4.1 metode arahan pengembangan komoditas perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/bab iv...
TRANSCRIPT
115
4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunan
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan pada Bab II kriteria untuk
mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan (diambil dari berbagai
literatur), maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan arahan pengambangan
komoditas perkebunan dengan kriteria, variabel dan parameter yang digunakan
dalam studi ini adalah sebagai berikut :
1. Memiliki daya dukung lahan yang tinggi
2. Mempunyai tingkat produksi tinggi
3. Memiliki prospek untuk diekspor
4. Mempunyai efek pengganda yang besar
5. Mempunyai permintaan pasar yang tinggi, baik pasar dalam negeri maupun
luar negeri
6. Mempunyai tingkat sumber daya manusia yang tinggi
7. Memiliki infrastruktur yang mendukung (sarana dan prasarana)
4.1.1 Penentuan Variabel dan Parameter
Variabel yang akan digunakan adalah :
1. Kesesuaian tanam komoditas perkebunan
2. Kontribusi nilai produksi terhadap total nilai produksi
3. Komoditas basis atau berpotensi untuk diekspor ke luar wilayah
4. Perbandingan laju pertumbuhan berbagai komoditas terhadap wilayah yang
lebih luas
5. Potensi dan prospek pasar
6. Kontribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian terhadap total
jumlah penduduk keseluruhan
7. Kontribusi panjang jalan per kecamatan
Parameter yang digunakan adalah
1. Empat kelas kesesuaian lahan
2. Persentase terhadap nilai total produksi
3. LQ sektor lebih dari 1 (Koefisien >1), Koefisien Lokalisasi dan Spesialisasi
4. Mix And Share
5. Nilai ekspor (USD) dan Nilai Impor (USD) yang tinggi.
116
6. Persentase terhadap total jumlah penduduk keseluruhan
7. Persentase panjang jalan per kecamatan.
4.1.2 Metode Pengukuran Yang Digunakan
Dalam menganalisis arahan pengembangan komoditas perkebunan
diperlukan metode pengukuran sebagai berikut :
1. Kesesuaian Lahan
Untuk menganalisis kesesuaian lahan, yang dilihat adalah daerah-daerah mana
saja yang cocok untuk ditanami komoditas perkebunan dengan kriteria-kriteria
yang telah ditetapkan di standar FAO Departemen Pertanian.
2. Persentase Terhadap Total Nilai Produksi
Untuk menentukan arahan pengembangan yang dilihat adalah melihat sebesar
besar kontribusi tiap komoditas terhadap total nilai produksi
3. Location Quetient (LQ), Koefisien Lokalisasi dan Spesialisasi
• Location Quetient (LQ)
Teori basis ekonomi atau disebut teori Location Quetient (LQ) ini dugunakan
untuk menganalis dan menentukan keragaman basis ekonomi di Kabupaten
Garut Bagian Selatan. Perhitungan dari LQ ini dibandingkan dengan
komoditas-komoditas yang sama diidentifikasi komoditas-komoditas di
wilayah pembangunan dan dari analisis LQ tersebut dapat diidentifikasi
komoditas-komoditas apa saja yang dapat dikembangkan untuk tujuan ekspor
dan tujuan mensuplai kebutuhan lokal sehingga komoditas yang dikatakan
potensial di Kabupaten Garut Bagian Selatan dapat dijadikan sektor prioritas
utama. Dalam menentukan komoditas unggulan pada analisis LQ dilihat dari
nilai LQ komoditas dengan kriteria lebih dari 1.
• Koefisien Lokalisasi
Koefisien lokalisasi dilakukan untuk melihat apakah pengusahaan komoditas
tersebut menyebar atau pengusahaan komoditas tersebut tersebar di suatu
daerah.
117
• Koefisien Spesialisasi
Koefisien spesialisasi dilakukan untuk melihat apakah daerah tersebut tidak
menspesialisasikan untuk menanam komoditas tertentu atau daerah tersebut
telah menspesialisasikan untuk menanam komoditas tertentu.
4. Shift Share
Analisis ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh kontribusi
komoditas terhadap Provinsi Jawa Barat untuk pertumbuhan komoditas tersebut.
Dalam menentukan komoditas unggulan dalam analisis shift share, dilihat
komponen national share, propotional shift dan differential shift yang bernilai (+).
5. Pasar
Analisis ini bertujuan untuk melihat kondisi pasar nasional dan internasional
terhadap komoditas perkebunan yang ada (tingkat produksi).
6. Sumber Daya Manusia
Analisis ini bertujuan untuk melihat seberapa besar tingkat sumber daya
manusia yang ada dengan melihat jumlah penduduk berdasarkan mata
pencaharian (sektor pertanian) per kecamatan.
7. Infrastruktur (Jalan)
Analisis ini bertujuan untuk melihat sebesar besar pengaruh kondisi jaringan
jalan yang ada di tiap kecamatan agar dapat memberikan kemudahan didalam pola
aliran barang hasil komoditas perkebunan.
118
Tabel IV.1 Kriteria, Variabel, dan Metode Analisis
Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunan No Kriteria Arahan
Pengembangan Variabel Parameter Metode
1 Memiliki daya dukung lahan yang tinggi
Kesesuaian tanam komoditas perkebunan
Empat kelas kesesuaian lahan
Kesesuaian lahan komoditas perkebunan
2 Tingkat produktivitas tinggi sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah
Kontribusi nilai produksi terhadap total nilai produksi perkebunan
Persentase terhadap nilai total hasil produksi perkebunan
Analisis nilai presentase kontribusi hasil produksi tiap komoditas terhadap total hasil produksi perkebunan
3 Komoditas tersebut memiliki prospek untuk diekspor
Komoditas basis LQ komoditas lebih dari >1
Location Quetions, koefisien lokalisasi, koefisien spesialisasi
4 Berspesialisasi pada komoditas yang secara nasional tumbuh cepat
Perbandingan laju pertumbuhan berbagai komoditas terhadap wilayah yang lebih luas
Komponen regional share, propotional shift dan differential shift (+)
Shift share
5 Mempunyai permintaan pasar yang tinggi, baik pasar luar negeri maupun dalam negeri
Potensi dan prospek pasar
Nilai ekspor (USD) dan nilai impor (USD) yang besar
Perbandingan nilai ekspor dan impor
6 Mempunyai tingkat sumber daya manusia yang tinggi
Kontribusi jumlah penduduk menurut mata pencaharian
Persentase terhadap total jumlah penduduk keseluruhan
Analisis nilai persentase kontribusi jumlah penduduk tiap kecamatan terhadap total jumlah penduduk keseluruhan
7 Memiliki infrastruktur yang mendukung
Kontribusi panjang jalan per kecamatan
Persentase panjang jalan per kecamatan
Analisis nilai persentase kontribusi panjang jalan tiap kecamatan terhadap total panjang jalan keseluruhan
Sumber : Dari Berbagai Literatur
119
4.2 Analisis Untuk Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunan Di
Wilayah Garut Bagian Selatan
4.2.1 Analisis Kesesuaian Lahan Kawasan Lindung dan Budidaya
Dalam rangka penentuan analisis kesesuaian lahan, maka kriteria yang
digunakan adalah Keppres No. 57 Tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan
Budidaya dan SK Mentri Pertanian No. 683/Kpts/Um/8/1981 dan No.
837/Kpts/Um/11/1980 berkaitan dengan penetapan kriteria kawasan hutan
produksi.
Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya.
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan. Sedangkan Kawasan budidaya adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
1. Kawasan Lindung
Merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya
buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa. Yang termasuk ke dalam
kawasan lindung yaitu berupa kawasan hutan lindung, kawasan suaka alam.
Di Kabupaten Garut Bagian Selatan sebaran kawasan lindung relatif besar dan
terutama di bagian utara Garut Selatan, sehingga pengembangan kawasan
relatif terbatas..
a. Kawasan Hutan Lindung
Yaitu kawasan yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap kawasan
dibawahnya, berdasarkan analisis kemiringan, ketinggian dan curah hujan
maka kawasan hutan lindung dengan kriteria kemiringan > 40 %, dan
ketinggian > 2000 meter diatas permukaan laut. Di Kabupaten Garut Bagian
Selatan, hampir semua kecamatan memiliki ketinggian di atas 2000 m dpl,
kecuali Kecamatan Cibalong, Mekarmukti dan Pameungpeuk dengan luas
kawasan hutan lindung yaitu sebesar 70.079,39 ha .
120
b. Kawasan Resapan Air
Yaitu suatu kawasan yang mempunyai kriteria kemiringan > 40 % dan curah
hujan > 2500 mm/tahun. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan tidak
mempunyai kawasan resapan air.
c. Kawasan Suaka Alam
Di Kabupaten Garut Bagian Selatan terdapat 3 kecamatan yang termasuk
didalam kawasan suaka alam meliputi Kecamatan Cibalong, Cikajang dan
Pamulihan dengan luas 3.357,76 ha.
2. Kawasan Budidaya
Merupakan kawasan yang dapat ataupun memiliki lahan yang sesuai untuk
dikembangkan, yaitu meliputi :
a. Kawasan Pertanian Lahan Kering
Kawasan budidaya pertanian di Kabupaten Garut Bagian Selatan relatif lebih
luas dan tersebar hampir di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Garut
Bagian Selatan dengan kriteria ketinggian < 1000 meter dpl, kemiringan < 40
% dan kedalaman efektif lapisan tanah > 30 cm. Kecamatan yang termasuk ke
dalam kawasan tersebut yaitu Kecamatan Bnajarwangi, Bungbulang, Caringin,
Cibalong, Cikelet, Cisewu, Cisompet, Mekarmukti, Pakenjeng, Paundeuy,
Singajaya, dan Talegong dengan luas kawasan pertanian lahan kering yaitu
18.089,90 ha.
b. Kawasan Pertanian Lahan Basah
Yaitu suatu wilayah yang mempunyai kriteria ketinggian < 1000 meter dpl,
kemiringan < 15 %, curah hujan 2000 mm/tahun, ketinggian 1000 meter dpl
kesuburan tanah baik dan kedalaman efektif tanah > 60 cm. Kawasan
pertanian lahan basah di Kabupaten Garut Bagian Selatan relatif lebih luas dan
tersebar hampir di seluruh Kabupaten Garut Bagian Selatan. Yang termasuk
kawasan pertanian lahan basah meliputi Kecamatan Bungbulang,
Caringin,Cibalong, Cikelet, Cisewu, Cisompet, Mekarmukti, Pakenjeng,
Pameungpeuk dan Pamulihan dengan luas kawasan pertanian lahan basah
yaitu 18.216,73 ha.
121
c. Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, kawasan yang memiliki tingkat
kesesuaian untuk kawasan hutan produksi terbatas tampaknya cukup luas dan
menyebar di hampir seluruh kecamatan dengan luas kawasan hutan produksi
terbatas yaitu 54.095,92 ha.
d. Kawasan Pertanian Tanaman Tahunan
Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, kawasan yang memiliki tingkat
kesesuaian untuk kawasan pertanian tanaman tahunan cukup luas dan
menyebar hampir seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Cisewu, Pakenjeng,
Pamulihan dan Talegong dengan luas kawasan pertanian tanaman tahunan
yaitu 16.875,74 ha.
4.2.2 Analisis Kesesuaian Lahan Pengembangan Komoditas Perkebunan
Berdasarkan Kondisi Fisik
Pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada manusia dan lingkungan
alam (lahan). Melalui bantuan manusia (memelihara, pemberian zat hara,
pencegahan terhadap hama dan lain-lain) tanaman dapat tumbuh dengan baik pada
lingkungan alam yang sesuai dengan kondisi lahan dan melalui bantuan manusia
diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman.
Suatu lahan yang ada dapat digunakan sebagai lahan pertanian tanaman
tahunan/perkebunan dan juga ada yang tidak dapat digunakan sebagai lahan
pertanian tanaman tahunan/perkebunan. Lahan yang dapat digunakan sebagai
lahan pertanian tanaman tahunan/prkebunan tergantung pada karakteristik lahan
itu sendiri, serta dibatasi oleh penggunaan lahan lainnya selain penggunaan lahan
pada pertanian tanaman tahunan/perkebunan. Setiap lahan memiliki karakteristik
lahan yang berbeda-beda tergantung pada iklim, jenis tanah dan topografi.
Berdasarkan adanya perbedaan karakteristik pada setiap lahan, maka
diperlukannya studi mengenai kesesuaian lahan bagi pengembangan pertanian
tanaman tahunan/perkebunan.
122
Tabel IV.2
Kesesuaian Lahan Kawasan Garut Selatan
123
Gambar 4.1
Peta Analisis Kesesuaian Lahan Kawasan Lindung dan Budidaya
124
Sebagian besar lahan di Kabupaten Garut Bagian Selatan merupakan lahan
pertanian yang produktif meskipun banyak sekali lahan yang belum termanfaatkan
secara optimal. Upaya optimalisasi penggunaan lahan salah satunya adalah
melalui pengembangan pola pertanaman yang salah satunya melalui penyesuaian
pemanfaatan lahan. Analisis kesesuaian lahan berdasarkan kondisi fisik bertujuan
untuk mengarahkan penggunaan lahan yang sesuai dengan kondisi fisik dan
mengendalikan perkembangan penggunaan lahan untuk kawasan budidaya,
kesesuaian lahan dapat memberikan indikasi terhadap potensi dan kendala dalam
pengembangan kegiatan pertanian tanaman tahunan/perkebunan.
Proses analisis kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik tumpang tindih peta-peta tematik yang menjadi kriteria dalam proses
kesesuaian lahan. Peta-peta tematik tersebut antara lain adalah peta kemiringan,
peta kedalaman efektif tanah dan peta tekstur tanah. Adapun proses analisis
overlay tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini
Gambar 4.2 Proses Analisis Tumpang Tindih Kesesuaian Lahan
Peta Kemiringan
Peta Kedalaman Efektif Tanah
Kesesuaian lahan mengahasilkan penggunaan lahan pertanian tanaman
tahunan/perkebunan Peta Tekstur Tanah
Sumber : Sitorus 1985
Kriteria yang digunakan dalam melakukan analisis overlay (tumpang
tindih) untuk menghasilkan kesesuaian lahan dapat dilihat pada Tabel II.2 sampai
dengan Tabel II.9 seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kriteria tersebut
diantaranya yaitu kemiringan lereng, kedalaman efektif tanah dan tekstur tanah.
125
A. Analisis Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Berdasarkan
Kemiringan Lereng
Ketinggian terendah yang dimiliki Kabupaten Garut Bagian Selatan adalah
25 m dpl, sedangkan ketinggian tertinggi yang dimiliki adalah 1500 m dpl.
Ketinggian di suatu wilayah merupakan salah satu kriteria yang berpengaruh
terhadap tumbuhnya komoditas perkebunan di Kabupaten Garut Bagian Selatan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel IV.3 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kakao
Berdasarkan Kemiringan Lereng
No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S1) Tidak ada 2 8 – 16 (S2) Cibalong 3 16 – 30 (S3) Tidak ada 4 > 30 (N) Tidak ada
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas
perkebunan tanaman kakao harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% -
30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hampir di seluruh wilayah tidak sesuai
untuk ditanami tanaman lada kecuali di Kecamatan Cibalong.
Tabel IV.4 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Jambu Mete
Berdasarkan Kemiringan Lereng
No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S1) Caringin 2 8 – 16 (S2) Caringin 3 16 – 30 (S3) Pakenjeng, 4 > 30 (N) Tidak ada
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas
perkebunan tanaman jambu mete harus berada pada kemiringan lereng antara <
8% - 30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hanya sebagian wilayah yang
sesuai untuk ditanami tanaman jambu mete seperti di Kecamatan Caringin,
Mekarmukti, Pakenjeng.
126
Tabel IV.5 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kapuk
Berdasarkan Kemiringan Lereng
No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S1) Caringin, Pakenjeng 2 8 – 16 (S2) Bungbulang, Caringin, 3 16 – 30 (S3) Pakenjeng, Talegong, Pamulihan 4 > 30 (N) Bungbulang
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas
perkebunan tanaman kapuk harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% -
30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hanya sebagian wilayah sesuai untuk
ditanami tanaman kapuk seperti di Kecamatan Caringin, Pakenjeng, Bungbulang,
Talegong, Pamulihan.
Tabel IV.6 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kelapa
Berdasarkan Kemiringan Lereng
No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S1) Cikelet, Pameungpeuk, Cibalong, Caringin, Pakenjeng,
Cisompet 2 8 – 16 (S2) Bungbulang, Pameungpeuk, Cisompet, Cibalong 3 16 – 30 (S3) Talegong, Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet 4 > 30 (N) Banjarwangi, Cihurip, Bungbulang
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas
perkebunan tanaman kelapa harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% -
30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hampir di seluruh wilayah sesuai untuk
ditanami tanaman kelapa seperti di Kecamatan Cikelet, Pameungpeuk, Cibalong,
Caringin, Pakenjeng, Cisompet
Tabel IV.7 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Teh
Berdasarkan Kemiringan Lereng
No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S1) Pakenjeng 2 8 – 16 (S2) Cikajang 3 16 – 30 (S3) Talegong, Pamulihan, Banjarwangi, Cikajang,
Pakenjeng 4 > 30 (N) Cikajang, Banjarwangi,
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
127
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas
perkebunan tanaman teh harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% - 30%.
Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hanya sebagian wilayah yang sesuai untuk
ditanami tanaman teh seperti di Kecamatan Pakenjeng.
Tabel IV.8 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Cengkeh
Berdasarkan Kemiringan Lereng
No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S1) Cikelet, Pameungpeuk, Cibalong, Caringin, Pakenjeng,
Cisompet 2 8 – 16 (S2) Bungbulang, Pameungpeuk, Cisompet, Cibalong 3 16 – 30 (S3) Talegong, Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet 4 > 30 (N) Banajarwangi, Cihurip, Bungbulang
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas
perkebunan tanaman cengkeh harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% -
30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hampir di seluruh wilayah sesuai untuk
ditanami tanaman cengkeh seperti di Kecamatan Cikelet, Pameungpeuk,
Cibalong, Caringin, Pakenjeng, Cisompet.
Tabel IV.9 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Lada
Berdasarkan Kemiringan Lereng
No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S1) Cibalong, Caringin, Cisompet 2 8 – 16 (S2) Bungbulang, Cisompet 3 16 – 30 (S3) Talegong 4 > 30 (N) Bungbulang
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas
perkebunan tanaman lada harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% -
30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hanya sebagian wilayah yang sesuai
untuk ditanami tanaman lada seperti di Kecamatan Cibalong, Caringin, Cisompet.
128
B. Analisis Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Berdasarkan
Kedalaman Efektif Tanah
Kedalaman Efektif Tanah merupakan salah satu kriteria yang berpengaruh
terhadap tumbuhnya komoditas perkebunan di Kabupaten Garut Bagian Selatan.
Kabupaten Garut Bagian Selatan mempunyai kedalaman efektif tanah antara 0 cm
sampai dengan > 90 cm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel IV.10 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kakao
Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah
No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S1) Cikelet, Cibalong 2 75 – 100 cm (S2) Cikelet, Cibalong 3 50 – 75 cm (S3) Cikelet, Cibalong 4 < 50 cm (N) Cibalong
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi
fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai dan cukup sesuai untuk
ditanami komoditas kakao yaitu terdapat di Kecamatan Cikelet dan Cibalong.
Lahan sangat sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami komoditas
kakao tanpa ada pembatas sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi.
Tabel IV.11 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Jambu Mete
Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah
No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S1) Caringin, Talegong 2 75 – 100 cm (S2) Caringin, Pakenjeng 3 50 – 75 cm (S3) Caringin, Pakenjeng 4 < 50 cm (N) Pakenjeng
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi
fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai dan cukup sesuai untuk
ditanami komoditas jambu mete yaitu terdapat di Kecamatan Caringin dan
Talegong. Lahan sangat sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami
129
komoditas jambu mete tanpa ada pembatas sehingga dapat menghasilkan
produktivitas yang tinggi.
Tabel IV.12 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kapuk
Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah
No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S1) Talegong, Bungbulang, 2 75 – 100 cm (S2) Caringin, Bungbulang, Pakenjeng 3 50 – 75 cm (S3) Caringin, Pakenjeng, Pamulihan 4 < 50 cm (N) Pamulihan, Pakenjeng
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi
fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai untuk ditanami komoditas
kapuk yaitu terdapat di Kecamatan Talegong dan Bungbulang. Lahan sangat
sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami komoditas kapuk tanpa ada
pembatas sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Lahan yang
cukup sesuai untuk ditanami komoditas kapuk terdapat di Kecamatan Caringin
dan Pakenjeng.
Tabel IV.13 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kelapa
Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah
No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S1) Talegong, Pakenjeng, Cikelet, Cibalong, Cisompet, 2 75 – 100 cm (S2) Caringin, Bungbulang, Pakenjeng, Cikelet, Cisompet,
Cibalong, Banjarwangi, Pamulihan 3 50 – 75 cm (S3) Caringin, Pakenjeng, Cikelet, Cisompet, Cibalong, 4 < 50 cm (N) Pakenjeng,
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi
fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai untuk ditanami komoditas
kelapa yaitu terdapat di Kecamatan Talegong, Pakenjeng, Cikelet, Cibalong dan
Cisompet. Lahan sangat sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami
komoditas kelapa tanpa ada pembatas sehingga dapat menghasilkan produktivitas
yang tinggi. Lahan yang cukup sesuai untuk ditanami komoditas kelapa terdapat
di Kecamatan Caringin, Bungbulang, Banjarwangi dan Pamulihan.
130
Tabel IV.14 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Teh
Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah
No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S1) Talegong, Banjarwangi 2 75 – 100 cm (S2) Pakenjeng, Banjarwangi 3 50 – 75 cm (S3) Pamulihan, Cikajang 4 < 50 cm (N) Pakenjeng
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi
fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai untuk ditanami komoditas
teh yaitu terdapat di Kecamatan Talegong dan Banjarwangi. Lahan sangat sesuai
maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami komoditas teh tanpa ada pembatas
sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Lahan yang cukup sesuai
untuk ditanami komoditas teh terdapat di Kecamatan Pakenjeng dan Banjarwangi.
Tabel IV.15 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Cengkeh
Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah
No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S1) Talegong, Pakenjeng, Cikelet, Banjarwangi, 2 75 – 100 cm (S2) Caringin, Bungbulang, Pakenjeng, Cikelet, Cisompet,
Cibalong, Pamulihan 3 50 – 75 cm (S3) Caringin, Pakenjeng, Cikelet, Cisompet, Cibalong 4 < 50 cm (N) Pamulihan dan Pakenjeng
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi
fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai untuk ditanami komoditas
cengkeh yaitu terdapat di Kecamatan Talegong, Pakenjeng, Cikelet dan
Banjarwangi. Lahan sangat sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami
komoditas cengkeh tanpa ada pembatas sehingga dapat menghasilkan
produktivitas yang tinggi. Lahan yang cukup sesuai untuk ditanami komoditas
cengkeh terdapat di Kecamatan Caringin, Bungbulang, Cisompet, Cibalong dan
Pamulihan.
131
Tabel IV.16 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Lada
Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah
No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S1) Talegong, Cibalong, Cisompet 2 75 – 100 cm (S2) Caringin, Bungbulang, Cibalong, Cisompet 3 50 – 75 cm (S3) Caringin, Cibalong, Cisompet 4 < 50 cm (N) Cisompet
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi
fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai untuk ditanami komoditas
lada yaitu terdapat di Kecamatan Talegong, Cibalong dan Cisompet. Lahan sangat
sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami komoditas lada tanpa ada
pembatas sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Lahan yang
cukup sesuai untuk ditanami komoditas lada terdapat di Kecamatan Caringin, dan
Bungbulang.
C. Analisis Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Berdasarkan
Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan salah satu kriteria yang berpengaruh terhadap
tumbuhnya komoditas perkebunan di Kabupaten Garut Bagian Selatan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel IV.17 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kakao
Berdasarkan Tekstur Tanah
No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S1) Cikelet, Cibalong 2 Halus, agak halus, sedang (S2) Cikelet, Cibalong 3 Agak kasar, sangat halus (S3) Cikelet, Cibalong 4 Kasar (N) Cikelet
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman
kakao berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa
kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan
Cikeletdan Cibalong.
132
Tabel IV.18 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Jambu Mete
Berdasarkan Tekstur Tanah
No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S1) Caringin, Pakenjeng 2 Halus, agak halus, sedang (S2) Caringin, Pakenjeng 3 Agak kasar (S3) Talegong, Pakenjeng 4 Kasar (N) Talegong, Pakenjeng
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman
jambu mete berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat
bahwa kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan
Caringin dan Pakenjeng. lahan sesuai marjinal dimiliki oleh Kecamatan Talegong
dan Pakenjeng .
Tabel IV.19 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kapuk
Berdasarkan Tekstur Tanah
No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S1) Caringin, Bungbulang, Pakenjeng, Pamulihan 2 Halus, agak halus, sedang (S2) Caringin, Bungbulang, Pakenjeng, Pamulihan 3 Agak kasar (S3) Talegong, Pakenjeng 4 Kasar (N) Talegong, Pakenjeng
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman
kapuk berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa
kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan Caringin,
Bungbulang, Pakenjeng dan Pamulihan. Lahan sesuai marjinal dimiliki oleh
Kecamatan Talegong dan Pakenjeng.
Tabel IV.20 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kelapa
Berdasarkan Tekstur Tanah
No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S1) Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet, Cibalong, Cikelet,
Bungbulang, Caringin 2 Halus, agak halus, sedang,
agak kasar (S2) Talegong, Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet, Cibalong, Cikelet, Pakenjeng, Bungbulang, Caringin.
3 Sangat halus (S3) Pakenjeng, Pamulihan, Cibalong 4 Kasar (N) Talegong, Pakenjeng, Cikelet
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
133
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman
kelapa berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa
kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan
Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet, Cibalong, Cikelet, Bungbulang dan Caringin.
Lahan sesuai marjinal dimiliki oleh Kecamatan Pakenjeng, Pamulihan dan
Cibalong.
Tabel IV.21 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Teh
Berdasarkan Tekstur Tanah
No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S1) Pakenjeng, Pamulihan, Banjarwangi, Cikajang 2 Halus, agak halus, sedang (S2) Pakenjeng, Pamulihan, Banjarwangi, Cikajang 3 Agak kasar (S3) Talegong, Pakenjeng 4 Kasar (N) Talegong, Pakenjeng
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman teh
berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa
kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan
Pakenjeng, Pamulihan, Banjarwangi dan Cikajang. Lahan sesuai marjinal dimiliki
oleh Kecamatan Talegong dan Pakenjeng.
Tabel IV.22 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Cengkeh
Berdasarkan Tekstur Tanah
No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S1) Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet, Cibalong, Cikelet,
Bungbulang, Caringin 2 Halus, agak halus, sedang (S2) Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet, Cibalong, Cikelet,
Bungbulang, Caringin 3 Sangat halus, Agak kasar (S3) Pakenjeng, Pamulihan, Cibalong, Talegong, Pakenjeng,
Cikelet 4 Kasar (N) Talegong, Pakenjeng, Cikelet
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman
cengkeh berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat
bahwa kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan
Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet, Cibalong, Cikelet, Bungbulang, Caringin..
134
Lahan sesuai marjinal dimiliki oleh Kecamatan Pakenjeng, Pamulihan, Cibalong,
Talegong, Pakenjeng dan Cikelet.
Tabel IV.23 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Lada
Berdasarkan Tekstur Tanah
No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S1) Caringin, Bungbulang, Cibalong, Cisompet 2 Halus, agak halus, sedang (S2) Caringin, Bungbulang, Cibalong, Cisompet 3 Sangat halus, Agak kasar (S3) Talegong, Pakenjeng 4 Kasar (N) Talegong, Pakenjeng
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman lada
berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa
kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan Caringin,
Bungbulang, Cibalong dan Cisompet. Lahan sesuai marjinal dimiliki oleh
Kecamatan Pakenjeng dan Talegong.
D. Analisis Kesesuaian Lahan Berdasarkan Kondisi Eksisting Komoditas
Perkebunan
Berdasarkan sumberdaya alam yang dimiliki Kabupaten Garut Bagian
Selatan, pengembangan sektor perkebunan mendapat dukungan yang relatif baik.
Dimana, hampir setiap kecamatan merupakan wilayah yang potensial dalam
pengembangan sektor perkebunan di luar kawasan lindung.
Untuk lebih jelas dalam melihat kondisi komoditas perkebunan saat ini
(eksisting) yang berhubungan dengan kesesuaian lahan, maka digunakan analisis
tumpang susun (superimpose). Dimana kesesuaian lahan merupakan kondisi yang
sesuai secara teori dapat menghasilkan produksi maksimal.
135
Tabel IV.24 Komoditas Ideal Dalam Rangka Menciptakan Kualitas dan Kuantitas Maksimal Di Setiap
Kecamatan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan
No Kecamatan Komoditas Eksisting Kesesuaian Lahan Kelas Kesesuaian
Lahan
Komoditas Eksisting Yang Sesuai
1 Cisewu
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Teh 5. Cengkeh 6. Lada
1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh
S2 S2,S3 S2,S3
1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh
2 Caringin
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh 5. Lada
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh
S1,S2,S3 S1,S2
S1,S2,NS2,S3,N
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh
3 Talegong
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Teh 5. Cengkeh 6. Lada
1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh
S2 S2,S3,NS2,S3
1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh
4 Bungbulang
1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh 4. Lada
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa
S1,S2,S3,N S1,S2,S3
S1,S2,S3,N
1. Kapuk 2. Kelapa
5 Mekarmukti
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh 5. Lada
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa
S1,S3S1,S2,S3
S1,S3
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa
6 Pamulihan
1. Kapuk 2. Kelapa 3. Teh 4. Cengkeh
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Teh 4. Cengkeh 5. Lada
S2,S3,N S2,S3,N S2,S3,N S2,S3,N S2,S3,N
1. Kapuk 2. Teh 3. Cengkeh
7 Pakenjeng
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Teh 5. Cengkeh
1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Lada 4. Kakao
S2,S3 S2,S3,N S1,S2,S3
S1,S3
1. Kelapa 2. Cengkeh
8 Cikelet
1. Kakao 2. Kelapa 3. Cengkeh
1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh 4. Lada 5. Kakao
S2,S3S2,S3
S2,S3,N S1,S3S1,S3
1. Kelapa 2. Cengkeh
9 Pameungpeuk 1. Kelapa 2. Cengkeh
1. Kapuk 2. Kelapa
S2S2
Kelapa
10 Cibalong
1. Kakao 2. Kelapa 3. Cengkeh 4. Lada
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa
S1,S2 S1,S2S1,S2
Kelapa
11 Cisompet 1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Lada
1. Jambu Mete 2. Cengkeh 3. Lada 4. Kakao
S2,N S1,S2S1,S2
S1,S2,S3
1. Cengkeh 2. Lada
12 Peundeuy
1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Teh
1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Lada
S2 S2S2
1. Kelapa 2. Cengkeh
13 Singajaya
1. Kelapa 2. Teh 3. Cengkeh
1. Kelapa 2. Teh 3. Cengkeh 4. Lada 5. Kakao
S2 S2,N S2,N S2
S1,S2,S3
1. Kelapa 2. Teh 3. Cengkeh
14 Cihurip
1. Kelapa 2. Teh 3. Cengkeh
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Lada
S2,N S2,S3
S2 S2
Kelapa
136
No Kecamatan Komoditas Eksisting Kesesuaian Lahan Kelas Kesesuaian
Lahan
Komoditas Eksisting Yang Sesuai
5. Kakao S2
15 Cikajang Teh
1. Jambu Mete 2. Kapuk 4. Teh
S2,N S2,N S2,N
Teh
16 Banjarwangi 1. Kelapa
2. Teh 3. Cengkeh
1. Jambu Mete 2 Kelapa 3 Teh 4 Kakao
S2,N S2,N S2,N S1,S3
1 Kelapa 2 Teh
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
4.2.3 Analisis Kontribusi Hasil Produksi
Perkembangan komoditas perkebunan di Kabupaten Garut Bagian Selatan
memperlihatkan hasil-hasil yang positif. Hal ini dilihat dari peningkatan produksi
yang dicapai selama ini. Selain itu komoditas perkebunan di Kabupaten Garut
Bagian Selatan memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan pada
masa mendatang. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan terdapat 15 jenis komoditi
perkebunan. Masing-masing komoditi perkebunan pada kecamatan tertentu dapat
memberikan kontribusinya terhadap Kabupaten Garut Bagian Selatan secara
keseluruhan. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel IV.25 di bawah ini.
Tabel IV.25 Kontribusi Nilai Produksi Komoditas Perkebunan
Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2005 Komoditas Produksi
(Ton) Harga Jual
(Rp/Kg) Nilai Produksi
(Rp) Kontribusi
(%) Klasifikasi
Aren (Arenga pinnata) 8.406,14 7.500 63.046.050 53,7 Tinggi Bambu (Bambusa sp) 115.740 * * - - Cengkeh (Eugenia caryophyllata)
1.077,07 34.500 37.158.915 31,6 Sedang
Jambu Mete (Anacardium occidentale)
11,73 6.000 70.380 0,05 Rendah
Jarak (Ricinus communis) 1,80 * * - - Kakao (Theobroma cacao) 0,08 10.700 856 0,001 Rendah Kapuk (Ceiba pentandra) 51,40 18.000 925.200 0,7 Rendah Kayu Manis (Cinnamonum gardamomum)
8,58 7.525 64.564,5 0,05 Rendah
Kelapa (Cocos nucifera) 1.908,74 1.500 2.862.000 2,4 Rendah Kina (Chincona sp) 27,77 22.100 613.717 0,5 Rendah Kopi (Coffea arabica) 1.711,50 1.425 2.438.887.5 2,0 Rendah Lada (Piper nigrum) 5,31 24.000 127.440 0,1 Rendah Pala (Mantis roo) 1,05 25.000 26.250 0,02 Rendah Pinang (Arenga catechu) 0,40 3.000 1.200 0,001 Rendah Teh (Cameila sinensis) 13.319,39 750 9.989.542.5 8,5 Rendah
Jumlah 142.271,00 121.675 117.325.002,5 100 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2008 Keterangan * = tidak ada data Klasifikasi Sturgeuss Banyaknya Kelas = 3 I = 21.015.064,66 Kelas I : Nilai R = 42.031.841,32 – 63.046.050 TINGGI A = 63.046.050 Kelas II : Nilai R = 21.015.920,66 – 42.031.841,32 SEDANG B = 856 Kelas III : Nilai R = 856 – 21.015.920,66 RENDAH
137
Gambar 4.3 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Kakao
138
Gambar 4.4 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Jambu Mete
139
Gambar 4.5 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Kapuk
140
Gambar 4.6 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Kelapa
141
Gambar 4.7 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Teh
142
Gambar 4.8 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Cengkeh
143
Gambar 4.9 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Lada
144
Gambar 4.10 Peta Kesesuaian Lahan Gabungan
145
Gambar 4.11 Peta Kesesuaian Tanaman Perkebunan
Kab Garut Bagian Selatan
146
Berdasarkan kontribusi nilai produksi dari 15 komoditas perkebunan tetapi
data yang didapatkan hanya 13 komoditas perkebunan saja di Kabupaten Garut
Bagian Selatan, secara umum kontribusi hasil produksi didominasi oleh
komoditas aren (53,7%), kemudian komoditas cengkeh (31,6%) dan komoditas
teh (8,5%). Dilihat dari kontribusi nilai produksi komoditas yang berpotensi
menjadi komoditas unggulan adalah :
1. Aren 4. Kelapa
2. Cengkeh 5. Kopi
3. Teh
4.2.4 Analisis Location Quetient (LQ), Koefisien Lokalisasi, Koefisien
Spesialisasi
A. Analisis Location Quetient (LQ)
Berdasarkan analisis LQ, dimana komoditas yang memiliki nilai LQ lebih
dari satu merupakan sektor unggulan, dan sektor yang berpotensi untuk kegiatan
ekspor, maka di Kabupaten Garut Bagian Selatan yang memenuhi kriteria tersebut
adalah komoditas kelapa dan cengkeh.
Berdasarkan data produksi perkebunan, dapat diketahui bahwa setiap
kecamatan di Kabupaten Garut Bagian Selatan memiliki potensi sebagai wilayah
penghasil sektor perkebunan yang potensial.
Berdasarkan analisis komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten yang
menggunakan metoda LQ, maka dapat dilihat komoditas unggulan yang terdapat
di Kabupaten Garut Bagian Selatan terdapat pada komoditas kelapa hal tersebut
dikarenakan komoditas kelapa tersebar di hampir di seluruh kecamatan yang
terdapat di Kabupaten Garut Selatan. Untuk komoditas Jambu Mete hanya
terdapat di 3 Kecamatan yaitu di Kecamatan Cisewu, Caringin dan Pamulihan.
Untuk komoditas Kakao hanya terdapat pada Kecamatan Cisompet. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat hasil nilai LQ produksi perkebunan, dapat dilihat pada
Tabel IV.26 di bawah ini.
147
Tabel IV.26 Nilai Locations Quetions (LQ) Produksi Perkebunan
Di Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2005 No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 1 Cisewu 0,00 5,99 0,00 1,34 0,00 2,24 3,54 2 Caringin 0,00 18,02 0,00 2,13 0,00 0,52 2,95 3 Talegong 0,00 0,00 0,00 1,15 0,57 1,16 2,46 4 Bungbulang 0,00 0,00 7,88 2,18 0,00 2,19 0,54 5 Mekarmukti 0,00 0,13 6,49 1,80 0,00 0,59 0,00 6 Pakenjeng 0,00 0,00 0,76 0,18 0,95 0,17 0,00 7 Pamulihan 0,00 1,04 5,14 1,29 2,50 1,25 0,00 8 Cikelet 0,00 0,00 0,00 214,37 0,00 342,40 0,00 9 Pameungpeuk 0,00 0,00 0,00 317,30 0,00 59,09 0,00
10 Cibalong 0,00 0,00 0,00 0,84 0,00 0,58 0,00 11 Cisompet 254,82 0,00 0,00 90,80 1,58 345,57 0,00 12 Peundeuy 0,00 0,00 0,00 0,74 2,01 0,15 0,00 13 Singajaya 0,00 0,00 0,00 0,37 3,55 0,07 0,00 14 Cihurip 0,00 0,00 0,00 0,05 0,69 0,09 0,00 15 Cikajang 0,00 0,00 0,00 0,00 13,36 0,00 0,00 16 Banjarwangi 0,00 0,00 0,00 0,08 3,68 0,16 0,00
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007 Ket : 1. Kakao 3. Kapuk 5. Teh 7. Lada 2. Jambu Mete 4. Kelapa 6. Cengkeh
B. Analisis Koefisien Lokalisasi
Koefisien lokalisasi merupakan suatu ukuran relatif konsentrasi kegiatan
tertentu di suatu daerah dibandingkan dengan daerah yang lebih luas dengan
besaran tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.27 di bawah
ini.
Tabel IV.27 Nilai Koefisien Lokalisasi Produksi Perkebunan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2005
No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 1 Cisewu -0,02 0,39 0,25 0,06 -0,02 0,13 0,26 2 Caringin -0,01 0,50 0,07 0,05 -0,01 0,01 0,09 3 Talegong -0,05 -0,01 0,03 0,01 0,00 0,04 0,21 4 Bungbulang -0,01 0,00 0,08 0,04 -0,01 0,01 0,00 5 Mekarmukti -0,02 -0,02 0,21 0,06 -0,02 0,10 0,00 6 Pakenjeng -0,07 -0,02 0,06 -0,03 0,00 -0,01 -0,07 7 Pamulihan -0,04 -0,04 -0,04 0,05 -0,02 0,16 -0,04 8 Cikelet 0,80 0,00 0,01 0,01 0,00 0,01 0,00 9 Pameungpeuk -0,01 -0,01 -0,01 0,05 -0,01 0,01 -0,01 10 Cibalong -0,01 -0,01 -0,01 0,04 -0,01 0,03 0,04 11 Cisompet -0,01 -0,01 -0,01 0,02 -0,01 0,09 -0,01 12 Peundeuy -0,03 -0,03 -0,03 0,00 0,00 -0,02 -0,03 13 Singajaya -0,14 -0,14 -0,14 -0,13 0,03 -0,14 -0,14 14 Cihurip -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 0,00 -0,01 -0,01 15 Cikajang -0,12 -0,12 -0,12 -0,12 0,03 -0,12 -0,12 16 Banjarwangi -0,13 -0,13 -0,13 -0,13 0,03 -0,13 -0,13
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007 Ket : 1. Kakao 3. Kapuk 5. Teh 7. Lada 2. Jambu Mete 4. Kelapa 6. Cengkeh
148
C. Analisis Koefisien Spesialisasi
Analisis koefisien spesialisasi dilakukan untuk mengetahui apakah suatu
daerah melakukan pengkhususan untuk menanam komoditas tertentu. Untuk hasil
analisis koefisien spesialisasi di Kabupaten Garut Bagian Selatan dapat dilihat
pada Tabel IV.28 di bawah ini.
Tabel IV.28 Nilai Koefisien Spesialisasi Produksi Perkebunan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2005
No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 1 Cisewu 0,31 0,01 0,03 0,31 -0,65 0,31 0,00 2 Caringin 0,03 0,01 0,01 0,29 0,00 0,03 0,00 3 Talegong 0,22 0,00 0,01 0,35 1,71 0,22 0,00 4 Bungbulang 0,05 0,00 0,01 0,26 0,00 0,05 0,00 5 Mekarmukti 0,27 0,00 0,02 0,43 0,00 0,27 0,00 6 Pakenjeng 0,14 0,00 0,01 0,21 2,69 0,14 0,00 7 Pamulihan 0,48 0,00 0,00 0,52 0,90 0,48 0,00 8 Cikelet 0,02 0,00 0,00 0,04 0,00 0,02 0,00 9 Pameungpeuk 0,04 0,00 0,00 0,31 0,00 0,04 0,00 10 Cibalong 0,09 0,00 0,00 0,24 0,00 0,09 0,00 11 Cisompet 0,22 0,00 0,00 0,16 0,00 0,22 0,00 12 Peundeuy 0,02 0,00 0,00 0,16 1,10 0,02 0,00 13 Singajaya 0,01 0,00 0,00 0,08 6,17 0,01 0,00 14 Cihurip 0,01 0,00 0,00 0,01 0,34 0,01 0,00 15 Cikajang 0,02 0,00 0,00 0,02 5,47 0,02 0,00 16 Banjarwangi 0,00 0,00 0,00 0,00 5,94 0,00 0,00
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007 Ket : 1. Kakao 3. Kapuk 5. Teh 7. Lada 2. Jambu Mete 4. Kelapa 6. Cengkeh
4.2.5 Analisis Pergeseran (Mix And Share) Komoditas Perkebunan Tiap
Kecamatan
Analisis mix and shares dalam ilmu ekonomi wilayah (atau ekonomi
pembangunan), memiliki prinsip dan gagasan yang sama. Peran dari setiap bisnis
ditentukan oleh dua faktor yaitu industri mix dan regional share effect. Untuk
hasil mix and share dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
- Industri Mix Effect: pertumbuhan dan pergerakan industri (dalam hal ini
komoditas), dapat bergeser lebih cepat (ditunjukkan dengan nilai +) atau lebih
lambat (ditunjukkan dengan nilai -) dibandingkan dengan industri lain;
- Regional Share Effect: peranan industri dalam kekuatan pangsa pasar (pada
analisis mix and shares lebih dikenal sebagai nilai kompetitif industri).
149
Gambar 4.12
Peta Komoditas Unggulan Perkebunan
Berdasarkan Analisis LQ
150
Tabel IV.29 Nilai Pertumbuhan Komoditas Perkebunan
Di Kabupaten Garut Bagian Selatan No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 1 Cisewu 0 -39,55 0 8,60 0 113,89 -44,99 2 Caringin 0 -51,30 0 65,26 0 2119,02 59,70 3 Talegong 0 0 0 -6,05 431,11 124,95 -34,90 4 Bungbulang 0 0 12,88 1,36 0 142,73 -74,36 5 Mekarmukti 0 -37,50 -19,43 12,65 0 -22,51 0 6 Pakenjeng 0 0 1014,29 851,35 1203,01 2475,43 0 7 Pamulihan 0 -100 -86,60 -82,76 0 -69,87 -100 8 Cikelet 0 0 0 1,59 0 129,71 0 9 Pameungpeuk 0 0 0 0,82 0 142,25 0 10 Cibalong 0 0 0 11,34 0 139,49 0 11 Cisompet -100 0 0 8,90 0 55,91 -100 12 Peundeuy 0 0 0 5612,26 1413,32 1096,20 0 13 Singajaya 0 0 0 52,50 2443,57 556,25 0 14 Cihurip 0 0 0 -87,67 -71,01 79,49 0 15 Cikajang 0 0 0 0 341,86 0 0 16 Banjarwangi 0 0 0 77,58 510,04 301,87 0
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Ket : 1. Kakao 3. Kapuk 5. Teh 7. Lada 2. Jambu Mete 4. Kelapa 6. Cengkeh
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat pertumbuhan produksi perkebunan
di Kabupaten Garut Bagian Selatan, pertumbuhannya bernilai positif (+). Hal
tersebut menandakan komoditas perkebunan di Kabupaten Garut Bagian Selatan
dapat dikembangkan sesuai dengan fungsinya.
Tabel IV.30
Nilai Regional Share Effect dan Mix Effect Komoditas Perkebunan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan
1 2 3 4 5 6 7 No
Kecamatan M R M R M R M R M R M R M R 1 Cisewu + - - + - - - - - - - - + - 2 Caringin + - - + - - - - - - - - + - 3 Talegong + - - - - - - - - + - + + - 4 Bungbulang + - - - - - - - - - - + + - 5 Mekarmukti + - - + - - - - - - - - + - 6 Pakenjeng + - - - - + - + - + - + + - 7 Pamulihan + - - - - - - - - - - - + - 8 Cikelet + - - - - - - - - - - + + - 9 Pameungpeuk + - - - - - - - - - - + + -
10 Cibalong + - - - - - - - - - - + + - 11 Cisompet + - - - - - - - - - - - + - 12 Peundeuy + - - - - - - + - + - + + - 13 Singajaya + - - - - - - + - + - + + - 14 Cihurip + - - - - - - - - + - - + - 15 Cikajang + - - - - - - - - + - - + - 16 Banjarwangi + - - - - - - + - + - + + -
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Ket : 1. Kakao 3. Kapuk 5. Teh 7. Lada 2. Jambu Mete 4. Kelapa 6. Cengkeh M= Mix Effect R = Regional Share Effect
151
Gambar 4.13 Peta Komoditas Unggulan Perkebunan
Berdasarkan Analisis Shift Share
152
4.2.6 Analisis Terhadap Permintaan Pasar
A. Ekspor Per Komoditas
Penilaian terhadap komoditas unggulan untuk masing-masing kriteria,
dimaksud untuk menunjukkan intensitas tiap sektor untuk tiap kriteria. Intensitas
(sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah) ditentukan dengan
mengelompokkan data sebenarnya ke dalam 3 kelas tersebut. Pengelompokkan
data sebenarnya ke dalam 3 kelompok kelas tersebut, disesuaikan dengan
perhitungan bobot kriteria yang menggunakan 3 tingkatan intensitas.
Pengelompokkan data sebenarnya ke dalam 3 kelas tersebut diperoleh
dengan menggunakan Distribusi Strugess. Distribusi Strugess merupakan cara
untuk menyusun suatu rangkaian data dengan menggolongkan besar kecilnya
angka-angka tersebut ke dalam kelas-kelas tertentu.
Secara teoritis menurut metoda ini, penentuan jumlah kelas yang akan
dipakai umumnya tergantung pada pertimbangan-pertimbangan praktis yang
masuk akal dari pengolah data.
Secara matematis, persamaan untuk menentukan jumlah kelas interval adalah
sebagai berikut :
k = 1 + 3,322 log n
k = jumlah kelas interval
n = jumlah unit analisis
Sedangkan rentang kelas diperoleh dengan rumus :
kBAi −
=
Ada beberapa komoditas perkebunan tertentu yang saat ini dibutuhkan
oleh pasar internasional dan dapat diusahakan untuk menerima pasokan dari
Kabupaten Garut Bagian Selatan, yaitu negara Inggris, Belanda, Jepang, Timur
Tengah, Australia, Belgia, Jerman, Maroko dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya
mengenai negara-negara yang menampung hasil ekspor komoditas perkebunan di
Kabupaten Garut Bagian Selatan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
153
Tabel IV.31 Ekspor Komoditas Perkebunan Dilihat Dari Volume dan Nilai
Di Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2006
No Komoditas Negara Tujuan Ekspor Volume (Kg)
Nilai (US$)
1 Cengkeh Thailand Singapore Malaysia Vietnam India Saudi Arabia Syrian Arab Republic Australia United States Brazil Bulgaria
6.192,00 28.800,00 1.105,00 9.438,00
48.010,00 96.000,00 12.000,00 14.520,00 45.407,00 3.716,00 6.621,00
26.127.00 8.585,00 8.532,00 4.893,00
14.592,00 309.125,00 48.000,00 44.972,00
190.464,00 17.152,00
4.321,00 Total 271.809,00 674.763,00 2 Kakao Japan
Hongkong Korea, Republic Of Taiwan China Thailand Singapore Philippines Malaysia Brunai Darussalam Maldives India Pakistan Bangladesh Sri Langka Saudi Arabia Kuwait Oman Turkey United Arab Emirates Bahrain Egypt Madagascar Kenya South Africa Mauritius Zaire Australia New Zealand Kiribati Samoa Tonga Timor Leste United States Mexico Chile Argentina Brazil Colombia Uruguay United Kingdom Netherlands France Germany Belgium Switzerland Spain Bulgaria Lithuania
263.146,00 14.886,00 57.906,00 13.361,00
1.995.375,00 904.508,00
3.227.228,00 737.550,00
18.187.960,00 11.551,00
829,00 111.526,00 58.246,00 11.297,00 18.504,00 29.502,00
5.810,00 9.727,00
34.000,00 279.567,00
816,00 32.000,00 14.021,00
7.821,00 344.000,00 31.334,00 14.000,00
900.895,00 74.000,00
158,00 731,00
3.142,00 6.635,00
3.187.918,00 48.000,00 25.000,00 20.000,00
27.373.410,00 149.000,00 79.999,00 99.600,00
1.209.000,00 1.072.506,00
479.500,00 253.000,00 15.418,00
999.880,00 123.500,00 25.000,00
717.628,00 37.330,00 81.274,00 30.643,00
2.112.202,00 921.125,00
4.333.372,00 582.642,00
22.187.919,00 28.615,00
1.191,00 108.920,00 45.900,00 19.217,00 30.853,00 45.712,00 28.090,00 23.219,00 23.375,00
991.301,00 2.333,00
123.200,00 7.979,00
15.683,00 630.000,00 18.020,00 10.500,00
2.899.501,00 173.500,00
480,00 1.522,00 7.150,00
10.450,00 7.148.678,00
36.000,00 13.750,00
9.000,00 35.941.443,00
213.070,00 29.900,00 62.412,00
3.508.936,00 3.751.641,00
847.105,00 373.662,00 19.125,00
427.914,00 44.538,00 18.750,00
Total 62.562.763,00 88.696.770,00 3 Kelapa Japan
Hong Kong Korea Taiwan China Papua New Guinea Thailand Singapore
2.255.101,00 3.600.000,00
75.820.076,00 82.404,00
202.119.556,00 33.576,00
7.803.020,00 25.191.568,00
1.048.903,00 1.584.000,00
598.299,00 48.309,00
91.775.859,00 24.235,00
309.745,00 11.712.810,00
154
No Komoditas Negara Tujuan Ekspor Volume (Kg)
Nilai (US$)
Philippines Malaysia Myanmar Brunai Darussalam Vietnam Maldives India Pakistan Bangladesh Sri Langka Iran Saudi Arabia Jordan Syrian Turkey United Arab Emirates Egypt Algeria Sudan Tanzania Mozambique Equatirial Guinea Togo Ghana Angola Congo Cameroon Mauritania Benin Djibouti South Africa Comoros Mauritius Australia Vanuatu American Samoa Fiji Samoa Tuvalu Timor Leste United States Nicaragua Brazil Jamaica Dominican Republic United Kingdom Netherlands Germany Belgium Sweden Italy Spain Portugal Greece Chekoslovakia Bulgaria Ukraina Rusia
16.516.940,00 47.866.776,00 14.258.798,00
53.065,00 10.828.820,00
172.996,00 328.170.468,00 50.449.657,00 39.746.313,00 52.572.100,00 10.000.000,00 41.970.055,00
1.700.000,00 12.500.126,00 31.967.794,00
7.042.012,00 133.089.958,00 24.455.738,00
20.995,00 15.053.001,00
148.260,00 158.536,00 138.414,00
4.347.323,00 1.502.158,00
35.512,00 705.249,00 181.660,00 295.135,00 313.704,00
7.895.238,00 38.010,00 52.371,00
3.300.000,00 32.786,00
3.050,00 17.272,00 65.451,00
4.665,00 36.332,00
7.000.041,00 42.000,00
16.370.000,00 118.860,00
1,00 2.500.000,00
307.148.947,00 74.494.284,00
3.675.000,00 19.068,00
4.941.862,00 8.240.000,00 6.620.000,00 2.901.870,00 6.535.916,00
355.870,00 30.200.477,00 21.448.625,00
5.089.542,00 20.664.795,00
6.905.467,00 33.867,00
2.103.097,00 128.741,00
147.929.725,00 21.923.345,00 19.662.345,00 24.611.112,00
4.300.000,00 16.794.698,00
909.500,00 5.693.804,00
15.494.903,00 2.948.690,00
61.722.668,00 10.242.711,00
12.975,00 6.633.570,00
104.077,00 107.537,00 102.025,00
2.099.562,00 1.024.136,00
29.757,00 452.804,00 123.000,00 243.365,00 205.272,00
3.588.794,00 25.900,00 42.512,00
1.666.500,00 27.599,00
2.208,00 14.020,00 42.136,00
3.518,00 23.550,00
2.852.516,00 23.016,00
8.467.200,00 63.267,00
10,00 980.000,00
85.061.939,00 24.720.217,00
1.617.000,00 13.609,00
2.541.208,00 3.441.925,00 3.096.950,00 1.179.959,00 2.741.863,00
182.856,00 14.017.706,00
9.946.383,00 Total 1.667.224.860,00 651.783.611,00 4 Lada Japan
Hongkong Taiwan China Singapore Malaysia Vietnam India Pakistan Nigeria Australia United States Canada Netherlands France Germany Belgium Italy
118.705,00 19.450,00 79.232,00 61.425,00
549.040,00 49.000,00
289.930,00 513.000,00 14.000,00
7.761,00 30.000,00
590.670,00 16.000,00
187.500,00 69.975,00 60.000,00 15.000,00 15.000,00
432.397,00 42.359,00
167.133,00 88.388,00
1.516.725,00 145.555,00
1.097.344,00 981.183,00 13.200,00
2.100,00 126.800,00
1.409.895,00 58.904,00
552.871,00 194.090,00 185.872,00 55.500,00 44.440,00
155
No Komoditas Negara Tujuan Ekspor Volume (Kg)
Nilai (US$)
Total 2.685.688,00 7.114.423,00 5 Teh Japan
Hongkong Korea Taiwan China Thailand Singapore Philippines Malaysia Vietnam India Pakistan Sri Langka Afghanistan Iran Saudi Arabia Kuwait Yemen United Emirates Arab Egypt Djibouti Australia New Zealand United States Canada Chile United Kingdom Netherlands Germany Belgium Ireland Italy Poland Kyrgyzstan Ukraina Uzbekistan Russia
46.123,00 2.021,00 1.274,00
59.895,00 29.800,00
2.983,00 69.600,00
1.897,00 569.266,00 29.724,00
125.540,00 853.737,00 39.700,00
138.900,00 31.120,00
5.251,00 10.000,00 19.000,00 92.070,00 31.200,00 39.915,00
171.129,00 65.738,00
640.079,00 20.000,00 61.680,00
1.281.605,00 356.200,00 660.485,00
160,00 21.560,00 11.526,00
216.679,00 24.480,00
191.738,00 27.030,00
888.624,00
87.961,00 3.659,00 4.581,00
109.889,00 35.277,00 16.035,00
132.537,00 15.994,00
773.381,00 141.635,00 173.976,00
1.373.260,00 60.302,00
209.372,00 44.368,00 33.070,00 13.800,00 26.980,00
119.557,00 41.502,00 23.949,00
555.855,00 105.397,00 910.540,00 17.250,00
101.637,00 1.806.827,00
472.200,00 742.700,00
320,00 35.466,00 13.627,00
285.231,00 33.048,00
247.812,00 44.329,00
1.229.721,00 Total 6.837.729,00 10.043.045,00 6 Tebu Japan
Hongkong Korea Taiwan Singapore Philippines Malaysia Vietnam Maldives Australia United States Canada
6.034.769,00 1.018,00
25.917.841,00 29.500.302,00
11,00 819,00
4.454,00 11.550.000,00
120,00 3.413,00
746,00 24.475,00
543.147,00 1.521,00
2.541.570,00 2.233.537,00
106,00 346,00
3.946,00 791.910,00
269,00 7.525,00 2.058,00
10.671,00 Total 73.037.968,00 6.136.606,00 7 Tembakau China
Singapore Philippines Malaysia Vietnam Turkey South Africa United States Honduras Nicaragua Brazil Paraguay Domonican Republic United Kingdom Netherlands Germany Belgium Denmark Poland Ukraina Latvia Rusia
21.521,00 8.642,00
466.474,00 243.428,00 69.400,00
543,00 19.800,00
356.115,00 8.850,00
62.312,00 19.077,00 40.000,00 46.811,00 19.600,00 54.352,00 72.715,00
525.623,00 39.148,00 19.800,00 79.100,00 60.000,00
705.468,00
97.616,00 14.263,00
1.460.870,00 108.675,00 229.250,00
6.524,00 15.840,00
627.877,00 49.866,00
208.568,00 85.528,00 32.000,00
564.625,00 32.966,00
182.263,00 359.727,00
1.200.785,00 124.845,00 44.550,00 19.366,00 12.000,00
292.768,00 Total 2.938.779,00 5.770.772,00
Sumber : Departemen Pertanian, Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2006
156
Tabel IV.32 Klasifikasi Ekspor (Kg) Per Komoditas Perkebunan
Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2006 No Komoditas Ekspor (Kg) Klasifikasi 1 Kelapa 63.385.899,00 Rendah 2 Karet 152.431.666,00 Rendah 3 Kelapa Sawit 1.667.224.860,00 Tinggi 4 Kopi 22.336.668,00 Rendah 5 Teh Hijau 6.837.729,00 Rendah 6 Lada 2.685.688,00 Rendah 7 Tembakau 2.938.779,00 Rendah 8 Kakao 62.562.763,00 Rendah 9 Cengkeh 271.809,00 Rendah
10 Panili 50.474,00 Rendah 11 Kapas 2.926.246,00 Rendah 12 Pala 1.257.844,00 Rendah 13 Jarak 3.771,00 Rendah 14 Nilam 0,00 Rendah 15 Asam 497.924,00 Rendah 16 Tebu 73.037.968,00 Rendah 17 Pinang 12.852.502,00 Rendah 18 Melinjo 48.616,00 Rendah
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007 Keterangan : Klasifikasi Sturgeuss Banyaknya Kelas = 3 I = 555.741.620 Kelas I : Nilai R = 1.111.483.240 – 1.667.224.860 TINGGI A = 1.667.224.860 Kelas II : Nilai R = 555.741.620 – 1.111.483.240 SEDANG B = 0,00 Kelas III : Nilai R = 0 – 555.741.620 RENDAH
Berdasarkan klasifikasi ekspor (Kg) per komoditas perkebunan di
Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2006, hanya satu komoditas yang
termasuk klasifikasi “tinggi” yaitu komoditas kelapa sawit, sedangkan komoditas
lainnya termasuk klasifikasi “rendah”. Tabel IV.33
Klasifikasi Ekspor (USD) Komoditas Perkebunan Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2006
No Komoditas Ekspor (USD) Klasifikasi 1 Kelapa 23.508.271,00 Rendah 2 Karet 252.429.309,00 Sedang 3 Kelapa Sawit 651.783.611,00 Tinggi 4 Kopi 41.349.478,00 Rendah 5 Teh Hijau 10.043.045,00 Rendah 6 Lada 7.114.423,00 Rendah 7 Tembakau 5.770.772,00 Rendah 8 Kakao 88.696.770,00 Rendah 9 Cengkeh 674.763,00 Rendah
10 Panili 742.035,00 Rendah 11 Kapas 2.518.099,00 Rendah 12 Pala 4.025.003,00 Rendah 13 Jarak 14.611,00 Rendah 14 Nilam 0,00 Rendah 15 Asam 105.007,00 Rendah 16 Tebu 6.136.606,00 Rendah 17 Pinang 7.929.492,00 Rendah 18 Melinjo 49.658,00 Rendah
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007 Keterangan : Klasifikasi Sturgeuss Banyaknya Kelas = 3 I = 217.261.203 Kelas I : Nilai R = 434.552.406 – 651.783.611 TINGGI A = 651.783.611 Kelas II : Nilai R = 217.261.203 – 434.552.406 SEDANG B = 0,00 Kelas III : Nilai R = 0 – 217.261.203 RENDAH
157
Berdasarkan klasifikasi ekspor (USD) per komoditas perkebunan di
Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2006, hanya satu komoditas yang
termasuk klasifikasi “tinggi” dan “sedang”. Untuk klasifkasi tinggi yaitu
komoditas kelapa sawit, untuk klasifikasi sedang yaitu komoditas karet sedangkan
komoditas lainnya termasuk klasifikasi “rendah”.
4.2.7 Analisis Terhadap Tingkat Sumber Daya Manusia
Didalam analisis ini dibahas tentang klasifikasi dari jumlah penduduk
menurut mata pencaharian (sektor pertanian) yang ada di Kabupaten Garut Bagian
Selatan dimana intensitas tersebut dibagi menjadi tiga kategori yaitu kategori
tinggi, sedang dan rendah.
Tabel IV.34 Klasifikasi Kontribusi Jumlah Penduduk
Menurut Mata Pencaharian (Sektor Pertanian) Di Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2005
No Kecamatan Jumlah Penduduk Menurut Mata
Pencaharian (Sektor Pertanian)
Kontribusi Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian (Sektor Pertanian)
Klasifikasi
1 Cisewu 6.154 8,2 % SEDANG 2 Caringin 1.708 2,3 % RENDAH 3 Talegong 2.141 2,9 % RENDAH 4 Bungbulang 13.349 17,8 % TINGGI 5 Mekarmukti 1.136 1,5 % RENDAH 6 Pakenjeng 8.998 12 % TINGGI 7 Pamulihan 2.033 2,7 % RENDAH 8 Cikelet 1.881 2,5 % RENDAH 9 Pameungpeuk 5.582 7,4 % SEDANG 10 Cibalong 4.351 5,8 % SEDANG 11 Cisompet 5.454 7,3 % SEDANG 12 Peundeuy 1.025 1,4 % RENDAH 13 Singajaya 9.238 12,3 % TINGGI 14 Cihurip 1.456 1,9 % RENDAH 15 Cikajang 8.401 11,2 % TINGGI 16 Banjarwangi 1.963 2,6 % RENDAH
Jumlah 74.870 100,00 Sumber : Hasil Analisis, 2008 Keterangan : Klasifikasi Sturgeuss Banyaknya Kelas = 3 I = 4.108 A = 13.349 B = 1.025 Kelas I : Nilai R = 8.217 – 13.349 TINGGI Kelas II : Nilai R = 4.109 – 8216 SEDANG Kelas III : Nilai R = 0 – 4.108 RENDAH
158
Jika dilihat dari klasifikasi nilai jumlah penduduk menurut mata
pencaharian (sektor pertanian), terdapat empat kecamatan yang termasuk didalam
klasifikasi tinggi yaitu Kecamatan Bungbulang, Pakenjeng, Singajaya, Cikajang.
Sedangkan yang termasuk didalam klasifikasi rendah terdapat delapan kecamatan
yaitu Kecamatan Caringin, Talegong, Mekarmukti, Pamulihan, Cikelet,
Peundeuy, Cihurip dan Banjarwangi.
Maka dari itu ditetapkan bahwa terdapat empat kecamatan yang dinilai
memiliki potensi untuk dikembangkan dikarenakan memiliki jumlah penduduk
terbesar dalam mata pencaharian sektor pertanian, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Kecamatan Bungbulang (17,8%)
2. Kecamatan Pakenjeng (12%)
3. Kecamatan Singajaya (12,3%)
4. Kecamatan Cikajang (11,2%)
4.2.8 Analisis Terhadap Ketersediaan Infrastruktur (Jaringan Jalan)
Didalam analisis ini dibahas tentang klasifikasi dari panjang jalan dari
tiap-tiap kecamatan (jalan propinsi dan jalan kabupaten) yang ada di Kabupaten
Garut Bagian Selatan dimana intensitas tersebut dibagi menjadi tiga kategori yaitu
kategori tinggi, sedang dan rendah.
Dalam PP No.25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Kabupaten sebagai Daerah Otonom, pada pasal 3 butir (3)
disebutkan bahwa “Daerah wajib melaksanakan pelayanan minimal”.
Dalam hal ini standar pelayanan minimal merupakan kewenangan dari
pemerintah pusat (pasal 2 ayat 4 butir b), SPM diadakan untuk menjamin
tersedianya pelayanan jalanan untuk masyarakat dalam kondisi yang paling
minimum. Penyediaan jaringan jalan sebagai salah satu public infrastructure juga
disusun SPM-nya oleh Departemen Teknis Terkait, yakni Depkimpraswil. Untuk
bidang jalan, Depkimpraswil telah mengeluarkan Standar Pelayanan Minimum
bidang jalan seperti yang disampaikan pada Tabel IV.35 Standar Pelayanan
Minimal Jalan.
159
Tabel IV.35 Standar Pelayanan Minimal Jalan
Standar Pelayanan Kuantitas Bidang
Pelayanan Cakupan Konsumsi/Produksi Kualitas Keterangan
Jaringan Jalan Kepadatan Penduduk
(Jiwa/km2) Indeks
Aksesibilitas Sangat tinggi >5000 >5
Tinggi >1000 >1,5 Sedang >500 >0,5 Rendah >100 >0,15
Aspek Aksesibilitas
Seluruh Jaringan
Sangat Rendah <100 >0,05
Panjang jalan/luas (km/km2)
Sumber : Depkimpraswil
SPM di bidang jalan ini dikembangkan dalam sudut pandang masyarakat
sebagai pengguna jalan, dimana ukurannya merupakan common indicator yang
diinginkan oleh pengguna, SPM dikembangkan dari 3 keinginan dasar pengguna
jalan, yakni :
1. Kondisi jalan yang baik (tidak ada lubang)
2. Tidak macet (lancar sepanjang waktu), dan
3. Dapat digunakan sepanjang tahun (tidak banjir waktu musim hujan).
Pada dasarnya item dalam SPM jalan hampir sama dengan kriteria
kemantapan jalan dimana tujuannya adalah memelihara jalan minimal dalam
kondisi fisik yang sedang, tidak macet (VCR < 0,8), lebar cukup dan jumlah
panjang jaringan jalan yang mencukupi (aspek aksesibilitas dan mobilitas).
Utilitas SPM dalam menyusun kebutuhan pananganan jalan untuk semua
ruas jalan Kabupaten secara umum terdapat kaidah penentuannya, yakni :
1. Untuk mencapai target 100% jalan mantap kontruksi maka :
a) Ruas jalan yang saat ini berada dalam kondisi baik ditangani dengan
pemeliharaan rutin.
b) Ruas jalan yang saat ini dalam kondisi sedang ditangani dengan
pemeliharaan berkala.
c) Ruas jalan yang saat ini dalam kondisi rusak ditangani dengan peningkatan
struktur perkerasan jalan (restructuring).
160
2. Untuk mencapai target 100% jalan mantap layanan lalulintas, maka ruas jalan
yang saat ini dalam kondisi macet ditangani dengan peningkatan kapasitas
atau pelebaran jalan.
3. Untuk kebutuhan pembangunan jalan baru ditentukan oleh tingkat
aksesibilitas dan mobilitas wilayah dan prediksi kebutuhan jaringan jalan
untuk pengembangan wilayah.
Hasil perhitungan yang membandingkan kondisi eksisting jaringan jalan
yang ada di Kabupaten Garut Bagian Selatan dengan Standar Pelayanan Minimal
Jalan dapat dilihat pada Tabel IV.36
Tabel IV.36 Indeks Aksesibilitas Per Kecamatan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan
Panjang Jalan (Km)
Indeks Aksesibilitas Panjang/Luas(Km2)
No Kecamatan
Jalan Propinsi
Jalan Kabupaten
Total Panjang Jalan (Km)
Luas Wilayah
(Ha)
Jumlah Pendud
uk (Jiwa)
Kepadatan
(Jiwa/Km2)
Eksisting
Minimum
+/-
1 Cisewu 23,88 8,73 32,61 9.483 31.858 3359 3,43 1,5 + 2 Caringin 18,42 15,61 34,03 17.703 27.878 1574 1,92 1,5 + 3 Talegong 14 9,48 23,48 10.874 29.689 2730 2,15 1,5 + 4 Bungbulang 9,37 11,57 20,94 17.541 57.144 3257 1,19 1,5 - 5 Mekarmukti - 28,87 28,87 2.679 14.490 5408 10,7 5 + 6 Pakenjeng 20,41 8,80 29,21 19.618 59.580 1255 1,48 1,5 - 7 Pamulihan 6,36 23,45 29,81 13.470 16.905 5408 2,21 1,5 + 8 Cikelet - 49,22 49,22 17.232 36.524 2119 2,85 1,5 + 9 Pameungpeuk 6,40 27,32 33.72 4.411 36.044 8171 7,64 5 +
10 Cibalong - 91,79 91,79 21.359 37.788 1769 4,29 1,5 + 11 Cisompet 26,47 16,27 42.74 17.225 48.277 2802 2,48 1,5 + 12 Peundeuy - 9,53 9,53 5.679 22.213 3911 1,67 1,5 + 13 Singajaya - 26,68 26,68 6.176 42.909 6947 4,31 5 - 14 Cihurip 7,48 24,85 32.33 4.635 16.679 3598 6,97 1,5 + 15 Cikajang 34,56 13,74 48.3 12.495 69.591 5569 3,86 5 - 16 Banjarwangi - 18,12 18,12 12.382 54.263 4382 1,46 1,5 -
Jumlah 167,35 384,03 551,38 192.962 601.832 62.259 58,61 38 Sumber : Hasil Analisis, 2008 (+) = diatas SPM (-) = dibawah SPM
Hasil perhitungan yang membandingkan kondisi eksisting jaringan jalan
yang ada di Kabupaten Garut Bagian Selatan dengan Standar Pelayanan Minimal
Jalan dapat dilihat pada Tabel IV.35, berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa
dari total indeks aksesibilitasnya secara keseluruhan sebesar 56,61 artinya
aksesibilitas di Kabupaten Garut Bagian Selatan sudah diatas standar pelayanan
minimal sebesar 38, namun ada satu kecamatan yang memiliki nilai aksesibilitas
161
yang baik yaitu Kecamatan Pameungpeuk. Hal ini dikarenakan luas kecamatan
dan total panjang jalan kecamatan tersebut hampir dapat memenuhi pola aktivitas
pergerakan.
Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kecamatan yang berada
di Kabupaten Garut Bagian Selatan dalam segi mobilitas penduduk memiliki nilai
yang tinggi, namun dalam penyediaan pelayanan jaringan jalan sangat minim.
Oleh karena itu perlu adanya suatu penambahan jaringan jalan untuk mendukung
mobilitas penduduk. Dimana untuk lebih jelasnya mengenai penambahan jaringan
jalan baru di Kabupaten Garut Bagian Selatan dapat dilihat pada Tabel IV.37.
Tabel IV.37 Penambahan Jaringan Jalan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan No Kecamatan Panjang Jalan
Eksisting (Km) Selisih Indeks
Aksesibilitas dengan SPM
Penambahan Jaringan Jalan Baru
(Km) 1 Cisewu 32,61 -1,93 * 2 Caringin 34,03 -0,42 * 3 Talegong 23,48 -0,65 * 4 Bungbulang 20,94 0,39 8,1 5 Mekarmukti 28,87 -5,7 * 6 Pakenjeng 29,21 0,02 0,5 7 Pamulihan 29,81 -0,71 * 8 Cikelet 49,22 -1,35 * 9 Pameungpeuk 33.72 -2,64 * 10 Cibalong 91,79 -2,79 * 11 Cisompet 42.74 -0,98 * 12 Peundeuy 9,53 -0,17 * 13 Singajaya 26,68 0,69 18,40 14 Cihurip 32.33 -5,47 * 15 Cikajang 48.3 1,14 55 16 Banjarwangi 18,12 0,04 0,7
Jumlah 551,38 -9,93 224,1 Sumber : Hasil Analisis, 2007 Keterangan (*) melebihi SPM
Dari tabel tersebut maka Kecamatan Cikajang memiliki jumlah
penambahan jaringan jalan baru yang besar dimana hal ini untuk memenuhi
mobilitas penduduk sekitarnya. Untuk Kecamatan Cikajang sendiri dalam
memenuhi kebutuhan mobilitas penduduk perlu adanya penambahan jaringan
jalan baru sepanjang 55 km. Peningkatan aksesibilitas dan mobilitas ini
diharapkan agar komoditas yang berpotensi untuk dikembangkan yaitu tanaman
teh di Kecamatan Cikajang dapat berkembang sehingga dapat menambah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Garut Bagian Selatan.
162
4.3 Analisis Gabungan Penentuan Komoditas Perkebunan Yang Potensial
Untuk Dikembangkan di Tiap Kecamatan
Dalam analisis ini dibahas, komoditas yang akan dikembangkan di
Kabupaten Garut Bagian Selatan berdasarkan dari hasil analisis diatas, seperti
kesesuaian lahan, LQ, di Wilayah Garut Bagian Selatan.
Tabel IV.38 Analisis Gabungan Penentuan Komoditas Perkebunan Yang Potensial
Di Kabupaten Garut Bagian Selatan
No Kecamatan Kondisi Eksisting Kesesuaian Lahan
Berdasarkan Kondisi Fisik Dasar
Analisis Komoditas
Unggulan (LQ) Produksi
Komoditas Yang Potensial
Untuk Dikembangkan
1 Cisewu 1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Teh 5. Lada 6. Cengkeh
1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh
1. Jambu Mete 2. Kelapa 3. Cengkeh 4. Lada
1. Kelapa 2. Cengkeh
2 Caringin 1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh 5. Lada
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh
1. Jambu Mete 2. Kelapa 3. Lada
1. Jambu Mete 2. Kelapa
3 Talegong 1. Kapuk 2. Jambu Mete 3. Kelapa 4. Teh 5. Cengkeh 6. Lada
1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh
1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Lada
1. Kelapa 2. Cengkeh
4 Bungbulang 1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh 4. Lada
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa
1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh
1. Kapuk 2. Kelapa
5 Mekarmukti 1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh 5. Lada
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh 5. Lada
1. Kapuk 2. Kelapa
1. Kapuk 2. Kelapa
6 Pakenjeng 1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Teh 4. Cengkeh
1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Lada 4. Kakao
- -
7 Pamulihan 1. Kapuk 2. Kelapa 3. Teh 4. Cengkeh
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Teh 4. Cengkeh 5. Lada
1. Kapuk 2. Kelapa 3. Teh 4. Cengkeh
1. Kapuk 2. Teh 3. Cengkeh
8 Cikelet 1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Kakao
1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh 4. Lada 5. Kakao
1. Kelapa 2. Cengkeh
1. Kelapa 2. Cengkeh
9 Pameungpeuk 1. Kelapa 2. Cengkeh
1. Kapuk 2. Kelapa
1. Kelapa 2. Cengkeh
Kelapa
10 Cibalong 1. Kakao 2. Kelapa 3. Cengkeh 4. Lada
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa
- -
11 Cisompet 1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Lada
1. Jambu Mete 2. Cengkeh 3. Lada 4. Kakao
1. Kelapa 2. Cengkeh
Cengkeh
12 Peundeuy 1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Teh
1. Kelapa 2. Cengkeh
- -
163
No Kecamatan Kondisi Eksisting Kesesuaian Lahan
Berdasarkan Kondisi Fisik Dasar
Analisis Komoditas
Unggulan (LQ) Produksi
Komoditas Yang Potensial
Untuk Dikembangkan
3. Lada 13 Singajaya 1. Cengkeh
2. Teh 1. Kelapa 2. Teh 3. Cengkeh 4. Lada 5. Kakao
Teh Teh
14 Cihurip 1. Kelapa 2. Teh 3. Cengkeh
1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Lada 5. Kakao
- -
15 Cikajang Teh 1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Teh
Teh Teh
16 Banjarwangi 1. Teh 2. Cengkeh
1. Jambu Mete 2. Kelapa 3. Teh 4. Kakao
Teh Teh
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
4.4 Peluang Pengembangan Komoditas Perkebunan di Wilayah Garut
Bagian Selatan
Dengan melakukan overlay dari kedua peta yaitu peta penyebaran potensi
(kesesuaian lahan) dan peta penyebaran tanaman perkebunan eksisting,
didapatkan peta mengenai zonasi klasifikasi tanaman perkebunan. Dari peta
tersebut akan diketahui mengenai peluang pengembangan tanaman perkebunan di
Kabupaten Garut Bagian Selatan. Adapun peluang pengembangan tanaman
perkebunan tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.39 dibawah ini.
Tabel IV.39 Peluang Pengembangan Tanaman Perkebunan
Di Kabupaten Garut Bagian Selatan No Kecamatan Luas Perkebunan
Eksisting (Ha) Kesesuaian Lahan (Ha)
Peluang Lahan Yang Dapat Dikembangkan
(Ha)
Komoditas Yang Berpeluang Untuk
Dikembangkan 1 Cisewu 1.096,4 3.920 2.823,6 Kelapa dan Cengkeh 2 Caringin 512,6 932 419,4 Jambu Mete dan Kelapa 3 Talegong 939 1.496 557 Kelapa dan Cengkeh 4 Bungbulang 667,7 723 55,3 Kapuk dan Kelapa 5 Mekarmukti 463,25 498 34,75 Kapuk dan Kelapa 6 Pakenjeng 796,3 1.076 279,7 - 7 Pamulihan 228,5 279,7 51,2 Kapuk, Teh, Cengkeh 8 Cikelet 902,61 3.548 2.645,3 Kelapa dan Cengkeh 9 Pameungpeuk 427,2 188 - Kelapa 10 Cibalong 506 1.719 1.213 - 11 Cisompet 521,5 2.400 1.878,5 Cengkeh 12 Peundeuy 599,4 848 248,6 - 13 Singajaya 1.062 653 - Teh 14 Cihurip 97,5 493 395,5 - 15 Cikajang 867,40 332 - Teh 16 Banjarwangi 1.021,8 2.279 1.257,2 Teh
Sumber : Hasil Analisis, 2008
164
Gambar 4.14
Peta Analisis Gabungan Penentuan Komoditas Perkebunan
Yang Potensial Untuk Dikembangkan
165
Gambar 4.15
Peta Pengembangan Eksisting
Pada Kesesuaian Lahan S1 dan S2