33764525 perubahan sistem endokrin pada lansia
DESCRIPTION
sistem endokrinTRANSCRIPT
Anatomi System Endokrin
Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi
tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan
karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang
mempunyai asal dari saraf (neural).
Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian
diambil alih oleh sistem saraf.
Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Organ-organ yang berperan dalam sistem endokrin adalah :
1. Hipotalamus
2. Kelenjar hipofisis
3. Kelenjar tiroid
4. Kelenjar paratiroid
5. Pankreas
6. Kelenjar adrenal
7. Gonad (testis dan ovarium)
Struktur Sistem Endokrin :
Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya kedalam duktus pada permukaan tubuh,
sepertikulit, atau organ internal, seperti lapisan traktusintestinal.
Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas(kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara, dan
kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin melepaskan sekresinya
langsung ke dalam darah .
Perubahan System Endokrin pada Lansia
1. Produksi hampir semua hormon menurun
2. Penurunan kemampuan mendeteksi stres
3. Konsentrasi glukosa darah meningkat dan tetap naik lebih lama dibandingkan dengan
orang yang lebih muda
4. Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah
5. Penurunan kadar esterogen dan peningkatan kadar follicle stimulating hormone
selama menopause,yang menyebabkan thrombosis dan osteoporosis
6. Penurunan kadar progesterone
7. Penurunan kadar aldosteron serum sebanyak 50%
8. Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%
Gangguan System Endokrin pada Lansia
1. Diabetes Melitus
Suatu penyakit kekurangan atau resistensi insulin yang kronis.Diabetes mellitus
ditandai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,protein,dan lemak.Peranan
insulin di tubuh adalah untuk mengangkut glukosa ke dalam sel untuk bahan bakar
atau simpanan glikogen.Karena insiden DM meningkat seiring pertambahan
usia,professional perawatan kesehatan yang merawat lansia harus memiliki
pemahaman yang lengkap mengenai penyakit ini.
Diabetes terbagi dalam 2 bentuk :
1) Diabetes tipe 1 : yang tergantung pada insulin
2) Diabetes tipe 2 : yang tidak tergantung pada insulin.pada lansia diabetes tipe 2
terhitung sebanyak 90% kasus.
Diabetes Melitus tipe 2
Seiring pertambahan usia,sel-sel tubuh menjadi lebih resisten terhadap insulin,yang
mengurangi kemapuan lansia untuk memetabolisme glukosa.Selain itu pelepasan
insulin dari sel beta pancreas berkurang dan melambat.Hasil dari kombinasi proses ini
adalah hiperglikemia.Pada lansia konsentrasi glukosa yang mendadak dapat
meningkatkan dan lebih memperpanjang hiperglikemia.
1) Tanda dan gejala
Penurunan berat badan dan kelelahan (tanda dan gejala klasik pada
lansia)
Kehilangan selera makan
Penurunan penglihatan
Retinopati atau pembentukan katarak
Catatan : lansia mungkin tidak mengalami polidipsi karena mekanisme
haus lansia kurang efektip
2) Pemeriksaan dianostik
Kadar glukosa serum puasa dan pemeriksaan toleransi glukosa
memberikan diagnosis definif diabetes
Diagnosis dibuat setelah satu dari tiga criteria :
o Konsentrasi glukosa plasma acak 200mg/dl atau lebih tinggi
o Konsentrasi glukosa darah puasa 126mg/dl atau lebih tinggi
o Kadar glukosa darah puasa setelah asupan glukosa peroral
200mg/dl atau lebih
3) Komplikasi
Hipoglikemi
Ketoasidosis diabetic,yang ditandai dengan hiperglikemia berat
merupakan kondisi tang mengancam jiwa.
Neuropati perifer biasa terjadi pada tangan dan kaki
4) Penatalaksanaan
Pasien yang menderita diabetes tipe 1 membutuhkan penggantian
insulin dan pemantauan kadar glukosa serum dan diet erta regimen
latihan yang ketat
Pasien penderita diabetes tipe 2 dapat memerlukan obat antidiabetik
oral untuk merangsang produksi insulin endogen,meningkatkan
sensitifitas insulin tingkat seluler,menekan glukoneogenesis hepatik
dan memperlambat absorpsi karbohodrat di GI.
Ahli gizi dapat menyusun diet khusus untuk memenuhi kebutuhan gizi
pasien.
Olahraga merupakan sarana penting dalam menangani diabetes tipe
2.Aktivitas fisik meningkatkan sensitivitas insulin,memperbaiki
toleransi glukosa dan meningkatkan pengendalian berat badan.
5) Diagnose keperawatan
Resiko cedera berhubugan dengan komplikasi diabetes
Intervensi
o Berikan insulin atau obat diabetic sesuai resep
o Jika regimen terapi telah ditetapkan,pantau kadar glukosa
serum atau Hamoglobin terglikosilasi setiap 6 sampai 8 minggu
o Pantau apakah ada komplikasi akut terapi diabetic
o Perhatikan apakah ada tanda-tanda neuropati diabetic
o Perhatikan apakah ada tanda-tanda infeksi
Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan Diabetes mellitus dan
regimen pengobatan yang kompleks
Intevensi :
o Bantu pasien mengembangkan strategi koping yang baru
o Rujuk pasien dan anggota keluarga untuk konseling
o Dorong pasien mengungkapkan perasaannya mengani diabetes
dan eeknya pada gaya hidup dan harapan hidup pasien
o Berikan perawatan kulit yang seksama
6) Penyuluhan
Ajarkan pasien mengenai proses penyakit dan tekankan pentingnya
mengikuti rencana terapi yang diprogramkan
Dorong pasien untuk mengikuti semua pertemuan dengan dokter dan
pemeriksaan laboratorium serta mempertahankan catatan hasil glukosa
darah normal
Mendorong kepatuhan perubahan gaya hidup yang diperlukan
Instruksikan perawatan kaki pada pasien
2. Menopause
Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang
biasanya terjadi diatas usia 40 tahun. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari
siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon Estrogen yang
dihasilkan Ovarium (indung telur ). Seorang wanita dikatakan mengalami menopause
bila siklus menstruasinya telah berhenti selama 12 bulan.
Hal ini disebabkan karena pertambahan usia sehingga ovarium menjadi kurang
tanggap terhadap rangsangan LH dan FSH yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa.
Akibatnya ovarium melepaskan lebih sedikit estrogen dan progesteron, dan pada
akhirnya proses ovulasi terhenti
1) Menopause dibagi menjadi 2, yaitu :
Menopause dini
Menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun
Menopause buatan
Merupakan akibat dari campur tangan medis yang menyebabkan
berkurangnya atau berhentinya pelepasan hormon oleh ovarium.
2) Etiologi menopause
Alami : semakin tua, folikel wanita makin resisten terhadap stimulasi
hormon gonadotropin dan reaksi umpan balik negatif terhadap
hipotalamus. Akibatnya FSH dan LH di darah akan naik dan
berakibat stimulasi stromal terhadap ovarium. Kadar estrogen dan
progesteron pun menurun. Akhirnya terjadi feedback negatif dengan
peningkatan FSH dari kalenjar hipofise. Tubuh pun bereaksi dengan
menopause
Buatan: Akibat tindakan bedah (surgical menopause) atau
pengobatan kanker (medical menopause) Sehingga perlu dilakukan
operasi pengangkatan indung telur/ ovarium
3) Gejala-gejala menopause
Hot flashes
Merupakan perasaan panas yang muncul sebentar dan membuat
wajah serta leher memerah. Selain itu, bisa juga menyebakan
munculnya bintik merah di dada, punggung dan lengan. Kondisi ini
kemungkinan diikuti oleh keringat dan perasaan dingin
Vagina menjadi kering
Gejala psikis dan emosional
Pusing, kesemutan, dan jantung berdebar
Hilangnya kendali terhadap kandung kemih
Peradangan kandung kemih atau vagina
Penyakit jantung dan pembuluh darah
4) Patofisiologi
Pramenopause : Kekacauan siklus haid, perubahan psikologis/
kejiwaan, perubahan fisik, pendarahan memanjang dan relatif banyak,
terkadang disertai nyeri haid (dismenorea), usia antara 48-55 tahun,
berlangsung selama 4-5 tahun.
Perimenopause : Merupakan masa peralihan dengan siklus haid yang
tidak teratur, mulai mengalami keluhan klimaterik, kadar FSH, LH,
dan estrogen bervariasi, kadar progesteron rendah.
Menopause : Haid berhenti, kadar estrogen berkurang, perubahan serta
keluhan psikologik dan fisik makin menonjol, usia antara 56-60 tahun,
berlangsung 3-4 tahun.
o Pascamenopause : Adaptasi perubahan psikologik dan fisik,
ovarium sudah tidak berfungsi, hormon gonadotropin
meningkat, keluhan makin berkurang, usia 60-65 tahun.
o Andropause
Istilah andropause yang menimpa pria memang belum
memasyarakat. Bahkan cenderung dianggap mitos. Padahal
seluruh jenis hormone yang menurun itu merupakan kenyataan.
Andropause berbeda dengan menopause. Andropause kadang-
kadang disebut pula dengan istilah “padam” (partial androgen
deficiency in aging male). Maksudnya, hormone reproduksi pria
yang mulai menurun, namun tidak bersifat total.
Tanda-tandanya: mudah berkeringat, merasa panas, gelisah,
susah tidur, takut, cepat depresi, cepat lelah.
5) Penatalaksanaan
Terapi hormon pengganti. Terapi ini bisa meredakan gejala -gejala
menopause.Badan pengawas obat dan makanan Amerika (FDA)
menganjurkan penggunaan produk dosis rendah dan dalam waktu
sesingkat mungkin. Hal ini karena studi telah menemukan bahwa
penggunaan terapi pengganti hormon jangka panjang bisa
meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, pengentalan darah dan
kanker payudara
Pertimbangkan perlu tidaknya terapi hormon dan obat yang diresepkan
lainnya, seperti pil KB dosis rendah pada masa perimenopause,
antidepressant, obat tekanan darah, krim vagina serta terapi lainnya.
penyesuaian gaya hidup, seperti diet, olahraga, tidur dan mengontrol
stres.
Mereka yang mengalami Andropause merasa tidak percaya diri, turunnya motivasi,
menghargai diri sendira, dan ketajaman mental. Mereka pun merasa tenaga dan
kekuatannya berkurang termasuk massa pada ototnya, selain kehilangan bulu-bulu
sexsual ditubuhnya. Hal tersebut di barengi dengan penumpukan lemak di daerah
perut. Minat terhadap seksual ikut menurun, disertai dengan perubahan tingkah laku
maupun aktivitas seksualnya. Dengan sendirinya, kualitas orgasme dan kemampuan
ereksi berkurang pula bersama dengan ejakulasi hingga volumenya menurun