33-111-1-pb

12
Dharma Ekonomi – STIE Dharmaputra No. 37 / Th XX / April 2013 *Makalah disampaikan pada Seminar dalam rangka Dies Natalis Ke 14 Akademi Akuntansi Effendi Harahap tanggal 11 April 2013 MOMENTUM PENERAPAN STANDAR PELAPORAN KEUANGAN INTERNATIONAL BY SODIKIN MANAF* Sejak digulirkannya penerpan standar pelaporan keuangan internasional, sudah banyak Negara-negara yang melakukan adopsi penuh terhadap IFRS (International Financial Reporting Standard) dan masih banyak pula Negara-negara yang tidak melakukan adopsi penuh melainkan menyesuaikan secara bertahap yang lebih dikenal dengan melakukan konvergensi (penyesuaian) terghadap IFRS. Sebenaranya apa yang melatar belakangi munculnya IFRS dan kapan mulai diberlakukannya secara internasional dan badan apa yang menyiapkan atau menyusun standar pelaporan internasional tersebut. Namun sebelum membahas lebih seksama apa itu IFRS, dan siapa pula yang membuat atau menyusun standar tersebut, dan benefit apa yang akan didapat dengan mengikuti, standar pelaporan keuangan internasional tersebut bagi masyarakat Indonesia, dan apa pula kerugiannya bila kita tidak mengikuti standar tersebut, apa sanksi yang akan didapat? khususnya bagi dunia usaha dan profesi akuntansi khususnya adalah profesi auditor independen (akuntan public). Begitu banyak masyarakat yang kepingin tahu apa sih IFRS itu? Dan bagaimana pula dengan Indonesia dalam menyikapi maraknya berbagai Negara di dunia dalam hal upaya menyesuaikan atau mengadopsi IFRS bagi kepentingan dunia usaha di Negara masing-masing. Karena sebelum IFRS ada barang kali di Indonesia sudah familiar dengan standar akuntansi keuangan atau dulu dikenal dengan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) dan standar pelaporannya yang dikenal dengan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA), sudah tentu kita tahu bahwa kedua produk tersebut adalah adopsi dari Generally Accepted Accounting Priciples (GAAP) karya Paul Grady. Sesuai dengan perkembangan saat itu Indonesia sangat mengacu pada perkembangan akuntansi di Amerika, dengan demikian praktis segala berbau Amerika merambah pula di Indonesia dari mulai text book impor yang berkaitan dengan akuntansi hampir semua berasal dari Amerika belum lagi banyak mahasiswa-mahasiwa kita yang nota bene belajar di Negara Paman Sam ikut memberikan warna tersendiri bagi perkembangan akuntansi di Negara kita. Namun demikian perkembangan akuntansi di Indonesia pada saat itu belumlah sepesat sekarang, hal ini patut dimaklumi karena saat itu pasar modal kitapun belum sepesat sekarang

Upload: resigjeflin

Post on 12-Sep-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra No. 37 / Th XX / April 2013

    *Makalah disampaikan pada Seminar dalam rangka Dies Natalis Ke 14 Akademi Akuntansi Effendi Harahap tanggal 11 April2013

    MOMENTUM PENERAPAN STANDAR PELAPORAN KEUANGANINTERNATIONAL

    BY SODIKIN MANAF*

    Sejak digulirkannya penerpan standar pelaporan keuangan internasional, sudah banyakNegara-negara yang melakukan adopsi penuh terhadap IFRS (International Financial ReportingStandard) dan masih banyak pula Negara-negara yang tidak melakukan adopsi penuhmelainkan menyesuaikan secara bertahap yang lebih dikenal dengan melakukan konvergensi(penyesuaian) terghadap IFRS. Sebenaranya apa yang melatar belakangi munculnya IFRS dankapan mulai diberlakukannya secara internasional dan badan apa yang menyiapkan ataumenyusun standar pelaporan internasional tersebut. Namun sebelum membahas lebih seksamaapa itu IFRS, dan siapa pula yang membuat atau menyusun standar tersebut, dan benefit apayang akan didapat dengan mengikuti, standar pelaporan keuangan internasional tersebut bagimasyarakat Indonesia, dan apa pula kerugiannya bila kita tidak mengikuti standar tersebut, apasanksi yang akan didapat? khususnya bagi dunia usaha dan profesi akuntansi khususnya adalahprofesi auditor independen (akuntan public).Begitu banyak masyarakat yang kepingin tahu apa sih IFRS itu? Dan bagaimana pula denganIndonesia dalam menyikapi maraknya berbagai Negara di dunia dalam hal upaya menyesuaikanatau mengadopsi IFRS bagi kepentingan dunia usaha di Negara masing-masing. Karena sebelumIFRS ada barang kali di Indonesia sudah familiar dengan standar akuntansi keuangan atau duludikenal dengan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) dan standar pelaporannya yang dikenaldengan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA), sudah tentu kita tahu bahwa kedua produktersebut adalah adopsi dari Generally Accepted Accounting Priciples (GAAP) karya Paul Grady.Sesuai dengan perkembangan saat itu Indonesia sangat mengacu pada perkembanganakuntansi di Amerika, dengan demikian praktis segala berbau Amerika merambah pula diIndonesia dari mulai text book impor yang berkaitan dengan akuntansi hampir semua berasaldari Amerika belum lagi banyak mahasiswa-mahasiwa kita yang nota bene belajar di NegaraPaman Sam ikut memberikan warna tersendiri bagi perkembangan akuntansi di Negara kita.Namun demikian perkembangan akuntansi di Indonesia pada saat itu belumlah sepesatsekarang, hal ini patut dimaklumi karena saat itu pasar modal kitapun belum sepesat sekarang

  • Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra No. 37 / Th XX / April 2013

    *Makalah disampaikan pada Seminar dalam rangka Dies Natalis Ke 14 Akademi Akuntansi Effendi Harahap tanggal 11 April2013

    baik dari kuantitas emiten maupun kuantitas dari produk yang dihasilkan emiten tersebutmelalui produk-produk turunannya (derivatifnya). Oleh karena itu ada baiknya pula kita simakterlebih dahulu perkembangan penerapan standar akuntansi keuangan di Negara kita yangdapat kita bagi dalam tiga kurun waktu sebagai berikut:

    1. Era sebelum tahun 1973Coba kita perhatikan baik-baik kira-kira ada apa saja pada era tersebut yang dapat kitajumpai, praktis kemeriahan emiten yang listing di Bursa Efek ngga kita jumpaisebagaimana saat ini, karena memang saat itu kita belum memiliki lembaga yangmengatur sekaligus mengawasi pasar modal kita, alias belum terbentuk, dan saat ituUndang-Undang yang ada adalah undang-undang Penanaman Modal Dalam Negri tahun1968, dan sama sekali belum muncul kebutuhan standar akuntansi bagi perusahaan.Saat itu yang lebih menonjol adalah pelporan keuangan terbatas hanya untukkepentingan BUMN/BUMD dan untuk perusahaan asing masing sangat sedikit sekali.Dengan demikian kebutuhan audit laporan keuangan saat itu juga masih sebatas untukkepentingan BUMN dan BUMD.

    2. Era 1973 -1984 (Lahirnya Prinsip Akuntansi Indonesia)Pada era ini dengan diaktifkanya pasar modal kita, mulailah geliat tanda-tanda positifbagi kebutuhan standar akuntansi keuangan sekaligus standar pelaporannya. Berkat timDewan Standar Akuntansi Keuangan yang telah bekerja dengan keras dan atas jerihpayah mereka dan semua komponen baik profesi, perguruan tinggi baik negri maupunswasta yang ikut memberikan masukan-masukan berharga sehingga terhimpunlah apayang dulu kita kenal dengan nama Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) dan NormaPemeriksaan Akuntan (NPA). Sekali lagi himpunan bahan-bahan untuk menyusun keduaproduk itupun sebagian besar adalah adopsi pada standar akuntansi yang berlaku diAmerika yang diambilkan Bulletindari buku yang terkenal dengan judul GenerallyAccepted Accounting Principles (GAAP) yang ditulis oleh Paul Grady yang diterbitkanoleh American Institue of Certified Accounting (AICPA). Disamping himpunan bahan-bahan lain diantaranya (Ng Eng Juan dan Ersa Tri Wahyuni, 2012): buku-buku Prinsip-Prinsip Akuntansi yang diterbitkan oleh Direktorat Akuntan Negara, Direktorat JenderalPengawasan Keuangan Negara; Statement of Accounting Principle Board (APB) no.4yang diterbitkan oleh AICPA; Opinions of the Accounting Principle Board yangditerbitkan AICPA; Kumpulan dari Accounting Research yang diterbitkan oleh AICPA; AStatement of Australian Accounting Principles yang diterbitkan oleh Accounting andAuditing Research Committee dari Accountancy Research Foundation; Wet op deJaarrekening van Ondernemingen yang diterbitkan oleh NIVRA dan beberapa literaturelainnya.

    3. Era 1984 1994

  • Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra No. 37 / Th XX / April 2013

    *Makalah disampaikan pada Seminar dalam rangka Dies Natalis Ke 14 Akademi Akuntansi Effendi Harahap tanggal 11 April2013

    Era ini dikenal dengan era penerpan PAI dan atas jerih payah tim dewan standarakuntansi saat itu (komite PAI) sudah bayak dilakukan revisi atas PAI 1973 yangkemudian diterbitkan PAI tahun 1984, dari sinilah sudah mulai dengan menyesuaikandengan kebutuhan dunia usaha yang semakin berkembang dan kinerja Komite PAItersebut sudah menelorkan 7 (tujuh) Pernyataan PAI dan 9 (Sembilan) Interpretasi PAI.

    4. Era 1994-2006Pada era ini terlihat sekali perkembangan pasar modal kita semakin berkembang pesatdari yang awalnya 24 emiten di tahun 1989 meningkat pesat menjadi 160 emiten padabulan September 1994 dan terus meningkat lagi hingga sekarang menjadi 475 emitendengan derivative produknya ada 58 derivative berupa right dan warrant. Pada era inijuga disayahkannya Undang-Undang Perbankan dan Undang-Undang Dana Pensiun;Reformasi peraturan Perundangan Perpajakan; timbulnya beberapa kasus bank krisisdan isu tentang kredit macet da kredit bermasalah serta ditandatanganinya perjanjianbaru GATT (General Agrreement on Tarriffs and Trade) sebagai kelanjutan dari PutaranUruguay. Pada era ini nama PAI perlahan diganti dengan sebutan Standar AkuntansiKeuangan (SAK). Pada era ini pula Dewan standar akuntansi keuangan (DSAK) berhasilmenghimpun sekaligus menyusun kerangka dasar Penyusunan dan Penyajian LaporanKeuangan dan 35 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang setara dengan standarakuntansi keuangan internasional (Ng Eng Juan dan Ersa Triwahyuni, 2012). Pada era inijuga tatanan penyusunan dan pelaporan keuangan sudah diharuskan menggunakanStandar akuntansi Internasional (International Accounting Standard) sebagai rujukandalam pengembangan-pengembangan standar akuntansi berikutnya. Dengan demikiansudah ada percampuran standar akuntansi keuangan internasional (IAS) dengan USGAAP yang sudah lama kita pakai. Sudah tentu Dewan Standar Akuntansi Keuangan(DSAK) kita juga berusaha menggali standar akuntansi keuangan versi sendiri yang tidakmengacu baik pada IAS maupun US GAAP bahkan dengan IFRS sekalipun. Kenapa hal inidilakukan? Tentunnya akar budaya beserta nilai-nilai mulia bangsa Indonesia bisa digaliuntuk melengkapi atmosfer standar keuangan yang memiliki cirri khas sendiri yang tidakdiatur baik dalam IAS, IFRS maupun US GAAP sekalipun. Disinilah letak keluwesanbangsa kita dalam mewarnai dan memaknai arti nilai budaya bangsa yang setara danharus kita gali terus menerus, namun tetap dalam kerangka bermasyarakat global,sehingga sebagai bagian dari komunitas internasional kita tetap patuh mengikuti aturan-aturan internasional agar kita tidak dikucilkan masyarakat internasional.

    5. Era 2006 2012Apa yang menyebabkan gegap gempitanya dengan penerpan IFRS akhir-akhir ini?Indonesia salah satu Negara yang berusaha melakukan konvergensi IFRS secarabertahap dan tidak melakukan adopsi secara penuh, disbanding Negara-negara lain.Banyak hal yang menyebabkan kita tidak bisa melakukan adopsi penuh dikarenakan

  • Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra No. 37 / Th XX / April 2013

    *Makalah disampaikan pada Seminar dalam rangka Dies Natalis Ke 14 Akademi Akuntansi Effendi Harahap tanggal 11 April2013

    belum siapnya kita untuk melakukan disemua bidang , disamping menyangkut jugamasalah benturan regulasi-regulasi pemerintah yang belum memungkinkannya diadopsisecara penuh, melainkan dilakukan konvergensi secara bertahap. Meskipun standarkeuangan bersifat prinsip (principle based) bukan rule based, akan tetapi benturan-benturan yang berkaitan dengan penerapan standar akuntansi keuangan itu sendirisering terjadi, hal ini karena ada pihak-pihak yang punya kepentingan terhadappenjabaran standar akuntansi internasional kedalam regulasi yang harus dibuatnya.Ambil suatu contoh yang paling mudah, masih ingatkan pada saat PSAK 50 dan PSAK 55yang tidak lain adalah konvergensi dari IAS 32 dan IAS 39 yang saat itu pelaku duniausaha khususnya perbankan saat itu untuk menyesuaikan langsung ke PSAK 50 dan 55banyak yang belum siap sehingga sedianya kedua PSAK tersebut diberlakukan efektif 1Januari 2009 terpaksa diundur menjadi 1 Januari 2010. Banyak kendala yang dihadapisaat itu selain butuh pemahaman yang seksama, dan yang pasti butuh waktu yangbanyak untuk menyesuaikan ke format IFRS. Disamping sosialisasi yang kurang intensifmeski sudah berulang-ulang dilakukan pelatihan dengan topic yang bersangkutannamun kenyataan di lapangan sumber daya yang berkaitan dengan kecapakan ataukapabilitas terhadap IFRS yang dimiliki dunia usaha tidak lah secepat perkembanganIFRS itu sendiri dengan demikian masih banyak dijumpai perusahaan (entitas) yangbelum sepenuhnya menerapkan IFRS. Namun demikian suatu keharusan bagiiperusahaan yang sudah go public untuk menyesuaikan dengan IFRS bagi pelaporaninformasi keuangannya dan profesi Institute Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dengansendirinya harus meng upgrade keilmuan mereka agar dapat menyusun laporan auditanyang sesuai dengan Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS), disinilah letakkesenjangan yang begitu terlihat sekali bahwa proporsi perusahaan yang sudah gopublic dengan dengan yang belum go public lebih banyak yang belum go publicnyadengan demikian hanya sebagian kecil saja perusahaan yang sudah siap unuk dirujukoleh investor local maupun asing untuk dijadikan portfolio investasi mereka. Padahalrealitasnya perusahaan-perusahaan yang belum go public adalah perusahaan-perusahaan besar, namun demikian mereka lebih memilih tidak go public hanya semata-mata tidak hanya kalkulasi usaha, melainkan rumit dan ribetnya proses penyiapaninformasi keuangan yang harus sesuai dengan IFRS.Labih fatal lagi dunia pendidikan di Indonesia yang belum intens mengkaji IFRS sebagaibagian kurikulum pada program studi akuntansinya, dengan sekali lagi terkendaladengan sumber daya manusia atau tenaga-tenag dosen yang kapabel dan mumpuniterhadap IFRS. Persoaln pokok adalah kendaa biaya, padahal untuk mendapatkanketrampilan dan keahlian IFRS dibutuhkan biaya tidak sedikit untuk ikut berbagai evenpelatihan-pelatihan resmi baik yang diadakan IAPI maupun perguruan-perguruan tinggi

  • Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra No. 37 / Th XX / April 2013

    *Makalah disampaikan pada Seminar dalam rangka Dies Natalis Ke 14 Akademi Akuntansi Effendi Harahap tanggal 11 April2013

    baik negri maupun swasta di seluruh Indonesia. Kendala pendanaan tampaknya kanmenjadi masalah klasik, sehingga akan berdampak pada kualitas lulusan yang dihasilkanyang tidak memenuhi permintaan pasar.Perihal adopsi IFRS di Negara maju seperti UNi Eropa yang sudah mewajibkan Negaraanggotanya mengadopsi IFRS secara penuh di tahun 2005. Adapun di Negaraberkembang seperti Indonesia belum bisa dilakukan adopsi secara penuh, melainkankonvergensi IFRS secara bertahap hal ini disebabkan factor kualitas regulator Lokal(Aria Farahmita).Pada era ini kita sebut saja era konvergensi IFRS, nah kalau demikian apa beda IFRS danIAS dan US GAAP itu sendiri, mari kita cermati dengan seksama bahwa US GAAP ituadalah standar akuntansi keuangan di Amerika yang dihimpun dan diterbitkan olehAICPA dan pada akhir-akhir ini kredibilitasnya mulai diragukan oleh masyarakatinternasional, memangnya ada apa, mungkin masih segar ingatan kita tentang kasus-kasus yang cukup menghebohkan kita sebut saja kasus Enron dan Word.com yangdianggap bahwa standar akuntansi Amerika tidak mampu membentengi skandal-skandaltersebut yang menyebabkan pula akuntan public kelas dunia Arthur Andersendibekukan oleh SEC Amerika.Memangnya apa bedanya dengan IAS dan IFRS itu sendiri? Nah ini yang perlu mendapatperhatian bahwa IFRS itu dihasilkan oleh suatu lembaga Independen yang berkantorpusat di London, yang anggotanya tersebar di berbagai Negara yang pengaruh kekuatanpolitik dalam penyusunan standar dapat diminimalkan. Lembaga ini atau badan inidikenal dengan Badan Standar Akuntansi Internasional (International AccountingStandard Boards atau IASB) yang dalam penyusunan IFRS adalah dengan menghimpunhasil-hasil penelitian comprehensive, komentar-komentar, makalah-makalah diskusimaupun exposure draft dari seluruh dunia sehingga standar yang dihasilkanmencerminkan kebutuhan glogal dari pada sekedar memenuhi kebutuhan Negaratertentu.IFRS lebih menekankan principle based dari pada rule based sehingga pengaturannyalebih sederhana ketimbang standar pelaporan keungan produk US GAAP yang lebihterperinci dan rumit. Disamping juga IFRS mensyaratkan pengungkapan penuh (fulldisclosure) yang lebih detail dan terperinci sehingga sangat membantu user laporankeuangan dalam mendapatkan informasi yang relevan untuk pengambilan keputusanportofolio investasinya.Nah kalau begitu apa pula bedanya dengan IAS (interntional Accounting standard)? Satupertanyaan yang bagus untuk dicermati, IAS dihimpun dan dihasilkan oleh Badan Komitestandar Akuntansi Internasional (International Accounting Standard Committee Board(IASC Board) yang secara khusus telah digantikan oleh Badan Standar AkuntansiInternasional atau International Accounting Standard Boards (IASB)

  • Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra No. 37 / Th XX / April 2013

    *Makalah disampaikan pada Seminar dalam rangka Dies Natalis Ke 14 Akademi Akuntansi Effendi Harahap tanggal 11 April2013

    Namun demikian keduanya baik IASC Board dan IASB ada perbedaannya terutamadalam beberapa lingkup:- tidak seperti halnya IASC Board, maka IASB tidak memiliki hubungan khusus dengan

    profesi akuntansi internasional. Melainkan IASB dibentuk berdasarkan grup-grupkepercayaan (trustees) dan fungsional dari berbagai belahan dunia yang tidak terikatdengan profesi akuntansi.

    - tidak sperti anggota IASC Board, maka keanggotaan IASB adalah perorangan yangditunjuk berdasar keahlian teknis, latar belakang pengalaman dan bukan merupakanorganisasi khusus akuntansi.

    - tidak seperti IASC Board yang hanya ketemu empat kali dalam setahun, maka IASBbiasanya bertemu setaip bulan. Dan lebih lanjut tenaga staf teknis dan komersiallebih banyak ketimbang IASC Board, namun kantor pusat keduanya sama-sama diLondon. Dan nama organisasi yang mencakup baik IASB dan anggota kepercayaannyaadalah Yayasan Komite Standar Akuntansi Internasional (International AccountingStandard Committee Foundation yang tertera dalam anggaran dasarnya sebagaiberikut:

    (a) To develop, in the public interest, a single set of high-quality, understandable, andenforceable global accounting standard that require high-quality, transparent, andcomparable information in financial statements and other financial reporting tohelp in the various capital markets of the world and other usersof the informationto make economic decisions

    (b) To promote the use and rigorous applications of the standard; and(c) In fulfilling the objectives associated with (a) an (b), to take account of, as

    appropriate, the special needs of small and medium-sized entities and emergingeconomies; and

    (d) To bring about convergence of national accounting standards and InternationalFinancial Reporting Standards to high-quality solutions.

    Sumber: Abbas Ali Mirza et all, 2008Setelah mengetahui siapa yang menyusun dan menyiapkan IFRS dan IAS, maka perlu jugamengetahui Negara-negara mana saja yang telah mengadopsi secara penuh maupun Negara-negara yang melakukan konvergensi IFRS secara bertahap, diantaranya:Negara di Benua Afrika: Bostwana, Egypt, Ghana, Kenya, Malawi, Mauritius, Mozambique,Namibia, South Africa, TanzaniaNegara di Benua Amerika: Bahamas, Barbados, Brazil (2010), Canada (2011), Chile (2009), CostaRica, Dominican Republic, Ecuador, Guatemala, Guyana, Ha iti, Honduras, Jamaica, Nicaragua,Panama, Peru, Trinidad dan Tobago, Uruguay, Venezuela, United States (2008)

  • Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra No. 37 / Th XX / April 2013

    *Makalah disampaikan pada Seminar dalam rangka Dies Natalis Ke 14 Akademi Akuntansi Effendi Harahap tanggal 11 April2013

    Negara di Asia: Armenia, Bahrain, Bangladesh, Georgia, Hongkong, India (2011), Israel, Jordan,Kazakhstan, Kuwait, Kyrgystan, Lebanon, Nepal, Oman, Philippine, Qatar, Singapore, SouthKorea (2011), Sri Lanka (2011), Tajikistan, United Arab Emirates, China, JapanNegara di Benua Eropa: Austria, Belarus, Belgium, Germany, Greece, Hungary, Iceland, Bosniadan Herzegovina, Bulgaria, Croatio, Cyprus, Czech Republic, Denmark, Estonia, Finland,France,Ireland, Italy, Latvia, Liechtenstein, Lithuania, Luxembourg, Macedonia, Malta,Montenegro, Netherlands, Norway, Poland, Portugal, Romania, Russia, Serbia, Slovakia,Slovenia, Spain, Sweden, Turkey, Ukraine, United Kingdom, Azerbaijan,Estonia,Moldova,Tajikistan, Turkmenistan,UzbekistanNegara di Oceania: Australia, Fiji, New Zealand, Papua New GuineaSumber: IFRS Practical Implementation Guide and Workbook 2nd Edition (Abbas Ali Mirza; Magnus Orrell and Graham J. Holt.

    Adapun Negara-negara di luar tersebut diatas diatas adalah masih dalam rangka menyesuaikanke IFRS secara bertahap (konvergensi IFRS) termasuk Indonesia. Indonesia melakukanpenyesuaian bertahap (konvergensi IFRS) dikarenakan belum siapnya regulasi maupun praktekusaha di Indonesia.Bagaimana pula dengan Indonesia? Konvergensi IFRS yang dilakukan oleh Indonesia sudahhampir merampungkan semua, hanya ada beberapa standar akuntansi keuangan saja yangbelum, hal ini dikarenakan IFRS maupun IAS hingga makalah ini dibuatpun baru pada bilangan13 IFRS dan 41 IAS bersama interpretasinya. Untuk IFRS Dewan Standar Akuntansi barumenyesuaikan 8 IFRS dan 40 IAS. Sedang untuk akuntansi syariah telah dikeluarkan PSAK 59(Akuntansi Perbankan Syariah), PSAK 101 (Penyajian Laporan Keuangan Syariah), PSAK 102(Akuntansi Murabahah), PSAK 103 (Akuntansi Salam), PSAK 104 (Akuntansi Istisna), PSAK 105(Akuntansi Mudharobah), PSAK 106 (Akuntansi Musyarokah), PSAK 107 (Akuntansi Ijarah), PSAK108 (Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah), dan PSAK 109 (Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah)Dari paparan diatas jelaslah bahwa dari PSAK 59 dan dari PSAK 101 hingga 109 tersebut diatasbukanlah mendasarkan pada IFRS maupun IAS, hal tersebut semata adalah pengembangansendiri dari Dewan Standar Akuntansi Syariah untuk memenuhi kebutuhan dengan semakintumbuh dan berkembangnya usaha syariah di Indonesia.Sinkronisasi PSAK dengan IFRS dan IAS yang telah dikeluarkan oleh Dewan standar Akuntansi(Indonesia) dengan yang telah dikeluarkan oleh International Accounting Standad Board (IASB)dan International Accounting Standard Committee (IASC). IASC sendiri mengeluarkan 41standar yang dikenal dengan IAS dan ada beberapa standar yang dicabut yaitu standar IAS 3,4,5,6,9,13,15,22,25,30,dan 35. Sementara itu Dewan Standar Akuntansi (DSA) Indonesia telah

  • Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra No. 37 / Th XX / April 2013

    *Makalah disampaikan pada Seminar dalam rangka Dies Natalis Ke 14 Akademi Akuntansi Effendi Harahap tanggal 11 April2013

    mengeluarkan 64 PSAK dan telah mengeluarkan Pencabutan PSAK (PPSAK) yang terdiri 11PPSAK yaitu sebagai berikut:PPSAK 1 : Pencabutan PSAK 32 (Akuntansi Pengusahaan Hutan),35 (Akuntansi Pendapatan JasaTelekomunikasi) dan 37 (Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol)PPSAK 2 : Pencabutan PSAK 41(Akuntansi Waran) dan 43 (Akuntansi Anjak Piutang)PPSAK 3 : Pencabutan PSAK 54 (Akuntansi Restrukturisasi Utang piutang Bermasalah)PPSAK 4 : Pencabutan PSAK 31 (Akuntansi Perbankan), 42 (Akuntansi Perusahaan Efek) dan 49(Akuntansi Perusahaan Reksa Dana)PPSAK 5 : Pencabutan ISAK 6 (Interpretasi atas paragraph 12 dan 16 PSAK 55 (1999) tentangInstrumen Derivatif Melekat pada Kontrak dalam Mata Uang AsingPPSAK 6 : Pencabutan PSAK 21 (Akuntansi Ekuitas), ISAK 1 (Interpretasi atas Paragraf 23 PSAK21 tentang Penentuan Harga Pasar Dividen Saham), ISAK 2 (Intrerpretasi atas Penyajian PiutangPada Pemesan Saham) dan ISAK 3 (Interpretasi tentang Perlakuan Akuntansi atas PemberianSumbangan atau Bantuan)PPSAK 7 : Pencabutan PSAK 44 (Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estate)PPSAK 8 : Pencabutan PSAK 27 (Akuntansi Perkoperasian)PPSAK 9 : Pencabutan ISAK 5 (Interpretasi atas Paragraf 14 PSAK 50 (1998) tentang PelaporanPerubahan Nilai Wajar Investasi Efek dalam Kelompok Tersedia untuk Dijual)PPSAK 10: Pencabutan PSAK 51 (Akuntansi Kuasi-ReorganisasiPPSAK 11: Pencabutan PSAK 39 (Akuntansi Kerjasama Operasi)Sumber: Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan (Ng Eng Juan dan Ersa Tri Wahyuni) Penerbit: Salemba Empat

  • Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra No. 37 / Th XX / April 2013

    *Makalah disampaikan pada Seminar dalam rangka Dies Natalis Ke 14 Akademi Akuntansi Effendi Harahap tanggal 11 April2013

    Adapun padanan penyebutan nomor PSAK dengan IFRS dan PSAK dengan IAS dapatdigambarkan sebagai berikut:

    IFRS 1 ? First-time-adoption of IFRSIFRS 2 PSAK 53 Share-Based PaymentIFRS 3 PSAK 22 Business CombinationsIFRS 4 PSAK 62 Insurance ContractsIFRS 5 PSAK 58 Noncurrent Assets Held for Sale and Discontinued OperationsIFRS 6 PSAK 64 Exploration for and Evaluation of Mineral ResourcesIFRS 7 PSAK 60 Financial Instrument: DisclosuresIFRS 8 PSAK 5 Operating SegmentIFRS 9 ? Financial Instrument: Classification and Measurement of financial asset/financial liabilitiesIFRS 10 ? Consolidated Financial StatementsIFRS 11 ? Joint ArrangementsIFRS 12 ? Disclosures of Interest in Other EntitiesIFRS 13 ? Fair Value Measurement

    IAS 1 PSAK 1 Penyajian Laporan KeuanganIAS 2 PSAK 14 PersediaanIAS 7 PSAK 2 Laporan Arus KasIAS 8 PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan KoreksiKesalahanIAS 10 PSAK 8 Peristiwa Setelah Periode PelaporanIAS 11 PSAK 34 Kontrak KonstruksiIAS 12 PSAK 46 Pajak PenghasilanIAS 14 ? Laporan SegmentIAS 16 PSAK 16 Aset TetapIAS 17 PSAK 30 SewaIAS 18 PSAK 23 PendapatanIAS 19 PSAK 24 Imbalan KerjaIAS 20 PSAK 61 Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan PemerintahIAS 21 PSAK 10 Pengaruh Perubahan Kurs Valuta AsingIAS 23 PSAK 26 Biaya PinjamanIAS 24 PSAK 7 Pengungkapan Pihak-Pihak BerelasiIAS 26 PSAK 18 Akuntansi dan Pelaporan Manfaat PurnakaryaIAS 27 PSAK 4 Laporan Konsolidasian dan Laporan Keuangan TersendiriIAS 28 PSAK 15 Investasi Pada Entitas AsosiasiIAS 29 PSAK 63 Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi HiperinflasiIAS 31 PSAK 12 Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama

  • Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra No. 37 / Th XX / April 2013

    *Makalah disampaikan pada Seminar dalam rangka Dies Natalis Ke 14 Akademi Akuntansi Effendi Harahap tanggal 11 April2013

    IAS 32 PSAK 50 Instrumen Keuangan: PenyajianIAS 33 PSAK 56 Laba Per SahamIAS 34 PSAK 3 Laporan Keuangan InterimIAS 36 PSAK 48 Penurunan Nilai AsetIAS 37 PSAK 57 Provisi, Liabilitas Kontijensi. Dan Aset KontijensiIAS 38 PSAK 19 Aset Tak BerwujudIAS 39 PSAK 55 IFRS 9 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan PengukuranIAS 40 PSAK 13 Properti InvestasiIAS 41 ? Agriculture

    Dari paparan diatas jelaslah bahwa ada keuntungan tersendiri bagi Negara-negara yang baikmengadopsi penuh atau konvergensi IFRS secara bertahap yaitu diantaranya suatu entitasusaha dapat menyajikan laporan keuangan dengan dasar yang sama dan membuatperbandingan lebih mudah, disamping itu entitas induk dan anak di Negara-negara yangmemerlukan atau mengizinkan IFRS mungkin dapat menggunakan salah satu bahasa dimanaperusahaan atau entitas anak berada. Lebih lanjut keuntungan yang lain adalah untukmeningkatkan modal di luar negri. Namun demikian ada juga kekurangannya yang dirasakanadalah bahwa biaya untuk mengadopsi IFRS tersebut bisa jadi sangat mahal dan tidaksebanding dengan manfaat yang didapatnya. Benefit lain yang dapat diambial oleh profesilainnya seperti aktuaris dan appraiser (penilai) semakin meningkat, hal ini dikarenakan dalamIFRS menganut prisip nilai wajar (fair value) yang mengharuskan dilakukannya penilain kembalisetaiap akhir periode pelaporan terhadap asset yang dimilikinya, begitupun terhadap profesiaktuaris akan semakin meningkat perannya seiring dengan pemberlakuan PSAK 24 atau IAS 19,dalam arti setiap perusahaan khususnya yang sudah listing di bursa efek Indonesia harusmemperhitungkan seberapa beban dan kewajiban atas imbalan kerja bagi karyawan yangbekerja di perushaan tersebut, pemberlakuan PSAK 24 tersebut justru salah satu bentukperlindungan bagi karyawan akan hak-haknya secara pasti, hal ini dikarenakan perusahaan akanmendisclose seberapa besar kewajiban perusahaan terhadap karyawannya, dan ini ditampilkandalam laporan keuangan sehingga memiliki kekuatan hukum manakala dikemudian hariperusahaan melakukan wan prestasi terhadap karyawannya.Pada paparan terakhir semua yang tertulis diatas adalah untuk keperluan perusahaan-perusahaan yang sudah listing di Bursa Efek Indonesia, artinya bagi perusahaan public (terbukaatau Tbk) semua ketentuan PSAK yang telah disebut diatas wajib diikuti dan dilaksanakan.Dalam hal ini Bapepam selaku Otorita yang berwewenang di Pasar Modal senantiasa akanmemonitor dan menindak lanjuti setiap pelanggaran atau ketidak patuhan emiten dalamrangka menjalankan PSAK-PSAK yang sesuai dengan IFRS maun IAS.

  • Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra No. 37 / Th XX / April 2013

    *Makalah disampaikan pada Seminar dalam rangka Dies Natalis Ke 14 Akademi Akuntansi Effendi Harahap tanggal 11 April2013

    Ada satu lagi konvergensi IFRS untuk perusahaan-perusahaan kecil menengah (IFRS for SmallMedium Enterprises) yang tampak pda PSAK ETAP (PSAK Entitas Tanpa Akuntabilitas PUblik)yang berlaku efektif pada 1 januari 2011.Dalam perjalanannya penerapan PSAK-PSAK hasil konvergensi IFRS maupun IAS masih banyakkendala dalam pemahaman maupun pelaksanaan di lapangan, fakta masih banyak perusahaanyang belum paham akan penerapan PSAK-PSAK tersebut diatas, bahkan dari profesi auditor punmasih banyak yang belum menerapkan atau menjalankan ketentuan PSAK-PSAK tersebutdiatas, namun demikian pemahaman sebagian masyarakat pelaku usaha dan profesi sudah adaistilah SAK besar dan SAK ETAP. Pembedaan istilah tersebut adalah untuk menegaskan bahwaSAK besar diberlakukan dan diwajibkan bagi perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesiaalias bagi perusahaan terbuka, sedang SAK ETAP adalah sebutan untuk perusahaan-perusahaannon terbuka (Tbk). Ada satu pertanyaan boleh tidak perusahaan-perusahaan non Tbkmenggunakan SAK besar tersebut? Secara prinsip bahwa SAK besar hanya diwajibkan untukperusahaan-perusahaan terbuka (Tbk) namun bila ada perusahaan non Tbk yang berkehendakmenerapkan SAK besar dalam pelaporan keuangannya, tidak dilarang namun dengan catatanharus dilakukan secara konsisten dan tidak diperkenankan berubah-ubah terus artinya tahunbuku sekarang pakai SAK Besar dan tahun buku berikutnya pakai SAK ETAP dan berikutnyaberubah lagi ke SAK Besar, ini yang dilarang.Oleh karena itu langkah yang baik bagi perusahaan-perusahaan yang non Tbk apakah akanmemilih SAK Besar atau SAK ETAP sebaiknya perlu ditimbang-timbang terlebih dahulu apakahperusahaan dikemudaian hari ada rencana mau go public tidak, bila ya maka sebaiknya darisekarang dikondisikan secara bertahap menggunakan SAK Besar, sehingga pada saatnya nantiperusahaan sudah siap dan tidak memerlukan penyesuaian ataupun persiapan yang lama.Namun demikian bila dikemudaian hari perusahaan tidak ada rencana go public sama sekali,sebaiknya menggunakan SAK ETAP saja, hal ini disamping lebih sederhana juga cost nya jugarendah.Satu catatan penting yang harus diperhatikan dan merupakan tantangan bagi dunia pendidikankita, sekaligus bagi profesi akuntansi, aktuaris dan appraiser serta profesi lainnya, agar lebihmeningkatan kualitas knowledge atas PSAK-PSAK hasil konvergensi terhadap IFRS maupun IAS,lebih khusus lagi bagi dunia usaha atau perusahaan-perusahaan non public (non Tbk) agarbetul-betul melakukan upaya maksimal dengan cara mengikut sertakan stafnya untukmengikuti pelatihan-pelatihan yang dilakukan bail oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)maupun yang diselenggararakan oleh perguruan Tinggi Negri maupun Swasta berkaitan dengantopic-topik IFRS maupun IAS, sudah tentu dengan harapan agar dalam proses penyusunanlaporan keuangannya betul-betul sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang

  • Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra No. 37 / Th XX / April 2013

    *Makalah disampaikan pada Seminar dalam rangka Dies Natalis Ke 14 Akademi Akuntansi Effendi Harahap tanggal 11 April2013

    seharusnya, dan bagi mahasiswa inilah moment yang baik untuk mempersiapkan diri terhadappasar yang jelas-jelas harus mengusai IFRS maupun IAS

    Referensi:Abbas Ali Mirza, Magnus Orrell, Graham J. Holt, IFRS Practical Implementation Guide and Workbook, Wiley 2008Aria Farahmita http://sna.akuntansi.unikal.ac.id/makalah/022-AKPM-32.pdf

    Ng Eng Juan, Ersa Tri Wahyuni, Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat 2012