(5) dr. lily - infeksi rs-makassar
DESCRIPTION
Infeksi yang didapat pada waktu intrapartum, selama perawatan atau kurang dari 48 jam setelah keluar dari rumah sakit dan tidak termasuk infeksi transplasental (seperti: TORCH, HIV, sifilis)TRANSCRIPT
CURICULUM VITAENama : dr Lily Rundjan, SpATempat/tanggal lahir : Surabaya, 3 Juni 1969Alamat : Jl. Pondok Bambu Asri Raya 28, Jakarta Timur
Telp (R) 84970585 (HP) 081908989897
Riwayat Pendidikan Formal SDN Cipinang Besar 07 , Jakarta, 1975-1980 SMPN 14, Jakarta, 1980-1983SMAN 8, Jakarta, 1983-1986Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1986-1992PPDS-1 Departemen IKA FKUI-RSCM, Jakarta, 2000-2004
Riwayat PekerjaanDokter Pegawai Tidak Tetap di Puskesmas Kecamatan Senen, Jakarta, 1997-2000Klinik Tumbuh Kembang RSIA Hermina Bekasi, Juni 2004 - April 2006Klinik Laktasi RSIA Hermina Bekasi, Januari 2005 - Juni 2006Fellow Divisi Perinatologi FKUI-RSCM, Juni 2004 - Juni 2006Staf Pengajar Divisi Perinatologi FKUI-RSCM, Maret 2008 - sekarang
PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
DI UNIT PERAWATAN NEONATUS
Dr. Lily Rundjan, Sp.ADivisi Perinatologi
FKUI-RSCM
Pendahuluan
• Pengendalian infeksi RS harus
dilakukan untuk menurunkan lama
rawat, biaya yang dikeluarkan, angka
kesakitan bahkan angka kematian.
• Penting untuk mengerti sumber
penularan infeksi rumah sakit.
Definisi Infeksi Rumah Sakit
• Infeksi yang didapat pada waktu
intrapartum, selama perawatan atau
kurang dari 48 jam setelah keluar dari
rumah sakit dan tidak termasuk infeksi
transplasental (seperti: TORCH, HIV,
sifilis)
Penyebab Infeksi Rumah Sakit di
Negara Berkembang
• Kurangnya peralatan esensial danpenyediaan bahan (sabun, tempat cucitangan,air bersih, sarung tangan, steriliser,obat, klem tali pusat).
• Kebersihan tangan dan penggunaan sarungtangan tidak adekuat.
• Penggunaan berulang alat sekali pakai tanpaprosedur desinfeksi/sterilisasi yang amanserta penyimpanan alat yang tidak benar.
• Pembersihan dan desinfeksi lingkungan yangtidak adekuat.
… penyebab
• Pemeriksaaan vagina yang berlebihan
• Kurangnya teknik aseptik untuk prosedur
invasif dan pemotongan tali pusat serta
perawatannya
• Overcrowded dan understaffed
• Kegagalan prosedur isolasi/ tidak
adekuatnya fasilitas isolasi pada bayi yang
terinfeksi patogen yang resistan antibiotik
atau sangat menular
… penyebab
• Kurangnya pengetahuan, latihan dan kompetensi
mengenai praktek pencegahan infeksi dan
identifikasi dan penanganan faktor risiko infeksi
ibu dan neonatus
• Pemberian antibiotik berkepanjangan dan tidak
perlu
• Penggunaan berulang kali obat suntik sekali
pakai
• Botol susu terkontaminasi
Faktor yang berperan terhadap
Infeksi RS
• Imaturitas sistem imun terutama pada
bayi prematur.
• Prosedur invasif mengganggu barrier
kulit normal misalnya intubasi,
kateterisasi dan jalur intravaskular.
... faktor berperan
• Terlalu penuh dan kurangnya jumlah
staf.
• Penyalahgunaan antibiotik.
• Ketidakpatuhan kebijakan
pengendalian infeksi terutama cuci
tangan.
Nagata E et al, Am J Infect Control 2002;30:26-31
10
Strategi efektif mencegah infeksi RS
1. Pemantauan yang berkesinambungan
2. Surveilans angka infeksi
3. Data kuman
4. Rasio jumlah tenaga medis dan pasien
5. Bentuk ruang perawatan
6. Sosialisasi insidens infeksi nosokomial kepada pegawai
Clark R et al, J Perinatol 2004;24:446-53
7. Program meningkatkan kepatuhan mencuci
tangan
8. Perhatian terhadap perawatan kateter vena
sentral
9. Pemakaian kateter vena sentral yang minimal
10. Pemakaian antibiotik rasional
11. Program pendidikan
12. Meningkatkan kepatuhan pegawai
Clark R et al, J Perinatol 2004;24:446-53
... strategi efektif
Surveilans
Surveilans Infeksi Pada Unit perawatan neonatus
Sistem surveilans rutin untuk insidensinfeksi yang terjadi di unit perawatanneonatus harus dikembangkan dandilaksanakan di semua unit perawatanneonatus .
Selama KLB, kultur bakteri pada semuapermukaan, kultur darah neonatus yangterinfeksi, kultur petugas perlu dilakukanuntuk mengidentifikasi isolasi bakteri.
Harus menyimpan catatan tentang jumlahinfeksi. Angka ini mungkin perlu stratifikasiberdasarkan faktor variabel seperti usiakehamilan, berat lahir, dan/atau prosedurinvasif.
Langkah pengendalian infeksi spesifikselama KLB infeksi.
... surveilans
Desain Unit
Perawatan
Neonatus
BENTUK RUANGAN PERAWATAN
Kejadian Infeksi RS bila :
Bentuk, konstruksi dan suasana ruangan
yang tidak baik
Kapasitas terlalu banyak
Kurangnya tempat mencuci tangan
Kurangnya sabun mencuci tangan
… bentuk ruangan perawatan
Kurangnya handuk atau tissue
Kurangnya tempat penyimpanan sarana kesehatan
Perawatan ruangan yang tidak baik
Buruknya ventilasi aliran udara
Kurangnya fasilitas ruangan isolasi
Fasilitas fisik
Level 2 : Area untuk pasien minimal 4m2, jarak antar
inkubator/boks bayi minimal 1 meter. Ratio perawat : bayi
= 1 : 2-4 tiap shift
Level 3 : Area untuk pasien minimal 6-8m2, jarak antar
inkubator/boks bayi minimal 3 meter. Ratio perawat :
bayi = 1: 1-2 tiap shift
Lantai harus ditutup dengan lantai porselen atau plastik.
Dinding/langit-langit harus ditutup dengan porselen atau
dicat dengan cat yang dapat dicuci
Lantai ruang rawat unit neonatal
Harus ada wastafel dinding di dalam
ruang bayi, satu untuk setiap tiga
inkubator
Desain Ruangan
Harus ada area yang
khusus untuk
melakukan desinfeksi
inkubator
Hand hygiene
Mikroorganisme Kulit
Kuman tidak tetap :
Staphylococcus aureus
Streptococcus haemoliticus
Escherichia coli
Pseudomonas
RSCM : Pseudomonas (paling banyak)
… mikroorganisme kulit
Kuman tetap :
Gram + : Staphylococcus
Epidermidis
Gram - : Klebsiella
Enterobacter sp.
Acinetobacter sp.
RSCM : Acinetobacter (paling banyak)
Kebersihan tangan (cuci tangan)
Paling sederhana
Sulit kepatuhannya oleh karena :
Iritasi kulit
Sarana tempat dan peralatan cuci tangan yang kurang
Pemakaian sarung tangan
Terlalu sibuk
Tidak terpikir untuk melakukan cuci tangan
Larson EL, Am J Infect Control 1995;23:251-69
Jenis larutan
Isi Lama pemakaian
Waktu pemakaian
Larutan A (larutan
cuci tangan)
Larutan B (larutan handrub)
ChlorhexidineGluconate 2%
ChlorhexidineGluconate +
alkohol
40-60 detik
20-30 detik
Sebelum memeriksa
bayi
Sebelum memeriksa bayi lain
Catatan : Cairan antiseptik beli dalam botol kecil, dan
container tidak boleh direcycle
Bahan Cuci Tangan Antiseptik
No
Kelompok
Aktivitas terhadap bakteri
Aktivitas Awal
Efek Residu
DampakGm+ Gm-
M Tuberculosi
Viruses
I. Alcohol Baik Baik Baik Baik Cepat Buruk Kulit Kering
II.Chlorhexidine gluconate (CHG)
Baik Baik Sedang Baik Sedang Baik Otoksin, keratitis
III.
Hexachlorophene Baik BurukTidak ada
Buruk Lambat Baik
IV.
Iodine/Iodophors Baik Baik Baik Baik Cepat BurukPenyerapan oleh kulit menyebabkan iritasi atau keracunan
V.PCMX (chloroxylenol)
Baik Sedang Sedang Sedang Baik Baik
VI.
Triclosan Baik Baik Sedang Buruk Lambat Baik
Cairan Hand rub di fasilitas terbatas
2 mL glycerin, propylen glycol atau sorbitol dicampur dengan 98 mL etil
atau isopropil alcohol 60-90% (WHO)
Komposisi dalam 100 mL larutan (RSCM)
Etanol 95% 84,20 mL
H2O2 3% 4,17 mL
Glycerin qs
Lemon perfume qs
Aquadest ad 100 mL
33
34
Peningkatan kepatuhan cuci tangan
1. Menilai kepatuhan pegawai terhadap peraturan yang sudah ada
2. Edukasi yang berkesinambungan
3. Menilai kembali kepatuhan setelah dilakukan edukasi
4. Pemberitahuan angka kepatuhan setelah dilakukan edukasi
39
Kepatuhan mencuci tangan
( + )
Kepatuhan mencuci tangan
( - )
DokterPerawatAsisten PerawatLain-lain
30% 52% 47% 38%
70% 48% 53% 62%
Pittet D et al, Ann Intern Med 1999;130:126-130
HASIL AUDIT KEPATUHAN CUCI TANGAN DI DIVISI PERINATOLOGI RSCM
PERIODE 17 OKTOBER – 21 OKTOBER 2008(PK 08.00-15.00)
83.33%
70%
0% 0%
66.66%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
dokter
(n=6)
peraw at
(n=30)
mahasisw a
kedokteran
(n=3)
cleaning
service
(n=1)
petugas lab
(n=3)
dokter
(n=6)
perawat
(n=30)
mahasiswa
kedokteran
(n=3)cleaning service
(n=1)
petugas lab
(n=3)
Catatan : Total kepatuhan cuci tangan petugas kesehatan : 65,12 %
Tim Nosokomial Divisi Perinatologi RSCM
85% permukaan NICU merupakan sumber infeksi nosokomial karena lebih dari setengahnya terkontaminasi 2 atau lebih kuman patogenClark R. J Perinatol 2004;24:382-8
Reservoir transmisi patogen
Laundry
Soap bottles & sinks
Hand lotion
Pet dog?
Bed toys
Blood gas analyzer
Ventilator circuits
Multi-use vials
Sibling-to-mother-to-patient
Resuscitator
Saline for heparin dilution
Water tap
Hands
Suction equipment
Air conditioner
Wooden tounge depressors
Water bath for blood products
Expressed mother milk
Powdered milk
Latex gloves
Sterilisasi dan
Desinfeksi
Memutus rantai penularan infeksi
Tangan petugas
Peralatan medis Flora endogen
Mencuci tangan pasien
Sterilisasi / DTT
Lingkungan Antisepsis
Desinfeksi/
Dekontaminasi,
IsolasiInfeksi
Rumah Sakit
Pembersihan, dekontaminasi, disinfeksi dan sterilisasi
Penting
Tingkat dekontaminasi
Metode Proses
Pembersihan Pembuangan fisik dari kontaminasi
(darah, feses) dan banyak
mikroorganisme dengan detergen
Desinfeksi Menurunkan jumlah mikroorganisme ke
tingkat yang tidak membahayakan, tidak
termasuk spora
Sterilisasi Membuang atau membunuh semua
mikroorganisme termasuk spora
Proses dekontaminasi
Alat dan bahan medis dicuci bersihdengan deterjen dan air bilasdengan air rendam dengan enzim
(melarutkan protein : darah, cairanmukus) bilas dengan air panas rendam dengan cairan desinfektan bilas dengan air panas
pengeringan dengan uap panas 60-900C
… proses dekontaminasi
Proses pencucian, desinfeksi sampaipengeringan dapat dilakukan denganmesin washer disinfector, atau
Proses pencucian, disinfeksi dilakukan olehpekerja kesehatan kemudian dikeringkandengan drying cabinet
Mesin
Menghilangkan sebagian besar kotoran dan benda asing dari permukaan(80%) . Mengurangi jumlah kuman 1000X TIDAK TERJADI kontak maksimal mikroorganisme dan desinfektan bila TIDAK dicuci bersih
Manual
CLEANING (Pembersihan)
Sangat penting !
Klasifikasi Spaulding : Risiko Infeksi dari alat atau lingkungan terhadap pasien
Risiko Definisi Peralatan Cara
Tinggi
( Critical )
Kontak dengan
jaringan steril, sistem
peredaran darah
(Vaskuler)
Instrumen bedah,
laparoskop, kateter
jantung, Scapel,
implant
STERIL :
Sterilisasi autoklaf,
ETO, gas plasma
,jika tdk mungkin bisa
disinfektan tingkat
tinggi
Sedang
( Semi Critical )
Kontak dengan kulit
tidak utuh dan
membran mukosa yang
utuh
Endoskopi/anestesi,
tubing ventilator,
termometer
Desinfeksi :
pasteurisasi, steam,
desinfektan kimiawi
(DTT)
Rendah
( Non-Critical )
Kontak dengan kulit
utuh atau lingkungan
secara tidak langsung
Stetoskope,
tensimeter, linen,
alat makan
Lantai, dinding,
tempat tidur
Pembersihan fisik
(deterjen dan air)
Kesalahan proses dekontaminasi
Tidak sempurnanya pembersihan (pencucian danperendaman dengan enzim) sebelum desinfeksi
Kesalahan pemilihan metoda dekontaminasi
Pengenceran cairan disinfektan yang tidak tepat
Larutan desinfektan terencerkan dan berkurangefektifitasnya
Pengeringan alat tidak dilakukan dengan baik masih terdapat bintik air atau timbul uapberembun
Alat sterilisator yang tidak berfungsi dengan baiktidak menjamin sterilitas alat indikator fisik,biologis
BENAR KONSENTRASI
RUANG PENCUCIAN
SARANA UNTUK PENCUCIAN
SARANA UNTUK PENGERINGAN
JENIS ALAT-ALAT YG DI CUCI
JENIS ALAT-ALAT YG DI CUCI
JENIS ALAT-ALAT YG DI CUCI
PENGEPAKAN
PENYIMPANAN ALAT
Permukaan di ruang bayi harus dibersihan
dengan seksama sedikitnya sekali seminggu
dan selalu dilakukan jika diperlukan dengan
detergen
Bila ada tumpahan darah / sekret di lantai
bersihkan dengan klorin 0,5%
Fogging dengan desinfektan atau penyinaran
UV tidak dikerjakan lagi
Dekontaminasi lingkungan
Inkubator harus diganti agar bisa dibersihkan dengan benar
Setiap 5 hari untuk neonatus < 1.000 gram
Setiap minggu untuk neonatus > 1.000 gram
Inkubator dibersihkan dengan air dandetergen tiap hari. Pembersihan terminalbisa dengan alkohol atau cairan desinfektan.
... dekontaminasi
Isolasi
Ruang Isolasi
Cohorting
65
Kategori neonatus Yang
Memerlukan Isolasi
Kategori Isolasi Ruang bayi Komponen Prosedur
Isolasi
Isolasi ketat Varicella Di ruang isolasi terpisah
Isolasi Infeksi virus pernafasan
akut (misal respiratory
syncytial virus)
Rubella kongenital
Gonococcal konjungtivitis
Herpes simplex yang
menyebar atau lokal
Kulit luka
Staphylococcal impetigo
dan infeksi luka
Masker, gaun penutup,
sarung tangan, dan cuci
tangan
66
Kategori neonatus Yang Memerlukan
Isolasi
Kategori Isolasi Ruang bayi Komponen Prosedur
Isolasi
Enterik Infeksi enteroviral
(misalnya meningitis
aseptik)
Gastroenteritis
Necrotizing enterocolitis
Gaun penutup, sarung
tangan, dan cuci tangan
Drainase dan Sekresi Konjungtivitis
(nongonococcal dan
nonchemical)
Infeksi luka
(nonstaphylococcal)
Sarung tangan, dan cuci
tangan. Gaun penutup
diperlukan hanya jika ada
kemungkinan terkena
kotoran.
Kategori neonatus Yang Memerlukan
Isolasi
Kategori Isolasi Ruang bayi Komponen Prosedur
Isolasi
Tidak ada Infeksi
Cytomegalovirus
Infeksi
streptococcal Group
B
Tidak ada
Pengendalian
Antibiotik
Masalah antibiotik
Pemberian antibiotika spektrum luas
secara berlebihan
Masalah resistensi antibiotika
Infeksi jamur pada neonatus
Evidence based antibiotic use
Pola kuman penyebab
Terapi empirik awal
Indikasi antibiotika
Tidak beralasan mengganti antibiotika atau menggunakan antibiotika spektrum luas pada :
– Kenaikan CRP
– Trombositopeni
Antibiotika profilaksis (intubasi, kateter vena sentral, WSD) terbukti tidak efektif mencegah sepsis
... indikasi antibiotika
Bila kultur ETT positif merupakan suatukolonisasi pengobatan tidak akan
kolonisasi, tidak mencegah sepsis
justru resistensi
Faktor penyebab resistensi antibiotika
Kultur darah tidak dikerjakan
Terapi antibiotika diteruskan meskipunkultur darah steril
Jika bayi tetap tampak sakit
diberikan antibiotika spektrum luas yanglebih kuat
Pemberian antibiotika atas dasar CRP,meskipun kultur darah steril
Resistensi antibiotika
Tidak ada kebijakan dalam terapi antibiotika
Sanitasi yang buruk
Kontrol infeksi kurang efektif
Pemberian antibiotika profilaksis
Rahman S, et al. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2002; 87:F52-4.
Isaacs D. Indian J Pediatr 2005; 42:9-13
Musoke RN, Revathi G. J Trop Pediatr 2000;46(2):86-91
… resistensi antibiotika
… resistensi antibiotika
Pemberian antibiotika yang tidak rasionaldan kontrol infeksi yang buruk bakteri
gram negatif akan memproduksi extendedspectrum beta lactamase (ESBL) dansefalosporinase
Ekspresi kedua enzim tersebut dapatdirangsang oleh pemberian antibiotikabetalaktam (penisilin, sefalosporin,karbapenem)
... resistensi antibiotika
Pencegahan resistensi terhadap penisilindan sefalosporin generasi ketiga
– Sedapat mungkin hindari pemberiansefalosporin secara rutin sebagaiantibiotika empirik
– Terapi kombinasi betalaktam danaminoglikosida
Garges HP, Alexander KA. Neo Rev 2003; 4:e364-8
... resistensi antibiotika
Pencegahan resistensi terhadap karbapenem
Karbapenem hanya untuk kasus beratyang disebabkan oleh bakteri yangmemproduksi ESBL dan sefalosporinase(Carbapenem potent inducers beta-lactamases)
Terapi kombinasi karbapenem denganaminoglikosida
Garges HP, Alexander KA. Neo Rev 2003; 4:e364-8
Karbapenem
2 bulan
Sefalosporin gen. ke-3 atau 4
2 bulan
Agen -laktam +
inhibitor laktamase
2 bulan
± Aminoglikosid
Sumber : Gould IM. J Antimicrob Chemother 1999; 43:459-65.
Skema anjuran rotasi antibiotika
yang mengandung beta laktam
10 Langkah Pemilihan Antibiotika Rasional
1. Kultur darah harus dikerjakan sebelumterapi antibiotika
2. Gunakan antibiotika spektrum sempit, penisilin dan aminoglikosida
3. Jangan memulai terapi dengansefalosporin generasi ketiga ataukarbapenem
4. Kembangkan kebijakan antibiotikalokal & nasional membatasi
antibiotika spektrum luas untuk terapiempirik
5. Percaya hasil kultur dari laboratoriummikrobiologi
6. Peningkatan CRP bukan berarti sepsis
… 10 langkah
7. Jika kultur darah steril dalam 2-3 hari hentikan antibiotika
8. Tidak menggunakan antibiotika untukwaktu lama
9. Obati sepsis bukan kolonisasi
10. Pencegahan infeksi nosokomial
Isaacs D. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2000; 82:F1-2
… 10 langkah
Petunjuk lama terapi antibiotika
Status Lama antibiotika (hari)
Gejala ringan + kultur darah (-) 2-3
Gejala berat + kultur darah (-) 5-7
Gejala atau faktor risiko + kultur darah (+)
7-10
Meningitis + kultur LCS (+) 14-21
Resident’s handbook, 1999
Insidens
Infeksi aliran darah (IAD) terkaitpemasangan kateter intravena : 48%
Pneumonia akibat pemakaian ventilator(PAV) : 23%
Infeksi Luka Operasi (ILO) : 10-20%
Infeksi saluran kemih (ISK) akibatpemasangan kateter : 2,5%
Pengendalian
Infeksi Aliran
Darah (IAD)
Definisi IAD
Infeksi akibat pemasangan kateter intravena, setelah > 48 jam terpasang kateter intravena
Positif IAD secara laboratorik
1. Hasil kultur darah (+) dari 2 tempat berbeda dalam waktu bersamaan ditemukan kuman yang sama
2. Hasil kultur darah 2x berturut-turut pada waktu berbeda ditemukan kuman yang sama
3. Hasil kultur pembuluh darah sentral dan perifer ditemukan kuman yang sama
Sumber infeksi
Intrinsik (kontaminasi sebelum digunakan)
• Cairan/obat yang terkontaminasi (multi-dose vial)
• Alat yang tidak steril / reused single-use
• Penyiapan cairan tidak dilakukan dengancara aseptik
• Tidak dilakukan quality control (kultur)cairan hasil produk pencampuran
... sumber infeksi
Ekstrinsik (kontaminasi selama pemakaian)
• Infeksi dari mikroorganisme kulitpasien/staf medik : masuk dari tempatinsersi, saat diskoneksi atau melalui tempatsuntikan
• Pembentukan biofilm pada permukaan luarkateter setelah 72 jam
• Infeksi dari luka, paru-paru atau ginjal
Sumber Kontaminasi Terkait Kateter Intravaskular
Sumber infeksi utama Pencegahan
Cairan infus Pastikan cairan bebas pirogen.
Monitor proses sterilisasi, hindari rusaknya wadah saat menyimpan cairan.
Periksa adakah pecah, retak, berawan dan partikel dalam cairan.
Pengobatan tambahan Tindakan aseptik (desinfeksi tangan, no touch technique).
Tambahkan pengobatan steril. Buat obat di farmasi.
Gunakan alat steril, single-dose vial jika mungkin.
Bila memakai multidose vial masukkan ke lemari es, bersihkan dengan alkohol 70% sebelum mengambil obat dari vial tersebut.
Wadah dan air Pastikan tidak ada kontaminasi dari air yang dihangatkan, lebih baik gunakan dry-warming system
Insersi kateter Desinfeksi tangan dengan seksama , gunakan sarung tangan steril, serta desinfeksi kulit tempat insersi suntikan secara seksama.
Tempat kateter Tutup dengan kassa steril segera. Singkirkan kateter jika timbul tanda infeksi, periksa tiap 24 jam. Ganti kassa bila terlihat kotor, kendur atau basah dengan cara aseptik, jangan menggunakan salep antibiotik
Tempat suntikan Bersihkan dengan alkohol 70% (isopropanol) dan biarkan kering
Tutup tempat suntikan dengan sterile stopcocks.
Penggantian set infus Ganti setiap 72jam (darah dan lipid tiap 24jam), tindakan desinfeksi tangan sesuai prosedur, teknik aseptik yang baik.
Prevention of Intravascular Device Associated Infection, 2007, p:118
Pengendalian IAD
Kriteria ketat indikasi pemasangan kateterdan waktu melepas kateter
Teknik aseptik saat pemasangan : handhygiene, barrier precaution
Alat steril termasuk bak infus
SOP mengenai insersi dan perawatantempat insersi
Closed system
Tim infus
Pengendalian IAD
SOP mengenai insersi, perawatan tempat insersi, penggantian kateter dan set infus
• Hand hygiene, barrier precaution
• Pembersihan kulit, kassa pada tempat insersi
• Tulis tanggal pemasangan infus, nilaikebutuhan melanjutkan infus setiap 24 jam,kaji infus / 24 jam - jika ditemukan tandainfeksi segera lepas infus
• Minimalisi manipulasi jalur infus
• Cairan flush, filter IV
... pengendalian IAD
Bila tidak ada tanda infeksi / inflamasikateter IV perifer dapat digunakansepanjang masih diperlukan (72-96 jam).Kateter sentral tidak perlu diganti rutin.
Jangan menggunakan krim antibiotik.
... pengendalian IAD
Ganti kateter vena sentral bilahemodinamik tidak stabil atau bila adatanda infeksi
Lepaskan arteri umbilikal bila sudah 5 hari,bila tidak memungkinkan nilai setiap hari.
Lepaskan vena umbilikal maksimal bilasudah 14 hari.
Faktor yang meningkatkan risiko infeksi
Tipe kateter (lihat tabel)
Lama kateterisasi
• Kateter perifer : risiko IAD dan flebitis me↑ setelah 72-96
jam
• Kateter sentral : risiko infeksi per hari konstan, tidak ada perbedaan antara lamanya kateterisasi
• Kateter arteri perifer risiko per hari 3-5%, hari ke-21 risiko IAD 60%
Material kateter
• Kateter dilapisi antibiotik (minosiklin, rifampisin) : efektif tetapi bahaya resisten
Tipe kateter – insidens IAD
Wilson J. Preventing Infection Associated with Intravascular therapy. 2007. p:203
94
95
96
Protokol Penggantian Cairan Infus dan Selang Infus
Jenis cairan Waktu pergantian1. Dextrose 10%, N5 Setiap syringe pump kosong atau
setiap 48 jam
2. Aminofusin Setiap syringe pump kosong atau setiap 48 jam
3. Intralipid Setiap 24 jam
4. Heparin solution Setiap 48 jam
The Royal Women’s Hospital Protokol Policy and Procedure Manual
97
… protokol penggantian cairan
Selang infus Waktu pergantian
1. Selang infus Dextrose,
N5, NaCl
Setiap 4 hari
2. Selang infus untuk Lipid Setiap hari
The Royal Women’s Hospital Protokol Policy and Procedure Manual
Pembersihan kulit
PovidoneIodine
Alkohol Klorheksidin
Infeksi lokal 9,3 % 7,1 % 2,3 %
Bakteremia 2,6 % 2,3 % 0,5 %
Maki, et al. Lancet 1991;338:339
Antisepsis Kulit
Bayi < 1500 gram / < 1 minggu gunakanantiseptik klorheksidin 1% dalamaquabides
>1500 / > 1 minggu gunakan klorheksidin0,5% dalam isopropil alkohol 70%
Protokol pemasangan infus perifer(vena / arteri line)
Hand hygiene
Gunakan sarung tangan steril dan no touchtechnique (tidak menyentuh kembali daerahyang sudah dibersihkan / ujung alat steril)
Alat steril (termasuk bak infus)
Desinfeksi kulit dengan klorheksidin-alkohol2% dan biarkan kering sebelum insersi
Fiksasi harus dengan tape steril ataupundibungkus kassa steril
Protokol pemasangan infus sentral(kateter umbilikal, long line, CVC)
Hand hygiene
Alat steril termasuk set pemasangan infussentral
Gunakan maximum barrier precaution(sarung tangan steril, gaun steril, topi danmasker untuk operator dan kain besar / duksteril untuk menutupi pasien)
Desinfeksi kulit dengan klorheksidin-alkohol2% dan biarkan kering sebelum insersi
Pemasangan PICC
…lanjutan PICC
Pemasangan kateter umbilikal
Pedoman Perawatan Tempat Insersi kateter
Cuci tangan sebelum kontak dengan tempat insersi
Gunakan kasa steril untuk menutup tempat insersi
Ganti kassa bila tidak intak atau lembab tiap7 hari
Bersihkan tempat insersi kateter sentral / arteri dengan cairan klorheksidin tiap gantikassa
Perhatikan timbulnya tanda infeksi setiap 2-3 hari (inflamasi, nyeri, pus)
Pengendalian Infeksi Bagi Petugas Yang Merawat
neonatus
Petugas yang merawat neonatus harusmenyadari kemungkinan penularan penyakitkepada neonatus dan harus didorong untukmelaporkan penyakit menular kepadapenyelianya misalnya cutaneousstaphylococcal atau lesi herpetik, penyakitpernapasan, konjungtivitis dangastroenteritis.
Pencegahan
Ventilator Associated Pneumoniae (VAP)
Pneumonia Akibat Pemasangan Ventilator (PAV)
Infeksi saluran pernapasan bawahterutama pneumonia merupakan infeksiserius yang mengancam jiwa
Pneumonia terutama disebabkan olehaspirasi mikroorganisme yangberkolonisasi di orofaring responsinflamasi paru gangguan ventilasi danpertukaran gas
Faktor predisposisi pneumonia akibat pemasangan ventilator
Risiko tergantung dari jumlah bakteri yang masuk ke saluran napas, daya tahan tubuh pasien dan virulensi organisme
1. Kolonisasi di orofaring
2. Kolonisasi dalam lambung
3. Pipa nasogastrik
4. Penggunaan alat ventilasi mekanik
5. Operasi
Pencegahan PAV
Dekontaminasi selektif pada pasien yang diintubasi menggunakan klorheksidin 2x seharipada orofaring eliminasi kuman gram (-)
dan kandida tanpa mempengaruhi flora normal
Bayi diletakkan dalam posisi terlentang, setengah tegak (45o) untuk mencegah aspirasi dan refluks gastroesofageal
…lanjutan pencegahan
Heat-moisture exchange (HME) filtersmenurunkan risiko pneumonia eliminasi
kebutuhan humidifikasi dan mencegahterkumpulnya embun di pipa ventilator(ganti tiap 48jam)
Intervensi untuk mengurangi risikopneumonia post operasi : fisioterapi,breathing exercise, dan kontrol nyeriefektif
…lanjutan pencegahan
Alat terapi respiratorik harus disimpandalam keadaan bersih dan kering
Desinfeksi / sterilisasi rutin ventilatorumumnya tidak perlu ganti sirkuit
ventilator 7 hari
Cuci tangan saat memegang sirkuitventilator
…lanjutan pencegahan
Sirkuit ventilator harus disposable, bilamenggunakan reused harus didesinfeksidengan washer-desinfector
Nebulizer dan humidifier harusdidekontaminasi tiap 48 jam
Kateter suction harus steril dan dibuanguntuk sekali pakai / gunakan multi-useclosed suction system
…lanjutan pencegahan
Cuci tangan sebelum dan sesudahmelakukan suction, setelahmengganti sirkuit ventilator
Penggunaan rutin sarung tangan saatbersentuhan dengan sekret salurannapas
Isolasi penderita yang terkolonisasi
Suction
Protokol penggantian peralatan
Peralatan Waktu pergantian
1. ETT in line suction chateter Setiap 7 hari
2. Ventilator dan/atau ventilator circuit
Setiap 7 hari
3. CPAP Bubbler dan circuit Setiap 14 hari
4. Inkubator Setiap 14 hari
The Royal Women’s Hospital Protokol Policy and Procedure Manual
Pengendalian Infeksi
Luka Operasi (ILO)
Klasifikasi ILOKategori Deskripsi Jenis operasi Angka
kejadian ILO (%)
Bersih Tidak memasuki traktusgastrointestinal, genitourinarius / saluran napasTidak terbuktiperadangan/infeksi
Tidak merusak jaringan
Ortopedi, bedah syaraf, operasi jantung
2-5
Bersih-Terkontaminasi
Memasuki traktus GI, GU atausaluran napas , tapi tidak adaserpihan isi GI / GU/ sal. Napas
Abdomen histerektomi, prostatektomi
4-8
Terkontaminasi Luka terbuka, teknik operasibesar, serpihan isi GI
Adanya jaringan yang meradang
Reduksi fraktur terbuka, operasi usus besar
15
Kotor Luka terbuka yang lambatditangani, riwayat infeksi klinissebelumnya, robek lapisanviscera di tempat operasi
Drainase abses 40
Wilson J, Preventing Wound Infection, 2007, p:182
Faktor Risiko ILO
1. Pasien
Status nutrisi
Penyakit penyerta (diabetes, infeksi kulit dan saluran napas)
Obesitas
Kolonisasi mikroorganisme (hidung, kulit)
Lama rawat inap sebelum tindakan operasi
Profilaksis antibiotik
Persiapan kulit preoperatif dan antisepsis kulit
…lanjutan faktor risiko
2.Tindakan operasi
Teknik cuci tangan (surgical scrub/rub)
Tim operasi dengan infeksi/kolonisasipenyerta (psoriasis, infeksi akut lain akibat Staphylococcus)
Teknik aseptik dan operasi
Lama operasi
Benda asing di luka operasi
…lanjutan faktor risiko
3.Lingkungan (kamar operasi)
Ventilasi (tekanan positif)
Sterilisasi instrumen
Pakaian operasi
Sarung tangan steril
Permukaan obyek lain di kamar operasi(lantai, dinding, meja, dll) tidakberhubungan dengan ILO
Pencegahan ILO
1.Pasien
Identifikasi dan terapi infeksi sebelum operasi elektif
Meminimalisasi lama rawat inap preoperatif
Hindari cukur rambut sebelum operasi, kecualirambut sekitar tempat sayatan, dengan alat noninvasif seperti gunting
Kontrol kadar gula darah (penderita diabetes)preoperatif
Lakukan tindakan antiseptik kulit
Beri profilaksis antibiotik sesuai indikasi (cefazolin /cefuroxime 30 menit sebelum insisi kulit)
…lanjutan pencegahan
2.Tim operasi
Cuci tangan dengan surgical scrub minimal 2-4’, jangan gunakan sikat
Anggota tim dengan lesi kulit tidak diizinkan ikut operasi
Persingkat lama operasi
Gunakan sarung tangan steril setelah gaun steril.Gunakan masker surgikal dan topi.
Lakukan tindakan aseptik tiap melakukan tindakan
Tindakan operasi tidak melukai jaringan sehat
Gunakan closed suction drains
…lanjutan pencegahan
3.Lingkungan (kamar operasi)
Pertahankan tekanan positif
Pintu kamar operasi ditutup rapat selamaoperasi berlangsung, kecuali untukmengantar alat, keluar-masuk tim operasi / pasien
Memperketat jumlah tim yang masuk kedalam kamar operasi
Sterilisasi semua instrumen operasi
Pencegahan Infeksi
Saluran Kemih (ISK)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) terkait pemasangan kateter
Adalah infeksi yang terjadi pada salurankemih (dari kandung kemih – ginjal)dengan gejala demam, anyang-anyangan,disuria, dan nyeri supra pubik
ISK sering diakibatkan penggunaandrainase urin seperti kateter kandungkemih.
…lanjutan ISK
Risiko ISK meningkat pada penggunaankateter urin yang lama (> 5 hari)
Kateter urin dipasang hanya sesuaiindikasi, dan segera lepas jika sudah tidakada indikasi medis
Strategi Pencegahan ISK
Pelatihan karyawan
Ukuran kateter
Cara insersi kateter
Pembersihan meatus (lubang tempat masuk kateter)
Penggunaan / pengosongan urine bag
Irigasi kandung kemih
Pengambilan spesimen
Sumber Infeksi dari Kateter
Pencegahan ISK pada Pasien dengan Kateter Urin
Tempat masuk bakteri Tindakan pencegahan
1. Meatus urethral external dan uretra
Bakteri yang masuk ke kandung
kemih selama insersi kateter
Sebelum kateterisasi, bersihkan meatus dengan air / salin steril. Berikan 2% lidokain, 0,25% klorheksidin glukonat kedalam uretra dan tahan 3’ sebelum memasukkan kateter
Penggunaan insersi no-touch technique
Penggunaan kateter sekali pakai
Infeksi ascending uretra Jaga daerah sekitar uretra tetap bersih dan kering, pertahankan agar kateter tidak banyak bergerak
2. Sambungan kateter dan
drainage tube
Jangan melepas kateter jika tidak ada indikasi
Selalu gunakan teknik aseptik
Kumpulkan spesimen urin
Oleskan alkohol, biarkan mengering lalu aspirasi urin dengan jarum steril dan syringe lalu pindahkan ke media steril
3. Sambungan drainage tube
dengan collection bag
Refluks dari bag ke tube Pertahankan bag dibawah kandung kemih
Kosongkan urine bag secara teratur
Jangan membolak-balikkan saat mengosongkan urine bag
4. Putar pemutar bagian bawah
collection bag –pengosongan
bag
Collection bag jangan menyentuh lantai
Selalu cuci tangan dan desinfeksi sebelum dan sesudah membuka pemutar urine bag
Gunakan wadah yang berbeda-beda untuk mengumpulkan urin
Damani N,French G, Ransjo U. Prevention of urinary tract infections,2007,p:129
Penyiapan cairan di
ruang bersih/steril
Pada Sarana Terbatas
Bila penyiapan cairan nutrisi parenteral danobat-obatan tidak dapat dilakukan secaraideal, RS harus mengerjakan penyiapancairan dengan teknik aseptik di ruanganbersih
Hindari multidosing vial
Perhatikan interaksi obat atau kompatibilitas
Cara penyiapan cairan
Hand hygiene harus dikerjakan denganseksama
2 petugas : petugas pertama memakai gaun steril, sarung tangan steril, masker dan topi; petugas kedua membantu mengambilkan/
menyiapkan cairan/obat
Bahan-bahan obat/cairan digosok denganalkohol swab
Ruangan Pembuatan NPT
GAMBAR PENYIAPAN CAIRAN INFUS
Hal lain yang perlu
diperhatikan
Pembuangan limbah dan benda tajam
Laundry
Penggunaan ASI
Penyediaan susu
Pelatihan pengendalian infeksi RS yang berkesinambungan
Koordinasi dengan Departemen Bedah, Kebidanan, OK
Harus diperhatikan
139
PENGGUNAAN ASI
Semakin banyak ASI yang diberikan semakin
sedikit terkena infeksi
Insidens INOS bayi prematur dengan ASI :
29,3%
Insidens INOS bayi prematur dengan susu
formula : 47,2%
Hylander MA, Pediatr 1998;102:38-43
LANGKAH PENGENDALIAN INFEKSI PADA PERLENGKAPAN PEMBERIAN
MINUM DAN NUTRISI
Gunakan ASI sedapat mungkin
Pasteurisasi botol minuman harus dilakukan
dengan benar setiap saat
Penggunaan air steril merupakan keharusan.
Sonde lambung harus diganti setiap 2-3 hari dan
beri label
Pemisahan limbah
Sampah infeksius (kantong berwarna kuning)
Dressing bedah, kasa, verband, kateter, swab, plester, masker,
sarung tangan, kapas lidi, kantong urine, sampah yang
terkontaminasi dengan cairan tubuh
Sampah domestik/rumah tangga (kantong berwarna
hitam)
Kertas, plastik, plastik bungkus spuit/infus, kardus, kayu,
kaleng, daun, sisa makanan, sampah yang tidak terkontaminasi
cairan tubuh pasien
Limbah
Sampah benda tajam (kotak berwarna kuning)
Jarum suntik, pisau cukur, pecahan ampul, object glass,
lancet, sampah yang memiliki permukaan/ujung yang tajam
Benda tajam
PENANGANAN LIMBAH BENDA TAJAM
Semua benda tajam harus digunakan sekali pakai
Jarum harus steril dan tidak boleh di daur ulang
Tidak menyarungkan kembali jarum suntik bekas pakai
Jangan menekuk atau mematahkan jarum suntik sebelum dibuang
Tidak pernah meletakkan limbah benda tajam ke dalam wadah lain selain yang tahan tusukan
Selalu dibuang sendiri oleh si pelaku !
Semua limbah cair
(darah, cairan suction,
sekresi) dibuang di
sanitary sewer dan
digelontor dengan air)
PENERAPAN LANGKAH PENGENDALIAN
INFEKSI DI UNIT NEONATUS…
Keluarga pasien / pengunjung
Pengunjung : Orangtua pasien dan anak <12 tahun diperbolehkan masuk, selaludisupervisi
Pembatasan jumlah orang di NICU ?
kontroversi, terpenting menjaga handhygiene
Tidak perlu gaun/shoes cover
Edukasi hand hygiene
Konsekuensi lantai dipel lebih sering
Hand Hygiene untuk pengunjung
2-147
Penanganan Linen
Penanganan & transport
• Cegah terpaparnya mukosa membran dan kontaminasi
mikroba terhadap pasien lain serta lingkungan.
• Penyimpananjaga kebersihan
• Transportasi dengan troley bersih dan kotor terpisah
(warna ?)
Sirkulasi Linen
1. Pengumpulan– Melibatkan dua pihak yaitu
ruangan & laundry– Hindari penambahan kotoran– Gunakan wadah berbeda untuk
linen infeksius dan non infeksius
2. Transportasi Linen– Potensial menyebarkan mikro
organisme bila linen tidak tertutup.
– Troly pengangkut linen kotor berbeda dengan troly pengangkut linen bersih
– Troly pengangkut linen kotor segera dibersihkan di laundry dengan klorin 0,5 %
– Hindari membawa linen kotor berlebihan
3. Penerimaan linen kotora. Petugas
- Hand hygiene dan menggunakan APD
- Jika ada kelaianan kulit , diperhatikan ?!.
- Pemeriksaan Kesehatan karyawan.b. Prosedur :
- Linen kotor diterima, dicatat jumlah satuan, asal ruangan
- Penimbangan sesuai barang yang diterima
- Melakukan pemilahan berdasarkan kriteria (linen infeksi/non infeksi, jenis dan tingkat kekotoran).
Sirkulasi Linen
PEMBERSIHAN BOTOL SUSU
Penyediaan botolsusu sangat menjadiperhatian.
Akan berdampakburuk jika tidakdikelola dengan baik
Merebus botol atau menggunakan steamer
Pengeringan botol
Penyimpanan botol
Dilaksanakan setiap hari di ruangan oleh petugas cleaning service
Kantong plastik 2/3 bagian diikat kuat dan diberi label tempat penghasil limbah kemudian dikumpulkan ke dalam wadah pengumpulan sampah (sampah medis : troli kuning, sampah non medis : troli hijau, sampah daur ulang : troli biru/orange)
Container benda tajam masukkan ke dalam kantong kuning
Tidak boleh ada pencampuran sampah medis dan non medis
Troli sampah harus senantiasa tertutup dan bersih
Kesimpulan
Infeksi RS sering terjadi namundapat dihindari dengan melakukanpendidikan dan pelatihan secaraterus menerus, serta perlukesadaran dan kerja sama tim yangbaik.
Terima kasih