6. bab vi pengendalian dan pengawasan proyek
DESCRIPTION
PENGAWASAN PROYEK SANGATLAH PENTING. DALAM HAL INI BERKAITAN ERAT DENGAN SCHEDUL YANG ADA SEHINGGA TIDAK ADA PEMBENGKAKAN BIAYA DAN WAKTUTRANSCRIPT
BAB VI
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK
6.1 TINJAUAN UMUM
Setelah dilakukan perencanaan terhadap jadual proyek konstruksi dengan
matang, langkah selanjutnya melaksanakan proyek tersebut sesuai dengan jadual
yang telah direncanakan. Pelaksanaan proyek tersebut harus mengacu jadual
proyek yang telah disusun, sehingga diperlukan langkah–langkah pengendalian
untuk mengetahui apakah pelaksanaan atau kemajuan kerja proyek tersebut sudah
sesuai jadual.
Pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang
sesuai sasaran dan tujuan perencanaan, merancang sistem inforimasi,
membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisa kemungkinan
penyimpangan, kemudian melakukan tindakan koreksi yang diperlukan agar
sumber daya dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai
sasaran dan tujuan.
Beberapa hal yang ditinjau dalam pengendalian proyek ini adalah :
1. Pengendalian mutu yang meliputi :
a. Pengendalian mutu bahan
b. Pengendalian mutu peralatan
2. Pengendalian tenaga kerja
3. Pengendalian waktu
4. Pengendalian teknis
5. Pengendalian biaya
6. Pengendalian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Pengendalian di atas di dalam setiap proyek harus selalu ada, dan harus
diutamakan sebab menyangkut keberhasilan proyek tersebut. Secara umum
pengendalian meliputi hal–hal sebagai berikut :
1. Penentuan standar, yaitu penentuan tolak ukur dalam menilai hasil pekerjaan
dari segi kualitas dan ketepatan waktu.
VI-1
2. Pemeriksaan, yaitu melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan untuk
mengetahui sejauh mana kemajuan hasil pekerjaan.
3. Perbandingan, yaitu membandingkan hasil pekerjaan yang telah dikerjakan
dan dicapai dengan rencana yang telah ditentukan. Dari perbandingan ini
dapat diketahui progress (kemajuan) pelaksanaan pekerjaan di lapangan .
4. Tindakan korektif, yaitu mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan proyek.
Evaluasi ini diadakan dalam bentuk rapat yang diadakan setiap minggunya
ataupun pada saat diperlukan, bila ada kesalahan atau penyimpangan maka
perlu dipikirkan pemecahannya dan pelaksanaan.
6.2 PENGENDALIAN MUTU
6.2.1 PENGENDALIAN MUTU BAHAN
Kualitas pekerjaan yang baik salah satunya didapat dari bahan yang
memenuhi standar yang ditetapkan. Untuk memudahkan perencanaan dan
pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi ada beberapa standar acuan, diantaranya
yaitu :
1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, NI-2
2. Peraturan Semen Portland Indonesia, NI-8
3. Peraturan Perencanaan Baja Indonesia 1984
4. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982, NI-3
5. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, NI-5
6. American Standard for Testing Material (ASTM)
Pengendalian mutu bahan di lapangan meliputi inspeksi dan test,
pengendalian produk yang tidak sesuai, serta pengendalian catatan mutu. Bahan–
bahan yang diuji pada proyek ini adalah :
6.2.1.1 BETON
1. SLUMP TEST
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang berhubungan
dengan mutu beton. Pengujian dilakukan dengan menggunakan kerucut Abrams.
1 Nilai Slump Kolom 12 ± 2 (Nilai Slump = 10 mm)
2 Nilai Slump Balok dan Pelat 12 ± 2 (Nilai Slump = 12 mm)
VI-2
3 Nilai Slump Shear Wall 12 ± 2 (Nilai Slump = 10 mm)
Cara pengujian slump test :
a. Menyiapkan peralatan uji slump yaitu kerucut Abrams.
b. Kerucut Abrams diletakkan pada bidang rata dan datar namun tidak menyerap
air, biasanya menggunakan alas berupa tripleks.
c. Kemudian adukan beton dimasukkan dalam tiga lapis yang kira-kira sama
tebalnya, dan setiap lapis ditusuk 25–30 kali dengan menggunakan tongkat
baja supaya adukan yang masuk dalam kerucut lebih padat.
d. Adukan yang jatuh di sekitar kerucut dibersihkan, lalu permukaannya diratakan
dan kerucut ditarik vertikal dengan hati – hati.
e. Dibuka dan diukur penurunan puncak kerucut terhadap tinggi semula.
f. Hasil pengukuran inilah yang disebut nilai slump dan merupakan nilai
kekentalan dari adukan beton tersebut.
g. Adukan beton dengan hasil slump yang tidak memenuhi syarat tidak boleh
digunakan.
Gambar 6.1. Pengujian Slump Test
2. TES UJI KUAT TEKAN BETON ( COMPRESSION TEST )
Tes uji kuat tekan ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan maksimum
yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami kehancuran.
Cara Pengambilan sample uji test tekan beton :
VI-3
a. Sample Uji kuat tekan beton diambil dengan jumlah minimal harus 1 (satu) set
terdiri dari 4 (empat) sample silinder setiap 50 m3.
b. Atau untuk pengambilan berdasarkan jumlah truck beton :
Jumlah Truck Mixer Jumlah Sample Silinder
1
2-5
6-10
Setiap tambahan 10 truck
1 x 4 benda uji
2 x 4 benda uji
3 x 4 benda uji
Tambahan 1 x 4 benda uji
c. Ukuran silinder dia. 150 mm, tinggi : 300 mm
Cara pengujian :
a. Siapkan silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
b. Cetakan silinder diletakkan pada plat atas baja yang telah dibersihkan dan sisi
dalamnya diolesi minyak pelumas seperlunya untuk mempermudah pelepasan
beton dari cetakannya.
c. Masukkan adukan beton yang dipakai pada pengujian slump test ke dalam
cetakan yang dibagi dalam tiga lapisan yang sama lalu tusuk–tusuk sebanyak
10 kali tiap lapisan. Ratakan bagian atasnya dan beri kode tanggal pembuatan.
d. Diamkan selama 24 jam dan direndam dalam air (curing) selama waktu
tertentu, kemudian diserahkan ke laboratorium dan di tes dengan mesin
compressor untuk dilakukan pengetesan beton pada usia 7 hari.
e. Evaluasi Hasil Uji Silinder Beton
Standart penerimaan mutu beton struktur dilakukan sebagai berikut:
1. Rata-rata kekuatan tekan karakteristik yang diperlukan harus memenuhi
persyaratan dalam tabel berikut ini :
Kekuatan tekan silinder rencana
f’c (Mpa)
Kekuatan tekan silinder rencana
f’cr (Mpa)
f’c < 35
Ambil harga terbesar dari :
f’cr = f’c + 1,34 S
f’cr = f’c + 2,33 S – 3,5
Ambil harga terbesar dari :
VI-4
f’c > 35 f’cr = f’c + 1,34 S
f’cr = 0,9 f’c + 2,33 S
Atau tabel :
Kekuatan tekan silinder rencana
f’c (Mpa)
Kekuatan tekan silinder rencana
f’cr (Mpa)
Antara 25 - 35 f’cr = f’c + 8,5
f’c > 35 f’cr = 1,1 f’c + 5,0
2. Kekuatan rata-rata uji silinder dari 3 buah sample silinder berturut-turut
harus lebih besar dari kekuatan tekan karakteristik silinder yang telah
direncanakan f’c.
3. Tidak satupun dari rata-rata 2 buah silinder yang diuji yang mempunyai
kekuatan tekan silinder lebih kecil dari :
Kekuatan tekan silinder rencana
f’c (Mpa)
Kekuatan tekan silinder rencana
f’cr (Mpa)
35 f’cr = f’c - 3,5
f’c > 35 f’cr = 0,9 f’c
S = deviasi standart hasil perhitungan dari jumlah benda uji yang di tes
S−√∑I
N
¿¿¿¿
fcr’ = harga rata-rata kekuatan tekan dari sejumlah benda uji silinder
f ' cr=∑
I
N
f ' ci
N
fci’ = kekuatan tekan benda uji silinder
VI-5
Gambar 6.2. Tes Uji Kuat Tekan Beton
6.2.1.2 TULANGAN
Pada proyek pembangunan Kantor Landmark Pluit, pekerjaan pengawasan
dan pengendalian mutu untuk tulangan ini dilakukan dengan pengetesan terhadap
uji tarik di Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (BPPT).
Tes Uji Kuat Tekuk dan Tarik Besi Tulangan
6.2.1.3 SEMEN
Pemeriksaan semen hanya dilakukan secara visual dengan mengamati
bungkus semen. Apabila bungkus semen telah sobek, maka semen tersebut tidak
digunakan dan dikembalikan ke pihak penyuplai semen untuk diganti dengan
semen yang lebih baik.
6.2.1.4 KAYU DAN MULTIPLEKS
Pemeriksaan kayu dan multipleks dilakukan untuk mengetahui dimensi dari
kayu dan multipleks serta kualitas kayu dan multipleks yang akan menentukan
bagus atau tidaknya bekisting untuk beton.
VI-6
6.2.2 PENGENDALIAN MUTU PERALATAN
Peralatan adalah bagian terpenting dari pelaksanaan pekerjaan suatu
struktur, kerusakan pada alat dapat mengakibatkan tertundanya pekerjaan. Oleh
karena itu mekanik mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam menjaga
dan mengatur penggunaannya.
Kerusakan yang masih dapat ditangani oleh mekanik dapat dikerjakan
sendiri, sedangkan jika tingkat kerusakannya cukup parah, misalnya pada concrete
mixer truck, diserahkan pada bengkel pusat. Penggunaan peralatan pengganti
perlu dipertimbangkan lebih lanjut agar efisiensi waktu bisa tercapai.
6.3 PENGENDALIAN TENAGA KERJA
Penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah dan kemampuannya
dapat menunjang tercapainya efisiensi dalam suatu pekerjaan proyek (the right
man in the right place), oleh karena itu diperlukan suatu pengendalian mutu
tenaga kerja. Pada proyek pembangunan kantor Landmark Pluit ini, seluruh
pengadaan tenaga kerja dilakukan dengan sistem mandor.
6.4 PENGENDALIAN WAKTU
Pengendalian waktu ini didasarkan pada time schedule pekerjaan.
Keterlambatan pekerjaan pada suatu proyek akan berpengaruh pada anggaran
proyek. Agar dapat berlangsung tepat waktu, time schedule disusun sebagai alat
kontrol untuk mengukur tingkat prestasi pekerjaan dengan lamanya pelaksanaan.
Pekerjaan apa yang harus dikerjakan lebih dahulu dan kapan harus dimulai
dapat terlihat dengan jelas pada time schedule, sehingga keterlambatan pekerjaan
sebisa mungkin dihindari.
Manfaat dari time schedule adalah :
1. Sebagai pedoman kerja bagi pelaksana terutama menyangkut batasan-batasan
untuk masing-masing pekerjaan.
2. Sebagai alat koordinasi bagi pimpinan.
3. Sebagai tolok ukur kemajuan pekerjaan yang dapat dipantau setiap saat dengan
bantuan time schedule ini.
4. Sebagai evaluasi tahap akhir dari setiap kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan.
VI-7
Untuk itu, dalam membuat time schedule diperlukan hal-hal sebagai berikut
ini :
1. Jenis Pekerjaan
Fungsinya untuk menetapkan urutan-urutan pekerjaan .
2. Network Planning
Fungsi terpenting dari network planning yaitu mengorganisasikan dan
menentukan urutan dari pekerjaan yang beraneka ragam dengan waktu dan biaya
yang terbatas.
3. Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan berguna untuk menentukan durasi atau lamanya
pekerjaan. Selain itu bagi pihak owner, perhitungan volume pekerjaan berguna
untuk mengontrol pemesanan beton, tulangan dan bahan lainnya. Jadi,
perhitungan volume juga dapat dijadikan alat pengontrol.
4. Harga Satuan Pekerjaan
Berguna untuk menentukan bobot atau prestasi masing-masing pekerjaan.
Dengan dasar inilah kemajuan proyek dihitung untuk pembayaran tiap termin.
5. Survey Kemampuan Tenaga Kerja
Berguna untuk menentukan jumlah tenaga kerja sehubungan dengan durasi
waktu yang diperlukan.
Time schedule menyatakan pembagian waktu terperinci untuk setiap jenis
pekerjaan, mulai dari permulaan sampai akhir pekerjaan sehingga kumulatif
prosentase bobot pekerjaan ini akan membentuk kurva S realisasi.
Fungsi kurva S adalah :
1) Menentukan waktu penyelesaian tiap bagian pekerjaan proyek.
2) Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek.
3) Menentukan waktu untuk mendatangkan material, alat, dan tenaga kerja
yang akan dipakai untuk pekerjaan tertentu.
6.5 PENGENDALIAN TEKNIS
VI-8
Pengendalian teknis di lapangan ini dimaksudkan untuk mengetahui
perkembangan dan permasalahan di proyek melalui laporan kemajuan dan
koordinasi proyek. Laporan kemajuan proyek dibuat dalam bentuk harian,
mingguan, dan bulanan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan proyek itu.
1. Laporan harian
Merupakan laporan mengenai seluruh pekerjaan dalam satu hari kerja
meliputi pekerjaan fisik, catatan atau perintah-perintah yang diberikan oleh
pengawas. Biasanya dibuat pada akhir jam kerja. Antara lain yaitu laporan
mengenai material yang masuk dan yang terpakai serta mengenai keadaan cuaca
setiap harinya di lapangan.
2. Laporan mingguan
Berisi laporan tentang kegiatan yang dilakukan selama satu minggu meliputi
prestasi kerja selama minggu tersebut, laporan jumlah tenaga kerja dan peralatan
serta bahan yang digunakan.
3. Laporan bulanan
Laporan bulanan dibuat dari hasil rekapan laporan mingguan dan harus
dibuat setiap bulan, berisi tentang :
a. Catatan pekerjaan selama 1 (satu) bulan.
b. Prosentase pekerjaan selama satu bulan serta kemajuan proyek yang
dicapai sampai saat laporan itu dibuat.
c. Nilai pekerjaan yang telah dilakukan selama satu bulan.
Laporan bulanan ini harus disahkan dahulu oleh pengawas dan
ditandatangani oleh pimpinan proyek sebagai bukti nilai pekerjaan yang telah
dilakukan selama satu bulan.
4. Rapat Koordinasi
Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek, masalah-masalah yang tidak terduga
dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak bisa saja muncul, untuk itu maka
diperlukan rapat koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah
secara bersama.
VI-9
6.6 PENGENDALIAN BIAYA
Pengendalian biaya dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya yang
telah dikeluarkan dengan melihat tahap pekerjaan yang telah dicapai. Besarnya
biaya ini dapat dibandingkan dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan
Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) yang telah disusun. Dari pembandingan
ini, dapat diketahui apabila pada pekerjaan yang telah dilaksanakan tersebut
terjadi pembengkakan biaya sehingga dapat dilakukan evaluasi biaya.
Pengendalian biaya ini biasanya dilakukan dengan membuat rekapitulasi
biaya yang telah dikeluarkan. Setiap dilakukan pembelian material, bagian logistik
mencatat jumlah material yang dibeli dan besarnya biaya yang digunakan.
Sedangkan pengendalian biaya tenaga kerja dilakukan dengan memeriksa daftar
presensi pekerja selama satu minggu dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
membayar gaji pekerja. Besar total biaya inilah yang akan selalu dikontrol dan
dievaluasi sebagai pengendalian biaya. Selain itu, total biaya yang telah
dikeluarkan ini juga dapat digunakan untuk menyusun kurva-S realisasi dan untuk
memperkirakan prosentase pekerjaan proyek yang telah dicapai.
6.7 PENGENDALIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
(K3)
Perlindungan tenaga kerja dalam suatu proyek dimaksudkan agar tenaga
kerja dapat secara aman melakukan pekerjaannya sehari-hari sehingga dapat
meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas pekerjaan sebagaimana telah
ditegaskan pada pasal 9 Undang-Undang Nomor 14 tahun 1969 yang berbunyi
“Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral agama”.
6.7.1 PROGRAM KERJA K3L
A. SAFETY HEALTH ENVIROMENT PLAN ( SHE PLAN)
Adapun penjabaran dari keterangan gambar SHE Plan yang lebih jelas
adalah sebagai berikut:
VI-10
I. PERENCANAAN (PLAN)
1. Membuat Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko (IBPR).
2. Membuat Identifikasi, Pengendalian, Pemantauan Aspek Lingkungan
(IPPAL).
3. Membuat Objectif Target Program (OTP).
4. Membuat Standart Operational Procedure (SOP).
5. Membuat Target Pencapaian Safety Health Environment (SHE).
6. Membuat Struktur Tanggap Darurat, Panitia Pembina Keselamatan,
Kesehatan Kerja & Lingkungan.(P2K3L) dan Pembersihan masal.
7. Membuat Schedule SHE Induction, SHE Talk, SHE Inspection, SHE
Patrol, SHE Meeting, Simulasi Tanggap Darurat, Pemantauan dan
Pengukuran Aspek Lingkungan, PelayanKesehatan (Jamsostek
kerjasama dengan SAM), Training SHE dan Pembersihan Area.
8. Menghitung Rencana Anggaran Biaya SHE.
9. Membuat Rencana Penempatan fasilitas dan prasarana SHE.
10. Merencanakan alternatif penggantian material (Inovasi).
11. Membuat Jalur Evakuasi.
12. Membuat Security Plan.
13. Membuat Traffic Management.
14. Mencari Alamat dan Nomor Telephone Penting - Disnakertrans RI,
Jamsostek, Polsek, Rumah Sakit dan Dinas Pemadam Kebakaran.
II. Pelaksanaan (Do)
1. Mengevaluasi IBPR & IPPAL.
2. Melaksanakan SHE Induction, SHE Talk, SHE Inspection, SHE Patrol,
SHE Meeting, Simulasi Tanggap Darurat, Pemantauan dan Pengukuran
Aspek Lingkungan, Pemeriksaan Kesehatan untuk seluruh pekerja
(Jamsostek), Melaksanakan Training SHE.
3. Menjalankan Kegiatan kerja sesuai dengan target yang akan dicapai.
4. Memasang fasilitas SHE dan menentukan jalur Evakuasi.
5. Membuat alternatif pengganti / Inovasi.
6. Menjalankan Security Plan.
VI-11
7. Melaksanakan Traffic Management.
8. Membuat record pelaksanaan SHE.
9. Melaporkan kegiatan SHE ke kantor Cabang III Per Bulan (P2K3).
10. Melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit Rujukan dan Klinik terdekat
(Bersama SAM).
11. Monitoring pelaksanaan Housekeeping.
III. Pemeriksaan (Chek)
1. Monitoring pelaksanaan kegiatan kerja disesuaikan dengan IBPR & IPPAL.
2. Monitoring Security Plan & Traffic Management.
3. Audit pelaksanaan SHE dan mengeluarkan rekomendasi SHE.
IV. Tindakan (Action)
1. Evaluasi hasil pelaksanaan SHE.
2. Review dan Perbaikan
VI-12
Gambar 6.3. SHE PLAN
B. SAFETY HEALTH ENVIROMENT INDUCTION (SHE INDUCTTION)
Pada mulanya subkon/mandor menandatangani surat pernyataan dan Surat
Izin Memulai Pekerjaan ( SIMP ). Tujuannya agar setiap Subkon/mandor
mengetahui peraturan dan tata tertib K3L di proyek dan sebagai rekomendasi
kelengkapan APD/APK sesuai dengan jenis pekerjaan.
Setiap ada pekerja yang masuk didaftarkan dengan membawa fotocopy
KTP, diberikan kaos pekerja kemudian di foto dan diberikan Kartu Identitas
Pekerja ( KIP ). Safety Supervisor yang akan memantau kelengkapan APD/APK
setiap pekerja.
VI-13
Awal Proyek
Perencanaan /Plan
Pelaksanaan /Do
Tindakan / Action
Selamat, Aman, Rapi, Bersih& Sehat
Membuat IBPR & IPPAL Membuat Objectif Target Program (OTP) Membuat target pencapaian dan kualitas SHEMembentukstruktur organisasi SHE Membuat schedule pelaksanaan kegiatan SHE Membuat Rencana Anggaran Biaya SHE (RAB)
Membuat rencana penempatan fasilitas SHE Membuat rencana kebutuhan APD pekerja dan APK Membuat trafic Management
Merencanakan kebutuhan training SHE Mencari Alamat dan Nomor Telephone Penting - Depnakertrans, Jamsostek, Polsek, Rumah Sakit dan Dinas Pemadam Kebakaran
Mengevaluasi IBPR & IPPAL Melaksanakan kegiatan SHE Mengatur pembebanan biaya pelaksanaan SHE Menempatkan fasilitas SHE sesuai rencana Melaksanakan training SHE (Tanggap darurat, Evakuasi, APD, APK, P3K dll) Menetapkan Standard Prosedur Operasi Membuat record dari hasil pelaksanaan SHE
Evaluasi hasil pelaksanaan SHE
Review dan Perbaikan
Pemeriksaan / Check
Inspeksi pelaksanaan SHEAudit kinerja dan pelaksanaan SHE
Gambar 6.4. She Induction
SHE Induction adalah pendekatan dan pengarahan tentang K3,
housekeeping dan ketertiban proyek kepada pekerja baru dan kepada pekerja
sebelum melakukan pekerjaan yang berpotensi bahaya tinggi.
1. Berikut adalah bagian dari SHE Induction :
a. Pendataan
b. Pengenalan proyek dan fasilitas proyek : rambu-rambu dan slogan K3
c. Penjelasan aturan pemakaian APD, APK, sepatu, warna helm, rangka helm,
tali helm, memakai celana panjang, safety belt, masker, sarung tangan,
APAR, railing.
d. Tata tertib : Kaos pekerja, KIP, Dilarang Merokok, Dilarang buang sampah
sembarangan, dilarang merusak, memindah, mengambil, fasilitas rambu-
rambu K3, setiap habis bekerja harus membersihkan area pekerjaannya dan
wajib mengikuti program-program Safety seperti Safety Talk.
e. Sanksi : Penjelasan mengenai sanksi yang akan dikenakan apabila
melanggar sesuai dengan kesepakatan bersama.
f. Kesadaran Pekerja : Pekerja harus bisa menjaga keselamatan diri sendiri
maupun orang lain dan diberi pengertian bahwa pekerja jauh dari tempat
tinggal dan keluarga.
g. Hak pekerja : Semua pekerja di proteksi dengan asuransi jamsostek dan hak
tersebut akan diberikan setelah tata tertib dijalankan oleh pekerja.
h. Janji pekerja.
i. Doa menurut agama/kepercayaan masing-masing.
VI-14
C. SAFETY HEALTH ENVIROMENT PATROL (SHE PATROL)
SHE Patrol adalah patroli rutin yang dilakukan setiap hari untuk memantau
pekerjaan di proyek untuk keselamatan dan keamanan para pekerja. Patrol ini
dilakukan oleh Safety Supervisor, Site Operational Manager, Quality Control,
GSP, SP, pihak subkon/mandor. Kemudian ditindaklanjuti dengan mengisi form
K3L-02 (Form Safety Patrol). Apabila ditemukan pekerjaan yang tidak sesuai
dengan peraturan K3L maka dikeluarkanlah Form K3L – 03 (Laporan
Ketidaksesuaian) dan form K3L – 04 (Surat Peringatan) oleh Safety Health
Environmental Operational dan Safety Supervisor kepada Subkon/mandor yang
melanggar aturan K3L di proyek sehingga pekerjaan harus dihentikan sementara
dan dapat bekerja kembali setelah tindakan perbaikan dilakukan. Apabila sudah
ada tindakan perbaikan maka pekerjaan dapat dilanjutkan.
Gambar 6.5. She Patrol
D. SAFETY HEALTH ENVIROMENT TALK (SHE TALK)
SHE Talk adalah pengarahan mengenai pentingnya K3L sebelum pekerjaan
dimulai dan evaluasi kinerja yang dilakukan di proyek SHE Talk wajib dihadiri
oleh seluruh internal PP, subkon/mandor dan pekerja yang dilaksanakan minimal
1 minggu 1 kali pada pagi hari sebelum pekerjaan dimulai.
VI-15
Gambar 6.6. She Talk
E. SAFETY HEALTH ENVIROMENT MEETING (SHE MEETING)
SHE meeting dilaksanakan 1 minggu 1 kali yang dihadiri oleh Project
Manager, Site Operational Manager, GSP, Quality Control, Peralatan
Subkon/mandor. SHE Meeting mengevaluasi tentang kecelakaan yang terjadi di
lapangan, kondisi area kerja, potensi bahaya yang mungkin terjadi di lapangan dan
langkah-langkah perbaikannya, menetapkan aturan-aturan yang disesuaikan
dengan kondisi bahaya yang ada di lapangan.
Gambar 6.7. She Meeting
6.7.2 POKOK PERHATIAN DAN ASPEK K3L
A. PERSONAL / PEKERJA
1. Sehat jasmani dan rohani
2. Usia minimal 17 tahun atau minimal memiliki KTP
3. Tidak mabuk/terpengaruh obat-obatan terlarang
4. Tidak terlibat kasus/perkara tindakan kriminal
5. Tidak memiliki penyakit/sedang dalam keadaan sakit yang dapat
membahayakan dirinya dan orang lain
6. Menguasai/mampu melaksanakan pekerjaan yang di tugaskan kepadanya
7. Memiliki identitas/alamat jelas dan keluarga yang bisa dihubungi
B. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
1. Wajib menggunakan helm proyek sekaligus menandakan bidang
pekerjaannya
2. Wajib menggunakan Safety Shoes / Sepatu Proyek / Sepatu Boot
VI-16
3. Menggunakan pelindung wajah seperti masker/kacamata pelindung untuk
pekerjaan las, gerinda, chipping, bobok, dll
4. Menggunakan sabuk keselamatan (safety belt) bila bekerja diketinggian
5. Menyediakan masker, sarung tangan dan ear plug untuk pekerjaan pekerjaan
tertentu
6. Menggunakan alat pelindung diri (APD) lain yang dibutuhkan (sesuai
dengan jenis pekerjaan)
7. Mengikuti tahap – tahap pelaksanaan dengan benar dan teliti
C. PERATURAN K3, KEBERSIHAN DAN LINGKUNGAN
1. Wajib mematuhi dan melaksanakan peraturan K3L
2. Wajib mengikuti weeky safety morning talk
3. Dapat mengikuti safety tool box meeting
4. Wajib mengikuti joint safety inspection/safety patrol
5. Dapat mengikuti program general cleaning
6. Wajib menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan proyek dan masyarakat
7. Dapat mengikuti kegiatan/program yang di selenggarakan oleh K3L
D. QUALITY TARGET HOUSKEEPING
1. Pagar, Pintu, Papan Nama dan Akses pejalan kaki
a. Bersih dan rapi.
b. Penerangan cukup.
c. Bentuk dan warna seragam, sesuai standard dan ketentuan.
d. Konstruksi kokoh.
e. Tersedia pintu kecil.
f. Engsel kuat dan mudah dibuka dan ditutup.
g. Mudah dilalui, relatif terlindungi, tidak becek dan rambu penunjuk arah.
h. Towe Crane dengan Neon Sign Board sesuai standard.
2. Los kerja kayu, Besi dan Gudang Terbuka
a. Material atau barang ditumpuk sesuai jenis dan ukuran dan yang tidak
terpakai ditempatkan terpisah.
b. Bersih dan rapi
c. Lantai kering ( terlindungi dari becek ).
VI-17
d. Tidak mengganggu lalu lintas proyek.
e. Instalasi listrik direncanakan dan aman.
f. Tersedia APAR ( Alat Pemadam Kebakaran Ringan ).
3. Fasilitas Penunjang di Lokasi
a. Tersedia APAR ( Alat Pemadam Kebakaran Ringan ).
b. Tersedia Musholla + Tempat Wudhu dan kantin.
c. Tersedia tempat sampah ( sesuai rencana dan dibuang rutin minimum 1 x
24 Jam ).
d. TPA sampah ( dibuang rutin sesuai rencana ).
e. Toilet pekerja bersih dan tersedia air.
f. Ada tempat / lokasi untuk pakaian kerja.
g. Tersedia area bebas merokok ( Shelter ) sesuai rencana.
4. Barak Pekerja
a. Ventilasi udara dan penerangan cukup.
b. Tersedia tempat jemur pakaian.
c. MCK bersih dan tersedia air.
d. Lantai kering dan kebersihan terjaga.
e. Tersedia tempat sampah.
f. Tersedia APAR ( Alat Pemadam Kebakaran Ringan ).
5. Ruang Genset
a. Ventilasi udara dan penerangan cukup.
b. Lantai kering ( Rabat ) dan kebersihan terjaga.
c. Tersedia APAR ( Alat Pemadam Kebakaran Ringan ).
d. Konstruksi panel Listrik kuat, isi panel sesuai kapasitas dan Lokasi
direncanakan.
e. Tersedia tempat sampah.
E. QUALITY TARGET SAFETY
1. Safety Sign Board dan Slogan K3
a. Ada slogan – slogan K3.
b. Ada Sign Board K3.
VI-18
c. Dipasang tangga keja.
d. Tersedia safety line sesuai kebutuhan.
e. Terpasang kuat, lurus, rapi.
f. Dikeluarkan sesuai lay out rencana.
2. Railing pengaman
a. Dipasang disekitar Void.
b. Dipasang di akses Passanger Lift.
c. Dipasang dilubang pintu lift.
d. Dipasang ditepi bangunan.
e. Dipasang di tangga kerja.
f. Tersedia safety line sesuai kebutuhan.
g. Terpasang kuat, lurus, rapi.
3. Jaringan Listrik
a. Kabel tergantung rapi.
b. Sambungan kabel dengan konektor, panel listrik rapi.
4. Pengaman Benda Jatuh dari Atas
a. Dipasang vertikal net
b. Dipasang Horisontal net.
5. Perancah Scaffolding
a. Menggunakan Jack base atau U-Head.
b. Berdiri pada landasan yang relatif stabil.
c. Ada pengikat ( Bracing ) sesuai ketentuan.
d. Terpasang kokoh, lurus, rapi.
6. Jembatan Sementara
a. Lebar jembatan minimum 60 cm.
b. Lantai jembatan tidak licin.
c. Konstruksi kokoh.
d. Letak direncanakan.
e. Ada realing.
F. QUALITY TARGET GEDUNG
1. Struktur Beton ( Kolom, Balok dan Lantai )
VI-19
a. Tidak keropos.
b. Tanpa plin pada sambungan.
c. Tidak gripis pada sudut Balok dan Kolom.
2. Keramik, Marmer dan Granit
a. Las – lasan > ½ badan keramik.
b. Penempatan Nat bertemu.
c. Lebar Nat keramik seragam.
d. Dipasang expansion Joint.
e. Tali Air lurus dan rapi.
3. Plesteran
a. Permukaaan rata dan halus ( dengan jidar 2 m celahnya tidak bisa
dilewati uang logam Rp. 100,- yang tipis ).
b. Tali Air lurus dan rapi.
c. Tidak Retak.
4. Pekerjaan Kulit Luar Pengecatan
a. Permukaan rata ( tidak belang atau membayang ).
b. Tidak mengenai bidang lain.
c. Tidak mengelupas atau menggelembung.
VI-20