5 bab ii antimikroba - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6164/3/bab ii.pdf · mikroba atau...
TRANSCRIPT
5
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Antimikroba
Mikroba atau mikroorganisme merupakan salah satu makhluk hidup yang
dapat menyebabkan bahaya dan kerusakan bagi makhluk hidup lain seperti hewan
dan tumbuhan. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan mikroba dalam
menginfeksi dan menimbulkan penyakit baik yang ringan maupun sampai pada
kematian, sehingga manusia terus mencari bahan-bahan untuk mengatasi mikroba
yang menimbulkan penyakit tersebut (antimikroba). Salah satu mikroba yang
menyebabkan penyakit adalah bakteri (Pelczar & Chan, 2005).
Antimikroba atau antimikrobial dapat diartikan sebagai suatu bahan yang
dapat menghambat atau mengganggu pertumbuhan dan metabolisme mikroba.
Istilah-istilah lain seperti antibakterial atau antifungal menyatakan penghambatan
pertumbuhan dan metabolisme pada kelompok-kelompok mikroorganisme khusus
(Pelczar & Chan, 2005). Antimikroba dapat bersifat bakterisidal (membunuh
bakteri) dan bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) (Lay, 1992). Kerja
antimikroba dalam menghambat atau membunuh mikroorganisme dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor (Pelczar & Chan, 2005).
a. Konsentrasi atau intensitas zat antimikroba
Apabila diibaratkan zat antimikroba adalah peluru dan bakteri adalah terget
sasarannya, peluang tertembaknya target sasaran dengan banyaknya jumlah peluru
yang ditembakan akan semakin besar. Demikian juga dengan zat antimikroba.
5
5
Uji Efektifitas Ekstrak..., Andika Dwi Prabowo, FKIP, UMP, 2014
6
6
Semakin banyak intensitas zat antimikroba yang digunakan, maka semakin besar
juga peluang bakteri akan mati.
b. Jumlah mikroba
Kerja antimikroba dipengaruhi oleh jumlah mikroba yang ada. Semakin
sedikit jumlah mikroba, maka semakin pendek waktu yang diperlukan zat
antimikroba untuk membunuh bakteri-bakteri. Semakin banyak jumlah mikroba,
maka semakin lama waktu yang diperlukan zat antimikroba untuk membunuh
bakteri-bakteri tersebut.
c. Suhu
Kenaikan suhu yang sedang secara bertahap, menyebabkan kenaikan
keefektifan zat antimikroba. Hal tersebut dipengaruhi karena zat kimia akan
merusak mikroba melalui reaksi kimiawi dan laju kimiawi tersebut dipercepat
dengan meningkatkan suhu.
d. Spesies mikroba
Setiap mikroba menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda terhadap sarana
bahan kimia dan fisik. Sel vegetatif yang sedang tumbuh akan lebih mudah
dibunuh jika dibandingkan dengan sporanya. Spora bakteri merupakan spora yang
paling resisten diantara spora mikroorganisme atau organisme lain dalam
kemampuan bertahan hidup pada keadaan kimiawi dan fisik yang kurang baik.
e. Adanya senyawa organik
Terdapatnya senyawa organik asing akan menurunkan keefektifan
antimikroba dengan cara menginaktifkan bahan-bahan tersebut atau bisa
Uji Efektifitas Ekstrak..., Andika Dwi Prabowo, FKIP, UMP, 2014
7
7
melindungi bakteri dari antimikroba. Adanya senyawa organik dalam campuran
zat antimikroba bisa mengakibatkan:
antimikroba akan bergabung dengan senyawa organik menjadi produk yang
tidak bersifat mikrobisidal,
antimikroba yang yang bergabung dengan senyawa organik akan
membentuk suatu endapan, sehingga antimikroba tersebut tidak bisa
mengikat bakteri, dan
akumulasi senyawa organik dipermukaan sel mikroba, akan menjadi suatu
pelindung yang mengganggu kontak antara antimikroba dan sel.
f. Keasaman atau kebasaan (pH)
Mikroba yang ada dilingkungan pH asam dapat dibunuh pada suhu yang
lebih rendah dan dengan waktu yang lebih singkat jika dibandingkan dengan
mikroba yang sama dilingkungan pH basa.
Pengetahuan tentang bagaimana daya kerja senyawa antimikroba dalam
menghambat suatu bakteri sangat bermanfaat. Pengetahuan tersebut dapat
dimanfaatkan untuk memperkirakan keadaan terbaik penggunaan suatu
antimikroba terhadap mikroba tertentu dimana antimikroba tersebut dapat bekerja
pada keadaan paling efektif. Pengetahuan tersebut juga bisa digunakan dalam
merencanakan pembuatan zat antimikroba baru yang lebih efektif lagi. Daya kerja
antimikroba pada saat membunuh mikroorganisme. Terjadinya proses daya
hambat tersebut karena pelekatan bahan antimikroba pada permukaan sel mikroba
atau senyawa tersebut berdifusi ke dalam sel (Pelczar & Chan, 2005; Lay, 1992;
dan Parhusip, 2006).
Uji Efektifitas Ekstrak..., Andika Dwi Prabowo, FKIP, UMP, 2014
8
8
a. Merusak dinding sel mikroorganisme
Struktur dinding sel bakteri Gram negatif berbeda dengan Gram positif.
Pada bakteri Gram negatif, lapisan luar dinding sel hanya mengandung 5-10%
peptidoglikan selebihnya terdiri dari protein, lipopolisakarida, dan lipoprotein. Zat
antimikroba akan merusak dinding sel dengan cara menghambat pembentukan
atau mengubah dinding sel tersebut. Hal tersebut menyebabkan bakteri Gram
positif lebih mudah untuk senyawa antimikroba masuk ke dalam sel dan
menemukan sasaran untuk bekerja.
b. Merusak permeabilitas sel
Membran sitoplasma merupakan membran yang mempertahankan bahan-
bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran keluar masuknya bahan-bahan
lain. Kerusakan membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel
atau matinya sel.
c. Merubah molekul protein dan asam nukleat
Suatu kondisi yang mengubah terpeliharanya molekul protein dan asam
nukleat dalam sel, yaitu mendenaturasikan protein dan asam nukleat dapat
merusak sel dan tidak bisa diperbaiki lagi. Suhu yang tinggi dan konsentrasi yang
pekat beberapa zat kimia akan mengakibatkan koagulasi ireversebel komponen-
komponen yang vital ini.
d. Menghambat kerja enzim
Enzim yang berbeda di dalam sel merupakan sasaran potensial bagi
bekerjanya suatu zat penghambat (antimikroba). Banyak zat kimia yang sudah
Uji Efektifitas Ekstrak..., Andika Dwi Prabowo, FKIP, UMP, 2014
9
9
diketahui bisa mengganggu reaksi biokimia. Proses penghambatan ini akan
mengakibatkan metabolisme sel terganggu dan bisa mengalami kematian.
e. Menghambat sintesis asam nukleat dan protein
DNA, RNA, dan protein merupakan pemegang peranan sangat penting
dalam proses kehidupan setiap sel yang normal. Gangguan yang terjadi pada
ketiganya akan mengakibatkan sel yang rusak total.
2.2. Tanaman Kemangi
2.2.1. Deskripsi Kemangi (van Steenis, 2008)
Kemangi merupakan tanaman herba tegak, dengan tinggi antara 0,3 – 0,6 m.
Warna batangnya sering keunguan. Panjang tangkai daunnya antara 0,5 – 2 cm,
helaian daun berbentuk bulat telur elips, elips atau memanjang dengan ujung
runcing, berbintik-bintik seperti kelenjar, pada sebelah menyebelah ibu tulang 3 –
6 tulang cabang, 3,5 – 7,5 kali 1,5 – 2,5 cm. Karangan semu berbunga 6,
berkumpul menjadi tandan ujung daun pelindungnya berbentuk elips atau bulat
telur dengan panjang 0,5 – 1 cm. Kelopak sisi luar berambut, sisi dalam bagian
bawah dalam tabung berambut rapat dengan panjang kurang lebih 0,5 cm. Gigi
belakang jorong hingga bulat telur terbalik dengan tepi mengecil sepanjang
tabung. Gigi samping kecil dan runcing. Kedua gigi bawah berlekatan menjadi
bibir bawah yang bercelah 2. Mahkota mempunyai bibir 2 dengan panjang 8 – 9
mm, dari luar berambut. Bibir atas bertaju 4 sedangkan bibir bawah rata. Tangkai
dari kelopak buah tegak dan tertekan pada sumbu karangan bunga, dengan ujung
bentuk kait melingkar seolah-olah duduk dan dengan mulut yang arahnya miring
merendah. Panjang kelopak buah adalah 6 – 9 mm. Buahnya keras dan berwarna
Uji Efektifitas Ekstrak..., Andika Dwi Prabowo, FKIP, UMP, 2014
10
10
coklat tua, gundul, waktu dibasahi membengkak sekali, seiring di tanam. Lebih
sering menjadi liar. Biasanya kemangi tumbuh di tepi jalan dan di tanam dikebun.
Perbedaan yang paling menonjol Ocimum x africanum Lour dengan jenis kemangi
lainnya adalah kemangi ini mempunyai kelopak dan mahkota yang lebih pendek
dengan warna selalu putih. Tanaman kemangi dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Tanaman Kemangi (Ocimum x africanum Lour) Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Kemangi
Kemangi memiliki rasa yang lebih tajam dari pada Ocimums lainnya, agak
keras menyerupai rasa kulit jeruk. Tanaman tersebut merupakan sayuran yang
biasa digunakan masyarakat Jawa dan Bali. Budidaya kemangi di Jawa tidak
dilakukan dengan baik, bahkan tumbuh secara liar. Kemangi dibiakkan dengan
biji (dengan stek hasilnya kurang baik) dan di tanam di ladang, di sela-sela
tanaman pekarangan, pada tepi-tepi sawah, dan juga di halaman rumah, selain itu
Uji Efektifitas Ekstrak..., Andika Dwi Prabowo, FKIP, UMP, 2014
11
11
kemangi dapat ditemukan diseluruh Pulau Jawa pada ketinggian 450-1100 m di
atas permukaan laut (Heyne, 1987).
2.2.2. Sistematika Kemangi
Kedudukan kemangi dalam sistematika tumbuhan (Cronquist, 1981) adalah
sebagai berikut:
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Familia : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Species : Ocimum x africanum Lour.
2.2.3. Kegunaan Kemangi
Tanaman kemangi merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan oleh
masyarakat Indonesia sebagai bahan obat-obatan. Menurut tim peneliti dari
Center for New Corps and Plant Products, Purdue University, Amerika Serikat,
daun kemangi terbukti ampuh untuk menyembuhkan sakit kepala, pilek, diare,
sembelit, cacingan, dan gangguan ginjal (Hadipoentyanti, 2008).
Daun kemangi dapat digunakan untuk mengobati demam, batuk, encok, urat
syaraf, melancarkan air susu, sariawan, panu, mual, borok, dan memperbaiki
fungsi lambung. Bijinya dapat digunakan untuk mengobati sembelit, kencing
nanah, penyakit mata, penenang, perangsang, dan kejang perut. Akarnya bisa
digunakan untuk mengobati penyakit kulit. Semua bagian tanaman kemangi dapat
Uji Efektifitas Ekstrak..., Andika Dwi Prabowo, FKIP, UMP, 2014
12
12
digunakan sebagai obat disentri, pewangi, obat demam, dan perangsang (Sesella,
2010).
2.3. Tanaman Tembakau
2.3.1. Deskripsi Tembakau (van Steenis, 2008)
Tembakau merupakan tanaman musiman yang berdiri tegak, dengan sedikit
bercabang, dan tingginya antara 0,5 – 2,5 m. Daun duduk, atau bertangkai pendek,
memanjang atau bentuk lanset dengan pangkal yang menyempit, sebagian
memeluk batang dan ujungnya runcing, 9 – 60 kali 2,5 – 3 cm. Kelopaknya
berbentuk tabung, melebar keatas, panjang tabung antara 4 – 4,5 cm dengan
tepian terbentang, mempunyai taju 5 yang runcing. Benang sarinya bebas, 1
benang sari lebih pendek dari pada 4 benang sari lainnya. Buah kotak berbentuk
telur memanjang, akhirnya coklat, dimahkotai oleh pangkal tangkai putik yang
pendek, beruang 2, pecah menurut ruang, dalam separuh atas membuka pada 2
sisi dengan celah. Ukuran bijinya kecil, jumlahnya banyak sekali dan melekat
pada pusat. Tembakau merupakan tanaman hias atau culta dari Amerika (van
Steenis, 2008). Tanaman tembakau dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Uji Efektifitas Ekstrak..., Andika Dwi Prabowo, FKIP, UMP, 2014
13
13
Gambar 2.2 Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum Linn).
Tembakau biasa dijumpai dari dataran rendah sampai ketinggian 5000 kaki
diatas permukaan laut, tetapi terkadang tembakau masih bisa ditemukan pada
ketinggian 7000 kaki sama seperti di dataran Dieng (Dieng Plateau). Tanah yang
dianggap paling cocok untuk tumbuhnya tembakau ialah campuran tanah liat dan
pasir dengan kadar humus yang tinggi, tanah tersebut harus kedap, dan selalu ada
air (Heyne, 1987).
2.3.2. Sistematika Tembakau
Kedudukan tembakau dalam sistematika tumbuhan (Cronquist, 1981) adalah
sebaga berikut:
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Nicotiana
Species : Nicotiana tabacum Linn.
Uji Efektifitas Ekstrak..., Andika Dwi Prabowo, FKIP, UMP, 2014
14
14
2.3.3. Kegunaan Tembakau
Daun tembakau merupakan tanaman dengan nilai jual yang cukup tinggi.
Tembakau biasanya digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan rokok dan
cerutu. Sebelum dibuat menjadi rokok, daun tembakau dikeringkan sampai
berwarna coklat muda atau coklat kehitaman. Setalah itu baru diolah dengan cara
dipotong-potong hingga halus atau langsung dilinting menjadi cerutu (Heyne,
1987).
Tembakau juga digunakan untuk obat-obatan tradisional. Tumbukan
daunnya yang ditambah dengan minyak tanah dapat dipakai untuk mengobati
borok dan luka. Rebusan air atau air rendaman daun tembakau bisa digunakan
sebagai obat anti hama tanaman atau insektisida (Ibrahim, 2011).
2.4. Kandungan Fitokimia Kemangi dan Tembakau
Kemangi mengandung metabolit sekunder antara lain flavonoid, saponin,
tanin, dan terpenoid (Mangoting et al., 2005). Selain senyawa-senyawa tersebut,
kemangi juga mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri yang terdapat pada
kemangi terdiri dari osimena, farnesena, sineol, felandrena, sedrena, bergamotena,
amorftena, burnesena, kardinena, kopaena, kubebena, pinena, santelena, terpinena,
sitral, dan kariofilena (Afrensi, 2007). Minyak atsiri pada kemangi mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
Bacillus cereus, Pseudomonas flourescens, Streptococcus alfa, dan Bacillus
subtilis (Sesella, 2010).
Tembakau mengandung metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid,
saponin, polifenol, dan minyak terbang (Hariana, 2006). Metabolit sekunder
Uji Efektifitas Ekstrak..., Andika Dwi Prabowo, FKIP, UMP, 2014
15
15
utama yang terkandung dalam tembakau yaitu alkaloid terutama nikotin. Nikotin
mempunyai khasiat untuk mengobati luka. Banyak sedikitnya kandungan nikotin
pada tembakau dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pemupukan, jarak
tanam, irigasi, penyimpanan hasil, pemangkasan, varietas tanaman, cuaca, musim,
dan kedalaman tanah. Sekitar 88% nikotin pada tembakau terdapat pada daun,
sisanya terdapat pada akar, batang, dan bunga (Mahajoeno, 2000).
a. Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol terbesar yang ada di alam.
Golongan flavonoid tersusun sebagai deretan senyawa C6-C3-C6 (Robinson,
1995). Flavonoid merupakan senyawa 15-karbon yang umunya terdapat pada
tumbuhan di seluruh dunia (Salisbury & Ross, 1995). Beberapa golongan senyawa
flavonoid antara lain antosianin, proantosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon,
biflavonil, khalkon dan auron, flavanon, dan isoflavon (Harborne, 1987). Peran
dari senyawa golongan flavonoid antara lain sebagai pengaturan tumbuh,
pengaturan fotosintesis, sebagai antimikroba dan antivirus, dan anti serangga
(Robinson, 1995).
b. Tanin
Tanin merupakan golongan senyawa metabolit sekunder yang ada dan
disintesis oleh tumbuhan. Senyawa tanin dikelompokan menjadi dua yaitu tanin
terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin terhidrolisis adalah polimer yang
mengandung ikatan ester yang dapat terhidrolisis apabila dididihkan dengan asam
klorida encer (Robinson, 1995). Penyebaran tanin terhidrolisis terbatas pada
tumbuhan berkeping dua (Harborne, 1987). Tanin terkondensasi merupakan
Uji Efektifitas Ekstrak..., Andika Dwi Prabowo, FKIP, UMP, 2014
16
16
senyawa yang tidak berwarna dan terdapat pada tumbuhan berkayu. Penyebaran
dari tanin terkondensasi hampir terdapat disemua jenis tumbuhan dari
gimnospermae dan paku-pakuan, serta tersebar luas pada angiospermae terutama
tumbuhan berkayu (Harborne, 1987).
Kadar tanin pada tumbuhan cukup tinggi, biasanya digunakan sebagai
senyawa pertahanan bagi tumbuhan itu sendiri khususnya membantu mengusir
hewan pemangsa tumbuhan (Robinson, 1995), bisa digunakan juga sebagai
antibakteri dan antifungi (Salisbury & Ross, 1995).
c. Saponin
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat dan bersifat seperti
sabun dikarenakan kemampuannya dalam membentuk busa jika dikocok dalam air
dan pada konsentrasi yang rendah (Robinson, 1995). Saponin juga memiliki
aktivitas antimikroba, merangsang sistem imun, dan mengatur tekanan darah
(Handayani, 2013).
d. Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung nitrogen meskipun rantai
karbonnya menunjukkan bahwa senyawa ini turunan isoprenoid. Anggota
terpenting dari alkaloid adalah alkaloid akonitum dan alkaloid steroid. Alkaloid
sering digunakan secara luas dalam bidang pengobatan manusia. Alkaloid
biasanya tak berwarna, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk
kristal. Senyawa alkaloid berperan sebagai penolak serangga (Robinson, 1995)
dan bisa digunakan sebagai antimikroba (Salisbury & Ross, 1995).
Uji Efektifitas Ekstrak..., Andika Dwi Prabowo, FKIP, UMP, 2014
17
17
e. Terpenoid
Terpenoid merupakan senyawa yang berasal dari molekul isoprena CH2 =
C(CH3) – CH = CH2 dengan kerangka karbonnya tersusun oleh penyambungan
dua atau lebih dari satuan C5. Terpenoid terdiri dari beberapa senyawa, mulai dari
minyak atsiri yaitu monoterpena dan sekuiterpena yang mudah menguap (C10 dan
C15), diterpena yang sukar menguap (C20), hingga triterpenoid dan stereol yang
tidak bisa menguap (C30), serta pigmen karotenoid (C40). Umumnya terpenoid bisa
larut dalam lemak dan terdapat di dalam sitoplasma sel tumbuhan. Terkadang
minyak atsiri terdapat di dalam sel kelenjar khusus pada permukaan daun, dan
karotenoid biasanya berhubungan dengan kloroplas di dalam daun dan dengan
kromoplas di dalam daun bunga (Harborne, 1987). Peran dari terpenoid adalah
sebagai insektisida dan mempunyai daya racun untuk hewan tingkat tinggi
(Robinson, 1995).
2.5. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan zat aktif yang dapat terlarut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut menggunakan pelarut cair.
Senyawa aktif tersebut terdapat dalam berbagai bahan alami dan dapat
digolongkan ke dalam golongan alkaloid, flavonoid, dan lain-lain (Depkes RI,
2000). Dalam proses ekstraksi, zat aktif dari suatu tumbuhan tergantung pada
tekstur, kadar air, bahan, dan jenis senyawa yang diisolasi (Harborne, 1987). Hasil
dari proses ekstraksi disebut ekstrak. Ekstrak merupakan sediaan pekat yang
didapatkan dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
Uji Efektifitas Ekstrak..., Andika Dwi Prabowo, FKIP, UMP, 2014
18
18
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang
ditetapkan (Depkes RI, 1995).
Terdapat beberapa metode ekstraksi, antara lain maserai, perkolasi,
soxhletasi, digesti, refluks dan lain-lain. Metode ekstraksi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah maserasi. Maserasi adalah metode ekstraksi menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu ruang
(Depkes RI, 2000). Kelebihan penggunaan metode ini adalah peralatan dan
prosedur kerja yang digunakan sederhana, metode ini tidak menggunakan panas
sehingga zat aktif pada simplisia tidak terurai. Metode maserasi ini
memungkinkan banyak senyawa aktif yang terekstraksi, walaupun beberapa
senyawa mempunyai kelarutan terbatas dalam suatu pelarut (Istiqomah, 2013).
2.6. Bakteri Streptococcus mutans
Klasifikasi bakteri S. mutans (Holt et al., 1994) adalah sebagai berikut :
Divisio : Firmicutes
Classis : Bacilli
Ordo : Lactobacilalles
Familia : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus mutans
S. mutans merupakan bakteri dengan bentuk kokus (bulat) atau lonjong
dengan diameter 0,5 sampai 2 µm. Bakteri ini termasuk dalam bakteri Gram
positif. S. mutans biasa membentuk koloni berantai atau berpasangan (Gambar
2.3), bersifat anaerob fakultatif, tidak berspora dan tidak bergerak (nonmotil).
Uji Efektifitas Ekstrak..., Andika Dwi Prabowo, FKIP, UMP, 2014
19
19
Bakteri ini mampu memperbanyak diri selama 48 jam pada suhu optimum 37oC
dalam media selektif (Holt et al., 1994).
S. mutans merupakan salah satu bakteri yang bersifat kariogenik karena
mampu membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. S. mutans dapat
tumbuh dengan baik pada lingkungan asam dan bisa hidup menempel pada
permukaan gigi manusia. Hal ini karena S. mutans mempunyai kemampuan
membuat polisakarida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan
(Kidd & Bechal, 1991).
(A) (B)
Gambar 2.3 Morfologi Streptococcus mutans A. Makroskopis, dan B. Mikroskopis
Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_mutans
Pratiwi (2008) menyatakan bahwa penyakit karies gigi ditimbulkan karena
pembentukan plak gigi oleh S. mutans. Proses pembentukan plak gigi ini dimulai
dari S. mutans menempel pada permukaan gigi dan melakukan fermentasi. Hasil
dari fermentasi metabolismenya akan menghidrolisis sukrosa menjadi komponen
monosakarida, fruktosa, dan glukosa. Enzim glukosiltransferase kemudian
Uji Efektifitas Ekstrak..., Andika Dwi Prabowo, FKIP, UMP, 2014
20
20
membuat glukosa menjadi dekstran. Residu fruktosa adalah gula utama yang
difermentasikan menjadi asam laktat. Akumulasi dari bakteri tersebut dan
dekstran yang menempel pada permukaan gigi ini akan membentuk plak gigi.
Uji Efektifitas Ekstrak..., Andika Dwi Prabowo, FKIP, UMP, 2014