5.mitigasi bencana dari perspektif analisis resiko bencana

20
Page | 1 MITIGASI BENCANA DARI PERSPEKTIF ANALISIS RESIKO BENCANA PADA INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN Agus Nugroho, R. Agoeng Triadi ABSTRAK Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di antara Benua Asia dan Benua Australia serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Karena letaknya yang istimewa tersebut, maka Indonesia memiliki tingkat kerawanan terhadap bencana alam yang tinggi. Salah satu sektor yang rawan terhadap bencana adalah sektor jalan dan jembatan. Oleh karena itu, untuk memetakan kerawanan yang ada di infrastruktur jalan dan jembatan, perlu dilakukan suatu kajian atau studi untuk mengetahui tingkat resiko bencana setiap ruas jalan. Cara yang dapat dipakai adalah Analisis Resiko Bencana. Dengan metode analisis resiko yang paling sederhana, dapat diketahui bahwa panjang total jalan nasional yang rentan terhadap bencana, berturut-turut adalah sbb: Gempa Bumi (± 24.800 km), Pergerakan Tanah (± 16.200 km), Tsunami (± 13.200 km), Gunung Api (± 10.000km) dan Banjir (± 8.900km).

Upload: miftahul-jannah

Post on 23-Oct-2015

93 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

mitigasi bencana

TRANSCRIPT

Page 1: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 1

MITIGASI BENCANA DARI PERSPEKTIF ANALISIS RESIKO BENCANA PADA INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN

Agus Nugroho, R. Agoeng Triadi

ABSTRAK

Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di antara Benua Asia dan Benua

Australia serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Karena letaknya yang

istimewa tersebut, maka Indonesia memiliki tingkat kerawanan terhadap bencana alam

yang tinggi. Salah satu sektor yang rawan terhadap bencana adalah sektor jalan dan

jembatan. Oleh karena itu, untuk memetakan kerawanan yang ada di infrastruktur jalan

dan jembatan, perlu dilakukan suatu kajian atau studi untuk mengetahui tingkat resiko

bencana setiap ruas jalan. Cara yang dapat dipakai adalah Analisis Resiko Bencana.

Dengan metode analisis resiko yang paling sederhana, dapat diketahui bahwa panjang

total jalan nasional yang rentan terhadap bencana, berturut-turut adalah sbb: Gempa

Bumi (± 24.800 km), Pergerakan Tanah (± 16.200 km), Tsunami (± 13.200 km), Gunung

Api (± 10.000km) dan Banjir (± 8.900km).

Page 2: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 2

DAFTAR ISI

Abstrak ………….………………………………………………………………………………............................. i

Daftar Isi ……….………………………………………………………………………………............................. Ii

Bab I. Latar Belakang ………………………………………..……………………………............................ 1

Bab II. Landasan Teori …………...………………………………………………………….......................... 4

2.1. Tinjauan Peraturan ……………………….….………………………………….......................... 4

2.2. Tinjauan Pustaka ……………………….…………………………………………......................... 5

Bab III. Pembahasan …………………………………………………..…………………………………………..... 7

Bab IV. Penutup …………...………………………………….……………………………….......................... 13

4.1. Kesimpulan …………………….…………….….………………………………….......................... 13

4.2. Saran …………………..…………………….…………………………………………......................... 13

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………............................. 14

Page 3: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 3

MITIGASI BENCANA DARI PERSPEKTIF

ANALISIS RESIKO BENCANA

PADA INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN

1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan terdiri lebih dari 18.000 pulau besar dan kecil

yang secara geografis terletak di antara benua Asia dan benua Australia serta di

antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Letaknya ini menyebabkan

Indonesia dikepung oleh 3 Lempeng Tektonik (Tectonic Plate) aktif, yaitu Pacific

Plate, Eurasian Plate dan Australian Plate.

Gambar 1. Peta Lempeng Tektonik Dunia

Negara Indonesia juga dibangun tepat di atas daerah yang disebut Ring of Fire atau

cincin api pasifik dengan deretan gunung api yang masih aktif yang berjejer dari

kawasan Maluku ke arah barat melalui Nusa Tenggara, Bali dan Jawa serta Pulau

Sumatera. Hal-hal ini membuat Indonesia menjadi negara yang istimewa karena

Page 4: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 4

dilihat dari kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang dimilikinya,

Indonesia memiliki tingkat kerawanan terhadap bencana alam yang tinggi.

Gambar 2. Peta Pacific Ring of Fire

Ancaman bencana yang senantiasa mengintai Indonesia akibat kondisinya tersebut

antara lain adalah gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin

topan, tanah longsor, gerakan tanah, kebakaran hutan/lahan, dan abrasi pantai.

Semua jenis bencana ini selain berdampak pada jatuhnya korban jiwa serta adanya

kerugian materil dan imateril, dapat juga mengakibatkan terjadinya kerusakan fisik

pada infrastruktur seperti jalan dan jembatan. Kerusakan jalan dan jembatan yang

terjadi pada saat bencana dapat berakibat sangat fatal, karena dapat mengakibatkan

terputusnya akses ke daerah-daerah sekitar bencana dan juga terputusnya jalur

evakuasi yang akan berujung pada tertundanya atau sulitnya memberikan bantuan

kemanusiaan. Disamping itu, dampak lanjutan yang terjadi karena kerusakan

ataupun terputusnya jalan dan jembatan akibat bencana alam adalah terhambatnya

kegiatan distribusi barang dan jasa yang menyebabkan menurunnya atau

terhentinya pertumbuhan ekonomi daerah.

Page 5: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 5

Data bencana di Indonesia dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun 1815 – 2011 telah terjadi ± 5.500

kejadian bencana, dengan porsi kejadian terbanyak adalah Banjir sebanyak 3.450

kejadian disusul oleh Tanah Longsor sebanyak 1.282 kejadian. Sedangkan bencana

geologi yang meliputi gempa bumi, tsunami dan erupsi gunung berapi hanya

menyumbang sekitar 4 % dari seluruh kejadian bencana di Indonesia. Akan tetapi

walaupun kecil, bencana geologi ini telah menimbulkan korban fatalitas mencapai

±265.431 jiwa, serta nilai kerugian yang sangat besar.

Gambar 3. Peta Indeks Kerawanan Bencana di Indonesia

Terkait dengan penjelasan di atas, dan mengingat potensi kerugian yang dapat

terjadi, maka Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum

sebagai sektor yang menangani pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan

harus segera mengantisipasi dan mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu

untuk meminimalkan dampak bencana alam yang mungkin terjadi terhadap jalan

dan jembatan, sehingga potensi kerugian dapat ditekan semaksimal mungkin. Salah

satu hal yang bisa dilaksanakan adalah melakukan Analisis Resiko Bencana (Disaster

Page 6: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 6

Risk Analysis), dimana makalah ini akan membahas tentang hal tersebut sebagai

salah satu bentuk mitigasi bencana terhadap infrastruktur jalan dan jembatan.

2. Landasan Teori

2.1. Tinjauan Peraturan

Terkait kebencanaan, Indonesia telah memiliki Undang-Undang No. 24 Tahun

2007 tentang Penanggulangan Bencana. Peraturan ini mendasari seluruh

kegiatan Ditjen Bina Marga yang berhubungan dengan kebencanaan. Beberapa

istilah pada peraturan tersebut yang dapat digunakan antara lain:

a. Bencana dapat didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa

yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non

alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban

jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis.

b. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik

melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana.

c. Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,

hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan

teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang

mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan

mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya

tertentu.

d. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana

pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian,

luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau

kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

Page 7: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 7

2.2. Tinjauan Pustaka

Saat ini belum ada definisi Analisis Resiko Bencana yang disepakati, namun

Disaster Recovery Journal menyampaikan 2 (dua) definisi yang berbeda untuk

menjelaskan Analisis Resiko, yaitu:

a. Analisis Resiko (Risk Analysis) : proses yang meliputi pengidentifikasian

ancaman yang paling mungkin terjadi terhadap objek studi, serta

penganalisisan kerentanan yang terkait dengan ancaman bencana tersebut.

b. Penilaian Resiko (Risk Assessment) : proses yang meliputi pengevaluasian

kondisi fisik dan lingkungan, serta penilaian kapasitas relatif terhadap

ancaman bencana yang potensial.

Untuk memudahkan pembahasan dalam makalah ini maka penulis akan

menggunakan istilah dari International Strategy for Disaster Reduction (ISDR)

yang memberi pengertian Analisis Resiko Bencana sebagai metodologi dalam

menentukan risiko melalui suatu analisis ancaman bencana dan evaluasi

terhadap kondisi eksisting.

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan Analisis

Resiko Bencana, antara lain sebagai berikut :

a. Analisa Manfaat Biaya (Cost Benefit Analysis)

Metode yang digunakan untuk memilih suatu opsi dengan cara memberi

keseimbangan antara biaya setiap opsi dengan keuntungan/kelebihannya.

Secara umum, biaya untuk menangani risiko yang ada harus minimal

seimbang dengan keuntungan yang akan didapat apabila melaksanakan

suatu opsi.

Kelebihan dari cara ini adalah adanya upaya untuk meyakinkan bahwa

investasi publik disalurkan secara tepat dalam pemilihan opsi/aktivitas,

yang menghasilkan keuntungan yang maksimal. Sedangkan kelemahannya

terdapat pada proses pengumpulan data dan metode di dalam perkiraan

biaya tidak langsung (intangible cost).

Page 8: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 8

b. Analisa Dampak dan Model Kegagalan (Failure Modes and Effects Analysis)

Merupakan teknik analitis yang mendeskripsikan dampak dari suatu

kegagalan pada suatu sistem. Tingkat risiko ditentukan dengan rumusan

sbb:

Risk = Probability of Failure x Severity Category

c. Analisa Kuantitatif (Quantitave Analysis)

Analisis yang pembobotannya menggunakan angka, baik untuk dampak

(consequences), maupun untuk kekerapannya (likelihood). Kualitas analisis

tergantung pada keakuratan dan kelengkapan indikator, serta kevalidan

metode yang digunakan. Kelemahan dari metode ini yaitu kekurang

mampuannya dalam mengkuantifikasi proses yang rumit dan kompleks.

d. Pemetaan Risiko (Risk Mapping)

Peta risiko adalah gambaran suatu masyarakat atau suatu wilayah geografis

yang mengidentifikasikan tempat dan bangunan yang mungkin terkena

dampak suatu bencana. Keuntungannya adalah teknik ini dapat membantu

menentukan bencana-bencana yang umum terjadi, menyusun kriteria

untuk pengambilan keputusan, menyediakan data kejadian bencana yang

terjadi, dll.

e. Pemetaan Ancaman Bencana (Hazard Mapping)

Proses untuk memetakan bencana pada suatu wilayah dengan berbagai

skala peta, penutupan lahan, dan detail lainnya. Pemetaan dapat dilakukan

terhadap 1 (satu) ancaman bencana seperti gempa bumi atau banjir, serta

bisa juga untuk beberapa bencana yang dikombinasikan dalam satu peta

(Multi Hazard Map). Keuntungan 1 jenis bencana di dalam 1 peta adalah

kemudahannya untuk dimengerti. Sedangkan kalau beberapa ancaman

bencana digambarkan dalam 1 peta, maka dapat diketahui kemungkinan

rekomendasi mitigasi bencana yang lebih seragam, wilayah yang

membutuhkan perhatian lebih terkait kerentanannya, serta penentuan tata

Page 9: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 9

guna lahan.

Beberapa formulasi yang telah diciptakan untuk menghitung resiko bencana

adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Rumusan Untuk Menghitung Resiko Bencana

NO FORMULA SUMBER

1 Risk = Natural Hazards * Elements At Risk * Vulnerability UNDRO (1991), ext. Fournier d’Albe (1979)

2 Risk = (Hazards * Vulnerability) – Coping Copicity Wisner (2001)

3 Risk = (Hazards * Vulnerability) – Mitigation Wisner (2000)

4 Risk = Hazards * Exposures * Vulnerability / Preparedness De La Cruz reyna (1996)

5 Risk = Hazards * Exposures * Vulnerability * Interconnectivity

Yurkovich (2004)

6 Risk = Hazards * Vulnerability / Resilience or Capacity UN – ISDR (2002)

3. Pembahasan

Istilah Analisis Resiko Bencana telah mulai digunakan sejak sekitar 3 (tiga) dekade

yang lalu. Demikian juga pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis

resiko. Hal ini terus berlanjut dan digunakan hingga sekarang, termasuk oleh

Pemerintah Republik Indonesia yang dijabarkan di dalam Rencana Nasional

Penanggulangan Bencana 2010 – 2014 (Renas PB). Renas PB adalah sebuah

dokumen resmi yang memuat data dan informasi tentang risiko bencana yang ada di

Indonesia dalam kurun waktu antara tahun 2010 – 1014, termasuk di dalamnya

rencana pemerintah untuk mengurangi risiko-risiko tersebut melalui suatu program

kegiatan. Renas PB ini disusun salah satunya adalah untuk mengidentifikasikan

daerah berisiko tinggi dari berbagai bencana yang ada di Indonesia dan menyusun

pilihan tindakan yang perlu mendapat perhatian utama, berikut program kegiatan,

Page 10: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 10

fokus prioritas dan anggaran indikatif yang diperlukan.

Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010-1014 juga menjabarkan secara

garis besar peran dan fungsi setiap kementerian dan lembaga pemerintah dalam

penanggulangan bencana. Dokumen tersebut menyebutkan Kementerian Pekerjaan

Umum memiliki peran dalam merencanakan tata ruang daerah yang peka terhadap

risiko bencana, penyiapan lokasi dan jalur evakuasi, serta kebutuhan pemulihan

sarana dan prasarana publik. Salah satu program yang menjadi fokus prioritas

adalah Pemetaan Resiko Bencana (Program ke-5 point 5.1).

Lebih lanjut Renas PB ini dijabarkan secara detail dalam dokumen Rencana Aksi

Nasional Pengurangan Resiko Bencana 2010 – 2012 (RAN PRB). Dokumen ini secara

jelas mencantumkan peran Kementerian Pekerjaan Umum dalam rencana aksi

tersebut, antara lain sbb:

1. Penerapan upaya fisik, non-fisik dan pengaturan penanggulangan bencana.

Contohnya adalah tersedianya bronjong untuk mengantisipasi longsoran, serta

tersedianya jembatan darurat (balley).

2. Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau

ancaman bencana, dimana salah satu kegiatannya adalah penyusunan dan

pengembangan basis data lokasi rawan bencana.

3. Pembangunan sarana dan prasarana, seperti perkuatan tebing rawan longsor.

4. Identifikasi gejala bencana secara dini sebelum menimbulkan bencana. Hal ini

dapat dilakukan salah satunya dengan Analisis Resiko Bencana yang

dijabarkan untuk setiap jenis ancaman bencana.

Hal-hal yang terjabarkan dalam Renas dan Ran prb tersebut saat ini sedang

diintegrasikan dalam Penyusunan Sistem Manajemen Bencana Bidang Jalan dan

Jembatan. Sistem manajemen bencana ini nantinya akan termasuk penjabaran

program-program yang akan dijadikan sebagai Road Map Pengurangan Resiko

Bencana untuk bidang jalan dan jembatan. Secara resmi Direktorat Jenderal Bina

Marga, Kementerian Pekerjaan Umum belum memiliki Road Map ini, akan tetapi

program-program terkait kebencanaan telah dimasukkan dalam Dokumen Usulan

Page 11: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 11

Rencana Aksi Nasional Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim (RAN MAPI) untuk

Bidang Jalan dan Jembatan, yang akan segera disahkan dengan Keputusan Menteri

Pekerjaan Umum tentang RAN MAPI Sektor Pekerjaan Umum. Program-program

terkait kebencanaan yang tercantum dalam Dokumen Usulan RAN MAPI adalah

seperti tercantum pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Program Kebencanaan Dalam RAN MAPI Ditjen Bina Marga

NO STRATEGI PROGRAM 2012 – 2014 PROGRAM > 2014

1 Mengurangi resiko terganggunya fungsi jalan yang bersumber pada dampak banjir, kenaikan muka air laut, dan bencana iklim lainnya

Penyusunan konsep kelembagaan penyelenggara jalan untuk penanganan tanggap darurat dan bencana akibat perubahan iklim

Penguatan kelembagaan dan implementasi sistem insentif penyelenggara jalan untuk penanganan tanggap darurat dan bencana akibat perubahan iklim

Penyusunan konsep dan pilot sistem drainase jalan yang baik sebagai bagian dari perlindungan fungsi jalan dari resiko genangan/banjir

Pengembangan sistem drainase jalan yang baik sebagai bagian dari perlindungan fungsi jalan dari resiko genangan/banjir

Penyediaan database ruas-ruas jalan nasional yang rentan terhadap bencana iklim (banjir, longsor, dll)

Perencanaan jaringan jalan berdasarkan database ruas-ruang jalan nasional yang rentan terhadap bencana iklim (banjir, longsor, dll)

Pembangunan dan/atau pemeliharaan bangunan penahan erosi/abrasi

Pembangunan dan/atau pemeliharaan bangunan penahan konstruksi jalan akibat erosi/abrasi

Penyusunan konsep dan pilot proyek penyiapan jalan yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim antara lain dengan perbaikan landscape, penampungan air, daerah resapan, & perkerasan berpori.

Relokasi jalan-jalan strategis nasional yang memiliki kerentanan tinggi terhadap ancaman bencana

Sumber: Konsep Dokumen Rencana Aksi Nasional Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim (RAN

MAPI) untuk Bidang Jalan dan Jembatan.

Analisis Resiko Bencana termasuk kegiatan pencegahan (preventive), dimana hasil

analisis akan digunakan untuk menentukan prioritas pembangunan jalan sehingga

Page 12: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 12

dapat dihasilkan

Analisis Resiko Bencana termasuk kegiatan pencegahan (preventive), dimana hasil

analisis akan digunakan untuk menentukan prioritas pembangunan jalan sehingga

dapat dihasilkan jalan yang rendah resiko terhadap bencana. Disamping tindakan

Preventive, terdapat juga tindakan Proaktif (proactive) yang selama ini sering

dilaksanakan oleh Ditjen Bina Marga. Contohnya adalah kegiatan penanganan

longsoran, serta kegiatan Rehabilitasi-Rekonstruksi Nias dan Aceh pasca gempa

bumi dan tsunami.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum telah menjabarkan seluruh tugas dan

fungsi Unit Eselon 1 termasuk unit-unit di bawahnya. Salah satu hal baru yang

menjadi tanggung jawab dan wewenang Direktorat Jenderal Bina Marga adalah

terkait Penanggulangan Bencana. Perihal kebencanaan ini dideskripsikan secara

detail dan telah mencakup seluruh tahapan Penanggulangan Bencana yang meliputi

tahap Pra-Bencana, Tahap Tanggap Darurat Bencana dan Tahap Rehabilitasi-

Rekonstruksi. Salah satu fungsi yang harus dilaksanakan oleh Ditjen Bina Marga

pada Tahap Pra-Bencana adalah “Pelaksanaan analisis kawasan rawan bencana yang

berdampak terhadap jalan”.

Pada tahap awal, Ditjen Bina Marga telah melakukan identifikasi awal jaringan jalan

nasional yang rawan terhadap bencana. Identifikasi dilakukan secara sederhana

dengan melakukan overlay antara Peta Ruas Jalan Nasional (sumber: Kepmen

631/2008 tentang Jaringan Jalan Nasional) dengan Peta Ancaman Bencana (Sumber:

BNPB). Peta Jaringan Jalan Nasional dan Peta Overlay ditunjukkan pada gambar 4 (A,

B, C, D, E, F).

Page 13: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 13

Gambar 4.A. Peta Jaringan Jalan Nasional

Gambar 4.B. Overlay Peta Jaringan Jalan Nasional Dan Peta Ancaman Banjir

Gambar 4.C. Overlay Peta Jaringan Jalan Nasional Dan Peta Ancaman Gempa

Page 14: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 14

Gambar 4.D. Overlay Peta Jaringan Jalan Nasional Dan Peta Ancaman Gerakan Tanah

Gambar 4.E. Overlay Peta Jaringan Jalan Nasional Dan Ancaman Gunung Api

Gambar 4.F. Overlay Peta Jaringan Jalan Nasional Dan Peta Ancaman Tsunami

Gambar 4. Peta Jaringan Jalan Nasional Dan Peta Ancaman Bencana.

Page 15: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 15

Berdasarkan proses overlay seperti di atas, dan ditindaklanjuti dengan penerapan

metode yang sama untuk setiap pulau, maka diperoleh total panjang jaringan jalan

nasional yang terancam bencana. Hasil overlay secara keseluruhan ditunjukkan pada

tabel 3 seperti di bawah ini.

Tabel 3. Panjang Jaringan Jalan Yang Terancam Bencana

Pulau Panjang

Jalan

Ancaman Bahaya

Banjir Gempa Bumi Pergerakan Tanah Gunung Api Tsunami

Sumatera 11.568 km ± 1.500 km ± 11.500 km ± 4.200 km ± 3.500 km ± 3.600 km

Jawa 5.611 km ± 2.400 km ± 5.600 km ± 1.800 km ± 3.900 km ± 1.500 km

Kalimantan 6.363 km ± 2.100 km 2.200 km ± 1.900 km 0 ± 1.500 km

Sulawesi 7.799 km ± 1.000 km ± 1.200 km ± 4.300 km ± 700 km ± 2.700 km

Nusa tenggara 2.574 km ± 300 km 2.500 km ± 1.600 km ± 1.700 km ± 1.600 km

Maluku 1.578 km ± 400 km ± 70 km ± 700 km ± 200 km ± 1.400 km

Papua 3.074 km ± 1.200 km ± 1.800 km ± 1.700 km 0 ± 900 km

Total 38.569 km ± 8.900km ± 24.800 km ± 16.200 km ± 10.000km ± 13.200 km

Ket.: Dari tabel dapat disimpulkan bahwa dari 38.569 Km panjang jalan nasional, yang terancam

bencana banjir sekitar 8.900 Km (23.07%), terancam bencana gempa bumi sekitar 24.800 Km

(64.3%), terancam bencana pergerakan tanah sekitar 16.200 Km (42%), terancam bencana

gunung api sekitar 10.000 Km (25.92%), dan terancam bencana tsunami sekitar 13.200 Km

(34.22%).

Sebagai hasil identifikasi awal, data seperti di atas dapat digunakan untuk informasi

dasar penentuan tingkat resiko jalan terhadap suatu kejadian bencana. Akan tetapi,

untuk kepentingan yang lebih esensial seperti pengambilan kebijakan dan

penyusunan prioritas program pembangunan infrastruktur jalan, maka diperlukan

suatu analisis resiko bencana yang lebih mendalam, detail dan valid.

Salah satu metode yang bisa digunakan untuk melakukan analisis resiko bencana

adalah metode Risk Mapping seperti dijabarkan pada gambar 5 di bawah.

Page 16: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 16

Page 17: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 17

Gambar 5. Metode Risk Mapping

Page 18: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 18

Sumber: Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010 - 2014

Paradigma pengurangan risiko bencana merubah pola pikir yang responsif menjadi preventif

dengan pendekatan manajemen risiko. Apabila suatu wilayah mempunyai risiko tinggi maka

upaya pengurangan risiko dilakukan dengan melakukan tindakan-tindakan. Pertama-tama

dilakukan tindakan untuk memisahkan potensi bencana yang mengancam dengan elemen

berisiko (element at risk). Tindakan ini dikenal dengan pencegahan (risk avoidance). Apabila

antara potensi bencana dengan elemen berisiko tersebut tidak dapat dipisahkan (harus

bertemu) maka upaya yang dilakukan adalah pengurangan risiko (risk reduction), atau dikenal

dengan mitigasi. Mitigasi ini dapat dilakukan secara struktural maupun non-struktural. Bila

pengurangan risiko sudah dilakukan dan masih tetap ada risiko, dilakukan pengalihan risiko ke

pihak lain (risk transfer) misalnya melalui sistem asuransi bencana. Apabila ketiga tindakan

tersebut sudah dilakukan tetapi masih ada risiko, maka yang terakhir dilakukan adalah

menerima risiko (risk acceptance) dan melakukan upaya-upaya kesiapsiagaan.

4. Penutup

4.1. Kesimpulan

Page 19: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 19

a. Dengan adanya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 08 Tahun 2010, maka

Direktorat Jenderal Bina Marga perlu segera melakukan analisis resiko

bencana untuk seluruh jaringan jalan nasional.

b. Analisis Resiko Bencana merupakan suatu metode untuk mengetahui tingkat

resiko bencana pada infrastruktur jalan dan jembatan.

c. Dengan tersedianya data resiko bencana untuk setiap jalan dan jembatan pada

jaringan jalan nasional, maka para Decision Maker dapat menggunakannya

sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan prioritas

penanganan suatu ruas jalan, sehingga prioritas pembangunan dapat lebih

tepat sasaran dan bermanfaat.

4.2. Saran

a. Penentuan dan pemilihan metode Analisis Resiko Bencana yang tepat perlu

terus dilakukan, sehingga akan di dapat hasil studi yang lebih komprehensif

dan valid.

b. Pada semua jaringan jalan nasional perlu dilakukan suatu analisis resiko

bencana, dimana seluruh data nantinya ke depan akan digunakan sebagai

bahan masukan untuk memilih prioritas pemrograman dan penganggaran.

c. Disamping analisis resiko bencana, Ditjen Bina Marga perlu melakukan upaya

yang lain terkait mitigasi bencana, sehingga ke depan dapat diciptakan suatu

jaringan jalan yang rendah resiko dan tahan terhadap bencana.

Page 20: 5.Mitigasi Bencana Dari Perspektif Analisis Resiko Bencana

Page | 20

DAFTAR PUSTAKA

1. Geoffrey H. Wold and Robert F. Shriver; Risk Analysis Techniques; From:

http://www.drj.com/new2dr/w3_030.htm

2. Dr. Jianping Yan; Disaster Risk Assessment: Disaster Risk Modeling; From:

http://www.wamis.org/agm/meetings/slovenia10/S5-4a_GRIP_Modeling_Intro.pdf,

September 2010.

3. BAPPENAS, BNPB, World Bank, UNDP, SC-DRR; Rencana Aksi Nasional

Pengurangan Resiko Bencana 2010 – 2014; Jakarta.

4. Kementerian Pekerjaan Umum; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan

Umum; Jakarta.

5. Badan Nasional Penanggulangan Bencana; Data Kejadian Bencana di Indonesia

Periode 1815 – 2011; From: http://www.bnpb.go.id; 2011