4.1 lokasi daerah penelitian -...
TRANSCRIPT
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Lokasi Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 03 Ngumbul
Kecamatan Todanan Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran
2011/2012 dengan Subyek Penelitian Siswa Kelas V sebanyak 24 siswa
yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki. Letak
Sekolah Dasar Negeri 03 Ngumbul berada di Wilayah Kelurahan Ngumbul
Kecamatan Todanan Kabupaten Blora. Jarak tempuh ke Sekolah Dasar
Negeri 03 Ngumbul dari tempat wisata alam Goa Terawang yang ada di
Kecamatan Todanan yaitu ±4 km. Suasana Sekolah Dasar Negeri 03
Ngumbul masih asri dengan suasana pedesaan. Sekolah Dasar Negeri 03
Ngumbul ini sebelah Utara berbatasan TK. Pertiwi 1 Ngumbul, sebelah
Timur berbatasan dengan perumahan warga, sebelah Selatan berbatasan
dengan Jalan Raya, dan sebelah Barat berbatasan dengan MTs. Al Kauzar
Todanan dan SMP Negeri 1 Ngumbul. Letak yang strategis ini membuat
Sekolah Dasar Negeri 03 Ngumbul mudah dijangkau. Selain itu, dekat
dengan pemukiman penduduk. Sekolah Dasar Negeri 03 Ngumbul terdiri
dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan jumlah keseluruhan siswa 141 siswa.
Ruangan Sekolah Dasar Negeri 03 Ngumbul terdapat 14 ruangan
dengan rincian sebagai berikut:
No. Nama Ruang Jumlah
1. Kelas I – VI 6 ruang
2. Kantor Kepala Sekolah 1 ruang
3. Kantor Guru 1 ruang
4. Ruang Komputer TU 1 ruang
5. UKS 1 ruang
6. Dapur 1 ruang
7. Toilet Siswa 2 ruang
8. Toilet Guru 1 ruang
Selain memiliki beberapa ruangan yang telah disebutkan diatas, SD
Negeri 03 Ngumbul juga mempunyai halaman yang cukup luas yang
digunakan sebagai lapangan upacara dan lapangan saat olahraga siswa,
62
selain itu setiap depan ruangan kelas terdapat taman-taman kecil yang
digunakan untuk memperindah halaman kelas.
Fasilitas belajar yang ada di Sekolah Dasar Negeri 03 Ngumbul
masih terbatas. Adapun komputer digunakan untuk memfasilitasi guru
dalam mengetik data-data administrasi yang diperlukan, selain itu alat
peraga dalam pembelajaran juga masih terbatas. Akan tetapi penunjang
sarana belajar siswa terbatas seperti buku-buku yang dapat membantu
siswa dalam belajar, karena belum memiliki perpustakaan sebagai sarana
penunjang belajar siswa seperti buku-buku kurang lengkap, tetapi untuk
setiap ruang kelas juga sudah cukup memadai ketersediaan fasilitasnya.
4.2 Karakteristik Responden
Siswa SD Negeri 03Ngumbul berjumlah 141 anak yang terdiri mulai dari
kelas I sampai dengan kelas VI dengan masing-masing kelas terdiri atas 1 kelas.
Masing-masing kelas diampu oleh guru kelas sebanyak 1 guru. Tenaga pengajar
atau guru yang ada di Sekolah Dasar masih dikatakan cukup, jumlah tenaga
pengajar atau guru terdiri dari 11 guru dan 1 penjaga sekolah, dengan rincian
sebagai berikut: 1 Kepala Sekolah dengan pendidikan terakhir S1, 11 guru dengan
pendidikan terakhir S1 sebanyak 5 orang, D2 sebanyak 2 orang, dan 4 guru wiyata
bhakti yang merangkap sebagai bagian tata usaha. Dari 11 guru baik PNS maupun
wiyata bhakti yaitu sebanyak 9 orang sebagai guru kelas, 1 guru olahraga dengan
pendidikan terakhir S1 dan 1 guru agama islam dengan pendidikan terakhir S1,
selain itu terdapat 1 karyawan sekolah yang bertugas sebagai penjaga sekolah.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 03
Ngumbul sebanyak 24 siswa. Karakteristik siswa-siswi SD Negeri 03 Ngumbul
adalah sebagai berikut: suka bermain, fasilitas belajar yang digunakan relatif
kurang, ekonomi orang tua rata-rata ekonomi lemah, pendidikan orang tua rata-
rata berijasah SD, pekerjaan orang tua sebagian besar adalah petani, dan
kurangnya perhatian orang tua dengan anak khususnya dalam pendidikannya.
4.3 Kondisi Awal Subyek Penelitian
Sebelum pelaksanaan siklus 1 dan siklus 2, terlebih dahulu peneliti
melakukan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
63
siswa atau hasil belajar terutama pada pelajaran IPA. Selain observasi secara
langsung peneliti juga mendapatkan data dari guru kelas V melalui dokumentasi
kelas. Berdasarkan hasil observasi ini peneliti mendapatkan data bahwa keaktifan
siswa kurang dan hasil belajar siswa kelas V sangat rendah. Dari kondisi inilah
peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas atau PTK dengan tujuan untuk
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa (hasil belajar) dan hasil belajar afektif
siswa (keaktifan siswa) terutama pada pelajaran IPA. Berikut ini merupakan tabel
distribusi frekuensi keaktifan siswa dan hasil belajar siswa sebelum tindakan.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Keaktifan Belajar pada Kondisi Awal
No Kategori Interval Frekuensi Persentase
(%)
1 Sangat Aktif 63-75 0 0
2 Aktif 51-62 6 25
3 Cukup Aktif 39-50 8 33,3
4 Kurang Aktif 27-38 10 41,67
5 Tidak Aktif 15-26 0 0
Jumlah 24 100
Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa frekuensi terbanyak berada
di rentang 27 - 38 ini berarti bahwa tingkat keaktifan belajar siswa pada kondisi
awal dalam PBM berada pada kategori kurang aktif. Oleh karena itu, perlu
dilakukan perubahan model pembelajaran pada siklus 1 untuk meningkatkan
kategori ke kategori cukup aktif, aktif atau ke kategori sangat aktif.
Deskripsi Frekuensi Hasil Belajar Afektif Siswa (Keaktifan Siswa) pada
Kondisi Awal bila disajikan dalam Gambar batang, maka akan terlihat seperti
Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Diagram Batang Keaktifan Belajar Siswa Kondisi Awal
05
10
63-75 51-62 39-50 27-38 15-26
0
6 8 10
0
Fre
kue
nsi
Kategori
Tingkat Keaktifan Belajar SiswaPra Siklus
64
Sedangkan data hasil tes formatif pada kondisi awal sebelum
dilakukan tindakan yang dilakukan oleh peneliti terdapat dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2 Analisis dan Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Kondisi Awal
Kategori Rentang Nilai Frekuensi Persentase (%)
Sangat Rendah 0-20 0 0
Rendah 21-40 0 0
Sedang 41-60 16 66,67
Tinggi 61-80 5 20,83
Sangat Tinggi 81-100 3 12,5
Jumlah 24 100
Secara lebih rinci, rekapitulasi hasil tes formatif kondisi awal dapat
dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini :
Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Perolehan Nilai Kondisi Awal
Sedangkan ketuntasan hasil tes formatif kondisi awal dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Analisis dan Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Tes Formatif Kondisi
Awal
Nilai Frekuensi Ketuntasan Persentase
(%)
<63 16 Tidak Tuntas 66,67
≥63 8 Tuntas 33,33
Jumlah 24 100
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 50
Rata-rata 63,63
Dari hasil analisis tes formatif kondisi awal, masih ada 16 siswa
yang belum tuntas atau belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal
sekolah yaitu 63. Secara lebih rinci, ketuntasan hasil tes formatif kondisi
awal dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut :
05
101520
0 - 20 21 - 40 41 - 60 61 - 80 81- 100
Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
0 0
16
5 3
Fre
kue
nsi
Rentang Nilai
65
Gambar 4.3
Diagram Batang Ketuntasan Hasil Tes Formatif Kondisi Awal
Dari tabel analisis dan rekapitulasi hasil tes formatif kondisi awal dan
Gambar di atas dapat disimpulkan bahwa dari 24 siswa terdapat 8 siswa (33,33%)
yang tuntas dan 16 siswa (66,67%) yang tidak tuntas. Nilai tertinggi 100, nilai
terendah 50, serta nilai rata-ratanya yaitu 63,63. Pada kondisi awal ini proses
belajar mengajar masalah yang muncul di kelas V SD Negeri 03 Ngumbul yaitu
siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi IPA. Hal ini disebabkan guru
mengajar monoton dan kurang variatif, penggunaan metode ceramah sehingga
siswa masih menerapkan cara belajar menghafal, penggunaan media pembelajaran
yang kurang optimal. Faktor-faktor tersebut menyebabkan aktivitas siswa saat
pembelajaran kurang optimal. Siswa kurang antusias, cepat merasa bosan saat
pembelajaran berlangsung, dan keaktifan siswa kurang. Selain itu tingkat
pemahaman siswa terhadap materi pun rendah. Walaupun dengan penggunaan
metode ceramah materi dapat disampaikan secara detail, tetapi pembelajaran
dianggap bermakna saat siswa memahami materi dari pengalaman belajar dan
mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Siswa belum mampu
mengaitkan kosep dengan kehidupan sehari-hari. Pemahaman siswa mengenai
materi IPA yang kurang menyebabkan hasil belajar siswa rendah.
Berdasarkan data keaktifan belajar siswa dan hasil belajar yang rendah
dari peserta didik kelas V di SD Negeri 03 Ngumbul Semester II Tahun Pelajaran
2011/ 2012 di atas, praktikan akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Tuntas Tidak Tuntas
33%
66.67%
Pe
rse
nta
se
Ketuntasan
66
sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan model pembelajaran Numbered
Heads Together guna meningkatkan hasil belajar afektif (keaktifan belajar siswa)
dan meningkatkan hasil belajar kognitif (hasil belajar) pada mata pelajaran IPA
yang akan dilakukan dalam dua siklus.
4.4 SIKLUS I
4.4.1 Rencana Tindakan Siklus I
Praktek pembelajaran pada siklus I dilaksanakan melalui 3 pertemuan
dengan rincian sebagai berikut:
a. Pertemuan I
Setelah diperoleh informasi pada tahap observasi, maka dilakukan
diskusi dengan guru kelas V mengenai materi pembelajaran yang akan
disajikan serta alat penunjang lain yang perlu digunakan. Sebelum
mengajar pada pertemuan I, maka praktikan menyiapkan segala sesuatu
yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya (RPP) pertemuan I,
lembar kerja siswa, lembar kerja kelompok, lembar observasi, media
pembelajaran berupa contoh batuan-batuan beku, buku pembelajaran, serta
ruang/lokasi yang akan digunakan saat pembelajaran berlangsung yang
akan dilaksanakan di kelas V dan tidak kalah pentingnya adalah persiapan
fisik dan mental. Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) pertemuan I dengan pokok bahasan “Proses Pembentukan
Tanah”,dengan materi yang akan disampaikan pada pertemuan 1 yaitu
“Jenis-jenis Batuan Beku/Magma/Vulkanik”, kemudian menentukan
tujuan pembelajaran: melalui pengamatan dalam diskusi kelompok, siswa
dapat menyebutkan nama-nama batuan berdasarkan jenis golongannya,
menyebutkan ciri-ciri batuan, proses terbentuknya batuan, dan siswa
mampu mempresentasikan hasil diskusi mengenai penggolongan jenis
batuan.
Setelah menentukan tujuan pembelajaran kemudian guru menetapkan
lamanya waktu proses pembelajaran yaitu (2x35) menit dengan model
pembelajaran Numbered Heads Together yang meliputi kegiatan yaitu:
67
pada kegiatan inti sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dengan
model pembelajaran Numbered Heads together yang terdiri dari 4 tahap
yaitu: Penomoran (Numbering), Mengajukan Pertanyaan (Questioning),
Berpikir Bersama (Heads Together), dan Menjawab (Answering).
Kegiatan akhir akan dilakukan penarikan kesimpulan hasil
pembelajaran mengenai jenis-jenis batuan beku/magma/vulkanik yang
telah dipelajari. Setelah menarik kesimpulan guru akan memberikan
pemantapan dan tindak lanjut kepada siswa.
b. Pertemuan II
Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan II sebagai tindak
lanjut dan perbaikan dari kekurangan/kelemahan pada pertemuan I maka
pada perencanaan pertemuan II masih sama dengan dengan pertemuan I
tapi yang membedakan adalah materi pelajaran yaitu mengenai “jenis-jenis
batuan endapan/sedimen”. Pada pertemuan I materi yang disampaikan
mengenai “jenis-jenis batuan beku/magma/vulkanik”, pada pertemuan II
siswa akan mempelajari materi “jenis-jenis batuan endapan/sedimen”,
yang meliputi nama batuan, ciri dan manfaat, serta proses terbentuknya.
Sebelum mengajar pada pertemuan II, maka praktikan menyiapkan segala
sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan II, lembar kerja siswa, lembar
diskusi kelompok, lembar observasi, lembar cerita, buku
pembelajaran,media pembelajaran berupa contoh-contoh batuan
endapan/sedimen serta ruang/lokasi yang akan digunakan sama dengan
pertemuan I yaitu di ruang kelas V.
Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pertemuan II dengan pokok bahasan “Proses Pembentukan Tanah”,
kemudian menentukan tujuan pembelajaran dengan model pembelajaran
Numbered Heads Together dengan mempelajari tentang nama batuan, ciri
dan manfaat, serta proses terbentuknya batuan melalui kegiatan
penomoran, mengajukan Pertanyaan, berfikir bersama, menjawab
pertanyaan.
68
Setelah menentukan tujuan pembelajaran kemudian guru menetapkan
lamanya waktu proses pembelajaran yaitu (2x35) menit dengan model
pembelajaran Numbered Heads Together yang meliputi kegiatan yaitu:
pada kegiatan inti sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dengan
model pembelajaran Numbered Heads together yang terdiri dari 4 tahap
yaitu: Penomoran (Numbering), Mengajukan Pertanyaan (Questioning),
Berpikir Bersama (Heads Together), dan Menjawab (Answering).
Kegiatan akhir akan dilakukan penarikan kesimpulan hasil
pembelajaran mengenai jenis-jenis batuan endapan/sedimen yang telah
dipelajari. Setelah menarik kesimpulan guru akan memberikan
pemantapan dan tindak lanjut kepada siswa.
c. Pertemuan III
Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan III sebagai
penyempurnaan dan tindak lanjut dari pertemuan I dan II dari kekurangan
yang terjadi pada pertemuan I dan II akan diperbaiki pada pertemuan III
ini. Pada pertemuan III ini masih sama dengan dengan pertemuan I dan II
tetapi yang membedakan adalah materi pelajaran yang diberikan siswa.
Siswa akan mempelajari materi mengenai “jenis-jenis batuan
malihan/metamorf”. Sebelum mengajar pada pertemuan III, maka
praktikan menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses
pembelajaran, diantaranya (RPP) pertemuan III, lembar kerja siswa,
lembar diskusi kelompok, lembar observasi, media pembelajaran berupa
contoh-contoh batuan malihan/metamorf, lembar evaluasi yang digunakan
untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan,
buku pembelajaran, serta ruang/lokasi yang akan digunakan sama dengan
pertemuan I dan II yaitu di ruang kelas V.
Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pertemuan III dengan pokok bahasan “Proses Pembentukan Tanah”,
kemudian menentukan tujuan pembelajaran dengan model pembelajaran
Numbered Heads Together dengan mempelajari tentang nama batuan, ciri
dan manfaat, serta proses terbentuknya batuan melalui kegiatan
69
penomoran, mengajukan Pertanyaan, berfikir bersama, menjawab
pertanyaan.
Setelah menentukan tujuan pembelajaran kemudian guru menetapkan
lamanya waktu proses pembelajaran yaitu (2x35) menit dengan model
pembelajaran Numbered Heads Together yang meliputi kegiatan yaitu:
pada kegiatan inti sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dengan
model pembelajaran Numbered Heads together
Kegiatan akhir akan dilakukan penarikan kesimpulan hasil
pembelajaran mengenai jenis-jenis batuan endapan/sedimen yang telah
dipelajari. Setelah menarik kesimpulan guru, kemudian akan diadakan
evaluasi untuk mengukur pemahaman dan keberhasilan pembelajaran
dalam penguasaan materi yang telah diberikan. Setelah evaluasi guru akan
memberikan pemantapan dan tindak lanjut kepada siswa.
4.4.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan pada siklus 1 ini terdiri dari tiga pertemuan, yaitu
pertemuan I, pertemuan II dan pertemuan III. Masing-masing pertemuan
berlangsung selama 70 menit (2x35 menit). Pertemuan I dilaksanakan pada
hari Sabtu tanggal 10 Maret 2012, pertemuan II dilaksanakan pada hari
Senin tanggal 12 Maret 2012, dan pertemuan III dilaksanakan pada hari
Rabu tanggal 14 Maret 2012.
a. Pertemuan I
Sebelum proses pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan
yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar kerja kelompok, lembar
observasi, media pembelajaran contoh macam-macam batu
beku/magma/vulkanik, buku pelajaran dan serta ruang/lokasi.
Pada awal pembelajaran guru melihat kesiapan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran, mengucapkan salam, berdoa, dan melakukan
presensi, kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi, yaitu guru
membawa contoh batuan, kemudian guru bertanya kepada siswa “siapa
yang tahu contoh batuan yang bpk/ibu guru bawa disebut batuan apa?”,
dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.
70
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan
kegiatan inti yang terdiri dari 4 fase pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Numbered Heads Together yaitu:
Fase: Penomoran
Pada fase penomoran siswa dibagi menjadi 3-4 kelompok yang telah
dirancang oleh guru secara acak, dan setiap siswa diberi kepala nomor
dalam setiap kelompok oleh guru.
Fase: Mengajukan Pertanyaan
Pada fase mengajukan pertanyaan, setiap kelompok diberi lembar
diskusi kelompok beserta contoh macam-macam batuan beku
(magma/vulkanik), kemudian siswa dalam kelompok diberi pertanyaan-
pertanyaan yang telah disediakan oleh guru dalam lembar diskusi
kelompok tentang materi jenis-jenis batuan beku (magma/vulkanik)
Fase: Berfikir bersama
Pada fase berfikir bersama, siswa menyelesaikan tugas-tugas yang
telah disediakan oleh guru bersama teman satu kelompoknya, dan peneliti
bersama guru kelas mengamati jalannya kerjasama dalam kelompok,
selain itu guru berkeliling mengamati dan membimbing kerjasama dalam
kelompok
Fase: Menjawab pertanyaan
Pada fase menjawab pertanyaan,siswa secara aktif menuliskan
jawaban dipapan tulis sebagai perwakilan dari masing-masing kelompok
berdasarkan kepala nomor kelompok sesuai yang dipanggil oleh guru.
Kemudian siswa bersama siswa lain dan guru memberikan skor atas
jawaban kelompok yang benar Siswa menjawab semua pertanyaan hingga
semua pertanyaan yang diajukan oleh guru terjawab semua, setelah itu
guru memberi penghargaan kepada siswa yang mendapat skor terbanyak
Kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama
siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses
berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa
mendorong siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan dan
71
keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, dan pembelajaran diakhiri
dengan tindak lanjut yaitu berupa penerapan pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Pertemuan II
Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan II sebagai tindak lanjut
dan perbaikan proses pembelajaran dan pemahaman siswa yang berupa
hasil belajar pada pertemuan I, maka pada pelaksanaan pertemuan II ini
guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar
kerja kelompok, contoh macam-macam batuan endapan/sedimen, lembar
observasi, buku pelajaran dan serta ruang/lokasi.
Pada awal pembelajaran guru melihat kesiapan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran, mengucapkan salam, berdoa, dan melakukan
presensi, kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi, yaitu guru
mengingatkan kembali materi pelajaran tentang jenis-jenis batuan beku
(magma/vulkanik) yang telah dipelajari pada pertemuan yang lalu?”,
dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti masih sama
dengan pertemuan I hanya yang membedakan yaitu materi pelajaran yaitu
mengenai batuan endapan/sedimen, setelah kegiatan awal selesai
disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan inti yang terdiri dari 4 fase
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads
Together yaitu:
Fase: Penomoran
Pada fase penomoransiswa dibagi menjadi 3-4 kelompok yang telah
dirancang oleh guru secara acak, dan setiap siswa diberi kepala nomor
dalam setiap kelompok oleh guru.
Fase: Mengajukan Pertanyaan
Pada fase mengajukan pertanyaan, setiap kelompok diberi lembar
diskusi kelompok beserta contoh macam-macam batuan endapan/sedimen,
kemudian siswa dalam kelompok diberi pertanyaan-pertanyaan yang telah
72
disediakan oleh guru dalam lembar diskusi kelompok tentang materi jenis-
jenis batuan endapan/sedimen.
Fase: Berfikir bersama
Pada fase berfikir bersama, siswa menyelesaikan tugas-tugas yang
telah disediakan oleh guru bersama teman satu kelompoknya, dan peneliti
bersama guru kelas mengamati jalannya kerjasama dalam kelompok,
selain itu guru berkeliling mengamati dan membimbing kerjasama dalam
kelompok
Fase: Menjawab pertanyaan
Pada fase menjawab pertanyaan,siswa secara aktif menuliskan
jawaban dipapan tulis sebagai perwakilan dari masing-masing kelompok
berdasarkan kepala nomor kelompok sesuai yang dipanggil oleh guru.
Kemudian siswa bersama siswa lain dan guru memberikan skor atas
jawaban kelompok yang benar Siswa menjawab semua pertanyaan hingga
semua pertanyaan yang diajukan oleh guru terjawab semua, setelah itu
guru memberi penghargaan kepada siswa yang mendapat skor terbanyak
Kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama
siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses
berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa
mendorong siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan dan
keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, dan pembelajaran diakhiri
dengan tindak lanjut yaitu berupa penerapan pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Pertemuan III
Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan III sebagai tindak
lanjut, penyempurnaan dan perbaikan proses pembelajaran dan
pemahaman siswa yang berupa hasil belajar pada pertemuan I dan II, maka
pada pelaksanaan pertemuan III ini guru menyiapkan peralatan yang
dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), lembar evaluasi, lembar observasi, contoh macam-
macam batuan malihan/metamorf, buku pelajaran dan serta ruang/lokasi.
73
Pada awal pembelajaran guru melihat kesiapan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran, mengucapkan salam, berdoa, dan melakukan
presensi, kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi, yaitu guru
mengingatkan kembali materi pelajaran tentang jenis-jenis batuan beku
(magma/vulkanik) yang telah dipelajari pada pertemuan yang lalu?”,
dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti masih sama
dengan pertemuan I dan pertemuan II hanya yang membedakan yaitu
materi pelajaran yaitu mengenai batuan malihan/metamorf, setelah
kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan inti
yang terdiri dari 4 fase pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Numbered Heads Together yaitu:
Fase: Penomoran
Pada fase penomoransiswa dibagi menjadi 3-4 kelompok yang telah
dirancang oleh guru secara acak, dan setiap siswa diberi kepala nomor
dalam setiap kelompok oleh guru.
Fase: Mengajukan Pertanyaan
Pada fase mengajukan pertanyaan, setiap kelompok diberi lembar
diskusi kelompok beserta contoh macam-macam batuan
malihan/metamorf, kemudian siswa dalam kelompok diberi pertanyaan-
pertanyaan yang telah disediakan oleh guru dalam lembar diskusi
kelompok tentang materi jenis-jenis batuan malihan/metamorf.
Fase: Berfikir bersama
Pada fase berfikir bersama, siswa menyelesaikan tugas-tugas yang
telah disediakan oleh guru bersama teman satu kelompoknya, dan peneliti
bersama guru kelas mengamati jalannya kerjasama dalam kelompok,
selain itu guru berkeliling mengamati dan membimbing kerjasama dalam
kelompok
Fase: Menjawab pertanyaan
Pada fase menjawab pertanyaan,siswa secara aktif menuliskan
jawaban dipapan tulis sebagai perwakilan dari masing-masing kelompok
berdasarkan kepala nomor kelompok sesuai yang dipanggil oleh guru.
74
Kemudian siswa bersama siswa lain dan guru memberikan skor atas
jawaban kelompok yang benar Siswa menjawab semua pertanyaan hingga
semua pertanyaan yang diajukan oleh guru terjawab semua, setelah itu
guru memberi penghargaan kepada siswa yang mendapat skor terbanyak.
Kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama
siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses
berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa
mendorong siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan dan
keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, dan pembelajaran diakhiri
dengan tindak lanjut yaitu berupa penerapan pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
4.4.3 Hasil Pengamatan Siklus I
a. Pertemuan I
Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus 1 pertemuan I adalah
sebagai berikut:
1. Pada kegiatan awal guru tidak memberikan apersepsi guru
membawa contoh batuan, kemudian guru bertanya kepada siswa
“siapa yang tahu contoh batuan yang bpk/ibu guru bawa disebut
batuan apa?”seperti pada RPP.
2. Guru tidak menyampaikan langkah-langkah pembelajaran yang
akan dilakukan dan tujuan pembelajaran dengan jelas.
3. Pengelolaan guru kelas sudah cukup baik hal ini terlihat dari siswa
yang tenang saat diskusi.
4. Kebanyakan siswa dalam kelompok mengerjakan soal itu sendiri-
sendiri, sehingga diskusi antar siswa kelompok belum terlaksana
dengan baik.
5. Pada saat pemberian jawaban siswa terlihat kaku dan malu, hal ini
terlihat pada saat guru meminta perwakilan kelompok untuk maju
mempresentasikan hasil diskusi.
6. Guru sudah membuat kesimpulan dengan melibatkan siswa.
75
Pada saat pembelajaran siklus 1 pertemuan I berlangsung, peneliti
meminta bantuan Observer (guru kelas IV) untuk mengamati jalannya
pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi
lembar pengamatan yang telah disediakan. Lembar pengamatan tersebut
meliputi item untuk mengamati aktivitas pembelajaran.
Analisis penelitian setelah pembelajaran diperoleh hasil observasi/
pengamatan yang dilakukan oleh observer (guru kelas IV) terhadap
aktivitas guru secara keseluruhan dalam menerapkan model pembelajaran
Numbered Heads Together. Dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Observasi Siklus I Pertemuan I
No. Indikator Skor
1. Penomoran(Numbering) 3
2. Mengajukan pertanyaan(Questioning) 3
3. Berfikir bersama(Heads Together) 2,7
4. Menjawab pertanyaan(Answering) 2,8
Jumlah 11,5
Rata-rata Hasil Observasi 2,9
Dari tabel 4.4 hasil observasi yang dilakukan observer (guru kelas IV),
dapat dilihat bahwa penerapan Numbered Heads Together yang diterapkan
guru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada hasil
penilaian observasi dari keseluruhan kegiatan pembelajaran berdasarkan
fase-fase dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Numbered Heads Togheter. Dari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang
diterapkan berdasarkan hasil observasi memperoleh skor dengan rata-rata
dari keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh skor rata-rata 2,9.
Pada indicator menjawab pertanyaan (Answering), berfikir bersama
(Heads Together) masih terdapat skor 2 dengan pernyataan 50%
pembelajaran Numbered Heads Together telah diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran. Berdasarkan indikator kinerja yang ditentukan penulis yaitu
minimal skor 3 dengan penyataan 75% pembelajaran Numbered Heads
Together telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu,
berdasarkan lembar hasil observasi penerapan pembelajaran Numbered
Heads Together pada siklus I pertemuan I belum mencapai indikator
76
kinerja yang ditentukan. Belum tercapainya indikator kinerja pada siklus I
pertemuan I ini akan diperbaiki pada siklus I pertemuan II dengan mencari
kekurangan serta kelemahan yang ditemukan.
b. Pertemuan II
Pada siklus 1 pertemuan II ini kegiatan pembelajaran sudah mulai
berjalan dengan baik. Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus 1
pertemuan II adalah sebagai berikut:
1. Pada kegiatan awal guru sudah melakukan apersepsi dan motivasi
sesuai dengan RPP
2. Guru sudah menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan beserta tujuan pembelajaran.
3. Siswa dalam kelompok sudah mulai mengerjakan bersama, terlihat
ketika salah satu siswa yang tidak mengerti dia bertanya kepada
teman lain dalam kelompok.
4. Siswa sudah mulai berani dan antusias dalam pemberian jawaban
di depan kelas, hal ini terlihat banyak siswa yang siap untuk
berebut ditunjuk oleh guru untuk maju memberikan jawaban hasil
diskusinya di depan.
Pada saat pembelajaran siklus 1 pertemuan II berlangsung, peneliti
meminta bantuan Observer (guru kelas IV) untuk mengamati jalannya
pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi
lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut
meliputi item untuk mengamati aktivitas. Dari hasil observasi tersebut
siswa sudah antusias dan termotivasi dalam mengikuti proses
pembelajaran. Siswa sudah sedikit mulai terbiasa dengan pembelajaran
karena guru selalu memberikan motivasi belajar. Guru sudah lebih optimal
dalam membimbing siswa pada saat kerja kelompok, adanya ketegasan
guru saat menegur siswa yang melakukan kegiatan diluar kegiatan
pembelajaran, saat menyusun kesimpulan telah melibatkan siswa.
Analisis penelitian setelah pembelajaran diperoleh hasil observasi/
pengamatan yang dilakukan oleh observer (guru kelas IV) terhadap
77
aktivitas guru secara keseluruhan dalam menerapkan model pembelajaran
Numbered Heads Together. Dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Observasi Siklus I Pertemuan II
No. Indikator Skor
1. Penomoran(Numbering) 4
2. Mengajukan pertanyaan(Questioning) 4
3. Berfikir bersama(Heads Together) 3
4. Menjawab pertanyaan(Answering) 3
Jumlah 14
Rata-rata Hasil Observasi 3,5
Dari tabel 4.5 hasil observasi yang dilakukan observer (guru kelas IV),
dapat dilihat bahwa penerapan Numbered Heads Together yang diterapkan
guru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada hasil
penilaian observasi dari keseluruhan kegiatan pembelajaran berdasarkan
fase-fase dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Numbered Heads Togheter. Dari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang
diterapkan berdasarkan hasil observasi memperoleh skor dengan rata-rata
dari keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh skor rata-rata 3,5.
Dari kegiatan pembelajaran yang diterapkan memperoleh skor 3 dengan
pernyataan 75% indikator yang ditentukan dalam pembelajaran Numbered
Heads Together telah diterapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk indikator lainnya sudah mengalami peningkatan dan mencapai
indikator yang ditentukan dalam penerapannya karena telah berbekal pada
siklus I pertemuan I. Hasil Observasi pada pertemuan II akan diperbaiki
kelemahan dan kekurangan pada pertemuan III.
c. Pertemuan III
Pada siklus 1 pertemuan III ini kegiatan pembelajaran yaitu:
1. Pada kegiatan awal guru sudah melakukan apersepsi dan
motivasi sesuai dengan RPP
2. Guru sudah menjelaskan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan beserta tujuan
pembelajaran.
78
3. Guru sudah membahas PR dan memberikan kesempatan pada
siswa untuk bertanya apabila ada materi yang belum
dimengerti.
4. Siswa dalam kelompok sudah mulai mengerjakan bersama,
terlihat ketika salah satu siswa yang tidak mengerti dia
bertanya kepada teman lain dalam kelompok.
5. Siswa sudah mulai berani dan antusias dalam pemberian
jawaban di depan kelas, hal ini terlihat banyak siswa yang siap
untuk berebut ditunjuk oleh guru untuk maju memberikan
jawaban hasil diskusinya di depan.
6. Siswa mengerjakan lembar evaluasi secara mandiri.
Pada saat pembelajaran siklus 1 pertemuan III berlangsung, praktikan
meminta bantuan Observer (guru kelas IV) untuk mengamati jalannya
pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi
lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut
meliputi item untuk mengamati aktivitas praktikan.
Analisis penelitian setelah pembelajaran diperoleh hasil observasi/
pengamatan yang dilakukan oleh observer (guru kelas IV) terhadap
aktivitas guru secara keseluruhan dalam menerapkan model pembelajaran
Numbered Heads Together. Dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Observasi Siklus I Pertemuan III
No. Indikator Skor
1. Penomoran(Numbering) 4
2. Mengajukan pertanyaan(Questioning) 4
3. Berfikir bersama(Heads Together) 3,7
4. Menjawab pertanyaan(Answering) 3
Jumlah 14,7
Rata-rata Hasil Observasi 3,7
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa penerapan pembelajaran Numbered
Heads Together yang diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran, hal
ini dapat dilihat pada hasil penilaian observasi dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran memperoleh skor 3 dan 4. Dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil observasi memperoleh
79
skor dengan rata-rata dari keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh
skor rata-rata 3,7. Rata rata skor mengalami peningkatan dibandingkan
pada Siklus I pertemuan III. Berdasarkan indikator yang ditentukan bahwa
skor yang ditargetkan minimal 3 dengan pernyataan bahwa 75% indikator
penerapan pembelajaran Numbered Heads Together telah diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-
rata observasi pada siklus I pertemuan III penerapan pembelajaran
Numbered Heads Together sudah mencapai indikator yang ditentukan
penulis dan mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I pertemuan
III. Dalam penerapan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran pada
siklus I pertemuan III telah mencapai batas minimal pencapaian indikator
yang ditentukan yaitu skor 3 dengan pernyataan 75% penerapan model
pembelajaran Numbered Heads Together telah diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran. Dan selanjutnya sebagai pemantapan pada siklus I akan
dilanjutkan pada siklus II.
4.4.4 Hasil Tindakan Siklus I
Hasil tindakan pembelajaran pada siklus 1 ini berupa hasil angket
keaktifan dan hasil tes siswa.
4.4.4.1 Keaktifan Belajar
a. Deskripsi Keaktifan Belajar Siswa Siklus 1
Pengukuran keaktifan siswa mengikuti pelajaran diklasifikasikan
menjadi lima kategori mengikuti kategori jenjang pilihan. Hasil
pengukuran keaktifan belajar siswa selama mengikuti pelajaran terhadap
subyek penelitian berdasarkan klasifikasi skor dan kategori dapat dilihat
pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Keaktifan Belajar Siklus 1
No Kategori Interval Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Aktif 63-75 5 20,83
2 Aktif 51-62 8 33,33
3 Cukup Aktif 39-50 11 45,83
4 Kurang Aktif 27-38 0 0
5 Tidak Aktif 15-26 0 0
Jumlah 24 100
80
Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa frekuensi terbanyak
berada dalam rentang 39 – 50, ini berarti bahwa tingkat keaktifan belajar
siswa pada siklus 1 dalam kegiatan belajar mengajar berada pada kategori
cukup aktif. Oleh karena itu, masih perlu dilakukan peningkatan kategori
ke kategori aktif atau ke kategori sangat aktif.
Deskripsi Frekuensi Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus 1 bila
disajikan dalam gambar batang, maka akan terlihat seperti Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Diagram Batang Keaktifan Belajar Siswa Siklus 1
4.4.4.2 Hasil Belajar Siklus 1
Pada pertemuan pertama dan kedua siklus 1 guru menerapkan model
pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together seperti yang sudah
dijelaskan pada poin sebelumnya. Guru memberikan evaluasi pada
pertemuan ketiga pada akhir siklus 1. Berikut merupakan hasil belajar IPA
siklus 1.
Tabel 4.8 Analisis dan Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siklus 1
Kategori Rentang Nilai Frekuensi Persentase (%)
Sangat Rendah 0-20 0 0
Rendah 21-40 0 0
Sedang 41-60 2 8,33
Tinggi 61-80 12 50
Sangat Tinggi 81-100 10 41,67
Jumlah 24 100
05
1015
63-75 51-62 39-50 27-38 15-26
Sangat Aktif
Aktif Cukup Aktif
Kurang Aktif
Tidak Aktif
58
11
0 0
Fre
kue
nsi
Kategori
Tingkat Keaktifan Belajar Siswa Siklus 1
81
Secara lebih rinci, rekapitulasi hasil tes formatif siklus 1 dapat dilihat
pada Gambar 4.5 di bawah ini :
Gambar 4.5 Diagram Batang Hasil Perolehan Nilai Siklus 1
Sedangkan ketuntasan hasil tes siklus 1 dapat dilihat pada tabel 4.9
berikut:
Tabel 4.9 Analisis dan Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Tes Formatif Siklus 1
Nilai Frekuensi Ketuntasan Persentase
(%)
<63 2 Tidak Tuntas 8,33
≥63 22 Tuntas 91,67
Jumlah 24 100
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 60
Rata-rata 78,96
Dari hasil analisis tes formatif siklus 1, masih ada 2 siswa yang belum
tuntas atau belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal sekolah yaitu 63.
Secara lebih rinci, ketuntasan hasil tes formatif siklus 1 dapat dilihat pada
Gambar 4.6 berikut :
0
2
4
6
8
10
12
0 - 20 21 - 40 41 - 60 61 - 80 81- 100
Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
0 0
2
12
10
Fre
kue
nsi
Rentang Nilai
82
Gambar 4.6 Diagram Batang Ketuntasan Hasil Tes Formatif Siklus 1
4.4.5 Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif
Setelah dilaksanakan tindakan dalam model pembelajaran Numbered
Heads Together, penulis memberikan evaluasi secara tertulis kepada siswa
pada akhir siklus I pada pertemuan III. Hasil belajar yang diperoleh siswa
mengalami peningkatan, dari hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan
tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I. Hasil belajar
siswa pada aspek kognitif di dalam siklus 1 dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together mengalami
peningkatan dibandingkan sebelum tindakan/ pra siklus, khususnya pada
materi “Proses Pembentukan Tanah”. Hasil perolehan nilai pra siklus yang
mencapai kriteria ketuntasan belajar (KKM=63) sebanyak 8 siswa atau
33,33% siswa, yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar sebanyak
16 siswa atau 66,67%, dengan nilai rata-rata 63,63 dan nilai tertinggi 100
sedangkan nilai terendahnya adalah 50. Hasil perolehan nilai siklus 1 yang
mencapai kriteria ketuntasan belajar sebanyak 22 siswa atau 91,67%, yang
belum mencapai kriteria ketuntasan belajar sebanyak 2 siswa atau 8,33%,
dengan nilai rata-rata 78,96 dan nilai tertinggi 100 sedangkan nilai
terendahnya adalah 60.
Dengan demikian dalam pembelajaran Numbered Heads Together
hasil nilai belajar siswa dalam aspek kognitif meningkat dibandingkan
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
Tuntas Tidak Tuntas
91.67%
8.33%
Pe
rse
nta
se
Ketuntasan
83
hasil nilai belajar sebelum dilaksanakan tindakan. Namun untuk lebih
meningkatkan hasil belajar siswa agar nilai belajar siswa di atas KKM
diperlukan siklus II sebagai penguat bahwa dengan model pembelajaran
Numbered Heads Together dapat digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar kognitif siswa.
4.4.6 Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif
Hasil belajar siswa pada aspek afektif pada siklus I ini terdiri dari III
pertemuan, jika dilihat dari masing-masing pertemuan, dari pertemuan I, II
dan III adanya peningkatan dari aspek afektif siswa dalam pembelajaran
dan pada setiap pertemuan aspek afektif siswa yang mengalami
peningkatan pada pertemuan berikutnya dibandingkan sebelum
dilaksanakan tindakan. Keaktifan siswa sebelum dilaksanakan tindakan
yaitu pada kategori kurang aktif, sedangkan pada siklus I meningkat
menjadi cukup aktif. Hasil belajar siswa aspek afektif dalam siklus 1 ini
sudah mulai terbentuk misalnya keberanian peserta didik dalam bertanya,
berpendapat dalam kelompok. Pada saat guru memberikan pertanyaan
siswa aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan saat guru
meminta siswa untuk belajar secara berkelompok siswa belajar dengan
kompak dan bekerjasama dengan anggota kelompok masing-masing, dan
aktif dalam berdiskusi. Siswa juga sudah mulai berani untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, meskipun pada
pertemuan pertama siswa masih terlihat malu dan kaku saat presentasi.
Dan secara kesuluruhan proses pembelajaran sudah baik dan suasana
pembelajaran juga menyenangkan sehingga dalam mengikuti proses
pembelajaran siswa tidak tertekan. Sebagai pemantapan dalam
meningkatkan hasil belajar afekif siswa akan dilanjutkan pada siklus I
4.4.7 Efektifitas Belajar Peserta Didik
Efektifitas belajar pada siswa terhadap seluruh kegiatan pembelajaran
pada siklus I, dari kegiatan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Numbered Heads Together yang terdiri dari 4 tahapan yaitu
fase penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama dan menjawab
84
pertanyaan. Siswa berantusias, termotivasi sehingga aktif dalam setiap
tahapan kegiatan pembelajaran berdasarkan foto dokumen yang diambil
peneliti pada saat penelitian (terlampir). Selain itu siswa juga mengerjakan
evaluasi dengan baik berdasarkan hasil evaluasi siswa siklus I (terlampir).
Dengan demikian proses pembelajaran berjalan dengan efektif karena
aspek kognitif dan afektif siswa berjalan searah. Sebagai pemantapan
keefektifan belajar pada siswa dalam pembelajaran akan dilanjutkan pada
siklus II.
4.4.8 Refleksi Siklus I
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari
pertemuan I, II dan III maka selanjutnya diadakan refleksi atas segala
kegiatan dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi diambil dari hasil
observasi yang dilaksanakan pada setiap pertemuan I, II dan III pada siklus
I dan hasil nilai siswa pada pertemuan III yaitu pada akhir siklus I.
Refleksi ini digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan
apakah hasil tindakan dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan
indikator kinerja. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh
berdasarkan observasi pada siklus I disetiap pertemuan maka diperoleh
antara lain sebagai berikut:
a. Pertemuan I
Hasil analisis data yang diperoleh dari lembar hasil observasi ada
siklus I pertemuan I belum mencapai indikator kinerja yang ditentukan.
Pada lembar hasil obervasi siklus I pertemuan I (terlampir) dapat dilihat
hasil penilaian observasi dari keseluruhan kegiatan pembelajaran
berdasarkan fase-fase dalam pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Numbered Heads Togheter. Dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil observasi memperoleh
skor dengan rata-rata dari keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh
skor rata-rata 2,9. Pada indikator Menjawab pertanyaan(Answering),
berfikir bersama(Heads Together) masih terdapat skor 2 dengan
pernyataan 50% pembelajaran Numbered Heads Together telah diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan indikator kinerja yang
85
ditentukan penulis yaitu minimal skor 3 dengan penyataan 75%
pembelajaran Numbered Heads Together telah diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran. Oleh karena itu, berdasarkan lembar hasil observasi
penerapan pembelajaran Numbered Heads Together pada siklus I
pertemuan I belum mencapai indikator kinerja yang ditentukan. Belum
tercapainya indikator kinerja pada siklus I pertemuan I ini akan diperbaiki
pada siklus I pertemuan II dengan mencari kekurangan serta kelemahan
yang ditemukan.
Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus 1 pertemuan I adalah
sebagai berikut:
1. Pada kegiatan awal guru tidak memberikan apersepsi guru
membawa contoh batuan, kemudian guru bertanya kepada siswa
“siapa yang tahu contoh batuan yang bpk/ibu guru bawa disebut
batuan apa?”seperti pada RPP.
2. Guru tidak menyampaikan langkah-langkah pembelajaran yang
akan dilakukan dan tujuan pembelajaran dengan jelas.
3. Pengelolaan guru kelas sudah cukup baik hal ini terlihat dari siswa
yang tenang saat diskusi.
4. Kebanyakan siswa dalam kelompok mengerjakan soal itu sendiri-
sendiri, sehingga diskusi antar siswa kelompok belum terlaksana
dengan baik.
5. Pada saat pemberian jawaban siswa terlihat kaku dan malu, hal ini
terlihat pada saat guru meminta perwakilan kelompok untuk maju
mempresentasikan hasil diskusi.
6. Guru sudah membuat kesimpulan dengan melibatkan siswa.
b. Pertemuan II
Hasil analisis data yang diperoleh dari lembar hasil observasi pada
siklus I pertemuan II mengalami peningkatan dibandingkan pada hasil
obervasi pada siklus I pertemuan I. Berdasarkan lembar hasil observasi
(terlampir) hasil penilaian observasi dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran berdasarkan fase-fase dalam pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Togheter. Dari
86
keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil
observasi memperoleh skor dengan rata-rata dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran memperoleh skor rata-rata 3,5. Dari kegiatan pembelajaran
yang diterapkan memperoleh skor 3 dengan pernyataan 75% indikator
yang ditentukan dalam pembelajaran Numbered Heads Together telah
diterapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Untuk indikator
lainnya sudah mengalami peningkatan dan mencapai indikator yang
ditentukan dalam penerapannya karena telah berbekal pada siklus I
pertemuan I. Hasil Observasi pada pertemuan II akan diperbaiki
kelemahan dan kekurangan pada pertemuan III.
Pada siklus 1 pertemuan II ini kegiatan pembelajaran sudah mulai
berjalan dengan baik. Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus 1
pertemuan II adalah sebagai berikut:
1. Pada kegiatan awal guru sudah melakukan apersepsi dan motivasi
sesuai dengan RPP
2. Guru sudah menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan beserta tujuan pembelajaran.
3. Siswa dalam kelompok sudah mulai mengerjakan bersama, terlihat
ketika salah satu siswa yang tidak mengerti dia bertanya kepada
teman lain dalam kelompok.
4. Siswa sudah mulai berani dan antusias dalam pemberian jawaban
di depan kelas, hal ini terlihat banyak siswa yang siap untuk
berebut ditunjuk oleh guru untuk maju memberikan jawaban hasil
diskusinya di depan.
c. Pertemuan III
Hasil analisis data yang diperoleh dari lembar hasil observasi pada
siklus I pertemuan III mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus
I pertemuan III. Berdasarkan lembar hasil observasi (terlampir) dapat
dilihat pada hasil penilaian observasi dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran memperoleh skor 3 dan 4. Dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil observasi memperoleh
skor dengan rata-rata dari keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh
87
skor rata-rata 3,7. Rata rata skor mengalami peningkatan dibandingkan
pada Siklus I pertemuan III. Berdasarkan indikator yang ditentukan bahwa
skor yang ditargetkan minimal 3 dengan pernyataan bahwa 75% indikator
penerapan pembelajaran Numbered Heads Together telah diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-
rata observasi pada siklus I pertemuan III penerapan pembelajaran
Numbered Heads Together sudah mencapai indikator yang ditentukan
penulis dan mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I pertemuan
II. Dalam penerapan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran pada
siklus I pertemuan III telah mencapai batas minimal pencapaian indikator
yang ditentukan yaitu skor 3 dengan pernyataan 75% penerapan model
pembelajaran Numbered Heads Together telah diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran.
Setelah selesai pembelajaran pada siklus I pertemuan III maka
dilaksanakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam
penguasaan materi. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan
belajar dengan nilai 63 maka diperoleh dari seluruh jumlah siswa yang
berjumlah 24 siswa dalam belajarnya sebanyak 22 siswa tuntas dengan
mendapat nilai ≥63 dan rata-rata dari jumlah keseluruhan 78,96.
Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu ketercapaian
KKM pada hasil belajar kognitif siswa penulis memberikan patokan 100%
dari jumlah keseluruhan siswa hasil belajar kognitif meningkat dengan
mencapai nilai ≥63 berdasarkan hasil hasil evaluasi siswa dan 91,67% dari
jumlah keseluruhan siswa mencapai ketuntasan belajar siswa dengan
memperoleh nilai ≥63 sesuai dengan KKM. Berdasarkan hasil evaluasi
tertulis siswa, indikator kinerja yang ditentukan belum tercapai dari
indikator yang telah ditentukan, yaitu 91,67% dari jumlah keseluruhan
siswa mendapat nilai ≥63 dengan nilai maksimal 100 dan minimal 60.
Selanjutnya, sebagai pemantapan pada siklus I akan dilanjutkan pada
siklus II dengan meningkatkan penerapan model pembelajaran Numbered
Heads Together pada setiap kegiatan pembelajaran dan meningkatkan
hasil belajar siswa.
88
Berdasarkan pengamatan dari observer pada siklus I maka secara
keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus
I adalah sebagai berikut:
a) Hambatan
1. Penerapan model pembelajaran Numbered Heads Togehter belum
terbiasa dilaksanakan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga
keaktifan siswa dalam PBM masih pada kategori cukup aktif.
2. Peneliti masih kesulitan dalam mengarahkan pembelajaran dalam
setiap kegiatan.
b) Penyelesaian
1. Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang
maksimal dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa.
2. Memberi pengarahan pada siswa agar melakukan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan petunjuk guru dan bersikap lebih
baik lagi.
3. Lebih memperhatikan waktu dalam kegiatan belajar-mengajar
agar alokasi waktu bisa sesuai dengan perencanaan.
4. Memberikan bimbingan secara optimal ketika kegiatan belajar
mengajar berlangsung.
5. Buatlah keaktifan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran
sehingga keterampilan belajar siswa lebih berkembang.
4.5 SIKLUS II
Setelah melihat kekurangan dan keberhasilan dalam siklus 2,
perencanaan pembelajaran pada siklus 2 ini sebagai penyempurnaan dan
tindak lanjut dari kekurangan yang terjadi pada siklus 1. Siklus 2 akan
dilaksanakan 3 kali pertemuan, kegiatan pembelajaran pada siklus 2 ini
masih sama dengan siklus 1 tapi yang membedakan adalah pokok bahasan
yaitu “Proses Pembentukan Tanah”, dengan materi yang berbeda yaitu
mengenai proses pembentukan tanah karena pelapukan batuan dan susunan
tanah.
89
4.5.1 Perencanaan Tindakan Siklus II
a. Pertemuan I
Sebelum mengajar pada pertemuan I, praktikan menyiapkan segala
sesuatu yang diperlukan dalam proses pembelajaran, diantaranya RPP,
lembar kerja siswa, lembar observasi untuk guru saat proses belajar
mengajar, buku pembelajaran, alat peraga, serta kesiapan peserta didik
untuk mengikuti proses pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) pertemuan I dengan pokok bahasan “Proses Pembentukan
Tanah”,dengan materi yang akan disampaikan pada pertemuan 1 yaitu
“Proses Pembentukan Tanah Karena Pelapukan Batuan”, kemudian
menentukan tujuan pembelajaran: melalui diskusi kelompok, siswa dapat
menyebutkan proses pembentukan tanah karena pelapukan batuan, dan
siswa mampu mempresentasikan hasil diskusi mengenai proses
pembentukan tanah karena pelapukan batuan..
Setelah menentukan tujuan pembelajaran kemudian guru menetapkan
lamanya waktu proses pembelajaran yaitu (2x35) menit dengan model
pembelajaran Numbered Heads Together yang meliputi kegiatan yaitu:
pada kegiatan inti sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dengan
model pembelajaran Numbered Heads together yang terdiri dari 4 tahap
yaitu: Penomoran (Numbering), Mengajukan Pertanyaan (Questioning),
Berpikir Bersama (Heads Together), dan Menjawab (Answering).
Kegiatan akhir akan dilakukan penarikan kesimpulan hasil
pembelajaran mengenai proses pembentukan tanah karena pelapukan
batuan yang telah dipelajari. Setelah menarik kesimpulan guru akan
memberikan pemantapan dan tindak lanjut kepada siswa.
b. Pertemuan II
Perencanaan pembelajaran pada siklus 2 pertemuan II sebagai tindak
lanjut dari hasil belajar siswa dan kekurangan/ kelemahan pada pertemuan
I maka pada perencanaan pertemuan II masih sama dengan dengan
pertemuan I. Sebelum mengajar pada pertemuan II, praktikan menyiapkan
segala sesuatu yang diperlukan dalam proses pembelajaran, diantaranya
RPP pertemuan II yaitu dengan pokok bahasan “Proses Pembentukan
90
Tanah”, dengan materi yang berbeda dari pertemuan I yaitu materi
mengenai susunan tanah, lembar kerja siswa, lembar observasi untuk
untuk guru saat proses belajar mengajar, buku pembelajaran, alat peraga,
serta kesiapan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran.
c. Pertemuan III
Perencanaan pembelajaran pada siklus 2 pertemuan III sebagai
penyempurnaan dan tindak lanjut dari pertemuan I dan II dari hasil belajar
dan kekurangan yang terjadi pada pertemuan I dan II akan diperbaiki pada
pertemuan III ini. Pada pertemuan III ini kegiatan awal masih sama dengan
pertemuan I dan II, yang membedakan adalah pada pertemuan III siswa
tidak melaksanakan tahapan-tahapan pembelajaran dengan model
pembelajaran Numbered Heads Together seperti pada pertemuan
sebelumnya, tetapi hanya mempelajari materi pertemuan I dan II kemudian
mengerjakan tes. Sebelum mengajar pada pertemuan III, praktikan
menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses pembelajaran,
diantaranya RPP, lembar evaluasi, lembar observasi untuk untuk guru saat
proses belajar mengajar, buku pembelajaran, lembar angket keaktifan, alat
peraga, serta kesiapan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran.
4.5.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus 2 ini sebagai tindak lanjut,
penyempurnaan dan pemantapan pada siklus 1. Siklus 2 ini terdiri dari tiga
kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan awal, inti dan akhir. Pelaksanaan
pada siklus 1 ini terdiri dari tiga pertemuan, yaitu pertemuan I, pertemuan
II dan pertemuan III. Masing-masing pertemuan berlangsung selama 70
menit (2x35 menit). Pertemuan I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19
Maret 2012, pertemuan II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 21 Maret
2012, dan pertemuan III dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24 Maret
2012.
a. Pertemuan 1
Sebelum proses pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan
yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan
91
Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar kerja kelompok, lembar
observasi, media pembelajaran contoh gambar-gambar pelapukan batuan
melalui tayangan power point, buku pelajaran dan serta ruang/lokasi.
Pada awal pembelajaran guru melihat kesiapan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran, mengucapkan salam, berdoa, dan melakukan
presensi, kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi, yaitu guru
menayangkan contoh gambar-gambar akibat pelapukan batuan pada power
point, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan
kegiatan inti yang terdiri dari 4 fase pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Numbered Heads Together yaitu:
Fase: Penomoran
Pada fase penomoran siswa dibagi menjadi 3-4 kelompok yang telah
dirancang oleh guru secara acak, dan setiap siswa diberi kepala nomor
dalam setiap kelompok oleh guru.
Fase: Mengajukan Pertanyaan
Pada fase mengajukan pertanyaan, setiap kelompok diberi lembar
diskusi kelompok, kemudian siswa dalam kelompok diberi pertanyaan-
pertanyaan yang telah disediakan oleh guru dalam lembar diskusi
kelompok tentang materi proses pembentukan tanah karena pelapukan
batuan.
Fase: Berfikir bersama
Pada fase berfikir bersama, siswa menyelesaikan tugas-tugas yang
telah disediakan oleh guru bersama teman satu kelompoknya, dan peneliti
bersama guru kelas mengamati jalannya kerjasama dalam kelompok,
selain itu guru berkeliling mengamati dan membimbing kerjasama dalam
kelompok.
Fase: Menjawab pertanyaan
Pada fase menjawab pertanyaan,siswa secara aktif menuliskan
jawaban dipapan tulis sebagai perwakilan dari masing-masing kelompok
berdasarkan kepala nomor kelompok sesuai yang dipanggil oleh guru.
Kemudian siswa bersama siswa lain dan guru memberikan skor atas
92
jawaban kelompok yang benar Siswa menjawab semua pertanyaan hingga
semua pertanyaan yang diajukan oleh guru terjawab semua, setelah itu
guru memberi penghargaan kepada siswa yang mendapat skor terbanyak
Kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama
siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses
berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa
mendorong siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan dan
keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, dan pembelajaran diakhiri
dengan tindak lanjut yaitu berupa penerapan pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Pertemuan II
Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan II sebagai tindak lanjut
dan perbaikan proses pembelajaran dan pemahaman siswa yang berupa
hasil belajar pada pertemuan I, maka pada pelaksanaan pertemuan II ini
guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar
kerja kelompok, contoh macam-macam batuan endapan/sedimen, lembar
observasi, buku pelajaran dan serta ruang/lokasi.
Pada awal pembelajaran guru melihat kesiapan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran, mengucapkan salam, berdoa, dan melakukan
presensi, kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi, yaitu guru
menunjukkan gambar susunan tanah, dilanjutkan dengan penyampaian
tujuan pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti masih sama
dengan pertemuan I hanya yang membedakan yaitu materi pelajaran yaitu
mengenai susunan tanah, setelah kegiatan awal selesai disampaikan,
kemudian dilanjutkan kegiatan inti yang terdiri dari 4 fase pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together
yaitu:
93
Fase: Penomoran
Pada fase penomoransiswa dibagi menjadi 3-4 kelompok yang telah
dirancang oleh guru secara acak, dan setiap siswa diberi kepala nomor
dalam setiap kelompok oleh guru.
Fase: Mengajukan Pertanyaan
Pada fase mengajukan pertanyaan, setiap kelompok diberi lembar
diskusi kelompok, kemudian siswa dalam kelompok diberi pertanyaan-
pertanyaan yang telah disediakan oleh guru dalam lembar diskusi
kelompok tentang materi susunan tanah.
Fase: Berfikir bersama
Pada fase berfikir bersama, siswa menyelesaikan tugas-tugas yang
telah disediakan oleh guru bersama teman satu kelompoknya, dan peneliti
bersama guru kelas mengamati jalannya kerjasama dalam kelompok,
selain itu guru berkeliling mengamati dan membimbing kerjasama dalam
kelompok
Fase: Menjawab pertanyaan
Pada fase menjawab pertanyaan,siswa secara aktif menuliskan
jawaban dipapan tulis sebagai perwakilan dari masing-masing kelompok
berdasarkan kepala nomor kelompok sesuai yang dipanggil oleh guru.
Kemudian siswa bersama siswa lain dan guru memberikan skor atas
jawaban kelompok yang benar Siswa menjawab semua pertanyaan hingga
semua pertanyaan yang diajukan oleh guru terjawab semua, setelah itu
guru memberi penghargaan kepada siswa yang mendapat skor terbanyak
Kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama
siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses
berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa
mendorong siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan dan
keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, dan pembelajaran diakhiri
dengan tindak lanjut yaitu berupa penerapan pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
94
c. Pertemuan III
Kegiatan awal pembelajaran guru melihat kesiapan siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran, mengucapkan salam, berdoa, dan
melakukan presensi, kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi,
yaitu guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada
pertemuan I dan II.
Kegiatan inti pembelajaran siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan
dari guru berkaitan dengan materi yang sudah di bahas pada pertemuan 1
dan 2, Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya, siswa mengerjakan
soal evaluasi, setelah selesai mengerjakan soal evaluasi siswa mengisi
angket keaktifan yang diberikan guru.
Kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama
siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses
berlangsung, dan memberi penekanan tentang konsep penting yang harus
dikuasai siswa.
Kegiatan pembelajaran siklus 1 pertemuan III berlangsung, peneliti
meminta bantuan Observer (guru kelas IV) untuk mengamati jalannya
pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi
lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut
meliputi item untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran NHT. Pada
pertemuan ketiga ini semua item diisi oleh observer, karena secara
keseluruhan langkah-langkah pembelajaran Numbered Heads Together
telah diterapkan oleh guru.
4.5.3 Hasil Pengamatan Siklus II
a. Pertemuan I
Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus 2 pertemuan I adalah
sebagai berikut:
a. Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together
dengan sangat baik.
95
b. Semua kelompok sudah ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran
yang berlangsung.
c. Semua siswa siap ketika guru menunjuk nomor kepala ketika
mereka harus memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dari
guru.
Pada saat pembelajaran siklus 2 pertemuan I berlangsung, praktikan
meminta bantuan Observer (guru kelas IV) untuk mengamati jalannya
pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi
lembar pengamatan yang telah disediakan. Lembar pengamatan tersebut
meliputi item untuk mengamati aktivitas pembelajaran.
Analisis penelitian setelah pembelajaran diperoleh hasil observasi/
pengamatan yang dilakukan oleh observer (guru kelas IV) terhadap
aktivitas guru secara keseluruhan dalam menerapkan model pembelajaran
Numbered Heads Together. Dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Observasi Siklus 2 Pertemuan I
No. Indikator Skor
1. Penomoran(Numbering) 4
2. Mengajukan pertanyaan(Questioning) 4
3. Berfikir bersama(Heads Together) 4
4. Menjawab pertanyaan(Answering) 4
Jumlah 16
Rata-rata Hasil Observasi 4
Dari tabel 4.10 hasil observasi yang dilakukan observer (guru SBK),
dapat dilihat bahwa model pembelajaran Numbered Heads Together yang
diterapkan guru. Hal ini dapat dilihat pada hasil penilaian observasi dari
keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh skor 3 dan 4 dan
mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Dari keseluruhan
kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan I yang diterapkan berdasarkan
hasil observasi memperoleh skor dengan rata-rata dari keseluruhan
kegiatan pembelajaran memperoleh skor rata-rata 4. Rata rata skor
mengalami peningkatan dibandingkan pada Siklus I. Berdasarkan indikator
yang ditentukan bahwa skor yang ditargetkan minimal 3 dengan
pernyataan bahwa 75% indikator penerapan model pembelajaran
96
Numbered Heads Together telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.
Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada siklus II
pertemuan I penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together
sudah mencapai indikator yang ditentukan penulis dan mengalami
peningkatan dibandingkan pada siklus I. Dalam penerapan model
pembelajaran Numbered Heads Together dalam kegiatan pembelajaran
pada siklus II pertemuan I telah mencapai batas minimal pencapaian
indikator yang ditentukan yaitu skor 3 dengan pernyataan 75% penerapan
model pembelajaran Numbered Heads Together telah diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan demikian berdasarkan lembar hasil
obervasi penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together telah
dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran sesuai dengan indikator
kinerja yang ditentukan.
b. Pertemuan II
Pada siklus 2 pertemuan II ini kegiatan pembelajaran sudah mulai
berjalan dengan baik. Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus 1
pertemuan II adalah sebagai berikut:
a. Siswa sangat antusias ketika guru akan menunjuk secara acak
nomor kepala mereka untuk memberikan jawaban atas pertanyaan
yang diajukan oleh guru, karena kelompok yang berhasil
memberikan jawaban akan mendapatkan hadiah
b. Masing-masing kelompok berlomba untuk mendapatkan skor.
Pada saat pembelajaran siklus 2 pertemuan II berlangsung, praktikan
meminta bantuan Observer (guru kelas IV) untuk mengamati jalannya
pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi
lembar pengamatan yang telah disediakan. Lembar pengamatan tersebut
meliputi item untuk mengamati aktivitas pembelajaran.
Analisis penelitian setelah pembelajaran diperoleh hasil observasi/
pengamatan yang dilakukan oleh observer (guru kelas IV) terhadap
aktivitas guru secara keseluruhan dalam menerapkan model pembelajaran
Numbered Heads Together. Dapat dilihat pada tabel 4.11.
97
Tabel 4.11 Hasil Observasi Siklus 2 Pertemuan II
No. Indikator Skor
1. Penomoran(Numbering) 4
2. Mengajukan pertanyaan(Questioning) 4
3. Berfikir bersama(Heads Together) 4
4. Menjawab pertanyaan(Answering) 4
Jumlah 16
Rata-rata Hasil Observasi 4
Dari tabel 4.11 hasil observasi yang dilakukan observer (guru kelas
IV), dapat dilihat bahwa penerapan pembelajaran Numbered Heads
Together yang diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran, hal ini dapat
dilihat pada hasil penilaian observasi dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran memperoleh skor 4 dan mengalami peningkatan
dibandingkan pada siklus II pertemuan II. Dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil observasi memperoleh
skor dengan rata-rata dari keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh
skor rata-rata 4. Rata rata skor mengalami peningkatan dibandingkan pada
Siklus II pertemuan II. Berdasarkan indikator yang ditentukan bahwa skor
yang ditargetkan minimal 3 dengan pernyataan bahwa 75% indikator
penerapan pembelajaran Numbered Heads Together telah diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-
rata observasi pada siklus II peretemuan III penerapan pembelajaran
Numbered Heads Together sudah mencapai indikator yang ditentukan
penulis dan mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Dalam
penerapan pembelajaran berbasis kecerdasan linguistik dalam kegiatan
pembelajaran pada siklus II telah mencapai batas maksimal pencapaian
indikator yang ditentukan yaitu skor 4 dengan pernyataan 100% penerapan
pembelajaran Numbered Heads Together telah diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran.
c. Pertemuan III
Pada siklus 2 pertemuan III ini hanya mengulas materi yang dipelajari
pada pertemuan 1 dan pertemuan 2. Hasil pengamatan selama
pembelajaran siklus 2 pertemuan III adalah sebagai berikut:
98
a. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran sudah sangat baik,
karena siswa sudah terbiasa dengan kegiatan pembelajaran dengan
model pembelajaran Numbered Heads Together.
b. Siswa mengerjakan lembar evaluasi dengan tenang.
Pada saat pembelajaran siklus 2 pertemuan III berlangsung, praktikan
meminta bantuan Observer (guru kelas IV) untuk mengamati jalannya
pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi
lembar pengamatan yang telah disediakan. Lembar pengamatan tersebut
meliputi item untuk mengamati aktivitas pembelajaran.
Analisis penelitian setelah pembelajaran diperoleh hasil observasi/
pengamatan yang dilakukan oleh observer (guru kelas IV) terhadap
aktivitas guru secara keseluruhan dalam menerapkan model pembelajaran
Numbered Heads Together. Dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil Observasi Siklus 2 Pertemuan III
No. Indikator Skor
1. Penomoran(Numbering) 4
2. Mengajukan pertanyaan(Questioning) 4
3. Berfikir bersama(Heads Together) 4
4. Menjawab pertanyaan(Answering) 4
Jumlah 16
Rata-rata Hasil Observasi 4
Dari tabel 4.12 hasil observasi yang dilakukan observer (guru kelas
IV), dapat dilihat bahwa penerapan pembelajaran Numbered Heads
Together yang diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran, hal ini dapat
dilihat pada hasil penilaian observasi dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran memperoleh skor 4 dan mengalami peningkatan
dibandingkan pada siklus I. Dari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang
diterapkan berdasarkan hasil observasi memperoleh skor dengan rata-rata
dari keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh skor rata-rata 4. Rata
rata skor mengalami peningkatan dibandingkan pada Siklus I. Berdasarkan
indikator yang ditentukan bahwa skor yang ditargetkan minimal 3 dengan
pernyataan bahwa 75% indikator penerapan pembelajaran Numbered
Heads Togehter telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh
99
karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada siklus II
peretemuan III penerapan pembelajaran Numbered Heads Together sudah
mencapai indikator yang ditentukan penulis dan mengalami peningkatan
dibandingkan pada siklus I. Dalam penerapan pembelajaran Numbered
Heads Together dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II telah
mencapai batas maksimal pencapaian indikator yang ditentukan yaitu skor
4 dengan pernyataan 100% penerapan pembelajaran Numbered Heads
Together telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian
berdasarkan lembar hasil obervasi penerapan pembelajaran Numbered
Heads Together telah dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran
sesuai dengan indikator kinerja yang ditentukan.
4.5.4 Hasil Tindakan Siklus II
Hasil tindakan pembelajaran pada siklus 2 ini berupa hasil angket
keaktifan belajar siswa dan hasil tes siswa.
4.5.4.1 Keaktifan Belajar
a. Deskripsi Keaktifan Belajar Siswa Siklus 2
Pengukuran keaktifan belajar siswa mengikuti pelajaran
diklasifikasikan menjadi lima kategori mengikuti kategori jenjang pilihan.
Hasil pengukuran keaktifan belajar siswa selama mengikuti pelajaran
terhadap subyek penelitian berdasarkan klasifikasi skor dan kategori dapat
dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Keaktifan Belajar Siklus 2
Berdasarkan tabel 4.13, dapat diketahui bahwa frekuensi terbanyak
berada dalam rentang 51-62, ini berarti bahwa tingkat keaktifan belajar
siswa pada siklus 2 dalam PBM berada pada kategori aktif. Hal ini berarti
No Kategori Interval Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Aktif 63-75 5 21
2 Aktif 51-62 14 58
3 Cukup Aktif 39-50 5 21
4 Kurang Aktif 27-38 0 0
5 Tidak Aktif 15-26 0 0
Jumlah 24 100
100
pembelajaran dengan menggunakan model Numbered Heads Together
telah mampu meningkatkan minat belajar siswa.
Deskripsi Frekuensi Keaktifan Belajar Siswa Siklus 2 bila disajikan
dalam diagram batang, maka akan terlihat seperti Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Diagram Batang Keaktifan Belajar Siswa Siklus II
4.5.4.2 Hasil Belajar Siklus II
Pada pertemuan pertama dan kedua siklus 2 guru menerapkan model
pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together seperti yang sudah
dijelaskan pada poin sebelumnya. Guru memberikan evaluasi pada
pertemuan ketiga. Berikut merupakan hasil belajar IPA siklus 2.
Tabel 4.14 Analisis dan Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siklus 2
Kategori Interval Nilai Frekuensi Persentase (%)
Sangat Rendah 0 – 20 0 0
Rendah 21 – 40 0 0
Sedang 41 – 60 0 0
Tinggi 61 – 80 14 58
Sangat Tinggi 81 – 100 10 42
Jumlah 24 100
Secara lebih rinci, rekapitulasi hasil tes formatif siklus II dapat dilihat
pada Gambar 4.8 di bawah ini :
0
5
10
15
5
14
5
0 0Fre
ku
ensi
Kategori
Tingkat Keaktifan Belajar Siswa Siklus II
101
Gambar 4.8 Diagram Batang Hasil Perolehan Nilai Siklus II
Sedangkan ketuntasan hasil tes siklus II dapat dilihat pada tabel 4.15.
berikut:
Tabel 4.15 Analisis dan Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Tes
Formatif Siklus II
Nilai Frekuensi Ketuntasan Persentase
(%)
< 63 0 Tidak Tuntas 0
≥ 63 24 Tuntas 100
Jumlah 1978 100
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 69
Rata-rata 82,42
Dari hasil analisis tes formatif siklus 1, semua siswa dari 24 siswa
sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal sekolah yaitu 63. Secara lebih
rinci, ketuntasan hasil tes formatif siklus 2 dapat dilihat pada Gambar 4.9
berikut :
Gambar 4.9 Diagram Batang Ketuntasan Hasil Tes Formatif Siklus 2
02468
101214
0 - 20 21 - 40 41 - 60 61 - 80 81- 100
Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
0 0 0
14
10
Fre
kue
nsi
Rentang Nilai
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
Tuntas Tidak Tuntas
100.00%
Pe
rse
nta
se
Ketuntasan
102
4.5.5 Hasil Belajar Peserta Didik Aspek Kognitif
Hasil belajar siswa pada aspek kognitif di dalam siklus 2 dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together
mengalami peningkatan dibandingkan sebelum tindakan/ pra siklus dan
siklus 1, khususnya pada materi “ Proses Pembentukan Tanah Karena
Pelapukan Batuan dan Susunan Tanah”. Hasil perolehan nilai pra siklus
yang mencapai kriteria ketuntasan belajar (KKM=63) sebanyak 8 siswa
atau 33,33% siswa, yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar
sebanyak 16 siswa atau 66,67%, dengan nilai rata-rata 63,63 dan nilai
tertinggi 100 sedangkan nilai terendahnya adalah 50. Hasil perolehan nilai
siklus 1 yang mencapai kriteria ketuntasan belajar sebanyak 22 siswa atau
91,67%, yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar sebanyak 2
siswa atau 8,33%, dengan nilai rata-rata 78,96 dan nilai tertinggi 100
sedangkan nilai terendahnya adalah 60. Sedangkan hasil perolehan nilai
pada siklus 2 yang mencapai kriteria ketuntasan belajar sebanyak 24 siswa
atau 100%, dengan nilai rata-rata 82,42 dan nilai tertinggi 100 sedangkan
nilai terendahnya adalah 69.
Dengan demikian dalam pembelajaran Numbered Heads Together
hasil nilai belajar siswa dalam aspek kognitif meningkat dibandingkan
hasil nilai belajar sebelum dilaksanakan tindakan dan hasil belajar pada
siklus I.
4.5.6 Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif
Hasil belajar siswa pada aspek afektif pada siklus II ini terdiri dari III
pertemuan, jika dilihat dari masing-masing pertemuan, dari pertemuan I, II
dan III adanya peningkatan dari aspek afektif siswa dalam pembelajaran
dan pada setiap pertemuan aspek afektif siswa yang mengalami
peningkatan pada pertemuan berikutnya dibandingkan sebelum
dilaksanakan tindakan dan siklus I. Aspek afektif siswa yaitu keaktifan
siswa meningkat dari kategori kurang aktif sebelum dilaksanakan
tindakan, meningkat ke kategori cukup aktif setelah dilaksanakan siklus I,
dan kategori aktif setelah dilaksanakan siklus II.Hasil belajar siswa aspek
afektif dalam siklus II ini sudah mulai terbentuk misalnya keberanian
103
peserta didik dalam bertanya, berpendapat dalam kelompok. Pada saat
guru memberikan pertanyaan siswa aktif dalam menjawab pertanyaan
yang diajukan guru, dan saat guru meminta siswa untuk belajar secara
berkelompok siswa belajar dengan kompak dan bekerjasama dengan
anggota kelompok masing-masing, dan aktif dalam berdiskusi. Siswa juga
sudah mulai berani untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan
kelas, meskipun pada pertemuan pertama siswa masih terlihat malu dan
kaku saat presentasi. Dan secara kesuluruhan proses pembelajaran sudah
baik dan suasana pembelajaran juga menyenangkan sehingga dalam
mengikuti proses pembelajaran siswa tidak tertekan.
4.5.7 Efektifitas Belajar Peserta Didik
Efektifitas belajar pada siswa terhadap seluruh kegiatan pembelajaran
pada siklus II, dari kegiatan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Numbered Heads Together yang terdiri dari 4 tahapan yaitu
fase penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama dan menjawab
pertanyaan. Siswa berantusias, termotivasi sehingga aktif dalam setiap
tahapan kegiatan pembelajaran berdasarkan foto dokumen yang diambil
penulis pada saat penelitian (terlampir). Selain itu siswa juga mengerjakan
evaluasi dengan baik berdasarkan hasil evaluasi siswa siklus II (terlampir).
Dengan demikian proses pembelajaran berjalan dengan efektif karena
aspek kognitif dan afektif siswa berjalan searah.
4.5.8 Refleksi Siklus II
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II yang
terdiri dari 3 pertemuan sebagai pemantapan dari siklus II maka
selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan dalam proses
pembelajaran. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi yang
dilaksanakan pada pertemuan siklus II dan hasil nilai siswa pada
pertemuan I siklus III. Refleksi ini digunakan sebagai bahan pemantapan
dengan membandingkan apakah hasil tindakan dalam proses pembelajaran
indikator kinerja siklus I mengalami perbaikan pada siklus II. Hasil
analisis data yang diperoleh dari lembar hasil observasi pada siklus II
104
mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Berdasarkan hasil
analisis data yang diperoleh berdasarkan observasi pada siklus II disetiap
pertemuan maka diperoleh antara lain sebagai berikut:
a. Pertemuan I
Berdasarkan lembar hasil observasi (terlampir) pada hasil penilaian
observasi dari keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh skor 3 dan
4 dan mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Dari
keseluruhan kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan I yang diterapkan
berdasarkan hasil observasi memperoleh skor dengan rata-rata dari
keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh skor rata-rata 4. Rata rata
skor mengalami peningkatan dibandingkan pada Siklus I. Berdasarkan
indikator yang ditentukan bahwa skor yang ditargetkan minimal 3 dengan
pernyataan bahwa 75% indikator penerapan model pembelajaran
Numbered Heads Together telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.
Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada siklus II
pertemuan I penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together
sudah mencapai indikator yang ditentukan penulis dan mengalami
peningkatan dibandingkan pada siklus I. Dalam penerapan model
pembelajaran Numbered Heads Together dalam kegiatan pembelajaran
pada siklus II pertemuan I telah mencapai batas minimal pencapaian
indikator yang ditentukan yaitu skor 3 dengan pernyataan 75% penerapan
model pembelajaran Numbered Heads Together telah diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan demikian berdasarkan lembar hasil
obervasi penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together telah
dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran sesuai dengan indikator
kinerja yang ditentukan.
Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus 2 pertemuan I adalah
sebagai berikut:
1. Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together
dengan sangat baik.
105
2. Semua kelompok sudah ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran
yang berlangsung.
3. Semua siswa siap ketika guru menunjuk nomor kepala ketika
mereka harus memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dari
guru.
b. Pertemuan II
Berdasarkan lembar hasil observasi (terlampir) dapat dilihat pada hasil
penilaian observasi dari keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh
skor 4 dan mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus II pertemuan
II. Dari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan berdasarkan
hasil observasi memperoleh skor dengan rata-rata dari keseluruhan
kegiatan pembelajaran memperoleh skor rata-rata 4. Rata rata skor
mengalami peningkatan dibandingkan pada Siklus II pertemuan II.
Berdasarkan indikator yang ditentukan bahwa skor yang ditargetkan
minimal 3 dengan pernyataan bahwa 75% indikator penerapan
pembelajaran Numbered Heads Together telah diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran. Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata observasi
pada siklus II peretemuan III penerapan pembelajaran Numbered Heads
Together sudah mencapai indikator yang ditentukan penulis dan
mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Dalam penerapan
pembelajaran Numbered Heads Together dalam kegiatan pembelajaran
pada siklus II telah mencapai batas maksimal pencapaian indikator yang
ditentukan yaitu skor 4 dengan pernyataan 100% penerapan pembelajaran
Numbered Heads Together telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.
Pada siklus 2 pertemuan II ini kegiatan pembelajaran sudah mulai
berjalan dengan baik. Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus 1
pertemuan II adalah sebagai berikut:
1. Siswa sangat antusias ketika guru akan menunjuk secara acak
nomor kepala mereka untuk memberikan jawaban atas pertanyaan
yang diajukan oleh guru, karena kelompok yang berhasil
memberikan jawaban akan mendapatkan hadiah
2. Masing-masing kelompok berlomba untuk mendapatkan skor.
106
c. Pertemuan III
Berdasarkan lembar hasil observasi (terlampir) dapat dilihat pada hasil
penilaian observasi dari keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh
skor 4 dan mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus II pertemuan
II. Dari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan berdasarkan
hasil observasi memperoleh skor dengan rata-rata dari keseluruhan
kegiatan pembelajaran memperoleh skor rata-rata 4. Rata rata skor
mengalami peningkatan dibandingkan pada Siklus II pertemuan II.
Berdasarkan indikator yang ditentukan bahwa skor yang ditargetkan
minimal 3 dengan pernyataan bahwa 75% indikator penerapan
pembelajaran Numbered Heads Together telah diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran. Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata observasi
pada siklus II peretemuan III penerapan pembelajaran Numbered Heads
Together sudah mencapai indikator yang ditentukan penulis dan
mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Dalam penerapan
pembelajaran Numbered Heads Together dalam kegiatan pembelajaran
pada siklus II telah mencapai batas maksimal pencapaian indikator yang
ditentukan yaitu skor 4 dengan pernyataan 100% penerapan pembelajaran
Numbered Heads Together telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.
Pada siklus 2 pertemuan III ini hanya mengulas materi yang dipelajari
pada pertemuan 1 dan pertemuan 2. Hasil pengamatan selama
pembelajaran siklus 2 pertemuan III adalah sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran sudah sangat baik,
karena siswa sudah terbiasa dengan kegiatan pembelajaran dengan
model pembelajaran Numbered Heads Together.
2. Siswa mengerjakan lembar evaluasi dengan tenang.
Setelah selesai pembelajaran pada pada siklus II maka dilaksanakan
evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi.
Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar dengan
nilai 63 maka diperoleh dari seluruh jumlah siswa yang berjumlah 24
siswa dalam belajarnya sebanyak 24 siswa tuntas dengan mendapat nilai
diatas 63 dan rata-rata dari jumlah keseluruhan 82,42. Dengan demikian
107
penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together yang dilakukan
pada siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu ketercapaian
KKM pada hasil belajar siswa, peneliti memberikan patokan 100% dari
jumlah keseluruhan siswa hasil belajarnya meningkat dengan mencapai
nilai ≥63 berdasarkan hasil hasil evaluasi siswa dan 100% dari jumlah
keseluruhan siswa mencapai ketuntasan belajar siswa dengan memperoleh
nilai ≥63 sesuai dengan KKM. Berdasarkan hasil evaluasi tertulis siswa,
indikator kinerja yang ditentukan telah tercapai melebihi indikator yang
telah ditentukan, yaitu 100% dari jumlah keseluruhan siswa mendapat nilai
≥63 dengan maksimal 100 dan minimal 69. Dengan demikian berdasarkan
hasil evaluasi tertulis siswa pada siklus II telah mencapai indikator kinerja
dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I.
Berdasarkan pengamatan dari observer maka secara keseluruhan hasil
refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II adalah sebagai
berikut:
a. Hambatan
Penulis masih kesulitan dalam mengarahkan pembelajaran dalam
setiap kegiatan.
b. Penyelesaian
Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang maksimal
dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa, serta lebih memperhatikan
waktu dalam kegiatan belajar-mengajar agar alokasi waktu bisa sesuai
dengan perencanaan.
4.6 Pembahasan
Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas maka dapat diketahui
peningkatan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa setelah mengikuti
proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif Numbered Heads Together. Hal-hal yang dapat dilihat
peningkatannya yaitu pada aspek hasil belajar afektif (keaktifan belajar)
dan hasil belajar kognitif (nilai tes).
108
4.6.1 Keaktifan Belajar
Dalam proses pembelajaran antusias dan ketertarikan siswa yang
cukup baik yang menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.16. di bawah ini:
Tabel 4.16 Rekapitulasi Keaktifan Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus 1 & 2
No Kategori Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
1 Sangat Aktif 0 0 5 20,83 5 21
2 Aktif 6 25 8 33,33 14 58
3 Cukup Aktif 8 33,33 11 45,83 5 21
4 Kurang Aktif 10 41,67 0 0 0 0
5 Tidak Aktif 0 0 0 0 0 0
Jumlah 4 100 24 100 24 100
Berdasarkan tabel 4.16, dapat diketahui bahwa frekuensi terbanyak
pada kondisi awal berada pada kategori kurang aktif. Pada siklus 1
diketahui frekuensi terbanyak berada pada kategori cukup aktif, dan pada
siklus 2 frekuensi terbanyak berada pada kategori aktif. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar afektif siswa
(keaktifan belajar).
Secara lebih rinci, rekapitulasi peningkatan keaktifan belajar pada
kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2 dapat dilihat pada Gambar 4.10 di
bawah ini:
Gambar 4.10 Diagram Batang Perbandingan Keaktifan Siswa Hasil Belajar
02468
101214
0
68
10
0
5
8
11
0 0
5
14
5
0 0Fre
kue
nsi
Kategori
Kondisi Awal
Siklus 1
Siklus 2
109
Hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian kondisi awal, post tes
dari siklus I dan siklus II selalu mengalami kenaikan yang cukup
signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.17 di bawah ini.
Tabel 4.17 Rekapitulasi Pengelompokan Nilai Kondisi Awal, Siklus 1 dan
Siklus 2
No. Kriteria Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
1. Tuntas 8 33,33 22 91,67 24 100
2. Tidak Tuntas 16 66,67 2 8,33 0 0
Jumlah 4 100 4 100 24 100
Dari tabel rekapitulasi pengelompokkan nilai pada tabel 4.17 dapat
dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa yang tuntas. Terbukti untuk
klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 8 siswa .
Sedangkan setelah siklus 1 jumlah siswa yang tuntas ada 22 siswa dan
setelah siklus 2 jumlah siswa yang tuntas ada 24 siswa. Ini membuktikan
bahwa pembelajaran dengan model kooperatif Numbered Heads Together
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada klasifikasi tidak tuntas,
sebelum diadakan tindakan terdapat 8 siswa yang belum tuntas. Sedangkan
setelah siklus 1 jumlah siswa yang tidak tuntas ada 2 siswa dan setelah
siklus 2 dari 24 siswa tidak ada yang mendapat nilai di bawah KKM.
Secara lebih rinci, rekapitulasi hasil peningkatan tes formatif pada
kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2 dapat dilihat pada Gambar 4.11 dan
4.12 di bawah ini:
Gambar 4.11 Diagram Batang Distribusi Perbandingan Hasil Belajar Siswa
0
5
10
15
20
25
Kondisi Awal
Siklus 1 Siklus 2
8
2224
16
20
Fre
kue
nsi
Pembelajaran
Tuntas
Tidak Tuntas
110
Gambar 4.12 Diagram Batang Distribusi Perbandingan Hasil Belajar Siswa
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
33.33%
91.67%100%
66.67%
8.33%0%
Fre
kue
nsi
Pembelajaran
Tuntas
Tidak Tuntas