58 hasil penelitian dan pembahasan -...
TRANSCRIPT
58
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama tiga siklus. Pada setiap siklus, penulis
melaksanakan beberapa tahap penelitian yaitu membuat rencana pembelajaran
berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilaksanakan, menyiapkan materi
serta media pembelajaran yang akan digunakan, lalu melaksanakan penelitian.
Pada saat penelitian berlangsung, penulis melakukan observasi terhadap
aktivitas siswa untuk melihat respon siswa ketika mengikuti pembelajaran. Selain
observasi aktivitas siswa, dilakukan juga observasi aktivitas guru untuk melihat
kemampuan guru saat pembelajaran berlangsung.
Selain observasi, dalam penelitian ini juga dilaksanakan analisis karangan
siswa. Karangan siswa dihasilkan pada setiap akhir pembelajaran untuk melihat
kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Kekurangan-kekurangan
yang terdapat dalam karangan diperbaiki pada siklus selanjutnya.
Setiap akhir siklus penelitian penulis melakukan refleksi terhadap hal-hal
yang telah dilaksanakan untuk melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya
sehingga diperoleh hasil yang maksimal pada pembelajaran menulis karangan
deskripsi dengan teknik fastwriting.
59
4.2 Siklus 1
Penelitian siklus pertama dibagi ke dalam beberapa tahap penelitian yaitu
perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian, observasi, analisis karangan, serta
refleksi. Analisis karangan, observasi, serta refleksi dilaksanakan untuk
memperbaiki penelitian siklus selanjutnya.
4.2.1 Perencanaan Tindakan
Sebelum melaksanakan penelitian, penulis membuat perencanaan-
perencanaan yang bertujuan supaya penelitian berjalan dengan lancar. Langkah
pertama yang penulis lakukan dalam tahap perencaan adalah observasi awal.
Observasi awal dilakukan untuk melihat pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia yang dilaksanakan di SMA Negeri 11 Bandung, khususnya dalam
kompetensi menulis. Observasi awal dilaksanakan dengan dua cara yaitu
melakukan wawancara non formal dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia serta melihat pembelajaran Bahasa Inodesia di kelas X-6. Dari hasil
wawancara dengan guru mata pelajaran dan melihat pembelajaran menulis,
diperoleh informasi bahwa siswa kurang tertarik dalam pembelajaran menulis. Hal
ini terlihat dari motivasi siswa di kelas yang masih kurang serta hasil karangan
yang dibuat oleh siswa masih kurang bagus. Penyababnya antara lain karena
kebanyakan pembelajaran menulis dilakukan dengan menoton sehingga siswa
merasa bosan. Selain itu, siswa selalu memiliki kesulitan dalam mengungkapkan
gagasan-gagasan yang ada dalam dirinya.
60
Setelah mengetahui permasalahan yang ada, penulis mulai mencari teknik
atau metode apa yang cocok untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis karangan, khususnya karangan deskripsi. Akhirnya penulis memilih
teknik fastwriting sebagai teknik yang akan digunakan dalam penelitian.
Selanjutnya, penulis memilih rekan sejawat untuk bersama-sama membuat
skenario pembeljaran serta melakukan penelitian di kelas.
Penelitian siklus pertama direncanakan ke dalam dua pertemuan, hal ini
dibuat dengan tujuan supaya siswa memahami betul karangan deskripsi serta hal-
hal yang dibutuhkan dalam proses menulis selain itu dalam dua pertemuan
tersebut diharapkan siswa memiliki waktu yang cukup untuk menulis. Pertemua
pertama direncanakan untuk pemberian materi dasar mengenai menulis serta
mengkaji karangan deskripsi beserta ciri-cirinya lalu siswa mulai menulis tahap
awal. Pertemuan kedua dirancang untuk mengoreksi karangan yang telah dibuat
pada tahap pertama serta siswa diberi kesempatan untuk menulis ulang tulisannya
dengan mengembangkan gagasan-gagasan baru.
Setelah membuat skenario pembelajaran, penulis dibantu rekan sejawat
membuat media serta membuat contoh-contoh karangan deskripsi yang akan
dikaji oleh siswa. Setelah membuat perencanaan-perencanaan tersebut, penulis
memulai penelitian siklus pertama.
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan
Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2009 dan dilanjutkan
pada tanggal 15 Mei 2009 yang diikuti oleh 35 siswa. Kegiatan ini diawali
61
sebagaimana pembeljaran biasanya, seperti melaksanakan doa bersama dan
mengulang pelajaran sebelumnya. Setelah itu penulis melaksanakan kegiata yang
sudah direncanakan dalam RPP.
Pertama, penulis menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran
menulis karanngan supaya siswa tahu apa yang akan dipelajarinya serta siswa
memiliki motivasi dalam menulis.
Kedua, penulis melakukan apersepsi mengenai karangan deskripsi. Ada
beberapa siswa yang mengetahui garis besar karangan deskripsi yaitu karangan
yang menggambarkan sesuatu tetapi siswa belum mampu menjelaskan karangan
deskripsi dengan lebih detail. Pada tahap ini, siswa berlomba-lomba menjawab
pertanyaan yang diajukan, ini merupakan sebuah gambaran siswa mulai
termotivasi dan mengikuti jalannya pembelajaran walaupun ada beberapa siswa
yang tampaknya belum tahu mengenai deskripsi karena tidak menjawab sama
sekali, ketika diberikan pertanyaan pun belum bisa menjawab.
Ketiga, guru menjelaskan mengenai karangan deskripsi. Guru juga
menjelaskan sekilas mengenai teknik fastwriting. Penjelasan mengenai teknik
fastwriting ini bermanfaat bagi siswa apabila sewaktu-waktu siswa dituntut untuk
melakukan kegiatan menulis yang dilakukan di luar pembelajaran di kelas. Pada
tahap ini, ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan, lebih memilih
pekerjaan lain seperti mengobrol atau mencorat-coret buku tulis, tetapi lebih
banyak siswa mendengarkan penjelasan guru.
Keempat, guru membagikan beberapa contoh karangan deskripsi kepada
siswa. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi ciri-ciri karangan deskripsi dan
62
supaya siswa mengetaui karangan deskripsi dengan lebih konkret. Pada bagian ini,
siswa terlihat fokus membaca karangan yang diberikan oleh guru dan mulai
berdiskusi dengan temannya mengenai ciri-ciri karangan deskripsi yang sedang
dikaji. Pada tahap ini, kelas mulai ribut dengan diskusi siswa. Diskusi dilakukan
dengan teman sebangku. Siswa sengaja tidak beri tugas untuk mengidentifikasi
karangan deskripsi secara individu dupaya siswa memperoleh pengetahuan lain
dari temannya. Stelah diberi waktu sekitar 10 ment untuk mengidentifikasi, guru
mulai memberikan pertanyaan kepada beberapa siswa dan siswa mulai menjawab
dan menebak-nebak ciri-ciri karangan deskripsi. Guru menuliskan ciri-ciri
karangan deskripsi yang disebutkan oleh siswa di papan tulis lalu akhirnya
membahas dan menyimpulkan ciri-ciri karangan deskripsi yang sebenarnya.
Kelima, salah seorang siswa diminta untuk menyiapkan timer supaya
seluruh siswa mengetahui kapan memulai menulis dan kapan kegiatan menulis
berakhir. Ini merupakan kegiatan menulis tahap awal, siswa diberi kesempatan
untuk menuliskan seluruh gagasan yang ada dalam pikirannya tanpa diberi beban
untuk mengoreksi mengenai tanda baca, ejaan, serta gagasan. Siswa
diperbolehkan menuliskan gagasan yang tidak sesuai dengan tema yang diusung
apabila siswa sudah kehilangan ide, pada tahap ini, selama 20 menit siswa
dituntuk untuk teru menerus menulis. Awalnya, siswa tidak mau ketika diberi
penjelasan tulisannya boleh keluar dari tema karena siswa menganggap tulisannya
akan acak-acakan dan tidak bagus serta tidak dapat dibaca oleh orang lain karena
tidak nyambung, tetapi justru hal ini merupakan inti dari teknik fastwriting. Guru
menjelaskan bahwa untuk penulis pemula, menulis tidak bisa langsung jadi,
63
apalagi jika siswa jarang menulis. Guru juga menjelaskan akan ada proses
selanjutnya untuk memperbaiki tulisan. Tahap ini siswa serius menulis tapi siswa
mengeluhkan waktu yang digunakan untuk menulis terlalu lama padahal tulisan
yang dibuat sudah cukup panjang. Hal ini membuat siswa cukup pegal karena
harus terus-terusan menulis.
Setelah melakukan kegiatan menulis selama dua puluh menit, siswa
membaca kembali tulisan yang telah dibuatnya lalu selama 10 menit beikutnya,
siswa diberi kesempatan untuk memilah-milah gagasan mana saja yang akan
digunakan untuk mengembangkan tulisannya dan gagasan mana saja yang akan
dibuang atau tidak akan digunakan dalam tulisannya. Pada tahap sebelumnya,
siswa memang diberi kesempatan untuk menulis diluar tema apabila sudah
kehilangan ide, maka sangat besar kemungkinan keberadaan gagasan yang tidak
sesuai dalam tulisannya.
Karena waktu tidak mencukupi, maka pembelajaran menulis karangan
deskripsi dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya. Guru melakukan refleksi hal-
hal apa saja yang telah dilakukan dan memberi kesempatan bagi siswa untuk
bertanya tetapi tidak ada satu pun siswa yang mengajukan pertanyaan sehingga
guru langsung menyampaikan materi yang akan disampaikan pada pertemuan
selanjutnya lalu guru menutup pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam.
Pada pertemua selanjutnya, guru mengulang materi mengenai karangan
deskripsi tetapi hanya sekilas saja dan melakukan tanya jawab dengan siswa. Ada
beberapa orang yang menyampaikan pertanyaan seperti mengenai langkah
menulis yang baik. Guru juga memberi pertanyaan mengenai hambatan atau
64
kesulitan yang dialami oleh siswa ketika melakukan proses menulis. Rata-rata
siswa mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide atau gagasan menjadi
sebuah tulisan, kesulitan dalam mengembangkan tulisan.
Setelah pada pertemuan sebelumnya, siswa mengoreksi karangannya
sendiri, pada tahap ini, siswa menukar tulisannya dengan teman sebangku untuk
dikoreksi ulang, teman sebangku memberikan pendapat, masukan, serta kritik
kepada temannya mengenai gagasan mana yang sebaiknya dipakai dan gagasan
mana yang sebaiknya tidak dipakai. Ternyata, tahap ini merupakan tahap yang
menarik bagi siswa karena siswa berkesempatan untuk membaca tulisan temannya
dan memberikan masukan. Terlihat siswa cukup berkonsentrasi dalam tahap ini,
walaupun ada beberapa siswa yang mengganggu teman dan memaksa ingin
membaca tulisan teman yang tidak dikoreksinya. Koreksi tulisan ditulis dibawah
karangan yang telah dibuat oleh siswa.
Setelah melakukan koreksi oleh diri sendiri dan oleh teman sebangku,
siswa mulai mengembangkan gagasan-gagasan yang telah dipilih baik oleh diri
sendiri maupun gagasan yang direkomendasikan oleh teman. Pada tahap ini, siswa
serius menulis, tidak ada yang mengganggu teman. Guru dalam hal ini,
menekankan pada siswa untuk memperbaiki ejaan, tanda baca, serta gagasan yang
dikembangkan harus benar-benar sesuai dengan tema yang diusung.
Setelah selesai mengembangkan gagasannya menjadi tulisan, siswa
mengumpulkan karangannya untuk diberi penilaian. Setelah itu, guru dan siswa
melakukan refleksi hal-hal apa saja yang telah dilakukan. Pembelajaran ditutup
dengan doa dan mengucapkan salam.
65
Penelitian pada siklus pertama berakhir sampai pada tahap tersebut, hal-hal
yang masih kurang akan diperbaiki pada siklus selanjutnya dengan
mempertimbangkan hasil karangan siswa serta masukan-masukan dari teman
sejawat yang telah bersama-sama melakukakn penelitian siklus pertama.
4.2.3 Observasi
Pada siklus pertama, dilakukan observasi oleh penulis yang juga berperan
sebagai guru dalam penelitian ini. Selain itu, observasi juga dilakukan oleh
teman sejawat untuk melihat pembelajaran yang dilaksanakan yang didalamnya
termasuk melihat kegiatan yang dilakukan oleh guru serta siswa. Teman sejawat
yang menjadi observer dalam penelitian ini berjumlah dua orang yaitu Anggun
Anggraeni dan Ratih Ekawati. Keduanya merupakan mahasiswa jurusan Bahasa
dan Sastra Indonesia. Guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA
Negeri 11 Bandung tidak terlibat dalam penelitian siklus pertama karena
berhalangan. Observasi ini akan membantu penulis untuk membuat skenario
pembelajaran dan pelaksanaan penelitian siklus selanjutnya.
Berdasarkan hasil observasi, dapat dilihat bahwa guru masih kurang
mampu memberikan motivasi kepada siswa karena guru masih terlihat canggung,
selain itu guru juga masih kurang dalam penyampaian materi pembelajaran,
sedangkan implementasi langkah-langkah pembelajaran serta evaluasi yang
dilakukan sudah cukup baik.
Apabila melihat keadaan siswa dalam pembelajaran siklus pertama, siswa
masih kurang dalam memberikan pertanyaan atau pendapat tetapi siswa sudah
66
cukup baik dalam menjawab ketika guru memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan karangan deskripsi. Hal ini berhubungan dengan
kemampuan guru dalam menyampaikan materi ajar, hanya terdapat dua atau tiga
siswa saja yang memberikan pertanyaan. Akan tetapi, dalam hal lainnya siswa
sudah bersikap cukup baik misalnya saat siswa mendengarkan penjelasan guru
dan pada saat proses menulis berlangsung, siswa juga mengerjakan tugas yang
diberikan guru dengan serius walaupun tidak seratus persen. Selain itu seluruh
siswa juga mengikuti pembelajaran sampai akhir baik pada pertemua pertama
maupun pertemuan kedua.
4.2.4 Catatan Lapangan
Catatan lapangan yang disampaikan oleh kedua observer adalah guru
belum mampu mengondisikan kelas dengan baik sehingga masih banyak siswa
yang tidak fokus terhadap pembelajaran. Keadaan kelas sangat mempengaruhi
hasil yang dicapai oleh siswa. Oleh karena itu, dalam siklus selanjutnya guru
harus lebih mampu mengkondisikan kelas. Selain itu, materi yang disampaikan
sangat sedikit. Ini akan mempengaruhi pengetahuan siswa mengenai karangan
deskripsi. Siswa hanya mengenal karangan deskripsi sepintas. Teknik
pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran karangan deskripsi siklus
pertama tidak dijelaskan kepada siswa sehingga teknik yang digunakan menjadi
bias.
67
4.2.5 Analisis Karangan
Pada penelitian ini, penulis melakukan analisis karangan pada beberapa
kategori tulisan yang dihasilkan oleh siswa. Analisis karangan ini membantu
penulis melihat kekurangan dari tulisan siswa sehingga pada siklus selanjutnya
penulis membahas kesalahan yang banyak terjadi.
Pembahasan kesalahan ini membantu siswa dalam memperbaiki
karangannya. Pada siklus pertama, penulis akan menganalisis tiga kategori
karangan siswa yaitu kategori baik, cukup, kurang. Belum ada siswa yang
memperoleh nilai sangat baik dan tidak ada siswa yang memperoleh nilai buruk
sekali.
1) Karangan Kategori Baik
Nama : Gita Madya Ratnasari
No Absen : 18
Judul : Pesona Dirinya
Seorang gadis, dengan tinggi yang cukup sedang disesuaikan dengan berat badannya menjadikan dirinya seolah bertubuh imut nan anggunnya. Rambutnya yang hitam gemerlap, lurus terurai sebahu, dengan tak bergaya aneh-aneh mahkota yang tersimpan dalam benak dikepalanya itu menjadikan serta menampilkan dirinya sedikit mungil-mungil menggemaskan . kulitnya yang halus dengan warna tak terlalu putih. Merona sedikit kuning, serta sawo matang. Kulitnya yang selalu terlihar dijaganya, sehat, indah, membuat orang-orang tersipuh diri. Pakaian dengan stylenya merebah dalam pesona indah dirinya. Dengan disiram sepatunya yang berpolet orange menjadikan soso dirinya dalam kebisuan. Bola mata yang hitam terpancar dalam elok hari-harinya, dilengkapi alis mata yang hitam dan bulu mata yang tak terlalu lebat. Hidungnya yang esuai dengan raut wajahnya ditambah dengan bibir mungil yang sedikit merah. Ayunan suara yang keluar dari mulutnya menambah deru hati orang-orang dengan detakan suara yang lemah-lembut dalam hari-harinya.
68
Sifatnya yang pendiam tanpa penuh basa-basi. Tingkah lakunya yang tak terlalu terlihat memburakral harinya dalam menggoyahkan jagat raya dunia ini. Senyumnya yang tak terlalu lebar membuka pelosok indah jati dirinya terpancar cerah dalam harinya, sosok yang terlihat penuh pendiam, penuh makna, terlihat dalam dirinya yang selalu duduk tersimpuh di pojok belakang kelas, semua pesonanya membuat angan bayangannya tak mudah tersapu dan tak mudah retak bahkan pecah dalam ingatan orang yang melamunkan dirinya. (ditulis kembali sesuai dengan karangan aslinya)
Analisis:
Karangan di atas mendapatkan skor 16. secara terperinci skor ini diperoleh
sebagai berikut.
(1) Diksi
Karangan deskripsi berjudul “pesona dirinya” memiliki diksi yang cukup
menarik, tidak menoton dan menggunakan beberapa konotasi yang menarik.
Misalnya pada kalamat-kalimat berikut.
Ayunan suara yang keluar dari mulutnya menambah deru hati
asa hati orang-orang.
Semua pesonanya membuat angan bayangan tak mudah
tersapu dan tak mudah retak bahkan pecah dalam ingatan
orang yang melamunkan dirinya.
Dari kalimat tersebut dapat diliht bahwa penulis menggunakan kata-kata
yang menarik. Kata retak dan pecah tidak sesuai jika digunakan untuk
menggambarkan ingatan sebab ingatan tidak bisa retak atau pecah tetapi penulis
menggunakan kata-kata tersebut untuk memperindah tulisannya dalam
menggambarkan seseorang.
Dalam bagian diksi, akan dijelaskan pula penggunaan ejaan. Ejaan yang
digunakan sudah cukup baik. Pertama, tidak menggunakan singkatan-singkatan
69
pada kata yang memang tidak seharusnya disingkat. Misalnya, pada kata yang,
penulis tidak menyingkatnya menjadi yg.
Walaupun begitu, ada beberapa kesalahan dalam penggunaan tanda baca
seperti pada kalimat-kalimat berikut.
Ayunan suara yang keluar dari mulutnya menambah deru asa
hati orang-orang dengan detakan suara yang lemah lembut…
Dari kalimat tersebut, dapat dilihat bahwa ada kata yang tidak sesuai.
Seharusnya, setelah kata orang-orang ada titik karena kata selanjutnya yaitu kata
dengan karena walaupun masih berbicara mengenai suara tetapi konteksnya sudah
berbeda.
Pakaian dengan stylenya merebah dalam pesona indah dirinya.
Kata style sebaiknya diganti dengan kata gaya karena style merupakan
sebuah kata dalam bahasa Inggris dan tidak bisa diikuti oleh imbuhan nya.
Dengan di siram sepatunya yang berpolet orange…
Kata di siram seharusnya disatukan penulisannya karena di pada kata
tersebut merupakan kata depan bukan imbuhan.
Dari sudut diksi, karangan ini memperoleh skor 4.
(2) Hasil penginderaan
Hasil penginderaan yang diceritakan dalam karangan deskripsi di atas ada
tiga yaitu indera penglihatan, indera perasaan dan indera pendengaran. Hasil
penginderaan tersebut dapat dilihat dari kalimat-kalimat berikut.
Bola mata yang hitam terpencar dalam elok hari-harinya, dilengkapi alis
mata yang hitam dan bulu mata yang tidak terlalu lebat.
70
Rambutnya yang hitam gemerlap, lurus terurai sebahu, dengan
tak bergaya aneh-aneh.
Kedua kalimat di atas merupakan hasil indera penglihatan karena semua
yang diceritakan merupakan hasil penglihatan penulis terhadap objek yang diteliti
untuk diceritakan.
Ayunan suara yang keluar dari mulutnya merebah deru asa
hati orang-orang dengan detakan suaranya yang lemah lembut
dalam hari-harinya.
Kalimat di atas merupakan hasil indera pendengaran. Penulis mengunakan
indera pendengarannya untuk mendengar bagaimana suara objek yang diteliti,
kemudian dikemukakan dalam bentuk tulisan.
Semua pesonanya membuat angan bayangannya tak mudah
tersapu dan tak mudah retak bahkan pecah dalam ingatan
orang yang melamunkan dirinya.
Kalimat di atas merupakan hasil inder perasaan dilihat dari kata
melamunkan dirinya. Kata tersebut menunjukkan perasaan penulis saat
melamunkan objek yang dideskripsikannya.
Walaupun dalam karangan tersebut hanya terdapat tiga hasil penginderaan
tetapi di dalam karangan tersebut menceritakan watak serta sifat tokoh. Dalam
karangan deskripsi yang menggambarkan orang sebagai objeknya, watak serta
sifat harus ada untuk menambah kesan yang ingin diberikan kepada pembaca.
Sosok yang terlihat pendiam, penuh makna, tersirat dalam
dirinya yang selalu duduk tersimpuh di pojok belakang kelas.
71
Kata pendiam dalam kalimat tersebut menunjukkan sifat tokoh yang
dideskripsikan oleh penulis.
Dari sudut penginderaan, karangan ini mendapatkan skor 4.
(3) Perincian
Karangan berjudul pesona dirinya mengandung sebagian ciri karangan
deskripsi tetapi tidak diuraikan secara terperinci dan teratur. Misalnya, setelah
perincin penginderaan seperti indera penglihatan, pendengaran, dan perasaan,
pendeskripsian berpindah kepada pendeskripsian sifat dan watak lalu pindah lagi
kepada pendeskripsian indera pendengaran.
Dari sudut perincian, karangan ini mendapatkan skor 3.
(4) Urutan
Pengkajian objek kurang logis tetapi masih menggambarkan sifat dan
watak. Pada awalnya, penulis menggambarkan objek secara keseluruhan seperti
bagaimana postur tubuh objek lalu menggambarkan rambut objek, lalu
menggambarkan wajah objek mulai dari pipi, kulit, lalu ke pakaian. Setelah itu
menggambarkana mata objek, alis mata, serta bulu matanya. Setelah itu,
menggambarkan tingkah laku objek lalu menggambarkan suara objek.
Seharusnya, penulis menggambarkan wajah objek secara mendetail mulai dari
rambut, alis mata, bulu mata, mata, pipi, lalu beralih ke bagian wajah yang
lainnya. Setelah itu baru menggambarkan kulit, suara lalu tingkah laku.
Dari sudut urutan, karangan ini mendapatkan skor 3.
(5) pelibatan perasaan pembaca
72
Karangan tersebut cukup mampu melibatkan perasaan pembaca. Setelah
membaca karangan tersebut, pembaca mampu membayangkan objek yang
dideskripsikan. Seorang gadis yang cantik dengan berbagai kelebihan yang
dimiliki dengan watak pendiam yang semakin membuatnya tak mudah dilupakan
oleh orang-orang yang melihatnya.
Dari sudut pelibatab perasaan pembaca, karangan ini mendapat skor 3.
2) Karangan Berkategori Cukup
Nama : Fauzan R. T.
No. Absen : 13
Judul : Tidak ada judul
Dia merupakan seorang yang melakukan perjuangan keras menuju ke sekolah dari Majalaya dengan sepeda motor andalannya yaitu Suzuki SkyWave 125R. setiap hari sekolah sempat-sempatnya dia menjemput saya dirumah untuk berangkat ke sekolah bersama-sama dengan hati riang gembira. Dia bernama Fajar Nur Ilham. Memiliki tubuh yang proporsional yang tidak lumayan enak untuk dilihat. Kulit tubuhnya rada gelap karena mungkin ia termasuk ke dalam kelompok anak masa kecil kurang bahagia. Dia mempunyai mata yang lumayan indah dan mungkin mata itu memiliki daya tarik untuk menarik hati para lelaki! Eh, wanita! Tingkah lakunya di sekolah sangat aneh dan tidak ada gunanya. Gaya bicaranya pun sungguh awut-awutan. Tetapi dia salah satu muriod yang lumayan pintar. Pelajaran yang disukainya adalah olah raga karena dia bisa mendapatkan tubuh yang proporsiional daro olah raga. Oleh karena itu, banyak julukan yang diberikan oleh teman-temannya kelasnya dan Fajar mempunyai julukan kunyuk di sekolahnya.
(ditulis kembali sesuai dengan karangan aslinya)
Analisis:
Karangan ini mendapat skor 13. Secara terperinci skor tersbut diperoleh sebagai
berikut.
73
(1) Diksi
Karangan hasil karya Fauzan ini tidak ada judulnya. Diksi yang digunakan
cukup menarik tetapi kebanyakan tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baku
serta ada beberapa kata dalam bahasa sunda yang digunakan. Penggunaan kata-
kata dalam bahasa sunda tersebut merupakan pengaruh dari bahasa ibu yang
digunakan dalam kehudupan sehari-hari. Hal tersebut dapat dilihat dalam kalimat-
kalimat berikut.
Kulit tubuhnya rada gelap karena mungkin dia termasuk dalam
kelompok anak masa kecil kurang bahagia.
Penggunaan kata rada dalam kalimat tersebut kurang tepat. Rada
merupakan kata serapan dari bahasa sunda. Kata agak lebih tepat digunakan
sebagai pengganti rada. Dalam kalimat tersebut, terdapat dua klausa tetapi antara
klausa yang satu dengan klausa yang lain tidak memiliki koherensi.
Setiap hari sekolah sempat-sempatnya dia menjemput saya
dirumah…
Terdapat kesalahan penulisan pada kata dirumah. Seharusnya penulisan
dirumah dipisahkan karena di pada kata tersbut merupakan kata depan bukan
imbuhan.
Dari sudut diksi karangan ini mendapt skor 3.
(2) Hasil penginderaan
Dalam karangan tersebut, hanya terdapat satu hasil penginderaan yaitu
indera penglihatan. Hal tersebut dapat dilihat dari kalimat berikut.
74
Dia bernama Fazar Nur Ilham. Memiliki tubuh yang
proporsional yang tidak lumayan enak untuk dilihat.
Kulit tubuhnya rada gelap…
Kalimat-kalimat tersebut merupakan hasil penglihatan penulis terhadap
objek yang dideskripsikannya.
Walaupun hanya terdapat satu hasil penginderaan, tetapi penulis tidak lupa
untuk menambahkan watak serta sifat untuk menambah kesan kepada pembaca.
Penggambaran sifat dan watak dapat dilihat dari kalimat berikut.
Tingkah lakunya di sekolah sangat aneh dan tidak ada gunanya.
Tetapi dia salah satu murid yang lumayan pintar.
Kata aneh dan pintar menggambarkan tokoh dari segi sifat dan wataknya.
Dari hasil penginderaan karangan ini mendapat skor 3.
(3) Perincian
Karangan tersebut masih memiliki ciri-ciri karangan deskripsi, terdapat
hasil penginderaan dan penggambaran objek serta penggambaran sifat dan watak
walaupun hanya sedikit. Selebihnya, karangan diisi dengan cerita mengenai
kehidupan tokoh yang dideskrpsikan. Ceerita kehidupan tokoh dari mulai pergi ke
sekolah sampai cerita tokoh dalam menjalani kehidupannya di sekolah. Misalnya
pada kalimat berikut.
setiap hari sekolah sempat-sempatnya dia menjemput saya
dirumah untuk berangkat ke sekolah bersama-sama dengan
hati riang gembira.
75
Oleh karena itu, banyak julukan yang diberikan oleh teman-
temannya kelasnya dan Fajar mempunyai julukan kunyuk di
sekolahnya.
Dari sudut perincian karangan ini mendapat skor 2.
(4) Urutan
Penyajian objek tidak logis, hanya menggambarkan fisik secara garis besar
seperti pada kalimat berikut.
Memiliki tubuh yang proporsional yang tidak lumayan enak
untuk dilihat
watak tokoh digambarkan sedikit saja, hanya satu kata yang mewakili sifat tokoh
yaitu kata aneh dalam kalimat berikut.
Tingkah lakunya di sekolah sangat aneh dan tidak ada gunanya
Dari sudut urutan karangan ini mendapat skor 3.
(5) Melibatkan perasaan pembaca
Karangan yang dihasilkan kurang mampu melibatkan perasaan pembaca.
Kesan yang disampaikan kepada pembaca masih kurang sehingga pembaca belum
mampu membayangkan tokoh yang dideskripsikan itu seperti apa.
Dari sudut pelibatan perasaan pembaca karangan ini mendapat skor 2.
3) Karangan Berkategori Kurang
Nama : Tubagus M. Armandita
No. Absen : 33
Judul : Tidak ada judul
76
Namanya Iqbal Fauzi Akbar, dia anak ketiga dari 8 bersaudara lelaki yang memakai kacamata ini terlihat seperti anak rajin dia mahir berbicara hanya saja terkadang perkataan dan kelakuannya menyayat hati. Perbuatannya yang tidak menentu membuat semua orang merasa aneh kepada dirinya kadang agak baik bahkan juga bisa jahat. Dia setiap hari pergi kesekolah sambil mengantarkan adiknya dengan memakai motor karisma. Motor karisma yang keadaannya baik akan menjadi agak rusak karena temannya ada yang ingin pulang bersamanya bernama Frizam. Walaupun dia agak baik tetapi dia sangat terpaksa mengantarkannya , lelaki yang memiliki rambut tidak karuan dan sepatu baru berjalan dengan sangat gagah, tegak dan muka bercahaya. Siap menghadapi kejamnya dunia.
(ditulis kembali sesuai dengan karangan aslinya)
Analisis:
Karangan ini mendapat skor 9. secara terperinci skor tersebut diperoleh sebagai
berikut.
(1) Diksi
Karangan deskripsi hasil karya Tubagus tidak ada judulnya. Diksi yang
dipilih sudah cukup baik tetapi belum menggambarkan deskripsi. Karangan di atas
lebih bersifat naratif yaitu menceritakan tokoh misalnya diksi pada kalimat-
kalimat berikut.
Dia setiap hari pergi ke sekolah sambil mengantarkan adiknya
dengan memakai motor karisma.
Perbuatannya yang tidak menentu membuat semua orang
merasa aneh kepada dirinya.
Kata mengantarkan dan perbuatannya tidak menunjukkan ciri-ciri
deskripsi. Kata yang digunakan dalam deskripsi lebih dominan kata sifat bukan
77
kata kerja. Walaupun begitu, ada juga kata-kata yang menunjukkan deskripsi
seperti kata baik dan jahat.
Penggunaan ejaan dan tanda baca pada karangan di atas sudah cukup baik,
setap kalimat diakhiri dengan titik dan tidak menyingkat kata-kata yang tidak
seharusnya disingkat.
Dari sudut diksi, karangan ini mendapatkan skor 2.
(2) Hasil penginderaan
Terdapat sebuah hasil penginderaan dalam karangan tersebut yaitu indera
penglihtan. Indera penglihatan bisa dilihat dari kalimat-kalimat berikut.
lelaki yang memakai kacamata ini terlihat seperti anak rajin
diamahir berbicara hanya saja terkadang perkataan dan
kelakuannya menyayat hati.
lelaki yang memiliki rambut tidak karuan dan sepatu baru
berjalan dengan sangat gagah, tegak dan muka bercahaya.
Frasa rambut tidak karuan menunjukkan hasil penglihatan penulis
terhadap tokoh yang dideskripsikan.
Walaupun hanya ada satu hasil penginderaan, tetapi penulis
menggambarkan sifat dan watak tokoh dalam beberapa kalimat seperti berikut.
Perbuatannya yang tidak menentu membuat semua orang
merasa aneh kepada dirinya kadang agak baik bahkan juga
bisa jahat.
78
…lelaki yang memakai kacamata ini terlihat seperti anak rajin
diamahir berbicara hanya saja terkadang perkataan dan
kelakuannya menyayat hati
Kata baik, jahat, dan rajin dalam kalimat-kalimat tersebut menunjukkan
sifat dan watak yang dimiliki oleh tokoh yang dideskripsikan oleh penulis.
Dari sudut penginderaan, karangan ini mendapat skor 1.
(3) Perincian
Tulisan mengandung sedikit ciri karangan deskripsi. Banyak menceritakan
kejadian yang bisa dikategorikan ke dalam karangan narasi seperti pada kalimat
berikut.
Motor karisma yang keadaannya baik akan menjadi agak
rusak karena temannya ada yang ingin pulang bersamanya
bernama Frizam
Dari sudut perincian, karangan ini mendapat skor 2.
(4) Urutan
Penyajian objek tidak logis. Awalnya menceritakan anak yang rajin, baik,
jahat, lalu menceritakan motor pribadinya serta keterpaksaannya mengantarkan
teman. Penulis tidak menggambarkan ciri-ciri fisik tokoh secara detail.
Penceritaan watakpun hanya sedikit dan tidak teratur, ada penceritaan watak di
awal karangan, ada juga di akhir karangan.
Dari sudut urutan karangan ini mendapat skor 2.
(5) pelibatan perasaan pembaca
79
Karangan tidak memberikan kesan tertentu terhadap pembaca. Pembaca
tidak mampu membayangkan bagaimana tokoh yang dideskripsikan. Pembaca
hanya mendapatkan bayangan terhadap kegiatan yang dilakukan tokoh.
Dari sudut pelibatan perasaan pembaca karangan ini mendapat skor 2.
4.2.6 Refleksi
Pada penelitian siklus pertama ini, masih banyak kekurangan yang terjadi.
Hal pertama adalah guru belum mampu mengalokasikan waktu dengan tepat
karena belum tahu kondisi siswa pada saat pembelajaran menulis karangan
deskripsi berlangsung.
Waktu yang dialokasikan untuk menulis dengan cepat pada tahap awal
terlalu lama sehingga masih banyak waktu yang tersedia sedangkan siswa sudah
cukup banyak menulis walaupun tulisan yang dihasilkan tidak seluruhnya
berhubungan dengan tema. Hal ini menjadi perhatian guru, dalam siklus
selanjutnya, alokasi waktu akan lebih banyak digunakan untuk mengembangkan
gagasan yang telah dipilih siswa.
Kedua, guru terlihat tegang saat menjelaskan, hal ini terjadi karena guru
belum terbiasa ada observer di dalam kelas. Ketegangan guru berakibat pada
kondisi siswa. Siswa menjadi kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan dan
pendapat walaupun pada saat guru memberikan pertanyaan siswa sudah cukup
aktif menjawab.
Dilihat dari karangan siswa, masih banyak karangan yang tidak memakai
judul padahal judul merupakan gambaran seluruh karangan. Maka pada siklus
80
selanjtnya guru akan lebih menekankan supaya siswa memberi judul pada
karangannya. Selain itu, guru juga akan menjelaskan menganai pemilihan judul
yang baik.
Selain masalah judul, hal yang perlu diperbaiki dalam karangan siswa
adalah ejaan dan tanda baca. Masih banyak kesalahan dalam penggunaan tanda
baca. Masalah yang terjadi pada ejaan adalah siswa sering menyingkat kata yang
seharusnya tidak disingkat.
Selain masalah-masalah tersebut, hal yang menjadi masalah utama adalah
masih banyak siswa yang tidak bisa membedakan karangan deskripsi dengan
karangan narasi. Hal ini bisa dilihat dari karangan siswa yang lebih menceritakan
tentang seseorang daripada menggambarkan ciri-ciri fisik dan sifatnya.
Untuk melihat dengan lebih jelas hasil karangan siswa, berikut terdapat
tebel yang menggambarkan nilai hasil belajar siswa dalam membuat karangan
deskripsi.
Tabel 4.1
Nilai karangan siswa siklus ke-1
No. Nama Skor Nilai
1. Andriani 14 70 2. Anisa Fathin 11 55 3. Ayu Ashari 12 60 4. Degia Fitra 11 55 5. Devi Nur S. 12 60 6. Fauzan 13 65 7. Frizam D. 12 60 8. Gina Intan 11 55 9. Gita Nadya R. 16 80 10. Gustia S. 14 70 11. Iqbal Fauzi 13 65 12. Kusumaningtyas 12 60
81
13. M. Yusuf 10 50 14. Putri Pratiwi 13 65 15. Ratih H. 1 55 16. Reza Amelia 8 40 17. Sofi Novianti 13 65 18. T.M. Armadita 9 45 19. Ummu Rokhima 12 60 20. Vanny N. 12 60 21. Witan Perjaka 12 60 22. Yulita 11 55
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada siklus pertama tidak ada siswa
yang dapat dikategorikan ke dalam siswa yang mendapat nilai sangat baik. Siswa
yang mendapat nilai baik hanya 7 orang atau 31,8%, siswa yang mendapat nilai
cukup berjumlah dua belas 14 orang atau 63,63%, dan siswa yang memiliki nilai
yang masih kurang berjumlah 1 orang atau 4.5%.
Dari nilai-nilai tersebut, dapat dilihat bahwa masih banyak hal yang harus
diperbaiki dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi tersebut. Perbaikan-
perbaikan tersebut akan dilaksanakan pada siklus kedua.
4.3 Siklus II
Pada siklus kedua, penelitian dilaksanakan Seperti pada siklus pertama,
penelitian siklus kedua mencakup perencanaan penelitian, pelaksanaan penlitian,
observasi, analisis karangan siswa serta refleksi. Hasil penelitian siklus kedua ini
akan menjadi pedoman untuk perbaikan penelitian siklus ketiga.
4.3.1 Perencanaan Tindakan
Seperti pada siklus pertama, sebelum melaksanakan penelitian, penulis
membuat perencanaan-perencanaan untuk mendukung pelaksanaan penelitian.
82
Pada siklus kedua, pelaksanaan penelitian direncanakan hanya ke dalam satu
pertemuan. Hal ini karena materi dasar mengenai karangan deskripsi sudah
dijelaskan secara mendetail pada siklus pertama. Pada siklus kedua, guru hanya
akan mengulas sedikit mengenai karangan deskripsi untuk mengingatkan kembali
siswa pada materi yang sudah diajarkan. Penulis membuat perencanaan
pembelajaran dibantu oleh teman sejawat. Dalam rencana pembelajaran tersebut,
penulis membuat perbaikan-perbaikan berdasarkan hasil pelaksanaan siklus
pertama. Perbaikan tersebut meliputi pemberian materi mengenai tema dan judul
dalam sebuah karangan karena masih banyak siswa yang tidak memberikan judul
dalam karangannya. Selain itu, dalam rencana pembelajaran juga penulis
mengurangi alokasi waktu pada tahap menulis cepat supaya siswa mempunyai
waktu yang lebih banyak dalam mengembangkan gagasan pada tahap menulis
selanjutnya. Selain membuat rencana pembelajaran, penulis juga menyiapkan
kembali contoh-contoh karangan deskripsi supaya siswa lebih banyak mengenal
jenis-jenis karangan deskripsi.
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan
Penelitian siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2009.
Pelaksanaan penelitian siklus kedua dimulai seperti pada pembelajaran-
pembelajaran pada umumnya. Guru membuka pelajaran dengan berdoa bersama
lalu mempresensi siswa. Setelah membuka pelajaran, guru mulai melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah
dirumuskan dalam RPP.
83
Pertama, guru menyampaikan materi pembelajaran dan tujuan
pembelajaran. Hal ini sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, tetapi
untuk mengingatkan kembali siswa terhadap materi yang akan diajarkan maka
guru kembali memberitahukan siswa mengenai hal tersebut.
Kedua, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa mengenai
berbagai jenis karangan, karangan deskripsi, ciri dan jenis deskripsi untuk melihat
sejauh mana perkembangan pengetahuan siswa mengenai karangan deskripsi
setelah dilaksanakannya penelitian siklus pertama. Selain itu, hal ini juga
dimaksudkan supaya siswa aktif dalam menyampaikan pendapatnya. Pada tahap
ini, banyak siswa yang memberikan pendapatnya dan guru menampung pendapat-
pendapat yang diberikan oleh siswa setelah itu lalu ditulis di papan tulis.
Ketiga, guru mengulas kembali materi mengenai karangan deskripsi. Hal
ini berhubungan dengan pendapat-pendapat yang disampaikan oleh siswa pada
kegiatan sebelumnya. Pada tahap ini, guru bersama-sama dengan siswa
menyimpulkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan.
Keempat, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau
mengemukakan pendapat. Selain itu, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyempaikan hambatan yang dihadapi pada saat menulis karangan
deskripsi. Pada tahap ini, ada siswa yang menyampaikan pendapatnya yaitu
bahwa dalam menulis karangan deskripsi ksulitan utama yang dihadapi adalah
merinci objek yang dilihat menjadi sebuah tulisan. Hal ini berhubungan dengan
sulitnya mengungkapkan gagasan menjadi sebuah tulisan.
84
Kelima, guru menjelaskan materi mengenai tema dan judul dalam sebuah
karangan. Hal ini untuk menekankan kepada siswa bahwa judul merupakan hal
penting dalam sebuah karangan sedangkan karangan-karangan yang dihasilkan
oleh siswa pada siklus pertama banyak yang tidak menggunakan judul. Pada tahap
ini, siswa cukup serius memperhatikan guru walaupun ada beberapa siswa yang
masih mengerjakan pekerjaan yang lainnya. Siswa baru mengetahui bahwa dalam
setiap tulisan yang dibuat, judul harus selalu ada. Biasanya siswa hanya membuat
isi karangan saja tanpa menggunakan judul.
Keenam, siswa kembali diberikan contoh karangan deskripsi. Pada siklus
pertama, siswa diberikan contoh karangan deskripsi yang menggunakan tempat
sebagai objek yang dideskripsikan. Pada siklus kedua, contoh karangan deskripsi
yang diberikan kepada siswa adalah deskripsi orang sesuai dengan karangan
deskripsi yang harus dibuat oleh siswa. Pemberian karangan ini supaya siswa
mengetahu jenis-jenis karangan deskripsi dengan konkret. Pada tahap ini, siswa
serius membaca karangan deskripsi yang diberikan oleh guru.
Ketujuh, guru mnunjuk salah satu siswa untuk kembali menyiapkan timer
yang berguna sebagai tanda untuk memulai dan mengakhiri proses menulis cepat.
Waktu yang digunakan dalam proses menulis cepat siklus kedua ini adalah 15
menit. Hal ini supaya siswa tidak banyak diam dan berpikir dalam kegiatan
menulis. Apabila waktu sedikit dan kertas yang dimiliki oleh siswa harus penuh
maka siswa akan menulis terus-menerus sesuai dengan inti teknik fastwriting
sedangkan apabila waktu terlalu banyak. Siswa akan banyak dian dan santai
dalam proses menulis. Selain itu, pengurangan waktu menulis cepat juga
85
bertujuan supaya siswa memiliki waktu yang lebih panjang dalam memperbaiki
tulisannya.
Setelah timer siap, siswa mulai menulis. Pada tahap ini, seluruh perhatian
siswa tertuju pada kegiatan menulis dan tidak ada siswa yang mengobrol dengan
temannya atau mengerjakan pekerjaan lain.
Kedelapan, setelah menulis dengan cepat siswa kembali membaca
tulisannya dan kembali memilah-milah gagasan mana yang akan digunakan dan
gagasan mana yang tidak akan digunakan dalam karangannya. Lalu siswa
menukar tulisannya dengan teman sebangku. Pada tahap ini, guru menekankan
kepada siswa supaya siswa hanya membaca karangan yang dibuat oleh teman
sebangku saja. Hal ini supaya kelas lebih terkoordinasi dan tidak ribut seperti
dalam siklus pertama. Namun, tidak seluruh siswa menurut pada saran guru, ada
pula beberapa siswa yang tetap ribut dan membaca karangan hasil teman yang
lainnya.
Kesembilan, siswa kembali menulis, mengembangkan gagasan yang telah
dipilihnya berdasarkan karangan yang dihasilkan pada tahap pertama. Pada tahap
ini, siswa kembali serius dalam pekerjaannya.
Setelah selesai pada tahap tersebut, siswa menegdit tulisannya,
memperbaiki kesalahan ejaan dan tanda baca.
Penelitian siklus kedua berakhir sampai pada tahap tersebut. Setelah
selesai mengedit karangannya, siswa mengumpulkannya untuk diberi penilaian.
Guru dan siswa merefleksi hal-hal apa saja yang telah dikerjakan. Guru
memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya. Ada satu orang siswa yang
86
bertanya apakah judul harus selalu ada dalam sebuah tulisan atau karangan? Guru
menjawab harus ada karena judul merupakan gambaran karangan secara
keseluruhan.
Setelah itu guru menutup pelajaran dengan berdoa bersama dan
mengucapkan salam.
4.3.3 Observasi
Seperti pada siklus pertama, pada penelitian siklus kedua juga dilakukan
observasi oleh observer untuk melihat pekembangan kemampuan guru dalam
mengajar serta untuk melihat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran
menulis karangan deskripsi.
Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa dalam penelitian siklus kedua,
guru sudah cukup mampu membuka pelajaran dengan baik. Guru mampu menarik
perhatian siswa dan membuat kaitan antara materi ajar yang tedahulu dengan
materi ajar yang disampaikan kepada siswa. Guru juga sudah jelas dalam
melakukan komunikasi dengan siswa. Penguasaan materi ajar yang disampaikan
juga sudah lebih baik dibandingkan siklus pertama.
Implementasi langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru
sudah cukup sesuai dengan yang tertuang dalam rencana pembelajaran yang telah
disusun. Hal ini terjadi karena guru sudah memiliki persiapan yang baik dan
sudah memiliki pengalaman berdasarkan penelitian siklus pertama.
87
Penggunaan media pembelajaran sudah cukup baik, sesuai dengan materi
yang diajarkan guru. Evaluasi yang dilakukan oleh guru sesuai dengan yang
direncanakan dalam RPP serta menggunakan alokasi waktu yang telah ditetapkan.
Selain observasi aktivitas guru, observer juga melakukan observasi
terhadap aktivitas siswa. Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa respon
yang dberikan siswa terhadap pembelajaran sudah cukup baik, begitupun dalam
hal mengajukan pendapat dan pertanyaan. Siswa juga mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru dan mengikuti pembelajaran sampai selesai.
4.3.4 Catatan Lapangan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada siklus kedua, ada
beberapa catatan lapangan yang harus diperbaiki oleh guru yaitu guru harus
mampu meningkatkan motivasi siswa dalam menulis karangan deskripsi serta
guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan seperti siswa
diajak bercanda supaya siswa tidak merasa bosan dalam melaksanakan
pembelajaran.
4.3.5 Analisis Karangan
pada siklus kedua, penulis menganalisis tiga buah karangan yang
berkategori sangat baik, baik, dan cukup. Pada siklus ini, tidak ada siswa yang
mendapatkan nilai kurang seperti pada siklus pertama.
1) Karangan berkatogori sangat baik
Nama : Devi Nur Silvia
88
No. absen : 08
Judul : Pelita Dalam Gelap
Semua orang beranggapan bahwa gelap itu menyeramkan. Tapi tidak denganku. Aku mempunyai pelita yang selalu menerangiku di dalam kegelapan. Dia adalah ibuku. Ibu adalah orang yang paling berjasa dalam hidupku. Sentuhan halusnya selalu ku rasakan selama 15 tahun ini. Kelembutan hati dan kasih sayangnya bagaikan embun pagi yang suci dan bening. Ibu adalah orang yang ramah dan cerewet, dan kini mungkin menurun padaku. Ibu selalu memarahiku jika aku meakukan kesalahan, tapi dia melakukan itu semua karena dia menyayangiku. Bagiku, dialah sosok R.A. Kartini jaman ini. Tingginya sama seperti tinggi badanku. Kulitnya putih dan manis. Dia wanita tercantik dalam hidupku. Aku ingin orang lain iri karena aku memiliki ibu sepertinya. Rambutnya yang hitam bergelombang dan tahi lalat di pipi kanannya menambah kecantikan dirinya. Dia adalah sosok ibu yang diidamkan oleh setiap orang. Ibu yang bersuara lembut dan selalu menyebut namaku di setiap doanya. Nasihatnya yang sangat berguna untukku. Selalu ku jadikan pedoman dalam melewati halang rintang kehidupan ini. Bola matanya yang coklat dan raut muka yang manis, selalu menyejukkan hatiku di kala aku memandangnya. Suaranya yang merdu bagai suara alam yang sangat indah. Rasa suka dan duka, selalu ia curahkan kepadaku. Dia sangat menyayangiku begitupun aku. Aku tak tahu seberapa besar cintanya padaku, tapi yang aku tahu dia mencintaiku melebihi dia mencintai dirinya sendiri. Dia selalu menyemangatiku dikala aku sedih dan selalu ada di sampingku di saat aku membutuhkan dirinya. Bagiku, dia tak sekadar menjadi seorang ibu yang telah rela mengandungku selama 9 bulan dalam rahimnya, tapi dia adalah sahabat dan malaikat dalam hidupku. Walau dia tak sempurna, tapi dimataku dia adalah orang yang paling sempurna dalam hidupku.
(ditulis kembali sesuai dengan karangan aslinya)
Analisis:
Karangan ini mendapat skor 17. Secara terperinci skor tersebut diperoleh sebagai
berikut.
(1) Diksi
89
Diksi yang digunakan dalam karangan di atas sangat baik, banyak
menggunakan kata-kata yang bagus tetapi ada juga kata yang kurang sesuai dalam
penggambaran objek. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan-kutipan di bawah
ini.
Kelembutan hati dan kasih sayangnya bagaikan embun pagi
yang suci dan bening
Sentuhan halusnya selalu kurasakan selama 15 tahun ini.
Embun pagi pada kalimat pertama merupakan padanan kata yang pas
dalam menggambarkan kelembutan hati seorang ibu. Kata halusnya merupakan
penggambaran hal yang dirasakan penulis terhadap sentuhan yang diberikan oleh
objek.
Suara alam pada kalimat kedua juga merupakan padanan yang pas dalam
menggambarkan suara ibu.
Selain menggunakan kata yang bagus, dalam karangan tersebut juga ada
kata-kata yang kurang sesuai seperti berikut.
…tapi dimataku dia adalah orang yang paling sempurna dalam
hidupku.
Kata hidupku cenderung merupakan pemborosan kata karena di awal
kalimat ada kata mataku. Seharusnya cukup saja menggunakan salah satu dari
kedua kata tersebut.
Dalam karangan tersebut, ejaan yang digunakan sudah cukup baik. Tidak
ada singkatan-singkatan yang tidak perlu. Tanda baca yang digunakan juga sudah
cukup baik.
90
Dari sudut diksi karangan ini mendapat skor 3.
(2) Penginderaan
Ada tiga jenis penginderaan yang digunakan penulis dalam
menggambarkan objeknya yaitu indera penglihatan, pendengaran, serta perasaan.
Ketiga hasil penginderaam tersebut dapat dilihat dari kalimat-kalimat berikut.
Kelembutan hati dan kasih sayangnya bagaikan embun pagi
yang suci dan bening.
Kalimat tersebut menunjukkan perasaan penulis terhadap objek yang
digambarkannya. Embun pagi yang suci dan bening menunjukkan kelembutan
hati dan kasih sayang yang dimiliki oleh objek.
Bola matanya yang coklat dan raut muka yang manis, selalu
menyejukkan hatiku di kala aku memandangnya
Kulitnya putih dan manis. Dia wanita tercantik dalam hidupku
Rambutnya yang hitam bergelombang dan tahi lalat di pipi
kanannya menambah kecantikan dirinya.
Ketiga kalimat tersebut menunjukkan hasil penglihatan penulis terhadap
objek yang digambarkan. Penulis menggambarkan fisik objek dengan detail mulai
dari rambut, mata, pipi, kulit, serta postur badan. Kulitnya putih dan manis,
Rambutnya yang hitam bergelombang, tahi lalat di pipi menunjukkan bahwa
penulis benar-benar menggambarkan objek serta memberikan padanan kata yang
baik dalam penggambarannnya.
Suaranya yang merdu bagai suara alam yang sangat indah.
91
Kalimat di atas menunjukkan bahwa penulis mendengar suara objek yang
begitu merdu. Penulis menggambarkan suara objek dengan cara
menganalogikannya dengan suara alam.
Selain penggambaran fisik, penulis juga menggambarkan sifat-sifat objek.
Hal tersebut dapat dilihat pada kalimat-kalimat berikut.
Ibu adalah orang yang ramah dan cerewet, dan kini mungkin
menurun padaku.
Kata ramah dalam kalimat tersebut menunjukkan sifat objek.
Dari sudut penginderaan karangan ini mendapat skor 4.
(3) perincian
Perincian karangan sudah baik, banyak mengandung ciri karangan
deskripsi seperti penggambaran objek yang detail baik dari segi fisik maupun sifat
dan watak objek seperti pada kalimat berikut.
Bola matanya yang coklat dan raut muka yang manis, selalu
menyejukkan hatiku di kala aku memandangnya.
Suaranya yang merdu bagai suara alam yang sangat indah
Kedua kalimat tersebut merupakan contoh penggambaran objek yang
dilakukan oleh penulis.
Dari sudut perincian karangan ini mendapat skor 4.
(4) Urutan
Urutan penggambaran objek sudah logia mulai dari penggam,baran fisik
seperti rambut, mata, pipi, dan penggambaran fisik lainnya tetapi di sela-sela
penggambaran fisik tersebut, penulis menyisipkan penggambaran watak. Akan
92
lebih baik, apabila penggambaran watak ditulis setelah penggambaran fisik
selesai.
Dari sudut urutan karangan ini mendapat skor 3.
(5) pelibatan perasaan pembaca
Karangan sudah mampu melibatkan perasaan pembaca. Karangan tersebut
menggambarkan ibu yang selalu menjadi teladan bagi anak-anaknya. Penulis
karangan sudah menggambarkan ibu sebagai objeknya dengan baik sehingga
pembaca mampu merasakan bagaimana kasih sayang yang yang diberikan oleh
ibu kepada anaknya.
Dari sudut pelibatan perasaan pembaca karangan ini mendapat skor 3.
2) Analisis karangan berkategori baik
Nama : Yulita Triani
No. Absen : 38
Judul : Tidak ada judul
Anak itu adalah teman sebangku ku di kelas. Dia seorang anak perempuan. Setiap hari, dia menggunakan jilbab jika pergi ke sekolah. Kerudungnya berwarna putih polos dan ujung jilbabnya, ia penitikan dengan jarum ke bagian atas kepalanya. Tapi sering juga ia tidak mengenakan jilbabnya saat berada di luar lingkungan sekolah. Setiap harinya juga dia pergi ke sekolah dengan mengendarai sepeda motor. Selain itu dia juga menggunakan jam tangan. Sering kali aku menanyakan “jam berapa sekarang?” padanya dan selalu ia jawab ramah.
Sekilas tidak ada yang istimewa dari postur tubuhnya. Badannya tinggi tapi tidak gendut, juga tidak kurus. kulitnya tidak terlalu hitam juga tidak terlalu putih namun, dia memiliki pribadi yang lumayan menyenangkan, dia hampir selalu membuatku tertawa saat sedang ngobrol dengannya. Dia juga termasuk anak yang pintar, kami sering saling
93
membantu dalam pelajaran, Selain itu, dia juga anak yang shaleh dan rajin beribadah namun, di balik sikapnya yang baik itu, dia adalah orang yang mudah tersinggung dan sentimentil. Walaupun begitu dia adalah anak yang baik.
Kami memiliki banyak kesamaan, terutama dalam selera. Kami sama-sama menyukai musik yang beraliran cukup keras seperti rock. Saat ini, dia sedang memiliki pujaan hati, dia adalah seorang kakak kelas di sekolah. Hampir setiap hari aku mendengarkannya bercerita mengenai pujaan hatinya itu. Kadang ia bercerita mengenai kesedihannya, kadang juga mengenai kebahagiaan yang dirasakannya. Di balik kecocokan kami, kami juga memiliki perbedaan tujuan. Dia ingin menjadi ilmuwan, dan aku ingin menjadi seorang seniman. Itu berarti suatu saat kami akan berpisah. Namun, kami yakin walaupun berbeda tujuan kami akan menjadi teman baik sampai kapanpun.
(ditulis kembali sesuai dengan karangan aslinya)
Analisis:
Karangan ini mendapat skor 14. secara terperinci skor tersebut
diperoleh sebagai berikut.
(1) Diksi
Diksi yang digunakan sudah bagus, tidak menoton dan menggunakan kata
sifat yang tepat dalam penggambaran objek seperti pada kutipan berikut.
Badannya tinggi tapi tidak gendut, juga tidak kurus
Kulitnya tidak terlalu hitam juga tidak terlalu putih
Kedua kalimat tersebut menggunakan kata-kata yang cukup menarik.
Penulis menggambarkan objek tidak langsung menggunakan kata yang
sebenarnya tetapi menggunakan permainan kata.
Dalam karangan tersebut, penggunaan ejaan dan tanda baca sudah cukup
baik.
Dari sudut diksi karangan ini mendapat skor 3.
(2) Penginderaan
94
Ada dua hasi penginderaan yang digunakan penulis dalam penggambaran
objeknya yaitu indeera penglihatan dan indera perasaan. Kedua hasil
penginderaan tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.
Kerudungnya berwarna putih polos
Badannya tinggi tapi tidak gendut, juga tidak kurus. Kulitnya
tidak terlalu hitam juga tidak terlalu putih
Kedua kalimat tersebut menunjukkan hasil penglihatan penulis terhadap
objek yang digambarkan. putih polos merupakan hasil penglihatan penulis
terhadap kerudung objek. tidak gendut, juga tidak kurus menunjukkan hasil
penglihatan penulis terhadap postur tubuh objek yang digambarkan.
ia memiliki pribadi yang lumayan menyenangkan
kata menyenangkan merupakan perasaan penulis terhadap objek apabila
melakukan sesuatu dengannya.
Selain menggambarkan fisik, penulis juga menggambarkan sifat dan
watak objek seperti yang terdapat dalam kutipan berikut.
…selalu ia jawab ramah
Dia juga termasuk anak yang pintar, kami sering saling
membantu dalam pelajaran..
Namun, di balik sikapnya yang baik itu, dia adalah orang yang
mudah tersinggung dan sentimentil. Walaupun begitu dia adalah
anak yang baik
dia juga anak yang shaleh
95
Kata baik, pintar, ramah, mudah tersinggung, shaleh serta sentimentil
yang terdapat dalam kalimat-kalimat tersebut marupakan penggambaran sifat dan
watak objek yang dilakukan oleh penulis.
Dari sudut penginderaan karangan ini mendapat skor 3.
(3) Perincian
Karangan tersebut mengandung ciri-ciri karangan deskripsi tetapi
penggambaran fisik objeknya kurang detail seperti tidak ada penggambaran
wajahnya seperti apa? Penulis lebih banyak menggambarkan sifat dan watak
objek daripada segi fisik objek.
Dari sudut perincian karangan ini mendapat skor 3.
(4) Urutan
Penyajian objek sudah cukup logis tetapi tidak benar-benar terperinsi.
Penggambaran objek mulai dari penggambaran kerudung yang menutupi kepala
sampai penggambaran postur tubuh objek serta penggambaran kulit objek.
Dari sudut urutan karangan ini mendapat skor 2.
(5) pelibatan perasaan pembaca
Karangan tersebut sudah mampu melibatkan perasaan pembaca. Pembaca
benar-benar merasakan pertemanan yang terjalin antara penulis dengan objek
yang digambarkan. Penulis telah mampu menggambarkan objek serta pertemanan
yang dijalani.
Dari sudut pelibatan perasaan pembaca karangan ini mendapat skor 3.
96
3) Karangan berkategori cukup
Nama : Tubagus M. Armandita
No. Absen : 33
Judul : Ayahku
Idolaku, idolaku adalah ayahku. Seorang ayah yang
penuh kesabaran membimbing anak-anaknya menjadi yang terbaik. Keinginannya yang keras membuatnya menjadi suri teladan bagi anak-anaknya. Ia menjadi orang yang dihormati di keluargaku. Pembawaannya yang kalem dan humoris membuat anak-anaknya ingin selalu dekat dengannya.
Seorang pekerja keras yang selalu banting tulang demi menafkahi keluarganya. Orangnya yang religius pun membawa perkataan dan perbuatannya sangat ramah dan sopan. Keinginan keras untuk maju mampu membuat anak-anaknya mengikuti keinginan kerasnya tersebut. Membuat dirinya menjadi ayah yang terbaik di mataku.
Analisis:
Karangan ini mendapat skor 12. Secara terperinci perolehan skor
tersebut sebagai berikut.
(1) Diksi
Diksi yang digunakan masih menoton dan kurang baik. Ada penggunaan
kata yang berlebihan dan ini membuat kalimat tidak efektif. Hal ini dapat dilihat
pada kalimat berikut.
Keinginan keras untuk maju mampu membuat anak-anaknya
mengikuti keinginan kerasnya tersebut.
Walaupun ada kata yang tidak efektif yang digunakan oleh penulis tetapi
penulis juga menggunakan kata-kata yang bagus seperti pada kalimat berikut.
97
Keinginannya yang keras membuatnya menjadi suri teladan bagi
anak-anaknya.
Dalam karangan tersebut, penggunaan ejaan dan tanda baca sudah cukup
baik. Penggunaan tanda baca sudah sesuai pada tempat dan fungsinya serta tidak
ada kata-kata yang disingkat.
Dari sudut diksi karangan ini mendapat skor 3.
(2) Penginderaan
Tidak ada hasil penginderaan dalam karangan tersebut. Penulis hanya
menggambarkan sifat dan watak objek dengan sangat terperinci. Hal tersebut
dapat dilihat dalam kalimat berikut.
Seorang ayah yang penuh kesabaran membimbing anak-anaknya
menjadi yang terbaik.
Pembawaannya yang kalem dan humoris membuat anak-
anaknya ingin selalu dekat dengannya
Seorang pekerja keras yang selalu banting tulang demi
menafkahi keluarganya.
Orangnya yang religius pun membawa perkataan dan
perbuatannya sangat ramah dan sopan.
Kata religius, sopan, ramah, kalem,serta humoris merupakan
penggambaran sifat dan watak tokoh.
Dari sudut penginderaan karangan ini mendapat skor 2.
(3) Perincian
98
Objek yang digambarkan kurang terperinci karena penulis hanya
menggambarkan sifat dan watak objek. Walaupun begitu, karangan tersebut
masih mengandung sedikit ciri karangan deskripsi.
Dari sudut perincian karangan ini mendapat skor 2.
(4) Urutan
Penyajian objek kurang logis karena fisik objek sama sekali tidak
digambarkan.
Dari sudut urutan karangan ini mendapat skor 2.
(5) Melibatkan perasaan pembaca
Walaupun hanya menggambarkan sifat dan watak objek, penulis mampu
melibatkan perasaan pembaca karena penggambaran sifat dan watak tersebut
mampu mewakili tokoh ayah pada umumnya.
Dari sudut pelibatan perasaan pembaca karangan ini mendapat skor 3.
4.3.6 Refleksi
Dari hasil penelitian siklus kedua, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki
yaitu penulis sebagai guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa dalam
menulis karangan deskripsi. Selain itu, penulis harus memberikan materi
mengenai penginderaan dalam karangan deskripsi dengan lebih terperinci karena
sampai siklus kedua, dalam menggambarkan objek siswa masih belum
menggunakan lima indera.
99
Kedua, penulis sebagai guru harus mampu menciptakan suasana yang
menyenangkan bagi siswa karena hal ini berpengaruh terhadap motivasi siswa
untuk belajar.
Tabel 4.2
Daftar nilai siswa siklus ke-2
No. Nama Skor Nilai
1. Andriani 13 65 2. Anisa Fathin 15 75 3. Ayu Ashari 16 80 4. Degia Fitra 13 65 5. Devi Nur S. 17 85 6. Fauzan 14 70 7. Frizam D. 13 65 8. Gina Intan 12 60 9. Gita Nadya R. 17 85 10. Gustia S. 12 60 11. Iqbal Fauzi 14 70 12. Kusumaningtyas 12 60 13. M. Yusuf 12 60 14. Putri Pratiwi 15 75 15. Ratih H. 14 70 16. Reza Amelia 12 60 17. Sofi Novianti 13 65 18. T.M. Armadita 12 60 19. Ummu Rokhima 16 80 20. Vanny N. 15 75 21. Witan Perjaka 12 60 22. Yulita 14 70
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang termasuk ke dalam
kategori sangat baik sebanyak 2 orang atau 9%, siswa yang termasuk ke dalam
kategori baik sebanyak 13 orang atau 59%, serta siswa yang termasuk ke dalam
kategori cukup sebanyak 7 orang atau 31,8%.
100
4.4 Siklus III
Pelaksanaan siklus ketiga sama dengan siklus pertama dan kedua. Siklus
ketiga ini dilaksanakan untuk memperbaiki hal-hal yang masih kurang pada siklus
kedua. Pelaksanaan siklus ketiga meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi,
catatan lapangan, analisis karangan siswa, serta refleksi.
4.4.1 Perencanaan Tindakan
Pada hasil penelitian siklus kedua, sudah terlihat peningkatan dalam
pembelajaran karangan deskripsi. Dalam penelitian siklus ketiga, penulis dengan
teman sejawat kembali membuat rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran
siklus ketiga memuat hal-hal yang dilakukan dalam siklus pertama dan kedua
ditambah beberapa hal yang dianggap penting dalam meningkatkan pembelajaran.
Penulis menambahkan materi penginderaan dalam siklus ketiga untuk
menekankan pada siswa bahwa menulis karangan deskripsi harus menggambarkan
objek melalui penginderaan. Selain membuat rencana pembelajaran, penulis juga
menyiapkan format observasi guru dan siswa untuk melihat kegiatan
pembelajaran yang berlangsung.
4.4.2 Pelaksanaan Tindakan
Penelitian siklus ketiga dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2009. Seperti
pada siklus-siklus sebelumnya, penelitian siklus ketiga ini merupakan
pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan perbaikan-perbaikan bedasarkan
penelitian siklus sebelumnya. Penelitian ini sama seperti pembelajaran pada
101
umumnya, pada awal pembelajaran guru membuka pembelajaran dengan berdoa
bersama, mengondisikan kelas, menyampaikan materi ajar, mengaitkan materi
ajar sebelumnya dengan materi ajar yang akan disampaikan.
Setelah kegiatan pertama selesai dilakukan, kegiatan kedua adalah
melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai karangan deskripsi untuk melihat
sejauh mana pengetahuan siswa mengenai karangan deskripsi setelah
dilaksanakan penelitian siklus sebelumnya.
Ketiga, guru kembali mengulas mengenai karangan deskripsi untuk
memunculkan kembali memori siswa mengenai karangan deskripsi yang telah
diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Pada tahap ini, siswa memperhatikan guru
dengan baik dan kelas sudah terkoordinasi.
Kegiatan keempat, guru menjelaskan mengenai penginderaan. Ada lima
indera yang digunakan dalam menggambarkan objek dalam karangan deskripsi.
Pada tahap ini, siswa memperhatikan penjelasan guru karena ini merupakan hal
yang penting. Sampai pada siklus kedua, kebanyakan siswa hanya menggunakan
indera penglihatan dalam penggambaran objek.
Kelima, siswa menyiapkan timer untuk mengetahui kapan memulai
menulis dan kapan mengakhiri menulis.
Keenam, siswa mulai menulis karangan deskripsi dengan teknik
fastwriting. pada tahap ini, siswa diberi waktu selama 15 menit untuk terus-
menerus menulis, mengungkapkan pikiran dan gagasannya walaupun tidak sesuai
dengan tema yang telah ditentukan. Siswa terlihat serius menulis karangannya.
102
Ketujuh, siswa membaca kembali tulisanya dan memilah-milah gagasan
mana yang akan digunakan dalam tulisannya dan gagasan mana yang tidak akan
digunakan.
Setelah itu, siswa menukar tulisannya dengan teman untuk dikoreksi
mengai gagasan mana yang akan digunakan dan gagasan mana yang tidak akan
digunakan. Teman memberi saran dan masukan mengenai gagasan tersebut.
Setelah memilah-milah gagasan, siswa mulai mengembangkan tulisannya
menjadi sebuah karangan deskrpsi yang utuh. Pada tahap ini, siswa sangat serius
mengerjakan pekerjaanya. Tidak ada lagi siswa yang saling mengganggu karena
siswa fokus terhadap tulisannya.
Setelah selesai menulis, siswa diberi kesempatan untuk mengedit
tulisannya, memperbaiki ejaan dan tanda baca yang masih salah.
Setelah mengedit tulisannya, siswa mengunpulkan karangan yang telah
dibuat. Guru memberi kesemptan kepada siswa untuk bertanya.
Setelah semua kegiatan selesai dilaksanakan, guru menutup pelajaran
dengan berdoa bersama dan mengucapkan salam.
4.4.3 Observasi
Seperti pada siklus pertama dan kedua, observasi dilakukan oleh observer
untuk melihat aktivitas guru dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran.
Pada siklus ketiga, guru sudah melakukan peningkatan dalam penampilan
mengajar seperti kemampuan membukan pelajaran sudah lebih baik. Penguasaan
materi pembelajaran juga sudah lebih baik dari materi sebelumnya. Hal ini
103
terbukti dari respon siswa terhadap guru yang semakin meningkat. Penyajian
materi dan proses pembelajaran sudah cukup sesuai dengan RPP walaupun
pengalokasian waktu masih belum benar-benar tepat.
Aktvitas siswa selama mengikuti pembelajaran pada siklus ketiga sudah
cukup baik, respon positif sudah ditunjukkan oleh siswa serta memberikan
perhatian terhadap penjelasan guru tetapi dalam mengajukan pendapat dan
pertanyaan tidak begitu baik seperti pada siklus kedua. Siswa juga mengerjakan
tugas yang diberikan guru dan mengikuti pembelajaran sampai selesai.
4.4.4 Catatan Lapangan
Catatan lapangan yang harus diperbaiki oleh guru pada penelitian siklus
ketiga ini adalah penggunaan papan tulis sebagai media pembelajaran harus
dioptimalkan karena akan membantu kelancaran pembelajaran seperti untuk
menuliskan gagasan atau pendapat yang disampaikan oleh siswa.
4.4.5 Analisis Karangan
1) Karangan berkategori sangat baik
Nama : Frizam D.S.
No. Absen : 16
Judul : Si Raja Bulu
Dialah seorang pendahuluku, dia lahir lebih awal daripada aku, walau satu darah daging. Dia adalah kakakku yang bernama Muhamad Pramadika Kurnia Putra. Dia
104
merupakan pemimpin dari saudara-saudara kandungnya termasuk saya.
Dia memiliki postur yang standar, dengan tinggi kurang lebih 170 cm. Badan yang agak tambun dan mempunyai tampang setengah biksu, membuat dia tampak lebih gagah lagi, dalam sehari-hari. Dari bagian atas sampai bawah, badannya terlihat bengkak oleh sekumpulan lemak. Selain itu, sekujur tubuhnya pun dikelilingi oleh buku (rambut)-bulu halus yang mengerikan. Terutama bagian mukanya, dengan kepala berbentuk seperti bola, terdapat alis yang datar, lurus, dan tebal bagai ulat bulu (seperti saya). Itupun dilengkapi dengan banyaknya noda jerawat serta minyak yang menutupi wajahnya. Untungnya itu dapat dibantu oleh penampilan rambutnya yang hampir botak bagai bulu babi, yang membuat dia tampak ganteng dan gagah. Tapi, semua penampilan itu, tidak diiringi dengan sikapnya. Dia mempunyai sikap-sikap yang aneh, seperti mengupil dengan menggunakan jempol tangannya, membersihkan telingan dengan lidi, dan lain-lain. Masih banyak lagi sifat serta sikapnya yang mengerikan.
Bagian terpenting dari itu semua adalah banyaknya bulu yang melekat pada dirinya, dari ujung rambut hingga ujung kaki, tidak luput dari bulu-bulu yang melekatnya. Panjang bulu yang hampir 10 cm serta bentuknya yang keriting melengkapi betapa mengerikannya dia.
Walau seperti itu, dia tetaplah kakakku yang begitu baik (walau jarang). Dia merupakan sosok bijaksana (jarang) bagi saya, dalam memimpin saudara kandungnya.
(ditulis kembali sesuai dengan karangan aslinya)
Analisis:
Karangan ini mendapat skor 19. Secara terperinci skor tersebut
diperoleh sebagai berikut.
(1) Diksi
Diksi yang digunakan dalam karangan di atas sangat baik, tidak menoton,
sesuai dengan kriteria karangan deskripsi yaitu banyak menggunakan kata sifat
dalam penggambaran objeknya. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan-kutipan
berikut.
105
badan yang agak tambun dan mempunyai tampang setengah
biksu.
…membuat dia tampak ganteng dan gagah
Kata sifat yang digunakan seperti tambun dan gagah menunjukkan
penggambaran yang pas mengenai objek.
Selain banyak menggunakan kata sifat yang cocok dalam penggambaran
objek, penulis juga menggunakan ejaan dan tanda baca yang cukup baik walaupun
ada beberapa kesalahan dalam penggunaan tanda baca tersebut seperti terlihat
pada kutipan di bawah ini.
dikelilingi oleh buku (rambut)-bulu halus yang mengerikan.
Terutama bagian mukanya, dengan kepala berbentuk seperti
bola
Penggunaan tanda baca titik setelah kata mengerikan kurang tepat karena
kalimat selanjutnya masih menjelaskan mengenai hal yang mengerikan tersebut,
masih satu gagasan. Lalu penggunaan tanda baca koma setelah kata mukanya juga
kurang tepat karena kalimat selanjutnya memiliki gagasan yang berbeda. Pertama
penggambaran muka objek lalu yang kedua yaitu penggambaran kepala objek.
Selain itu, pada kata bulu (rambut)-bulu seharusnya bulu-bulu( rambut)
karena bulu-bulu merupakan satu kesatuan yang tidak bisa disisispi kata yang
lain.
Dari sudut diksi karangan ini memperoleh skor 4.
(2) Penginderaan
106
Ada dua penginderaan yang terdapat pada karangan di atas yaitu indera
penglihatan dan indera perasaan. Kedua hasil penginderaan tersebut dapat dilihat
pada kutipan berikut.
Dia memiliki postur yang standar, dengan tinggi kurang lebih
170 cm. badan yang agak tambun dan mempunyai tampang
setengah biksu, membuat dia tampak lebih gagah lagi, dalam
sehari-hari.
Dari bagian atas sampai bawah, badannya terlihat bengkak oleh
sekumpulan lemak.
terdapat alis yang datar, lurus, dan tebal bagai ulat bulu…
Kalimat-kalimat di atas menunjukkan hasil penglihatan penulis terhadap
objek yang digambarkan. Kata tambun, gagah, bengkak menunjukkan
penggambaran objek berdasarkan ciri-ciri fisiknya.
Selain terdapat hasil indera penglihatan, dalam karangan tersebut juga
terdapat hasil indera perasaan. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.
sekujur tubuhnya pun dikelilingi oleh buku (rambut)-bulu halus
yang mengerikan.
Kata mengerikan menunjukkan hasil perasaan penulis terhadap objek yang
digambarkan.
Selain penggambaran fisik objek, penulis juga menggambarkan sifat dan
watak objek. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.
107
Walau seperti itu, dia tetaplah kakakku yang begitu baik
(walau jarang). Dia merupakan sosok bijaksana (jarang) bagi
saya, dalam memimpin saudara kandungnya.
Kata baik dan bijaksana dalam kalimat di atas menunjukkan sifat yang
dimiliki obejk yang digambarkan oleh penulis.
Dari sudut penginderaan karangan ini mendapat skor 4.
(3) Perincian
Penulis sangat terperinci dalam menggambarkan fisik objek walaupun
hasil penginderaan hanya dua yaitu penglihatan dan perasaan. Dalam karangan
tersebut, banyak terdapat ciri-ciri karangan deskripsi misalnya menggambarkan
wajah objek, sifat objek, dan berusaha mengenalkan objek kepada pembacanya.
Dari sudut perincian karangan ini mendapat skor 4.
(4) Urutan
Penyajian objek sudah cukup logis mulai dari penggambaran kepala,
wajah, sampai pada penggambaran kaki objek. Penggambaran watak dan sifat
objek juga dilakukan setelah penggambaran fisik selesai. Penulis sudah mampu
menggambarkan objek sesuai dengan urutan yang logis.
Dari sudut urutan karangan ini mendapat skor 3.
(5) Pelibatan perasaan pembaca
Penulis sudah mampu melibatkan perasaan pembaca dalam penggambaran
objeknya. Penulis berusaha memperkenalkan objek yaitu kakak penulis sendiri
kepada pembaca sehingga pembaca merasa mengenal objek dan mengenal ikatan
persaudaraan antara objek dan penulis.
108
Dari sudut pelibatan perasaan pembaca karangan ini mendapat skor 4.
2) Karangan berkategori baik
Nama : Ratih Handayani
No. Absen : 28
Judul : Mama
Wanita cantik, bertubuh mungil, berkerudung,
memiliki umur 23 tahun lebih dariku. Janti Sukmarajanti, wanita perkasa yang telah melahirkanku ke dunia ini. Sudah 16 tahun ia selalu berdoa di sampingku. Dan aku harap akan selalu bersamaku. Ia adalah orang yang menjadi inspirasi bagiku, orang yang amaaaaat berarti dalam hidupku.
Pintar, cerdas, sabar, manusia serba bisa yang pernah aku temukan. Ia bisa menjadi guru bagi aku, kakak, dan adikku. Orang yang selalu berkata ‘dunia ini hanya sementara, jangan terpengaruh indahnya dunia!, Sabar De, ini cobaan!. Itulah yang menjadi motivasi ku.
Mama selalu sabar, apalagi kalau sedang mengajarkan aku. Adikku itu bisa dibilang hiperaktif, namun mama tetap sabar mengajarinya agar menjadi anak yang berguna bagi semua orang . mama itu hebat. Pukul 04.00 pagi ia sudah bangun, menyiapkan kebutuhan. Setelah shalat subuh bersama ayah di masjid, mama membangunkan semua anaknya. Dengan sabar mama menglus ‘de, bangun! Belum Solat.’ Mama tidak pernah mengeluh dalam menghadapi kesulitan. ‘ikhlas’ itulah sifat yang selalu tampak pada mama.
Mama itu sahabat paling setia. Mama selalu membantu dalam semua kesulitan yang aku dapatkan, baik itu masalah pelajaran, pertemanan, bahkan tentang percintaan pun mama selalu membantuku. Namun terkadang, mama marah kepadaku. Aku terima itu, karena itu memang kesalahanku. Dan aku yakin marah mama itu tanda sayang karna mama menginginkan aku menjadi lebih baik.
(ditulis kembali sesuai dengan karangan aslinya)
109
Analisis:
Karangan ini mendapat skor 16. secara terperinci perolehan skor
tersbut sebagai berikut.
(1) Diksi
Penggunaan diksi sudah cukup baik, tidak menoton dan menggunakan
kata sifat yang mampu menggambarkan objek tetapi dalam beberapa kalimat
penulis banyak menggunakan kalimat ujaran langsung. Penggunaan kalimat
tersebut biasanya lebih banyak digunakan dalam karangan narasi yang bermaksud
menceritakan. Walaupun begitu, karangan tersebut tidak kehilangan ciri-cirinya
sebagai karangan deskripsi. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan-kutipan
berikut.
Pintar, cerdas, sabar, manusia serba bisa yang pernah aku
temukan
Penulis menggunakan kata manusia untuk mengganti objek yang digambarkan.
Pada kalimat-kalimat sebelumnya penulis menggunakan kata Mama. Itu
menunjukkan bahwa penulis tidak menoton dalam pemilihan kata.
‘de, bangun! Belum Solat.’
Kata bangun dalam kalimat di atas merupakan perintah, hal ini sama
sekali tidak menunjukkan ciri karangan deskripsi. Dalam karangan tersebut, ada
beberapa contoh lain penggunaan kalimat seperti di atas.
Dari sudut diksi karangan ini mendapat skor 3.
(2) Penginderaan
Hanya terdapat satu penginderaan dalam karangan tersebut yaitu indera
penglihatan. Walaupun begitu, penulis tetap menggambarkan sifat dan watak
110
objek. Penggambaran sifat dan watak objek ini lebih rinci daripada penggambaran
fisik objek. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.
Wanita cantik, bertubuh mungil, berkerudung, memiliki umur 23
tahun lebih dariku.
Kata cantik, mungil, berkerudung merupakan satu-satunya penggambaran
objek yang dilakukan oleh penulis melalui indera penglihatan. Penggambaran
objek tersebut hanya secara garis besar saja, tidak ada perinsian yang lebih khusus
dalam penggambaran objek.
Pintar, cerdas, sabar, manusia serba bisa yang pernah aku
temukan. Ia bisa menjadi guru bagi aku, kakak, dan adik.
Mama itu sahabat paling setia ku.
Mama selalu sabar, apalagi kalau sedang mengajarkan aku
Kata pintar, cerdas, sabar menunjukkan penggambaran sifat dan watak
objek yang dilakukan oleh penulis.
Dari sudut penginderaan karangan ini mendapat skor 3.
(3) Perincian
Karangan tersebut sudah cukup terperinci dalam penggambaran objek.
Ada penggambaran fisik walaupun secara garis besar serta ada pula
penggambaran watak objek. Karangan tersebut sudah mengandung beberapa ciri
karangan deskripsi yaitu menggambarkan objek dan berusaha mengenalkan obek
kepada pembaca. Akan tetapi, pada paragraf ketiga, penulis lebih banyak
menceritakan kegiatan yang dilakukan objek bukan menggambarkan keadaan
objek. Cerita penulis mengenai objek dapat dilihat pada kutipan berikut.
111
mama itu hebat. Pukul 04.00 pagi ia sudah bangun, menyiapkan
kebutuhan. Setelah shalat subuh bersama ayah di masjid, mama
membangunkan semua anaknya.
Dari sudut perincian karangan ini mendapat skor 3.
(4) Urutan
Urutan yang digunakan penulis dalam menggambarkan objek sudah cukup
logis walaupun hanya garis besarnya saja. Urutan yang digunakan penulis yaitu
penggambaran fisik mengenai tinggi dan badan objek dilanjutkan penggambaran
mengenai sifat dan watak objek.
Dari sudut urutan karangan ini mendapat skor 3.
(5) Kemampuan melibatkan perasaan pembaca
Penulis sudah mampu melibatkan perasaan pembaca. Penulis mampu
memberi gambaran yang pas mengenai ibunya. Berdasarkan karangan tersebut,
pembaca mampu memayangkan seperti apa objek yang digambarkan serta mampu
merasakan ikatan antara ibu dan anak yang diceritakan pada karangan tersebut.
Dari sudut pelibatan perasaan pembaca karangan ini mendapat skor 4.
3) Karangan berkategori cukup
Nama : Muhamad Yusuf
No. Absen : 25
Judul : Pekerja Keras
Saya memiliki seorang ayah. Dia lebih tua daripada
saya. Dia adalah seorang kepala keluarga yang arif, bijaksana dan tegas. Dia adalah seorang pekerja yang giat.
112
Setiap hari pergi jam 7 pagi pulang jam 9 malam lalu diteruskannya dengan mengerjakan peketjaan lain hingga pukul 11 malam. Dia bangun jam 2 pagi lalu beribadah hingga pukul setengah 6.
Menurutnya segala sesuatu dapat diperoleh asalkan ingin berusaha giat dan rajin beribadah. Dia selalu mengingatkanku untuk kerja keras tetapi aku selalu mengabaikan perintahnya hingga akupun tidak dapat meraih impianku yaotu masuk SMA 3. Pernah kepikiran untuk pindah sekolah tetapi menurut ayahku percuma apabila pindah sekolah tetapi masih belum memiliki kesadaran untuk memperbaiki diri. Dulu sewaktu SMP saya selalu diingati oleh ayahku akan tetapi aku selalu membandel. Sampai-sampai ayahku naik darah hingga menyiksaku di rumah. Saya sering berpikir kenapa saya tidak bisa berubah. Saya selalu berusaha untuk merubah diri tetapi sulit rasanya.
Ayahku berpendidikan S2 sejak SD dia selalu rangking 1 hingga SMA dia rangking 3 besar. Meskipun keluarganya dari keluarga tidak mampu tapi dia merubah segalanya keluarganya berubah kondisinya saat dia sekolah S2 di ITB dibagian farmasi hingga dia membuat pabrik minuman yang sudah lama bangkrut. Begitulah perjuangan ayahku “from zero to hero” banyak orang menyebutnya akan tetapi saya selalu merasa malu apabila mengingat masa lalu ayahku. Sekarang ayahku sudah tidak peduli lagi padaku, dia sudah masa bodoh padaku karena melihat tingkah lakuku.
(ditulis kembali sesuai dengan karangan aslinya)
Analisis:
Karangan ini mendapat skor 12. secara terperinci perolehan skor tersbut sebagai
berikut.
(1) Diksi
Diksi yang digunakan sudah cukup baik, tidak menoton. Pada beberapa
bagian, diksi yang digunakan mampu menggambarkan objek.
Dia adalah seorang kepala keluarga yang arif, bijaksana dan tegas
113
Dalam karangan tersebut penulis tidak konsisten dalam menggunakan kata
pengganti orang pertama. Pada awal karangan, penulis menggunakan kata saya
sedangkan di akhir karangan penulis menggunakan kata aku. Hal ini dapat dilihat
pada kutipan berikut.
Saya memiliki seorang ayah. Dia lebih tua daripada saya.
aku selalu mengabaikan perintahnya hingga akupun tidak dapat
meraih impianku yaotu masuk SMA 3
Dari sudut diksi karangan ini mendapat skor 3.
(2) Penginderaan
Tidak ada hasil indera yang digunakan penulis dalam karangannya.
Penulis hanya menggambarkan objek berdasarkan sifat dan wataknya. Hal
tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.
Dia adalah seorang kepala keluarga yang arif, bijaksana dan tegas
Dari sudut penginderaan karangan ini mendapat skor 2.
(3) Perincian
Karangan hanya mengandung sedikit ciri karangan deskripsi sehingga
perinciannya masih sangat kurang. Penulis hanya menggambarkan sifat objek dan
itupun hanya sedikit. Karangan tersebut lebih banyak menceritakan kisah hidup
objeknya bukan menggambarkan ciri-ciri fisik serta sifat objek. Kisah hidup objek
tidak termasuk ke dalam kriteria karangan deskripsi, kisah hidup berada dalam
karangan yang berbeda yang biasa disebut biografi. Walaupun begitu, berikut
kutipan kisah objek yang tidak seharusnya terdapat dalam karangan deskripsi.
114
Ayahku berpendidikan S2 sejak SD dia selalu rangking 1 hingga
SMA dia rangking 3 besar. Meskipun keluarganya dari keluarga
tidak mampu tapi dia merubah segalanya keluarganya berubah
kondisinya saat dia sekolah S2 di ITB dibagian farmasi hingga dia
membuat pabrik minuman yang sudah lama bangkrut.
Dari sudut perincian karangan ini mendapat skor 2.
(4) Urutan
Urutan penggambaran objek masih kurang logis karena tidak ada
penggambaran fisik objek. Kelogisan urutan dilihat dari penggambaran fisik objek
mulai dari kepala sampai pada kaki.
Dai sudut urutan karangan ini mendapat skor 2.
(5) pelibatan perasaan pembaca
Walaupun tidak ada penggambaran fisik, karangan tersebut mampu
melibatkan perasaan pembaca karena berisi kisah perjuangan seorang ayah.
Penulis mampu menggambarkan ikatan antara ayah dan anaknya.
Dari sudut pelibatan perasaan pembaca karangan ini mendapat skor 3.
4.4.6 Refleksi
Sudah ada peningkatan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.
Hal yang harus diperbaiki oleh guru adalah menekankan pentingnya penginderaan
dalam menulis karangan deskripsi karena di setiap karangan yang dihasilkan
hanya terdapat dua atau tiga hasil penginderaan.
115
Tabel 4.3
Daftar Nilai siswa siklus ke-3
No. Nama Skor Nilai
1. Andriani 17 85 2. Anisa Fathin 16 80 3. Ayu Ashari 17 85
4. Degia Fitra 17 85 5. Devi Nur S. 15 75 6. Fauzan 16 80 7. Frizam D. 19 95 8. Gina Intan 15 75 9. Gita Nadya R. 18 90 10. Gustia S. 15 75 11. Iqbal Fauzi 16 80 12. Kusumaningtyas 15 75 13. M. Yusuf 12 60 14. Putri Pratiwi 15 75 15. Ratih H. 16 80 16. Reza Amelia 15 75 17. Sofi Novianti 17 85 18. T.M. Armadita 15 75 19. Ummu Rokhima 17 85 20. Vanny N. 15 75 21. Witan Perjaka 15 75 22. Yulita 15 75
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang termasuk ke dalam
kategori sangat baik dalam menulis karangan deskripsi adalah 7 orang atau 31,8%,
siswa yang termasuk ke dalam kategori sangat baik adalah 14 orang atau 63.6%
dan siswa yang termasuk ke dalam kategori cukup adalah 4,5%.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Dari tiga siklus penelitian yang telah penulis lakukan terdapat peningkatan
keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas X SMA Negeri 11 Bandung,
peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi tersebut dilihat dari
116
peningkatan nilai yang dihasilkan oleh siswa. Pada siklus pertama, dibuat rencana
pembelajaran. Tidak ada hambatan berarti yang ditemui penulis pada tahap ini.
Penulis menyiapkan rencana pembelajaran serta menyiapkan media berupa contoh
karangan deskripsi. Dalam pelaksanaan penelitian, ada beberapa hambatan yang
ditemui yaitu sulitnya mengalokasikan waktu. Hal ini berdampak pada
pengkondisian kelas yang masih kurang. Pada siklus ini, tidak ada siswa yang
dapat dikategorikan sangat baik karena karangan yang dihasilkan belum maksimal
tetapi ada siswa yang berhasil masuk kategori baik dan cukup dan ada pula siswa
yang termasuk kategori kurang.
Pada siklus kedua, pembuatan rencana pembelajaran hampir sama dengan
siklus pertama, hanya saja penulis memperbaiki alokasi waktu sehingga tidak
terjadi lagi waktu yang terlalu sempit dalam proses penulisan. Dalam pelaksanaan
penelitian siklus kedua, pembelajaran sudah mengalami perbaikan seperti siswa
sudah bisa dikondisikan walaupun belum sempurna serta alokasi waktu yang
digunakan sudah cukup baik seperti tidak terjadi lagi waktu menulis tahap
pertama atau menulis cepat terlalu lama. Waktu yang dialokasikan lebih banyak
untuk mengembangkan ide pada karangan yang dibuat siswa.
Peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa sudah
mengalami peningkatan. Pada tahap ini tidak ada lagi siswa yang masuk ke dalam
kategori kurang. Walaupun begitu, hasil yang didapatkan belum maksimal, hal ini
dilihat dari masih minimnya siswa yang masuk kategori sangat baik. Hal ini
mendorong penulis untuk melaksanakan penelitian siklus ketiga. Peningkatan
keterampilan menulis karangan deskripsi tersebut terjadi karena beberapa siswa
117
sudah mampu mengembangkan ide-idenya dengan baik. Masalah mengenai
minimnya siswa yang termasuk ke dalam kategori sangat baik terjadi karena
banyak siswa yang belum mampu menggunakan seluruh hasil penginderaan dalam
menggambarkan objek.
Pada siklus ketiga, perencanaan pembelajaran yang penulis buat lebih
menekankan pada penggunaan hasil penginderaan dalam membuat karangan
deskripsi. Penulis juga bekerja sama dengan teman sejawat dalam merumuskan
rencana penelitian. Hambatan yang dialami pada siklus ketiga adalah siswa sudah
merasa bosan mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi tetapi setelah
pembelajaran tersebut berlangsung, siswa masih menunjukkan respon positifnya.
Pada siklus ini, tidak ada lagi siswa yang termasuk ke dalam kategori kurang,
bahkan siswa yang masuk ke dalam kategori sangat baik bertambah. Hal ini
ditunjang oleh beberapa hal, pertama penggunaan teknik fastwriting yang
membuat siswa fokus terhadap pekerjaannya karena diberikan batas waktu dalam
menulis. Kedua, keterlibatan teman sejawat dalam memberikan masukan untuk
perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Ketiga, kemampuan
meningkatkan motivasi siswa sehingga siswa serius dalam mempelajari karangan
deskripsi.
Untuk melihat perkembangan nilai siswa dari siklus pertama sampai siklus
ketiga, berikut ditampilkan tabel yang memuat perkembangan tersebut.
118
Tabel 4.4
Daftar nilai siswa siklus ke-1 sampai ke-3
No. Nama Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
nilai kategori Nilai kategori Nilai kategori
1. Andriani 70 Baik 65 Baik 85 Sangat baik 2. Anisa Fathin 55 Cukup 75 Baik 80 Baik 3. Ayu Ashari 60 Cukup 80 Baik 85 Sangat baik
4. Degia Fitra 55 Cukup 65 Baik 85 Sangat baik 5. Devi Nur S. 60 Cukup 85 Sangat baik 75 Baik 6. Fauzan 65 Baik 70 Baik 80 Baik 7. Frizam D. 60 Cukup 65 Baik 95 Sangat baik 8. Gina Intan 55 Cukup 60 Cukup 75 Baik 9. Gita Nadya R. 80 Baik 85 Sangat baik 90 Sangat baik 10. Gustia S. 70 Baik 60 Cukup 75 Baik 11. Iqbal Fauzi 65 Baik 70 Baik 80 Baik 12. Kusumaningty
as 60 Cukup 60 Cukup 75 Baik
13. M. Yusuf 50 Cukup 60 Cukup 60 Cukup 14. Putri Pratiwi 65 Baik 75 Baik 75 Baik 15. Ratih H. 55 Cukup 70 Baik 80 Baik 16. Reza Amelia 40 Kurang 60 Cukup 75 Baik 17. Sofi Novianti 65 Baik 65 Baik 85 Sangat baik 18. T.M. Armadita 45 Cukup 60 Cukup 75 Baik 19. Ummu
Rokhima 60 Cukup 80 Baik 85 Sangat baik
20. Vanny N. 60 Cukup 75 Baik 75 Baik 21. Witan Perjaka 60 Cukup 60 Cukup 75 Baik 22. Yulita 55 Cukup 70 Baik 75 Baik
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa ada beberapa siswa yang
memperoleh peningkatan nilai dari siklus pertama sampai siklus ketiga tetapi ada
pula siswa yang hanya mengalami satu kali peningkatan baik dari siklus pertama
ke siklus kedua ataupun mengalami peningkatan dari siklus kedua ke silklus
ketiga.
119
Untuk melihat jumlah siswa yang mengalami peningkatan nilai, berikut
ditampilkan tabel yang memuat jumlah siswa berdasarkan kategori.
Tabel 4.5
Jumlah siswa berdasarkan kategori
Kategori Jumlah siswa
Siklus ke-1 Siklus ke-2 Siklus ke-3
Sangat baik - 2 7
Baik 7 13 14
Cukup 14 7 1
Kurang 1 - -
Sangat Kurang - - -
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada siklus pertama tidak ada siswa
yang masuk kategori sangat baik, siswa yang masuk kategori baik hanya tujuh
orang, siswa yang masuk kategori cukup berjumlah 14 orang dan siswa yang
masuk kategori kurang hanya satu orang.
Pada siklus kedua, terjadi peningkatan. Ada dua orang siswa yang masuk
kategori sangat baik, tiga belas orang siswa yang masuk kategori baik, serta ada
tujuh orang siswa yang masuk kategori cukup.
120
Pada siklus ketiga, ada tujuh orang siswa yang masuk ke dalam kategori
sangat baik, empat belas orang termasuk kategori baik, dan hanya satu orang
siswa yang masuk ke dalam kategori cukup.
Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa penggunaan teknik fastwriting
mampu meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa. Hal ini
terlihat dari kemampuan siswa memilih diksi. Pada siklus pertama masih banyak
diksi yang menoton atau rancu tetapi pada siklus ketiga sudah jarang ditemukan
hal seperti itu. Bukti lainnya yaitu dari hasil penginderaan. Pada awalnya, siswa
hanya menggunakan dua hasil penginderaan seperti indera penglihatan dan
pendengaran tetapi pada siklus ketiga siswa hampir menggunakan seluruh hasil
penginderaan dalam karangannya. Penggunaan hasil penginderaan menunjukkan
siswa sudah terperinci dalam menggambarkan objeknya. Selain itu, pelibatan
perasaan pembaca juga lebih baik dibandingkan siklus pertama.