3. teori balok timoshenko
TRANSCRIPT
16 Universitas Kristen Petra
3. TEORI BALOK TIMOSHENKO
3.1.Asumsi Dasar Teori Balok Timoshenko
Sebelum adanya teori balok Timoshenko, terlebih dahulu dikenal teori
balok Euler-Bernoulli, Rayleigh, dan shear. Teori balok Euler-Bernoulli
merupakan teori yang paling pertama ditemukan diantara keempat teori ini, karena
itu seringkali teori ini dikenal dengan nama teori balok klasik. Teori ini memiliki
asumsi dasar yang cukup mudah dipahami, dimana setelah terjadi lendutan (akibat
gaya luar ataupun berat sendiri), bidang datar pada penampang balok yang berarah
normal pada garis netralnya tetaplah merupakan suatu bidang datar yang berarah
normal terhadap garis netralnya. Dalam asumsi balok Euler-Bernoulli, bidang
datar penampang dapat berarah normal terhadap garis netralnya karena regangan
geser (ฮณxz) diasumsikan dapat diabaikan sehingga nilainya dianggap nol, sehingga
ฮธ dianggap sama dengan dx
dw. Hal ini terjadi karena lendutan yang terjadi
dianggap lebih dominan diakibatkan karena momen lentur yang besar. Hal ini
memang benar untuk balok yang tipis dan panjang dimana perbandingan antara
panjang dan tinggi balok besar. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk balok
tinggi ataupun balok yang perbandingan antara panjang dan tingginya kecil,
dimana lendutan yang terjadi lebih dominan disebabkan oleh gaya geser. Dalam
beberapa kasus seperti ini, maka tentunya teori Euler-Bernoulli kurang tepat.
Teori Euler-Bernoulli juga menghasilkan nilai estimasi frekwensi getar alami
balok yang berlebihan.
Teori balok Rayleigh, menambahkan pengaruh inersia rotasi dalam teori
Euler-Bernoulli, maka sebagian masalah hasil frekwensi getar alami balok yang
diestimasi secara berlebih dapat diatasi. Namun hasilnya tetap diestimasi secara
berlebihan. Teori balok shear mengikutsertakan deformasi geser pada teori balok
Euler-Bernoulli. Dengan ini, maka hasil frekwensi getar alami yang dihasilkan
menjadi lebih masuk akal.
Adapun teori balok Timoshenko mengikutsertakan deformasi geser dan
inersia rotasi. Sehingga asumsi dasar untuk balok Timoshenko adalah bahwa
bidang datar tetap datar setelah mengalami lendutan tetapi tidak perlu berarah
17 Universitas Kristen Petra
normal terhadap garis netralnya (Reddy, 2006). Oleh karena itu maka regangan
geser (ฮณxz) dalam balok Timoshenko juga diperhitungkan, dan membuat teori
balok Timoshenko lebih umum, sehingga dapat digunakan untuk semua jenis
balok. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 3.1. Karena teori balok
Timoshenko juga memperhitungkan adanya inersia rotasi, teori ini dipakai banyak
ahli untuk menghitung frekwensi getar alami. Perbandingan yang lebih jelas
antara kedua teori ini dapat dilihat pada tabel 3.1.
Gambar 3.1. Teori balok Timoshenko di mana sebelum deformasi arah bidang
penampangnya tidak harus tetap berarah normal terhadap garis
netral penampang.
Tabel 3.1. Perbandingan antara teori balok Euler-Bernoulli, Rayleigh, Shear, dan
Timoshenko
Teori Balok Momen
Lentur
Perpindahan
Lateral
Deformasi
Geser
Inersia
Rotasi
Euler-Bernoulli โ โ ร ร
Rayleigh โ โ ร โ
Shear โ โ โ ร
Timoshenko โ โ โ โ
Sumber: Han et al. (1999)
Dalam teori balok Timoshenko, diasumsikan regangan geser yang terjadi
terdistribusi secara linier sepanjang penampang balok, padahal sebenarnya tidak.
18 Universitas Kristen Petra
Hal ini terjadi karena distribusi tegangan geser (ฯ) dan regangan geser (ฮณ) yang
terjadi distribusinya adalah kubik, dan oleh karena itu, perlu ada koefisien yang
menyesuaikan bentuk distribusi tegangan geser dan regangan geser tersebut sesuai
dengan penampangnya. Maka pada teori balok Timoshenko, parameter penting
yang digunakan adalah shape factor atau shear correction factor (Han et al.,
1999). Parameter shape factor adalah fungsi yang dibentuk dari Poissonโs ratio
dan frekuensi getaran pada sepanjang balok, yang nilainya tergantung dari
Poissonโs ratio dan bentuk penampang balok. Dengan adanya shape factor maka
hasil analisa balok Timoshenko akan semakin akurat, terutama untuk analisa
dinamis balok. Menurut Han et al. (1999), pada teori balok Euler-Bernoulli,
penyimpangan analisis dinamis terhadap solusi eksaknya tidak terlalu besar untuk
frekuensi getar alami tingkat rendah, namun terjadi penyimpangan yang sangat
besar untuk frekuensi getar alami tingkat tinggi. Hal ini terlihat jelas dalam tabel
3.2. Maka, untuk analisa dinamis sebaiknya digunakan balok Timoshenko.
Tabel 3.2. Persentase penyimpangan frekuensi getar alami pada teori balok Euler-
Bernoulli dan teori balok Timoshenko
Teori Balok Frekuensi Getar Alami
Tingkat Pertama
Frekuensi Getar Alami
Tingkat Kedua
Euler-Bernoulli +14% sampai +26% +78% sampai +133%
Timoshenko -1% sampai +2% -1% sampai +6%
Sumber: Han et al. (1999), dikutip dari Traill-Nash & Collar (1953)
Catatan: Hasil-hasil ini dibandingkan terhadap nilai eksperimen untuk kondisi
balok tidak langsing di mana pengaruh gaya geser dan rotasi sangat penting.
3.2. Persamaan Gerak untuk Balok Timoshenko
Pada gambar 3.2 terlihat sebuah balok Timoshenko. Dalam teori balok
Timoshenko, terdapat 2 derajat kebebasan, yaitu lendutan (w) dan rotasi (ฮธ).
19 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.2. Balok Timoshenko yang memiliki 2 derajat kebebasan yaitu w dan
ฮธ.
Menurut Kosmatka (1995) untuk balok satu dimensi besarnya perpindahan
(displacement) untuk arah x dan z (arah y bernilai tidak ditinjau) dapat ditulis:
),( txzu (3.1a)
),( txww (3.1b)
di mana: w = perpindahan transversal dari sumbu netral pada waktu t.
= rotasi dari penampang balok pada waktu t.
Komponen regangan yang tidak nol ditentukan berdasarkan persamaan (3.1a) dan
(3.1b) sebagai berikut:
x
zdx
dwxx
(3.2a)
x
w
dz
du
dx
dwxz
(3.2b)
di mana: ฮตxx = regangan akibat momen lentur.
ฮณxz = regangan akibat gaya geser.
Adapun x
adalah kurvatur (ฮบ), sehingga persamaan (3.2a) juga dapat ditulis
menjadi ฮตxx = -z ฮบ.
Persamaan gerak untuk balok Timoshenko dapat diturunkan dari prinsip
Hamilton:
๐ฟฮ = โซ (๐ฟ๐ + ๐ฟ๐๐ด โ ๐ฟ๐ โ ๐ฟ๐๐) ๐๐ก = 0๐ก2
๐ก1 (3.3)
di mana U = variasi energi regangan (strain energy);
20 Universitas Kristen Petra
ฮดVA = variasi energi potensial terkait dengan tegangan awal;
T = variasi energi kinetik; dan
eW = variasi kerja dari gaya luar.
Untuk energi regangan (strain energy) besar nilainya dirumuskan sebagai:
๐ =1
2โซ {๐}๐{ํ} ๐๐๐
๐ =1
2โซ โซ {๐}๐{ํ} ๐๐ด
๐ด
๐ฟ
0 ๐๐ฅ (3.4a)
di mana L = panjang balok;
A = luas penampang balok;
{๐} = tegangan pada balok = {๐ธํ๐ฅ๐ฅ
๐๐บ๐พ๐ฅ๐ง}
{ํ} = regangan pada balok.= {ํ๐ฅ๐ฅ
๐พ๐ฅ๐ง}
Dari persamaan (3.2a) dan (3.2b) perumusan strain energy dapat diturunkan:
๐ =1
2โซ โซ {๐}๐{ํ} ๐๐ด
๐ด
๐ฟ
0 ๐๐ฅ
๐ =1
2โซ โซ [๐ธ ํ2 + ๐บ ๐ ๐พ2] ๐๐ด
๐ด
๐ฟ
0 ๐๐ฅ ๐ =
1
2โซ โซ ๐ธ ํ2 ๐๐ด
๐ด
๐ฟ
0 ๐๐ฅ +
1
2โซ โซ ๐บ ๐ ๐พ2 ๐๐ด
๐ด
๐ฟ
0 ๐๐ฅ
Dari sini, persamaan dibagi menjadi bagian kiri dan bagian kanan. Terlebih
dahulu disederhanakan persamaan bagian kiri.
๐ =1
2โซ โซ ๐ธ ํ2 ๐๐ด
๐ด
๐ฟ
0๐๐ฅ
๐ =1
2โซ โซ ๐ธ ๐ง2 (
๐๐
๐๐ฅ)2
๐๐ด๐ด
๐ฟ
0๐๐ฅ
Oleh karena nilai E dan (๐๐
๐๐ฅ) akan tetap konstan sepanjang penampang balok,
maka kedua variabel ini dapat dikeluarkan dari integral. Persamaan ini menjadi :
๐ =1
2โซ ๐ธ (
๐๐
๐๐ฅ)2
โซ ๐ง2 ๐๐ด๐ด
๐ฟ
0๐๐ฅ
Sebagaimana kita tahu, โซ ๐ง2 ๐๐ด๐ด
adalah momen inersia dari penampang balok
tersebut, maka persamaan di atas dapat ditulis menjadi :
๐ =1
2โซ ๐ธ๐ผ (
๐๐
๐๐ฅ)2๐ฟ
0๐๐ฅ
21 Universitas Kristen Petra
Untuk persamaan bagian kanan dengan mudah nilai ฮณ disubstitusi dengan (๐๐ค
๐๐ฅโ
๐), sehingga apabila persamaan bagian kiri dan bagian kanan digabung dapat
menjadi:
๐ =1
2โซ ๐ธ๐ผ (
๐๐
๐๐ฅ)2
๐๐ฅ๐ฟ
0+
1
2โซ ๐๐บ๐ด (
๐๐ค
๐๐ฅโ ๐)
2
๐๐ฅ๐ฟ
0 (3.4b)
di mana E = modulus Young,
G = modulus geser dari material balok,
I = momen inersia penampang, dan
k = koefisien geser yang bergantung kepada jenis material dan
bentuk penampang.
Variasi dari energi regangan (strain energy) menjadi:
๐ฟ๐ = โซ ๐ธ๐ผ (๐๐
๐๐ฅ) (
๐(๐ฟ๐)
๐๐ฅ)๐๐ฅ
๐ฟ
0+ โซ ๐๐บ๐ด (
๐๐ค
๐๐ฅโ ๐) (
๐(๐ฟ๐ค)
๐๐ฅโ ๐ฟ๐) ๐๐ฅ
๐ฟ
0 (3.4c)
Perumusan untuk energi potensial balok dapat dituliskan sebagai:
๐๐ด =๐
2โซ (
๐๐ค
๐๐ฅ)2๐ฟ
0 ๐๐ฅ (3.5a)
di mana P = gaya aksial tarik pada balok.
Variasi energi potensial balok menjadi:
๐ฟ๐๐ด = ๐ โซ (๐๐ค
๐๐ฅ) (
๐(๐ฟ๐ค)
๐๐ฅ)
๐ฟ
0 ๐๐ฅ (3.5b)
Perumusan untuk energi kinetik balok dapat dituliskan sebagai:
๐ =1
2โซ โซ ๐ ((
๐๐ข
๐๐ก)2
+ (๐๐ฃ
๐๐ก)2
+ (๐๐ค
๐๐ก)2
) ๐๐ด๐ด
๐ฟ
0 ๐๐ฅ (3.6a)
Dari persamaan (3.1a) dan (3.1b) persamaan energi kinetik balok dapat ditulis
menjadi:
๐ =1
2โซ ๐๐ด (
๐๐ค
๐๐ก)2
๐๐ฅ๐ฟ
0+
1
2โซ ๐๐ผ (
๐๐
๐๐ก)2
๐๐ฅ๐ฟ
0 (3.6b)
di mana = massa jenis.
Variasi dari energi kinetik menjadi:
๐ฟ๐ = โซ ๐๐ด (๐๐ค
๐๐ก) (
๐(๐ฟ๐ค)
๐๐ก) ๐๐ฅ
๐ฟ
0+ โซ ๐๐ผ (
๐๐
๐๐ก) (
๐(๐ฟ๐)
๐๐ก) ๐๐ฅ
๐ฟ
0 (3.6c)
Untuk kerja akibat gaya luar perrumusannya adalah:
๐ = โซ ๐ค ๐ ๐๐ฅ๐ฟ
0+ โซ ๐ ๐ ๐๐ฅ
๐ฟ
0 (3.7a)
22 Universitas Kristen Petra
di mana q = beban merata, dan
m = momen di sepanjang balok.
Variasi kerja yang dilakukan oleh gaya luar menjadi:
๐ฟ๐ = โซ ๐ฟ๐ค ๐ ๐๐ฅ๐ฟ
0+ โซ ๐ฟ๐ ๐ ๐๐ฅ
๐ฟ
0 (3.7b)
Dari beberapa persamaan di atas (persamaan (3.4c), (3.5b), (3.6c), dan (3.7b),
apabila di substitusikan ke dalam persamaan (3.3), maka didapatkan persamaan
bentuk lemah (weak form) sebagai berikut:
โซ ๐ฟ๐,๐ฅ ๐ธ๐ผ ๐,๐ฅ ๐๐ฅ +๐ฟ
0โซ (๐ฟ๐ค,๐ฅโ ๐ฟ๐)๐๐บ๐ด(๐ค,๐ฅโ ๐)๐๐ฅ
๐ฟ
0+ ๐ โซ ๐ค,๐ฅ ๐ฟ๐ค,๐ฅ ๐๐ฅ
๐ฟ
0+
โซ ๐ฟ๐ค๐๐ด๏ฟฝฬ๏ฟฝ ๐๐ฅ๐ฟ
0+ โซ ๐ฟ๐๐๐ผ๏ฟฝฬ๏ฟฝ ๐๐ฅ
๐ฟ
0= โซ ๐ฟ๐ค ๐ ๐๐ฅ
๐ฟ
0+ โซ ๐ฟ๐ ๐ ๐๐ฅ
๐ฟ
0 (3.8a)
Tanda koma melambangkan turunan terhadap variabel disebelah kanannya, dan
tanda double dot melambangkan turunan kedua terhadap waktu. Persamaan
bentuk lemah ini kemudian diintegrasikan secara parsial sehingga diperoleh
sistem persamaan diferensial parsial, sebagai berikut:
๐
๐๐ฅ(๐๐บ๐ด (
๐๐ค
๐๐ฅโ ๐)) + ๐ (
๐๐ค
๐๐ฅ) + ๐ = ๐๐ด
๐2๐ค
๐๐ก2 (3.8b)
๐
๐๐ฅ(๐ธ๐ผ
๐๐
๐๐ฅ) + ๐๐บ๐ด (
๐๐ค
๐๐ฅโ ๐) + ๐ = ๐๐ผ
๐2๐
๐๐ก2 (3.8c)
Gaya geser dan momen lentur dirumuskan sebagai berikut:
๐ = ๐๐บ๐ด (๐๐ค
๐๐ฅโ ๐) + ๐ (
๐๐ค
๐๐ฅ) (3.9a)
๐ = ๐ธ๐ผ (๐๐
๐๐ฅ) (3.9b)
3.3. Perumusan Balok Timoshenko untuk Metode Elemen Hingga
Persamaan โ persamaan diatas merupakan persamaan balok apabila
perhitungan dilakukan secara analitis. Untuk melakukan perhitungan numerik
dengan metode elemen hingga, diperlukan persamaan yang dapat dengan mudah
diselesaikan secara numerik. Persamaan dinamis balok dapat ditulis sebagai
berikut:
[๐]{๏ฟฝฬ๏ฟฝ(๐ก)} + [๐ถ]{๏ฟฝฬ๏ฟฝ(๐ก)} + [[๐พ] + ๐[๐พ๐]] {๐ท(๐ก)} = {๐น(๐ก)}
di mana [M] = matriks massa struktur,
{๏ฟฝฬ๏ฟฝ(๐ก)} = matriks percepatan struktur terhadap waktu,
[C] = matriks redaman struktur,
23 Universitas Kristen Petra
{๏ฟฝฬ๏ฟฝ(๐ก)} = matriks kecepatan struktur terhadap waktu,
[K] = matriks kekakuan struktur,
[Kg] = matriks kekakuan geometris struktur,
P = gaya aksial tarik,
{D(t)} = matriks perpindahan struktur terhadap waktu, dan
{F(t)} = matriks gaya yang bekerja terhadap waktu.
Oleh karena penelitian dibatasi hanya untuk analisa getaran bebas, maka nilai
koefisien redaman C dianggap nol. Dengan demikian, persamaan diatas dapat
ditulis menjadi:
[๐]{๏ฟฝฬ๏ฟฝ(๐ก} + [[๐พ] + ๐[๐พ๐]] {๐ท(๐ก)} = {๐น(๐ก)} (3.10)
Menurut Kosmatka (1995), matriks massa, kekakuan, kekakuan geometris, dan
gaya konsisten yang bekerja pada struktur dapat ditulis menjadi:
[๐] = โซ [๐๐ค]๐๐๐ด[๐๐ค]๐๐ฅ๐ฟ
0+ โซ [๐๐]๐๐๐ผ[๐๐]๐๐ฅ
๐ฟ
0 (3.11)
[๐พ] = โซ [๐ ๐๐ฅโ [๐๐]]๐
๐ธ๐ผ [๐ ๐๐ฅโ [๐๐]]๐ฟ
0+
โซ [๐ ๐๐ฅโ [๐๐ค] โ [๐๐]]๐
๐๐บ๐ด๐๐๐ฅโ [๐ ๐๐ฅโ [๐๐ค] โ [๐๐]] ๐๐ฅ
๐ฟ
0
(3.12)
[๐พ๐] = โซ [๐ ๐๐ฅโ [๐๐ค]]๐
[๐ ๐๐ฅโ [๐๐ค]] ๐๐ฅ๐ฟ
0 (3.13)
{๐น} = โซ [๐๐ค]๐๐ ๐๐ฅ + [๐๐]๐๐ ๐๐ฅ๐ฟ
0 (3.14)
di mana [Nw] = matriks shape function perpindahan vertikal, dan
[Nฮธ] = matriks shape function perpindahan rotasi.
Untuk analisa statis dan stabilitas, percepatan struktur dianggap nol, sehingga
persamaannya menjadi:
[[๐พ] + ๐[๐พ๐]] {๐ท} = {๐น}
Untuk analisa statis, gaya aksial yang terjadi pada balok dianggap nol, sehingga
menghasilkan persamaan sebagai berikut:
[๐พ]{๐ท} = {๐น} (3.15)
Untuk analisa stabilitas, dalam mencari gaya aksial kritis yang membuat
terjadinya tekuk pada balok (Pcr), dianggap gaya luar yang bekerja pada balok
sama dengan nol, sehingga terbentuk persamaan eigen sebagai berikut:
24 Universitas Kristen Petra
[[๐พ] โ ๐[๐พ๐]] {๐ท} = {0} (3.16)
Dimana nilai Pcr didapatkan dari nilai eigen value positif terkecil, dan nilai eigen
vector yang bersangkutan adalah perpindahan balok setelah berdeformasi akibat
tekuk. Untuk analisa getaran bebas, gaya luar yang bekerja pada balok dianggap
nol, sehingga persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:
[๐]{๏ฟฝฬ๏ฟฝ(๐ก)} + [๐พ]{๐ท(๐ก)} = 0 (3.17)
Gerakan sebuah struktur dengan frekwensi getar alami ๐ dapat dinyatakan
sebagai:
{๐ท(๐ก)} = {๐ท0} sin(๐๐ก + ๐) (3.18a)
Apabila persamaan (3.18a) diturunkan terhadap waktu sebanyak dua kali, akan
menghasilkan persamaan sebagai berikut:
{๏ฟฝฬ๏ฟฝ(๐ก)} = โ๐2{๐ท0} sin(๐๐ก + ๐) = โ๐2{๐ท(๐ก)} (3.18b)
Substitusi dari persamaan (3.18b) ke persamaan (3.17) dapat dituliskan menjadi:
โ๐2[๐]{๐ท0} sin(๐๐ก + ๐) + [๐พ]{๐ท0} sin(๐๐ก + ๐) = {0} (3.19)
Persamaan (3.14) adalah persamaan gerak untuk menganalisa getaran bebas pada
suatu struktur dengan banyak derajat kebebasan tanpa redaman (undamped multi
degree of freedom system). Apabila diasumsikan nilai sin(๐๐ก + ๐) โ 0, dan
persamaan diatas diubah menjadi permasalahan eigen, maka persamaan tersebut
menjadi sebagai berikut :
([๐พ] โ ๐2[๐]){๐ท0} = {0} (3.20)
di mana: ๐2 = eigen value
{๐ท0} = eigen vector
Penyelesaian dari persamaan eigen di atas menghasilkan nilai-nilai eigen ๐2 dan
vektor-vektor eigen {๐ท0}, dimana ๐2 adalah kuadrat dari frekwensi getar alami
struktur, dan {๐ท0} adalah bentuk ragam (mode shape) getaran.
3.4. Perumusan Balok Timoshenko untuk Metode Elemen Hingga berbasis
Kriging
Sebuah balok Timoshenko dibagi menjadi beberapa elemen, dan ditinjau
suatu elemen dalam DOI seperti pada gambar 3.3. Fungsi perpindahan dari balok
tersebut dapat ditulis menjadi
25 Universitas Kristen Petra
๐ค = [๐๐ค]{๐ท} (3.21a)
๐ = [๐๐]{๐ท} (3.21b)
di mana:
[๐๐ค] = {๐1 0 ๐2 0 โฏ ๐๐ 0} (3.21c)
[๐๐] = {0 ๐1 0 ๐2 โฏ 0 ๐๐} (3.21d)
{๐ท} = {๐ค1 ๐1 ๐ค2 ๐2 โฏ ๐ค๐ ๐๐}T (3.21e)
Adapun shape function (N1, N2, โฆ., Nn) yang digunakan dalam penelitian ini
adalah shape function Kriging seperti dalam persamaan (2.8) pada bab
sebelumnya.
Gambar 3.3. Elemen balok Timoshenko dengan dua derajat kebebasan w dan ฮธ
dalam suatu DOI
Pada sub bab sebelumnya, formulasi matriks massa, kekakuan struktur,
kekakuan geometris, dan gaya konsisten yang bekerja pada balok telah dituliskan
pada persamaan (3.11) sampai (3.14). Namun untuk mendapatkan nilai matriks
[M], [K], [Kg], dan {F} diperlukan integrasi numerik. Pada penelitian ini integrasi
persamaan (3.11) sampai (3.14) menggunakan Gauss Quadrature. Langkah โ
langkah perhitungan integrasi numerik dengan menggunakan Gauss Quadrature
adalah sebagai berikut:
1. Batas integrasi pada persamaan tersebut (dari 0 sampai L) diubah menjadi
dari -1 ke +1. Hal ini terjadi karena digunakan sistem natural coordinates
๐ yang terletak tepat ditengah โ tengah balok, dan panjang balok dalam
satuan koordinat ๐ dianggap sama dengan 2.
2. Apabila terdapat suatu fungsi y = ๐(๐ฅ) di mana ๐ผ = โซ ๐(๐ฅ)๐
๐๐๐ฅ, maka
transformasi persamaan I untuk perhitungan Gauss Quadrature adalah:
๐ฅ =1
2(1 โ ๐)๐ +
1
2(1 + ๐)๐ (3.22a)
26 Universitas Kristen Petra
Persamaan I tersebut berubah menjadi ๐ผ = โซ ๐(๐) ๐๐1
โ1 di mana ๐ berisi
nilai transformasi Jacobian, ๐ฝ =๐๐ฅ
๐๐, dan persamaan integral I diubah
menjadi kedalam bentuk integrasi numerik sebagai berikut:
๐ผ = โ ๐ค๐๐(๐๐)๐๐ ๐๐๐
๐=1 (3.22b)
Dalam persamaan diatas, ๐ค๐ adalah faktor bobot (weighting factor) dan ๐๐
adalah titik contoh (sampling point).
3. Jumlah minimal titik contoh yang digunakan ditentukan sesuai derajat
polinomial yang diintegrasikan. Apabila derajat polinomial adalah 2๐ โ 1
maka akan diintegrasikan secara eksak dengan jumlah titik contoh n pada
Gauss Quadrature. Nilai faktor bobot tergantung dari jumlah titik contoh
n. Tabel nilai titik contoh dan faktor bobot sampai dengan orde n = 4 akan
diperlihatkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Nilai faktor bobot dan titik contoh untuk penggunaan integrasi
numerik Gauss Quadrature.
Orde n ๐๐ ๐๐
1 0 2
2 ยฑ
1
โ3
1
3 ยฑโ0.6 5
9
0 8
9
4
ยฑ [3 + 2โ1.2
7]
12
1
2โ
1
6โ1.2
ยฑ [3 โ 2โ1.2
7]
12
1
2+
1
6โ1.2
Sumber: Syamsoeyadi H. (2009), dikutip dari Cook et al. (1989)
27 Universitas Kristen Petra
3.5. Eliminasi Shear Locking: Metode Discrete Shear Gap
Dalam metode ini, perumusan regangan geser diformulasikan sepanjang
elemen, dan hasil dari regangan geser diskrit pada setiap titik nodal diinterpolasi
sepanjang domain elemen (Bletzinger et al, 1998). Metode ini mirip dengan
metode ANS (Assumed Natural Strain) atau MITC (Mixed Interpolation of
Tensiorial Component) yang dikembangkan oleh Bathe dan rekan โ rekannya
dalam bilinear element.
Pada elemen balok Timoshenko, regangan geser dapat diperoleh dengan
persamaan (3.2b). Deformasi geser adalah integrasi dari regangan geser, dan
persamaannya dapat diperoleh dari integrasi persamaan (3.2b). Persamaan
deformasi geser dapat ditulis menjadi:
โ๐ค๐พ(๐ฅ) = โซ ๐พ๐ฅ
๐ฅ0๐๐ฅ
= โซ (๐๐ค
๐๐ฅโ ๐)
๐ฅ
๐ฅ0
๐๐ฅ
= โซ (๐๐ค
๐๐ฅโ ๐)
๐ฅ
๐ฅ0
๐๐ฅ
= ๐ค|๐ฅ0๐ฅ โ โซ ๐ ๐๐ฅ
๐ฅ
๐ฅ0
โ๐ค๐พ(๐ฅ) = ๐ค(๐ฅ) โ ๐ค(๐ฅ0) โ โ๐ค๐ (3.23a)
โ๐ค๐พ(๐ฅ) = โ๐ค โ โ๐ค๐ (3.23b)
di mana:
โwฮณ (x) = Perbedaan perpindahan geser pada titik x
w(x) = Perpindahan total pada titik x
w(x0) = Perpindahan total pada titik x0
โwb = Perbedaan perpindahan lentur
โw = Perbedaaan perpindahan total
Adapun โwฮณ dapat pula disebut sebagai shear gap yang merupakan
perbedaan dari perubahan perpindahan total โw dan perubahan perpindahan lentur
murni โwb. Shear gap pada titik nodal ke โ i (โwฮณ i) dapat didapatkan dengan
mengintegrasi regangan geser diskrit dari titik nodal pertama hingga titik nodal ke
โ i, sehingga persamaan (3.23b) dapat diubah menjadi:
โ๐ค๐พ ๐(๐ฅ๐) = โซ ๐พโ๐ฅ๐
๐ฅ0๐๐ฅ = ๐คโ|๐ฅ0
๐ฅ๐ โ โซ ๐โ ๐๐ฅ๐ฅ๐
๐ฅ0 (3.24)
28 Universitas Kristen Petra
Ilustrasi mengenai shear gap dapat dilihat pada Gambar 3.4. Shear Gap
dapat diinterpolasi pada balok dengan shear gap pada setiap titik nodal balok,
sehingga dapat pula ditulis sebagai berikut:
โ๐ค๐พ = โ ๐๐ โ๐ค๐พ ๐๐๐=1 (3.25)
Regangan geser dapat diperoleh dari turunan persamaan (3.25), dapat ditulis
sebagai berikut:
๐พโ = ๐พ๐ท๐๐บ = โ๐๐๐
๐๐ฅ โ๐ค๐พ ๐
๐๐=1 (3.26)
Gambar 3.4. Balok Timoshenko yang mengalami lendutan, serta shear gap pada
balok.
Regangan geser yang didapatkan dari persamaan (3.26) digunakan untuk
menggantikan nilai regangan geser dari elemen balok Timoshenko standar.
Namun regangan geser ini perlu dihubungkan dengan degree of freedom balok
Timoshenko yaitu w dan ฮธ. Untuk melakukan hal tersebut, nilai ฮwฮณi perlu
dihubungkan w dan ฮธ. Hubungan tersebut didapatkan dapat dilihat pada
persamaan (3.24). Persamaan (3.24) tersebut juga dapat ditulis sebagai berikut:
โ๐ค๐พ ๐ = ๐ค๐ โ ๐ค1 โ โซ (โ ๐๐ ๐๐๐๐=1 ) ๐๐ฅ
๐ฅ๐
๐ฅ1 (3.27)
di mana:
โwฮณi = Perbedaan perpindahan geser pada titik nodal ke โ i
dengan titik nodal pertama dalam DOI
wi = Perpindahan geser pada titik nodal ke - i
w(x0)
โซ ๐พ๐ฅ๐
๐ฅ0๐๐ฅ = Discrete Shear Gap
ฮw
w(xi)
Distribusi Shear Gap
โซ ๐๐ฅ๐
๐ฅ0
๐๐ฅ
29 Universitas Kristen Petra
w1 = Perpindahan geser pada titik nodal pertama dalam DOI
xi = Koordinat titik nodal ke - i
x1 = Koordinat titik nodal pertama dalam DOI
Ni = Nilai shape function pada titik nodal ke โ i
ฮธi = Nilai ฮธ pada titik nodal ke โ i
n = Jumlah titik nodal dalam DOI
Oleh karena nilai ฮwฮณi merupakan perbedaan perpindahan geser pada
titik nodal ke โ i dengan titik nodal pertama dalam DOI, maka nilai ฮwฮณ1 menjadi
sama dengan nol. Persamaan (3.27) juga dapat ditulis sebagai berikut:
โ๐ค๐พ ๐ = ๐ค๐ โ ๐ค1 โ (โซ ๐1 ๐1 ๐๐ฅ๐ฅ๐
๐ฅ1+ โซ ๐2 ๐2 ๐๐ฅ
๐ฅ๐
๐ฅ1+ . . . + โซ ๐๐ ๐๐ ๐๐ฅ
๐ฅ๐
๐ฅ1)
= ๐ค๐ โ ๐ค1 โ [โซ ๐1 ๐๐ฅ๐ฅ๐
๐ฅ1 โซ ๐2 ๐๐ฅ
๐ฅ๐
๐ฅ1 โฆ โซ ๐๐ ๐๐ฅ
๐ฅ๐
๐ฅ1] [
๐1
๐2
โฎ๐๐
] (3.28)
Maka untuk nilai i dari 1 sampai n, nilai โwฮณi dapat ditulis sebagai berikut:
โ๐ค๐พ1 = 0
โ๐ค๐พ2 = ๐ค2 โ ๐ค1 โ (โซ ๐1 ๐1 ๐๐ฅ๐ฅ2
๐ฅ1+ โซ ๐2 ๐2 ๐๐ฅ
๐ฅ2
๐ฅ1+ . . . + โซ ๐๐ ๐๐ ๐๐ฅ
๐ฅ2
๐ฅ1)
โ๐ค๐พ3 = ๐ค3 โ ๐ค1 โ (โซ ๐1 ๐1 ๐๐ฅ๐ฅ3
๐ฅ1+ โซ ๐2 ๐2 ๐๐ฅ
๐ฅ3
๐ฅ1+ . . . + โซ ๐๐ ๐๐ ๐๐ฅ
๐ฅ3
๐ฅ1)
. . .
โ๐ค๐พ๐ = ๐ค๐ โ ๐ค1 โ (โซ ๐1 ๐1 ๐๐ฅ๐ฅ๐
๐ฅ1+ โซ ๐2 ๐2 ๐๐ฅ
๐ฅ๐
๐ฅ1+ . . . + โซ ๐๐ ๐๐ ๐๐ฅ
๐ฅ๐
๐ฅ1)
Oleh karena itu, โwฮณi untuk nilai i dari 1 sampai n dapat dihubungkan dengan
matriks [D], menjadi sebagai berikut:
โ๐ค๐พ1 = 0
โ๐ค๐พ2 = [โ1 โ โซ ๐1 ๐๐ฅ๐ฅ2
๐ฅ1
1 โ โซ ๐2 ๐๐ฅ๐ฅ2
๐ฅ1
0 โ โซ ๐3 ๐๐ฅ๐ฅ2
๐ฅ1
0 โ โซ ๐4 ๐๐ฅ๐ฅ2
๐ฅ1
โฆ 0 โ โซ ๐๐ ๐๐ฅ๐ฅ2
๐ฅ1
]
[ ๐ค1
๐1๐ค2
๐2
โฎ๐ค๐
๐๐ ]
= [โ1 โ โซ ๐1 ๐๐ฅ๐ฅ2
๐ฅ1
1 โ โซ ๐2 ๐๐ฅ๐ฅ2
๐ฅ1
0 โ โซ ๐3 ๐๐ฅ๐ฅ2
๐ฅ1
0 โ โซ ๐4 ๐๐ฅ๐ฅ2
๐ฅ1
โฆ 0 โ โซ ๐๐ ๐๐ฅ๐ฅ2
๐ฅ1
] [๐ท]
โ๐ค๐พ3 = [โ1 โ โซ ๐1 ๐๐ฅ๐ฅ3
๐ฅ1 0 โ โซ ๐2 ๐๐ฅ
๐ฅ3
๐ฅ1 1 โ โซ ๐3 ๐๐ฅ
๐ฅ3
๐ฅ1 0 โ โซ ๐4 ๐๐ฅ
๐ฅ3
๐ฅ1 โฆ 0 โ โซ ๐๐ ๐๐ฅ
๐ฅ3
๐ฅ1] [๐ท]
30 Universitas Kristen Petra
โ๐ค๐พ4 = [โ1 โ โซ ๐1 ๐๐ฅ๐ฅ4
๐ฅ1 0 โ โซ ๐2 ๐๐ฅ
๐ฅ4
๐ฅ1 0 โ โซ ๐3 ๐๐ฅ
๐ฅ4
๐ฅ1 1 โ โซ ๐4 ๐๐ฅ
๐ฅ4
๐ฅ1 โฆ 0 โ โซ ๐๐ ๐๐ฅ
๐ฅ4
๐ฅ1] [๐ท]
. . .
โ๐ค๐พ๐ = [โ1 โ โซ ๐1 ๐๐ฅ๐ฅ๐
๐ฅ1
0 โ โซ ๐2 ๐๐ฅ๐ฅ๐
๐ฅ1
0 โ โซ ๐3 ๐๐ฅ๐ฅ๐
๐ฅ1
0 โ โซ ๐4 ๐๐ฅ๐ฅ๐
๐ฅ1
โฆ 1 โ โซ ๐๐ ๐๐ฅ๐ฅ๐
๐ฅ1
] [๐ท]
Maka matriks โwฮณi dapat pula ditulis seperti dibawah ini:
โ๐ค๐พ1 0 0 0 0 0 0 . . . 0 0
โ๐ค๐พ2 -1 โโซ ๐1 ๐๐ฅ๐ฅ2
๐ฅ1
1 โโซ ๐2 ๐๐ฅ๐ฅ2
๐ฅ1
0 โโซ ๐3 ๐๐ฅ๐ฅ2
๐ฅ1
. . . 0 โโซ ๐๐ ๐๐ฅ๐ฅ2
๐ฅ1
[โ๐ค๐พ] = โ๐ค๐พ3 = -1 โโซ ๐1 ๐๐ฅ๐ฅ3
๐ฅ1
0 โโซ ๐2 ๐๐ฅ๐ฅ3
๐ฅ1
1 โโซ ๐3 ๐๐ฅ๐ฅ3
๐ฅ1
. . . 0 โโซ ๐๐ ๐๐ฅ๐ฅ3
๐ฅ1
[D]
โฎ โฎ โฎ โฎ โฎ โฎ โฎ โฎ โฎ โฎ
โ๐ค๐พ๐ -1 โโซ ๐1 ๐๐ฅ๐ฅ๐
๐ฅ1
0 โโซ ๐2 ๐๐ฅ๐ฅ๐
๐ฅ1
0 โโซ ๐3 ๐๐ฅ๐ฅ๐
๐ฅ1
. . . 1 โโซ ๐๐ ๐๐ฅ๐ฅ๐
๐ฅ1
[โ๐ค๐พ] = [๐ต๐พ๐ท๐๐บ2][๐ท]
Maka persamaan (3.26) dapat ditulis menjadi:
[๐พ๐ท๐๐บ] = [๐๐1
๐๐ฅ
๐๐2
๐๐ฅโฏ
๐๐๐
๐๐ฅ] [โ๐ค๐พ]
= [๐ต๐พ๐ท๐๐บ1][โ๐ค๐พ]
= [๐ต๐พ๐ท๐๐บ1] [๐ต๐พ๐ท๐๐บ2][๐ท]
[๐พ๐ท๐๐บ] = [๐ต๐พ๐ท๐๐บ][๐ท] (3.29)
Nilai dari matriks [BฮณDSG] digunakan untuk menggantikan matriks [Bฮณ] =
[๐ ๐๐ฅโ [๐๐ค] โ [๐๐]] pada persamaan (3.12) untuk menghitung matriks kekakuan
geser. Maka persamaan (3.12) menjadi sebagai berikut:
[๐พ] = โซ [๐ ๐๐ฅโ [๐๐]]๐
๐ธ๐ผ [๐ ๐๐ฅโ [๐๐]]๐ฟ
0+ โซ [๐ต๐พ๐ท๐๐บ]
๐๐๐บ๐ด ๐
๐๐ฅโ [๐ต๐พ๐ท๐๐บ]๐๐ฅ ๐ฟ
0 (3.30)
3.6. Eliminasi Shear Locking: Metode Modified Field Matching
Dari interpolasi Kriging, dapat diperoleh shape function N1, N2, โฆ, Nn
yang nilainya diperoleh untuk membentuk matrix [Nw] dan [Nฮธ]. Adapun isi dari
kedua matriks tersebut telah disebutkan dalam persamaan (3.21a) dan (3.21b).
Namun apabila shape function ini digunakan maka dapat menimbulkan shear
locking, sehingga perlu dilakukan modifikasi terhadap shape function pembentuk
matriks kekakuan elemen. Dalam metode ini nilai dari [Nฮธ] tidak didapatkan dari
persamaan (3.21b) namun menurut Wong (2009) nilai [Nฮธ] didapatkan dari
31 Universitas Kristen Petra
turunan pertama terhadap shape function untuk defleksi yaitu [Nw]. Maka, nilai
dari [Nฮธ] dapat ditulis sebagai berikut:
[๐๐] =๐
๐๐ฅ[๐๐ค] (3.27)
Metode di atas dinamakan Field Matching Method. Akan tetapi menurut
Wong (2009), hasil dari Field Matching Method di atas tidak menghasilkan
elemen yang bebas dari shear locking. Oleh karena itu, persamaan (3.23) tersebut
perlu dimodifikasi. Nilai shape function yang dihasilkan oleh persamaan (3.23)
tidak memiliki sifat delta Kronecker. Agar memiliki sifat tersebut ruas kanan pada
persamaan (3.23) perlu dikalikan dengan koordinat x dari masing โ masing titik
nodal dalam DOI. Maka persamaan (3.23) dimodifikasi menjadi sebagai berikut:
[๐๐] = [๐ฅ]T๐
๐๐ฅ[๐๐ค] (3.28a)
di mana:
[๐ฅ] = {๐ฅ1 ๐ฅ2 โฏ ๐ฅ๐} (3.28b)