6-130924151510-phpapp01
TRANSCRIPT
KELOMPOK VI
Rafnita Dwi Putri Waode Sri Mulawati Sulinda Nurul Halimah Riska Pakombong Nadira Damayanti
TIUMemahami manajemen
Fraktur CervicalTIK1. Memahami anatomi, fisiologi,dan
biomekanik cervical2. Mengetahui epidemologi fraktur
cervical3. Mengetahui klasifikasi fraktur
cervical dan patofisiologinya4. Terampil melaksanakan
manajemen fisioterapi pada fraktur cervical.
Fraktur cervical merupakan diskontinuitas tulang satu segmen cervical atau lebih yang kebanyakan cidera merupakan hasil dari benturan/tubrukan cervicalis. Force cedera ini seringkali sangat sehingga menyebabkan fraktur pada vertebra atau bahkan dapat terpecah menjadi bagian-bagian kecil. Prognosis yang baik terjadi jika tidak cedera tidak mengenai spinal cord
Secara keseluruhan, cervical terdiri atas 2 seg-men anatomikal dan fungsional yaitu : Segmen superior
(suboccipital), terdiri atas C1 (atlas) dan C2 (axis) upper cervical spine
Segmen inferior yang memanjang dari permukaan in-ferior axis ke permukaan superior Th1 lower cervical spine
Seluruh vertebra cervical adalah sama kecuali atlas (C1) dan axis (C2).
Sekitar 50% dari gerakan fleksi-ekstensi terjadi pd oociput-C1 (yes Joint)
Sekitar 50% dari gerakan rotasi terjadi pd C1-C2 (No Joint)
Sisanya gerakan fleksi-ekstensi, rotasi dan lateral fleksi terjadi di segmen C2-C7
OTOT
Function Muscles
Flexors m.Longus colli, m.longus capitis, rectus capitis anterior, m.sternocleidomastoideus, m.scalenus anterior
Lateral flexors m.Erector spina, m.rectus capitis lateralis, m.Scaleni (anterior, medius, dan posterior), m.splenius cervicis, m.splenius capitis, m.trapezius, m.levator scapula, m.sternocleidomastoid
Extensors m.Levator scapula, m.splenius cervicis, m.trapezius, m.splenius capitis, m.semispinalis, m.superior oblique, m.sternocleidomastoid, m.erector spine, m.rectus capitis posterior major, m.rectus capitis posterior minor
Rotators m.semispinalis, m.multifidus, m.scalenus anterior, m.splenius cervicis, m.sternocleidomastoid, m.splenius capitis, m.rectus capitis posterior major, m.inferior oblique
GAMBAR DIBAWAH MERUPAKAN OTOT LEHER YANG MEMBANTU EKSTENSI KEPALA DAN TERLETAK RELATIF DALAM: M. SEMISPINALIS CAPITIS DAN M.LONGISSIMUS CAPITS
Gambar di atas merupakan Otot leher yang membantu ekstensi kepaladan terletak relatif dalam: m. Splenius capits
ELEMEN-ELEMEN SARAF
8 pasang saraf cervical Akar saraf keluar dari kanal spinal superior diantaranya:
saraf C1 keluar dari kanal antara Occ & C1saraf C2 keluar dari kanal antara C2 & C3saraf C8 keluar dari kanal C7 & T1
Saraf Innervasi motorik Refleks
C 1-2 Kepala dan leher
C 3-5 diafragma
C5 otot deltoid, biceps
C6 ekstensor wrist, abduktor dan ekstensor thumb
C 5-6 biceps, brachioradialis
C7 triceps, fleksor wrist, ekstensor jari
C 6-7 tricpes
C8 fleksor jari
Th1 otot-otot intrinsik tangan
MYOTOME Root Joint Action
C1 Upper cervical flexion
C2 Upper cervical extension
C3 Cervical lateral flexion
C4 Shoulder girdle elevation
C5 Shoulder Abduction
C6 Elbow flexion
C7 Elbow extension
C8 Thumb extension; finger flexion
ROM CERVICALMCRAE 1999
• 0-80 derajat
• 0-45 derajat
• 0-50 derajat
• 0-80 derajat
fleksi ekstensi
rotasiLateral fleksi
COUPLED MOTION OF CERVICAL SPINE(GERAKAN BERPASANGAN PADA CERVICAL SPINE)
Atlantoaxial Segment
(C1/C2)
Subaxial
Spine (C3-C7)
EPIDEMOLOGI
Kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat,
setelah penyakit jantung, kanker dan stroke, tercatat ᄆ 50
meningkat per 100.000 populasi tiap tahun, 3 % penyebab
kematian ini karena trauma langsung medula spinalis, 2% karena
multiple trauma. Insidensi trauma pada laki-laki 5 kali lebih besar
dari perempuan. Ducker dan Perrot melaporkan 40% spinal cord
injury disebabkan kecelakaan lalu lintas, 20% jatuh, 40% luka
tembak, sport, kecelakaan kerja. Lokasi fraktur atau fraktur
dislokasi cervical paling sering pada C2 diikuti dengan C5 dan C6
terutama pada usia dekade 3
Fracture cervica;
Hiperfleksi
Flexion tear drop fracture dislocation
Wedge fracture
Clay shovelers fracture
Fraktur Odontoid
(C2)
Hiperextensi
Axial injury
KLASIFIKASI CERVICAL TRAUMA MENURUT MEKANISMENYA :
Fracture cervica;
Hiperfleksi
Hiperextensi
Axial injury Burst injury
Fraktur Jefferson
Cervical tengah dan
bawah
TRAUMA HIPERFLEKSI
1. Flexion tear drop fracture dislocation2. Wedge fracture 3. Clay shovelers fracture4. Fraktur Odontoid
FLEXION TEAR DROP FRACTURE DISLOCATION
Force fleksi murni ditambah komponen kompresi menyebabkan robekan pada kumpulan ligamen posterior disertai fraktur avulse pada bagian antero-inferior korpus vertebra. Lesi tidak stabil. Tampak tulang servikal dalam fleksi:
- Fragmen tulang berbentuk segitiga pada bagian antero-inferior
korpus vertebrae - Pembengkakan jaringan lunak
pravertebral
WEDGE FRACTURE
Vertebra terjepit sehingga berbentuk baji. Ligament longitudinal anterior dan kumpulan ligament posterior utuh sehingga lesi ini bersifat stabil.
CLAY SHOVELERS FRACTURE
Fleksi tulang leher dimana terdapat uluran maksimal ligament posterior tulang leher mengakibatkan terjadinya fraktur oblik pada prosesus spinosus ; biasanya pada CVI-CVII atau Th1.
FRAKTUR ODONTOID
Kira-kira 60% dari fraktur C2 terjadi pada prossesus odontoid, tonjolan tulang seperti pasak yang menonjol ke atas dan dalam keadaan normal berhubungan dengan arkus anterior C1. Prossesus odontoid terikat ditempatnya oleh ligamentum transversum.
Fraktur odontoid bisa dilihat dengan foto servikal lateral atau dengan proyeksi open mouth. Namun biasanya CT scan dibuat untuk meyakinkan.
Tipe II tejadi pada dasar dens dan merupakan fraktur odontoid tersering. Pada anak berusia kurang dari 6 tahun masih terdapat lempeng epifisis dan mungkin tampak seperti garis fraktur.
Tipe IIIterjadi pada dasar dens dan berlanjut secara oblik kearah korpus aksis. biasanya akan pulih hanya dengan stabilisasi melalui pemasangan traksi servikal.
FRAKTUR HANGMANHangman’s fracture terjadi pada
elemen posterior C2 yang merupakan pars interkularis. Fraktur jenis ini terjadi kira-kira 20% dari semua fraktur aksis dan biasanya diakibatkan cedera hiperekstensi. Dinamakan Hangman karena sesuai dengan kelainan yang terjadi pada orang yan dihukum gantung dengan simpul di depan dagu.
Fraktur hangman jarang menimulkan deficit neurologis mengingat fraktur menimbulkan pemisahan antara korpus C2 dengan elemen osterior.
Fraktur Hangman dibedakan menjadi tiga tipe.
Tipe I :Merupakan fraktur yang stabil, dimana pergeseran atau angulasi di sini hanya minimal saja serta cukup diterapi dengan pemasangan collar neck.
Tipe IIAngulasi korpus lebih dari 10 derajat dan pergeseran korpus dari elemen posterior lebih dari 3mm
Tipe II Adalah fraktur yang menimbulkan dislokasi faset C2 bilateral dan sangat tidak stabil sehingga untuk kasus ini perlu dioperasi untuk stabilisasi. Pasien dengan fraktur ini harus diimobilisasi eksternal sampai mendapatkan fisioterapi khusus.
MEKANISME CEDERAEkstensi yg dipaksakan pada leher yg sudah
dalam keadaan ekstensi.
Fleksi leher yg sudah dalam keadaan fleksi dan kompresi leher yg sedang dalam keadaan ekstensi.
Dalam sejarah, penyebab utama cedera yg mematikan ini adalah akibat penggantungan dengan simpul pada prominentia dagu.
JEFFERSON FRACTURE
Tulang atalas tipis, berbentuk
cincin dengan permukaan sendi yang
luas. Fraktur atlas tejadi 5% dari
fraktur tulang servikal akut. Kira-kira
40% fraktur atlas berhubungan dengan
fraktur aksis (C2). Fraktur tersering C1
adalah burst fracture (Fraktur Jefferson).
Mekanisme trauma yang biasa terjadi
adalah axial loading, yang terjadi bila
ada beban berat jatuh secara vertical ke
kepala pasien atau pasien jatuh ke
permukaan dengan kepala berada
pada posisi netral. Fraktur jefferseon
meliputi terputusnya kedua ring
anterior dan posterior C1 dengan
bergesernya massa lateral ke arah
lateral.
Fraktur ini paling baik dilihat dengan
pandangan open mouth dari C1 dan C2
dan dengan CT-scan axial. Bila patahan
tulang tampak bergeser lebih dari 7 mm
pada foto proyeksi frontal, kemungkinan
ligamentum transversumnya robek.
Konfirmasi tentang cedera ligamentum
ini dipastikan bersasarkan adanya
gerakan abnormal antara odontoid dan
atlas pada pemeriksaan radiologis.
Pada pasien yang selamat, fraktur ini
biasanya tidak berhubungan dengan
fraktur medulla spinalis. Namun fraktur
ini tidak stabil dan pertama kali harus
ditanganni dengan collar neck.
Tindakan operasi (fusi) ditujukan untuk
kasus yang ligamennya ikut cedera.
Tindakan operasi adalah fiksasi antara
oksiput dengan lamina dan pada saat
pascabedah dipasang jaket halo.
GEJALA UMUM
Lewis (2006) menyampaikan manifestasi klnik fraktur adalah sebagai berikut:
a. Nyeri Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma.
Hal ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
b. Bengkak/edamaEdema muncul lebih cepat dikarenakan cairan
serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
c. Memar/ekimosis Merupakan perubahan warna kulit sebagai
akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
d. Spame ototMerupakan kontraksi otot involunter yang
terjadu disekitar fraktur.e. Penurunan sensasiTerjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya
syaraf karena edema.f. Gangguan fungsiTerjadi karena ketidakstabilan tulang yang
frkatur, nyeri atau spasme otot. paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.
g. Mobilitas abnormalAdalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian
yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
h. KrepitasiMerupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-
bagaian tulang digerakkan.i. Deformitas Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari
kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
j. Shock hipovolemik Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat.
KOMPLIKASI FRAKTUR CERVICAL
Spinal Cord Injury ParalysisInfeksi Kerusakan saraf Ketidaksejajaran dalam penyambungan dan malunion
OAAvascular necrosisDepresiHiperekstensi leher (Kifosis)tetraplegia (Kelumpuhan dua
tungkai)Quadriplagia/tetraplegia
(Kelumpuhan pada empat tungkai)
Anamnesis Umum
Nama : Tn.AAlamat : Jl. Kebayoran no.2Umur : 27 thnHobi : RenangPekerjaan : wiraswasta
Anamnesis Khusus
C Nyeri post OP akibat fraktur
Cervical.
Vital Sign:
Tekanan Darah : 120/80 mmHgDenyut Nadi : 72 kali/menitPernafasan : 23 kali/menitTemperatur/Suhu : 36 °C
H Sejak kapan terjadinya? 2 minggu yang lalu Bagaimana riwayat terjadinya cedera? 2 minggu yg lalu,
saya menyelam di sekitar pulau samalona, tetapi saya tidak memperkirakan kedalaman lautnya. Saya langsung nyebur dan kepala saya menumbuk batu karang. Saya pingsan lalu dibawa oleh teman2 saya .
Bagemana perasaan anda setelah dipasangi alat ini ? Sejak dipasangi alat ini (collar), saya tdk leluasa menggerakkan leher saya, kaku dan terasa nyeri dan seperti robot. Di mana letak keluhan? Di leher dan ada sedikit di bahu Apakah ada nyeri atau tidak? Ya, Ada nyeri Bagaimana sifat nyeri? Ditempat itu saja Apakah ibu merasa mual dan pusing? Iya,pd fase2 awal
leher sy patah.
)
Apakah sudah kedokter? iya Apakah sudah foto X-Ray,MRI atau CT-scan? Iya sudah,
kemarin sudah foot rontgen Apa kata dokter ? kata dokter, tulang leher saya patah. Bagaimana keadaan tidur, makan, BAB, BAK? Terganggu Kapan bapak ke dokter (apakah sesaat setelah kecelakaan
atau setelah beberapa hari)? Sesaat setelah kecelakaan saya ke dokter, trus di foto X-Ray,MRI dan CT scan dulu, baru di operasi
Apakah diberi obat oleh dokter? Iya, saya diberi obat penghilang nyeri, vitamin, dan anti infeksi.
Bagaimana perasaan Bapak setelah terkena penyakit ini? Pasti sangat terganggu ya, karena saya tdk bisa beraktivitas seperti biasa.
o Masih ada keluhan lain yg berkaitan dengan penyakit bapak? Sudah tidak ada
A
A. Inspeksi Statiso Perhatikan apakah
pasien memakai collar/ dsb? Pasien memakai collar-Perhatikan apakah terlihat Swelling, inflamasi? - perhatikan mimik wajah pasien, apakah menahan sakit?pasien menahan sakit dan meringis kesakitan dan terlihat mual dan pusing
B. Inspeksi Dinamis
Di lihat dari
Bagaimana pola
berjalan pasien.
Cara pasien
menggerakkan
bagian leher dan
extremitasnya.
INSPEKSI
Aktif Nyeri terutama pada gerakan fleksi dan rotasi cervikal*gerakan bagian extremitas atas.
Pasif Nyeri terutama pada gerakan fleksi dan
rotasi servikal*gerakan bagian extremitas atas.
TIMT Tidak bisa melawan kuat dan nyeri
PEMERIKSAAN FUNGSI GERAK DASAR
Suhu : Bagian yang nyeri terasa lebih hangat.
Kontur Kulit : *ada bekas operasi Spasme : Upper trapezius,otot2 grup flexor
cervical
PALPASI
T
Muskullotendinogen: Spasme dan weakness
otot (regio cervical) >> upper trapezius,
Osteoarthrogen: Stifness pada C1-C2
(atlantoaxial joint)
Neurogen : ---
Psikogen: penurunan PD , cemas
S PEMERIKSAAN SPESIFIK
VAS Tes psikis >> HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety ) Oedem test Tes ROM MMT Tes Sensasi Sensorik Tes Provokasi Tes distraksi Tes kompresi Pengukuran ekspansi thoraks ADL test Pemeriksaan X-Ray,MRI,ST-Scan. Pemeriksaan lab
HRS-A (HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY )
Alat ukur ini terdiri 14 kelompok gejala yang masing- masing
kelompok dirinci lagi dengan gejala- gejala yang lebih
spesifik. Masing- masing kelompok gejala diberi penilaian
angka (skore) antara 0-4, yang artinya adalah
Nilai 0 = tidak ada gejala / keluhan
Nilai 1 = gejala ringan / satu dari gejala yang ada
Nilai 2 = gejala sedang / separuh dari gejala yang ada
Nilai 3 = gejala berat / lebih dari separuh dari gejala yang ada
Nilai 4 = gejala berat sekali / semua dari gejala yang ada
Masing- masing nilai angka (skore) dari 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu:Total nilai (skore) : < 14 = tidak ada kecemasan 14 – 20 = kecemasan ringan 21 – 27 = kecemasan sedang 28 – 41 = kecemasan berat 42 – 56 = kecemasan berat sekali / panik
Perasaan cemas (ansietas)
a) Cemas
b) Firasat buruk
c) Takut akan pikiran sendiri
d) Mudah tersinggung
Ketegangan
a) Merasa tegang
b) Lesu
c) Tidak bisa istirahat dengan tenang
d) Mudah terkejut
e) Mudah menangis
f) Gemetar
g) Gelisah
Ketakutan
a) Pada gelap
b) Pada orang asing
c) Ditinggal sendiri
d) Pada binatang besar
e) Pada keramaian lalu lintas
f) Pada kerumunan banyak orang
Gangguan tidur
a) Sukar masuk tidur
b) Terbangun malam hari
c) Tidur tidak nyenyak
d) Bangun dengan lesu
e) Banyak mimpi- mimpi
f) Mimpi buruk
g) Mimpi menakutkan
TES ROMRegio
Cervikal
ROM FLEKSI EKSTENSILATERAL
SIDE FLEKSI
ROTASI
Normal 0-80o 0-50o 0-45o 0-80o
Hasil Pengukuran 20o 50o 20o 20o
ROM menurut ISOM: S.50º.0º.20º (Flexi-Extensi) F.20º.0º.20º(Lateral side flexi sinistra-dextra) T.20º.0º.20º (Rotasi kiri-Rotasi kanan)
TES SENSASI SENSORIK
Tes rasa posisi Tes rasa gerak Tes arah gerak Tes tajam tumpul Tes kasar halus Tes diskriminasi 2 titik Normal
TES PROVOKASI
Dilakukan dengan cara posisi leher diekstensikan dan kepala dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian berikan tekanan ke bawah pada puncak kepala. Hasil positif bila terdapat nyeri radikuler ke arah ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi kepala. Pemeriksaan ini sangat spesifik namun tidak sensitif, karena berguna untuk mendeteksi adanya nyeri radikulopati servikal.
TES DISTRAKSI KEPALA
Distraksi kepala akan menghilangkan nyeri yang diakibatkan
oleh kompresi terhadap radiks syaraf. Hal ini dapat
diperlihatkan bila kecurigaan iritasi radiks syaraf lebih
memberikan gejala dengan tes kompresi kepala walaupun
penyebab lain belum dapat disingkirkan.
TES ADL ( INDEKS ADL MODIFIKASI )
NO JENIS AKTIVITAS FUNGSIONAL
KRITERIA
1 BERPAKAIAN 0 = tidak dapat melakukan 1 = melakukan dengan bantuan*2 = melakukan tanpa bantuan
2 KEMAMPUAN MENGGUNAKAN TOILET
0 = tidak dapat melakukan *1 = melakukan dengan bantuan2 = melakukan tanpa bantuan
3 TRANSFER DARI LANTAI KE KURSI
0 = tidak dapat melakukan 1 = melakukan dengan bantuan*2 = melakukan tanpa bantuan
4 TRANSFER DARI KURSI KE TEMPAT TIDUR
0 = tidak dapat melakukan 1 = melakukan dengan bantuan*2 = melakukan tanpa bantuan
5 BERJALAN DI DALAM RUANGAN
0 = tidak dapat melakukan *1 = melakukan dengan bantuan2 = melakukan tanpa bantuan
6 BERJALAN DI LUAR RUANGAN
0 = tidak dapat melakukan 1 = melakukan dengan bantuan*2 = melakukan tanpa bantuan
7 NAIK TANGGA 0 = tidak dapat melakukan*1 = melakukan dengan bantuan2 = melakukan tanpa bantuan
8 TURUN TANGGA 0 = tidak dapat melakukan 1 = melakukan dengan bantuan*2 = melakukan tanpa bantuan
TOTAL 5 ( Ketergantungan Berat )
PEMERIKSAAN LAB
Masih ada inflamasi yang ditandai dengan Limfosit T dan B masih diatas normal
Nilai normal :
Dewasa : 4.000 – 10.000/mm3
DIAGNOSIS
Gangguan gerak dan fungsi gerak cervical akibat fraktur C2 tipe II pasca operasi 1 minggu yang lalu.
PROBLEM Primer
• Ggg Psikis dan cemas
• Nyeri
Sekunder
• Oedema, Kekakuan,Keterbatasan ROM, Muscle Weakness, kontraktur
Kompleks
• Gangguan ADL ( food,drink, toileting, dressing, Self care)
TUJUAN
• Mengurangi nyeri• Menurunkan oedem• Mencegah keterbatasan
ROM• Mencegah muscle
weakness• Mencegah kontraktur
JangkaPendek
• Mengembalikan dan memaksimalkan fungsional gerak cervical berkaitan dengan ADL
JangkaPanjan
g
PROGRAM FASE AKUT (0-1 MINGGU) IMOBILISASI
No Problem FT Modalitas terpilih
Dosis
1 Penurunan rasa PD dan cemas
KomTer F : 1 x sehariI : pasien tetap fokusT : Wawancara, motivasiT : 5 menit
2. Nyeri Interferensi F : 1 x sehariI : 20-30 mAT : segmental animalT : 10 menit
3 Mencegah Gangguan pernapasan
Exercise F: setiap hariI: T; Deep breathingT: 5 menit
Problem Modalitas Terpilih Dosis
4. Reaksi Inflamasi (oedem pada ext superior dan inferior, hematoma,nyeri akut,
immobilisasi (Collar/ortose servikal)
Positioning
F : 1x sehariI : intermitten 3 :2 T : local compressT : 10 menit
F : setiap hariI : tidur terlentangT : soft collarT : 1 minggu
F : setiap hari I : 3 jam perubahan posisi T : log rolling (dibantu berbalik T : 3 jam per posisi
Problem Modalitas Terpilih Dosis
5. Spasme otot exercise F : 1 x sehariI : 15-20 kaliT : elufrageT : 3 menit
6. Mencegah weakness di extremitas
Exercise F : 1x1I : 5 hit 3 repetisiT : pasif- aktif ROMEXT : 3 menit
PROGRAM SUB AKUT (2-4 MINGGU)
No Problem FTModalitas Terpilih Dosis
1 Pencegahan Stiffness Joint
Exercise F : 1 x sehariI : 3x perlakuan (1x perlakuan, 8x hitungan)T : aktif exercise movement extremitas superiorT : 3 menit
2 Pencegahan Penurunan kekuatan otot
Exercise F : 1 x sehariI : 8 x perlakuanT : elevasi depresi shoulder (isometric exercise)T : 3 menit
3. Pencegahan Spasme otot
Exercise F ; 1x sehariI : 15-30 repetisiT : eflurage T : 3 menit
PROGRAM KRONIK (4-8 MINGGU) IMOBILIASI
No Problem FT Modalitas Terpilih Dosis
1 Limitasi ROM shoulder
ROM Exc F= 1 kali/hrI= 5 x pengulangan/1 x terapiT= aktif ROM EXERCISET= 30 sekon
PROGRAM KRONIK (8-12 MINGGU)
No Problem FT Modalitas Terpilih Dosis
1 Pencegahan Limitasi ROM cervical
ROM Exc F= 1 kali/hrI= 8 x pengulangan/1 x terapiT= gentle akti ROMT= 30 sekon
2 Pencegahan Muscle weakness cervical
Exercise F=1 x sehariI = 3 x pengulanganx 8 hitungan/1 x terapiT= isometrikT= 30 s
F=1x sehariI = 3xpengulangan, 8 hitunganT= aktif resisted (hati2 utk rotasi)T= 30 sekon
PROGRAM KRONIK (12-16 MINGGU)
No Problem FT Modalitas Terpilih Dosis
1
Pencegahan Kontraktur
Exercise F=1x sehariI = 3xpengulangan, 8 hitunganT= StrechingT= 30 sekon
F=1x sehariI = 3xpengulangan, 8 hitunganT= aktif resisted exerciseT= 30 sekon
PROGRAM FT UTK PROBLEM KOMPLEKS
No Problem FT Modalitas Terpilih Dosis
1 Pencegahan ggg ADL Exercise F=3x/mingguI = 3x perlakuan (1x perlakuan, 8x hitungan)/1x gerakanT= PNF extremitas superior dan inferiorT= 30 s`
MODIFIKASI
AFPR (Aktivitas Fungsional Pemeliharaan Diri
dan Rekreasi) dengan cara rekreasi dan
permainan seperti lempar tangkap bola di
pantai untuk memulihkan ADL cervical dan
shoulder klien serta untuk merilekskan
pikiran dan mengembalikan kebugaran tubuh
klien.
DOKUMENTASI
Data-data tentang riwayat medis klien, hasil-hasil pemeriksaan klinis, program intervensi physio yang telah dilaksanakan pada klien dan catatan penting tentang hasil perkembangan terapi, dapat dilihat dan tercantum pada kartu kontrol pemeriksaan kesehatan klien.
EVALUASI
Problem parameter Interpretasisebelum sesudah
Nyeri VAS 8 2
Penururnan PD dan cemas
HRS-A 24 13
oedem ERS 2+ 0
Muscle weakness
MMT 2 4
Limitasi ROM Gonio S.50º.0º.20º
F.20º.0º.20º
T.20º.0º.20º
S.75º.0º.45º
F.40º.0º.40º
T.75º.0º.75º
Ggg ADL Indeks ADL modifikasi
5 1
KEMITRAAN
Pengembangan kemitraan dapat dilakukan dengan profesi kesehatan lainnya dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan sepenuhnya terhadap kondisi klien. Hal ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien dan perkembangan patofisiologinya. Dalam memberikan intervensi klien tersebut, Physio dapat bermitra dengan dokter spesialis saraf, dokter dokter spesialis patologi klinik, ahli okupasional, perawat, psikolog, ahli gizi, dan pekerja sosial medis lainnya.