5 bab ii kajian pustaka -...

13
5 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam 1. IPA Sebagai Produk IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks. Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis digunakan. 2. IPA Sebagai Proses Yang dimaksud dengan proses di sini adalah proses mendapatkan IPA. IPA disusun dandiperoleh melalui metode ilmiah. Jadi yang dimaksud proses IPA adalah metode ilmiah. Sepuluhketerampilan proses meliputi : observasi,klasifikasi, interpretasi, prediksi, hipotesis, mengendalikan variable, merencanakan dan melaksanakan penelitian, inferensi, aplikasi dan komunikasi. 3. IPA Sebagai Pemupukan Sikap Makna sikap pada pengajaran IPA dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah terhadap alamsekitar. Ada Sembilan aspek sikap dari ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD/MI,yaitu : sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap berfikir bebas, sikap kedisiplinan diri. Sikap ilmiah ini dapat dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan di lapangan,(Sri Sulistyorini, 2007:9-10) 2.1.2 Definisi Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam yang dapat dirumuskan kebenarannya secara empiris. Adapun definisi Ilmu Pengetahuan Alam menurut beberapa ahli :

Upload: phunganh

Post on 08-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3740/3/T1_262012016_BAB II.pdf · Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak

5

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

1. IPA Sebagai Produk

IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu

dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku

teks. Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak

didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam sekitar

merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis digunakan.

2. IPA Sebagai Proses

Yang dimaksud dengan proses di sini adalah proses mendapatkan IPA. IPA disusun

dandiperoleh melalui metode ilmiah. Jadi yang dimaksud proses IPA adalah metode

ilmiah. Sepuluhketerampilan proses meliputi : observasi,klasifikasi, interpretasi,

prediksi, hipotesis, mengendalikan variable, merencanakan dan melaksanakan

penelitian, inferensi, aplikasi dan komunikasi.

3. IPA Sebagai Pemupukan Sikap

Makna sikap pada pengajaran IPA dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah

terhadap alamsekitar. Ada Sembilan aspek sikap dari ilmiah yang dapat

dikembangkan pada anak usia SD/MI,yaitu : sikap ingin tahu, sikap ingin

mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa, sikap

tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap berfikir

bebas, sikap kedisiplinan diri. Sikap ilmiah ini dapat dikembangkan ketika siswa

melakukan diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan di lapangan,(Sri Sulistyorini,

2007:9-10)

2.1.2 Definisi Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam yang dapat

dirumuskan kebenarannya secara empiris. Adapun definisi Ilmu Pengetahuan Alam

menurut beberapa ahli :

Page 2: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3740/3/T1_262012016_BAB II.pdf · Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak

6

1. Fisher

Science adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan

metode-metode yang berdasarkan observasi.

2. Nash

Nash seorang ahli kimia, menekankan bahwa science adalah suatu proses atau suatu

cara untuk meneropong dunia.

2.1.3 Pengertian IPA

IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja tetapi

juga mencakup pengetahuan seperti keterampilan dalam hal melaksanakan

penyelidikan ilmiah. Proses ilmiah yang dimaksud misalnya melalui pengamatan,

eksperimen, dan analisis yang bersifat rasional. Sedang sikap ilmiah misalnya objektif

dan jujur dalam mengumpulkan data yang diperoleh. Dengan menggunakan prosesdan

sikap ilmiah itu saintis memperoleh penemuan-penemuan atau produk yang berupa

fakta, konsep, prinsip, dan teori. Carin (dalam Yusuf, 2007:1) menyatakan bahwa:

IPA sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hokum-hukum, dan teori

IPA. Jadi pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses

ilmiah, dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan

pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dihafal, IPA juga merupakan kegiatan

atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam yang

belum dapat direnungkan.

Pengertian IPA menurut beberapa ahli : menurut Fowler (dalam Santi, 2006:2.9)

menyatakan IPA adalah “Ilmu yang sistematis dan di rumuskan, ilmu ini berhubungan

dengan gejala-gejala kebendaan dan terutama di dasarkan atas pengamatan dan

induksi”.

Menurut Nash (dalam Usman, 2006:2) IPA adalah “ Suatu cara atau metode untuk

mengamati alam yang bersifat analisis ,lengkap cermat serta menghubungkan antara

fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru

tentang objek yang di amati”.

Page 3: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3740/3/T1_262012016_BAB II.pdf · Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak

7

Dari pendapat diatas dapat di artikan IPA adalah teoritis diperoleh dengan metode

khusus untuk mendapatkan suatu konsep berdasarkan hasil observasi dan eksperimen

tentang gejala alam dan berusaha mengembangkan rasa ingin tahu tentang alam serta

berperan dalam memecahkan menjaga dan melestarikan lingkungan .

2.1.4 Tujuan Pembelajaran IPA

Menurut Muslichah (2006:23) tujuan pembelajaran IPA di SD adalah “Untuk

menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan

masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan, mengembangkan gejala alam,

sehingga siswa dapat berfikir kritis dan objektif “.

Menuruit BNSP (2006:484) mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memiliki

kemampuan sebagai berikut :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaban, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahamankonsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat di tetrapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya hubungan

yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs

2.1.5 Ruang Lingkup IPA

Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA di SD menurut BSNP

(2006:485) meliputi aspek-aspek :

Page 4: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3740/3/T1_262012016_BAB II.pdf · Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak

8

1). Mahkluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, 2). Benda/materi, sifat-sifat dan

kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas, 3). Energi dan perubahannya meliputi :

gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, 4). Bumi dan alam

semesta meliputi : tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup IPA di SD adalah

mahkluk hidup dan proses kehidupan, benda/materi, energi dan perubahannya, serta

bumi dan alam semesta.

2.1.6 Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran di SD akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi dalam proses

pembelajaran. Oleh sebab itu guru SD perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran

di SD. Prinsip-prinsip pembelajaran di SD menurut Depdiknas (dalam Maslichah, 2006

:44) adalah “ Prinsip motivasi, prinsip latar, prinsip menemukan, prinsip belajar

melakukan (learning to doing), prinsip belajar sambil bermain, prinsip hubungan sosial”.

Prinsip pembelajaran di atas dapat di uraikan sebagai berikut :

1. Prinsip motivasi, merupakan daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Jadi motivasi siswa perlu di tumbuhkan, guru harus berperan sebagai motivator

sehingga muncul rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran.

2. Prinsip latar, pada hakikatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal. Oleh

karena itu dalam pembelajaran sebaiknya guru perlu menggali pengetahuan,

keterampilan, pengalaman apa yang telah di miliki siswa sehingga kegiatan

pembelajaran tidak berawal dari kekosongan terhadap materi.

3. Prinsip menemukan, pada dasarnya siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang

besar sehingga berpotensi untuk mencari tahu guna menemukan sesuatu.

4. Prinsip belajar sambil melakukan, pengalaman yang di peroleh melalui bekerja

merupakan hasil belajar yang tidak mudah di lupakan. Oleh karena itu dalam

proses pembelajaran hendaknya siswa di arahkan untuk berkegiatan.

5. Prinsip belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang di sukai pada

usia SD, dengan bermaian akan menciptakan suasana yang menyenangkan

sehingga akan mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses

Page 5: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3740/3/T1_262012016_BAB II.pdf · Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak

9

pembelajaran. Oleh karena itu dalam setiap pembelajaran perlu diciptakan

suasana yang menyenangkan melalui kegiatan bermain sehingga memunculkan

kekreatifan siswa.

6. Prinsip hubungan sosial, dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih berhasil

jika di kerjakan secara berkelompok. Dengan kegiatan berkelompok siswa tahu

kelebihan dan kekurangannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi dan

kerjasama dengan orang lain.

Beberapa prinsip pembelajaran IPA di atas yang paling mendasari di terapkan pada

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah prinsip hubungan sosial yang tidak terlepas

dari prinsip-prinsip lainnya.

2.2 Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model pembelajaran STAD di kembangkan oleh Robert Slavin dan kolega-koleganya di

Universitas Jhon Hopkin. STAD adalah model pembelajaran yang paling sederhana,

merupakan model yang baik digunakan untuk siswa yang baru mengenal tentang

pembelajaran kooperatif.

Slavin (dalam NurAsma,2008: 50) menyatakan bahwa STAD adalah:

Pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat

atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda,

sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan

rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya

Kemudian menurut ARIZT (dalam Harlina, 2008 : 7) menyatakan STAD adalah “

Pembelajaran kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 orang siswa, setiap

kelompok akan bekerjasama dan saling membantu dalam mengerjakan tugas yang

diberikan guru”.

Selanjutnya Kunandar (2009:364) menyatakan bahwa STAD adalah :

Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas

4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik

jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya. Tiap anggota kelompok menggunakan

lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui

Page 6: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3740/3/T1_262012016_BAB II.pdf · Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak

10

Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Tiap kelompok diberi skor atas

penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada kelompok yang meraih prestasi tinggi

atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

Menurut Iskandar (2009: 128) tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran

kooperatif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Terdapat lima

komponen utama yaitu : presentasi kelas, kerja tim, kuis, memberikan evaluasi dan

penghargaan individu.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD

ini adalah model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling

memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang

maksimal melalui kerja tim atau kelompok.

2.2.2 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Suatu model pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan. Demikian pula

dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD

mempunyai beberapa kelebihan.

Menurut Slavin (dalam http://yankcute.blogspot.com.keunggulan-dan-kekurangan-

pembelajaran.html) keunggulan dari model ini adalah :

1). Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma

kelompok, 2). Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama,

3). Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok,

4). Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam

berpendapat.

Dari pendapat di atas dapat di simpulkan keunggulan dari model STAD adalah dengan

menggunakan model ini akan meningkatkan norma-norma social yang di miliki siswa,

membantu siswa dalam memecahkan masalah secara bersama dalam mencapai tujuan

pembelajaran, melatih siswa menjadi tutor sebaya serta meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyampaikan pendapat.

2.2.3 Langkah-langkah pembelajaran Tipe STAD

Menurut Nur Asma (2008:51) Kegiatan pembelajaran model STAD ini memiliki 6 tahap :

Page 7: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3740/3/T1_262012016_BAB II.pdf · Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak

11

1) Penyajian kelas

Pada tahap ini di gunakan waktu 20-45 menit untuk penyajian materi oleh guru.

Sebelum menyajikan materi pelajaran guru dapat menjelaskan tujuan pelajaran,

memberi motivasi untuk berkooperatif, menggali pengetahuan siswa. Dalam

penyajian materi dapat menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dll.

Pada tahap ini guru memulai materi dengan menyampaikan indikator, dilanjutkan

dengan apersepsi dan penyajian materi tentang Struktur dan Fungsi bagian

Tumbuhan.

2) Kegiatan belajar kelompok

Siswa belajar dalam kelompok menyelesaikan LKS yang di berikan tentang

Struktur dan Fungsi bagian Tumbuhan.

3) Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok

Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok ke depan kelas dan meminta

tanggapan serta masukan dari kelompok lain.

4) Siswa mengerjakan soal-soal tes secara individu

Melakukan evaluasi secara individu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan

belajar yang di capai.

5) Pemeriksaan hasil tes

Pemeriksaan hasil tes di lakukan oleh guru. Pada tahap ini juga di adakan

perhitungan skor perkembangan individu. Perhitungan skor indiviodu di

maksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai

dengan kemampuannya.

Perhitungan skor individu yang di kemukakan oleh Slavin (dalam Nur Asma,

2008:97) :

6) Penghargaan kelompok

Penghargaan kelompok berdasarkan dengan skor rata-rata kelompok dengan

kualifikasi super, hebat dan baik.

Page 8: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3740/3/T1_262012016_BAB II.pdf · Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak

12

2.3 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa

sebagai hasil pembelajaran (Nasution 1999). Menurut Darsono (2001) faktor-faktor

yang mempengaruhi proses pembelajaran dan hasilnya adalah sebagai berikut :

1. Kesiapan Belajar

Faktor kesiapan belajar baik fisik maupun psikologis, sikap guru yang penuh

pehatian dan mampu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan merupakan

implikasi dari prinsip kesiapan ini.

2. Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis bertujuan pada suatu obyek. Pehatian

ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik sehingga proses pembelajaran

dapat berlangsung dengan baik.

3. Motivasi

Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu

aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang untuk

mendorong orang melakukan kegitan tertentu untuk mencapai tujuan.

4. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa dapat dilihat dari suasana belajar yang tercipta dalam proses

pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa terlihat aktif berperan.

5. Mengalami sendiri

Dalam melakukan sesuatu sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih

mendalam.

6. Pengulangan

Adanya latihan-latihan akan berarti bagi siswa untuk lebih meningkatkan

kemampuan dan pemahaman materi.

7. Balikan dan Penguatan

Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru.

Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang

telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar.

8. Perbedaan individual

Page 9: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3740/3/T1_262012016_BAB II.pdf · Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak

13

Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun pebedaan tingkat kemampuan dan

minat belajar memerlukan perhatian khusus agar perkembangan siswa tetap

berlangsung baik sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah

mengalami aktivitas belajar (Anni et al. 2005). Perolehan aspek-aspek perubahan

perilku tersebut tergantung pada pada yang di pelajari oleh pembelajar. Hasil belajar

yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan tujuan dari kegiatan belajarnya.

Berkenaan dengan tujuan ini, Bloom dalam Anni et al. (2005) mengemukakan

taksonomi yang mencakup tiga kawasan, yaitu kawasan kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Pembelajaran ranah kognitif berkaitan dengan hasil pengetahuan, kemampuan

dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup beberapa kategori yaitu:

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

Krathwohl dalam Anni et al. (2005) menyatakan pembelajaran ranah afektif

merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini

berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran

afektif yaitu: penerimaan, penilaian, pengorganisasian dan pembentukan pola hidup.

Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan

fisik seperti keterampilan motorik dan syarat, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.

Menurut Elizabeth Simpson dalam Anni et al. (2005) kategori jenis perilaku untuk ranah

psikomotorik adalah: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa,

gerakan kompleks, penyesuaian dan kreativitas.

Beberapa pendapat di atas, mengambarkan bahwa hasil belajar merupakan

proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan

yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-

angka seperti yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan sebagai

tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan.

Slameto dalam Harminingsih (2008) menyatakan bahwa hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang

datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dalam terdiri dari: (1)

Page 10: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3740/3/T1_262012016_BAB II.pdf · Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak

14

jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), (2) psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan, kesiapan), (3) dan kelelahan. Faktor luar yaitu: (1) keluarga (cara

orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi

keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), (2) sekolah (metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin

sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan

gedung, metode belajar, tugas rumah), (3) dan masyarakat (kegiatan siswa dalam

masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).

Sadiman et al. (2007) menyatakan bahwa hasil belajar adalah adanya

perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut

baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor)

maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Oleh karena itu, apabila siswa

mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh

adalah tidak hanya berupa penguasaan konsep tetapi juga keterampilan dan sikap. Ada

3 aspek atau ranah belajar yang dinilai dalam kegiatan belajar mengajar (Anni et al.

2006) yaitu:

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan, kemampuan

dan kemahiran intelektual. Beberapa kategori yang mencakup yaitu pengetahuan

(knowlegde), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis

(analysis), sintesis (syntesis) dan penilaian (evaluation).

b. Ranah afektif

Ranah afektif terkait dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori dalam ranah

afektif yaitu penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing),

pengorganisasian (organization), dan pembentukan pola hidup.

c. Ranah psikomotorik

Ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan

motorik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf. Kategori dalam ranah

psikomotorik yaitu persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing

(guided respons), penyesuaian (adaption), dan kreativitas.

Page 11: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3740/3/T1_262012016_BAB II.pdf · Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak

15

Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui penilaian kelas. Penilaian kelas

merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi untuk pemberian

keputusan terhadap hasil belajar siswa, berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya

sehingga didapatkan potret atau profil kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi

yang ditetapkan dalam kurikulum. Bentuk penilaian kelas yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu penilaian kinerja (perfomance), penilaian tes tertulis (paper and pen),

dan penilaian sikap.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah

mengalami aktivitas (Anni 2004) . Hasil belajar merupakan perwujudan perilaku belajar

yang biasanya terlihat dalam perubahan, kebiasaan, keterampilan, sikap, pengamatan,

dan kemampuan. Keberhasilan seseorang di dalam mengikuti proses pembelajaran

pada satu jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil belajar itu sendiri. Hasil

belajar adalah informasi tentang kemajuan dalam upaya mencapai tujuan siswa lebih

lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing individu, untuk mengetahui

kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitan dan menyarankan kegiatan

remidial atau perbaikan.

Beberapa pendapat di atas, mengambarkan bahwa hasil belajar merupakan

proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan

yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-

angka seperti yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan sebagai

tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan.

2.4 Kajian Penelitian yang relevan

Penelitian Seno (2011)

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran STAD

(Student Team Achievement Divisions) Bagi Siswa Kelas IV SD Kertomulyo 02

Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati pada Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012

Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar IPA

dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Hal ini terlihat pada rata-rata kelas

pada kondisi awal (pra siklus) 47,60, pada siklus I naik menjadi 66,40. Ini berarti terjadi

Page 12: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3740/3/T1_262012016_BAB II.pdf · Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak

16

peningkatan sebesar 18,80 atau 39,49%. Sedangkan rata-rata kelas pada siklus II naik

menjadi 73,20. Ini juga terjadi peningkatan 6,80 atau 10,24%. Begitu juga pada ketuntasan

belajar, pada kondisi awal 20%, pada siklus I 60%, pada siklus II 80%. Skor minimal pada

kondisi awal 30, pada siklus I naik menjadi 40, dan pada siklus II juga naik menjadi 50.

Sedangkan skor maksimal pada kondisi awal 80, pada siklus I naik menjadi 90, dan pada

siklus II naik menjadi 100. Berdasarkan dari hasil penelitian ini disarankan bahwa model

pembelajaran STAD perlu disosialisasikan kepada guru dan diterapkan dalam

pembelajaran IPA terutama untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian lebih lanjut

perlu dilakukan sebagai pengembangan diri sehingga dapat mengembangkan penelitian

dalam ruang lingkup yang lebih luas.

2.5 Kerangka berpikir

Rutinitas pembelajaran yang berlangsung di kelas, adalah pembelajaran yang

berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan

menyampaikan materi IPA melalui ceramah. Kadang-kadang saja di tengah-tengah

ceramah, guru menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa. Respon

siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru, adalah mengantuk, tidak segera dapat

peduli dengan situasi yang ada baik yang diadakan oleh guru atau siswa yang lain,

sehingga siswa cenderung untuk pasif saja. Kondisi ini jika siswa diberi pertanyaan atau

tes, hasilnya tidak dapat mengerjakan secara optimal, sehingga skor yang diperoleh

rendah.

Pembelajaran dengan metode konvensional yang pada umumnya dilaksanakan oleh guru

masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Guru masih dominan

sehingga membuat siswa menjadi pasif. Siswa tidak mengalami pengalaman belajar

sendiri untuk mendapatkan pengalaman baru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah,

akibatnya hasil belajar siswa rendah. Untuk mengatasi paradigma di atas, guru mencoba

menerapkan suatu teknik pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil yang diharapkan

adalah optimal. Oleh karena itu, untuk mengukurnya keberhasilan siswa dalam mencapai

tujuan pembelajaran, maka pengukuran dilakukan dengan unjuk kerja dan tes formatif.

Skor capaian pengukuran ini akan menunjukkan kenaikan skor yang signifikan. Untuk itu,

Page 13: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3740/3/T1_262012016_BAB II.pdf · Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak

17

perlu dilakukan dengan pemamntapan tindakan yaitu mengulang kembali dengan teknik

kooperatif tipe STAD.

Kerangka berpikir

2.6 Hipotesis

Penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan

hasil belajar IPA pada siswa Kelas IV SD Negeri Keputon 02 Kecamatan Blado Kabupaten

Batang Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014

SIKLUS 2 Dengan menggunakan Media/alat peraga dan metode pembelajaran

yang sesuai dan model pembelajaran tipe STAD

SISWA YANG DITELITI Hasil belajar siswa rendah

SIKLUS 1 Dengan menggunakan

Alat peraga benda konkret dan model pembelajaran

kooperatif STAD

Pembelajaran dengan menggunakan alat

peraga dan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD

GURU/PENELITI Belum menggunakan alat perga apapun dan hanya menggunakan metdoe ceramah saja