3._penilaian_properti
TRANSCRIPT
![Page 1: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/1.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 1/51
Lisensi Dokumen :Copyright 2011, Pusdiklat Pajak
Modul ini dipergunakan untuk kepentingan
internal pendidikan dan pelatihan di
lingkungan Kementerian Keuangan. Tidak
diperbolehkan mengutip sebagian atau seluruh
dokumen kecuali mendapatkan ijin terlebih
dahulu dari Pusdiklat Pajak.
![Page 2: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/2.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 2/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 1
KEGIATAN BELAJAR 1
DASAR-DASAR PENILAIAN PROPERTI
A. Indikator
Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini, peserta diharapkan dapat
menjelaskan tentang:
1. Pengertian nilai, harga dan biaya
2. Pengertian nilai pasar dan jenis nilai
3. Kekuatan-kekuatan, faktor-faktor yang mempengaruhi nilai properti
4. Konsep tentang properti dan investasi pesaing properti
5. Highest and Best Use
6. PBB dan BPHTB ditinjau dari sudut konsep properti.
B. Uraian dan Contoh
1. Pengertian nilai, harga dan biaya
Nilai adalah opini atau pendapat seseorang tentang suatu barang. Nilai
dapat juga diartikan sebagai apa yang sepatutnya diterima oleh penjual atau apa
yang sepatutnya dibayarkan oleh pembeli. Ada juga yang berpendapat bahwa
nilai adalah gabungan antara art dan science. Harga adalah sejumlah uang yang
dibayarkan dalam sebuah transaksi. Sementara biaya adalah sejumlah uang
yang telah dikeluarkan untuk memproduksi sebuah barang.
Nilai tidaklah berdiri sendiri, karena ia harus diikuti dengan kata lain
sehingga menjadi sebuah frasa misalnya nilai pasar, Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP), nilai likuidasi dan lain-lain. Jika hanya menyebut nilai, maka yang
tergambar dalam benak seorang penilai adalah Nilai Pasar. MAPPI (2007)
mendefinisikan Nilai Pasar sebagai “Estimasi jumlah uang pada tanggal penilaian
yang dapat diperoleh dari transaksi jual beli atau hasil penukaran suatu aset
antara pembeli yang berminat membeli dan penjual yang berminat menjual
dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang pemasarannya dilakukan secara layak,
dimana kedua pihak masing-masing mengetahui, bertindak hati-hati dan tanpa
paksaan.
Berikut ini adalah contoh-contoh situasi yang tidak memenuhi persyaratan
nilai pasar yaitu (1) Penjual dan pembeli yang memiliki hubungan persaudaraan,
sehingga harga transaksi lebih rendah dari nilai pasar; (2) Penjual dan pembeli
![Page 3: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/3.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 3/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 2
adalah tetangga yang posisi rumah bersebelahan (berhimpitan), akibatnya, pihak
pembeli berani membayar lebih tinggi dari nilai yang sewajarnya dengan
pertimbangan bahwa tambahan perluasan arah horisontal lebih disukai daripada
arah vertikal; (3) Hubungan antara penjual dan pembeli adalah antara anak
dengan induk perusahaan, sehingga harga yang terjadi lebih rendah dari nilai
pasar; (4) Pada penjualan properti untuk pelunasan hutang biasanya harga yang
terjadi lebih rendah dari nilai pasar. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu
dalam pemasaran (menemukan calon pembeli); (5) Transaksi pada pembebasan
tanah untuk kepentingan umum, biasanya harga yang terjadi lebih rendah dari
nilai pasar; dan lain-lain.
Selain nilai pasar dan nilai jual objek pajak yang sudah dibahas, masih
ada jenis nilai yang lain, misalnya.
a. Nilai yang dapat diasuransikan (insurable value) yaitu nilai properti
sebagaimana yang diterapkan berdasarkan kondisi-kondisi yang dinyatakan
di dalam kontrak atau polis asuransi dan dituangkan dalam definisi yang jelas
dan terinci.
b. Nilai buku (book value) dari suatu aset atau sebagai aktiva tetap adalah
istilah yang digunakan untuk keperluan akuntansi. Nilai buku merupakan
biaya perolehan (historical cost) yang dikurangi dengan sejumlah
penyusutan yang telah dibebankan yang muncul selama umur penggunaan
aset tersebut.
c. Nilai jual paksa (forced sales value) yaitu sejumlah uang yang mungkin
diterima dari penjualan suatu properti dalam jangka waktu yang relatif
pendek untuk dapat memenuhi jangka waktu pemasaran dalam definisi
nilai pasar. Pada beberapa situasi, nilai jual paksa dapat melibatkan
penjual yang tidak berminat menjual, dan pembeli yang membeli
dengan mengetahui situasi yang tidak menguntungkan penjual. Nilai
jual paksa sama dengan nilai likuidasi.
d. Nilai Kena Pajak (Assessed, Rateable, Taxable Value) adalah nilai
berdasarkan definisi yang tertuang dalam peraturan undang-undang
yang berlaku berkaitan dengan penetapan, tarif dan atau penentuan
pajak properti. Walau beberapa peraturan mengutip nilai pasar sebagai
dasar dari perkiraan, metodologi penilaian yang disyaratkan mungkin
![Page 4: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/4.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 4/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 3
memberikan hasil yang berbeda dari nilai pasar. Nilai kena pajak
adalah bukan nilai pasar. Di Indonesia, Nilai Kena Pajak adalah Nilai
Jual Objek Pajak.
2. Pengertian Penilaian
Menteri Keuangan Republik Indonesia (2008) mendefinisikan bahwa
penilaian adalah “proses pekerjaan untuk memberikan estimasi dan pendapat
atas nilai ekonomis suatu objek penilaian pada saat tertentu dengan Standar
Penilaian Indonesia”. Sementara itu, MAPPI (2007) mendefinisikan penilaian
adalah “proses pekerjaan seorang penilai dalam memberikan opini tertulis
mengenai nilai ekonomis pada saat tertentu.”
3. Pengertian Penilai
Menteri Keuangan Republik Indonesia (2008) mendefinisikan penilai
adalah “seseorang yang dengan keahliannya menjalankan kegiatan penilaian.”
MAPPI (2008) mendefinisikan penilai adalah “orang perseorangan yang
melakukan kegiatan penilaian sesuai dengan keahlian dan profesionalisme yang
dimiliki dan menjadi anggota assosiasi profesi penilai yang diakui oleh
pemerintah serta mengacu kepada Standar Penilaian Indonesia (SPI), Kode Etik
Penilai Indonesia (KEPI) dan standar keahlian lainnya yang terkait dengan
kegiatan penilaian.”
Agar seorang penilai bisa memberikan/menjual jasa penilaian kepada
pihak lain (dalam arti dapat membubuhkan tanda-tangannya pada laporan
penilaian) maka penilai tersebut terlebih dulu menjadi seorang penilai yang yang
bersertifikat (certified valuer ), yang mana sertifikat tersebut dikeluarkan oleh
MAPPI (Masyarakat Profesi Penilai Indonesia), dan ia sudah mengantongi izinpraktek dari Menteri Keuangan.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai
Nilai bukanlah fakta, tetapi hanyalah sebuah opini (pendapat). Kekuatan
yang mempengaruhi nilai dan mereka bisa dikelompokkan menjadi empat
kekuatan yaitu
a. Sosial, misalnya perilaku masyarakat, adat, budaya, tingkat pendidikan,
struktur umur, jumlah penduduk dan lain-lain.
![Page 5: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/5.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 5/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 4
b. Ekonomi, misalnya tingkat pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita,
nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, tingkat inflasi dan lain-lain. Selain itu
juga perlu diperhatikan beberapa prinsip ekonomi yang berpengaruh
terhadap nilai yaitu.
1. Prinsip antisipasi artinya adalah nilai tercipta karena antisipasi atas
keuntungan ataupun kerugian yang mungkin akan terjadi pada masa
yang akan datang. Contoh, jika diprediksi ke depan akan diperoleh
keuntungan, maka nilai properti cenderung akan meningkat. Sebaliknya,
jika diprediksi akan mengalami kerugian, maka nilai properti cenderung
akan menurun.
2. Prinsip perubahan (change) artinya adalah cepat atau lambat, apapun
yang ada di dunia pasti akan mengalami perubahan, baik perubahan ke
arah positif (meningkatkan nilai) ataupun ke arah negatif (menurunkan
nilai).
3. Prinsip permintaan dan penawaran artinya adalah nilai properti akan naik,
jika permintaan bertambah atau barang yang yang ditawarkan berkurang,
demikian sebaliknya.
4. Prinsip kompetisi artinya adalah nilai properti akan turun (berkurang),
manakala muncul (terdapat) properti pesaing.
5. Prinsip substitusi, artinya adalah nilai suatu properti akan turun manakala
terdapat properti penggantinya. Dengan demikian, prinsip ini ada
keterkaitannya dengan prinsip kompetisi.
6. Prinsip keseimbangan, artinya adalah nilai properti akan mencapai nilai
yang optimal manakala properti tersebut memiliki keseimbangan. Contoh
sederhana adalah keseimbangan antara luas lahan dengan ketinggian
bangunan.
7. Prinsip kontribusi atas nilai artinya adalah bahwa nilai sebuah properti
disumbangkan tidak semata-mata hanya oleh satu atau beberapa
variabel fisik, tetapi merupakan akumulasi dari seluruh variabel. Misalnya
nilai sebuah properti disumbangkan oleh luas tanah, bentuk tanah, lebar
depan, luas bangunan, fasilitas bangunan, model bangunan, keadaan
bangunan, lokasi, fasilitas lingkungan dan lain-lain.
![Page 6: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/6.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 6/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 5
8. Prinsip konformitas artinya adalah agar tercipta nilai yang optimal, maka
keadaan sebuah properti seharusnya menyesuaikan dengan lingkungan
sekitarnya.
9. Prinsip eksternalitas, artinya adalah nilai sebuah properti dipengaruhi oleh
faktor lingkungan alam ataupun akibat pembangunan.
c. Politik, situasi politik berpengaruh terhadap nilai properti. Jika situasi politik
adalah stabil, maka nilai properti akan mengalami peningkatan, dan
sebaliknya.
d. Lingkungan bisa berupa lingkungan alam ataupun lingkungan hasil dari
pembangunan, sebagaimana telah di bahas pada faktor eksternalitas.
5. Ciri-Ciri Nilai
Sebuah benda akan memiliki nilai manakala benda tersebut memiliki:
a. Demand, yaitu sebuah barang akan memiliki nilai manakala ada permintaan
terhadap barang tersebut.
b. Utility, artinya sebuah barang akan memiliki nilai manakala barfang tersebut
dapat memuaskan pengguna (user ).
c. Scarcity (kelangkaan), artinya semakin langka sebuah barang berarti
semakin sedikit penawaran (supply), akibatnya nilai barang akan semakin
tinggi.
d. Transferabiltiy, yaitu sebuah barang akan memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan dengan barang yang lain apabila barang tersebut untuk
dipindahmilikkan (pindah tangan).
6. Investasi-Investasi Pesaing & Pengganti Properti
Sesuai dengan prinsip ekonomi yang mempengaruhi nilai yaitu prinsip
kompetisi (persaingan) dan substitusi (pengganti) , maka investasi selain properti
(misalnya emas, valuta asing, suku bunga bank, saham di bursa efek) juga ikut
mempengaruhi nilai properti. Kompetisi dan substitusi di sini adalah persaingan
dan saling mengganti atas (1) Jaminan keamanan (keutuhan) atas modal yang
diinvestasikan; (2) Jaminan atas pendapatan atau keuntungan (return); (3)
Kemudahan dalam membeli atau menjual kembali apa yang telah diinvestasikan
(likuiditas); (4) Besaran biaya untuk membeli atau menjual kembali investasi
![Page 7: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/7.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 7/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 6
tersebut dan (5) Kemampuan dari bentuk investasi untuk dipecah menjadi unit
yang lebih kecil.
Ciri khas investasi properti dibandingkan dengan investasi pengganti
ataupun yang berkompetisi adalah (1) Secara fisik, bumi lebih aman walaupun
ditinggalkan dalam jangka waktu yang lama; (2) Properti mampu menghasilkan
pendapatan sewa ataupun peningkatan nilai (apresiasi) termasuk meningkatkan
prestise (harga diri) bagi pemiliknya; (3) Perlu waktu untuk menjual atau
membeli; (4) Perlu biaya untuk membeli properti (BPHTB/Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan, PPN/Pajak Pertambahan Nilai, biaya notaris, balik
nama sertifikat tanah) dan biaya untuk menjual (PPhTB/Pajak Penghasilan atas
Tanah dan Bangunan); (5) Adanya birokrasi jika ingin dipecah menjadi unit-unit
yang lebih kecil.
7. Pengertian Properti dan Real Estate
Istilah properti pada frasa penilaian properti memiliki arti yang berbeda-
beda di setiap negara. Walaupun berbeda, tetapi tetap memiliki arti yang sama,
yaitu kesamaan sebagai konsep hukum/non fisik. Walaupun konsep ini tidak
terlihat, tetapi ia bisa dibuktikan, misalnya dengan bukti pemilikan hak berupa
sertifikat tanah atau yang sejenisnya. Selanjutnya, dengan didasarkkan pada
konsep hukum tersebut (hak atas tanah), maka bermacam-macam aktifitas dapat
dilakukan oleh pihak yang berhak ke atas tanah tersebut.
Sementara itu, real estate adalah konsep ekonomi/konsep fisik. Dengan
demikian, pembicaraan tentang tanah, jika ditinjau secara konsep fisik, maka
yang tergambar hanyalah tanah sebagai sebagai tanah kosong, tanah dan
bangunan ataupun perlengkapannya belaka.
Satu lagi istilah yang berkaitan dengan properti yaitu aset. Aset bukanlah
bagian dari konsep penilaian properti akan tetapi menjadi bagian dari konsep
akuntansi.
![Page 8: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/8.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 8/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 7
KEGIATAN BELAJAR 2
HIGHEST AND BEST USE (HBU)
A. Indikator
Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini, peserta diharapkan dapat
menjelaskan tentang:
1. Tujuan HBU
2. Syarat dan definisi HBU
3. Pengujian HBU
4. Kondisi HBU
B. Uraian dan Contoh
1. Tujuan
HBU diterjemahkan sebagai penggunaan tertinggi dan terbaik. Tujuan
analisis HBU adalah memberikan gambaran tentang penggunaan tanah yang
paling sesuai dari sebuah properti, sehingga diperoleh nilai tertinggi dari tanah
tersebut. Analisis HBU perlu dilakukan oleh penilai sebelum melakukan kerja-
kerja penilaian properti, baik tanah kosong ataupun yang di atasnya sudah
terbangun dengan bangunan.
Oleh karena itu, jika sebidang tanah kosong (hendak dilakukan penilaian,
maka perlu dilakukan analisis HBU terlebih dulu) misalnya, seluas 1 ha yang di
sekelilingnya telah terbangun bangunan tinggi/high rise building semacam
apartemen, gedung kantor, hotel *****, mall, maka jenis penggunaan tanah
kosong tersebut cenderung juga pada high rise building juga. Persoalannnya
adalah high rise building jenis apa yang paling tepat? Bangunan jenis apa yang
secara finansial layak dan produktivitasnya maksimal?
2. Syarat dan Definisi
Appraisal Institute (2001) mendefinisikan HBU yaitu “The reasonable
probable and legal use of vacant land and improved property, which is physically
possible, appropriately supported, financially feasible and that results in the
highest value.” Dengan demikian, sebuah properti dikatakan memiliki HBU yang
tepat manakala telah memenuhi empat kriteria yaitu
![Page 9: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/9.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 9/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 8
a. Hukum (peraturan)
Penggunaan lahan sebuah properti hendaknya sesuai dengan (1) Tata guna
lahan/tanah (zoning) sebagaimana yang telah ditetapkan oleh pemerintah
kabupaten/kota setempat; (2) Bangunan (gedung) yang berada di atas tapak
tersebut harus memenuhi koefisien dasar bangunan, koefisien lantai
bangunan dan peraturan yang lain.
b. Fisik
Penggunaan properti tersebut harus didukung oleh sifat fisik tapak, misalnya
ukuran, bentuk, luas, ketinggian tapak dari permukaan jalan atau laut, kontur,
lebar depan tapak (frontage) , kedalaman tapak dari jalan raya (depth),
utilitas, kelembaban udara, koordinat bumi, gempa bumi dan lain-lain. Selain
itu pula terdapat kesepakatan di antara sebagian ahli/pakar yang terkait.
Contoh, jika sebidang tanah 5.000 m2 yang berlokasi dipinggir jalan utama
sebuah kota, mempunyai bentuk mengantung, sedangkan kawasan sekitar
adalah perumahan, sementara harga tanah adalah Rp. 5 juta-an,-/m2
c. Finansial
maka
ada kemungkinan penggunaan tanah tersebut adalah town house. Tapi
dugaan ini perlu diuji terlebih dulu.
Analisis finansial dilakukan setelah tapak tersebut memenuhi kriteria hukum
dan fisik. Variabel dan alat analisis yang dapat digunakan misalnya tingakt
pendapatan, return, kekosongan, kerugian sewa, biaya dan lain-lain. Contoh
kriteria finansial akan dibahas pada bagian pengujian.
d. Produktifitas
Berdasarkan analisis finansial maka akan diperoleh tingkat pengembalian
(rate of return), net present value, internal rate of return (IRR), rate of return,
rate on equity, pay back periode dan lain-lain.
3. Pengujian
Pengujian HBU ini dilakukan setelah kriteria hukum dan fisik terpenuhi.
Lebih tepatnya, pengujian ini dilakukan untuk memenuhi kriteri finansial dan
produktifitas. Appraisal institute (2001) memberikan beberapa kriteria dalam
melakukan pengujian HBU ini, yaitu:
a. Menganggap tidak ada bangunan di atas tanah tersebut dalam arti (1)
Memang sebagai tanah kosong; atau (2) Secara nyata, terhadap properti
![Page 10: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/10.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 10/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 9
yang akan dinilai, telah terbangun sebuah bangunan (gedung), dan oleh
penilai hendapklah dianggap sebagai tanah kosong.
1. Kegunaan tertentu yang tidak menghasilkan pendapatan
Sebidang tanah yang diatasnya telah terbangun sebuah gedung, maka
berdasarkan kriteria hukum dan fisik, maka tanah tersebut cocok sebagai
kegunaan tertentu misalnya perumahan. Dan penilai telah melakukan
penelitian pasar tentang jenis rumah apa yang paling diminati oleh
konsumen.
2. Kegunaan tertentu yang menghasilkan pendapatan
Sebidang tanah yang diatasnya telah terbangun sebuah gedung (tidak
jelas digunakan untuk apa), maka berdasarkan kriteria hukum dan fisik,
maka tanah tersebut cocok sebagai retail use dan office use. Dan penilai
telah melakukan penelitian pasar tentang jenis retail use dan office use
apa yang paling diminati oleh konsumen.
3. Kegunaan tertentu yang menghasilkan pendapatan, tetapi nilai tanah
tidak diketahui
Sebidang tanah yang diatasnya telah terbangun sebuah gedung (tidak
jelas digunakan untuk apa), maka berdasarkan kriteria hukum dan fisik,
maka tanah tersebut cocok sebagai high rise building. Penelitian yang
dilakukan oleh penilai disimpulkan bahwa penggunaan yang sesuai
adalah apartemen, office ataupun shopping complex.
b. Membiarkan kegunaan bangunan tetap seperti sedia kala.
1. Tidak membutuhkan biaya renovasi/perbaikan
Misalnya sebidang tanah di atasnya telah terbangun sebuah rumah
kediaman dan berdasarkan kriteria hukum dan fisik adalah untuk
kegunaan rumah. Lingkungan sekitar properti tersebut adalah rumah
untuk kost. Penilai berpendapat bahwa rumah tersebut dapat dikost-kan
atau dikontrakkan seluruhnya tanpa membutuhkan biaya perbaikan
(renovasi).
2. Membutuhkan biaya perbaikan (renovasi)
Sebuah properti telah terbangun sebuah gudang dan penggunaannya
adalah gudang. Di kawasan properti berada, selain untuk gudang dapat
juga digunakan untuk kantor. Oleh karena itu penilai beranggapan bahwa
agar dapat digunakan juga untuk kantor, maka perlu biaya perbaikan.
![Page 11: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/11.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 11/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 10
4. Kondisi
Jenis penggunaan properti bermacam-macam, misalnya bangunan
bersejarah, perumahan, perkantoran, pabrik, toko, apotik, pasar, ruko, rumah
sakit, klinik, olah raga, rekreasi, hotel, wisma, bengkel, gudang, pertanian,
gedung pemerintah, tempat ibadah, bangunan parkir, apartemen, pompa bensin,
tangki minyak, gedung sekolah, kebon binatang, perkebunan, villa dan lain-lain.
Seiring dengan perkembangan tata kota, pertambahan jumlah penduduk,
pembangunan wilayah, perkembangan perekonomian dan lain-lain maka
menyebabkan perubahan nilai properti (penggunaan properti). Appraisal Institute
(2001) menjelaskan bahwa jika pembangunan dan penggunaan sebuah properti
sudah sesuai dengan tata kota (zoning), tidak berarti sudah memenuhi HBU,
karena terdapat beberapa keadaan yaitu
a. Single use situation
Adalah penggunaan yang tidak seperti biasa (unik), misalnya museum, cagar
budaya dan lain-lain. Oleh karena itu, nilai tanah didasarkan pada kegunaan
tersebut saja, dan bukan penggunaan pada umumnya. Biasanya,
penggunaan seperti ini tidak bisa diubah ke penggunaan yang lain. Karena
sudah ditetapkan oleh peraturan daerah. Ciri dari situasi ini adalah sangat
sulit bahkan tidak ada data transaksi jual beli.
b. Interim use
Adalah penggunaan sementara dari lahan (properti) yang dikembangkan
yang ditetapkan sampai dengan lahan tersebut siap dengan HBU di masa
depan. Ada kemungkinan, pengembangan di atas lahan tersebut akan
memberikan kontribusi terhadap nilai, tetapi bisa juga tidak memberikan
kontribusi terhadap nilai. Jika di atas lahan tersebut terdapat pengembangan,
dapat juga dipertimbangan demolition cost
c. Legally non comforming uses
Karena telah terjadi perubahan zoning, maka penggunaan sebuah properti
sudah tidak sesuai lagi dengan zoning yang ada, tetapi secara hukum adalah
sah-sah saja.
d. Uses that are not highest and best
Situasi ini dapat berupa (1) HBU-nya tetap, dan tidak ada keusangan
ekonomi (eksternal obsolescence). Kemungkinan yang terjadi adalah umur
bangunan yang sudah tua (ketinggalan) jaman, sehingga terjadi penurunan
![Page 12: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/12.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 12/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 11
kemampuan menghasilkan NoI (net operating income), karena kalah
bersaing dengan bangunan yang baru; (2) HBU-nya berubah, karena
terdapat eksternal obsolescence.
e. Multiple use
Situasi seperti ini adalah berkumpulnya lebih dari satu penggunaan di atas
sebuah lahan, misalnya hotel, mall, apartemen dan lain-lain. Akibat dari
situasi ini adalah jumlah nilai properti secara terpisah bisa lebih tinggi, sama
atau lebih rendah dari nilai keseluruhan.
f. Special purpose use
Situasi ini berbeda dengan single use situation. Karena special purpose use
hanya sesuai untuk satu tujuan tertentu, sehingga susah untuk menentukan
kegunaan yang lain. Hal ini dikaitkan juga dengan situasi ekonomi yang tidak
mendukung penggunaan saat ini.
g. Speculative uses
Situasi ini terjadi manakala peraturan tata kota mengizinkan tanah (lahan)
digunakan untuk berbagai penggunaan, hal ini didukung atau tidak didukung
oleh situasi ekonomi. Sehingga jenis penggunaan lahan dapat dikatakan
bersifat spekulasi sehingga sulit untuk diprediksi. Tetapi, penggunaan jenis
tertentu masih dapat diprediksi berdasarkan sebagian sifat fisik yang ada,
misalnya luas lahan.
h. Excess land
Tanah yang ada mungkin tidak diperlukan atau tidak mendukung atau
mengakomodasi penggunaan properti tersebut.
![Page 13: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/13.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 13/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 12
KEGIATAN BELAJAR 3
PENDEKATAN PERBANDINGAN DATA PASAR
(SALES COMPARISON APPROACH)
A. Indikator
Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini, peserta diharapkan dapat
menjelaskan tentang:
1. Pengertian Pendekatan Perbandingan Data Pasar
2. Metoda dalam Pendekatan Perbandingan Data Pasar
3. Data pembanding jual beli versus penawaran
4. Adustment (penyesuaian)
B. Uraian dan Contoh
1. Pendahuluan
Pendekatan penilaian adalah cara-cara yang digunakan untuk melakukan
kegiatan penilaian properti. Standar Penilaian Indonesia mengharuskan agar
penilaian untuk berbagai jenis properti, baik dalam mengestimasikan nilai pasar
maupun bukan nilai pasar, untuk mengaplikasikan satu atau lebih pendekatan
penilaian.
MAPPI (2007) membagi pendekatan penilaian properti menjadi tiga
pendekatan yaitu:
a. Pendekatan Perbandingan Data Pasar (Sales Comparison Approach).
b. Pendekatan Biaya (Cost Approach).
c. Pendekatan Kapitalisasi Pendapatan (Income Capitalisation Approach atau
Income Approach).
Dari ketiga pendekatan penilaian tersebut, pendekatan manakah yang
terbaik? Pendekatan Perbandingan Data Pasar-lah yang terbaik, tentunya jika
tersedia data data pembanding yang mencukupi. Pendekatan terbaik berikutnya
adalah sesuai dengan nature (sifat atau karakter) dari properti tersebut.
Di beberapa negara tidak menyebut sebagai pendekatan penilaian tetapi
metode penilaian (valuation method). Bahkan mengelompokkannnya menjadi
lima metoda, yaitu: Metode Perbandingan Data Pasar, Metode Kos (Biaya),
Metode Pendapatan, Metode Keuntungan dan Metode Baki (Sisa).
![Page 14: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/14.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 14/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 13
2. Data Pembanding
Pendekatan Perbandingan data pasar menggunakan data pembanding
berupa data penjualan yang benar-benar telah terjadi, memiliki sifat-sifat yang
sebanding ataupun hampir sebanding dengan subyek properti yang sedang
dilakukan kegiatan penilaian. Dengan istilah yang paling populer adalah apple to
apple. Artinya dalam menilai sebuah properti hendaklah digunakan data
pembanding semirip-miripnya, data pembanding hendaklah memiliki lokasi yang
sama, tanggal jual atau beli atau sewa yang asli (gunuine) dan keadaan properti
yang sebanding.
Kesulitan yang biasa dihadapi dalam pendekatan ini adalah menemukan
data pembanding yang sesuai, sebanding ataupun mirip. Karena kendala inilah,
akhirnya pada beberapa negara lebih fleksibel dalam penggunaan data
pembanding. Contohnya di Indonesia, adalah sulit sekali menemukan data
pembanding yang betul-betul berupa data jual beli yang riil (dalam arti penjual
dan pembeli jujur melaporkan harga transaksi). Seandainya data pembanding
berhasil ditemukan, maka harga data pembanding tersebut, biasanya jauh lebih
rendah dari harga yang sebenarnya terjadi. Karena kendala seperti itulah, maka
praktek penilaian di negara tertentu membolehkan menggunakan data
pembanding walaupun masih berupa penawaran.
Data Penawaran
Sayang sekali, praktek penilaian properti di negeri ini, harga penawaran
yang digunakan sebagai data pembanding membutuhkan adjustement atau
penyesuaian yang sangat besar, padahal biasanya di negara maju tidaklah lebih
dari +/- 5%.
Jumlah data Pembanding yang digunakan pada umumnya tiga buah.
Tidak ada peraturan atau ketentuan secara pasti yang mengaturnya, tetapi
berdasarkan kebiasaan yang berlaku, selalu digunakan tiga buah data
pembanding.
![Page 15: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/15.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 15/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 14
3. Penyesuaian (Adjustment)
Jenis adjustment bisa bervariasi. Ada sebagian penilai yang
menggunakan tiga jenis adjustment yaitu waktu, fisik dan lokasi. Bahkan ada
juga yang menggunakan enam buah buah adjustment secara berurutan
(sequence) dan sangat menekannkan penggunaannya.
a. Adjustment waktu
Ia seharusnya tidak dikaitkan dengan inflasi secara umum, ataupun dikaitkan
dengan tingkat suku bunga bank, tetapi harus dikaitkan dengan inflasi
properti di lokasi data pembanding berada, mengingat percepatan kenaikan
nilai di setiap jengkal wilayah adalah berbeda-beda. Dan, perlu diperhatikan
bahwa laju inflasi tanah kosong tidaklah sama dengan laju inflasi rumah
tinggal, toko, pabrik, kantor, apartemen dan lain-lain. Percepatan ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya aktifitas perekonomian.
b. Adjustment Fisik
Penyesuaian jenis fisik terjadi karena terdapat perbedaan sifat fisik setiap
properti. Misalnya perbedaan luas tanah atau bangunan, bentuk tanah, posisi
tanah, model bangunan, jumlah lantai bangunan, jenis penggunaan tanah,
lingkungan sekitar (neighbourhood), sarana dan prasarana lingkungan, umur,
jenis material dan lain-lain.Data pembanding dengan kualitas fisik kurang
baik daripada subjek properti, maka harus diberikan adjustment positif.
Sebaliknya data pembanding dengan kualitas fisik lebih baik daripada subjek
properti, maka harus dibeikan adjustment negatif.
c. Adjustement Lokasi
Penyesuaian lokasi properti berkaitan dengan strategis atau tidaknya lokasi
sebuah properti, ataupun baik tidaknya aksesibilitas sebuah properti.
Dengan demikian, data pembanding yang berlokasi kurang baik daripada
subjek properti, harus diberikan adjustment positif. Sebaliknya, data
pembanding yang berlokasi lebih baik daripada subjek properti, harus
diberikan adjustment negatif.
Besaran yang digunakan dalam adjustment dapat berupa satuan rupiah
ataupun prosentase, semuanya adalah dibenarkan.
![Page 16: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/16.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 16/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 15
4. Penilaian Tanah Kosong
Pendekatan Data Pasar Metode (1) Perbandingan Harga Langsung; atau
(2) Perbandingan Tidak Langsung. Caranya adalah, data pembanding diberikan
adjustment atau penyesuaian sehingga terbentuk nilai untuk subjek properti.
Jenis adjustment yang digunakan adalah (1) Metoda Komponen Rupiah; atau (2)
Metoda Persentase. Dinamakan Metoda Komponen Rupiah karena mata uang
yang berlaku di negeri ini adalah rupiah. Penilai harus berhati-hati dalam
melakukan proses perbandingan. Karena, perbedaan metode tersebut akan
mengakibatkan perbedaan tanda bilangan, yaitu positif atau negatif.
a. Perbandingan Harga Langsung (komponen rupiah)
Data 1 Data 2
Waktu 0 0Rp. 950 Juta,- Rp. 10,5 Juta,-
Lokasi 0 0
Jumlah Adjustment - 940 Juta - 0,5 JutaFisik - 940 Juta - 0,5 Juta
Nilai Rp.10 Juta,- Rp. 10 Juta,-
b. Perbandingan Harga tidak langsung (komponen rupiah),
Cara Meter Persegi
Data 1 Data 2Rp. 95 ribu,-/m2 Rp. 100 ribu/m
Waktu 0 0%
2
Lokasi 0 0%
Jumlah Adjustment +5.000 +500Fisik + 5.000 +500
Nilai Rp. 100.000,-/m2 Rp 100.500,-/m
2
Cara Persentase.
Data 1 Data 2
Waktu 0% 0%
Rp 95 rb/m2 Rp 100 rb/m2
Lokasi 0% 0%
Jumlah Adjustment +5% +0,5%Fisik +5% +0,5%
Nilai Rp 99.750 Rp 100.500
![Page 17: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/17.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 17/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 16
5. Penilaian Rumah Kediaman
Untuk melakukan kerja-kerja penilaian terhadap rumah kediaman maka
langkah yang harus dilakukan adalah sama dengan penilaian untuk menilai tanah
kosong. Data pembanding yang harus diperoleh adalah data transaksi jual beli
rumah ataupun penawaran rumah. Data pembanding tersebut perlu dinormalkan
(dinilai pasarkan) sebelum dilakukan perbandingan.
Jika data pembanding berupa data transaksi jual beli, maka terlebih dulu
dinormalkan sehingga menjadi data yang memenuhi kriteria nilai pasar. Salah
satu contoh, jika transaksi tersebut dilatar-belakangi oleh penjual yang butuh
uang, maka biasanya harganya lebih rendah, oleh karena itu perlu ditambah
(dengan besaran sesuai dengan penelitian penilai) sehingga menjadi nilai pasar.
Jika data pembanding berupa data penawaran, maka terlebih dulu
dinormalkan (dengan cara didiskon atau dikurangi dengan besaran) sesuai
pengamatan penilai, sehingga akan diperoleh nilai pasar.
Menurut Abdul Rahman dan M. Yunus (1993), Perbandingan Langsung
baik menggunakan (1) Metoda Komponen Rupiah ; atau (2) Metoda Persentasi
sebagaimana yang tertulis dalam Tabel 3.1. dan Tabel 3.2.
Tabel 3.1. Pendekatan Perbandingan Pasar – Langsung (Rupiah)
Faktor
Subjek Data Pembanding
Properti No. 1 No. 2 No. 3
950,000,000 1,320,000,000 1,229,000,000
Tanggal 10 Des 09 425,000,000 01 Apr 10 292,500,000 01 Ags 10 162,500,000
Lokasi 0 0 0
Sifat Fisik
Umur 12,5 TH 13 TH 0 12 TH 13 TH
L– Tanah 500 m 500 m 0 560 m (120,000,000) 520 m (40,000,000)
L- Lantai 150 m 150 m2 0
2 160 m
(150,000,000)2 150 m
2
Finishing Sederhana Sederhana 0 Sederhana Sederhana
Jumlah 425,000,000 22,500,000 122,500,000
Nilai Diusulkan 1,375,000,000 1,342,500,000 1,351,500,000
![Page 18: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/18.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 18/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 17
Tabel 3.2. Pendekatan Perbandingan Pasar – Langsung (Persentase)
Faktor
Subjek Data Pembanding
Properti No. 1 No. 2 No. 3950,000,000 1,320,000,000 1,229,000,000
Tanggal 10 Des 09 45% 01 Apr 10 22% 01 Ags 10 13%
Lokasi 0 0 0
Sifat Fisik
Umur 12,5 TH 13 TH 0 12 TH 13 TH
L– Tanah 500 M2 500 M2 0 560 M2 -9% 520 M2 -3%
L- Lantai 150 M2 150 M2 0 160 M2 -11% 150 M2
Finishing Sederhana Sederhana 0 Sederhana Sederhana
Jumlah 45% 2% 10%
Nilai Diusulkan 1,377,500,000 1,346,400,000 1,351,900,000
Penggunaan cara yang disarankan oleh Appraisal Institute (2001), yang
biasa disebut dengan Sequence of Adjustment. Untuk memperoleh nilai pasar,
maka perlu dilakukan adjustment secara berurutan sebagai mana berikut ini.
a. Jenis hak yang terkandung dalam pemilikan riil properti
Artinya penilai harus dapat memastikan tentang hak-hak yang terkandung
dalam properti yang akan dinilai ataupun properti sebagai data pembanding.
Karena tidak tertutup kemungkinan bahwa dalam properti masih tersimpan
hak yang seharusnya tidak ikut dinilai. Hak-hak dalam propeti misalnya
tentang pendapatan sewa, pendapatan lain, siapa yang seharusnya memiliki
hak tersebut, memastikan juga siapa yang seharusnya bertanggung-jawab ke
atas biaya-biaya tahunan (outgoings), jenis hak atas tanah dan lain-lain.
b. Hal pendanaan
Penilai seharusnya memastikan bahwa data pembanding ataupun subjek
properti jelas kedudukannya apakah sedang dalam jaminan bank atau tidak,
mengabaikan atau memperhatikan perbedaan tingkat suku bunga bank dan
lain-lain.
c. Kondisi penjualan
Data pembanding dapat diperoleh melalui notaris/PPAT, kantor lelang, bank,
broker properti, iklan baik melaui koran ataupun langsung dari masyarakat.
Seringkali data pembanding tersebut tidak memenuhi kriteria nilai pasar.
Artinya kadang lebih mahal dari nilai pasar atau sebaliknya. Dengan demikian
penilai harus mengembalikan harga data pembanding tersebut menjadi
![Page 19: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/19.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 19/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 18
seolah-olah atau seperti nilai pasar yang sesungguhnya. Jika sumber data
masih berupa penawaran (biasanya lebih tinggi dari nilai pasar), hendaklah
dibuat adjustmen negatif, sebaliknya jika sudah berupa transaksi jual beli
yang sebenarnya (dipeoleh dari notaris/PPAT), maka diberikan adjustment
positif.
d. Kondisi pasar
Artinya disesuaikan dengan kondisi pasar properti, misalnya tentang
permintaan dan penawaran, inflasi dan lain-lain. Akan tetapi, adjustment jenis
ini pada umumnya memiliki kecenderungan sama dengan adjustment waktu
sebagaimana telah dibahas di awal.
e. Lokasi
Adjustment jenis lokasi juga sudah di bahas di awal.
f. Karakteristik fisik
Penyesuaian jenis inipun sudah di bahas di awal.
Tabel 3.3. Sequence of Adjustmen (Rupiah)
Elemen PerbandinganData Pembanding
1 2 3
Harga awal 950,000,000 1,320,000,000 1,229,000,000
Penyesuaian Hak - - -
Harga disesuaikan 950,000,000 1,320,000,000 1,229,000,000
Penyesuaian pendanaan - - -
Harga disesuaikan 950,000,000 1,320,000,000 1,229,000,000
Penyesuaian kondisi penjualan - - -
Harga disesuaikan 950,000,000 1,320,000,000 1,229,000,000
Penyesuaian kondisi pasar 425,000,000 292,500,000 162,500,000
Harga disesuaikan 1,375,000,000 1,612,500,000 1,391,500,000
Penyesuaian lokasi - - -
Penyesuaian fisik - (270,000,000) (40,000,000)
Nilai yang Diusulkan 1,375,000,000 1,342,500,000 1,351,500,000
![Page 20: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/20.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 20/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 19
Tabel 3.4. Sequence of Adjustment (Prosentasi)
Elemen PerbandinganData Pembanding
1 2 3Harga awal 950,000,000 1,320,000,000 1,229,000,000
Penyesuaian Hak 0 0 0
Harga disesuaikan 950,000,000 1,320,000,000 1,229,000,000
Penyesuaian pendanaan 0 0 0
Harga disesuaikan 950,000,000 1,320,000,000 1,229,000,000
Penyesuaian kondisi penjualan 0 0 0
Harga disesuaikan 950,000,000 1,320,000,000 1,229,000,000
Penyesuaian kondisi pasar 45% 22% 13%
Harga disesuaikan 1,377,500,000 1,610,400,000 1,388,770,000
Penyesuaian lokasi 0 0 0
Penyesuaian fisik 0 -16.5% -2.5%
Nilai yang Diusulkan 1,377,500,000 1,344,684,000 1,354,050,750
Untuk mengakhiri pembahasan tentang masalah adjustment, mana yang
digunakan, apakah tiga jenis adjustment saja sudah cukup ataukah harus
menggunakan enam adjustment secara berurutan? Penulis mempersilahkan
para pembaca untuk menggunakan salah satu dari dua cara tersebut, mengingat
tidak ada peraturan yang mengharuskan untuk menggunakan cara tertentu.
6. Penilaian Properti yang Lain
Properti selain tanah kosong dan rumah adalah apartemen, gudang,
pabrik, perkantoran, hotel, motel, restoran, gedung bioskop, auditorium, lapangan
golf, lapangan tennis, futsal, marina, pertanian dan lain-lain. Dengan demikian,
jika properti tersebut akan dinilai menggunakan Pendekatan Data Pasar, maka
harus tersedia data pembanding yang apple to apple, baik berupa transaksi jual
beli ataupun penawaran.
![Page 21: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/21.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 21/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 20
7. Kesimpulan Nilai
Karena menggunakan tiga buah data pembanding, maka hasil akhir dari
proses penilaian akan diperoleh tiga buah nilai. Dari ketiga nilai tersebut, nilai
manakah yang hendak dipilih? Cara untuk menyimpullkan nilai adalah sebagai
berikut:
1. Memilih salah satu
Yaitu dengan cara memilih salah satu nilai yang diyakini oleh penilai yang
bersangkutan. Biasanya, keyakinan ini didasarkan pada jumlah adjustment
yang paling sedikit. Jumlah penyesuaian yang paling sedikit dapat terjadi
karena data pembanding betul-betul memiliki sifat-sifat yang paling mirip
dengan subjek properti.
2. Rata-rata
Jika dengan memilih salah satu tidak dimungkinkan, maka penilai dapat
membuat rata-rata dari tiga nilai yang dihasilkan.
![Page 22: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/22.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 22/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 21
KEGIATAN BELAJAR 4
PENDEKATAN BIAYA (COST APPROACH)
A. Indikator
Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini, peserta diharapkan dapat
menjelaskan tentang:
1. Pengertian Pendekatan Biaya
2. Metoda penghitungan RCN
3. Penyusutan (penyusutan)
B. Uraian dan Contoh
1. Pendahuluan
Pendekatan biaya diperoleh dengan cara menghitung nilai tanah dan nilai
bangunan (dalam rangka pembangunan baru dengan utilitas yang sama atau
menyesuaikan properti yang lama).
Pendekatan biaya dapat digunakan untuk menilai bangunan yang relatif
baru dan properti khusus yang tidak terdapat jual beli di pasar. Pendekatan biaya
cocok sekali digunakan untuk penilaian dengan tujuan asuransi kebakaran
ataupun tujuan NJOP PBB.
Prosedur yang harus dilakukan dalam melakukan kerja penilaian properti
dengan menggunakan pendekatan biaya adalah sebagai berikut:
a. Melakukan penilaian terhadap tanah (dianggap sebagai tanah kosong),
biasanya menggunakan pendekatan perbandingan data pasar (sudah
dibahas pada kegiatan belajar 3).
b. Menghitung biaya membangun bangunan, baik sebagai biaya reproduksi
(reproduction cost new) ataupun biaya pengganti (replacement cost new).
c. Menghitung penyusutan (depreciation) bangunan.
d. Menjumlahkan a dan b (yang terlebih dulu dikurangi c).
Reproduction Cost New adalah perkiraaan biaya membangun sebuah
bangunan, dengan menggunakan harga material dan upah pada saat tanggal
penilaian, dengan replika, jenis material, standar konstruksi dan kualitas yang
sama.
Replacement Cost New adalah perkiraan biaya membangun sebuah
bangunan, dengan menggunakan harga material dan upah pada saat tanggal
![Page 23: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/23.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 23/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 22
penilaian, sebagai bangunan pengganti dengan kegunaan, ukuran, desain yang
sama, tetapi dengan material yang mungkin berbeda.
Biaya yang terlibat meliputi (1) biaya langsung (hard cost) yang terdiri dari
material, tenaga kerja, keuntungan kontraktor dan (2) biaya tidak langsung (soft
cost) yang meliputi biaya arsitek, pengacara, quantity surveyor , penilai properti,
bunga bank, pajak, komisi dan lain-lain.
2. Metoda Penaksiran Biaya
Untuk melakukan penaksiran biaya pembangunan sebuah gedung, cara
yang paling mudah dilakukan adalah dengan cara Metode Meter Persegi atau
Meter Square Method. Metode ini tergolong mudah dilakukan manakala properti
yang ditaksir nilainya adalah jenis properti yang biasa dibangun dan diperjual-
belikan oleh masyarakat, seperti ruko, rumah, apartemen.
Dalam Metoda Meter Persegi, maka biaya per meter persegi bangunan
dibandingkan dengan harga per meter persegi bangunan yang telah diketahui.
Untuk mendapatkan nilai bangunan dilakukan dengan cara mengalikan luas
bangunan dengan biaya per meter persegi bangunan yang sebanding. Jika
terdapat perbedaan spesifikasi maupun klasifikasi antara bangunan yang
menjadi pembanding dengan bangunan yang dinilai, maka perrlu diadakan
penyesuaian. Nilai pasar sebuah rumah pada 1 Januari 2011 yang memiliki luas
lahan 500 m2, umur kronologis 12,5 tahun, luas lantai 150 m2, fasilitas listrik,
PDAM dan finishing sederhana, nilai pasar tanah di awal tahun 2011 adalah Rp.
2 juta,-/m2, dan biaya membangun rumah baru di awal tahun 2011 adalah adalah
Rp. 2,5 juta,-/m2
Jawab
. Karena terawat dengan baik, maka rumah tersebut terlihat
seperti bangunan berumur 5 tahun. Umur ekonomi rumah tersebut adalah 50
tahun, dan tidak ada Penyusutan ekonomi dan fungsi.
Nilai tanah 500 m2
Nilai bangunan:
X 2.000.000,- 1.000.000.000,-
150 m2
(-)
X 2.500.000,- 375.000.000,-
Nilai pasar 1.337.500.000,-
Penyusutan (5/50)X 100% 37.500.000,- 337.500.000,-
![Page 24: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/24.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 24/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 23
Metode lain yang dapat digunakan untuk menaksir biaya pembangunan
adalah Trend Index Biaya, Quantity Survey Method dan Unit in Place Method.
Quantity Survey Method
Jika gedung atau bangunan yang harus ditaksir adalah jalan tol, menara
BTS (base transceiver station), pelabuhan laut, pelabuhan udara, stadion, rumah
sakit, pabrik, recreational property dan lain-lain, maka, bagaimanakah cara yang
paling tepat untuk menghitung biaya pembangunannya?
Maka, cara yang dapat digunakan adalah Quantity Survey Method, yaitu
dengan cara menjumlahkan biaya membangun atau biaya instalasi seluruh
komponen dari bangunan. Metoda ini biasanya digunakan oleh kontraktor atau
pemborong untuk menghitung besarnya nilai kontrak suatu proyek yang biasanya
disebut dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Penilai harus mengetahui secara lengkap proses atau tahapan
pembangunan properti yang akan dinilai, rumah misalnya. Maka tahapan
pembangunan rumah meliputi tahap perencanaan, perhitungan biaya,
perizinan, pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan pasangan atau
plester, pekerjaan beton dan lantai, pekerjaan kayu, pekerjaan atap dan
plafon, pekerjaan fiinishing, pekerjaan listrik dan pekerjaan lain-lain. Dalam
tahap ini, alangkah baiknya jika penilai mendapatkan gambar teknik
bangunan.
b. Penilai harus mampu menghitung volume setiap pekerjaan. Perhitungan ini
didasarkan pada gambar teknik bangunan yang telah diperoleh, baik dari
pemilik gedung ataupun digambar sendiri oleh penilai.
c. Menghitung biaya per satuan pekerjaan, dengan terlebih dulu mengupdate
(sesuai dengan tanggal penilaian) harga satuan material dan upah sesuai
dengan daerah masing-masing di mana properti tersebut berada.
Komponen upah, misalnya meliputi tukang, kepala tukang, pekerja, mandor,
pengawas, kenek, analis dan lain-lain. Komponen material, misalnya harga
cat kayu, cat tembok, cat besi dan lain-lainnya, beton dan barang dari beton,
peralatan sanitasi, bata halaman, paving blok, asbes, genteng dan keramik,
tegel, keramik, kayu, listrik, bahan logam besi, baja tulangan besi, beton,
kawat, seng, paku, penggantung, pengunci, aspal, batu alam, agregat, pasir,
semen, kaca, bahan plastik, peralatan kebersihan dan lain-lain.
![Page 25: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/25.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 25/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 24
Secara umum, jenis-jenis satuan pekerjaan yang harus diketahui oleh
seorang penilai adalah pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan
pasangan, pekerjaan beton, pekerjaan plesteran, pekerjaan pasang tegel,
pekerjaan keramik, pekerjaan konblok, pekerjaan rangka atap, pekerjaan
pintu dan jendela, pekerjaan plafon, pekerjaan lisplang, pekerjaan talang,
pekerjaan atap, pekerjaan cat-catan, pekerjaan bongkaran, pekerjaan
sanitasi, pekerjaan besi dan aluminium, pekerjaan kunci dan kaca, pekerjaan
listrik.
d. Mengalikan setiap volume pekerjaan dengan biaya setiap satuan pekerjaan.
Seluruh biaya tersebut belum termasuk PPN (Pajak Pertambahan Nilai),
biaya jasa konsultan dan lain-lain.
3. Penyusutan
Penyusutan atau penyusutan terjadi manakala nilai pasar bangunan lebih
kecil dari biaya reproduksi baru atau biaya penggantian baru. Ada dua penyebab
Penyusutan yaitu Penyusutan yang disebabkan oleh faktor internal (kerusakan
fisik dan keusangan fungsi) dan faktor eksternal (keusangan ekonomi).
a. Kerusakan fisik (Physical deterioration).
Kerusakan bangunan disebabkan oleh pemakaian atau penggunaan
manusia, getaran mesin, serangan oleh binatang ataupun sebab alam.
1. Metode Straight Line
Penyusutan jenis ini dihitung berdasarkan umur efektif yang dibandingkan
dengan umur ekonomis, kemudian dikalikan dengan 100%.
Umur efektif artinya suatu umur yang didasarkan pada kondisi terlihat dan
tergantung pada perawatan bangunan. Jika perawatan bagus, maka
bangunan tersebut terlihat lebih muda dari umur yang sebenarnya (umur
kronologis). Demikian sebaliknya, jika perawatan yang kurang, akan
menyebabkan bangunan terlihat lebih tua dari umur yang sebenarnya.
Umur ekonomis artinya suatu umur yang mana sebuah bangunan
menguntungkan secara ekonomis tanpa membahayakan keselamatan
manusia. Umur ekonomis memiliki standar yang berbeda-beda setiap
daerah, dan tergantung juga pada jenis bangunan, apakah itu rumah
tinggal, toko, SPBU, mall, apartemen, hotel, bendungan, rel kereta api,
jalan tol dll.
![Page 26: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/26.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 26/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 25
Umur kronologis atau aktual adalah suatu umur bangunan yang dihitung
sejak bangunan tersebut selesai dibangun sampai dengan tanggal
penilaian.
Umur fisik adalah adalah suatu umur dimana bangunan tersebut
diprediksi sampai dengan tidak bisa dipakai.
2. Engineering Breakdown Method
Setiap material bangunan memiliki umur fisik yang tidak sama. Ada yang
pendek seperti cat tembok atau dinding yang mungkin harus setiap tahun
dilakukan pengecatan ulang, ataupun yang umurnya puluhan tahun
seperti pondasi. Bahkan batu kali yang menjadi bagian dari pondasi,
memiliki umur kronologis lebih tua dari umur manusia.
Berdasarkan kenyataan tersebut dan terlihat atau tak terlihatnya
komponen bangunan (semacam pondasi), maka Penyusutan bangunan
dihitung berdasarkan pada keadaan masing-masing fisik material
bangunan.
3. Curable Phisical Deterioration
Besarnya Penyusutan dihitung dari jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
memperbaiki ataupun memulihkan material atau komponen yang rusak.
Penilai harus lebih berhati-hati dalam menggunakan metode ini, artinya
harus melakukan penyelidikan dan pengamatan lebih mendetail tentang
bangunan tersebut, agar Penyusutan yang diperkirakan tidak
menyesatkan.
Kebalikan dari curable phisical deterioration adalah incurable phisical
deterioration artinya besarnya Penyusutan dihitung berdasarkan biaya
yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki atau memulihkan komponen
material yang tergolong tidak dapat diperbaiki, misalnya pondasi.
![Page 27: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/27.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 27/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 26
b. Keusangan fungsi (Functional Obsolesence)
Terjadi manakala terdapat fungsi bangunan yang berlebihan (excess) atau
kekurangan fungsi (deficiency). Contoh tata letak kamar sebuah rumah yang
tidak tepat, ketinggian dinding yang melebihi dari kewajaran, lebar pintu yang
melebih kewajaran dan lain-lain. Keusangan fungsi biasanya dikaitkan
dengan estetika (kesopanan), privacy, safety, efisiensi energi, sirkulasi udara,
unity, kebersihan dan lain-lain.
c. Keusangan ekonomi (Economic Obsolesence),
Keusangan ekonomi disebabkan oleh faktor luar atau eksternal. Contohnya
adalah karena faktor ekonomi (demand), zoning, peraturan tata kota, faktor
lingkungan dan lain-lain. Untuk menghitung besarnya keusangan ekonomi
adalah sulit. Karena hanya dapat diperkirakan melalui penurunan besarnya
nilai pasar yang disebabkan oleh selain kerusakan fisik dan keusangan
fungsi.
![Page 28: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/28.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 28/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 27
KEGIATAN BELAJAR 5
PENDEKATAN PENDAPATAN (INCOME APPROACH)
A. Indikator
Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini, peserta diharapkan dapat
menjelaskan tentang:
1. Pengertian Pendekatan Pendapatan
2. Metoda dalam Pendekatan Pendapatan
3. Tingkat Kapitalisasi
B. Uraian dan Contoh
1. Pendahuluan
Pendekatan pendapatan digunakan untuk menilai properti yang mampu
menghasilkan pendapatan (income producing property). Langkah dasar dalam
pendekatan pendapatan adalah sebagai berikut:
a. Menghitung pendapatan kotor dari properti.
b. Menghitung biaya operasional, biasa disebut dengan outgoings (biaya
tahunan) yang terdiri dari management, maintenance, insurance dan property
tax (Pajak Bumi dan Bangunan).
c. Menghitung pendapatan bersih.
d. Proses kapitalisasi yaitu memilih tingkat kapitalisasi yang sesuai untuk
properti.
Metoda yang digunakan untuk menghitung nilai modal atau nilai properti
adalah Gross income multiplier (GIM), Direct capitalization, Discounted cashflow
(DCF), Residual technique.
2. Metode-Metode dalam Pendekatan Pendapatan
a. Direct Capitalisation Method
Direct capitalisation digunakan dengan anggapan bahwa properti tersebut
menghasilkan pendapatan bersih per tahun yang jumlahnya tetap sepanjang
masa. Dengan demikian, metoda ini sangat cocok untuk properti yang tidak
begitu rumit dalam pengurusannya atau manajemen. Contoh properti jenis ini
adalah rumah, ruko, tanah kosong dan lain-lain. Selain itu juga, apapun
kedudukan atau strata sosial dari pemilik tidak berpengaruh terhadap sewa
![Page 29: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/29.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 29/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 28
pasar properti tersebut. Mengingat besaran sewa ditentukan oleh kekuatan
pasar.
Contoh, Sebuah rumah mampu menghasilkan sewa pasar bersih sebesar
Rp. 10 juta,-/tahun dengan asumsi akan diterima sepanjang masa. Jika
tingkat kapitalisasi properti di daerah tersebut adalah 5%. Maka nilai pasar
(modal) ke atas properti tersebut adalah...
Jawab
Sewa pasar bersih diterima Rp. 10.000.000,-
X YP ke abadi 5% = 1/5%
Rp 200.000.000,-
20 X
b. Gross Income Multiplier
Dihitung dengan cara mengkalikan pendapatan kotor dengan gross
income multiplier . Jika pendapatan kotor suatu properti adalah Rp. 20 juta,-
dan angka pengganda adalah 20, maka nilai pasar properti tersebut adalah
Rp. 400 juta,-. Angka pengganda diperoleh melalui data pasar, caranya
adalah harga properti sejenis yang telah terjadi di pasar dibagi dengan
pendapatan kotor.
c. Residual Method
Metode residual dihitung berdasarkan pada nilai sewa yang diperoleh dari
sebuah properti. Nilai sewa tersebut sebetulnya terdiri dari sewa gedung dan
sewa bumi.
1. Jika sewa bumi dikalikan dengan tingkat kapitalisasi bumi, maka akan
diperoleh nilai bumi saja. Cara ini disebut dengan Land residual
Technique. Penentuan tingkat kapitalisasi bumi dapat saja dibandingkan
dengan tingkat suku bunga yang bebas resiko, misalnya SUN (surat
utang negara).
2. Jika sewa bangunan dikalikan dengan tingkat kapitalisasi bangunan,
maka akan diperoleh nilai bangunan saja. Cara ini dinamakan Building
residual technique.
3. Jika sewa secara keseluruhan dikalikan dengan tingkat kapitalisasi
tertentu (biasa disebut composite rate), maka cara ini dinamakan Property
Residual Technique. Cara ini hampir sama dengan direct capitalisation
method.
![Page 30: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/30.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 30/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 29
d. Discounted Cash Flow/DCF
DCF digunakan untuk menghitung nilai properti sebagai penyempurnaan
atas kelemahan pada direct capitalisation, yang mana direct capitalisation
mengasumsikan pendapatan tetap sepanjang masa. DCF cocok untuk
properti yang memiliki tingkat kerumitan dalam manajemen sehingga
pendapatan kotor, outgoings dan pendapatan bersih selalu berubah-ubah
setiap tahunnya.
Metode DCF cocok digunakan untuk menilai income producing property
semacam perkebunan, perhutananan, pertambangan, hotel, SPBU, gedung
perkantoran, mall dan lain-lain.
Salah satu dari banyak persoalan yang harus diperhatikan dalam DCF
adalah (1) memprediksi pendapatan dan pengeluaran, yang mana dalam
peramalan ini dapat saja menggunakan regresi linier sederhana; (2)
memprediksi tingkat diskonto dan (3) memprediksi tingkat kapitalisasi.
3. Tingkat kapitalisasi
Tingkat kapitalisasi ini sama dengan composite rate, sebagaimana telah
sedikit dijelaskan dalam property residual technique. Penentuan tingkat
kapitalisasi hendaknya berhati-hati, karena jika salah dalam menentukannya
akan berakibat fatal. Penentuan tingkat kapitalisasi dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu summation method, band of investment dan comparative
sales method.
Summation method mempertimbangkan tingkat suku bunga bank dari
usaha yang bebas resiko, resiko usaha, likuiditas, beban manajemen,
kemungkinan atas kenaikan atau penurunan nilai, perpajakan dan hipotek.
Sementara itu, band of investment mempertimbangkan tingkat pengembalian
modal sendiri dan tingkat pengembalian modal pinjaman.
Comparative sales method dilakukan dengan cara membandingkan nilai
sewa bersih per tahun dengan harga jual properti tersebut kemudian dikalikan
dengan 100%. Cara seperti ini adalah cara yang paling mudah dilakukan,
kesulitannya adalah menentukan data pembanding yang sesuai. Contoh, jika
sewa pasar bersih adalah Rp. 10 juta,-/tahun, nilai pasarnya adalah Rp. 200
juta,- maka tingkat kapitalisasinya adalah 5%.
![Page 31: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/31.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 31/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 30
KEGIATAN BELAJAR 6
LAPORAN PENILAIAN
(VALUATION REPORT)
A. Indikator
Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini, peserta diharapkan dapat
menjelaskan tentang bentuk-bentuk laporan penilaian.
B. Uraian dan Contoh
1. Pendahuluan
Laporan penilaian adalah suatu dokumen yang mencantumkan instruksi
penugasan, tujuan dan dasar penilaian, dan hasil analisis yang menghasilkan
opini nilai. Suatu laporan penilaian dapat juga menjelaskan proses analisis yang
dilakukan dalam pelaksanaan penilaian, dan menyatakan informasi yang penting
yang digunakan dalam analisis. Laporan Penilaian dapat berupa lisan maupun
tertulis. Jenis, isi, dan panjangnya laporan dapat bervariasi tergantung pada
pengguna yang dimaksud, persyaratan hukum, jenis properti, dan sifat dasar
serta kompleksitas penugasan.
Bentuk laporan penilaian meliputi
a. Laporan Lisan (Oral Report) yang digunakan manakala situasinya sangat
mendesak, hasil penilaian yang dikomunikasikan secara verbal dengan
dipresentasikan di depan sidang pengadilan baik sebagai saksi ahli atau
pemberian kesaksian. Suatu laporan yang dikomunikasikan secara lisan
kepada klien harus didukung dengan suatu kertas kerja dan minimal
ditindaklanjuti dengan ringkasan tertulis dari penilaian
b. Laporan Tertulis, adalah hasil penilaian yang dikomunikasikan kepada
Pemberi Tugas dalam bentuk tulisan, termasuk yang dikomunikasikan secara
elektronik. Laporan tertulis dapat merupakan suatu dokumen narasi terinci
yang berisikan semua materi yang terkait yang diuji dan dianalisis untuk
mendapatkan kesimpulan nilai atau dokumen narasi ringkas, termasuk
pemutakhiran nilai secara periodik (Penilaian Ulang), formulir yang digunakan
oleh Pemerintah atau badan yang lain, atau surat-surat yang ditujukan
kepada Pemberi Tugas. Laporan penilaian tertulis dapat berupa:
![Page 32: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/32.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 32/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 31
1. Laporan surat (Letter Report), contohnya adalah SPPT PBB (Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan);
2. Laporan Formulir atau Sederhana atau Singkat (Form Report)
3. Laporan Lengkap (Narrattive Report).
MAPPI (2007) memberikan arahan tentang beberapa hal yang harus
diperhatikan saat membuat laporan penilaian yaitu sebagai berikut:
a. Laporan penilaian tidak akan dianggap mencukupi manakala kurang tegas
atau dapat merancukan pembaca ataupun menimbulkan impresi atau
penafsiran yang salah.
b. Judul laporan penilaian adalah “Laporan Penilaian ( Appraisal Report atau
Valuation Report), bukannya “Sertifikat Penilaian ( Appraisal atau Valuation
Certificate).
c. Tugas penilai adalah memberikan opini yang objektif dan independen.
d. Bentuk laporan penilaian yang digunakan dan rincian yang termasuk di
dalamnya merupakan kebijakan penilai.
e. Semua laporan harus merujuk dalam tabel.
2. Laporan Lengkap
Laporang lengkap terdiri dari beberapa bab misalnya:
a. Bab I yang terdiri dari pengantar, halaman judul, daftar Isi, surat pengantar,
ikhtisar data dan kesimpulan, asumsi dan pembatasan;
b. Bab 2 yang terdiri dari uraian data yang nyata berisi tentang tujuan penilaian,
uraian yuridis, uraian lingkungan, data aktiva tetap, lokasi, pengembangan,
sarana, peruntukan;
c. Bab 3 yang terdiri dari analisis dan kesimpulan terdiri dari analisis highest
and best use, nilai tanah, penilaian dengan Pendekatan Biaya, penilaian
dengan Pendekatan Pendapatan, penilaian dengan Pendekatan Data Pasar,
interpretasi dan korelasi penilaian, kesimpulan nilai dan
d. Bab 4 yang terdiri dari lampiran peta situasi, lay-out bangunan, foto,
pernyataan penilai, referensi.
Penulis berpendapat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menyusun laporan lengkap yaitu:
a. Penggunaan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan EYD.
![Page 33: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/33.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 33/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 32
b. Alamat properti dan status hukum subjek pajak, hendaknya konsisten
penulisannya dari awal sampai akhir penulisan laporan penilaian,
c. Uraian yuridis berkaitan dengan status hak atas tanah (objek PBB) yang bisa
berupa sertifikat hak atas tanah (misalnya SHM, Sertifikat HGB, HGU, HP,
HPl, HMSRS) ataupun bukan sertifikat misalnya akta jual beli, girik dan lain-
lain.
d. Walaupun tanpa diberikan perhitungannya secara matematis, analisis
Highest and Best Use tetap harus dinyatakan, misalnya dengan sebuah
kalimat yang menyatakan bahwa jenis penggunaan bangunan sudah sesuai
dengan ketentuan dari dinas tata kota.
e. Rekonsiliasi nilai, hendaknya penilai berhati-hati dalam melakukan hal ini.
Nilai yang dipilih hendaknya didasarkan pada sifat atau nature dari properti
tersebut dan dapat diterima secara logis.
Contoh sebuah laporan penilaian, dapat dilihat pada lampiran.
![Page 34: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/34.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 34/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 33
Lampiran : Laporan Penilaian
![Page 35: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/35.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 35/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 34
![Page 36: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/36.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 36/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 35
![Page 37: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/37.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 37/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 36
![Page 38: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/38.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 38/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 37
![Page 39: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/39.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 39/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 38
![Page 40: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/40.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 40/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 39
![Page 41: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/41.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 41/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 40
![Page 42: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/42.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 42/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 41
![Page 43: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/43.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 43/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 42
![Page 44: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/44.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 44/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 43
![Page 45: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/45.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 45/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 44
![Page 46: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/46.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 46/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 45
![Page 47: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/47.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 47/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 46
![Page 48: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/48.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 48/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 47
DAFTAR ISTILAH
Nilai Pasar adalah
MAPPI
KEPI
SPI
Certified valuer
Appraisal
Valuation
Harga
Biaya
Insurable value
Book Value
Forced sales value
Assessed, rateable, taxable value
Utility
Scarcity
Transferability
Prinsip antisipasi
Prinsip perubahan
Prinsip permintaan
Prinsip kompetisi
Prinsip substitusi
Prinsip keseimbangan
Prinsip kontribusi
Prinsip konformitas
Prinsip eksternalitas
Properti
Real estate
HBU
Single use situation
Interim use
Legally non conforming use
Uses that are not highest and best
Multiple use
![Page 49: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/49.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 49/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 48
Special purpose use
Speculative use
Excess land
Sales comparasion approach
Cost approach
Income approach
Data penawaran
Adjustment waktu
Adjustment fisik
Adjustment lokasi
Perbandingan harga langsung
Perbandingan harga tidak langsung
Sequence of adjustment
Memilih salah satu
Rata-rata
Apple to apple
Reproduction cost new
Replacement cost new
Metoda meter persegi
Metoda Quantity survey
Physical deterioration
Metoda Straight Line
Umur kronologis
Umur efektif
Engineering breakdown method
Curable phisical deterioration
Fungsional obsolesence
Curable functional obsolescence
Estetika
Safety
Efisiensi energi
Unity
Economic obsolesence
Income procucing property
![Page 50: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/50.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 50/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
MODUL PENILAIAN PROPERTY @ DIKLATTEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I 49
Direct capitalisation method
Gross income multiplier
Residual method
Discounted cash flow
Tingkat kapitalisasi
Valuation report
![Page 51: 3._Penilaian_Properti](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022021101/577cb55c1a28aba7118d1558/html5/thumbnails/51.jpg)
8/21/2019 3._Penilaian_Properti
http://slidepdf.com/reader/full/3penilaianproperti 51/51
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Heru Supriyanto
DAFTAR PUSTAKA
Appraisal Institute. 2001. The Appraisal of Real Estate. 12nd
Komite Penyusun Standar Penilaian Indonesia, 2007. Standar Penilaian
Indonesia 2007, Jakarta
Edition. USA
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.01/2008 tentang Jasa Penilai
Publik
Supriyanto, Heru, BEM, MSi, 2011. Penilaian Properti Tujuan PBB, PT. Indeks,
Jakarta
Yunus, Muhammad Yunus. 1992., et al. Penilaian Harta Tanah. BPPK – ITM.
Malang