55167469 proposal hipertensi
DESCRIPTION
proposal hipertensiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan
bangsa yang sehat. Tahun 2011 ini peningkatan derajat kesehatan menjadi
salah satu fokus pembangunan di bidang kesehatan. Mewujudkan masyarakat
yang sehat, pembangunan di bidang kesehatan diarahkan kepada semua
lapisan masyarakat. (Depkes RI, 2011).
Sasaran utama pembangunan kesehatan adalah perilaku hidup sehat,
manajemen pembangunan kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat pada
saat ini diharapkan adalah bersifat proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadi penyakit serta melindungi
diri dari ancaman serta berpartisipasi aktif dalam kesehatan masyarakat.
(Depkes RI, 2009)
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka
kesakitan yang tinggi. Menurut Adnil Basha (2004) hipertensi adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka
kematian atau mortalitas. Hipertensi akan memberi gejala yang berlanjut
untuk suatu target organ seperti otak (stroke), pembuluh darah jantung
(penyakit jantung koroner), otot jantung (left ventricle hypertrophy) (Bustan,
2000: 31).
1
Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer)
karena termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih
dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Hipertensi adalah faktor risiko
utama untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan gangguan pembuluh
darah otak yang dikenal dengan stroke. Bila tekanan darah semakin tinggi
maka harapan hidup semakin turun (Wardoyo, 2006).
Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140 mmHg
tekanan sistolik dan 80 – 90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan
mengidap hipertensi bila tekanan darahnya > 140/90 mmHg. Sedangkan
menurut JNC VII 2003 tekanan darah pada orang dewasa dengan usia diatas
18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila tekanan
sistoliknya 140 – 159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 – 99 mmHg.
Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya
lebih 160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg sedangakan
hipertensi stadium III apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan
tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Sustrani, 2004).
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi
faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang
dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan
(mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor
risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan (kebiasaan
makan garam), alkohol, stres, kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan
dan penggunaan pil kontrasepsi (Asep Pajario, 2002).
2
Prevalensi hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 15-20%.
Hipertensi lebih banyak menyerang pada usia setengah baya pada golongan
umur 55-64 tahun. Hipertensi di Asia diperkirakan sudah mencapai 8-18%
pada tahun 2009, hipertensi dijumpai pada 4.400 per 10.000 penduduk.
Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2008, prevalensi
hipertensi di Indonesia cukup tinggi, 83 per 1.000 anggota rumah tangga, pada
tahun 2009 sekitar 15-20% masyarakat Indonesia menderita hipertensi.
Prevalensi hipertensi di Indonesia, pada laki-laki dari 134 (13,6%) naik
menjadi 165 (16,5%), hipertensi pada perempuan dari 174 (16,0%) naik
menjadi 176 (17,6%). (Depkes RI, 2010)
Angka penderita hipertensi di Sumatera Barat dinyatakan tertinggi di
Indonesia dan di dunia. Dari hasil penelitian, enam kabupaten/kota yang
tertinggi angka penderita hipertensinya adalah Kota Bukittinggi (41,8 persen),
Kota Padang (29,5 persen), Kota Solok (25 persen), Kabupaten 50 Kota (22,2
persen), Kabupaten Solok (20,5 persen), serta Kabupaten Padang Pariaman
(20,2 persen). Tiga daerah yang kurang penderita hipertensinya adalah Kota
Payakumbuh (10 persen), Kabupaten Mentawai (12,5 persen), dan Kabupaten
Pesisirselatan (13 persen). (Depkes Sumbar, 2010)
Sementara di Kabupaten Padang Pariaman, hipertensi merupakan
peringkat ke 3 dari jumlah kasus penyakit terbanyak yang dilaporkan Dinas
Kesehatan Kabupaen Padang Pariaman pada tahun 2010. Dilihat dari banyak
penderitanya, wilayah kerja Puskesmas Pasar Usang merupakan wilayah kerja
3
yang paling banyak melaporkan adanya penyakit hipertensi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 Data Kejadian Hipertensi di Kabupaten Padang Pariamantahun 2010
No PuskesmasJumlah Penderita
hipertensi 1 Pasar Usang 13292 Kataping 9703 Lubuk Alung 5254 Sikabu 1925 Sintuk 3986 Ulakan 3147 Pauh Kambar 3418 Sicincin 1289 Kampung guci 18410 Kayu tanam 12011 Anduring 104912 Pakandangan 103213 Sungai sarik -14 Padang sago 7915 Patamuan 59218 Kampung dalam 39017 Limau purut 65018 Padang alai 35019 Sungai limau 72520 Gasan gadang 23221 Sungai geringging 56422 Koto bangko 19823 Batu basa 123524 Ampalu -
Padang pariaman 13.386Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman, 2010
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penderita hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Pasar Usang tercatat sebanyak 1329 kasus.
Sedangkan dilihat dari semua Korong yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Pasar Usang, Korong Pasar Usang merupakan berada pada urutan pertama
jumlah penderita hipertensi terbanyak dibandingkan dengan 19 Korong yang
4
ada di wilayah kerja Puskesmas Pasar Usang. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2 Data Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Usang tahun 2010
No KorongJumlah lansia
Penderita hipertensi
1 Pasar Usang 289 1932 Kp Apar 138 423 Keliek 106 454 Salisikan 212 675 Kali Air 188 786 Kabun 162 567 Tj. Basung I 175 658 Tj. Basung II 101 239 Buayan 198 8410 Duku 153 3511 Kasai 211 7812 Bintungan 148 4313 Caniago 96 3214 Jambak 171 4515 Koto 187 7818 Tj. Kasang 156 7517 Guci 174 6918 Sikumbang 163 8619 Sungai Pinang 182 68
3210 1329Sumber : Puskesmas Pasar Usang, 2010
Dilihat dari kecenderungan penderita hipertensi, daerah pantai atau
pesisir pantai mempunyai kecenderungan peluang hipertensi lebih tinggi dari
pada daerah pedalaman atau pegunungan. Demikian juga masyarakat yang
mempunyai kebiasaan makan yang dominan berasa asin mempunyai peluang
cukup tinggi untuk menderita tekanan darah tinggi.
Lokasi Korong Pasar Usang berada tidak jauh dari pantai, menurut
laporan dari Puskesmas Pasar Usang, Korong yang dihuni 289 KK ini
5
cenderung menggunakan garam yang berlebihan pada setiap masakannya,
salah satunya bisa dilihat dari kebiasaan masyarakat yang mengkonsumsi
kerupuk ubi kayu, yang cara pengolahannya selalu ditaburi dengan garam
yang berlebihan. Dari survey awal yang penulis lakukan di daerah Korong
Pasar Usang ini dengan mencicipi masakan yang dibuat oleh 5 orang ibu-ibu
di rumah, ternyata 4 orang diantaranya memiliki masakan yang cenderung
terasa asin.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk
meneliti lebih lanjut tentang hubungan konsumsi garam dengan tingginya
angka kejadian hipertensi di Korong Pasar Usang, yang selanjutnya penulis
bahas dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Konsumsi
Garam dengan Kejadian Hipertensi di Korong Pasar Usang Wilayah Kerja
Puskesmas Pasar Usang Kabupaten Padang Pariaman
B. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi pada lansia, maka di sini penulis membatasi masalah hanya pada
hubungan konsumsi garam dengan kejadian hipertensi pada lansia di Korong
Pasar Usang wilayah kerja Puskesmas Pasar Usang Kabupaten Padang
Pariaman
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan konsumsi garam dengan
6
kejadian hipertensi pada lansia di Korong Pasar Usang wilayah kerja
Puskesmas Pasar Usang Kabupaten Padang Pariaman.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan konsumsi garam dengan kejadian
hipertensi pada lansia di Korong Pasar Usang wilayah kerja Puskesmas
Pasar Usang Kabupaten Padang Pariaman.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya konsumsi garam di Korong Pasar Usang wilayah kerja
Puskesmas Pasar Usang Kabupaten Padang Pariaman.
b. Diketahuinya kejadian hipertensi pada lansia di Korong Pasar Usang
wilayah kerja Puskesmas Pasar Usang Kabupaten Padang Pariaman.
c. Diketahuinya hubungan konsumsi garam dengan kejadian hipertensi
pada lansia di Korong Pasar Usang wilayah kerja Puskesmas Pasar
Usang Kabupaten Padang Pariaman
E. Manfaat penelitian.
1. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi puskesmas dalam
upaya meningkatkan informasi dan usaha pencegahan hipertensi pada
masyarakat
7
2. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan ibu-ibu
rumah tangga tentang bagaimana penggunaan garam yang baik dan juga
menambah wawasan ibu-ibu rumah tangga tentang hipertensi.
3. Bagi penulis
Penelitian ini akan bisa menambah wawasan penulis tentang
hipertensi, selain itu penelitian ini merupakan langkah awal dalam
pengabdian penulis sebagai calon perawat dalam memberikan kontribusi
ilmu pengetahuan tentang kesehatan, khususnya tentang penanggulangan
penyakit hipertensi
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Garam
1. Pengertian
Garam dapur atau garam dalam pengertian sehari-hari, terdiri dari
unsur mineral natrium (Na) alias sodium dan klorida (Cl), yang bergabung
menjadi satu molekul bernama natrium klorida (NaCl). Jumlah sodium
dalam garam dapur sekitar 40 persen, dan sisanya adalah ion klorida.
Natrium dalam garam (NaCl) sebenarnya bermanfaat untuk
menjaga regulasi volume dan tekanan darah, menjaga kontraksi otot,
transmisi sel syaraf, serta membantu keseimbangan air, asam dan basa
dalam tubuh. Namun, berdasarkan Panduan Umum Gizi Seimbang 2003,
konsumsi garam tidak boleh lebih dari 6 gram (1 sendok teh) dalam 1 hari,
atau sama dengan 2.300 mg natrium untuk kebutuhan tiap orang. Garam
sangat erat dengan hipertensi. Setengah sendok teh garam saja, bisa
menaikkan tekanan sistolik sebesar 5 poin dan tekanan diastolik naik 3
poin. (Susanto, 2010)
Asupan garam yang tinggi ini berkaitan erat dengan terjadinya
tekanan darah tinggi. Riset menunjukkan kenaikan 1/2 sendok teh garam
akan menaikkan tekanan sistolik 5 poin dan tekanan diastolik 3 poin.
Sebaliknya mengurangi garam menjadi kurang dari 1 sendok teh akan
menurunkan tekanan sistolik 7 poin dan diastolik 4 poin.
9
Selain memicu hipertensi konsumsi garam yang tinggi juga bisa
mengganggu kerja ginjal. Sebenarnya tubuh punya mekanisme untuk
mengeluarkan kelebihan garam, tapi karena tingginya garam yang diasup
ginjal jadi kesulitan untuk mengeluarkan. Akibatnya jumlah natrium di
dalam tubuh sangat banyak. Padahal, natrium memiliki sifat mengikat
cairan (retensi cairan) (Susanto, 2010).
Ketika jumlah natrium dalam tubuh tinggi, maka jumlah cairannya
ikut meningkat sehingga volume darah bertambah dan tekanannya
semakin besar. Jika ditambah dengan konsumsi lemak berlebih yang
mengakibatkan pembuluh darahnya mengecil. Akibatnya bisa fatal karena
pembuluh darahnya bisa pecah (Kompas, 2011).
Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Ina SH) mencatat, konsumsi
garam rata-rata orang Indonesia tiga kali lebih besar dari anjuran badan
kesehatan dunia (WHO) yang maksimal 5 gram atau satu sendok teh
seharian. Konsumsi garam rata-rata masyarakat Indonesia sebesar 15 gram
per hari.
2. Bahaya garam bagi kesehatan.
Garam, khususnya ion natrium, yang masuk ke tubuh akan
langsung diserap ke dalam pembuluh darah, sehingga konsentrasi ion
natrium dalam darah akan meningkat. Ion natrium itu mempunyai sifat
retensi air (menahan air), sehingga menyebabkan volume darah menjadi
naik dan hal itu secara otomatis menyebabkan tekanan darah menjadi naik.
10
Mengonsumsi terlalu banyak garam dapat menyebabkan masalah
kesehatan yang serius. Ada tujuh langkah yang perlu ketahui agar bisa
mengurangi jumlah garam dalam makanan.
a. Baca terlebih dahulu kandungan nutrisi pada kemasan makanan. Ini
merupakan cara termudah untuk mengurangi konsumsi garam. Jika
kadar garam atau sodium dalam makanan tinggi, Anda harus
menghindari membelinya.
b. Perhatikan label dalam kemasan makanan. Jika makanan tersebut
bebas dari natrium, tidak mengandung garam atau kadar sodium yang
terbatas maka makanan tersebut lebih baik daripada makanan lain
dengan kadar garam yang lebih tinggi.
c. Disiplin dengan jumalah natriun yang Anda kosnsumsi. American
Heart Association hingga National Academy of Science di Amerika
Serikat menganjurkan konsumsi garam dibatasi tidak lebih dari 2.400
mg dalam sehari.
d. Selalu perhatikan makanan Anda. Daging tanpa kulit, susu skim, buah
dan sayuran segar. Daging tanpa kulit, susu skim, buah dan sayuran
segar mengandung sedikit garam. Sementara sayuran, buah, sup dan
daging dalam kemasan memiliki salinitas yang jauh lebih tinggi.
e. Sajikan makanan tanpa menggunakan garam. Saat Anda memasak,
sebaiknya gunakan berbagai macam bumbu dapur untuk memperkaya
rasa masakan bukan dengan menambahkan banyak garam.
f. Hindari menaruh garam diatas meja makan. (Medicastore, 2010)
11
B. Hipertensi
1. Pengertian
Menurut WHO (2006) hipertensi adalah tekanan darah yang berada
di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi (Halim, 2003)
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang
tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti
gagal jantung congestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi
disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan setelah beberapa
tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun
tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan
kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya. (Susalit, 2002)
Tabel 2. Batasan Normal Tekanan Darah dari Usia.Usia Batas normal
20 - 60 tahun 90 - 100 mm Hg
Di atas 65 tahun 100 - 110 mm Hg
Sumber : Sumosardjuno, 2008
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu: hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder
atau hipertensi renal (Waluyo, 2004).
a. Hipertensi esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95%
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
12
lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin
angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca
intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti
obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer
biasanya timbul pada usia 30 – 50 tahun.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 %
kasus. Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer,
dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain.
3. Gejala Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya
tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-kadang
hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah
terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan
jantung (Underwood, 2000).
Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita
hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun – tahun.
Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi
kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya hanya
bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering
13
ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat
di tungkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi
tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah
jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini
dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan
mortalitas.
4. Patogenesis
Tekanan darah terutama dikontrol oleh sistem saraf simpatik
(kontrol jangka pendek) dan ginjal (kontrol jangka panjang). Mekanisme
yang berhubungan dengan penyebab hipertensi melibatkan perubahan –
perubahan pada curah jantung dan resistensi vaskular perifer. Pada tahap
awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer
normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Saraf
simpatik mengeluarkan norepinefrin, sebuah vasokonstriktor yang
mempengaruhi pembuluh arteri dan arteriol sehingga resistensi perifer
meningkat. Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali ke normal
sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh refleks
autoregulasi. Yang dimaksud dengan refleks autoregulasi adalah
mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang
normal. Oleh karena curah jantung yang meningkat terjadi konstriksi
sfingter pre-kapiler yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peninggian tahanan perifer. Pada stadium awal sebagian besar pasien
hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan kemudian
14
diikuti dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan
tekanan darah yang menetap.
Mekanisme patofisiologi yang berhubungan dengan peningkatan
hipertensi esensial antara lain (Waluyo, 2004):
a. Curah jantung dan tahanan perifer
Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat
berpengaruh terhadap kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar
kasus hipertensi esensial curah jantung biasanya normal tetapi tahanan
perifernya meningkat. Tekanan darah ditentukan oleh konsentrasi sel
otot halus yang terdapat pada arteriol kecil. Peningkatan konsentrasi
sel otot halus akan berpengaruh pada peningkatan konsentrasi kalsium
intraseluler. Peningkatan konsentrasi otot halus ini semakin lama akan
mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang mungkin
dimediasi oleh angiotensin yang menjadi awal meningkatnya tahanan
perifer yang irreversible.
b. Sistem Renin-Angiotensin
Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume
cairan ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem Renin-Angiotensin
merupakan sistem endokrin yang penting dalam pengontrolan tekanan
darah. Renin disekresi oleh juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai
respon glomerulus underperfusion atau penurunan asupan garam,
ataupun respon dari sistem saraf simpatetik.
15
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme
(ACE). ACE memegang peranan fisiologis penting dalam mengatur
tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi
hati, yang oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I (dekapeptida yang tidak aktif). Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II
(oktapeptida yang sangat aktif). Angiotensin II berpotensi besar
meningkatkan tekanan darah karena bersifat sebagai vasoconstrictor
melalui dua jalur, yaitu:
1) Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar
tubuh (antidiuresis) sehingga urin menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkan, volume cairan ekstraseluler
akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
instraseluler. Akibatnya volume darah meningkat sehingga
meningkatkan tekanan darah.
2) Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang berperan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya
16
dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.
c. Sisten Saraf Otonom
Sirkulasi sistem saraf simpatetik dapat menyebabkan
vasokonstriksi dan dilatasi arteriol. Sistem saraf otonom ini
mempunyai peran yang penting dalam pempertahankan tekanan darah.
Hipertensi dapat terjadi karena interaksi antara sistem saraf otonom
dan sistem renin-angiotensin bersama – sama dengan faktor lain
termasuk natrium, volume sirkulasi, dan beberapa hormon.
d. Disfungsi Endotelium
Pembuluh darah sel endotel mempunyai peran yang penting
dalam pengontrolan pembuluh darah jantung dengan memproduksi
sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida
endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi
primer. Secara klinis pengobatan dengan antihipertensi menunjukkan
perbaikan gangguan produksi dari oksida nitrit.
e. Substansi vasoaktif
Banyak sistem vasoaktif yang mempengaruhi transpor natrium
dalam mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal.
Bradikinin merupakan vasodilator yang potensial, begitu juga
endothelin. Endothelin dapat meningkatkan sensitifitas garam pada
17
tekanan darah serta mengaktifkan sistem renin-angiotensin lokal.
Arterial natriuretic peptide merupakan hormon yang diproduksi di
atrium jantung dalam merespon peningkatan volum darah. Hal ini
dapat meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal yang akhirnya
dapat meningkatkan retensi cairan dan hipertensi.
f. Hiperkoagulasi
Pasien dengan hipertensi memperlihatkan ketidaknormalan dari
dinding pembuluh darah (disfungsi endotelium atau kerusakan sel
endotelium), ketidaknormalan faktor homeostasis, platelet, dan
fibrinolisis. Diduga hipertensi dapat menyebabkan protombotik dan
hiperkoagulasi yang semakin lama akan semakin parah dan merusak
organ target. Beberapa keadaan dapat dicegah dengan pemberian obat
anti-hipertensi.
g. Disfungsi diastolik
Hipertropi ventrikel kiri menyebabkan ventrikel tidak dapat
beristirahat ketika terjadi tekanan diastolik. Hal ini untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan input ventrikel, terutama pada saat olahraga
terjadi peningkatan tekanan atrium kiri melebihi normal, dan
penurunan tekanan ventrikel.
5. Faktor Risiko Hipertensi
Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat
diketahui dengan jelas. Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi
yang teridentifikasi antara lain (Tambayong, 2002):
18
a. Keturunan
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang
mempunyai orang tua atau salah satunya menderita hipertensi maka
orang tersebut mempunyai risiko lebih besar untuk terkena hipertensi
daripada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita
hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit
jantung secara signifikan akan meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun dan laki – laki dibawah
55 tahun.
b. Usia
Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa
semakin tinggi usia seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya..
Hal ini disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah semakin
menurun dengan bertambahnya usia. Sebagian besar hipertensi terjadi
pada usia lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tahun tekanan darah
pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan. Setelah usia 65
tekanan darah pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.1 Dengan
demikian, risiko hipertensi bertambah dengan semakin bertambahnya
usia (Susalit, 2001).
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi
tekanan darah. Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi
sistem renin angiotensin. Secara umum tekanan darah pada laki – laki
19
lebih tinggi daripada perempuan. Pada perempuan risiko hipertensi
akan meningkat setelah masa menopause yang mununjukkan adanya
pengaruh hormon.
d. Merokok
Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan
menaikkan tekanan darah. Menurut penelitian, diungkapkan bahwa
merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat
dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat
meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat
menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin
bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan
tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung
bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian O2
bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi
pada pembuluh darah perifer (Smeltzer & Bare, 2001).
e. Obesitas
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat
kaitannya dengan hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah
tergantung pada besarnya penambahan berat badan. Peningkatan risiko
semakin bertambah parahnya hipertensi terjadi pada penambahan berat
badan tingkat sedang. Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena
hipertensi. Tergantung pada masing – masing individu. Peningkatan
20
tekanan darah di atas nilai optimal yaitu > 120 / 80 mmHg akan
meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Penurunan berat badan efektif untuk menurunkan hipertensi,
Penurunan berat badan sekitar 5 kg dapat menurunkan tekanan darah
secara signifikan (Martono, 2004).
f. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf
simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten.
Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian
tekanan darah yang menetap. Pada binatang percobaan dibuktikan
bahwa pajanan terhadap stres menyebabkan binatang tersebut menjadi
hipertensi.
g. Aktifitas Fisik
Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas,
besar kemungkinan aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah.
Aktifitas fisik membantu dengan mengontrol berat badan. Aerobik
yang cukup seperti 30 – 45 menit berjalan cepat setiap hari membantu
menurunkan tekanan darah secara langsung. Olahraga secara teratur
dapat menurunkan tekanan darah pada semua kelompok, baik
hipertensi maupun normotensi.
h. Asupan
21
1) Asupan Natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler
konsentrasi serum normal adalah 136 sampai 145 mEg / L, Natrium
berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen
tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam
transfusi saraf dan kontraksi otot.
2) Asupan Kalium
Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara
kerja kalium adalah kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang
banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan
intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian
ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.
3) Asupan Magnesium
Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap
kontraksi vaskuler otot halus dan diduga berperan sebagai
vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The joint national
Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Presure (JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan
timbal balik antara magnesium dan tekanan darah.
4) Kalsium
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara diet kalsium dengan prevalensi hipertensi.
Hubungan diet kalsiun dengan hipertensi tampak pada perempuan
22
ras Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi per hari (untuk total
asupan kalsium 1500 mg per hari) tidak memberikan pengaruh
terhadap tekanan darah pada laki-laki. Dengan demikian, peran
suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi tidak terbukti.
Namun, JNC VI merekomendasikan peningkatan asupan kalium,
magnesium dan kalsium untuk pencegahan dan pengelolaan
hipertensi. Asupan kalsium yang direkomendasikan sebesar 1000
sampai 2000mg par hari.
6. Penanggulangan hipertensi
a. Penatalaksanaan farmakologis
b. Penatalaksanaan non farmakologis ( diet)
Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap
penatalaksanaan farmakologis, selain pemberian obat-obatan
antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup.
Tujuan dari penatalaksanaan diet
1) Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan
mempertahankan tekanan darah menuju normal.
2) Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral
3) Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar
asam lemak, kolesterol dalam darah.
4) Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal,
dan DM.
Prinsip diet penatalaksanaan hipertensi :
23
1) Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
2) Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi
penderita
3) Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis
makanan dalam daftar diet
Konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hr atau
dapat menggunakan garam lain diluar natrium.
7. Pencegahan hipertensi
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat dikurangi
dengan cara:
a. Memeriksa tekanan darah secara teratur
b. Menjaga berat badan dalam rentang normal
c. Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan
berserat, rendah lemak dan mengurangi garam.
d. Hentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol
e. Berolahraga secara teratur
f. Hidup secara teratur
g. Mengurangi stress dan emosi
h. Jangan terburu-buru
i. Mengurangi makanan berlemak
C. Lansia
24
Usia lanjut merupakan suatu proses alarm yang tidak dapat
dihindarkan. Umur manusia sebagi makhluk hidup terbatas oleh suatu
peraturan alam, maksimal sekitar 6 (enam) x masa bayi sampai dewasa, atau 6
x 20 tahun = 120 tahun. Didalam struktur anatomik proses menjadi tua terlihat
sebagai kemunduran didalam sel semu. Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Pada
masa ini seeorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial sedikit
demi sedikit sampai tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari, sehingga
bagi kebanyakan orang masa tua merupakan masa yang kurang
menyenangkan. (Nugroho, 2008).
Proses mi berlangsung secara ilmiah, terus menerus dan
berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis,
fisiologis dan biokemis pada janngan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi
fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan, (DEPKES RJ 1999).
Gerontologi berpendapat bahwa lansia bukan merupakan suatu penyakit tapi
merupakan suatu masa atau tahap - tahap hidup manusia : Masa Bayi, Anak-
anak, dewasa, tua, usia lanjut, (Nugroho, 2008)
1. Pengertian Lanjut Usia
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses keadaan yang terjadi
di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan suatu proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
25
dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara psikologis maupun
biologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih,
gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
memburuk. Gerakan lamban dan figur tubuh yang tidak profesional.
(Nugroho, 2008)
Usia lanjut bukan merupakan suatu penyakit dalam proses menua
tersebut bukanlah merupakan suatu penyakit yang harus ditolak dan
dihindari, sebab proses menuanya menusia merupakan proses yang alami
dan kemunduran hukum alam yang pasti terjadi. Sebagaimana yang
terdapat dalam buku tata laksana perawatan kesehatan masyarakat
dijelaskan bahwa beberapa teori tentang lanjut usia yaitu :
a. Teori psikoldinamis, menyatakan bahwa proses ketuaan merupakan
masa penurunan bertahap dan masa puncak kedewasaan seseorang
sampai kematian.
b. Teori pemisahan diri, menyatakan situasi menjadi usia lanjut secara
normal adalah merupakan suatu pemisahan (pengunduran) diri dan
orang lain dalam sistem sosial.
c. Teori Kegiatan, mengemukakan moril tinggi pada para usia ianjut
dapat dipertahankan apabila mereka ikut aktif dalam kegiatan sehari-
hari
26
d. Konsep pengembangan, menyatakan bahwa proses menjadi tua adalah
merupakan tahap pengembangan yang normal dan memiliki ciri-ciri
tersendiri sebagaimana tahap perkembangan sebelumnya.
2. Batas-Batas Lanjut Usia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia.
Usia lanjut meliputi :
a. Usia pertengah (Middle Age) ialah kelompok usia antara 45 s/d 59
tahun.
b. Lanjut usia (elderly) ialah antara 60 s/d 74 tahun
c. Lanjut usia tua (Old) ialah antara 75 s/d 90 tahun
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah diatas 90 tahun
3. Perubahan - perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia.
a. Perubahan Fisik
Perobahan Fisik seperti rambut memutih, kulit
berkerut,penglihatan dan pendengaran berkurang,tulang mudah patah,
persendian menjadi kaku dan kurang jelas, kemampuan berpikir
menurun, kekuatan jantung dan paru berkurang, sering buang air besar,
cepat lelah dan sebagamya atau secara umumnya seluruh sistem organ
tubuh fungsinya menurun.
b. Perubahan Mental
Akibat Manifestasi kemunduran kerja otak dan susunan
persyarafan orang tua sering mengeluh pelupa, tetapi mereka senang
menceritakan apa-apa pengalamannya berulang. Hal ini sering
27
dijumpai adalah disorientasi Perobahan waktu, tempat, dan seseorang.
Bila perobahan fungsi mental belum mengalami kelainan patologik
maka belum dikatkan dimensia. Untuk itu besar sekali peran keluarga
dan pengasuh atau perawat menerima usia lanjut.
c. Perubahan Sosial.
Perobahan sosial terutama bagi mereka memasuki usia pensiun
yang dianggap sudah terputus dengan dunia pekerjaannya sehingga
setatus sosial mereka berkurang, tingkat penghasilan rendah, dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Bagi mereka yang kurang siap
menerima kenyataan ini mengalami kegoncangan yang berakibat
kurang senang berhubungan dengan tetangga, teman sebaya dan
senang menyendin serta hubungan sosial terputus.
Menurut Buku Pedoman Pembinaan Usia Lanjut bagi petugas
puskesmas dinyatakan permasalahan yang khusus yang terjadi pada
Lanjut usia
1) Proses ketuaan yang terjadi secara alami dengan Konsekwensi
timbulnya masalah mental fisik dan sosial.
2) Perobahan Sisialisasi karena Produktifitas yang mulai menurun,
berkurangnya kesibukan sosial dan integrasi dengan lingkungan.
3) Produktifitas yang menurun dengan keterampilan menurun,
namun kebutuhan hidup terus meningkat.
4) Kebutuhan pelayanan kesehatan terutama untuk kelainan
degeneratif yang memerlukan biaya tinggi.
28
5) Perubahan sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan
masyarakat Individualistic
Para lanjut usia kurang mendapatkan perhatian sehingga tersisih
dari kehidupan masyarakat dan menjadi terlantar.
Berbagai upaya pembinaan kesehatan lansia telah dicanangkan
oleh pemerintah untuk kesejahteraan bagi lansia terutama lansia yang
terlantar seperti dengan menyelenggarakan Panti Jompo, sarana
pengobatan gerontik, posyandu lansia yang dilaksanakan setiap bulan
dan sebagainya.yang semuanya itu adalah untuk kesejahteraan bagi
lansia menghadapi usia lanjut yang bahagia.
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pendekatan sistem variabel independen dan variabel dependen. Yaitu ingin
melihat hubungan variabel independen (konsumsi garam) dengan variabel
dependen (kejadian hipertensi). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka
konsep dibawah ini:
Variable Independen Variable Dependen
29
Konsumsi Garam
Kejadian Hipertensi
E. Defenisi Operasional
Variabel Pengertian Alat UkurCara ukur
Skala ukur
Hasil Ukur
Konsumsi garam
Kebiasaan lansia
dalam
mengkonsumsi
garam pada
makanan sehari-
hari
Indra perasa Tes rasa Ordinal Normal
= rasa masakan
tidak asin
Tidak normal
= rasa masakan
asin
Kejadian hipertensi
tekanan darah yang
berada di atas 100 -
110 mm Hg
dinyatakan sebagai
hipertensi
Tensimeter Observasi Nominal Hipertensi
Tekanan darah >
100 - 110 mm Hg
mmHg
Tidak hipertensi
Tekanan darah <
100 - 110 mm Hg
F. Hipotesis Penelitian
Ha diterima, artinya ada hubungan yang bermakna antara variabel
independent dengan dependen.
H0 ditolak, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel
independent dengan dependen (Gulo, 2003.78)
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang dipakai adalah survey analitik. Survey ini
adalah suatu survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan
mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Didalam penelitian survey analitk ini
pendekatan yang dipakai adalah cross sectional. Cross sectional adalah suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko
dengan efek. (Notoadmodjo,2005 : 145).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat melakukan penelitian di Korong Pasar Usang Wilayah Kerja
Puskesmas Pasar Usang Kabupaten Padang Pariaman dan waktu penelitian
direncanakan pada bulan Maret s/d Mei 2011
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek dari penelitian (Arikunto,
1993:102) sesuai dengan judul penelitian. Maka yang menjadi populasi
adalah seluruh lansia yang ada di Korong Pasar Usang yang berjumlah 289
orang.
31
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti
(Arikunto,1993:102). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah secara random sampling. Sesuai dengan teori dari Notoatmodjo
(2003) bahwa apabila populasi dalam penelitian lebih dari 100 maka
sebaiknya sampel diambil sebanyak 20-30%. Dalam penelitian ini penulis
tetapkan sebanyak 30% sampel
20 x 289 = 57,8 = 58100
Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 58 orang. Dengan
kriteria sampel sebagai berikut:
a. Lansia yang berusia 65 tahun ke atas yang ada di Korong Pasar Usang
b. Bersedia menjadi responden
D. Teknik Pengumpulan Data.
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara menanyakan
langsung kepada objek yang diteliti (responden). Dalam penelitian ini
pengambilan data dengan cara mendatangi sampel secara door to door,
untuk mengetahui bagaimanan konsumsi garam pada responden, penulis
minta izin pada responden untuk mencicipi masakan yang ada di
rumahnya, penulis juga mewawancarai beberapa orang dari responden
sebagai tambahan data dalam penelitian ini. Untuk mendapatkan data
tentang kejadian hipertensi, penulis mengukur tensi ibu.
32
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara tidak
meminta secara langsung kepada objek yang diteliti. Dalam penelitian ini
data sekunder diperoleh dari Puskesmas Pasar Usang.
E. Teknik Pengolahan data.
Teknik pengolahan data dilakukan seecara manual dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Editing, (Pemeriksaan data).
Setelah quisioner diisi dan dikembalikan oleh responden pada peneliti,
maka semua pertanyaan diperiksa kembali apakah semua pertanyaan
sudah di jawab.
2. Coding,
Setelah dipastikan kelengkapan data lalu dilakukan pemberian kode untuk
masing-masing data yang termasuk kategori yang sama.
3. Tabulasi,
Setelah semua data terkumpul dengan baik, data tersebut di Fres dan
diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok menurut subvariasi
penelitian..
33
F. Teknik Analisa Data.
a. Univariat
1. Konsumsi Garam
Hasil yang penilaian terhadap konsumsi garam pada responden
penulis lakukan dengan cara mencicipi langsung masakan responden,
responden dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu
Normal = apabila rasa masakah tidak asin
Tidak normal = apabila rasa masakan terasa asin
2. Hipertensi
Hasil yang penilaian terhadap kejadian hipertensi, penulis
lakukan dengan cara mengukur tekanan darah responden, responden
dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu
hipertensi = apabila tekanan darah > 100 - 110 mm Hg
tidak hipertensi = apabila Tekanan darah < 100 - 110 mm Hg
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah untuk mencari ada atau tidaknya hubungan
variable independen dengan variable dependent. Pada analisis ini
digunakan uji ehi Square (x²) dengan derajat kepereayaan.α 0,05,dk 1 =
3,841. Hubungan dikatakan bermakna apabila x² hitung > x² tabel,
digunakan rumus :
34
Σ (0 – E)²x² =
E
Keterangan :
keterangan rumus :
x² = chi square yang dicari
Σ = jumlah total
0 = frekuensi observasi
E = frekuensi harapan
(Sumber Arikunto s, 2002)
Untuk mendapatkan hasil kemaknaan perhitungan sebagai berikut :
a. P value < 0,05, maka Ha diterima dan terdapat hubungan konsumsi
garam dengan kejadian hipertensi pada lansia di Korong Pasar Usang
wilayah kerja Puskesmas Pasar Usang Kabupaten Padang Pariaman.
b. P value > 0,05, maka Ho diterima dan tidak terdapat hubungan
konsumsi garam dengan kejadian hipertensi pada lansia di Korong
Pasar Usang wilayah kerja Puskesmas Pasar Usang Kabupaten Padang
Pariaman.
35
HUBUNGAN KONSUMSI GARAM DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI KORONG PASAR USANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASAR USANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN
Proposal Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
OLEH:
RITA RAHAYUNIM : 2008477
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH
KABUPATEN PADANG PARIAMAN
2011
36
LEMBAR KONSULTASI
Nama : Rita Rahayu NIM : 2008477Judul : hubungan konsumsi garam dengan kejadian hipertensi pada
lansia di Korong Pasar Usang wilayah kerja Puskesmas Pasar Usang Kabupaten Padang Pariaman
Nama Pembimbing : Sandra Dewi, AMK, S.Pd, M.Kes
No Hari/tanggal Bagian yang direvisi Paraf pembimbing
37
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan konsumsi garam
dengan kejadian hipertensi pada lansia di Korong Pasar Usang wilayah kerja
Puskesmas Pasar Usang Kabupaten Padang Pariaman”, akan diujikan di depan
Dewan Penguji pada tanggal … .. April 2011.
Pembimbing :
Sandra Dewi, AMK, S.Pd, M.Kes NIP. 19670115 198812 2 001
Mengetahui Direktur AkperPememerintah Kabupaten Padang Pariaman
Nilma Sari, A.Kep.A, M.Kes NIP. 140 318 479
38i
PENGESAHAN PENGUJI
Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : ”Hubungan konsumsi garam
dengan kejadian hipertensi pada lansia di Korong Pasar Usang wilayah kerja
Puskesmas Pasar Usang Kabupaten Padang Pariaman, akan diujikan di depan
Dewan Penguji pada tanggal 4 April 2011
Penguji I Ns. Lili Fajria, S.Kep, M. Biomed
Penguji II Ns. Maidawilis, S.Kep, M. Biomed
Penguji III Sandra Dewi, AMK, S.Pd, M.Kes
Mengetahui Direktur Akademi Keperawatan Pemerintah Kab. Padang Pariaman
Nilma Sari, A.Kep. A, M.Kes NIP. 197206141995032 001
39ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini dengan judul “Hubungan konsumsi garam dengan kejadian
hipertensi pada lansia di Korong Pasar Usang wilayah kerja Puskesmas Pasar
Usang Kabupaten Padang Pariaman”
Karya tulis ilmiah ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Pemerintah Daerah
Kabupaten Padang Pariaman. Dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini
penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Nilma Sari, A.Kep. A, M.Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman
2. Ibu Sandra Dewi, AMK, S.Pd. M. Kes selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan
petunnjuk yang amat berharga selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Dosen-dosen yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan dalam
penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.
4. Teristimewa kepada Ibu dan Ayah serta keluarga yang telah memberikan
perhatian, kasih sayang, dukungan dan doa. Tiada kata yang dapat ananda
rangkaikan, semoga Allah SWT memberikan Rahmat, hidayah, dan
lindunganNya.
40
5. Rekan-rekan angkatan yang ke-IX tahun 2008 Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman yang telah ikut berpartisipasi
dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
Semoga semua bimbingan, bantuan dan amal kebaikan yang telah diberikan
mendapat imbalan rahmat dan karunia dari Allah SWT.
Penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesmpurnaan baik dari penulisan maupun isi karena dari keterbatasan ilmu,
kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis dengan
senang hati menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata penulis berharap karya tulis ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri.
Pariaman, April 2011
Penulis
41
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Calon Responden
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tanda tangan dibawa ini:
Nama : Rita Rahayu
Nim : 2008477
Pendidikan : Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah Daerah
Kabupaten Padang Pariaman
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan konsumsi garam
dengan kejadian hipertensi pada lansia di Korong Pasar Usang wilayah kerja
Puskesmas Pasar Usang Kabupaten Padang Pariaman”. Penelitian ini tidak akan
menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara sebagai responden, kerahasian
imformasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk penelitian.
Apabila saudara menyetujui menjadi responden dan menjawab pertanyaan
dan pernyataan yang peneliti ajukan saya ucapkan terima kasih.
Pariaman, April 2011
Penulis
42
FORMAT PERSETUJUAN
(Informed Consent)
Setelah membaca penjelasan yang dijelaskan oleh peneliti, saya bersedia
ikut berpatisipasi sebagai responden penelitian yang berjudul “Hubungan
konsumsi garam dengan kejadian hipertensi pada lansia di Korong Pasar Usang
wilayah kerja Puskesmas Pasar Usang Kabupaten Padang Pariaman”
Yang dilakukan oleh:
Nama : Rita Rahayu
Nim : 2008477
Pendidikan : Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten
Padang Pariaman
Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap
saya dan keluarga. Penelitian ini akan menjadi masukan bagi peningkatan
pelayanan keperawatan dan akan dirahasiakan keberadaannya sehingga jawaban
yang saya berikan adalah yang sebenarnya.
Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya dan setiap pertanyaan
yang saya ajukan berkaitan dengan penelitian ini dan mendapat jawaban yang
memuaskan, dengan ini saya sukarela berperan serta dalam penelitian ini.
Pariaman, …………….2010
(Responden)
43
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian................................................................................... 7
E. Ruang lingkup penelitian ....................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 9
A. Garam...................................................................................................... 9
B. Hipertensi................................................................................................ 10
C. Lansia ..................................................................................................... 23
D. Kerangka Konsep.................................................................................... 28
E. Defenisi Operasional............................................................................... 28
F. Hipotesis.................................................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 30
A. Desain Penelitian.................................................................................. 30
B. Tempat dan waktu penelitian................................................................ 30
44
C. Populasi dan Sampel............................................................................. 30
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 31
E. Teknik Pengolahan Data....................................................................... 32
F. Teknik Analisa Data ............................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
45
DAFTAR PUSTAKA
Asep Pajario, 2002. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lansia. Jakarta : EGC
Bustan, 2000 Diet Pencegah Hipertensi
Depkes RI, 2005. Profil Kesehatan Indonesia Sehat 2010
Depkes RI, 2011. Profil Indonesia Sehat. Jakarta, PT Rineka Cipta
Depkes Sumbar, 2010. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Halim, 2003. Diet Sehat untuk Penderita Hipertesni. Jakarta, PT Rineka Cipta
Martono, 2004. Penuntun Diet edisi baru. Jakarta Gramedia
Notoatmodjo, Metedologi Penelitian. Jakarta, PT Rineka Cipta
Nugroho, 2008. Panduan Kesehatan untuk Lansia. Jakarta Gramedia
Smeltzer & Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.2. Jakarta : EGC
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian. Jakarta, PT Rineka Cipta
Sadoso Sumosardjuno, 2008, Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga 3. Jakarta. Gramedia
Susalit, 2002. Hipertensi Pada Lansia. Bandung. PT Citra Aditya
Susanto, 2010. Hindari Hipertensi, Konsumsi Garam 1 Sendok per Hari. Jakarta Gramedia
Sustrani, 2004. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Jakarta. Raja Grasindo Pers
Tambayong, 2002. Penyakit di Usia Lanjut. Renata. Jakarta: EGC
Waluyo, 2004. Antisipasi Hipertensi pada Lansia. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Wardoyo, 2006. Kesehatan Lansia dan Masalahnya. Jakarta. Citra Parsindo
46
LEMBAR CHECKLIST
NO Nama LansiaRasa masakan
Tekanan darahAsin Normal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
47
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
48
49