58 hasil penelitian dan pembahasan -...

63
58 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini berlangsung selama tiga siklus. Pada setiap siklus, penulis melaksanakan beberapa tahap penelitian yaitu membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilaksanakan, menyiapkan materi serta media pembelajaran yang akan digunakan, lalu melaksanakan penelitian. Pada saat penelitian berlangsung, penulis melakukan observasi terhadap aktivitas siswa untuk melihat respon siswa ketika mengikuti pembelajaran. Selain observasi aktivitas siswa, dilakukan juga observasi aktivitas guru untuk melihat kemampuan guru saat pembelajaran berlangsung. Selain observasi, dalam penelitian ini juga dilaksanakan analisis karangan siswa. Karangan siswa dihasilkan pada setiap akhir pembelajaran untuk melihat kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam karangan diperbaiki pada siklus selanjutnya. Setiap akhir siklus penelitian penulis melakukan refleksi terhadap hal-hal yang telah dilaksanakan untuk melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya sehingga diperoleh hasil yang maksimal pada pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan teknik fastwriting.

Upload: doque

Post on 02-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

58

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama tiga siklus. Pada setiap siklus, penulis

melaksanakan beberapa tahap penelitian yaitu membuat rencana pembelajaran

berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilaksanakan, menyiapkan materi

serta media pembelajaran yang akan digunakan, lalu melaksanakan penelitian.

Pada saat penelitian berlangsung, penulis melakukan observasi terhadap

aktivitas siswa untuk melihat respon siswa ketika mengikuti pembelajaran. Selain

observasi aktivitas siswa, dilakukan juga observasi aktivitas guru untuk melihat

kemampuan guru saat pembelajaran berlangsung.

Selain observasi, dalam penelitian ini juga dilaksanakan analisis karangan

siswa. Karangan siswa dihasilkan pada setiap akhir pembelajaran untuk melihat

kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Kekurangan-kekurangan

yang terdapat dalam karangan diperbaiki pada siklus selanjutnya.

Setiap akhir siklus penelitian penulis melakukan refleksi terhadap hal-hal

yang telah dilaksanakan untuk melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya

sehingga diperoleh hasil yang maksimal pada pembelajaran menulis karangan

deskripsi dengan teknik fastwriting.

59

4.2 Siklus 1

Penelitian siklus pertama dibagi ke dalam beberapa tahap penelitian yaitu

perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian, observasi, analisis karangan, serta

refleksi. Analisis karangan, observasi, serta refleksi dilaksanakan untuk

memperbaiki penelitian siklus selanjutnya.

4.2.1 Perencanaan Tindakan

Sebelum melaksanakan penelitian, penulis membuat perencanaan-

perencanaan yang bertujuan supaya penelitian berjalan dengan lancar. Langkah

pertama yang penulis lakukan dalam tahap perencaan adalah observasi awal.

Observasi awal dilakukan untuk melihat pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia yang dilaksanakan di SMA Negeri 11 Bandung, khususnya dalam

kompetensi menulis. Observasi awal dilaksanakan dengan dua cara yaitu

melakukan wawancara non formal dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia serta melihat pembelajaran Bahasa Inodesia di kelas X-6. Dari hasil

wawancara dengan guru mata pelajaran dan melihat pembelajaran menulis,

diperoleh informasi bahwa siswa kurang tertarik dalam pembelajaran menulis. Hal

ini terlihat dari motivasi siswa di kelas yang masih kurang serta hasil karangan

yang dibuat oleh siswa masih kurang bagus. Penyababnya antara lain karena

kebanyakan pembelajaran menulis dilakukan dengan menoton sehingga siswa

merasa bosan. Selain itu, siswa selalu memiliki kesulitan dalam mengungkapkan

gagasan-gagasan yang ada dalam dirinya.

60

Setelah mengetahui permasalahan yang ada, penulis mulai mencari teknik

atau metode apa yang cocok untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

menulis karangan, khususnya karangan deskripsi. Akhirnya penulis memilih

teknik fastwriting sebagai teknik yang akan digunakan dalam penelitian.

Selanjutnya, penulis memilih rekan sejawat untuk bersama-sama membuat

skenario pembeljaran serta melakukan penelitian di kelas.

Penelitian siklus pertama direncanakan ke dalam dua pertemuan, hal ini

dibuat dengan tujuan supaya siswa memahami betul karangan deskripsi serta hal-

hal yang dibutuhkan dalam proses menulis selain itu dalam dua pertemuan

tersebut diharapkan siswa memiliki waktu yang cukup untuk menulis. Pertemua

pertama direncanakan untuk pemberian materi dasar mengenai menulis serta

mengkaji karangan deskripsi beserta ciri-cirinya lalu siswa mulai menulis tahap

awal. Pertemuan kedua dirancang untuk mengoreksi karangan yang telah dibuat

pada tahap pertama serta siswa diberi kesempatan untuk menulis ulang tulisannya

dengan mengembangkan gagasan-gagasan baru.

Setelah membuat skenario pembelajaran, penulis dibantu rekan sejawat

membuat media serta membuat contoh-contoh karangan deskripsi yang akan

dikaji oleh siswa. Setelah membuat perencanaan-perencanaan tersebut, penulis

memulai penelitian siklus pertama.

4.2.2 Pelaksanaan Tindakan

Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2009 dan dilanjutkan

pada tanggal 15 Mei 2009 yang diikuti oleh 35 siswa. Kegiatan ini diawali

61

sebagaimana pembeljaran biasanya, seperti melaksanakan doa bersama dan

mengulang pelajaran sebelumnya. Setelah itu penulis melaksanakan kegiata yang

sudah direncanakan dalam RPP.

Pertama, penulis menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran

menulis karanngan supaya siswa tahu apa yang akan dipelajarinya serta siswa

memiliki motivasi dalam menulis.

Kedua, penulis melakukan apersepsi mengenai karangan deskripsi. Ada

beberapa siswa yang mengetahui garis besar karangan deskripsi yaitu karangan

yang menggambarkan sesuatu tetapi siswa belum mampu menjelaskan karangan

deskripsi dengan lebih detail. Pada tahap ini, siswa berlomba-lomba menjawab

pertanyaan yang diajukan, ini merupakan sebuah gambaran siswa mulai

termotivasi dan mengikuti jalannya pembelajaran walaupun ada beberapa siswa

yang tampaknya belum tahu mengenai deskripsi karena tidak menjawab sama

sekali, ketika diberikan pertanyaan pun belum bisa menjawab.

Ketiga, guru menjelaskan mengenai karangan deskripsi. Guru juga

menjelaskan sekilas mengenai teknik fastwriting. Penjelasan mengenai teknik

fastwriting ini bermanfaat bagi siswa apabila sewaktu-waktu siswa dituntut untuk

melakukan kegiatan menulis yang dilakukan di luar pembelajaran di kelas. Pada

tahap ini, ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan, lebih memilih

pekerjaan lain seperti mengobrol atau mencorat-coret buku tulis, tetapi lebih

banyak siswa mendengarkan penjelasan guru.

Keempat, guru membagikan beberapa contoh karangan deskripsi kepada

siswa. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi ciri-ciri karangan deskripsi dan

62

supaya siswa mengetaui karangan deskripsi dengan lebih konkret. Pada bagian ini,

siswa terlihat fokus membaca karangan yang diberikan oleh guru dan mulai

berdiskusi dengan temannya mengenai ciri-ciri karangan deskripsi yang sedang

dikaji. Pada tahap ini, kelas mulai ribut dengan diskusi siswa. Diskusi dilakukan

dengan teman sebangku. Siswa sengaja tidak beri tugas untuk mengidentifikasi

karangan deskripsi secara individu dupaya siswa memperoleh pengetahuan lain

dari temannya. Stelah diberi waktu sekitar 10 ment untuk mengidentifikasi, guru

mulai memberikan pertanyaan kepada beberapa siswa dan siswa mulai menjawab

dan menebak-nebak ciri-ciri karangan deskripsi. Guru menuliskan ciri-ciri

karangan deskripsi yang disebutkan oleh siswa di papan tulis lalu akhirnya

membahas dan menyimpulkan ciri-ciri karangan deskripsi yang sebenarnya.

Kelima, salah seorang siswa diminta untuk menyiapkan timer supaya

seluruh siswa mengetahui kapan memulai menulis dan kapan kegiatan menulis

berakhir. Ini merupakan kegiatan menulis tahap awal, siswa diberi kesempatan

untuk menuliskan seluruh gagasan yang ada dalam pikirannya tanpa diberi beban

untuk mengoreksi mengenai tanda baca, ejaan, serta gagasan. Siswa

diperbolehkan menuliskan gagasan yang tidak sesuai dengan tema yang diusung

apabila siswa sudah kehilangan ide, pada tahap ini, selama 20 menit siswa

dituntuk untuk teru menerus menulis. Awalnya, siswa tidak mau ketika diberi

penjelasan tulisannya boleh keluar dari tema karena siswa menganggap tulisannya

akan acak-acakan dan tidak bagus serta tidak dapat dibaca oleh orang lain karena

tidak nyambung, tetapi justru hal ini merupakan inti dari teknik fastwriting. Guru

menjelaskan bahwa untuk penulis pemula, menulis tidak bisa langsung jadi,

63

apalagi jika siswa jarang menulis. Guru juga menjelaskan akan ada proses

selanjutnya untuk memperbaiki tulisan. Tahap ini siswa serius menulis tapi siswa

mengeluhkan waktu yang digunakan untuk menulis terlalu lama padahal tulisan

yang dibuat sudah cukup panjang. Hal ini membuat siswa cukup pegal karena

harus terus-terusan menulis.

Setelah melakukan kegiatan menulis selama dua puluh menit, siswa

membaca kembali tulisan yang telah dibuatnya lalu selama 10 menit beikutnya,

siswa diberi kesempatan untuk memilah-milah gagasan mana saja yang akan

digunakan untuk mengembangkan tulisannya dan gagasan mana saja yang akan

dibuang atau tidak akan digunakan dalam tulisannya. Pada tahap sebelumnya,

siswa memang diberi kesempatan untuk menulis diluar tema apabila sudah

kehilangan ide, maka sangat besar kemungkinan keberadaan gagasan yang tidak

sesuai dalam tulisannya.

Karena waktu tidak mencukupi, maka pembelajaran menulis karangan

deskripsi dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya. Guru melakukan refleksi hal-

hal apa saja yang telah dilakukan dan memberi kesempatan bagi siswa untuk

bertanya tetapi tidak ada satu pun siswa yang mengajukan pertanyaan sehingga

guru langsung menyampaikan materi yang akan disampaikan pada pertemuan

selanjutnya lalu guru menutup pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam.

Pada pertemua selanjutnya, guru mengulang materi mengenai karangan

deskripsi tetapi hanya sekilas saja dan melakukan tanya jawab dengan siswa. Ada

beberapa orang yang menyampaikan pertanyaan seperti mengenai langkah

menulis yang baik. Guru juga memberi pertanyaan mengenai hambatan atau

64

kesulitan yang dialami oleh siswa ketika melakukan proses menulis. Rata-rata

siswa mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide atau gagasan menjadi

sebuah tulisan, kesulitan dalam mengembangkan tulisan.

Setelah pada pertemuan sebelumnya, siswa mengoreksi karangannya

sendiri, pada tahap ini, siswa menukar tulisannya dengan teman sebangku untuk

dikoreksi ulang, teman sebangku memberikan pendapat, masukan, serta kritik

kepada temannya mengenai gagasan mana yang sebaiknya dipakai dan gagasan

mana yang sebaiknya tidak dipakai. Ternyata, tahap ini merupakan tahap yang

menarik bagi siswa karena siswa berkesempatan untuk membaca tulisan temannya

dan memberikan masukan. Terlihat siswa cukup berkonsentrasi dalam tahap ini,

walaupun ada beberapa siswa yang mengganggu teman dan memaksa ingin

membaca tulisan teman yang tidak dikoreksinya. Koreksi tulisan ditulis dibawah

karangan yang telah dibuat oleh siswa.

Setelah melakukan koreksi oleh diri sendiri dan oleh teman sebangku,

siswa mulai mengembangkan gagasan-gagasan yang telah dipilih baik oleh diri

sendiri maupun gagasan yang direkomendasikan oleh teman. Pada tahap ini, siswa

serius menulis, tidak ada yang mengganggu teman. Guru dalam hal ini,

menekankan pada siswa untuk memperbaiki ejaan, tanda baca, serta gagasan yang

dikembangkan harus benar-benar sesuai dengan tema yang diusung.

Setelah selesai mengembangkan gagasannya menjadi tulisan, siswa

mengumpulkan karangannya untuk diberi penilaian. Setelah itu, guru dan siswa

melakukan refleksi hal-hal apa saja yang telah dilakukan. Pembelajaran ditutup

dengan doa dan mengucapkan salam.

65

Penelitian pada siklus pertama berakhir sampai pada tahap tersebut, hal-hal

yang masih kurang akan diperbaiki pada siklus selanjutnya dengan

mempertimbangkan hasil karangan siswa serta masukan-masukan dari teman

sejawat yang telah bersama-sama melakukakn penelitian siklus pertama.

4.2.3 Observasi

Pada siklus pertama, dilakukan observasi oleh penulis yang juga berperan

sebagai guru dalam penelitian ini. Selain itu, observasi juga dilakukan oleh

teman sejawat untuk melihat pembelajaran yang dilaksanakan yang didalamnya

termasuk melihat kegiatan yang dilakukan oleh guru serta siswa. Teman sejawat

yang menjadi observer dalam penelitian ini berjumlah dua orang yaitu Anggun

Anggraeni dan Ratih Ekawati. Keduanya merupakan mahasiswa jurusan Bahasa

dan Sastra Indonesia. Guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA

Negeri 11 Bandung tidak terlibat dalam penelitian siklus pertama karena

berhalangan. Observasi ini akan membantu penulis untuk membuat skenario

pembelajaran dan pelaksanaan penelitian siklus selanjutnya.

Berdasarkan hasil observasi, dapat dilihat bahwa guru masih kurang

mampu memberikan motivasi kepada siswa karena guru masih terlihat canggung,

selain itu guru juga masih kurang dalam penyampaian materi pembelajaran,

sedangkan implementasi langkah-langkah pembelajaran serta evaluasi yang

dilakukan sudah cukup baik.

Apabila melihat keadaan siswa dalam pembelajaran siklus pertama, siswa

masih kurang dalam memberikan pertanyaan atau pendapat tetapi siswa sudah

66

cukup baik dalam menjawab ketika guru memberikan pertanyaan yang

berhubungan dengan karangan deskripsi. Hal ini berhubungan dengan

kemampuan guru dalam menyampaikan materi ajar, hanya terdapat dua atau tiga

siswa saja yang memberikan pertanyaan. Akan tetapi, dalam hal lainnya siswa

sudah bersikap cukup baik misalnya saat siswa mendengarkan penjelasan guru

dan pada saat proses menulis berlangsung, siswa juga mengerjakan tugas yang

diberikan guru dengan serius walaupun tidak seratus persen. Selain itu seluruh

siswa juga mengikuti pembelajaran sampai akhir baik pada pertemua pertama

maupun pertemuan kedua.

4.2.4 Catatan Lapangan

Catatan lapangan yang disampaikan oleh kedua observer adalah guru

belum mampu mengondisikan kelas dengan baik sehingga masih banyak siswa

yang tidak fokus terhadap pembelajaran. Keadaan kelas sangat mempengaruhi

hasil yang dicapai oleh siswa. Oleh karena itu, dalam siklus selanjutnya guru

harus lebih mampu mengkondisikan kelas. Selain itu, materi yang disampaikan

sangat sedikit. Ini akan mempengaruhi pengetahuan siswa mengenai karangan

deskripsi. Siswa hanya mengenal karangan deskripsi sepintas. Teknik

pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran karangan deskripsi siklus

pertama tidak dijelaskan kepada siswa sehingga teknik yang digunakan menjadi

bias.

67

4.2.5 Analisis Karangan

Pada penelitian ini, penulis melakukan analisis karangan pada beberapa

kategori tulisan yang dihasilkan oleh siswa. Analisis karangan ini membantu

penulis melihat kekurangan dari tulisan siswa sehingga pada siklus selanjutnya

penulis membahas kesalahan yang banyak terjadi.

Pembahasan kesalahan ini membantu siswa dalam memperbaiki

karangannya. Pada siklus pertama, penulis akan menganalisis tiga kategori

karangan siswa yaitu kategori baik, cukup, kurang. Belum ada siswa yang

memperoleh nilai sangat baik dan tidak ada siswa yang memperoleh nilai buruk

sekali.

1) Karangan Kategori Baik

Nama : Gita Madya Ratnasari

No Absen : 18

Judul : Pesona Dirinya

Seorang gadis, dengan tinggi yang cukup sedang disesuaikan dengan berat badannya menjadikan dirinya seolah bertubuh imut nan anggunnya. Rambutnya yang hitam gemerlap, lurus terurai sebahu, dengan tak bergaya aneh-aneh mahkota yang tersimpan dalam benak dikepalanya itu menjadikan serta menampilkan dirinya sedikit mungil-mungil menggemaskan . kulitnya yang halus dengan warna tak terlalu putih. Merona sedikit kuning, serta sawo matang. Kulitnya yang selalu terlihar dijaganya, sehat, indah, membuat orang-orang tersipuh diri. Pakaian dengan stylenya merebah dalam pesona indah dirinya. Dengan disiram sepatunya yang berpolet orange menjadikan soso dirinya dalam kebisuan. Bola mata yang hitam terpancar dalam elok hari-harinya, dilengkapi alis mata yang hitam dan bulu mata yang tak terlalu lebat. Hidungnya yang esuai dengan raut wajahnya ditambah dengan bibir mungil yang sedikit merah. Ayunan suara yang keluar dari mulutnya menambah deru hati orang-orang dengan detakan suara yang lemah-lembut dalam hari-harinya.

68

Sifatnya yang pendiam tanpa penuh basa-basi. Tingkah lakunya yang tak terlalu terlihat memburakral harinya dalam menggoyahkan jagat raya dunia ini. Senyumnya yang tak terlalu lebar membuka pelosok indah jati dirinya terpancar cerah dalam harinya, sosok yang terlihat penuh pendiam, penuh makna, terlihat dalam dirinya yang selalu duduk tersimpuh di pojok belakang kelas, semua pesonanya membuat angan bayangannya tak mudah tersapu dan tak mudah retak bahkan pecah dalam ingatan orang yang melamunkan dirinya. (ditulis kembali sesuai dengan karangan aslinya)

Analisis:

Karangan di atas mendapatkan skor 16. secara terperinci skor ini diperoleh

sebagai berikut.

(1) Diksi

Karangan deskripsi berjudul “pesona dirinya” memiliki diksi yang cukup

menarik, tidak menoton dan menggunakan beberapa konotasi yang menarik.

Misalnya pada kalamat-kalimat berikut.

Ayunan suara yang keluar dari mulutnya menambah deru hati

asa hati orang-orang.

Semua pesonanya membuat angan bayangan tak mudah

tersapu dan tak mudah retak bahkan pecah dalam ingatan

orang yang melamunkan dirinya.

Dari kalimat tersebut dapat diliht bahwa penulis menggunakan kata-kata

yang menarik. Kata retak dan pecah tidak sesuai jika digunakan untuk

menggambarkan ingatan sebab ingatan tidak bisa retak atau pecah tetapi penulis

menggunakan kata-kata tersebut untuk memperindah tulisannya dalam

menggambarkan seseorang.

Dalam bagian diksi, akan dijelaskan pula penggunaan ejaan. Ejaan yang

digunakan sudah cukup baik. Pertama, tidak menggunakan singkatan-singkatan

69

pada kata yang memang tidak seharusnya disingkat. Misalnya, pada kata yang,

penulis tidak menyingkatnya menjadi yg.

Walaupun begitu, ada beberapa kesalahan dalam penggunaan tanda baca

seperti pada kalimat-kalimat berikut.

Ayunan suara yang keluar dari mulutnya menambah deru asa

hati orang-orang dengan detakan suara yang lemah lembut…

Dari kalimat tersebut, dapat dilihat bahwa ada kata yang tidak sesuai.

Seharusnya, setelah kata orang-orang ada titik karena kata selanjutnya yaitu kata

dengan karena walaupun masih berbicara mengenai suara tetapi konteksnya sudah

berbeda.

Pakaian dengan stylenya merebah dalam pesona indah dirinya.

Kata style sebaiknya diganti dengan kata gaya karena style merupakan

sebuah kata dalam bahasa Inggris dan tidak bisa diikuti oleh imbuhan nya.

Dengan di siram sepatunya yang berpolet orange…

Kata di siram seharusnya disatukan penulisannya karena di pada kata

tersebut merupakan kata depan bukan imbuhan.

Dari sudut diksi, karangan ini memperoleh skor 4.

(2) Hasil penginderaan

Hasil penginderaan yang diceritakan dalam karangan deskripsi di atas ada

tiga yaitu indera penglihatan, indera perasaan dan indera pendengaran. Hasil

penginderaan tersebut dapat dilihat dari kalimat-kalimat berikut.

Bola mata yang hitam terpencar dalam elok hari-harinya, dilengkapi alis

mata yang hitam dan bulu mata yang tidak terlalu lebat.

70

Rambutnya yang hitam gemerlap, lurus terurai sebahu, dengan

tak bergaya aneh-aneh.

Kedua kalimat di atas merupakan hasil indera penglihatan karena semua

yang diceritakan merupakan hasil penglihatan penulis terhadap objek yang diteliti

untuk diceritakan.

Ayunan suara yang keluar dari mulutnya merebah deru asa

hati orang-orang dengan detakan suaranya yang lemah lembut

dalam hari-harinya.

Kalimat di atas merupakan hasil indera pendengaran. Penulis mengunakan

indera pendengarannya untuk mendengar bagaimana suara objek yang diteliti,

kemudian dikemukakan dalam bentuk tulisan.

Semua pesonanya membuat angan bayangannya tak mudah

tersapu dan tak mudah retak bahkan pecah dalam ingatan

orang yang melamunkan dirinya.

Kalimat di atas merupakan hasil inder perasaan dilihat dari kata

melamunkan dirinya. Kata tersebut menunjukkan perasaan penulis saat

melamunkan objek yang dideskripsikannya.

Walaupun dalam karangan tersebut hanya terdapat tiga hasil penginderaan

tetapi di dalam karangan tersebut menceritakan watak serta sifat tokoh. Dalam

karangan deskripsi yang menggambarkan orang sebagai objeknya, watak serta

sifat harus ada untuk menambah kesan yang ingin diberikan kepada pembaca.

Sosok yang terlihat pendiam, penuh makna, tersirat dalam

dirinya yang selalu duduk tersimpuh di pojok belakang kelas.

71

Kata pendiam dalam kalimat tersebut menunjukkan sifat tokoh yang

dideskripsikan oleh penulis.

Dari sudut penginderaan, karangan ini mendapatkan skor 4.

(3) Perincian

Karangan berjudul pesona dirinya mengandung sebagian ciri karangan

deskripsi tetapi tidak diuraikan secara terperinci dan teratur. Misalnya, setelah

perincin penginderaan seperti indera penglihatan, pendengaran, dan perasaan,

pendeskripsian berpindah kepada pendeskripsian sifat dan watak lalu pindah lagi

kepada pendeskripsian indera pendengaran.

Dari sudut perincian, karangan ini mendapatkan skor 3.

(4) Urutan

Pengkajian objek kurang logis tetapi masih menggambarkan sifat dan

watak. Pada awalnya, penulis menggambarkan objek secara keseluruhan seperti

bagaimana postur tubuh objek lalu menggambarkan rambut objek, lalu

menggambarkan wajah objek mulai dari pipi, kulit, lalu ke pakaian. Setelah itu

menggambarkana mata objek, alis mata, serta bulu matanya. Setelah itu,

menggambarkan tingkah laku objek lalu menggambarkan suara objek.

Seharusnya, penulis menggambarkan wajah objek secara mendetail mulai dari

rambut, alis mata, bulu mata, mata, pipi, lalu beralih ke bagian wajah yang

lainnya. Setelah itu baru menggambarkan kulit, suara lalu tingkah laku.

Dari sudut urutan, karangan ini mendapatkan skor 3.

(5) pelibatan perasaan pembaca

72

Karangan tersebut cukup mampu melibatkan perasaan pembaca. Setelah

membaca karangan tersebut, pembaca mampu membayangkan objek yang

dideskripsikan. Seorang gadis yang cantik dengan berbagai kelebihan yang

dimiliki dengan watak pendiam yang semakin membuatnya tak mudah dilupakan

oleh orang-orang yang melihatnya.

Dari sudut pelibatab perasaan pembaca, karangan ini mendapat skor 3.

2) Karangan Berkategori Cukup

Nama : Fauzan R. T.

No. Absen : 13

Judul : Tidak ada judul

Dia merupakan seorang yang melakukan perjuangan keras menuju ke sekolah dari Majalaya dengan sepeda motor andalannya yaitu Suzuki SkyWave 125R. setiap hari sekolah sempat-sempatnya dia menjemput saya dirumah untuk berangkat ke sekolah bersama-sama dengan hati riang gembira. Dia bernama Fajar Nur Ilham. Memiliki tubuh yang proporsional yang tidak lumayan enak untuk dilihat. Kulit tubuhnya rada gelap karena mungkin ia termasuk ke dalam kelompok anak masa kecil kurang bahagia. Dia mempunyai mata yang lumayan indah dan mungkin mata itu memiliki daya tarik untuk menarik hati para lelaki! Eh, wanita! Tingkah lakunya di sekolah sangat aneh dan tidak ada gunanya. Gaya bicaranya pun sungguh awut-awutan. Tetapi dia salah satu muriod yang lumayan pintar. Pelajaran yang disukainya adalah olah raga karena dia bisa mendapatkan tubuh yang proporsiional daro olah raga. Oleh karena itu, banyak julukan yang diberikan oleh teman-temannya kelasnya dan Fajar mempunyai julukan kunyuk di sekolahnya.

(ditulis kembali sesuai dengan karangan aslinya)

Analisis:

Karangan ini mendapat skor 13. Secara terperinci skor tersbut diperoleh sebagai

berikut.

73

(1) Diksi

Karangan hasil karya Fauzan ini tidak ada judulnya. Diksi yang digunakan

cukup menarik tetapi kebanyakan tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baku

serta ada beberapa kata dalam bahasa sunda yang digunakan. Penggunaan kata-

kata dalam bahasa sunda tersebut merupakan pengaruh dari bahasa ibu yang

digunakan dalam kehudupan sehari-hari. Hal tersebut dapat dilihat dalam kalimat-

kalimat berikut.

Kulit tubuhnya rada gelap karena mungkin dia termasuk dalam

kelompok anak masa kecil kurang bahagia.

Penggunaan kata rada dalam kalimat tersebut kurang tepat. Rada

merupakan kata serapan dari bahasa sunda. Kata agak lebih tepat digunakan

sebagai pengganti rada. Dalam kalimat tersebut, terdapat dua klausa tetapi antara

klausa yang satu dengan klausa yang lain tidak memiliki koherensi.

Setiap hari sekolah sempat-sempatnya dia menjemput saya

dirumah…

Terdapat kesalahan penulisan pada kata dirumah. Seharusnya penulisan

dirumah dipisahkan karena di pada kata tersbut merupakan kata depan bukan

imbuhan.

Dari sudut diksi karangan ini mendapt skor 3.

(2) Hasil penginderaan

Dalam karangan tersebut, hanya terdapat satu hasil penginderaan yaitu

indera penglihatan. Hal tersebut dapat dilihat dari kalimat berikut.

74

Dia bernama Fazar Nur Ilham. Memiliki tubuh yang

proporsional yang tidak lumayan enak untuk dilihat.

Kulit tubuhnya rada gelap…

Kalimat-kalimat tersebut merupakan hasil penglihatan penulis terhadap

objek yang dideskripsikannya.

Walaupun hanya terdapat satu hasil penginderaan, tetapi penulis tidak lupa

untuk menambahkan watak serta sifat untuk menambah kesan kepada pembaca.

Penggambaran sifat dan watak dapat dilihat dari kalimat berikut.

Tingkah lakunya di sekolah sangat aneh dan tidak ada gunanya.

Tetapi dia salah satu murid yang lumayan pintar.

Kata aneh dan pintar menggambarkan tokoh dari segi sifat dan wataknya.

Dari hasil penginderaan karangan ini mendapat skor 3.

(3) Perincian

Karangan tersebut masih memiliki ciri-ciri karangan deskripsi, terdapat

hasil penginderaan dan penggambaran objek serta penggambaran sifat dan watak

walaupun hanya sedikit. Selebihnya, karangan diisi dengan cerita mengenai

kehidupan tokoh yang dideskrpsikan. Ceerita kehidupan tokoh dari mulai pergi ke

sekolah sampai cerita tokoh dalam menjalani kehidupannya di sekolah. Misalnya

pada kalimat berikut.

setiap hari sekolah sempat-sempatnya dia menjemput saya

dirumah untuk berangkat ke sekolah bersama-sama dengan

hati riang gembira.

75

Oleh karena itu, banyak julukan yang diberikan oleh teman-

temannya kelasnya dan Fajar mempunyai julukan kunyuk di

sekolahnya.

Dari sudut perincian karangan ini mendapat skor 2.

(4) Urutan

Penyajian objek tidak logis, hanya menggambarkan fisik secara garis besar

seperti pada kalimat berikut.

Memiliki tubuh yang proporsional yang tidak lumayan enak

untuk dilihat

watak tokoh digambarkan sedikit saja, hanya satu kata yang mewakili sifat tokoh

yaitu kata aneh dalam kalimat berikut.

Tingkah lakunya di sekolah sangat aneh dan tidak ada gunanya

Dari sudut urutan karangan ini mendapat skor 3.

(5) Melibatkan perasaan pembaca

Karangan yang dihasilkan kurang mampu melibatkan perasaan pembaca.

Kesan yang disampaikan kepada pembaca masih kurang sehingga pembaca belum

mampu membayangkan tokoh yang dideskripsikan itu seperti apa.

Dari sudut pelibatan perasaan pembaca karangan ini mendapat skor 2.

3) Karangan Berkategori Kurang

Nama : Tubagus M. Armandita

No. Absen : 33

Judul : Tidak ada judul

76

Namanya Iqbal Fauzi Akbar, dia anak ketiga dari 8 bersaudara lelaki yang memakai kacamata ini terlihat seperti anak rajin dia mahir berbicara hanya saja terkadang perkataan dan kelakuannya menyayat hati. Perbuatannya yang tidak menentu membuat semua orang merasa aneh kepada dirinya kadang agak baik bahkan juga bisa jahat. Dia setiap hari pergi kesekolah sambil mengantarkan adiknya dengan memakai motor karisma. Motor karisma yang keadaannya baik akan menjadi agak rusak karena temannya ada yang ingin pulang bersamanya bernama Frizam. Walaupun dia agak baik tetapi dia sangat terpaksa mengantarkannya , lelaki yang memiliki rambut tidak karuan dan sepatu baru berjalan dengan sangat gagah, tegak dan muka bercahaya. Siap menghadapi kejamnya dunia.

(ditulis kembali sesuai dengan karangan aslinya)

Analisis:

Karangan ini mendapat skor 9. secara terperinci skor tersebut diperoleh sebagai

berikut.

(1) Diksi

Karangan deskripsi hasil karya Tubagus tidak ada judulnya. Diksi yang

dipilih sudah cukup baik tetapi belum menggambarkan deskripsi. Karangan di atas

lebih bersifat naratif yaitu menceritakan tokoh misalnya diksi pada kalimat-

kalimat berikut.

Dia setiap hari pergi ke sekolah sambil mengantarkan adiknya

dengan memakai motor karisma.

Perbuatannya yang tidak menentu membuat semua orang

merasa aneh kepada dirinya.

Kata mengantarkan dan perbuatannya tidak menunjukkan ciri-ciri

deskripsi. Kata yang digunakan dalam deskripsi lebih dominan kata sifat bukan

77

kata kerja. Walaupun begitu, ada juga kata-kata yang menunjukkan deskripsi

seperti kata baik dan jahat.

Penggunaan ejaan dan tanda baca pada karangan di atas sudah cukup baik,

setap kalimat diakhiri dengan titik dan tidak menyingkat kata-kata yang tidak

seharusnya disingkat.

Dari sudut diksi, karangan ini mendapatkan skor 2.

(2) Hasil penginderaan

Terdapat sebuah hasil penginderaan dalam karangan tersebut yaitu indera

penglihtan. Indera penglihatan bisa dilihat dari kalimat-kalimat berikut.

lelaki yang memakai kacamata ini terlihat seperti anak rajin

diamahir berbicara hanya saja terkadang perkataan dan

kelakuannya menyayat hati.

lelaki yang memiliki rambut tidak karuan dan sepatu baru

berjalan dengan sangat gagah, tegak dan muka bercahaya.

Frasa rambut tidak karuan menunjukkan hasil penglihatan penulis

terhadap tokoh yang dideskripsikan.

Walaupun hanya ada satu hasil penginderaan, tetapi penulis

menggambarkan sifat dan watak tokoh dalam beberapa kalimat seperti berikut.

Perbuatannya yang tidak menentu membuat semua orang

merasa aneh kepada dirinya kadang agak baik bahkan juga

bisa jahat.

78

…lelaki yang memakai kacamata ini terlihat seperti anak rajin

diamahir berbicara hanya saja terkadang perkataan dan

kelakuannya menyayat hati

Kata baik, jahat, dan rajin dalam kalimat-kalimat tersebut menunjukkan

sifat dan watak yang dimiliki oleh tokoh yang dideskripsikan oleh penulis.

Dari sudut penginderaan, karangan ini mendapat skor 1.

(3) Perincian

Tulisan mengandung sedikit ciri karangan deskripsi. Banyak menceritakan

kejadian yang bisa dikategorikan ke dalam karangan narasi seperti pada kalimat

berikut.

Motor karisma yang keadaannya baik akan menjadi agak

rusak karena temannya ada yang ingin pulang bersamanya

bernama Frizam

Dari sudut perincian, karangan ini mendapat skor 2.

(4) Urutan

Penyajian objek tidak logis. Awalnya menceritakan anak yang rajin, baik,

jahat, lalu menceritakan motor pribadinya serta keterpaksaannya mengantarkan

teman. Penulis tidak menggambarkan ciri-ciri fisik tokoh secara detail.

Penceritaan watakpun hanya sedikit dan tidak teratur, ada penceritaan watak di

awal karangan, ada juga di akhir karangan.

Dari sudut urutan karangan ini mendapat skor 2.

(5) pelibatan perasaan pembaca

79

Karangan tidak memberikan kesan tertentu terhadap pembaca. Pembaca

tidak mampu membayangkan bagaimana tokoh yang dideskripsikan. Pembaca

hanya mendapatkan bayangan terhadap kegiatan yang dilakukan tokoh.

Dari sudut pelibatan perasaan pembaca karangan ini mendapat skor 2.

4.2.6 Refleksi

Pada penelitian siklus pertama ini, masih banyak kekurangan yang terjadi.

Hal pertama adalah guru belum mampu mengalokasikan waktu dengan tepat

karena belum tahu kondisi siswa pada saat pembelajaran menulis karangan

deskripsi berlangsung.

Waktu yang dialokasikan untuk menulis dengan cepat pada tahap awal

terlalu lama sehingga masih banyak waktu yang tersedia sedangkan siswa sudah

cukup banyak menulis walaupun tulisan yang dihasilkan tidak seluruhnya

berhubungan dengan tema. Hal ini menjadi perhatian guru, dalam siklus

selanjutnya, alokasi waktu akan lebih banyak digunakan untuk mengembangkan

gagasan yang telah dipilih siswa.

Kedua, guru terlihat tegang saat menjelaskan, hal ini terjadi karena guru

belum terbiasa ada observer di dalam kelas. Ketegangan guru berakibat pada

kondisi siswa. Siswa menjadi kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan dan

pendapat walaupun pada saat guru memberikan pertanyaan siswa sudah cukup

aktif menjawab.

Dilihat dari karangan siswa, masih banyak karangan yang tidak memakai

judul padahal judul merupakan gambaran seluruh karangan. Maka pada siklus

80

selanjtnya guru akan lebih menekankan supaya siswa memberi judul pada

karangannya. Selain itu, guru juga akan menjelaskan menganai pemilihan judul

yang baik.

Selain masalah judul, hal yang perlu diperbaiki dalam karangan siswa

adalah ejaan dan tanda baca. Masih banyak kesalahan dalam penggunaan tanda

baca. Masalah yang terjadi pada ejaan adalah siswa sering menyingkat kata yang

seharusnya tidak disingkat.

Selain masalah-masalah tersebut, hal yang menjadi masalah utama adalah

masih banyak siswa yang tidak bisa membedakan karangan deskripsi dengan

karangan narasi. Hal ini bisa dilihat dari karangan siswa yang lebih menceritakan

tentang seseorang daripada menggambarkan ciri-ciri fisik dan sifatnya.

Untuk melihat dengan lebih jelas hasil karangan siswa, berikut terdapat

tebel yang menggambarkan nilai hasil belajar siswa dalam membuat karangan

deskripsi.

Tabel 4.1

Nilai karangan siswa siklus ke-1

No. Nama Skor Nilai

1. Andriani 14 70 2. Anisa Fathin 11 55 3. Ayu Ashari 12 60 4. Degia Fitra 11 55 5. Devi Nur S. 12 60 6. Fauzan 13 65 7. Frizam D. 12 60 8. Gina Intan 11 55 9. Gita Nadya R. 16 80 10. Gustia S. 14 70 11. Iqbal Fauzi 13 65 12. Kusumaningtyas 12 60

81

13. M. Yusuf 10 50 14. Putri Pratiwi 13 65 15. Ratih H. 1 55 16. Reza Amelia 8 40 17. Sofi Novianti 13 65 18. T.M. Armadita 9 45 19. Ummu Rokhima 12 60 20. Vanny N. 12 60 21. Witan Perjaka 12 60 22. Yulita 11 55

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada siklus pertama tidak ada siswa

yang dapat dikategorikan ke dalam siswa yang mendapat nilai sangat baik. Siswa

yang mendapat nilai baik hanya 7 orang atau 31,8%, siswa yang mendapat nilai

cukup berjumlah dua belas 14 orang atau 63,63%, dan siswa yang memiliki nilai

yang masih kurang berjumlah 1 orang atau 4.5%.

Dari nilai-nilai tersebut, dapat dilihat bahwa masih banyak hal yang harus

diperbaiki dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi tersebut. Perbaikan-

perbaikan tersebut akan dilaksanakan pada siklus kedua.

4.3 Siklus II

Pada siklus kedua, penelitian dilaksanakan Seperti pada siklus pertama,

penelitian siklus kedua mencakup perencanaan penelitian, pelaksanaan penlitian,

observasi, analisis karangan siswa serta refleksi. Hasil penelitian siklus kedua ini

akan menjadi pedoman untuk perbaikan penelitian siklus ketiga.

4.3.1 Perencanaan Tindakan

Seperti pada siklus pertama, sebelum melaksanakan penelitian, penulis

membuat perencanaan-perencanaan untuk mendukung pelaksanaan penelitian.

82

Pada siklus kedua, pelaksanaan penelitian direncanakan hanya ke dalam satu

pertemuan. Hal ini karena materi dasar mengenai karangan deskripsi sudah

dijelaskan secara mendetail pada siklus pertama. Pada siklus kedua, guru hanya

akan mengulas sedikit mengenai karangan deskripsi untuk mengingatkan kembali

siswa pada materi yang sudah diajarkan. Penulis membuat perencanaan

pembelajaran dibantu oleh teman sejawat. Dalam rencana pembelajaran tersebut,

penulis membuat perbaikan-perbaikan berdasarkan hasil pelaksanaan siklus

pertama. Perbaikan tersebut meliputi pemberian materi mengenai tema dan judul

dalam sebuah karangan karena masih banyak siswa yang tidak memberikan judul

dalam karangannya. Selain itu, dalam rencana pembelajaran juga penulis

mengurangi alokasi waktu pada tahap menulis cepat supaya siswa mempunyai

waktu yang lebih banyak dalam mengembangkan gagasan pada tahap menulis

selanjutnya. Selain membuat rencana pembelajaran, penulis juga menyiapkan

kembali contoh-contoh karangan deskripsi supaya siswa lebih banyak mengenal

jenis-jenis karangan deskripsi.

4.3.2 Pelaksanaan Tindakan

Penelitian siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2009.

Pelaksanaan penelitian siklus kedua dimulai seperti pada pembelajaran-

pembelajaran pada umumnya. Guru membuka pelajaran dengan berdoa bersama

lalu mempresensi siswa. Setelah membuka pelajaran, guru mulai melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah

dirumuskan dalam RPP.

83

Pertama, guru menyampaikan materi pembelajaran dan tujuan

pembelajaran. Hal ini sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, tetapi

untuk mengingatkan kembali siswa terhadap materi yang akan diajarkan maka

guru kembali memberitahukan siswa mengenai hal tersebut.

Kedua, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa mengenai

berbagai jenis karangan, karangan deskripsi, ciri dan jenis deskripsi untuk melihat

sejauh mana perkembangan pengetahuan siswa mengenai karangan deskripsi

setelah dilaksanakannya penelitian siklus pertama. Selain itu, hal ini juga

dimaksudkan supaya siswa aktif dalam menyampaikan pendapatnya. Pada tahap

ini, banyak siswa yang memberikan pendapatnya dan guru menampung pendapat-

pendapat yang diberikan oleh siswa setelah itu lalu ditulis di papan tulis.

Ketiga, guru mengulas kembali materi mengenai karangan deskripsi. Hal

ini berhubungan dengan pendapat-pendapat yang disampaikan oleh siswa pada

kegiatan sebelumnya. Pada tahap ini, guru bersama-sama dengan siswa

menyimpulkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan.

Keempat, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau

mengemukakan pendapat. Selain itu, guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menyempaikan hambatan yang dihadapi pada saat menulis karangan

deskripsi. Pada tahap ini, ada siswa yang menyampaikan pendapatnya yaitu

bahwa dalam menulis karangan deskripsi ksulitan utama yang dihadapi adalah

merinci objek yang dilihat menjadi sebuah tulisan. Hal ini berhubungan dengan

sulitnya mengungkapkan gagasan menjadi sebuah tulisan.

84

Kelima, guru menjelaskan materi mengenai tema dan judul dalam sebuah

karangan. Hal ini untuk menekankan kepada siswa bahwa judul merupakan hal

penting dalam sebuah karangan sedangkan karangan-karangan yang dihasilkan

oleh siswa pada siklus pertama banyak yang tidak menggunakan judul. Pada tahap

ini, siswa cukup serius memperhatikan guru walaupun ada beberapa siswa yang

masih mengerjakan pekerjaan yang lainnya. Siswa baru mengetahui bahwa dalam

setiap tulisan yang dibuat, judul harus selalu ada. Biasanya siswa hanya membuat

isi karangan saja tanpa menggunakan judul.

Keenam, siswa kembali diberikan contoh karangan deskripsi. Pada siklus

pertama, siswa diberikan contoh karangan deskripsi yang menggunakan tempat

sebagai objek yang dideskripsikan. Pada siklus kedua, contoh karangan deskripsi

yang diberikan kepada siswa adalah deskripsi orang sesuai dengan karangan

deskripsi yang harus dibuat oleh siswa. Pemberian karangan ini supaya siswa

mengetahu jenis-jenis karangan deskripsi dengan konkret. Pada tahap ini, siswa

serius membaca karangan deskripsi yang diberikan oleh guru.

Ketujuh, guru mnunjuk salah satu siswa untuk kembali menyiapkan timer

yang berguna sebagai tanda untuk memulai dan mengakhiri proses menulis cepat.

Waktu yang digunakan dalam proses menulis cepat siklus kedua ini adalah 15

menit. Hal ini supaya siswa tidak banyak diam dan berpikir dalam kegiatan

menulis. Apabila waktu sedikit dan kertas yang dimiliki oleh siswa harus penuh

maka siswa akan menulis terus-menerus sesuai dengan inti teknik fastwriting

sedangkan apabila waktu terlalu banyak. Siswa akan banyak dian dan santai

dalam proses menulis. Selain itu, pengurangan waktu menulis cepat juga

85

bertujuan supaya siswa memiliki waktu yang lebih panjang dalam memperbaiki

tulisannya.

Setelah timer siap, siswa mulai menulis. Pada tahap ini, seluruh perhatian

siswa tertuju pada kegiatan menulis dan tidak ada siswa yang mengobrol dengan

temannya atau mengerjakan pekerjaan lain.

Kedelapan, setelah menulis dengan cepat siswa kembali membaca

tulisannya dan kembali memilah-milah gagasan mana yang akan digunakan dan

gagasan mana yang tidak akan digunakan dalam karangannya. Lalu siswa

menukar tulisannya dengan teman sebangku. Pada tahap ini, guru menekankan

kepada siswa supaya siswa hanya membaca karangan yang dibuat oleh teman

sebangku saja. Hal ini supaya kelas lebih terkoordinasi dan tidak ribut seperti

dalam siklus pertama. Namun, tidak seluruh siswa menurut pada saran guru, ada

pula beberapa siswa yang tetap ribut dan membaca karangan hasil teman yang

lainnya.

Kesembilan, siswa kembali menulis, mengembangkan gagasan yang telah

dipilihnya berdasarkan karangan yang dihasilkan pada tahap pertama. Pada tahap

ini, siswa kembali serius dalam pekerjaannya.

Setelah selesai pada tahap tersebut, siswa menegdit tulisannya,

memperbaiki kesalahan ejaan dan tanda baca.

Penelitian siklus kedua berakhir sampai pada tahap tersebut. Setelah

selesai mengedit karangannya, siswa mengumpulkannya untuk diberi penilaian.

Guru dan siswa merefleksi hal-hal apa saja yang telah dikerjakan. Guru

memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya. Ada satu orang siswa yang

86

bertanya apakah judul harus selalu ada dalam sebuah tulisan atau karangan? Guru

menjawab harus ada karena judul merupakan gambaran karangan secara

keseluruhan.

Setelah itu guru menutup pelajaran dengan berdoa bersama dan

mengucapkan salam.

4.3.3 Observasi

Seperti pada siklus pertama, pada penelitian siklus kedua juga dilakukan

observasi oleh observer untuk melihat pekembangan kemampuan guru dalam

mengajar serta untuk melihat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran

menulis karangan deskripsi.

Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa dalam penelitian siklus kedua,

guru sudah cukup mampu membuka pelajaran dengan baik. Guru mampu menarik

perhatian siswa dan membuat kaitan antara materi ajar yang tedahulu dengan

materi ajar yang disampaikan kepada siswa. Guru juga sudah jelas dalam

melakukan komunikasi dengan siswa. Penguasaan materi ajar yang disampaikan

juga sudah lebih baik dibandingkan siklus pertama.

Implementasi langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru

sudah cukup sesuai dengan yang tertuang dalam rencana pembelajaran yang telah

disusun. Hal ini terjadi karena guru sudah memiliki persiapan yang baik dan

sudah memiliki pengalaman berdasarkan penelitian siklus pertama.

87

Penggunaan media pembelajaran sudah cukup baik, sesuai dengan materi

yang diajarkan guru. Evaluasi yang dilakukan oleh guru sesuai dengan yang

direncanakan dalam RPP serta menggunakan alokasi waktu yang telah ditetapkan.

Selain observasi aktivitas guru, observer juga melakukan observasi

terhadap aktivitas siswa. Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa respon

yang dberikan siswa terhadap pembelajaran sudah cukup baik, begitupun dalam

hal mengajukan pendapat dan pertanyaan. Siswa juga mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru dan mengikuti pembelajaran sampai selesai.

4.3.4 Catatan Lapangan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada siklus kedua, ada

beberapa catatan lapangan yang harus diperbaiki oleh guru yaitu guru harus

mampu meningkatkan motivasi siswa dalam menulis karangan deskripsi serta

guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan seperti siswa

diajak bercanda supaya siswa tidak merasa bosan dalam melaksanakan

pembelajaran.

4.3.5 Analisis Karangan

pada siklus kedua, penulis menganalisis tiga buah karangan yang

berkategori sangat baik, baik, dan cukup. Pada siklus ini, tidak ada siswa yang

mendapatkan nilai kurang seperti pada siklus pertama.

1) Karangan berkatogori sangat baik

Nama : Devi Nur Silvia

88

No. absen : 08

Judul : Pelita Dalam Gelap

Semua orang beranggapan bahwa gelap itu menyeramkan. Tapi tidak denganku. Aku mempunyai pelita yang selalu menerangiku di dalam kegelapan. Dia adalah ibuku. Ibu adalah orang yang paling berjasa dalam hidupku. Sentuhan halusnya selalu ku rasakan selama 15 tahun ini. Kelembutan hati dan kasih sayangnya bagaikan embun pagi yang suci dan bening. Ibu adalah orang yang ramah dan cerewet, dan kini mungkin menurun padaku. Ibu selalu memarahiku jika aku meakukan kesalahan, tapi dia melakukan itu semua karena dia menyayangiku. Bagiku, dialah sosok R.A. Kartini jaman ini. Tingginya sama seperti tinggi badanku. Kulitnya putih dan manis. Dia wanita tercantik dalam hidupku. Aku ingin orang lain iri karena aku memiliki ibu sepertinya. Rambutnya yang hitam bergelombang dan tahi lalat di pipi kanannya menambah kecantikan dirinya. Dia adalah sosok ibu yang diidamkan oleh setiap orang. Ibu yang bersuara lembut dan selalu menyebut namaku di setiap doanya. Nasihatnya yang sangat berguna untukku. Selalu ku jadikan pedoman dalam melewati halang rintang kehidupan ini. Bola matanya yang coklat dan raut muka yang manis, selalu menyejukkan hatiku di kala aku memandangnya. Suaranya yang merdu bagai suara alam yang sangat indah. Rasa suka dan duka, selalu ia curahkan kepadaku. Dia sangat menyayangiku begitupun aku. Aku tak tahu seberapa besar cintanya padaku, tapi yang aku tahu dia mencintaiku melebihi dia mencintai dirinya sendiri. Dia selalu menyemangatiku dikala aku sedih dan selalu ada di sampingku di saat aku membutuhkan dirinya. Bagiku, dia tak sekadar menjadi seorang ibu yang telah rela mengandungku selama 9 bulan dalam rahimnya, tapi dia adalah sahabat dan malaikat dalam hidupku. Walau dia tak sempurna, tapi dimataku dia adalah orang yang paling sempurna dalam hidupku.

(ditulis kembali sesuai dengan karangan aslinya)

Analisis:

Karangan ini mendapat skor 17. Secara terperinci skor tersebut diperoleh sebagai

berikut.

(1) Diksi

89

Diksi yang digunakan dalam karangan di atas sangat baik, banyak

menggunakan kata-kata yang bagus tetapi ada juga kata yang kurang sesuai dalam

penggambaran objek. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan-kutipan di bawah

ini.

Kelembutan hati dan kasih sayangnya bagaikan embun pagi

yang suci dan bening

Sentuhan halusnya selalu kurasakan selama 15 tahun ini.

Embun pagi pada kalimat pertama merupakan padanan kata yang pas

dalam menggambarkan kelembutan hati seorang ibu. Kata halusnya merupakan

penggambaran hal yang dirasakan penulis terhadap sentuhan yang diberikan oleh

objek.

Suara alam pada kalimat kedua juga merupakan padanan yang pas dalam

menggambarkan suara ibu.

Selain menggunakan kata yang bagus, dalam karangan tersebut juga ada

kata-kata yang kurang sesuai seperti berikut.

…tapi dimataku dia adalah orang yang paling sempurna dalam

hidupku.

Kata hidupku cenderung merupakan pemborosan kata karena di awal

kalimat ada kata mataku. Seharusnya cukup saja menggunakan salah satu dari

kedua kata tersebut.

Dalam karangan tersebut, ejaan yang digunakan sudah cukup baik. Tidak

ada singkatan-singkatan yang tidak perlu. Tanda baca yang digunakan juga sudah

cukup baik.

90

Dari sudut diksi karangan ini mendapat skor 3.

(2) Penginderaan

Ada tiga jenis penginderaan yang digunakan penulis dalam

menggambarkan objeknya yaitu indera penglihatan, pendengaran, serta perasaan.

Ketiga hasil penginderaam tersebut dapat dilihat dari kalimat-kalimat berikut.

Kelembutan hati dan kasih sayangnya bagaikan embun pagi

yang suci dan bening.

Kalimat tersebut menunjukkan perasaan penulis terhadap objek yang

digambarkannya. Embun pagi yang suci dan bening menunjukkan kelembutan

hati dan kasih sayang yang dimiliki oleh objek.

Bola matanya yang coklat dan raut muka yang manis, selalu

menyejukkan hatiku di kala aku memandangnya

Kulitnya putih dan manis. Dia wanita tercantik dalam hidupku

Rambutnya yang hitam bergelombang dan tahi lalat di pipi

kanannya menambah kecantikan dirinya.

Ketiga kalimat tersebut menunjukkan hasil penglihatan penulis terhadap

objek yang digambarkan. Penulis menggambarkan fisik objek dengan detail mulai

dari rambut, mata, pipi, kulit, serta postur badan. Kulitnya putih dan manis,

Rambutnya yang hitam bergelombang, tahi lalat di pipi menunjukkan bahwa

penulis benar-benar menggambarkan objek serta memberikan padanan kata yang

baik dalam penggambarannnya.

Suaranya yang merdu bagai suara alam yang sangat indah.

91

Kalimat di atas menunjukkan bahwa penulis mendengar suara objek yang

begitu merdu. Penulis menggambarkan suara objek dengan cara

menganalogikannya dengan suara alam.

Selain penggambaran fisik, penulis juga menggambarkan sifat-sifat objek.

Hal tersebut dapat dilihat pada kalimat-kalimat berikut.

Ibu adalah orang yang ramah dan cerewet, dan kini mungkin

menurun padaku.

Kata ramah dalam kalimat tersebut menunjukkan sifat objek.

Dari sudut penginderaan karangan ini mendapat skor 4.

(3) perincian

Perincian karangan sudah baik, banyak mengandung ciri karangan

deskripsi seperti penggambaran objek yang detail baik dari segi fisik maupun sifat

dan watak objek seperti pada kalimat berikut.

Bola matanya yang coklat dan raut muka yang manis, selalu

menyejukkan hatiku di kala aku memandangnya.

Suaranya yang merdu bagai suara alam yang sangat indah

Kedua kalimat tersebut merupakan contoh penggambaran objek yang

dilakukan oleh penulis.

Dari sudut perincian karangan ini mendapat skor 4.

(4) Urutan

Urutan penggambaran objek sudah logia mulai dari penggam,baran fisik

seperti rambut, mata, pipi, dan penggambaran fisik lainnya tetapi di sela-sela

penggambaran fisik tersebut, penulis menyisipkan penggambaran watak. Akan

92

lebih baik, apabila penggambaran watak ditulis setelah penggambaran fisik

selesai.

Dari sudut urutan karangan ini mendapat skor 3.

(5) pelibatan perasaan pembaca

Karangan sudah mampu melibatkan perasaan pembaca. Karangan tersebut

menggambarkan ibu yang selalu menjadi teladan bagi anak-anaknya. Penulis

karangan sudah menggambarkan ibu sebagai objeknya dengan baik sehingga

pembaca mampu merasakan bagaimana kasih sayang yang yang diberikan oleh

ibu kepada anaknya.

Dari sudut pelibatan perasaan pembaca karangan ini mendapat skor 3.

2) Analisis karangan berkategori baik

Nama : Yulita Triani

No. Absen : 38

Judul : Tidak ada judul

Anak itu adalah teman sebangku ku di kelas. Dia seorang anak perempuan. Setiap hari, dia menggunakan jilbab jika pergi ke sekolah. Kerudungnya berwarna putih polos dan ujung jilbabnya, ia penitikan dengan jarum ke bagian atas kepalanya. Tapi sering juga ia tidak mengenakan jilbabnya saat berada di luar lingkungan sekolah. Setiap harinya juga dia pergi ke sekolah dengan mengendarai sepeda motor. Selain itu dia juga menggunakan jam tangan. Sering kali aku menanyakan “jam berapa sekarang?” padanya dan selalu ia jawab ramah.

Sekilas tidak ada yang istimewa dari postur tubuhnya. Badannya tinggi tapi tidak gendut, juga tidak kurus. kulitnya tidak terlalu hitam juga tidak terlalu putih namun, dia memiliki pribadi yang lumayan menyenangkan, dia hampir selalu membuatku tertawa saat sedang ngobrol dengannya. Dia juga termasuk anak yang pintar, kami sering saling

93

membantu dalam pelajaran, Selain itu, dia juga anak yang shaleh dan rajin beribadah namun, di balik sikapnya yang baik itu, dia adalah orang yang mudah tersinggung dan sentimentil. Walaupun begitu dia adalah anak yang baik.

Kami memiliki banyak kesamaan, terutama dalam selera. Kami sama-sama menyukai musik yang beraliran cukup keras seperti rock. Saat ini, dia sedang memiliki pujaan hati, dia adalah seorang kakak kelas di sekolah. Hampir setiap hari aku mendengarkannya bercerita mengenai pujaan hatinya itu. Kadang ia bercerita mengenai kesedihannya, kadang juga mengenai kebahagiaan yang dirasakannya. Di balik kecocokan kami, kami juga memiliki perbedaan tujuan. Dia ingin menjadi ilmuwan, dan aku ingin menjadi seorang seniman. Itu berarti suatu saat kami akan berpisah. Namun, kami yakin walaupun berbeda tujuan kami akan menjadi teman baik sampai kapanpun.

(ditulis kembali sesuai dengan karangan aslinya)

Analisis:

Karangan ini mendapat skor 14. secara terperinci skor tersebut

diperoleh sebagai berikut.

(1) Diksi

Diksi yang digunakan sudah bagus, tidak menoton dan menggunakan kata

sifat yang tepat dalam penggambaran objek seperti pada kutipan berikut.

Badannya tinggi tapi tidak gendut, juga tidak kurus

Kulitnya tidak terlalu hitam juga tidak terlalu putih

Kedua kalimat tersebut menggunakan kata-kata yang cukup menarik.

Penulis menggambarkan objek tidak langsung menggunakan kata yang

sebenarnya tetapi menggunakan permainan kata.

Dalam karangan tersebut, penggunaan ejaan dan tanda baca sudah cukup

baik.

Dari sudut diksi karangan ini mendapat skor 3.

(2) Penginderaan

94

Ada dua hasi penginderaan yang digunakan penulis dalam penggambaran

objeknya yaitu indeera penglihatan dan indera perasaan. Kedua hasil

penginderaan tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

Kerudungnya berwarna putih polos

Badannya tinggi tapi tidak gendut, juga tidak kurus. Kulitnya

tidak terlalu hitam juga tidak terlalu putih

Kedua kalimat tersebut menunjukkan hasil penglihatan penulis terhadap

objek yang digambarkan. putih polos merupakan hasil penglihatan penulis

terhadap kerudung objek. tidak gendut, juga tidak kurus menunjukkan hasil

penglihatan penulis terhadap postur tubuh objek yang digambarkan.

ia memiliki pribadi yang lumayan menyenangkan

kata menyenangkan merupakan perasaan penulis terhadap objek apabila

melakukan sesuatu dengannya.

Selain menggambarkan fisik, penulis juga menggambarkan sifat dan

watak objek seperti yang terdapat dalam kutipan berikut.

…selalu ia jawab ramah

Dia juga termasuk anak yang pintar, kami sering saling

membantu dalam pelajaran..

Namun, di balik sikapnya yang baik itu, dia adalah orang yang

mudah tersinggung dan sentimentil. Walaupun begitu dia adalah

anak yang baik

dia juga anak yang shaleh

95

Kata baik, pintar, ramah, mudah tersinggung, shaleh serta sentimentil

yang terdapat dalam kalimat-kalimat tersebut marupakan penggambaran sifat dan

watak objek yang dilakukan oleh penulis.

Dari sudut penginderaan karangan ini mendapat skor 3.

(3) Perincian

Karangan tersebut mengandung ciri-ciri karangan deskripsi tetapi

penggambaran fisik objeknya kurang detail seperti tidak ada penggambaran

wajahnya seperti apa? Penulis lebih banyak menggambarkan sifat dan watak

objek daripada segi fisik objek.

Dari sudut perincian karangan ini mendapat skor 3.

(4) Urutan

Penyajian objek sudah cukup logis tetapi tidak benar-benar terperinsi.

Penggambaran objek mulai dari penggambaran kerudung yang menutupi kepala

sampai penggambaran postur tubuh objek serta penggambaran kulit objek.

Dari sudut urutan karangan ini mendapat skor 2.

(5) pelibatan perasaan pembaca

Karangan tersebut sudah mampu melibatkan perasaan pembaca. Pembaca

benar-benar merasakan pertemanan yang terjalin antara penulis dengan objek

yang digambarkan. Penulis telah mampu menggambarkan objek serta pertemanan

yang dijalani.

Dari sudut pelibatan perasaan pembaca karangan ini mendapat skor 3.

96

3) Karangan berkategori cukup

Nama : Tubagus M. Armandita

No. Absen : 33

Judul : Ayahku

Idolaku, idolaku adalah ayahku. Seorang ayah yang

penuh kesabaran membimbing anak-anaknya menjadi yang terbaik. Keinginannya yang keras membuatnya menjadi suri teladan bagi anak-anaknya. Ia menjadi orang yang dihormati di keluargaku. Pembawaannya yang kalem dan humoris membuat anak-anaknya ingin selalu dekat dengannya.

Seorang pekerja keras yang selalu banting tulang demi menafkahi keluarganya. Orangnya yang religius pun membawa perkataan dan perbuatannya sangat ramah dan sopan. Keinginan keras untuk maju mampu membuat anak-anaknya mengikuti keinginan kerasnya tersebut. Membuat dirinya menjadi ayah yang terbaik di mataku.

Analisis:

Karangan ini mendapat skor 12. Secara terperinci perolehan skor

tersebut sebagai berikut.

(1) Diksi

Diksi yang digunakan masih menoton dan kurang baik. Ada penggunaan

kata yang berlebihan dan ini membuat kalimat tidak efektif. Hal ini dapat dilihat

pada kalimat berikut.

Keinginan keras untuk maju mampu membuat anak-anaknya

mengikuti keinginan kerasnya tersebut.

Walaupun ada kata yang tidak efektif yang digunakan oleh penulis tetapi

penulis juga menggunakan kata-kata yang bagus seperti pada kalimat berikut.

97

Keinginannya yang keras membuatnya menjadi suri teladan bagi

anak-anaknya.

Dalam karangan tersebut, penggunaan ejaan dan tanda baca sudah cukup

baik. Penggunaan tanda baca sudah sesuai pada tempat dan fungsinya serta tidak

ada kata-kata yang disingkat.

Dari sudut diksi karangan ini mendapat skor 3.

(2) Penginderaan

Tidak ada hasil penginderaan dalam karangan tersebut. Penulis hanya

menggambarkan sifat dan watak objek dengan sangat terperinci. Hal tersebut

dapat dilihat dalam kalimat berikut.

Seorang ayah yang penuh kesabaran membimbing anak-anaknya

menjadi yang terbaik.

Pembawaannya yang kalem dan humoris membuat anak-

anaknya ingin selalu dekat dengannya

Seorang pekerja keras yang selalu banting tulang demi

menafkahi keluarganya.

Orangnya yang religius pun membawa perkataan dan

perbuatannya sangat ramah dan sopan.

Kata religius, sopan, ramah, kalem,serta humoris merupakan

penggambaran sifat dan watak tokoh.

Dari sudut penginderaan karangan ini mendapat skor 2.

(3) Perincian

98

Objek yang digambarkan kurang terperinci karena penulis hanya

menggambarkan sifat dan watak objek. Walaupun begitu, karangan tersebut

masih mengandung sedikit ciri karangan deskripsi.

Dari sudut perincian karangan ini mendapat skor 2.

(4) Urutan

Penyajian objek kurang logis karena fisik objek sama sekali tidak

digambarkan.

Dari sudut urutan karangan ini mendapat skor 2.

(5) Melibatkan perasaan pembaca

Walaupun hanya menggambarkan sifat dan watak objek, penulis mampu

melibatkan perasaan pembaca karena penggambaran sifat dan watak tersebut

mampu mewakili tokoh ayah pada umumnya.

Dari sudut pelibatan perasaan pembaca karangan ini mendapat skor 3.

4.3.6 Refleksi

Dari hasil penelitian siklus kedua, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki

yaitu penulis sebagai guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa dalam

menulis karangan deskripsi. Selain itu, penulis harus memberikan materi

mengenai penginderaan dalam karangan deskripsi dengan lebih terperinci karena

sampai siklus kedua, dalam menggambarkan objek siswa masih belum

menggunakan lima indera.

99

Kedua, penulis sebagai guru harus mampu menciptakan suasana yang

menyenangkan bagi siswa karena hal ini berpengaruh terhadap motivasi siswa

untuk belajar.

Tabel 4.2

Daftar nilai siswa siklus ke-2

No. Nama Skor Nilai

1. Andriani 13 65 2. Anisa Fathin 15 75 3. Ayu Ashari 16 80 4. Degia Fitra 13 65 5. Devi Nur S. 17 85 6. Fauzan 14 70 7. Frizam D. 13 65 8. Gina Intan 12 60 9. Gita Nadya R. 17 85 10. Gustia S. 12 60 11. Iqbal Fauzi 14 70 12. Kusumaningtyas 12 60 13. M. Yusuf 12 60 14. Putri Pratiwi 15 75 15. Ratih H. 14 70 16. Reza Amelia 12 60 17. Sofi Novianti 13 65 18. T.M. Armadita 12 60 19. Ummu Rokhima 16 80 20. Vanny N. 15 75 21. Witan Perjaka 12 60 22. Yulita 14 70

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang termasuk ke dalam

kategori sangat baik sebanyak 2 orang atau 9%, siswa yang termasuk ke dalam

kategori baik sebanyak 13 orang atau 59%, serta siswa yang termasuk ke dalam

kategori cukup sebanyak 7 orang atau 31,8%.

100

4.4 Siklus III

Pelaksanaan siklus ketiga sama dengan siklus pertama dan kedua. Siklus

ketiga ini dilaksanakan untuk memperbaiki hal-hal yang masih kurang pada siklus

kedua. Pelaksanaan siklus ketiga meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi,

catatan lapangan, analisis karangan siswa, serta refleksi.

4.4.1 Perencanaan Tindakan

Pada hasil penelitian siklus kedua, sudah terlihat peningkatan dalam

pembelajaran karangan deskripsi. Dalam penelitian siklus ketiga, penulis dengan

teman sejawat kembali membuat rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran

siklus ketiga memuat hal-hal yang dilakukan dalam siklus pertama dan kedua

ditambah beberapa hal yang dianggap penting dalam meningkatkan pembelajaran.

Penulis menambahkan materi penginderaan dalam siklus ketiga untuk

menekankan pada siswa bahwa menulis karangan deskripsi harus menggambarkan

objek melalui penginderaan. Selain membuat rencana pembelajaran, penulis juga

menyiapkan format observasi guru dan siswa untuk melihat kegiatan

pembelajaran yang berlangsung.

4.4.2 Pelaksanaan Tindakan

Penelitian siklus ketiga dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2009. Seperti

pada siklus-siklus sebelumnya, penelitian siklus ketiga ini merupakan

pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan perbaikan-perbaikan bedasarkan

penelitian siklus sebelumnya. Penelitian ini sama seperti pembelajaran pada

101

umumnya, pada awal pembelajaran guru membuka pembelajaran dengan berdoa

bersama, mengondisikan kelas, menyampaikan materi ajar, mengaitkan materi

ajar sebelumnya dengan materi ajar yang akan disampaikan.

Setelah kegiatan pertama selesai dilakukan, kegiatan kedua adalah

melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai karangan deskripsi untuk melihat

sejauh mana pengetahuan siswa mengenai karangan deskripsi setelah

dilaksanakan penelitian siklus sebelumnya.

Ketiga, guru kembali mengulas mengenai karangan deskripsi untuk

memunculkan kembali memori siswa mengenai karangan deskripsi yang telah

diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Pada tahap ini, siswa memperhatikan guru

dengan baik dan kelas sudah terkoordinasi.

Kegiatan keempat, guru menjelaskan mengenai penginderaan. Ada lima

indera yang digunakan dalam menggambarkan objek dalam karangan deskripsi.

Pada tahap ini, siswa memperhatikan penjelasan guru karena ini merupakan hal

yang penting. Sampai pada siklus kedua, kebanyakan siswa hanya menggunakan

indera penglihatan dalam penggambaran objek.

Kelima, siswa menyiapkan timer untuk mengetahui kapan memulai

menulis dan kapan mengakhiri menulis.

Keenam, siswa mulai menulis karangan deskripsi dengan teknik

fastwriting. pada tahap ini, siswa diberi waktu selama 15 menit untuk terus-

menerus menulis, mengungkapkan pikiran dan gagasannya walaupun tidak sesuai

dengan tema yang telah ditentukan. Siswa terlihat serius menulis karangannya.

102

Ketujuh, siswa membaca kembali tulisanya dan memilah-milah gagasan

mana yang akan digunakan dalam tulisannya dan gagasan mana yang tidak akan

digunakan.

Setelah itu, siswa menukar tulisannya dengan teman untuk dikoreksi

mengai gagasan mana yang akan digunakan dan gagasan mana yang tidak akan

digunakan. Teman memberi saran dan masukan mengenai gagasan tersebut.

Setelah memilah-milah gagasan, siswa mulai mengembangkan tulisannya

menjadi sebuah karangan deskrpsi yang utuh. Pada tahap ini, siswa sangat serius

mengerjakan pekerjaanya. Tidak ada lagi siswa yang saling mengganggu karena

siswa fokus terhadap tulisannya.

Setelah selesai menulis, siswa diberi kesempatan untuk mengedit

tulisannya, memperbaiki ejaan dan tanda baca yang masih salah.

Setelah mengedit tulisannya, siswa mengunpulkan karangan yang telah

dibuat. Guru memberi kesemptan kepada siswa untuk bertanya.

Setelah semua kegiatan selesai dilaksanakan, guru menutup pelajaran

dengan berdoa bersama dan mengucapkan salam.

4.4.3 Observasi

Seperti pada siklus pertama dan kedua, observasi dilakukan oleh observer

untuk melihat aktivitas guru dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran.

Pada siklus ketiga, guru sudah melakukan peningkatan dalam penampilan

mengajar seperti kemampuan membukan pelajaran sudah lebih baik. Penguasaan

materi pembelajaran juga sudah lebih baik dari materi sebelumnya. Hal ini

103

terbukti dari respon siswa terhadap guru yang semakin meningkat. Penyajian

materi dan proses pembelajaran sudah cukup sesuai dengan RPP walaupun

pengalokasian waktu masih belum benar-benar tepat.

Aktvitas siswa selama mengikuti pembelajaran pada siklus ketiga sudah

cukup baik, respon positif sudah ditunjukkan oleh siswa serta memberikan

perhatian terhadap penjelasan guru tetapi dalam mengajukan pendapat dan

pertanyaan tidak begitu baik seperti pada siklus kedua. Siswa juga mengerjakan

tugas yang diberikan guru dan mengikuti pembelajaran sampai selesai.

4.4.4 Catatan Lapangan

Catatan lapangan yang harus diperbaiki oleh guru pada penelitian siklus

ketiga ini adalah penggunaan papan tulis sebagai media pembelajaran harus

dioptimalkan karena akan membantu kelancaran pembelajaran seperti untuk

menuliskan gagasan atau pendapat yang disampaikan oleh siswa.

4.4.5 Analisis Karangan

1) Karangan berkategori sangat baik

Nama : Frizam D.S.

No. Absen : 16

Judul : Si Raja Bulu

Dialah seorang pendahuluku, dia lahir lebih awal daripada aku, walau satu darah daging. Dia adalah kakakku yang bernama Muhamad Pramadika Kurnia Putra. Dia

104

merupakan pemimpin dari saudara-saudara kandungnya termasuk saya.

Dia memiliki postur yang standar, dengan tinggi kurang lebih 170 cm. Badan yang agak tambun dan mempunyai tampang setengah biksu, membuat dia tampak lebih gagah lagi, dalam sehari-hari. Dari bagian atas sampai bawah, badannya terlihat bengkak oleh sekumpulan lemak. Selain itu, sekujur tubuhnya pun dikelilingi oleh buku (rambut)-bulu halus yang mengerikan. Terutama bagian mukanya, dengan kepala berbentuk seperti bola, terdapat alis yang datar, lurus, dan tebal bagai ulat bulu (seperti saya). Itupun dilengkapi dengan banyaknya noda jerawat serta minyak yang menutupi wajahnya. Untungnya itu dapat dibantu oleh penampilan rambutnya yang hampir botak bagai bulu babi, yang membuat dia tampak ganteng dan gagah. Tapi, semua penampilan itu, tidak diiringi dengan sikapnya. Dia mempunyai sikap-sikap yang aneh, seperti mengupil dengan menggunakan jempol tangannya, membersihkan telingan dengan lidi, dan lain-lain. Masih banyak lagi sifat serta sikapnya yang mengerikan.

Bagian terpenting dari itu semua adalah banyaknya bulu yang melekat pada dirinya, dari ujung rambut hingga ujung kaki, tidak luput dari bulu-bulu yang melekatnya. Panjang bulu yang hampir 10 cm serta bentuknya yang keriting melengkapi betapa mengerikannya dia.

Walau seperti itu, dia tetaplah kakakku yang begitu baik (walau jarang). Dia merupakan sosok bijaksana (jarang) bagi saya, dalam memimpin saudara kandungnya.

(ditulis kembali sesuai dengan karangan aslinya)

Analisis:

Karangan ini mendapat skor 19. Secara terperinci skor tersebut

diperoleh sebagai berikut.

(1) Diksi

Diksi yang digunakan dalam karangan di atas sangat baik, tidak menoton,

sesuai dengan kriteria karangan deskripsi yaitu banyak menggunakan kata sifat

dalam penggambaran objeknya. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan-kutipan

berikut.

105

badan yang agak tambun dan mempunyai tampang setengah

biksu.

…membuat dia tampak ganteng dan gagah

Kata sifat yang digunakan seperti tambun dan gagah menunjukkan

penggambaran yang pas mengenai objek.

Selain banyak menggunakan kata sifat yang cocok dalam penggambaran

objek, penulis juga menggunakan ejaan dan tanda baca yang cukup baik walaupun

ada beberapa kesalahan dalam penggunaan tanda baca tersebut seperti terlihat

pada kutipan di bawah ini.

dikelilingi oleh buku (rambut)-bulu halus yang mengerikan.

Terutama bagian mukanya, dengan kepala berbentuk seperti

bola

Penggunaan tanda baca titik setelah kata mengerikan kurang tepat karena

kalimat selanjutnya masih menjelaskan mengenai hal yang mengerikan tersebut,

masih satu gagasan. Lalu penggunaan tanda baca koma setelah kata mukanya juga

kurang tepat karena kalimat selanjutnya memiliki gagasan yang berbeda. Pertama

penggambaran muka objek lalu yang kedua yaitu penggambaran kepala objek.

Selain itu, pada kata bulu (rambut)-bulu seharusnya bulu-bulu( rambut)

karena bulu-bulu merupakan satu kesatuan yang tidak bisa disisispi kata yang

lain.

Dari sudut diksi karangan ini memperoleh skor 4.

(2) Penginderaan

106

Ada dua penginderaan yang terdapat pada karangan di atas yaitu indera

penglihatan dan indera perasaan. Kedua hasil penginderaan tersebut dapat dilihat

pada kutipan berikut.

Dia memiliki postur yang standar, dengan tinggi kurang lebih

170 cm. badan yang agak tambun dan mempunyai tampang

setengah biksu, membuat dia tampak lebih gagah lagi, dalam

sehari-hari.

Dari bagian atas sampai bawah, badannya terlihat bengkak oleh

sekumpulan lemak.

terdapat alis yang datar, lurus, dan tebal bagai ulat bulu…

Kalimat-kalimat di atas menunjukkan hasil penglihatan penulis terhadap

objek yang digambarkan. Kata tambun, gagah, bengkak menunjukkan

penggambaran objek berdasarkan ciri-ciri fisiknya.

Selain terdapat hasil indera penglihatan, dalam karangan tersebut juga

terdapat hasil indera perasaan. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.

sekujur tubuhnya pun dikelilingi oleh buku (rambut)-bulu halus

yang mengerikan.

Kata mengerikan menunjukkan hasil perasaan penulis terhadap objek yang

digambarkan.

Selain penggambaran fisik objek, penulis juga menggambarkan sifat dan

watak objek. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

107

Walau seperti itu, dia tetaplah kakakku yang begitu baik

(walau jarang). Dia merupakan sosok bijaksana (jarang) bagi

saya, dalam memimpin saudara kandungnya.

Kata baik dan bijaksana dalam kalimat di atas menunjukkan sifat yang

dimiliki obejk yang digambarkan oleh penulis.

Dari sudut penginderaan karangan ini mendapat skor 4.

(3) Perincian

Penulis sangat terperinci dalam menggambarkan fisik objek walaupun

hasil penginderaan hanya dua yaitu penglihatan dan perasaan. Dalam karangan

tersebut, banyak terdapat ciri-ciri karangan deskripsi misalnya menggambarkan

wajah objek, sifat objek, dan berusaha mengenalkan objek kepada pembacanya.

Dari sudut perincian karangan ini mendapat skor 4.

(4) Urutan

Penyajian objek sudah cukup logis mulai dari penggambaran kepala,

wajah, sampai pada penggambaran kaki objek. Penggambaran watak dan sifat

objek juga dilakukan setelah penggambaran fisik selesai. Penulis sudah mampu

menggambarkan objek sesuai dengan urutan yang logis.

Dari sudut urutan karangan ini mendapat skor 3.

(5) Pelibatan perasaan pembaca

Penulis sudah mampu melibatkan perasaan pembaca dalam penggambaran

objeknya. Penulis berusaha memperkenalkan objek yaitu kakak penulis sendiri

kepada pembaca sehingga pembaca merasa mengenal objek dan mengenal ikatan

persaudaraan antara objek dan penulis.

108

Dari sudut pelibatan perasaan pembaca karangan ini mendapat skor 4.

2) Karangan berkategori baik

Nama : Ratih Handayani

No. Absen : 28

Judul : Mama

Wanita cantik, bertubuh mungil, berkerudung,

memiliki umur 23 tahun lebih dariku. Janti Sukmarajanti, wanita perkasa yang telah melahirkanku ke dunia ini. Sudah 16 tahun ia selalu berdoa di sampingku. Dan aku harap akan selalu bersamaku. Ia adalah orang yang menjadi inspirasi bagiku, orang yang amaaaaat berarti dalam hidupku.

Pintar, cerdas, sabar, manusia serba bisa yang pernah aku temukan. Ia bisa menjadi guru bagi aku, kakak, dan adikku. Orang yang selalu berkata ‘dunia ini hanya sementara, jangan terpengaruh indahnya dunia!, Sabar De, ini cobaan!. Itulah yang menjadi motivasi ku.

Mama selalu sabar, apalagi kalau sedang mengajarkan aku. Adikku itu bisa dibilang hiperaktif, namun mama tetap sabar mengajarinya agar menjadi anak yang berguna bagi semua orang . mama itu hebat. Pukul 04.00 pagi ia sudah bangun, menyiapkan kebutuhan. Setelah shalat subuh bersama ayah di masjid, mama membangunkan semua anaknya. Dengan sabar mama menglus ‘de, bangun! Belum Solat.’ Mama tidak pernah mengeluh dalam menghadapi kesulitan. ‘ikhlas’ itulah sifat yang selalu tampak pada mama.

Mama itu sahabat paling setia. Mama selalu membantu dalam semua kesulitan yang aku dapatkan, baik itu masalah pelajaran, pertemanan, bahkan tentang percintaan pun mama selalu membantuku. Namun terkadang, mama marah kepadaku. Aku terima itu, karena itu memang kesalahanku. Dan aku yakin marah mama itu tanda sayang karna mama menginginkan aku menjadi lebih baik.

(ditulis kembali sesuai dengan karangan aslinya)

109

Analisis:

Karangan ini mendapat skor 16. secara terperinci perolehan skor

tersbut sebagai berikut.

(1) Diksi

Penggunaan diksi sudah cukup baik, tidak menoton dan menggunakan

kata sifat yang mampu menggambarkan objek tetapi dalam beberapa kalimat

penulis banyak menggunakan kalimat ujaran langsung. Penggunaan kalimat

tersebut biasanya lebih banyak digunakan dalam karangan narasi yang bermaksud

menceritakan. Walaupun begitu, karangan tersebut tidak kehilangan ciri-cirinya

sebagai karangan deskripsi. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan-kutipan

berikut.

Pintar, cerdas, sabar, manusia serba bisa yang pernah aku

temukan

Penulis menggunakan kata manusia untuk mengganti objek yang digambarkan.

Pada kalimat-kalimat sebelumnya penulis menggunakan kata Mama. Itu

menunjukkan bahwa penulis tidak menoton dalam pemilihan kata.

‘de, bangun! Belum Solat.’

Kata bangun dalam kalimat di atas merupakan perintah, hal ini sama

sekali tidak menunjukkan ciri karangan deskripsi. Dalam karangan tersebut, ada

beberapa contoh lain penggunaan kalimat seperti di atas.

Dari sudut diksi karangan ini mendapat skor 3.

(2) Penginderaan

Hanya terdapat satu penginderaan dalam karangan tersebut yaitu indera

penglihatan. Walaupun begitu, penulis tetap menggambarkan sifat dan watak

110

objek. Penggambaran sifat dan watak objek ini lebih rinci daripada penggambaran

fisik objek. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

Wanita cantik, bertubuh mungil, berkerudung, memiliki umur 23

tahun lebih dariku.

Kata cantik, mungil, berkerudung merupakan satu-satunya penggambaran

objek yang dilakukan oleh penulis melalui indera penglihatan. Penggambaran

objek tersebut hanya secara garis besar saja, tidak ada perinsian yang lebih khusus

dalam penggambaran objek.

Pintar, cerdas, sabar, manusia serba bisa yang pernah aku

temukan. Ia bisa menjadi guru bagi aku, kakak, dan adik.

Mama itu sahabat paling setia ku.

Mama selalu sabar, apalagi kalau sedang mengajarkan aku

Kata pintar, cerdas, sabar menunjukkan penggambaran sifat dan watak

objek yang dilakukan oleh penulis.

Dari sudut penginderaan karangan ini mendapat skor 3.

(3) Perincian

Karangan tersebut sudah cukup terperinci dalam penggambaran objek.

Ada penggambaran fisik walaupun secara garis besar serta ada pula

penggambaran watak objek. Karangan tersebut sudah mengandung beberapa ciri

karangan deskripsi yaitu menggambarkan objek dan berusaha mengenalkan obek

kepada pembaca. Akan tetapi, pada paragraf ketiga, penulis lebih banyak

menceritakan kegiatan yang dilakukan objek bukan menggambarkan keadaan

objek. Cerita penulis mengenai objek dapat dilihat pada kutipan berikut.

111

mama itu hebat. Pukul 04.00 pagi ia sudah bangun, menyiapkan

kebutuhan. Setelah shalat subuh bersama ayah di masjid, mama

membangunkan semua anaknya.

Dari sudut perincian karangan ini mendapat skor 3.

(4) Urutan

Urutan yang digunakan penulis dalam menggambarkan objek sudah cukup

logis walaupun hanya garis besarnya saja. Urutan yang digunakan penulis yaitu

penggambaran fisik mengenai tinggi dan badan objek dilanjutkan penggambaran

mengenai sifat dan watak objek.

Dari sudut urutan karangan ini mendapat skor 3.

(5) Kemampuan melibatkan perasaan pembaca

Penulis sudah mampu melibatkan perasaan pembaca. Penulis mampu

memberi gambaran yang pas mengenai ibunya. Berdasarkan karangan tersebut,

pembaca mampu memayangkan seperti apa objek yang digambarkan serta mampu

merasakan ikatan antara ibu dan anak yang diceritakan pada karangan tersebut.

Dari sudut pelibatan perasaan pembaca karangan ini mendapat skor 4.

3) Karangan berkategori cukup

Nama : Muhamad Yusuf

No. Absen : 25

Judul : Pekerja Keras

Saya memiliki seorang ayah. Dia lebih tua daripada

saya. Dia adalah seorang kepala keluarga yang arif, bijaksana dan tegas. Dia adalah seorang pekerja yang giat.

112

Setiap hari pergi jam 7 pagi pulang jam 9 malam lalu diteruskannya dengan mengerjakan peketjaan lain hingga pukul 11 malam. Dia bangun jam 2 pagi lalu beribadah hingga pukul setengah 6.

Menurutnya segala sesuatu dapat diperoleh asalkan ingin berusaha giat dan rajin beribadah. Dia selalu mengingatkanku untuk kerja keras tetapi aku selalu mengabaikan perintahnya hingga akupun tidak dapat meraih impianku yaotu masuk SMA 3. Pernah kepikiran untuk pindah sekolah tetapi menurut ayahku percuma apabila pindah sekolah tetapi masih belum memiliki kesadaran untuk memperbaiki diri. Dulu sewaktu SMP saya selalu diingati oleh ayahku akan tetapi aku selalu membandel. Sampai-sampai ayahku naik darah hingga menyiksaku di rumah. Saya sering berpikir kenapa saya tidak bisa berubah. Saya selalu berusaha untuk merubah diri tetapi sulit rasanya.

Ayahku berpendidikan S2 sejak SD dia selalu rangking 1 hingga SMA dia rangking 3 besar. Meskipun keluarganya dari keluarga tidak mampu tapi dia merubah segalanya keluarganya berubah kondisinya saat dia sekolah S2 di ITB dibagian farmasi hingga dia membuat pabrik minuman yang sudah lama bangkrut. Begitulah perjuangan ayahku “from zero to hero” banyak orang menyebutnya akan tetapi saya selalu merasa malu apabila mengingat masa lalu ayahku. Sekarang ayahku sudah tidak peduli lagi padaku, dia sudah masa bodoh padaku karena melihat tingkah lakuku.

(ditulis kembali sesuai dengan karangan aslinya)

Analisis:

Karangan ini mendapat skor 12. secara terperinci perolehan skor tersbut sebagai

berikut.

(1) Diksi

Diksi yang digunakan sudah cukup baik, tidak menoton. Pada beberapa

bagian, diksi yang digunakan mampu menggambarkan objek.

Dia adalah seorang kepala keluarga yang arif, bijaksana dan tegas

113

Dalam karangan tersebut penulis tidak konsisten dalam menggunakan kata

pengganti orang pertama. Pada awal karangan, penulis menggunakan kata saya

sedangkan di akhir karangan penulis menggunakan kata aku. Hal ini dapat dilihat

pada kutipan berikut.

Saya memiliki seorang ayah. Dia lebih tua daripada saya.

aku selalu mengabaikan perintahnya hingga akupun tidak dapat

meraih impianku yaotu masuk SMA 3

Dari sudut diksi karangan ini mendapat skor 3.

(2) Penginderaan

Tidak ada hasil indera yang digunakan penulis dalam karangannya.

Penulis hanya menggambarkan objek berdasarkan sifat dan wataknya. Hal

tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

Dia adalah seorang kepala keluarga yang arif, bijaksana dan tegas

Dari sudut penginderaan karangan ini mendapat skor 2.

(3) Perincian

Karangan hanya mengandung sedikit ciri karangan deskripsi sehingga

perinciannya masih sangat kurang. Penulis hanya menggambarkan sifat objek dan

itupun hanya sedikit. Karangan tersebut lebih banyak menceritakan kisah hidup

objeknya bukan menggambarkan ciri-ciri fisik serta sifat objek. Kisah hidup objek

tidak termasuk ke dalam kriteria karangan deskripsi, kisah hidup berada dalam

karangan yang berbeda yang biasa disebut biografi. Walaupun begitu, berikut

kutipan kisah objek yang tidak seharusnya terdapat dalam karangan deskripsi.

114

Ayahku berpendidikan S2 sejak SD dia selalu rangking 1 hingga

SMA dia rangking 3 besar. Meskipun keluarganya dari keluarga

tidak mampu tapi dia merubah segalanya keluarganya berubah

kondisinya saat dia sekolah S2 di ITB dibagian farmasi hingga dia

membuat pabrik minuman yang sudah lama bangkrut.

Dari sudut perincian karangan ini mendapat skor 2.

(4) Urutan

Urutan penggambaran objek masih kurang logis karena tidak ada

penggambaran fisik objek. Kelogisan urutan dilihat dari penggambaran fisik objek

mulai dari kepala sampai pada kaki.

Dai sudut urutan karangan ini mendapat skor 2.

(5) pelibatan perasaan pembaca

Walaupun tidak ada penggambaran fisik, karangan tersebut mampu

melibatkan perasaan pembaca karena berisi kisah perjuangan seorang ayah.

Penulis mampu menggambarkan ikatan antara ayah dan anaknya.

Dari sudut pelibatan perasaan pembaca karangan ini mendapat skor 3.

4.4.6 Refleksi

Sudah ada peningkatan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.

Hal yang harus diperbaiki oleh guru adalah menekankan pentingnya penginderaan

dalam menulis karangan deskripsi karena di setiap karangan yang dihasilkan

hanya terdapat dua atau tiga hasil penginderaan.

115

Tabel 4.3

Daftar Nilai siswa siklus ke-3

No. Nama Skor Nilai

1. Andriani 17 85 2. Anisa Fathin 16 80 3. Ayu Ashari 17 85

4. Degia Fitra 17 85 5. Devi Nur S. 15 75 6. Fauzan 16 80 7. Frizam D. 19 95 8. Gina Intan 15 75 9. Gita Nadya R. 18 90 10. Gustia S. 15 75 11. Iqbal Fauzi 16 80 12. Kusumaningtyas 15 75 13. M. Yusuf 12 60 14. Putri Pratiwi 15 75 15. Ratih H. 16 80 16. Reza Amelia 15 75 17. Sofi Novianti 17 85 18. T.M. Armadita 15 75 19. Ummu Rokhima 17 85 20. Vanny N. 15 75 21. Witan Perjaka 15 75 22. Yulita 15 75

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang termasuk ke dalam

kategori sangat baik dalam menulis karangan deskripsi adalah 7 orang atau 31,8%,

siswa yang termasuk ke dalam kategori sangat baik adalah 14 orang atau 63.6%

dan siswa yang termasuk ke dalam kategori cukup adalah 4,5%.

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Dari tiga siklus penelitian yang telah penulis lakukan terdapat peningkatan

keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas X SMA Negeri 11 Bandung,

peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi tersebut dilihat dari

116

peningkatan nilai yang dihasilkan oleh siswa. Pada siklus pertama, dibuat rencana

pembelajaran. Tidak ada hambatan berarti yang ditemui penulis pada tahap ini.

Penulis menyiapkan rencana pembelajaran serta menyiapkan media berupa contoh

karangan deskripsi. Dalam pelaksanaan penelitian, ada beberapa hambatan yang

ditemui yaitu sulitnya mengalokasikan waktu. Hal ini berdampak pada

pengkondisian kelas yang masih kurang. Pada siklus ini, tidak ada siswa yang

dapat dikategorikan sangat baik karena karangan yang dihasilkan belum maksimal

tetapi ada siswa yang berhasil masuk kategori baik dan cukup dan ada pula siswa

yang termasuk kategori kurang.

Pada siklus kedua, pembuatan rencana pembelajaran hampir sama dengan

siklus pertama, hanya saja penulis memperbaiki alokasi waktu sehingga tidak

terjadi lagi waktu yang terlalu sempit dalam proses penulisan. Dalam pelaksanaan

penelitian siklus kedua, pembelajaran sudah mengalami perbaikan seperti siswa

sudah bisa dikondisikan walaupun belum sempurna serta alokasi waktu yang

digunakan sudah cukup baik seperti tidak terjadi lagi waktu menulis tahap

pertama atau menulis cepat terlalu lama. Waktu yang dialokasikan lebih banyak

untuk mengembangkan ide pada karangan yang dibuat siswa.

Peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa sudah

mengalami peningkatan. Pada tahap ini tidak ada lagi siswa yang masuk ke dalam

kategori kurang. Walaupun begitu, hasil yang didapatkan belum maksimal, hal ini

dilihat dari masih minimnya siswa yang masuk kategori sangat baik. Hal ini

mendorong penulis untuk melaksanakan penelitian siklus ketiga. Peningkatan

keterampilan menulis karangan deskripsi tersebut terjadi karena beberapa siswa

117

sudah mampu mengembangkan ide-idenya dengan baik. Masalah mengenai

minimnya siswa yang termasuk ke dalam kategori sangat baik terjadi karena

banyak siswa yang belum mampu menggunakan seluruh hasil penginderaan dalam

menggambarkan objek.

Pada siklus ketiga, perencanaan pembelajaran yang penulis buat lebih

menekankan pada penggunaan hasil penginderaan dalam membuat karangan

deskripsi. Penulis juga bekerja sama dengan teman sejawat dalam merumuskan

rencana penelitian. Hambatan yang dialami pada siklus ketiga adalah siswa sudah

merasa bosan mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi tetapi setelah

pembelajaran tersebut berlangsung, siswa masih menunjukkan respon positifnya.

Pada siklus ini, tidak ada lagi siswa yang termasuk ke dalam kategori kurang,

bahkan siswa yang masuk ke dalam kategori sangat baik bertambah. Hal ini

ditunjang oleh beberapa hal, pertama penggunaan teknik fastwriting yang

membuat siswa fokus terhadap pekerjaannya karena diberikan batas waktu dalam

menulis. Kedua, keterlibatan teman sejawat dalam memberikan masukan untuk

perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Ketiga, kemampuan

meningkatkan motivasi siswa sehingga siswa serius dalam mempelajari karangan

deskripsi.

Untuk melihat perkembangan nilai siswa dari siklus pertama sampai siklus

ketiga, berikut ditampilkan tabel yang memuat perkembangan tersebut.

118

Tabel 4.4

Daftar nilai siswa siklus ke-1 sampai ke-3

No. Nama Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

nilai kategori Nilai kategori Nilai kategori

1. Andriani 70 Baik 65 Baik 85 Sangat baik 2. Anisa Fathin 55 Cukup 75 Baik 80 Baik 3. Ayu Ashari 60 Cukup 80 Baik 85 Sangat baik

4. Degia Fitra 55 Cukup 65 Baik 85 Sangat baik 5. Devi Nur S. 60 Cukup 85 Sangat baik 75 Baik 6. Fauzan 65 Baik 70 Baik 80 Baik 7. Frizam D. 60 Cukup 65 Baik 95 Sangat baik 8. Gina Intan 55 Cukup 60 Cukup 75 Baik 9. Gita Nadya R. 80 Baik 85 Sangat baik 90 Sangat baik 10. Gustia S. 70 Baik 60 Cukup 75 Baik 11. Iqbal Fauzi 65 Baik 70 Baik 80 Baik 12. Kusumaningty

as 60 Cukup 60 Cukup 75 Baik

13. M. Yusuf 50 Cukup 60 Cukup 60 Cukup 14. Putri Pratiwi 65 Baik 75 Baik 75 Baik 15. Ratih H. 55 Cukup 70 Baik 80 Baik 16. Reza Amelia 40 Kurang 60 Cukup 75 Baik 17. Sofi Novianti 65 Baik 65 Baik 85 Sangat baik 18. T.M. Armadita 45 Cukup 60 Cukup 75 Baik 19. Ummu

Rokhima 60 Cukup 80 Baik 85 Sangat baik

20. Vanny N. 60 Cukup 75 Baik 75 Baik 21. Witan Perjaka 60 Cukup 60 Cukup 75 Baik 22. Yulita 55 Cukup 70 Baik 75 Baik

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa ada beberapa siswa yang

memperoleh peningkatan nilai dari siklus pertama sampai siklus ketiga tetapi ada

pula siswa yang hanya mengalami satu kali peningkatan baik dari siklus pertama

ke siklus kedua ataupun mengalami peningkatan dari siklus kedua ke silklus

ketiga.

119

Untuk melihat jumlah siswa yang mengalami peningkatan nilai, berikut

ditampilkan tabel yang memuat jumlah siswa berdasarkan kategori.

Tabel 4.5

Jumlah siswa berdasarkan kategori

Kategori Jumlah siswa

Siklus ke-1 Siklus ke-2 Siklus ke-3

Sangat baik - 2 7

Baik 7 13 14

Cukup 14 7 1

Kurang 1 - -

Sangat Kurang - - -

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada siklus pertama tidak ada siswa

yang masuk kategori sangat baik, siswa yang masuk kategori baik hanya tujuh

orang, siswa yang masuk kategori cukup berjumlah 14 orang dan siswa yang

masuk kategori kurang hanya satu orang.

Pada siklus kedua, terjadi peningkatan. Ada dua orang siswa yang masuk

kategori sangat baik, tiga belas orang siswa yang masuk kategori baik, serta ada

tujuh orang siswa yang masuk kategori cukup.

120

Pada siklus ketiga, ada tujuh orang siswa yang masuk ke dalam kategori

sangat baik, empat belas orang termasuk kategori baik, dan hanya satu orang

siswa yang masuk ke dalam kategori cukup.

Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa penggunaan teknik fastwriting

mampu meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa. Hal ini

terlihat dari kemampuan siswa memilih diksi. Pada siklus pertama masih banyak

diksi yang menoton atau rancu tetapi pada siklus ketiga sudah jarang ditemukan

hal seperti itu. Bukti lainnya yaitu dari hasil penginderaan. Pada awalnya, siswa

hanya menggunakan dua hasil penginderaan seperti indera penglihatan dan

pendengaran tetapi pada siklus ketiga siswa hampir menggunakan seluruh hasil

penginderaan dalam karangannya. Penggunaan hasil penginderaan menunjukkan

siswa sudah terperinci dalam menggambarkan objeknya. Selain itu, pelibatan

perasaan pembaca juga lebih baik dibandingkan siklus pertama.