39161413 laporan kasus uci ocu

36
 Laporan Kasus SEORANG LAKI-LAKI BERUSIA 25 TAHUN DATANG DENGAN KELUHAN UTAMA DEMAM SEJAK ± 5 HARI SMRS Oleh: Olivia Citra Utami, S. Ked Lusiya Ningsih, S.Ked Pembimbing: dr. H. Harun Hudari, Sp.PD Oponen Wajib 1. Razi Satriadi 2. Msy. Rulan Adnindya 3. Intan Purnama 4. Hesty Dwi H. 5. Santoso Wibowo 6. Marlinna 7. Indri Widya 8. Eka Asni Oponen Bebas 1. Santoso Wibowo 2. Hesty Dwi Handayani 3. Razi Satriadi 4. Msy Rulan Anandya 5. Intan Purnama 6. Marlina 7. Indri Widyasari 8. Eka Asni Sari 9. Prasbe Agoes 10. Mus Mulyadi DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT DR. MOH. HOESIN PALEMBANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2010

Upload: kabir-muhammad

Post on 13-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    1/36

    Laporan Kasus

    SEORANG LAKI-LAKI BERUSIA 25 TAHUN DATANG DENGAN

    KELUHAN UTAMA DEMAM SEJAK 5 HARI SMRS

    Oleh:

    Olivia Citra Utami, S. Ked

    Lusiya Ningsih, S.Ked

    Pembimbing:

    dr. H. Harun Hudari, Sp.PD

    Oponen Wajib

    1. Razi Satriadi2. Msy. Rulan Adnindya3. Intan Purnama4. Hesty Dwi H.5. Santoso Wibowo6. Marlinna7. Indri Widya8. Eka Asni

    Oponen Bebas

    1. Santoso Wibowo2. Hesty Dwi Handayani3. Razi Satriadi4. Msy Rulan Anandya5. Intan Purnama6. Marlina7. Indri Widyasari8. Eka Asni Sari9. Prasbe Agoes10.Mus Mulyadi

    DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM

    RUMAH SAKIT DR. MOH. HOESIN PALEMBANG

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    2010

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    2/36

    HALAMAN PENGESAHAN

    Laporan Kasus

    Judul:

    SEORANG LAKI-LAKI BERUSIA 25 TAHUN DATANG DENGAN

    KELUHAN UTAMA DEMAM SEJAK 5 HARI SMRS

    Oleh:

    Olivia Citra Utami, S.Ked

    Lusiya Ningsih, S.Ked

    telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti

    kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

    Universitas Sriwijaya / Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang

    periode 5 April-7 Juni 2010.

    Palembang, 13 April 2010

    Menyetujui,

    Dosen Pembimbing

    dr. H. Harun Hudari, Sp.PD

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    3/36

    KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

    rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul

    Seorang laki-laki usia 25 tahun datang dengan keluhan utama demam sejak 5

    hari SMRS.

    Di kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada dr. H. Harun Hudari, Sp.PD selakupembimbing yang telah

    membantu penyelesaian laporan kasus ini.

    Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para residen, teman-teman,

    dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus ini.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini

    masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran

    dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

    Demikianlah penulisan laporan kasus ini, semoga bermanfaat.

    Palembang, April 2010

    Penulis

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    4/36

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Demam Dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (Dengue

    haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

    dengue. Manifestasi klinisnya berupa demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang

    disertai leukopeni, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik.

    Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi

    (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom

    renjatan dengue (dengue shock syndrome) merupakan suatu derajat akhir dari

    demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.

    Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik

    Barat dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di

    seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per

    100.000 penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah meningkat tajam saat kejadian

    luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk hingga tahun 1998, sedangkan

    mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.

    Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus

    Aedes (terutama A. Aegypti dan A. Albopictus). Peningkatan kasus setiap

    tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat

    perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi,

    kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya).1

    Sejauh ini, belum ditemukan adanya terapi spesifik untuk pengobatan

    demam dengue. Obat-obatan antiviral yang adekuat belum ada. Prinsip utama

    pengobatan bersifat simptomatik dan suportif. Pemeliharaan volume cairan

    sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus

    DBD.2

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    5/36

    Berikut ini disajikan suatu kasus demam berdarah dengue. Oleh karena

    masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas yang ditimbulkan oleh penyakit

    ini khususnya di negara berkembang seperti Indonenesia, maka pengetahuan yang

    baik mengenai penyakit ini dan penatalaksanaannya diperlukan dikalangan tenaga

    medis. Semoga penyajian kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan

    menambah wawasan pengetahuan

    Gambar Distribusi Geografis Dengue dan Aedes Aegypti

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    6/36

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    IDENTIFIKASI

    Nama : Tn. D.W

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Usia : 25 tahun

    Alamat : Sungai Rebu, Mariana, Plaju

    Pekerjaan : Tukang las besiStatus : Belum menikah

    Agama : Islam

    MRS : 05 April 2010

    Tanggal Pemeriksaan : 08 April 2010

    ANAMNESIS

    Keluhan Utama :

    Demam tinggi sejak 5 hari SMRS

    Keluhan Tambahan:

    Mual muntah sejak 1 hari SMRS

    Riwayat Perjalanan Penyakit :

    Sejak 5 hari SMRS, os mengeluh demam tinggi, demam terus menerus,

    demam kadang disertai menggigil, berkeringat sesudah menggigil ada, badan

    terasa lemah, badan terasa pegal-pegal ada, ngilu-ngilu pada sendi ada, sakit

    kepala ada, nyeri belakang bola mata tidak ada, mimisan tidak ada, gusi berdarah

    tidak ada, bintik-bintik merah di badan tidak ada, mual ada, muntah ada, berisi

    makanan yang dimakan, frekuensi 1 x, banyaknya gelas belimbing, nafsu

    makan berkurang ada, BAB dan BAK biasa. Os lalu berobat ke dokter dan diberi

    tiga macam obat berupa tablet (os tidak ingat nama obatnya). Os minum obat

    tersebut selama tiga hari, demam sempat turun namun badan masih lemas.

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    7/36

    Sejak 1 hari SMRS, os mengeluh demam muncul kembali setelah obat

    habis, badan terasa lemah, badan terasa pegal-pegal dan nyeri ada, sakit kepala

    ada, nyeri belakang bola mata tidak ada, mimisan tidak ada, gusi berdarah tidak

    ada, bintik-bintik merah di badan tidak ada, mual ada, muntah ada, frekuensi 1-2

    kali, banyaknya gelas belimbing, nafsu makan masih berkurang, nyeri ulu

    hati ada, BAB dan BAK biasa. Os lalu berobat ke RS Sungai Kundur dan dirawat.

    Os kemudian dirujuk ke RSMH.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat transfusi sebelumnya disangkal Riwayat berpergian ke daerah endemis malaria disangkal Riwayat sakit malaria sebelumnya disangkal

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga ada (bibi os yangtinggal dekat tempat tinggal os).

    PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan Umum

    Keadaan umum : tampak sakit

    Keadaan sakit : sakit sedang

    Kesadaran : compos mentis

    Gizi : cukup

    Dehidrasi : tidak ada

    Tekanan Darah : 110/80 mmHg

    Nadi : 82 x kali per menit, reguler, isi dan tegangan cukup

    Pernafasan : 16 kali per menit, thoracoabdominal

    Suhu : 36,7oC

    Berat badan : 56 kg

    Tinggi badan : 162 cm

    RBW : 92,8 %

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    8/36

    IMT : 21,3

    Keadaan Spesifik

    Kulit

    Warna sawo matang, efloresensi (-), pigmentasi normal, turgor baik, ikterus (-),

    sianosis (-), telapak tangan dan kaki pucat (-), bintik-bintik perdarahan pada kulit

    lengan atas sebelah kanan (+), pertumbuhan rambut normal.

    KGB

    Kelenjar getah bening di submandibula, leher, axila, inguinal tidak teraba.

    Kepala

    Bentuk lonjong, simetris, warna rambut hitam, rambut mudah rontok (-),

    deformitas (-)

    Mata

    Eksophtalmus (-), endophtalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra

    pucat (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya (+), pergerakan mata ke

    segala arah baik, lapangan penglihatan luas.

    Hidung

    Bagian luar hidung tak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan

    baik, selaput lendir dalam batas normal, epistaksis (-).

    Telinga

    Kedua meatus acusticus eksternus normal, pendengaran baik, tophi (-), nyeri tekan

    processus mastoideus (-).

    Mulut

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    9/36

    Pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), lidah kering (-), tepi lidah hiperemis (-),

    lidah tremor (-), atrofi papil(-), stomatitis(-), rhagaden(-), bau pernapasan khas (-).

    Leher

    Pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP (5-2) cmH2O, kaku kuduk(-)

    Dada

    Bentuk dada normal, retraksi (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-),

    petekie (-)

    Paru

    Inspeksi : statis dan dinamis simetris

    Palpasi : stem fremitus kiri = kanan

    Perkusi : sonor di kedua lapangan paru

    Auskultasi : vesikuler (+) normal di kedua lapangan paru, ronkhi (-), wheezing

    (-)

    Jantung

    Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

    Palpasi : ictus cordis tidak teraba

    Perkusi : batas atas ICS II, batas kanan linea sternalis dextra, batas kiri linea

    mid clavicula sinistra

    Auskultasi : HR 82 x/menit, reguler, murmur (-), gallop (-)

    Abdomen

    Inspeksi : datar, venektasi (-)

    Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae,

    lien tidak teraba.

    Perkusi : thympani, nyeri ketok (-)

    Auskultasi : bising usus (+) normal

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    10/36

    Genital

    Tidak dilakukan pemeriksaan

    Ekstremitas

    Ekstremitas atas : gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi

    normal, telapak tangan pucat (-), jari tabuh (-), turgor

    kembali lambat (-), sianosis (-), bintik merah pada lengan

    kanan atas (+)

    Ekstremitas bawah : gerakan bebas, jaringan parut (-), pigmentasi normal,

    telapak kaki pucat (-), jari tabuh (-), turgor kembali

    lambat (-), edema pretibia dan pergelangan kaki (-),

    petekie (-)

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan Hematologi RS Sungai Kundur (dicantumkan dalam surat

    rujukan)

    Hb: 18

    Ht: 49

    Leukosit: 4.100

    Trombosit: 25.000

    Pemeriksaan Hematologi (Tanggal 05-04-2010)

    No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

    1 Hemoglobin 15,2 g/dL 1418 g/dL

    2 Hematokrit 41 vol% 4048 vol%

    3 Leukosit 7.600/mm 5.000-10.000/mm

    4 Laju Endap Darah 8 mm/jam < 10 mm/jam

    5 Trombosit 34.000/mm3 200.000 - 500.000/mm3

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    11/36

    6 Hitung jenis

    Basofil

    Eosinofil Batang Segmen Limfosit Monosit

    00

    2

    71

    24

    3

    0-1 %1-3 %

    2-6 %

    50-70 %

    20-40 %

    2-8 %

    Pemeriksaan Hematologi (Tanggal 06-04-2010)

    No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

    1 Hemoglobin 14,1 g/dL 1418 g/dL

    2 Hematokrit 38 vol% 4048 vol%

    3 Leukosit 8.900/mm 5.000-10.000/mm

    4 Trombosit 23.000/mm 200.000 - 500.000/mm

    6 Malaria (sediaan apus

    dan tetes tebal)

    Tidak ditemukan

    parasit malaria

    Negatif

    Pemeriksaan Kimia Klinik (Tanggal 06-04-2010)

    No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

    1 BSS 105 mg/dL < 120 mg/dL

    2 Ureum 15 mg/dL 15-39 mg/dL

    3 Creatinin 0,9 mg/dL 0,9-1,3 mg/dL

    4 Protein total 6,1 g/dL 6,0-7,8 g/dL

    5 Albumin 3,0 g/dL 3,5-5,0 g/dL

    6 Globulin 3,1 g/dL 3,5-5,0 g/dL

    7 Na 131 mmol/l 135-155 mmol/L

    8 K 4,5 mmol/l 3,5-5,5 mmol/L

    Pemeriksaan Hematologi (Tanggal 07-04-2010)

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    12/36

    No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

    1 Hemoglobin 12,9 g/dL 1418 g/dL2 Hematokrit 36 vol% 4048 vol%

    3 Leukosit 9.200/mm3 5.000-10.000/mm3

    4 Trombosit 35.800/mm 200.000 - 500.000/mm

    5 Prothrombin plasma 14.0 detik 12-18 detik

    6 APTT 24.6 detik 25-35 detik

    7 Fibrinogen 701

    Pemeriksaan Sero Imunologi (Tanggal 07-04-2010)

    No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

    1 Typhi H 1/80 negatif

    2 Para-typhi A-H - negatif

    3 Para-typhi B-H 1/80 negatif

    4 Para-typhi C-H - negatif

    5 Typhi O 1/80 negatif

    6 Para-typhi A-O - negatif

    7 Para-typhi B-O - negatif

    8 Para-typhi C-O 1/80 negatif

    Pemeriksaan Parasitologi (09-04-2010)

    Tidak ditemukan parasit malaria.

    DIAGNOSIS

    Demam Berdarah Dengue grade II dengan perbaikan

    PENATALAKSANAAN

    Non Farmakologis :

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    13/36

    - Istirahat- Diet TKTP

    Farmakologis :

    - IVFD RL gtt xxx/menit- Vit B1B6B12 3 x 1

    PROGNOSIS

    Quo ad vitam : bonam

    Quo ad functionam : bonam

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    14/36

    RESUME

    Seorang laki-laki berumur 25 tahun, bekerja sebagai tukang las besi, datang

    dengan keluhan utama demam tinggi sejak 5 hari SMRS, demam terus-menerus,

    demam kadang disertai menggigil, berkeringat sesudah menggigil ada, badan

    terasa lemah, badan terasa pegal-pegal ada, ngilu-ngilu pada sendi ada, sakit

    kepala ada, , mual ada, muntah ada, berisi makanan yang dimakan, frekuensi 1 x,

    banyaknya gelas belimbing, nafsu makan berkurang ada. Os lalu berobat ke

    dokter dan diberi tiga macam obat berupa tablet (os tidak ingat nama obatnya). Osminum obat tersebut selama tiga hari, demam sempat turun namun badan masih

    lemas. Sejak 1 hari SMRS, os mengeluh demam muncul kembali setelah obat

    habis, badan terasa lemah, badan terasa pegal-pegal dan nyeri ada, sakit kepala

    ada, mual ada, muntah ada, frekuensi 2 kali, banyaknya gelas belimbing,

    nafsu makan masih berkurang, nyeri ulu hati ada. Os lalu berobat ke RS Sungai

    Kundur dan dirawat. Os kemudian dirujuk ke RSMH.

    Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan

    darah 110/80 mmHg, nadi 82 kali per menit, reguler, isi dan tegangan cukup,

    pernafasan 16 kali per menit, suhu 36,7o C, bintik-bintik perdarahan pada kulit

    lengan atas sebelah kanan (+), hepar teraba 2 jari jbac. Pada pemeriksaan

    penunjang hematologi didapatkan hasil hemoglobin 12,9 g/dL, hematokrit 36

    vol%, leukosit 9.200/mm3, trombosit 35.800/mm3. Pemeriksaan Sero Imunologi

    dengan widal test didapatkan titer thypi H 1/80, para-typhi B-H 1/80, thypi O 1/80,

    para-typhi C-O 1/80. Pada pemeriksaan parasitologi, sediaan darah tebal dan tipis

    tidak ditemukan parasit malaria.

    Diagnosis

    Demam Berdarah Dengue grade II dengan perbaikan

    Penatalaksanaan

    Non Farmakologis :

    - Istirahat

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    15/36

    - Diet TKTP

    Farmakologis :

    - IVFD RL gtt xxx/menit- Vit B1B6B12 3 x 1

    Prognosis

    Quo ad vitam : bonam

    Quo ad functionam : bonam

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    16/36

    FOLLOW UP

    Tanggal 8 April 2010

    S Badan masih lemas

    O: Keadaan umum

    Kesadaran

    Tekanan darah

    Nadi

    Pernapasan

    Temperatur

    Mata :

    Leher:

    Paru-paru:

    Jantung :

    Abdomen:

    Extremitas:

    Pemeriksaan

    laboratorium

    Tampak sakit ringan

    Compos mentis

    110/80 mmHg

    82 x/menit

    16 x/ menit

    36,7 0C

    Konjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-,

    Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O

    Vesikuler (+) N, ronkhi (-), wheezing (-)

    HR 82x/ menit, murmur (-), gallop (-)

    Datar, lemas, NT(-), hepar teraba 2 jbac, lien tidak

    teraba, BU(+)N.

    Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah-/-

    , petekie pada lengan kanan atas

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    17/36

    - Vit B1B6B12 3x 1Rencana -

    DDR

    Tanggal 09 April 2010

    S Keluhan (-)

    O: Keadaan umum

    Kesadaran

    Tekanan darah

    Nadi

    Pernapasan

    Temperatur

    Mata :

    Leher:

    Paru-paru:

    Jantung :

    Abdomen:

    Extremitas:

    Pemeriksaan

    parasitologis

    Tampak sakit ringan

    Compos mentis

    120/80 mmHg

    80 x/menit

    16 x/ menit

    36,5 0C

    Konjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-

    Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O

    Vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)

    HR 80x/ menit, murmur (-), gallop (-)

    Datar, lemas, hepar teraba 2 jbac, lien tidak teraba, NT(-

    ), BU(+)N

    Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah-/-

    , petekie di lengan kanan atas

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    18/36

    S Keluhan (-)

    O: Keadaan umumKesadaran

    Tekanan darah

    Nadi

    Pernapasan

    Temperatur

    Mata :

    Leher:

    Paru-paru:

    Jantung :

    Abdomen:

    Extremitas:

    Tampak sakit ringanCompos mentis

    120/70 mmHg

    78 x/menit

    16 x/ menit

    36,6 0C

    Konjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-

    Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O

    Vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)

    HR 78x/ menit, murmur (-), gallop (-)

    Datar, lemas, Hepar teraba 2 jari jbac, lien tidak teraba,

    NT(-), BU(+)N

    Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah-/-

    A Demam berdarah dengue grade II dengan perbaikan

    P - Istirahat- Diet seimbang kalori, karbohidrat, dan protein- IVFD RL gtt xx/menit

    Rencana - Ig-G dan Ig-M terhadap dengue

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    DEFINISI

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    19/36

    Demam Berdarah Dengue (DBD)

    Sebagaimana penyakit pada umumnya, diagnosis DBD juga bertolak dari

    manifestasi klinis yang teramati maupun yang dikeluhkan oleh pasien dibantu

    oleh temuan laboratoris (mulai dari hasil pemeriksaan laboratoris sederhana

    seperti pemeriksaan hitung trombosit darah tepi sampai dengan pemeriksaan

    laboratoris khusus untuk infeksi virus dengue).

    Berdasarkan kriteria WHO 1997, pada kasus DBD harus ditemukan:

    Demam atau riwayat demam akut yang berlangsung selama 2-7 hari,kadang-kadang memiliki pola bifasik.

    Terdapat sekurang-kurangnya salah satu dari manifestasi berikut:- Tourniquet Testyang positif- petechiae, ecchymoses, atau purpura- perdarahan dari mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi),

    saluran pencernaan makanan, atau perdarahan dari tempat lain

    - hematemesis atau melenaTrombositopenia (jumlah trombosit 20% dibandingkan standar sesuai umur danjenis kelamin

    - Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya

    - Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites atauhipoproteinemia.1,2,3

    VIRUS DENGUE

    Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan

    virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses)

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    20/36

    yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan

    mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Flavivirus

    merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai

    tunggal dengan berat molekul 4 x 106.1

    Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe

    yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain

    sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai

    terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue

    dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus

    dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia,

    pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah

    sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang

    tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan

    banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.2

    CARA PENULARAN

    Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi

    virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan

    kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes

    albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga

    menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk

    Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia

    yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur

    berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum

    dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya.

    Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya

    (transovanan transmission), namun perannya dalam penularan virus tidak penting.

    Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk

    tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh

    manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period)

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    21/36

    sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya

    dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia,

    yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.2

    KLASIFIKASI

    Untuk menentukan penatalaksanaan pasien infeksi virus dengue, perlu

    klasifikasi derajat penyakit seperti tertera pada tabel.

    Tabel 1.Klasifikasi derajat penyakit infeksi dengue :1,2,3

    Keterangan ; Uji bendung dilakukan dengan membendung lengan atas

    menggunakan manset pada tekanan sistolik ditambah diastolik dibagi dua

    selama 5 menit. Hasil uji positif bila ditemukan 10 atau lebih petekie per 2,5cm bujursangkar.

    PATOGENESIS

    Virus merupakan mikrooganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel

    hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    22/36

    manusia sebagai pejamu (host) terutama dalam mencukupi kebutuhan akan

    protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan pejamu, bila daya

    tahan baik maka akan terjadi penyembuhan dan timbul antibodi, namun bila daya

    tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat

    menimbulkan kematian. Patogenesis DBD dan SSD (Sindrom syok dengue) masih

    merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada DBD

    dan SSD adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous

    infection) atau hipotesis immune enhancement. Hipotesis ini menyatakan secara

    tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan

    serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar

    untuk menderita DBD/Berat. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan

    mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks

    antigen antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel

    leokosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak

    dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel

    makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai antibodi dependent enhancement (ADE),

    suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam

    sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi

    mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas

    pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.4

    Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis the secondary

    heterologous infection dapat dilihat pada Gambar 1 yang dirumuskan oleh

    Suvatte, tahun 1977. Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang

    berlainan pada seorang pasien, respons antibodi anamnestik yang akan terjadi

    dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit

    dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Disamping itu,

    replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang bertransformasi dengan

    akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan

    terbentuknya virus kompleks antigen-antibodi (virus antibody complex) yang

    selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    23/36

    C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding

    pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang intravaskular ke ruang

    ekstravaskular. Pada pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang

    sampai lebih dari 30 % dan berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma

    ini terbukti dengan adanya, peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar

    natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites). 4

    Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat, akan menyebabkan

    asidosis dan anoksia, yang dapat berakhir fatal; oleh karena itu, pengobatan syok

    sangat penting guna mencegah kematian. Hipotesis kedua, menyatakan bahwa

    virus dengue seperti juga virus binatang lain dapat mengalami perubahan genetik

    akibat tekanan sewaktu virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia

    maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam

    genom virus dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia,

    peningkatan virulensi dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah. Selain

    itu beberapa strain virus mempunyai kemampuan untuk menimbulkan wabah yang

    besar. Kedua hipotesis tersebut didukung oleh data epidemiologis danlaboratoris.4

    Sebagai tanggapan terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen-

    antibodi selain mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi

    trombosit dan mengaktivitasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel

    pembuluh darah (gambar 2). Kedua faktor tersebut akan menyebabkan perdarahan

    pada DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks

    antigen-antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP

    (adenosin di phosphat), sehingga trombosit melekat satu sama iain. Hal ini akan

    menyebabkan trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system)

    sehingga terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan

    pengeluaran platelet faktor III mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif

    (KID = koagulasi intravaskular deseminata), ditandai dengan peningkatan FDP

    (fibrinogen degredation product) sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan.4

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    24/36

    Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit,

    sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi baik.

    Di sisi lain, aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman

    sehingga terjadi aktivasi sistem kinin sehingga memacu peningkatan permeabilitas

    kapiler yang dapat mempercepat terjadinya syok. Jadi, perdarahan masif pada

    DBD diakibatkan oleh trombositpenia, penurunan faktor pembekuan (akibat

    KID), kelainan fungsi trombosit, dankerusakan dinding endotel kapiler. Akhirnya,

    perdarahan akan memperberat syok yang terjadi.4

    MANIFESTASI KLINIS

    Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik, atau

    dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue,

    atau sindrom syok dengue (SSD).

    Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang

    diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak

    demam, akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika mendapat

    pengobatan tidak adekuat.2

    Demam Dengue

    Gejala klasik dari demam dengue ialah gejala demam tinggi mendadak,

    kadang-kadang bifasik (saddle back fever), nyeri kepala berat, nyeri belakang bola

    mata, nyeri otot, tulang, atau sendi, mual, muntah, dan timbulnya ruam. Ruam

    berbentuk makulopapular yang bisa timbul pada awal penyakit (1-2 hari )

    kemudian menghilang tanpa bekas dan selanjutnya timbul ruam merah halus pada

    hari ke-6 atau ke7 terutama di daerah kaki, telapak kaki dan tangan. Selain itu,

    dapat juga ditemukan petekia. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan leukopeni

    kadang-kadang dijumpai trombositopeni. Masa penyembuhan dapat disertai rasa

    lesu yang berkepanjangan, terutama pada dewasa. Pada keadaan wabah telah

    dilaporkan adanya demam dengue yang disertai dengan perdarahan seperti :

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    25/36

    epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna, hematuri, dan menoragi.

    Demam Dengue (DD). yang disertai dengan perdarahan harus dibedakan dengan

    Demam Berdarah Dengue (DBD). Pada penderita Demam Dengue tidak dijumpai

    kebocoran plasma sedangkan pada penderita DBD dijumpai kebocoran plasma

    yang dibuktikan dengan adanya hemokonsentrasi, pleural efusi dan asites.2

    Demam Berdarah Dengue (DBD)

    Bentuk klasik dari DBD ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7

    hari, disertai dengan muka kemerahan. Keluhan seperti anoreksia, sakit kepala,

    nyeri otot, tulang, sendi, mual, dan muntah sering ditemukan. Beberapa penderita

    mengeluh nyeri menelan dengan farings hiperemis ditemukan pada pemeriksaan,

    namun jarang ditemukan batuk pilek. Biasanya ditemukan juga nyeri perut

    dirasakan di epigastrium dan dibawah tulang iga. Demam tinggi dapat

    menimbulkan kejang demam terutama pada bayi. Bentuk perdarahan yang paling

    sering adalah uji tourniquet (Rumple leede) positif, kulit mudah memar dan

    perdarahan pada bekas suntikan intravena atau pada bekas pengambilan darah.

    Kebanyakan kasus, petekia halus ditemukan tersebar di daerah ekstremitas, aksila,

    wajah, dan palatumole, yang biasanya ditemukan pada fase awal dari demam.

    Epistaksis dan perdarahan gusi lebih jarang ditemukan, perdarahan saluran cerna

    ringan dapat ditemukan pada fase demam. Hati biasanya membesar dengan variasi

    dari just palpable sampai 2-4 cm di bawah arcus costae kanan. Sekalipun

    pembesaran hati tidak berhubungan dengan berat ringannya penyakit namun

    pembesar hati lebih sering ditemukan pada penderita dengan syok. Masa kritis

    dari penyakit terjadi pada akhir fase demam, pada saat ini terjadi penurunan suhu

    yang tiba-tiba yang sering disertai dengan gangguan sirkulasi yang bervariasi

    dalam berat-ringannya. Pada kasus dengan gangguan sirkulasi ringan perubahan

    yang terjadi minimal dan sementara, pada kasus berat penderita dapat mengalami

    syok.2

    Sindrom Syok Dengue (SSD)

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    26/36

    Syok biasa terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, antara hari ke

    3 sampai hari sakit ke-7. Pasien mula-mula terlihat letargi atau gelisah kemudian

    jatuh ke dalam syok yang ditandai dengan kulit dingin-lembab, sianosis sekitar

    mulut, nadi cepat-lemah, tekanan nadi < 20 mmHg dan hipotensi. Kebanyakan

    pasien masih tetap sadar sekalipun sudah mendekati stadium akhir. Dengan

    diagnosis dini dan penggantian cairan adekuat, syok biasanya teratasi dengan

    segera, namun bila terlambat diketahui atau pengobatan tidak adekuat, syok dapat

    menjadi syok berat dengan berbagai penyulitnya seperti asidosis metabolik,

    perdarahan hebat saluran cerna, sehingga memperburuk prognosis. Pada masa

    penyembuhan yang biasanya terjadi dalam 2-3 hari, kadang-kadang ditemukan

    sinus bradikardi atau aritmia, dan timbul ruam pada kulit. Tanda prognostik baik

    apabila pengeluaran urin cukup dan kembalinya nafsu makan.

    Penyulit SSD : penyulit lain dari SSD adalah infeksi (pneumonia, sepsis,

    flebitis) dan terlalu banyak cairan (over hidrasi), manifestasi klinik infeksi virus

    yang tidak lazim seperti ensefalopati dan gagal hati.2

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    - Laboratorium1

    Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka

    demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,

    jumlah trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanyan limfositosis

    relatif disertai gambaran limfosit plasma biru.

    Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)

    ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (reverse

    transcriptase polymerase chain reaction), namun karena adanya teknik yang lebih

    rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap

    dengue berupa antibodi total, IgM, maupun IgG.

    Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain:

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    27/36

    - leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke 3 dapat ditemui

    limfositosis relatif (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma

    biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan

    meningkat.

    - Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.- Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya

    peningkatan hematokrit 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada

    hari ke-3 demam.

    - Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau

    kelainan pembekuan darah.

    - Protein/albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoranplasma.

    - SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat.- Ureum, kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.- Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.- Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi): bila akan

    diberikan transfusi darah atau komponen darah.

    - Imuno serologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadapdengue. IgM: terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3,

    menghilang setelah 60-90 hari. IgG: pada infeksi primer, IgG mulai

    terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari

    ke-2.

    PENATALAKSANAAN

    Tidak ada terapi yang spesifik untuk DD dan DBD, prinsip utama adalah

    terapi suportif. Penanganan yang tepat oleh dokter dan perawat dapat

    menyelamatkan pasien DBD. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka

    kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume sirkulasi

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    28/36

    merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD. Asupan

    cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan oral.Jika asupan cairan oral

    pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melalui

    intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi.

    Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue

    Perbedaan patofisilogik utama antara DD/DBD/SSD dan penyakit lain

    adalah adanya peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan

    plasma dangangguan hemostasis. Gambaran klinis DBD/SSD sangat khas yaitu

    demam tinggi mendadak, diastesis hemoragik, hepatomegali, dan kegagalan

    sirkulasi. Maka keberhasilan tatalaksana DBD terletak pada bagian mendeteksi

    secara dini fase kritis yaitu saat suhu turun (the time of defervescence) yang

    merupakan fase awal terjadinya kegagalan sirkulasi, dengan melakukan observasi

    klinis disertai pemantauan perembesan plasma dan gangguan hemostasis.

    Prognosis DBD terletak pada pengenalan awal terjadinya perembesan plasma,

    yang dapat diketahui dari peningkatan kadar hematokrit. Fase kritis pada

    umumnya mulai terjadi pada hari ketiga sakit. Penurunan jumlah trombosit

    sampai

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    29/36

    Protokol penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa, terbagi 5 kategori :

    a. Protokol 1 : Penanganan tersangka (probable) DBD dewasa tanpa

    syok.

    Seseorang yang tersangka menderita DBD, di ruang gawat darurat

    dilakukan pemeriksaan hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht) dan trombosit. Bila

    didapatkan :

    Gambar 4. Protokol 1 penanganan tersangka (probable)

    DBD dewasa tanpa syok

    Hb, Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien dapat dipulangkan dengan anjuran kontrol atau berobat jalan ke

    poliklinik, dalam waktu 24 jam berikutnya (dilakukan pemeriksaan Hb, Ht,

    leukosit dan trombosit tiap 24 jam). Bila keadaan pasien memburuk, segera

    kembali ke instalasi gawat darurat.

    Hb, Ht normal tetapi trombosit < 100.000 dianjurkan dirawat.

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    30/36

    Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun, jugadianjurkan untuk dirawat.

    1,3,5,6

    b. Protokol 2 : Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di

    ruang rawat.

    Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif dan

    tanpa syok, di ruang rawat diberi cairan infus kristaloid dengan jumlah seperti

    rumus berikut .

    Gambar 5. Protokol 2 Pemberian cairan pada tersangka DBD di

    ruang rawat

    Setelah pemberian cairan dilakukan pemeriksaan Hb, Ht tiap 24 jam :

    Bila Hb, Ht meningkat 10-20% dan trombosit

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    31/36

    Bila Hb, Ht meningkat >20% dan trombosit 20%.1,3,5,6

    c. Protokol 3 : Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan H t > 20%.

    Meningkatnya Ht>20% menunjukkan tubuh mengalami defisit cairan

    sebanyak 5%. Pada keadaan ini, terapi awal pemberian cairan adalah dengan

    memberikan infus cairan kristaloid 6-7 ml/kgBB/jam. Bila keadaan pasien terus

    membaik, bahkan setelah jumlah cairan dapat dihentikan 3 ml/kgBB/jam,

    pemberian cairan dapat dihentikan 24-48jan kemudian. Namun, bila dalam

    perkembangannya kondisi pasien memburuk dan didapatkan tanda-tanda syok,

    pasien ditangani sesuai protokol tatalaksana sindrom renjatan dengue pada

    dewasa. Bila syok telah teratasi, pemberian cairan dimulai lagi seperti terapi

    pemberian cairan awal.1,3,5,6

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    32/36

    Gambar 6. Protokol 3 Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan

    Ht > 20%

    d. Protokol 4 : Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD

    dewasa.

    Gambar 7. Protokol 4 Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada

    DBD dewasa

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    33/36

    Perdarahan spontan dan masif pada penderita DBD dewasa adalah :

    perdarahan hidung / epistaksis yang tidak terkendali walau telah diberikan tampon

    hidung, pendarahan saluran cerna (hematemesis dan melena dan hematoskesia),

    pendarahan saluran kencing (hematuria), pendarahan otak atau pendarahan

    tersembunyi, dengan jumlah pendarahan sebanyak 4-5 cc/kgBB/jam. Pada

    keadaan seperti ini, jumlah dan kecepatan pemberian cairan tetap seperti keadaan

    DBD tanpa syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan, dan

    jumlah urin dilakukan sesering mungkin, dengan kewaspadaan Hb, Ht dan

    trombosit sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.

    Heparin diberikan, bila secara klinis dan laboratories didapatkan tanda-

    tanda KID. Transfusi komponen darah diberikan sesuai indikasi. FFP, diberikan

    bila didapatkan defisiensi faktor-faktor pembekuan (PT dan aPTT yang

    memanjang). PRC diberikan bila nilai Hb < 10 g/dl. Transfusi trombosit hanya

    diberikan pada pasien DBD dengan perdarahan spontan dan masif, dengan jumlah

    trombosit < 100.000 disertai atau tanpa KID.1,3,5,6

    e. Protokol 5 : Tatalaksana Sindroma Syok Dengue (SSD) pada

    dewasa.

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    34/36

    Gambar 8. Protokol 5 Tatalaksana Sindroma Syok Dengue (SSD)pada dewasa

    Saat menghadapi SSD, hal pertama yang harus diingat adalah bahwa

    renjatan harus segera diatasi. Karena itu, penggantian cairan intravaskular yang

    hilang harus segera dilakukan. Angka kematian SOD lebih besar 10x lipat,

    dibandingkan dengan penderita DBD tanpa renjatan.

    Pada kasus SSD, cairan kristaloid adalah pilihan utama yang diberikan.

    Selain resusitasi cairan, penderita juga diberikan 2-4 liter/menit. Pemeriksaan-

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    35/36

    pemeriksaan yang harus dilakukan adalah pemeriksaan darah perifer lengkap,

    hemostasis, analisis gas darah, kadar natrium, kalium dan klorisa, serta ureum dan

    kreatinin.

    Pengawasan dini kemungkinan terjadinya renjatan berulang, harus

    dilakukan terutama dalam waktu 48 jam pertama sejak terjadi renjatan. Ini karena

    selain proses patogenesis penyakit masih berlangsung, ternyata cairan kristaloid

    hanya sekitar 20% saja yang menetap dalam pembuluh darah setelah 1 jam

    pemberian.

    Untuk mengetahui apakah renjatan telah teratasi dengan baik, perlu

    pemantauan tanda vital yaitu status kesadaran, tekanan darah, frekuensi jantung dan

    nafas, pembesaran hati, nyeri teka daerah hipokondrium kanan dan epigastrik, serta

    jumlah diuresis. Diuresis diusahaklan 2 ml/kg/BB/jam. Pemantauan kadar Hb, Ht dan

    trombosit, dapat digunakan untuk pemantauan perjalanan penyakit.

  • 5/24/2018 39161413 Laporan Kasus Uci Ocu

    36/36

    BAB IV

    ANALISA KASUS