan tauqifi, tapi cara penulisan yang diterima dan menjadi Ijma’ umat dan wajib menjadi pegangan seluruh umat dan tidak boleh menyalahinya.

3. Rasm Usmani hanyalah istilah dan tatacara. Tidak ada dalil agama yang mewajibkan umat mengikuti satu rasm tertentu dan tidak ada salahnya jika menyalahi bila orang telah mempergunakan rasm tertentu untuk imla dan rasm itu tersiar luas diantara mereka. Ini adalah pendapat Abu Bakar Al-Baqilani.

• Jumhur ulama, diantaranya Imam Malik, Imam Ahmad melarang penulisan Al-Qur’an yang menyalahi rasm Usmani.

Page 16: 3-Syakal & i'Jam

Sekian

Selamat belajar Tetap Semangat!