3. teori balok timoshenko

16
16 Universitas Kristen Petra 3. TEORI BALOK TIMOSHENKO 3.1.Asumsi Dasar Teori Balok Timoshenko Sebelum adanya teori balok Timoshenko, terlebih dahulu dikenal teori balok Euler-Bernoulli, Rayleigh, dan shear. Teori balok Euler-Bernoulli merupakan teori yang paling pertama ditemukan diantara keempat teori ini, karena itu seringkali teori ini dikenal dengan nama teori balok klasik. Teori ini memiliki asumsi dasar yang cukup mudah dipahami, dimana setelah terjadi lendutan (akibat gaya luar ataupun berat sendiri), bidang datar pada penampang balok yang berarah normal pada garis netralnya tetaplah merupakan suatu bidang datar yang berarah normal terhadap garis netralnya. Dalam asumsi balok Euler-Bernoulli, bidang datar penampang dapat berarah normal terhadap garis netralnya karena regangan geser (ฮณxz) diasumsikan dapat diabaikan sehingga nilainya dianggap nol, sehingga ฮธ dianggap sama dengan dx dw . Hal ini terjadi karena lendutan yang terjadi dianggap lebih dominan diakibatkan karena momen lentur yang besar. Hal ini memang benar untuk balok yang tipis dan panjang dimana perbandingan antara panjang dan tinggi balok besar. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk balok tinggi ataupun balok yang perbandingan antara panjang dan tingginya kecil, dimana lendutan yang terjadi lebih dominan disebabkan oleh gaya geser. Dalam beberapa kasus seperti ini, maka tentunya teori Euler-Bernoulli kurang tepat. Teori Euler-Bernoulli juga menghasilkan nilai estimasi frekwensi getar alami balok yang berlebihan. Teori balok Rayleigh, menambahkan pengaruh inersia rotasi dalam teori Euler-Bernoulli, maka sebagian masalah hasil frekwensi getar alami balok yang diestimasi secara berlebih dapat diatasi. Namun hasilnya tetap diestimasi secara berlebihan. Teori balok shear mengikutsertakan deformasi geser pada teori balok Euler-Bernoulli. Dengan ini, maka hasil frekwensi getar alami yang dihasilkan menjadi lebih masuk akal. Adapun teori balok Timoshenko mengikutsertakan deformasi geser dan inersia rotasi. Sehingga asumsi dasar untuk balok Timoshenko adalah bahwa bidang datar tetap datar setelah mengalami lendutan tetapi tidak perlu berarah

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3. TEORI BALOK TIMOSHENKO

16 Universitas Kristen Petra

3. TEORI BALOK TIMOSHENKO

3.1.Asumsi Dasar Teori Balok Timoshenko

Sebelum adanya teori balok Timoshenko, terlebih dahulu dikenal teori

balok Euler-Bernoulli, Rayleigh, dan shear. Teori balok Euler-Bernoulli

merupakan teori yang paling pertama ditemukan diantara keempat teori ini, karena

itu seringkali teori ini dikenal dengan nama teori balok klasik. Teori ini memiliki

asumsi dasar yang cukup mudah dipahami, dimana setelah terjadi lendutan (akibat

gaya luar ataupun berat sendiri), bidang datar pada penampang balok yang berarah

normal pada garis netralnya tetaplah merupakan suatu bidang datar yang berarah

normal terhadap garis netralnya. Dalam asumsi balok Euler-Bernoulli, bidang

datar penampang dapat berarah normal terhadap garis netralnya karena regangan

geser (ฮณxz) diasumsikan dapat diabaikan sehingga nilainya dianggap nol, sehingga

ฮธ dianggap sama dengan dx

dw. Hal ini terjadi karena lendutan yang terjadi

dianggap lebih dominan diakibatkan karena momen lentur yang besar. Hal ini

memang benar untuk balok yang tipis dan panjang dimana perbandingan antara

panjang dan tinggi balok besar. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk balok

tinggi ataupun balok yang perbandingan antara panjang dan tingginya kecil,

dimana lendutan yang terjadi lebih dominan disebabkan oleh gaya geser. Dalam

beberapa kasus seperti ini, maka tentunya teori Euler-Bernoulli kurang tepat.

Teori Euler-Bernoulli juga menghasilkan nilai estimasi frekwensi getar alami

balok yang berlebihan.

Teori balok Rayleigh, menambahkan pengaruh inersia rotasi dalam teori

Euler-Bernoulli, maka sebagian masalah hasil frekwensi getar alami balok yang

diestimasi secara berlebih dapat diatasi. Namun hasilnya tetap diestimasi secara

berlebihan. Teori balok shear mengikutsertakan deformasi geser pada teori balok

Euler-Bernoulli. Dengan ini, maka hasil frekwensi getar alami yang dihasilkan

menjadi lebih masuk akal.

Adapun teori balok Timoshenko mengikutsertakan deformasi geser dan

inersia rotasi. Sehingga asumsi dasar untuk balok Timoshenko adalah bahwa

bidang datar tetap datar setelah mengalami lendutan tetapi tidak perlu berarah

Page 2: 3. TEORI BALOK TIMOSHENKO

17 Universitas Kristen Petra

normal terhadap garis netralnya (Reddy, 2006). Oleh karena itu maka regangan

geser (ฮณxz) dalam balok Timoshenko juga diperhitungkan, dan membuat teori

balok Timoshenko lebih umum, sehingga dapat digunakan untuk semua jenis

balok. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 3.1. Karena teori balok

Timoshenko juga memperhitungkan adanya inersia rotasi, teori ini dipakai banyak

ahli untuk menghitung frekwensi getar alami. Perbandingan yang lebih jelas

antara kedua teori ini dapat dilihat pada tabel 3.1.

Gambar 3.1. Teori balok Timoshenko di mana sebelum deformasi arah bidang

penampangnya tidak harus tetap berarah normal terhadap garis

netral penampang.

Tabel 3.1. Perbandingan antara teori balok Euler-Bernoulli, Rayleigh, Shear, dan

Timoshenko

Teori Balok Momen

Lentur

Perpindahan

Lateral

Deformasi

Geser

Inersia

Rotasi

Euler-Bernoulli โˆš โˆš ร— ร—

Rayleigh โˆš โˆš ร— โˆš

Shear โˆš โˆš โˆš ร—

Timoshenko โˆš โˆš โˆš โˆš

Sumber: Han et al. (1999)

Dalam teori balok Timoshenko, diasumsikan regangan geser yang terjadi

terdistribusi secara linier sepanjang penampang balok, padahal sebenarnya tidak.

Page 3: 3. TEORI BALOK TIMOSHENKO

18 Universitas Kristen Petra

Hal ini terjadi karena distribusi tegangan geser (ฯ„) dan regangan geser (ฮณ) yang

terjadi distribusinya adalah kubik, dan oleh karena itu, perlu ada koefisien yang

menyesuaikan bentuk distribusi tegangan geser dan regangan geser tersebut sesuai

dengan penampangnya. Maka pada teori balok Timoshenko, parameter penting

yang digunakan adalah shape factor atau shear correction factor (Han et al.,

1999). Parameter shape factor adalah fungsi yang dibentuk dari Poissonโ€™s ratio

dan frekuensi getaran pada sepanjang balok, yang nilainya tergantung dari

Poissonโ€™s ratio dan bentuk penampang balok. Dengan adanya shape factor maka

hasil analisa balok Timoshenko akan semakin akurat, terutama untuk analisa

dinamis balok. Menurut Han et al. (1999), pada teori balok Euler-Bernoulli,

penyimpangan analisis dinamis terhadap solusi eksaknya tidak terlalu besar untuk

frekuensi getar alami tingkat rendah, namun terjadi penyimpangan yang sangat

besar untuk frekuensi getar alami tingkat tinggi. Hal ini terlihat jelas dalam tabel

3.2. Maka, untuk analisa dinamis sebaiknya digunakan balok Timoshenko.

Tabel 3.2. Persentase penyimpangan frekuensi getar alami pada teori balok Euler-

Bernoulli dan teori balok Timoshenko

Teori Balok Frekuensi Getar Alami

Tingkat Pertama

Frekuensi Getar Alami

Tingkat Kedua

Euler-Bernoulli +14% sampai +26% +78% sampai +133%

Timoshenko -1% sampai +2% -1% sampai +6%

Sumber: Han et al. (1999), dikutip dari Traill-Nash & Collar (1953)

Catatan: Hasil-hasil ini dibandingkan terhadap nilai eksperimen untuk kondisi

balok tidak langsing di mana pengaruh gaya geser dan rotasi sangat penting.

3.2. Persamaan Gerak untuk Balok Timoshenko

Pada gambar 3.2 terlihat sebuah balok Timoshenko. Dalam teori balok

Timoshenko, terdapat 2 derajat kebebasan, yaitu lendutan (w) dan rotasi (ฮธ).

Page 4: 3. TEORI BALOK TIMOSHENKO

19 Universitas Kristen Petra

Gambar 3.2. Balok Timoshenko yang memiliki 2 derajat kebebasan yaitu w dan

ฮธ.

Menurut Kosmatka (1995) untuk balok satu dimensi besarnya perpindahan

(displacement) untuk arah x dan z (arah y bernilai tidak ditinjau) dapat ditulis:

),( txzu (3.1a)

),( txww (3.1b)

di mana: w = perpindahan transversal dari sumbu netral pada waktu t.

= rotasi dari penampang balok pada waktu t.

Komponen regangan yang tidak nol ditentukan berdasarkan persamaan (3.1a) dan

(3.1b) sebagai berikut:

x

zdx

dwxx

(3.2a)

x

w

dz

du

dx

dwxz

(3.2b)

di mana: ฮตxx = regangan akibat momen lentur.

ฮณxz = regangan akibat gaya geser.

Adapun x

adalah kurvatur (ฮบ), sehingga persamaan (3.2a) juga dapat ditulis

menjadi ฮตxx = -z ฮบ.

Persamaan gerak untuk balok Timoshenko dapat diturunkan dari prinsip

Hamilton:

๐›ฟฮ  = โˆซ (๐›ฟ๐‘ˆ + ๐›ฟ๐‘‰๐ด โˆ’ ๐›ฟ๐‘‡ โˆ’ ๐›ฟ๐‘Š๐‘’) ๐‘‘๐‘ก = 0๐‘ก2

๐‘ก1 (3.3)

di mana U = variasi energi regangan (strain energy);

Page 5: 3. TEORI BALOK TIMOSHENKO

20 Universitas Kristen Petra

ฮดVA = variasi energi potensial terkait dengan tegangan awal;

T = variasi energi kinetik; dan

eW = variasi kerja dari gaya luar.

Untuk energi regangan (strain energy) besar nilainya dirumuskan sebagai:

๐‘ˆ =1

2โˆซ {๐œŽ}๐‘‡{ํœ€} ๐‘‘๐‘‰๐‘‰

๐‘ˆ =1

2โˆซ โˆซ {๐œŽ}๐‘‡{ํœ€} ๐‘‘๐ด

๐ด

๐ฟ

0 ๐‘‘๐‘ฅ (3.4a)

di mana L = panjang balok;

A = luas penampang balok;

{๐œŽ} = tegangan pada balok = {๐ธํœ€๐‘ฅ๐‘ฅ

๐‘˜๐บ๐›พ๐‘ฅ๐‘ง}

{ํœ€} = regangan pada balok.= {ํœ€๐‘ฅ๐‘ฅ

๐›พ๐‘ฅ๐‘ง}

Dari persamaan (3.2a) dan (3.2b) perumusan strain energy dapat diturunkan:

๐‘ˆ =1

2โˆซ โˆซ {๐œŽ}๐‘‡{ํœ€} ๐‘‘๐ด

๐ด

๐ฟ

0 ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ˆ =1

2โˆซ โˆซ [๐ธ ํœ€2 + ๐บ ๐‘˜ ๐›พ2] ๐‘‘๐ด

๐ด

๐ฟ

0 ๐‘‘๐‘ฅ ๐‘ˆ =

1

2โˆซ โˆซ ๐ธ ํœ€2 ๐‘‘๐ด

๐ด

๐ฟ

0 ๐‘‘๐‘ฅ +

1

2โˆซ โˆซ ๐บ ๐‘˜ ๐›พ2 ๐‘‘๐ด

๐ด

๐ฟ

0 ๐‘‘๐‘ฅ

Dari sini, persamaan dibagi menjadi bagian kiri dan bagian kanan. Terlebih

dahulu disederhanakan persamaan bagian kiri.

๐‘ˆ =1

2โˆซ โˆซ ๐ธ ํœ€2 ๐‘‘๐ด

๐ด

๐ฟ

0๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ˆ =1

2โˆซ โˆซ ๐ธ ๐‘ง2 (

๐‘‘๐œƒ

๐‘‘๐‘ฅ)2

๐‘‘๐ด๐ด

๐ฟ

0๐‘‘๐‘ฅ

Oleh karena nilai E dan (๐‘‘๐œƒ

๐‘‘๐‘ฅ) akan tetap konstan sepanjang penampang balok,

maka kedua variabel ini dapat dikeluarkan dari integral. Persamaan ini menjadi :

๐‘ˆ =1

2โˆซ ๐ธ (

๐‘‘๐œƒ

๐‘‘๐‘ฅ)2

โˆซ ๐‘ง2 ๐‘‘๐ด๐ด

๐ฟ

0๐‘‘๐‘ฅ

Sebagaimana kita tahu, โˆซ ๐‘ง2 ๐‘‘๐ด๐ด

adalah momen inersia dari penampang balok

tersebut, maka persamaan di atas dapat ditulis menjadi :

๐‘ˆ =1

2โˆซ ๐ธ๐ผ (

๐‘‘๐œƒ

๐‘‘๐‘ฅ)2๐ฟ

0๐‘‘๐‘ฅ

Page 6: 3. TEORI BALOK TIMOSHENKO

21 Universitas Kristen Petra

Untuk persamaan bagian kanan dengan mudah nilai ฮณ disubstitusi dengan (๐‘‘๐‘ค

๐‘‘๐‘ฅโˆ’

๐œƒ), sehingga apabila persamaan bagian kiri dan bagian kanan digabung dapat

menjadi:

๐‘ˆ =1

2โˆซ ๐ธ๐ผ (

๐‘‘๐œƒ

๐‘‘๐‘ฅ)2

๐‘‘๐‘ฅ๐ฟ

0+

1

2โˆซ ๐‘˜๐บ๐ด (

๐‘‘๐‘ค

๐‘‘๐‘ฅโˆ’ ๐œƒ)

2

๐‘‘๐‘ฅ๐ฟ

0 (3.4b)

di mana E = modulus Young,

G = modulus geser dari material balok,

I = momen inersia penampang, dan

k = koefisien geser yang bergantung kepada jenis material dan

bentuk penampang.

Variasi dari energi regangan (strain energy) menjadi:

๐›ฟ๐‘ˆ = โˆซ ๐ธ๐ผ (๐‘‘๐œƒ

๐‘‘๐‘ฅ) (

๐‘‘(๐›ฟ๐œƒ)

๐‘‘๐‘ฅ)๐‘‘๐‘ฅ

๐ฟ

0+ โˆซ ๐‘˜๐บ๐ด (

๐‘‘๐‘ค

๐‘‘๐‘ฅโˆ’ ๐œƒ) (

๐‘‘(๐›ฟ๐‘ค)

๐‘‘๐‘ฅโˆ’ ๐›ฟ๐œƒ) ๐‘‘๐‘ฅ

๐ฟ

0 (3.4c)

Perumusan untuk energi potensial balok dapat dituliskan sebagai:

๐‘‰๐ด =๐‘ƒ

2โˆซ (

๐‘‘๐‘ค

๐‘‘๐‘ฅ)2๐ฟ

0 ๐‘‘๐‘ฅ (3.5a)

di mana P = gaya aksial tarik pada balok.

Variasi energi potensial balok menjadi:

๐›ฟ๐‘‰๐ด = ๐‘ƒ โˆซ (๐‘‘๐‘ค

๐‘‘๐‘ฅ) (

๐‘‘(๐›ฟ๐‘ค)

๐‘‘๐‘ฅ)

๐ฟ

0 ๐‘‘๐‘ฅ (3.5b)

Perumusan untuk energi kinetik balok dapat dituliskan sebagai:

๐‘‡ =1

2โˆซ โˆซ ๐œŒ ((

๐‘‘๐‘ข

๐‘‘๐‘ก)2

+ (๐‘‘๐‘ฃ

๐‘‘๐‘ก)2

+ (๐‘‘๐‘ค

๐‘‘๐‘ก)2

) ๐‘‘๐ด๐ด

๐ฟ

0 ๐‘‘๐‘ฅ (3.6a)

Dari persamaan (3.1a) dan (3.1b) persamaan energi kinetik balok dapat ditulis

menjadi:

๐‘‡ =1

2โˆซ ๐œŒ๐ด (

๐‘‘๐‘ค

๐‘‘๐‘ก)2

๐‘‘๐‘ฅ๐ฟ

0+

1

2โˆซ ๐œŒ๐ผ (

๐‘‘๐œƒ

๐‘‘๐‘ก)2

๐‘‘๐‘ฅ๐ฟ

0 (3.6b)

di mana = massa jenis.

Variasi dari energi kinetik menjadi:

๐›ฟ๐‘‡ = โˆซ ๐œŒ๐ด (๐‘‘๐‘ค

๐‘‘๐‘ก) (

๐‘‘(๐›ฟ๐‘ค)

๐‘‘๐‘ก) ๐‘‘๐‘ฅ

๐ฟ

0+ โˆซ ๐œŒ๐ผ (

๐‘‘๐œƒ

๐‘‘๐‘ก) (

๐‘‘(๐›ฟ๐œƒ)

๐‘‘๐‘ก) ๐‘‘๐‘ฅ

๐ฟ

0 (3.6c)

Untuk kerja akibat gaya luar perrumusannya adalah:

๐‘Š = โˆซ ๐‘ค ๐‘ž ๐‘‘๐‘ฅ๐ฟ

0+ โˆซ ๐œƒ ๐‘š ๐‘‘๐‘ฅ

๐ฟ

0 (3.7a)

Page 7: 3. TEORI BALOK TIMOSHENKO

22 Universitas Kristen Petra

di mana q = beban merata, dan

m = momen di sepanjang balok.

Variasi kerja yang dilakukan oleh gaya luar menjadi:

๐›ฟ๐‘Š = โˆซ ๐›ฟ๐‘ค ๐‘ž ๐‘‘๐‘ฅ๐ฟ

0+ โˆซ ๐›ฟ๐œƒ ๐‘š ๐‘‘๐‘ฅ

๐ฟ

0 (3.7b)

Dari beberapa persamaan di atas (persamaan (3.4c), (3.5b), (3.6c), dan (3.7b),

apabila di substitusikan ke dalam persamaan (3.3), maka didapatkan persamaan

bentuk lemah (weak form) sebagai berikut:

โˆซ ๐›ฟ๐œƒ,๐‘ฅ ๐ธ๐ผ ๐œƒ,๐‘ฅ ๐‘‘๐‘ฅ +๐ฟ

0โˆซ (๐›ฟ๐‘ค,๐‘ฅโˆ’ ๐›ฟ๐œƒ)๐‘˜๐บ๐ด(๐‘ค,๐‘ฅโˆ’ ๐œƒ)๐‘‘๐‘ฅ

๐ฟ

0+ ๐‘ƒ โˆซ ๐‘ค,๐‘ฅ ๐›ฟ๐‘ค,๐‘ฅ ๐‘‘๐‘ฅ

๐ฟ

0+

โˆซ ๐›ฟ๐‘ค๐œŒ๐ด๏ฟฝฬˆ๏ฟฝ ๐‘‘๐‘ฅ๐ฟ

0+ โˆซ ๐›ฟ๐œƒ๐œŒ๐ผ๏ฟฝฬˆ๏ฟฝ ๐‘‘๐‘ฅ

๐ฟ

0= โˆซ ๐›ฟ๐‘ค ๐‘ž ๐‘‘๐‘ฅ

๐ฟ

0+ โˆซ ๐›ฟ๐œƒ ๐‘š ๐‘‘๐‘ฅ

๐ฟ

0 (3.8a)

Tanda koma melambangkan turunan terhadap variabel disebelah kanannya, dan

tanda double dot melambangkan turunan kedua terhadap waktu. Persamaan

bentuk lemah ini kemudian diintegrasikan secara parsial sehingga diperoleh

sistem persamaan diferensial parsial, sebagai berikut:

๐œ•

๐œ•๐‘ฅ(๐‘˜๐บ๐ด (

๐œ•๐‘ค

๐œ•๐‘ฅโˆ’ ๐œƒ)) + ๐‘ƒ (

๐œ•๐‘ค

๐œ•๐‘ฅ) + ๐‘ž = ๐œŒ๐ด

๐œ•2๐‘ค

๐œ•๐‘ก2 (3.8b)

๐œ•

๐œ•๐‘ฅ(๐ธ๐ผ

๐œ•๐œƒ

๐œ•๐‘ฅ) + ๐‘˜๐บ๐ด (

๐œ•๐‘ค

๐œ•๐‘ฅโˆ’ ๐œƒ) + ๐‘š = ๐œŒ๐ผ

๐œ•2๐œƒ

๐œ•๐‘ก2 (3.8c)

Gaya geser dan momen lentur dirumuskan sebagai berikut:

๐‘„ = ๐‘˜๐บ๐ด (๐œ•๐‘ค

๐œ•๐‘ฅโˆ’ ๐œƒ) + ๐‘ƒ (

๐œ•๐‘ค

๐œ•๐‘ฅ) (3.9a)

๐‘€ = ๐ธ๐ผ (๐œ•๐œƒ

๐œ•๐‘ฅ) (3.9b)

3.3. Perumusan Balok Timoshenko untuk Metode Elemen Hingga

Persamaan โ€“ persamaan diatas merupakan persamaan balok apabila

perhitungan dilakukan secara analitis. Untuk melakukan perhitungan numerik

dengan metode elemen hingga, diperlukan persamaan yang dapat dengan mudah

diselesaikan secara numerik. Persamaan dinamis balok dapat ditulis sebagai

berikut:

[๐‘€]{๏ฟฝฬˆ๏ฟฝ(๐‘ก)} + [๐ถ]{๏ฟฝฬ‡๏ฟฝ(๐‘ก)} + [[๐พ] + ๐‘ƒ[๐พ๐‘”]] {๐ท(๐‘ก)} = {๐น(๐‘ก)}

di mana [M] = matriks massa struktur,

{๏ฟฝฬˆ๏ฟฝ(๐‘ก)} = matriks percepatan struktur terhadap waktu,

[C] = matriks redaman struktur,

Page 8: 3. TEORI BALOK TIMOSHENKO

23 Universitas Kristen Petra

{๏ฟฝฬ‡๏ฟฝ(๐‘ก)} = matriks kecepatan struktur terhadap waktu,

[K] = matriks kekakuan struktur,

[Kg] = matriks kekakuan geometris struktur,

P = gaya aksial tarik,

{D(t)} = matriks perpindahan struktur terhadap waktu, dan

{F(t)} = matriks gaya yang bekerja terhadap waktu.

Oleh karena penelitian dibatasi hanya untuk analisa getaran bebas, maka nilai

koefisien redaman C dianggap nol. Dengan demikian, persamaan diatas dapat

ditulis menjadi:

[๐‘€]{๏ฟฝฬˆ๏ฟฝ(๐‘ก} + [[๐พ] + ๐‘ƒ[๐พ๐‘”]] {๐ท(๐‘ก)} = {๐น(๐‘ก)} (3.10)

Menurut Kosmatka (1995), matriks massa, kekakuan, kekakuan geometris, dan

gaya konsisten yang bekerja pada struktur dapat ditulis menjadi:

[๐‘€] = โˆซ [๐‘๐‘ค]๐‘‡๐œŒ๐ด[๐‘๐‘ค]๐‘‘๐‘ฅ๐ฟ

0+ โˆซ [๐‘๐œƒ]๐‘‡๐œŒ๐ผ[๐‘๐œƒ]๐‘‘๐‘ฅ

๐ฟ

0 (3.11)

[๐พ] = โˆซ [๐œ• ๐œ•๐‘ฅโ„ [๐‘๐œƒ]]๐‘‡

๐ธ๐ผ [๐œ• ๐œ•๐‘ฅโ„ [๐‘๐œƒ]]๐ฟ

0+

โˆซ [๐œ• ๐œ•๐‘ฅโ„ [๐‘๐‘ค] โˆ’ [๐‘๐œƒ]]๐‘‡

๐‘˜๐บ๐ด๐œ•๐œ•๐‘ฅโ„ [๐œ• ๐œ•๐‘ฅโ„ [๐‘๐‘ค] โˆ’ [๐‘๐œƒ]] ๐‘‘๐‘ฅ

๐ฟ

0

(3.12)

[๐พ๐‘”] = โˆซ [๐œ• ๐œ•๐‘ฅโ„ [๐‘๐‘ค]]๐‘‡

[๐œ• ๐œ•๐‘ฅโ„ [๐‘๐‘ค]] ๐‘‘๐‘ฅ๐ฟ

0 (3.13)

{๐น} = โˆซ [๐‘๐‘ค]๐‘‡๐‘ž ๐‘‘๐‘ฅ + [๐‘๐œƒ]๐‘‡๐‘š ๐‘‘๐‘ฅ๐ฟ

0 (3.14)

di mana [Nw] = matriks shape function perpindahan vertikal, dan

[Nฮธ] = matriks shape function perpindahan rotasi.

Untuk analisa statis dan stabilitas, percepatan struktur dianggap nol, sehingga

persamaannya menjadi:

[[๐พ] + ๐‘ƒ[๐พ๐‘”]] {๐ท} = {๐น}

Untuk analisa statis, gaya aksial yang terjadi pada balok dianggap nol, sehingga

menghasilkan persamaan sebagai berikut:

[๐พ]{๐ท} = {๐น} (3.15)

Untuk analisa stabilitas, dalam mencari gaya aksial kritis yang membuat

terjadinya tekuk pada balok (Pcr), dianggap gaya luar yang bekerja pada balok

sama dengan nol, sehingga terbentuk persamaan eigen sebagai berikut:

Page 9: 3. TEORI BALOK TIMOSHENKO

24 Universitas Kristen Petra

[[๐พ] โˆ’ ๐‘ƒ[๐พ๐‘”]] {๐ท} = {0} (3.16)

Dimana nilai Pcr didapatkan dari nilai eigen value positif terkecil, dan nilai eigen

vector yang bersangkutan adalah perpindahan balok setelah berdeformasi akibat

tekuk. Untuk analisa getaran bebas, gaya luar yang bekerja pada balok dianggap

nol, sehingga persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:

[๐‘€]{๏ฟฝฬˆ๏ฟฝ(๐‘ก)} + [๐พ]{๐ท(๐‘ก)} = 0 (3.17)

Gerakan sebuah struktur dengan frekwensi getar alami ๐œ” dapat dinyatakan

sebagai:

{๐ท(๐‘ก)} = {๐ท0} sin(๐œ”๐‘ก + ๐œ‘) (3.18a)

Apabila persamaan (3.18a) diturunkan terhadap waktu sebanyak dua kali, akan

menghasilkan persamaan sebagai berikut:

{๏ฟฝฬˆ๏ฟฝ(๐‘ก)} = โˆ’๐œ”2{๐ท0} sin(๐œ”๐‘ก + ๐œ‘) = โˆ’๐œ”2{๐ท(๐‘ก)} (3.18b)

Substitusi dari persamaan (3.18b) ke persamaan (3.17) dapat dituliskan menjadi:

โˆ’๐œ”2[๐‘€]{๐ท0} sin(๐œ”๐‘ก + ๐œ‘) + [๐พ]{๐ท0} sin(๐œ”๐‘ก + ๐œ‘) = {0} (3.19)

Persamaan (3.14) adalah persamaan gerak untuk menganalisa getaran bebas pada

suatu struktur dengan banyak derajat kebebasan tanpa redaman (undamped multi

degree of freedom system). Apabila diasumsikan nilai sin(๐œ”๐‘ก + ๐œ‘) โ‰  0, dan

persamaan diatas diubah menjadi permasalahan eigen, maka persamaan tersebut

menjadi sebagai berikut :

([๐พ] โˆ’ ๐œ”2[๐‘€]){๐ท0} = {0} (3.20)

di mana: ๐œ”2 = eigen value

{๐ท0} = eigen vector

Penyelesaian dari persamaan eigen di atas menghasilkan nilai-nilai eigen ๐œ”2 dan

vektor-vektor eigen {๐ท0}, dimana ๐œ”2 adalah kuadrat dari frekwensi getar alami

struktur, dan {๐ท0} adalah bentuk ragam (mode shape) getaran.

3.4. Perumusan Balok Timoshenko untuk Metode Elemen Hingga berbasis

Kriging

Sebuah balok Timoshenko dibagi menjadi beberapa elemen, dan ditinjau

suatu elemen dalam DOI seperti pada gambar 3.3. Fungsi perpindahan dari balok

tersebut dapat ditulis menjadi

Page 10: 3. TEORI BALOK TIMOSHENKO

25 Universitas Kristen Petra

๐‘ค = [๐‘๐‘ค]{๐ท} (3.21a)

๐œƒ = [๐‘๐œƒ]{๐ท} (3.21b)

di mana:

[๐‘๐‘ค] = {๐‘1 0 ๐‘2 0 โ‹ฏ ๐‘๐‘› 0} (3.21c)

[๐‘๐œƒ] = {0 ๐‘1 0 ๐‘2 โ‹ฏ 0 ๐‘๐‘›} (3.21d)

{๐ท} = {๐‘ค1 ๐œƒ1 ๐‘ค2 ๐œƒ2 โ‹ฏ ๐‘ค๐‘› ๐œƒ๐‘›}T (3.21e)

Adapun shape function (N1, N2, โ€ฆ., Nn) yang digunakan dalam penelitian ini

adalah shape function Kriging seperti dalam persamaan (2.8) pada bab

sebelumnya.

Gambar 3.3. Elemen balok Timoshenko dengan dua derajat kebebasan w dan ฮธ

dalam suatu DOI

Pada sub bab sebelumnya, formulasi matriks massa, kekakuan struktur,

kekakuan geometris, dan gaya konsisten yang bekerja pada balok telah dituliskan

pada persamaan (3.11) sampai (3.14). Namun untuk mendapatkan nilai matriks

[M], [K], [Kg], dan {F} diperlukan integrasi numerik. Pada penelitian ini integrasi

persamaan (3.11) sampai (3.14) menggunakan Gauss Quadrature. Langkah โ€“

langkah perhitungan integrasi numerik dengan menggunakan Gauss Quadrature

adalah sebagai berikut:

1. Batas integrasi pada persamaan tersebut (dari 0 sampai L) diubah menjadi

dari -1 ke +1. Hal ini terjadi karena digunakan sistem natural coordinates

๐œ‰ yang terletak tepat ditengah โ€“ tengah balok, dan panjang balok dalam

satuan koordinat ๐œ‰ dianggap sama dengan 2.

2. Apabila terdapat suatu fungsi y = ๐‘“(๐‘ฅ) di mana ๐ผ = โˆซ ๐‘“(๐‘ฅ)๐‘

๐‘Ž๐‘‘๐‘ฅ, maka

transformasi persamaan I untuk perhitungan Gauss Quadrature adalah:

๐‘ฅ =1

2(1 โˆ’ ๐œ‰)๐‘Ž +

1

2(1 + ๐œ‰)๐‘ (3.22a)

Page 11: 3. TEORI BALOK TIMOSHENKO

26 Universitas Kristen Petra

Persamaan I tersebut berubah menjadi ๐ผ = โˆซ ๐œ™(๐œ‰) ๐‘‘๐œ‰1

โˆ’1 di mana ๐œ™ berisi

nilai transformasi Jacobian, ๐ฝ =๐‘‘๐‘ฅ

๐‘‘๐œ‰, dan persamaan integral I diubah

menjadi kedalam bentuk integrasi numerik sebagai berikut:

๐ผ = โˆ‘ ๐‘ค๐‘–๐œ™(๐œ‰๐‘–)๐‘›๐‘ ๐‘Ž๐‘š๐‘

๐‘–=1 (3.22b)

Dalam persamaan diatas, ๐‘ค๐‘– adalah faktor bobot (weighting factor) dan ๐œ‰๐‘–

adalah titik contoh (sampling point).

3. Jumlah minimal titik contoh yang digunakan ditentukan sesuai derajat

polinomial yang diintegrasikan. Apabila derajat polinomial adalah 2๐‘› โˆ’ 1

maka akan diintegrasikan secara eksak dengan jumlah titik contoh n pada

Gauss Quadrature. Nilai faktor bobot tergantung dari jumlah titik contoh

n. Tabel nilai titik contoh dan faktor bobot sampai dengan orde n = 4 akan

diperlihatkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Nilai faktor bobot dan titik contoh untuk penggunaan integrasi

numerik Gauss Quadrature.

Orde n ๐ƒ๐’Š ๐’˜๐’Š

1 0 2

2 ยฑ

1

โˆš3

1

3 ยฑโˆš0.6 5

9

0 8

9

4

ยฑ [3 + 2โˆš1.2

7]

12

1

2โˆ’

1

6โˆš1.2

ยฑ [3 โˆ’ 2โˆš1.2

7]

12

1

2+

1

6โˆš1.2

Sumber: Syamsoeyadi H. (2009), dikutip dari Cook et al. (1989)

Page 12: 3. TEORI BALOK TIMOSHENKO

27 Universitas Kristen Petra

3.5. Eliminasi Shear Locking: Metode Discrete Shear Gap

Dalam metode ini, perumusan regangan geser diformulasikan sepanjang

elemen, dan hasil dari regangan geser diskrit pada setiap titik nodal diinterpolasi

sepanjang domain elemen (Bletzinger et al, 1998). Metode ini mirip dengan

metode ANS (Assumed Natural Strain) atau MITC (Mixed Interpolation of

Tensiorial Component) yang dikembangkan oleh Bathe dan rekan โ€“ rekannya

dalam bilinear element.

Pada elemen balok Timoshenko, regangan geser dapat diperoleh dengan

persamaan (3.2b). Deformasi geser adalah integrasi dari regangan geser, dan

persamaannya dapat diperoleh dari integrasi persamaan (3.2b). Persamaan

deformasi geser dapat ditulis menjadi:

โˆ†๐‘ค๐›พ(๐‘ฅ) = โˆซ ๐›พ๐‘ฅ

๐‘ฅ0๐‘‘๐‘ฅ

= โˆซ (๐‘‘๐‘ค

๐‘‘๐‘ฅโˆ’ ๐œƒ)

๐‘ฅ

๐‘ฅ0

๐‘‘๐‘ฅ

= โˆซ (๐‘‘๐‘ค

๐‘‘๐‘ฅโˆ’ ๐œƒ)

๐‘ฅ

๐‘ฅ0

๐‘‘๐‘ฅ

= ๐‘ค|๐‘ฅ0๐‘ฅ โˆ’ โˆซ ๐œƒ ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ

๐‘ฅ0

โˆ†๐‘ค๐›พ(๐‘ฅ) = ๐‘ค(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘ค(๐‘ฅ0) โˆ’ โˆ†๐‘ค๐‘ (3.23a)

โˆ†๐‘ค๐›พ(๐‘ฅ) = โˆ†๐‘ค โˆ’ โˆ†๐‘ค๐‘ (3.23b)

di mana:

โˆ†wฮณ (x) = Perbedaan perpindahan geser pada titik x

w(x) = Perpindahan total pada titik x

w(x0) = Perpindahan total pada titik x0

โˆ†wb = Perbedaan perpindahan lentur

โˆ†w = Perbedaaan perpindahan total

Adapun โˆ†wฮณ dapat pula disebut sebagai shear gap yang merupakan

perbedaan dari perubahan perpindahan total โˆ†w dan perubahan perpindahan lentur

murni โˆ†wb. Shear gap pada titik nodal ke โ€“ i (โˆ†wฮณ i) dapat didapatkan dengan

mengintegrasi regangan geser diskrit dari titik nodal pertama hingga titik nodal ke

โ€“ i, sehingga persamaan (3.23b) dapat diubah menjadi:

โˆ†๐‘ค๐›พ ๐‘–(๐‘ฅ๐‘–) = โˆซ ๐›พโ„Ž๐‘ฅ๐‘–

๐‘ฅ0๐‘‘๐‘ฅ = ๐‘คโ„Ž|๐‘ฅ0

๐‘ฅ๐‘– โˆ’ โˆซ ๐œƒโ„Ž ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ๐‘–

๐‘ฅ0 (3.24)

Page 13: 3. TEORI BALOK TIMOSHENKO

28 Universitas Kristen Petra

Ilustrasi mengenai shear gap dapat dilihat pada Gambar 3.4. Shear Gap

dapat diinterpolasi pada balok dengan shear gap pada setiap titik nodal balok,

sehingga dapat pula ditulis sebagai berikut:

โˆ†๐‘ค๐›พ = โˆ‘ ๐‘๐‘– โˆ†๐‘ค๐›พ ๐‘–๐‘›๐‘–=1 (3.25)

Regangan geser dapat diperoleh dari turunan persamaan (3.25), dapat ditulis

sebagai berikut:

๐›พโ„Ž = ๐›พ๐ท๐‘†๐บ = โˆ‘๐‘‘๐‘๐‘–

๐‘‘๐‘ฅ โˆ†๐‘ค๐›พ ๐‘–

๐‘›๐‘–=1 (3.26)

Gambar 3.4. Balok Timoshenko yang mengalami lendutan, serta shear gap pada

balok.

Regangan geser yang didapatkan dari persamaan (3.26) digunakan untuk

menggantikan nilai regangan geser dari elemen balok Timoshenko standar.

Namun regangan geser ini perlu dihubungkan dengan degree of freedom balok

Timoshenko yaitu w dan ฮธ. Untuk melakukan hal tersebut, nilai ฮ”wฮณi perlu

dihubungkan w dan ฮธ. Hubungan tersebut didapatkan dapat dilihat pada

persamaan (3.24). Persamaan (3.24) tersebut juga dapat ditulis sebagai berikut:

โˆ†๐‘ค๐›พ ๐‘– = ๐‘ค๐‘– โˆ’ ๐‘ค1 โˆ’ โˆซ (โˆ‘ ๐‘๐‘– ๐œƒ๐‘–๐‘›๐‘–=1 ) ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ๐‘–

๐‘ฅ1 (3.27)

di mana:

โˆ†wฮณi = Perbedaan perpindahan geser pada titik nodal ke โ€“ i

dengan titik nodal pertama dalam DOI

wi = Perpindahan geser pada titik nodal ke - i

w(x0)

โˆซ ๐›พ๐‘ฅ๐‘–

๐‘ฅ0๐‘‘๐‘ฅ = Discrete Shear Gap

ฮ”w

w(xi)

Distribusi Shear Gap

โˆซ ๐œƒ๐‘ฅ๐‘–

๐‘ฅ0

๐‘‘๐‘ฅ

Page 14: 3. TEORI BALOK TIMOSHENKO

29 Universitas Kristen Petra

w1 = Perpindahan geser pada titik nodal pertama dalam DOI

xi = Koordinat titik nodal ke - i

x1 = Koordinat titik nodal pertama dalam DOI

Ni = Nilai shape function pada titik nodal ke โ€“ i

ฮธi = Nilai ฮธ pada titik nodal ke โ€“ i

n = Jumlah titik nodal dalam DOI

Oleh karena nilai ฮ”wฮณi merupakan perbedaan perpindahan geser pada

titik nodal ke โ€“ i dengan titik nodal pertama dalam DOI, maka nilai ฮ”wฮณ1 menjadi

sama dengan nol. Persamaan (3.27) juga dapat ditulis sebagai berikut:

โˆ†๐‘ค๐›พ ๐‘– = ๐‘ค๐‘– โˆ’ ๐‘ค1 โˆ’ (โˆซ ๐‘1 ๐œƒ1 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ๐‘–

๐‘ฅ1+ โˆซ ๐‘2 ๐œƒ2 ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ๐‘–

๐‘ฅ1+ . . . + โˆซ ๐‘๐‘› ๐œƒ๐‘› ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ๐‘–

๐‘ฅ1)

= ๐‘ค๐‘– โˆ’ ๐‘ค1 โˆ’ [โˆซ ๐‘1 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ๐‘–

๐‘ฅ1 โˆซ ๐‘2 ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ๐‘–

๐‘ฅ1 โ€ฆ โˆซ ๐‘๐‘› ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ๐‘–

๐‘ฅ1] [

๐œƒ1

๐œƒ2

โ‹ฎ๐œƒ๐‘›

] (3.28)

Maka untuk nilai i dari 1 sampai n, nilai โˆ†wฮณi dapat ditulis sebagai berikut:

โˆ†๐‘ค๐›พ1 = 0

โˆ†๐‘ค๐›พ2 = ๐‘ค2 โˆ’ ๐‘ค1 โˆ’ (โˆซ ๐‘1 ๐œƒ1 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ2

๐‘ฅ1+ โˆซ ๐‘2 ๐œƒ2 ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ2

๐‘ฅ1+ . . . + โˆซ ๐‘๐‘› ๐œƒ๐‘› ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ2

๐‘ฅ1)

โˆ†๐‘ค๐›พ3 = ๐‘ค3 โˆ’ ๐‘ค1 โˆ’ (โˆซ ๐‘1 ๐œƒ1 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ3

๐‘ฅ1+ โˆซ ๐‘2 ๐œƒ2 ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ3

๐‘ฅ1+ . . . + โˆซ ๐‘๐‘› ๐œƒ๐‘› ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ3

๐‘ฅ1)

. . .

โˆ†๐‘ค๐›พ๐‘› = ๐‘ค๐‘› โˆ’ ๐‘ค1 โˆ’ (โˆซ ๐‘1 ๐œƒ1 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ๐‘›

๐‘ฅ1+ โˆซ ๐‘2 ๐œƒ2 ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ๐‘›

๐‘ฅ1+ . . . + โˆซ ๐‘๐‘› ๐œƒ๐‘› ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ๐‘›

๐‘ฅ1)

Oleh karena itu, โˆ†wฮณi untuk nilai i dari 1 sampai n dapat dihubungkan dengan

matriks [D], menjadi sebagai berikut:

โˆ†๐‘ค๐›พ1 = 0

โˆ†๐‘ค๐›พ2 = [โˆ’1 โˆ’ โˆซ ๐‘1 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ2

๐‘ฅ1

1 โˆ’ โˆซ ๐‘2 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ2

๐‘ฅ1

0 โˆ’ โˆซ ๐‘3 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ2

๐‘ฅ1

0 โˆ’ โˆซ ๐‘4 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ2

๐‘ฅ1

โ€ฆ 0 โˆ’ โˆซ ๐‘๐‘› ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ2

๐‘ฅ1

]

[ ๐‘ค1

๐œƒ1๐‘ค2

๐œƒ2

โ‹ฎ๐‘ค๐‘›

๐œƒ๐‘› ]

= [โˆ’1 โˆ’ โˆซ ๐‘1 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ2

๐‘ฅ1

1 โˆ’ โˆซ ๐‘2 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ2

๐‘ฅ1

0 โˆ’ โˆซ ๐‘3 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ2

๐‘ฅ1

0 โˆ’ โˆซ ๐‘4 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ2

๐‘ฅ1

โ€ฆ 0 โˆ’ โˆซ ๐‘๐‘› ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ2

๐‘ฅ1

] [๐ท]

โˆ†๐‘ค๐›พ3 = [โˆ’1 โˆ’ โˆซ ๐‘1 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ3

๐‘ฅ1 0 โˆ’ โˆซ ๐‘2 ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ3

๐‘ฅ1 1 โˆ’ โˆซ ๐‘3 ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ3

๐‘ฅ1 0 โˆ’ โˆซ ๐‘4 ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ3

๐‘ฅ1 โ€ฆ 0 โˆ’ โˆซ ๐‘๐‘› ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ3

๐‘ฅ1] [๐ท]

Page 15: 3. TEORI BALOK TIMOSHENKO

30 Universitas Kristen Petra

โˆ†๐‘ค๐›พ4 = [โˆ’1 โˆ’ โˆซ ๐‘1 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ4

๐‘ฅ1 0 โˆ’ โˆซ ๐‘2 ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ4

๐‘ฅ1 0 โˆ’ โˆซ ๐‘3 ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ4

๐‘ฅ1 1 โˆ’ โˆซ ๐‘4 ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ4

๐‘ฅ1 โ€ฆ 0 โˆ’ โˆซ ๐‘๐‘› ๐‘‘๐‘ฅ

๐‘ฅ4

๐‘ฅ1] [๐ท]

. . .

โˆ†๐‘ค๐›พ๐‘› = [โˆ’1 โˆ’ โˆซ ๐‘1 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ๐‘›

๐‘ฅ1

0 โˆ’ โˆซ ๐‘2 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ๐‘›

๐‘ฅ1

0 โˆ’ โˆซ ๐‘3 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ๐‘›

๐‘ฅ1

0 โˆ’ โˆซ ๐‘4 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ๐‘›

๐‘ฅ1

โ€ฆ 1 โˆ’ โˆซ ๐‘๐‘› ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ๐‘›

๐‘ฅ1

] [๐ท]

Maka matriks โˆ†wฮณi dapat pula ditulis seperti dibawah ini:

โˆ†๐‘ค๐›พ1 0 0 0 0 0 0 . . . 0 0

โˆ†๐‘ค๐›พ2 -1 โˆ’โˆซ ๐‘1 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ2

๐‘ฅ1

1 โˆ’โˆซ ๐‘2 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ2

๐‘ฅ1

0 โˆ’โˆซ ๐‘3 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ2

๐‘ฅ1

. . . 0 โˆ’โˆซ ๐‘๐‘› ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ2

๐‘ฅ1

[โˆ†๐‘ค๐›พ] = โˆ†๐‘ค๐›พ3 = -1 โˆ’โˆซ ๐‘1 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ3

๐‘ฅ1

0 โˆ’โˆซ ๐‘2 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ3

๐‘ฅ1

1 โˆ’โˆซ ๐‘3 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ3

๐‘ฅ1

. . . 0 โˆ’โˆซ ๐‘๐‘› ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ3

๐‘ฅ1

[D]

โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ

โˆ†๐‘ค๐›พ๐‘› -1 โˆ’โˆซ ๐‘1 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ๐‘›

๐‘ฅ1

0 โˆ’โˆซ ๐‘2 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ๐‘›

๐‘ฅ1

0 โˆ’โˆซ ๐‘3 ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ๐‘›

๐‘ฅ1

. . . 1 โˆ’โˆซ ๐‘๐‘› ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฅ๐‘›

๐‘ฅ1

[โˆ†๐‘ค๐›พ] = [๐ต๐›พ๐ท๐‘†๐บ2][๐ท]

Maka persamaan (3.26) dapat ditulis menjadi:

[๐›พ๐ท๐‘†๐บ] = [๐‘‘๐‘1

๐‘‘๐‘ฅ

๐‘‘๐‘2

๐‘‘๐‘ฅโ‹ฏ

๐‘‘๐‘๐‘›

๐‘‘๐‘ฅ] [โˆ†๐‘ค๐›พ]

= [๐ต๐›พ๐ท๐‘†๐บ1][โˆ†๐‘ค๐›พ]

= [๐ต๐›พ๐ท๐‘†๐บ1] [๐ต๐›พ๐ท๐‘†๐บ2][๐ท]

[๐›พ๐ท๐‘†๐บ] = [๐ต๐›พ๐ท๐‘†๐บ][๐ท] (3.29)

Nilai dari matriks [BฮณDSG] digunakan untuk menggantikan matriks [Bฮณ] =

[๐œ• ๐œ•๐‘ฅโ„ [๐‘๐‘ค] โˆ’ [๐‘๐œƒ]] pada persamaan (3.12) untuk menghitung matriks kekakuan

geser. Maka persamaan (3.12) menjadi sebagai berikut:

[๐พ] = โˆซ [๐œ• ๐œ•๐‘ฅโ„ [๐‘๐œƒ]]๐‘‡

๐ธ๐ผ [๐œ• ๐œ•๐‘ฅโ„ [๐‘๐œƒ]]๐ฟ

0+ โˆซ [๐ต๐›พ๐ท๐‘†๐บ]

๐‘‡๐‘˜๐บ๐ด ๐œ•

๐œ•๐‘ฅโ„ [๐ต๐›พ๐ท๐‘†๐บ]๐‘‘๐‘ฅ ๐ฟ

0 (3.30)

3.6. Eliminasi Shear Locking: Metode Modified Field Matching

Dari interpolasi Kriging, dapat diperoleh shape function N1, N2, โ€ฆ, Nn

yang nilainya diperoleh untuk membentuk matrix [Nw] dan [Nฮธ]. Adapun isi dari

kedua matriks tersebut telah disebutkan dalam persamaan (3.21a) dan (3.21b).

Namun apabila shape function ini digunakan maka dapat menimbulkan shear

locking, sehingga perlu dilakukan modifikasi terhadap shape function pembentuk

matriks kekakuan elemen. Dalam metode ini nilai dari [Nฮธ] tidak didapatkan dari

persamaan (3.21b) namun menurut Wong (2009) nilai [Nฮธ] didapatkan dari

Page 16: 3. TEORI BALOK TIMOSHENKO

31 Universitas Kristen Petra

turunan pertama terhadap shape function untuk defleksi yaitu [Nw]. Maka, nilai

dari [Nฮธ] dapat ditulis sebagai berikut:

[๐‘๐œƒ] =๐œ•

๐œ•๐‘ฅ[๐‘๐‘ค] (3.27)

Metode di atas dinamakan Field Matching Method. Akan tetapi menurut

Wong (2009), hasil dari Field Matching Method di atas tidak menghasilkan

elemen yang bebas dari shear locking. Oleh karena itu, persamaan (3.23) tersebut

perlu dimodifikasi. Nilai shape function yang dihasilkan oleh persamaan (3.23)

tidak memiliki sifat delta Kronecker. Agar memiliki sifat tersebut ruas kanan pada

persamaan (3.23) perlu dikalikan dengan koordinat x dari masing โ€“ masing titik

nodal dalam DOI. Maka persamaan (3.23) dimodifikasi menjadi sebagai berikut:

[๐‘๐œƒ] = [๐‘ฅ]T๐œ•

๐œ•๐‘ฅ[๐‘๐‘ค] (3.28a)

di mana:

[๐‘ฅ] = {๐‘ฅ1 ๐‘ฅ2 โ‹ฏ ๐‘ฅ๐‘›} (3.28b)