4-18-1-pb

6
Sitti Hajar, Lupus Vulgaris 19 Lupus Vulgaris Sitti Hajar Abstrak. Lupus vulgaris (LV) adalah salah satu bentuk infeksi tuberkulosis kutis yang bersifat kronis dan progresif. Kelainan ini jarang dijumpai dan insidensinya makin menurun. Lupus vulgaris dapat disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis, tetapi dapat pula disebabkan oleh mikrobakteria atipikal. Lupus vulgaris (LV) jika tidak diobati, dalam waktu lama akan bersifat progresif destruktif. Lupus vulgaris (LV) mempunyai berbagai bentuk klinis, yaitu bentuk plana, hipertrofik, dan ulseratif. (JKS 2006;1:19-24) Kata Kunci: Lupus vulgaris (LV), infeksi tuberkulosis kutis, Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis Abstract. Lupus vulgaris (LV) is a kind of cutis tuberculosis infections that have chronic and progressive characteristics. This kind of abnormality is rarely found and the case of this disease continues to decrease. Lupus vulgaris may be caused by Mycobacterium tuberculosis and Mycobacterium bovis, but it also may be caused by a kind of typical microbacteria. If Lupus vulgaris (LV) do not treated properly, in a long period of time will become progressive destructive. Lupus vulgaris (LV) has various clinical forms: plana, hypertrophic, and ulcerative. (JKS 2006;1:19-24) Keywords : Lupus vulgaris (LV), cutis tuberculosis infection, Mycobacterium tuberculosis and Mycobacterium bovis Pendahuluan Lupus vulgaris (LV) disebut juga dengan tuberkulosis kutis luposa adalah salah satu bentuk infeksi tuberkulosis kutis yang bersifat kronis dan progresif. kelainan ini jarang dijumpai dan insidensinya makin menurun, dikarenakan adanya obat-obat anti-tuberkulosis yang efektif dan perbaikan sosial ekonomi. 1 LV terutama dijumpai pada daerah yang beriklim dingin dan lembab, jarang dijumpai pada negara tropis. 21 Sitti Hajar adalah dosen pada Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Kelainan kulitnya berupa nodus- nodus eritematosa atau coklat kemerahan yang berubah warna menjadi kuning (apple jelly colour) pada pcnekanan dengan menggunakan kaca objek (diaskopi). Lesi tersebut akan berkonfluen membentuk plak. Tempat predileksi di wajah, leher, badan dan ekstremitas. 1,3 Dalam tulisan ini akan dilaporkan satu kasus LV di wajah yang jarang dijumpai. Kasus Seorang laki-laki berusia 45 tahun, dating pada bakti sosial di Seulimum, Aceh Besar pada tanggal 7 juni 2005 dengan keluhan utama borok berkeropeng yang tidak sembuh-sembuh pada pipi kiri dan

Upload: sukandranaarya

Post on 08-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

PB

TRANSCRIPT

  • Sitti Hajar, Lupus Vulgaris

    19

    Lupus Vulgaris Sitti Hajar

    Abstrak. Lupus vulgaris (LV) adalah salah satu bentuk infeksi tuberkulosis kutis yang bersifat kronis dan progresif. Kelainan ini jarang dijumpai dan insidensinya makin menurun. Lupus vulgaris dapat disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis, tetapi dapat pula disebabkan oleh mikrobakteria atipikal. Lupus vulgaris (LV) jika tidak diobati, dalam waktu lama akan bersifat progresif destruktif. Lupus vulgaris (LV) mempunyai berbagai bentuk klinis, yaitu bentuk plana, hipertrofik, dan ulseratif. (JKS 2006;1:19-24)

    Kata Kunci: Lupus vulgaris (LV), infeksi tuberkulosis kutis, Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis

    Abstract. Lupus vulgaris (LV) is a kind of cutis tuberculosis infections that have chronic and progressive characteristics. This kind of abnormality is rarely found and the case of this disease continues to decrease. Lupus vulgaris may be caused by Mycobacterium tuberculosis and Mycobacterium bovis, but it also may be caused by a kind of typical microbacteria. If Lupus vulgaris (LV) do not treated properly, in a long period of time will become progressive destructive. Lupus vulgaris (LV) has various clinical forms: plana, hypertrophic, and ulcerative. (JKS 2006;1:19-24)

    Keywords : Lupus vulgaris (LV), cutis tuberculosis infection, Mycobacterium tuberculosis and Mycobacterium bovis

    Pendahuluan

    Lupus vulgaris (LV) disebut juga dengan tuberkulosis kutis luposa adalah salah satu bentuk infeksi tuberkulosis kutis yang bersifat kronis dan progresif. kelainan ini jarang dijumpai dan insidensinya makin menurun, dikarenakan adanya obat-obat anti-tuberkulosis yang efektif dan perbaikan sosial ekonomi.1 LV terutama dijumpai pada daerah yang beriklim dingin dan lembab, jarang dijumpai pada negara tropis.21

    Sitti Hajar adalah dosen pada Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

    Kelainan kulitnya berupa nodus-nodus eritematosa atau coklat kemerahan yang berubah warna menjadi kuning (apple jelly colour) pada pcnekanan dengan menggunakan kaca objek (diaskopi). Lesi tersebut akan berkonfluen membentuk plak. Tempat predileksi di wajah, leher, badan dan ekstremitas.1,3 Dalam tulisan ini akan dilaporkan satu kasus LV di wajah yang jarang dijumpai.

    Kasus

    Seorang laki-laki berusia 45 tahun, dating pada bakti sosial di Seulimum, Aceh Besar pada tanggal 7 juni 2005 dengan keluhan utama borok berkeropeng yang tidak sembuh-sembuh pada pipi kiri dan

  • JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 6 Nomor 1 April 2006

    20

    kanan sudah 2 tahun. Mula-mula berupa bintil sebesar kacang hijau lambat laun meluas ke tepi pelebaran bagian tepi menimbul dan permukaannya teraba kasar, berwarna merah keunguan. Lesi kulit kadang-kadang bernanah. Peaderita sudah sering berobat diberi tablet, kapsul (nama lupa) dan kompres jernih tetapi tidak pernah membaik. Tidak pernah mendapat obat-obatan yang dimakan secara teratur untuk waktu lama, tidak pernah mendapat suntikan yang sering dan teratur, juga tidak pernah mendapat pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan foto paru-paru Keluarga dan teman-teman penderita tidak ada yang menderita penyakit serupa atau menderita batuk yang lama.

    Pemeriksaan Fisik

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis. Tinggi badan 160

    cm dan berat badan 46 kg. Tonsil, faring, dan alat-alat dalam tidak dijumpai kelainan. Kelenjar getah bening servikalis tidak membesar. Pada pipi kiri dan kanan dijumpai plak eritematosa berukuran 5x4 cm, bentuk tidak teratur, dengan tepi tidak rata, batas tegas, sebagian menimbul, sebagian tak menimbul dari permukaan kulit, sebagian basah, sebagian kering, sisi kiri bawah serpiginosa. Efloresensi berupa eritema, pus, erosi, ekskoriasi, skuama, krusta serosa, krusta sanguinolenta dikelilingi halo merah keunguan yang menimbul dan teraba keras. Pada pemeriksaan diaskopi tidak ditemukan apple jelly colour.

    Laboratorium

    Darah : Hb 15,2 gr%, lekosit 8200/mm3, Hitung jenis bas /eos3/ bat -/seg 56/limf 40/mono 1, gula darah 76 mg%, BSE

    15/32 mm/j, SCOT2) UfL, SGPT 19 U/L.

    Urin dan feses : tak ada kelainan Tes kulit dengan PPD 5 TU

    memberikan hasil positif, berupa eritema dan indurasi 25 x 30 cm dengan vesikel diatasnya.

  • Sitti Hajar, Lupus Vulgaris

    21

    Foto torak : tak tampak tuberkuiosis paru aktif. Pemeriksaan histopatologis menunjukkan sediaan kulit dengan epidermis yang atrofi. Dermis menunjukkan granuloma tuberkuloid yang terdiri atas sel-sel epiteloid dan sel datia Langhans. Scbukan sel-sel radang lirafosit juga ditemukan, terutama pada dermis bagian atas. Gambaran histopatologik seperti ini dijumpai pada lupus vulgaris. Diagnosis kerja lupus vulgaris.

    Diagnosis Banding

    1. Lupus Vulgaris. 2. Tuberkuiosis kutis verukosa. 3. Scrofuloderma

    Diagnosis kerja

    Lupus Vulgaris

    Penatalaksanaan

    a. Topikal : kompres NaCl 0,9 % selama 5 hari

    b. Sistemik: Rifampisin 450 mg/h, INH 300 mg/h, Pirazinamid 100 g/h selama 2 bulan, dilanjutkan dengan Rifampisin 600 mg/h, INH 00 mg/h 2x seminggu selama 6 bulan.

    Sesudah pcngobatan dua setengah bulan, eritema tidak tampak lagi dan hanya bercak hiperpigmentasi yang menunjukkan tanda penyembuhan, sehingga obat-obat dapat dihentikan, Setiap bulan diperiksa laboratorium darah rutin, fungsi hati dan ginjal, hasilnya tidak dijumpai kelainan.

    Diskusi

    LV dapat disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis, tetapi dapat pula disebabkan oleh mikobakteria atipikal.2,5 Sumber infeksi pada penderita ini tidak jelas. Cara infeksi LV dapat terjadi secara endogen dan eksogen, melalui beberapa cara, yakni: penjalaran langsung ke kulit dari organ di bawah kulit yang telah dikenai penyakit tuberkulosis, secara hematogen, limfogen, dan inokulasi langsung, pada beberapa kasus LV ditemukan sesudah pemberian vaksinasi BCG.3,6 Diagnosis LV pada kasus ini berdasarkan gambaran klinis, ditunjang pemeriksaan histopatologis dan tes tuberkulin. Lesi kulit penderita ini berupa bentuk tidak teratur, dengan tepi tidak rata, batas tegas, sebagian menimbul, sebagian tak menimbul dari permukaan kulit, sebagian basah, sebagian kering, sisi kiri bawah serpiginosa. Pemeriksaan diaskopi tidak ditemukan apple jelly colour. Apple jelly colour bukanlah tanda untuk diagnosis pasti LV, karena tanda ini dapat pula dijumpai pada berbagai penyakit lain, misalnya sarkoidosis, rosasea granulomatosa, lupus eritematosus granulomatosa, pseudolimfoma, dan spitz nevus.3-5 Pada penderita ini lokasi lesi kulit di pipi kiri dan kanan, hal ini jarang dijumpai, karena di negara kita umumnya berlokasi di badan dan ekstremitas. Di negara Barat umumnya berlokasi di wajah dan leher, sedangkan di daerah badan dan ekstremitas jarang dijumpai.2,7

  • JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 6 Nomor 1 April 2006

    22

    LV mempunyai berbagai bentuk klinis, yaitu bentuk plana, hipertrofik, dan ulseratif.5 Pembagian lainnya yaitu, lupus spot, LV planus, LV eksfoliativus, LV verukosus, LV tumidus dan hipertrofikus, LV ulserosus, dan LV pada membran mukosa.3,5 LV jika tidak diobati, dalam waktu lama akan bersifat progresif destruktif. Walaupun kadang-kadang dapat terjadi penyembuhan spontan yang meninggalkan sikatriks dan jika kambuh lesi akan timbul di sikatriks. Sikatriks yang hipertrofik dapat menyebabkan keloid, ektropion sikatrikal, mutilasi pada wajah dan ekstremitas (LV mutilans). Meskipun sangat jarang dapat pula terjadi karsinoma sel skuamosa di sikatriks (lupus karsinoma), karsinoma sel basal, dan sarcoma.1,7 Tes tuberkulin dengan purified protein derivatives (PPD) 5TU pada kasus ini positif, diameter induraasi 25x30 cm. PPD 5TU sesuai dengan 5OT, pengenceran 1:10.000. Berdasarkan imunitas (tes tuberkulin), penderita ini termasuk normergik, yaitu positif dengan tuberkulin pengenceran sedang (1: 10.000-100.000). Selain dengan PPD dari M. tuberculosis, juga dapat dites dengan PPD yang dibuat dari mikobakteria atipikal. Pada tuberkulosis kutis, tes tuberkulin mempunyai arti pada usia 5 tahun ke bawah dan jika positif hanya berarti pernah atau sedang menderita penyakit tuberculosis.6 LV memberikan gambaran histopatologik sebagai berikut, pada epidermis umumnya menunjukkan atrofi, tetapi dapat pula terjadi hiperkeratosis, akantosis, dan papilomatosis. Dermis menunjukkan

    granuloma tuberkuloid yang terdiri atas sel-sel epiteloid dan sel datia, biasanya sel datia Langhans. Tuberkel dan infiltrat mononuklear (limfosit) biasanya banyak di dermis bagian atas. Nekrosis perkijuan dalam tuberkel dan basil tahan asam sangat jarang atau sulit dijumpai. Pada daerah yang menyembuh, terlihat gambaran fibrosis.8 Gambaran histopatologik pada kasus ini sesuai dengan gambaran tersebut. Lupus vulgaris biasanya salah diagnosis sebagai tuberkulosis kutis verukosa (TKV) terutama pada yang gambaran klinisnya tidak khas, berupa papul-papul verukosa. TKV mempunyai gambaran klinis yang khas berupa papul-papul lentikular dengan permukaan verukosa di atas kulit yang eritematosa. Bentuknya menyerupai bulan sabit, akibat penjalaran yang serpiginosa, lokasi umumnya di tungkai bawah, tempat yang sering mendapat trauma.6 Mempunyai gambaran histopatologik yang agak mirip, pada TKV epidermis mengalami hiperkeratosis, akantosis, dan papilomatosis. Sel-sel polimorfonuklear (PMN) terletak di dermis bagian atas, granuloma tuberkuloid terletak di dermis bagian tengah dan jumlah basil tahan asam lebih banyak dijumpai daripada lupus vulgaris.6 Penatalaksanaan tuberkulosis kutis sama dengan tuberkulosis paru, penatalaksanaan harus dalam kombinasi dengan mengikutsertakan INH. Sedapat-dapatnya dipilih paling sedikit 2 obat yang bersifat bakterisidal dan masih sensitif, diberikan seawal mungkin.3-5 Pada kasus ini kami memberikan kombinasi INH, rifampisin, dan pirazinamid. Setelah dua bulan,

  • Sitti Hajar, Lupus Vulgaris

    23

    pirazinamid dihentikan, sedangkan yang lain diteruskan.6 Setelah pengobatan dua setengah bulan, lesi kulit pada penderi ta ini hanya berupa bercak hiperpigmentasi, yang menunjukkan tanda penyembuhan. Dari pemeriksaan fisis dan laboratorium tidak dijumpai adanya tanda-tanda efek samping dari obat - obat antituberkulosis (OAT).

    Daftar Pustaka

    1. Savin JA. Mycobacterial infections. In: Champion RH, Borton JL, Ebling FJG. Rook/Wilkinson/Ebling. Textbook of Dermatology. 5th ed. Oxford: Blackwell Scientific Publication. 2004:1046-9.

    2. Moschella SL, Cropley TG. Diseases Of The Mononuclear Phagocytic System, dalam Moschella SL, Hurley HJ.(eds.): Dermatology. 4rd ed. London: W.B. Saunders Co. 2003:1081-95.

    3. Braun-Falco O, Plewig G, Wolff HN, Winkelman RK. Tuberculosis of the skin. In: Dermatology 3rd ed. Berlin: Springer-Verlag. 2002:131-40.

    4. Adriaan B, Soto LD. Tropical bacterial dermatosis II. In: Canizarcs O, Harman RRM. Clinical tropical dermatology. 2nd ed. Boston: Blackwell Scientific Publications. 2003: 201-15.

    5. Wolff K, Tappeiner G. Mycobacterial Diseases Tuber culosis Mycobacterial Infections, dalam: Fitzpapatrick TB Eisen AZ, Freedberg IM, Austen KF (eds.) Dermatology in General Medicine. New York, Toronto: McGraw Hill Co. 2001:2157-8.

    6. Wong KO.. Cutaneus Tuberculosis : Diagnosis and treat ment. Med.Pros. 1999:13-15.

    7. Arnold HL, Odom RB, James WD. Diseases Of The Skin. 9th. ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co. 2000.

    8. Lever WF, Schaumburg - Lever G. Histopathology of the Skin. 6th ed. Philadelphia: JB Lippincott Co. 1993: 328-30.

  • JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 6 Nomor 1 April 2006

    24