61884855 gangguan mood rfrt

Upload: iga-amanda

Post on 11-Oct-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bipolar

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Pasien dengan mood yang meninggi (elevated), yaitu mania menunjukkan sikap meluap-luap, gagasan yang meloncat-loncat (flight of ideas), penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri, dan gagasan kebesaran. Pasien dengan mood terdepresi, yaitu-depresi merasakan hilangnya energi-energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain dari gangguan mood adalah perubahan tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, pembicaraan, dan fungsi vegetative (seperti tidur, nafsu makan, aktivitas seksual, dan irama biologis lainnya). Perubahan tersebut hampir selalu menyebabkan gangguan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan.(1)Mood mungkin normal, meninggi, atau terdepresi. Orang normal mengalami berbagai macam mood dan memiliki ekspresi afektif yang sama luasnya; mereka merasa mengendalikan, kurang lebih, mood dan afeknya.(1) SEJARAHPenemuan bahwa sejumlah manusia mengembangkan sebuah sindrom abnormal yang ditandai dengan gangguan mood telah ada sejak beberapa millennium yang lalu. Di tahun 1899 Emil kraepelin, dengan didasarkan pada pengetahuan dari dokter psikiatrik Jerman dan Perancis sebelumnya, menggambarkan suatu psikosis manic-depresif yang memiliki sebagian besar kriteria yang digunakan oleh dokter psikiatrik sekarang ini untuk menegakkan diagnosis gangguan bipolar I. tidak adanya perjalanan penyakit yang memburuk dan menimbulkan demensia pada psikosis manik-depresif adalah membedakannya dari demensia prekoks (yaitu, skizofrenia). Kraepelin juga menggambarkan suatu depresi yang dimulai setelah menopause pada wanita dan selama masa dewasa akhir pada laki-laki yang akhirnya dikenal sebagai melankolia involusional dan sejak itu dipandang sebagai suatu bentuk gangguan mood dengan onset lanjut.(1)ETIOLOGIDasar umum untuk gangguan depresif berat tidak diketahui. Banyak usaha untuk mengenali suatu penyebab biologis atau psikososial untuk gangguan mood telah dihalangi heterogenitas populasi pasien yang ditentukan oleh sistem diagnostik yang didasarkan secara klinis yang ada, termasuk DSM-IV. Faktor penyebab dapat secara buatan dibagi menjadi faktor biologis, faktor genetika, dan faktor psikososial.

1. Faktor Biologis

Sejumlah besar penelitian telah melaporkan berbagai kelainan di dalam metabolit amin biogenik-seperti 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA), homovanillic acid (HVA), dan 3-methoxy-4-hydroxyphenylglycol (MHPG)- di dalam darah, urine, dan cairan serebrospinalis pada pasien dengan gangguan mood. Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan mood adalah berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik.(1)2. Faktor Genetika

Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor penting di dalam perkembangan gangguan mood adalah genetika. Tetapi, pola penurunan genetika adalah jelas melalui mekanisme yang kompleks; bukan saja tidak mungkin menyingkirkan efek psikososial, tetapi faktor non genetik memungkinkan memainkan peranan kausatif dalam perkembangan gangguan mood sekurangnya pada beberapa orang.

3. Faktor Psikososial

Satu pengamatan klinis lama yang telah direplikasi adalah bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya. Satu teori yang diajukan untuk menjelaskan pengamatan tersebut adalah bahwa stres yang menyertai episode pertama menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama. Perubahan bertahan lama tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmiter dan sistem pemberi signal intraneuronal. Hasil akhirnya dari perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih tinggi untuk menderita episode gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya stresor eksternal.(1)Tidak ada sifat atau tipe kepribadian tunggal yang secara unik mempredisposisikan seseorang kepada depresi. Semua manusia apapun pola kepribadiannya, dapat dan memang menjadi depresi dalam keadaan yang tepat; tetapi, tipe kepribadian tertentu -dependen-oral, obsesif-kompulsif, histeris- mungkin berada dalam resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi daripada tipe kepribadian antisosial, paranoid, dan lainnya yang menggunakan proyeksi dan mekanisme pertahanan mengeksternalisasikan lainnya.(1) DEFINISI DAN KLASIFIKASI

Gangguan mood terdiri dari Gangguan Depresi (depresi unipolar), Gangguan Bipolar, dan dua kelainan berdasarkan etiologi; Gangguan Mood akibat Kondisi Medis umum dan Gangguan Mood akibat Penyalahgunaan zat. (1,2) Gangguan depresi (seperti; gangguan depresif berat, gangguan distimik, dan gangguan mood yang tak tergolongkan) dibedakan dengan gangguan bipolar dengan melihat tidak adanya episdode manik, episode campuran, atau episode hipomanik. Gangguan bipolar (seperti; gangguan bipolar I, bipolar II, gangguan siklotimik, dan gangguan bipolar yang tak tergolongkan) memiliki riwayat episode manik, episode campuran, atau episode hipomanik, yang biasanya disertai dengan riwayat episode depresif berat.(2)Pada DSM-IV, gangguan mood diklasifikasikan sebagai berikut (2):

Episode mood

Episode depresif mayor Episode manik

Episode campuran

Episode hipomanik

Gangguan depresif Gangguan depresif mayor Gangguan distimik

Gangguan depresif yang tak tergolongkan

Gangguan bipolar

Gangguan bipolar I

Gangguan bipolar II

Gangguan siklotimik

Gangguan bipolar yang tak tergolongkan

Gangguan mood lainnya Gangguan mood akibat kondisi medis umum

Gangguan mood akibat zat

Gangguan mood yang tak tergolongkan

BAB II

EPISODE MOODEpisode Depresi MayorSuatu mood depresi dan hilangnya minat atau kesenangan merupakan gejala utama dari depresi. Pasien mungkin mengatakan mereka merasa murung, putus asa, dalam kesedihan, atau tidak berguna. Bagi pasien mood terdepresi seringkali memiliki kualitas yang terpisah yang membedakannya dengan emosi normal kesedihan atau duka cita. Pasien seringkali menggambarkan gejala depresi sebagai suatu rasa nyeri emosional yang menderita sekali. Pasien terdepresi kadang-kadang mengeluh tidak dapat menangis, suatu gejala yang menghilang saat mereka membaik.(1,3)Kira-kira duapertiga dari semua pasien terdepresi merenungkan bunuh diri, dan 10 sampai 15 persennya melakukan bunuh diri. Tetapi pasien terdepresi kadang-kadang tampak tidak menyadari depresinya dan tidak mengeluh suatu gangguan mood, walaupun mereka menunjukkan penarikan diri dari keluarga, teman, dan aktivitas yang sebelumnya menarik diri mereka. Hampir semua pasien terdepresi (97 persen) mengeluh adanya penurunan energi yang menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan tugas, sekolah dan pekerjaan, dan penurunan motivasi untuk mengambil proyek baru. Kira-kira 80 persen pasien mengeluh sulit tidur, khususnya terbangun pada dini hari (yaitu, insomnia terminal) dan sering terbangun pada malam hari, selama mana mereka mungkin merenungkan masalahnya.(1,3)Banyak pasien mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan. Tetapi beberapa pasien mengalami peningkatan nafsu makan, penambahan berat badan, dan tidur yang bertambah. Pasien tersebut diklasifikasikan di dalam DSM-IV sebagai memiliki ciri atipikal dan juga dikenal sebagai memiliki disforia histeroid. Pada kenyataannya, kecemasan merupakan gejala yang sering pada depresi, yang mengenai sebanyak 90 persen pasien depresi. Gejala vegetatif lainnya adalah menstruasi yang tidak normal dan penutunan minat dan kinerja di dalam aktivitas seksual.(1,3)

Kecemasan (termasuk serangan panik), penyalahgunaan alkohol, dan keluhan somatik (seperti konstipasi dan nyeri kepala) seringkali mempersulit pengobatan depresi. Kira-kira 50 persen dari semua pasien menggambarkan suatu variasi diurnal dari gejalanya, dengan suatu peningkatan keparahan di pagi hari dan gejala meringan di malam hari. Gejala kognitif adalah laporan subjektif yang berupa ketidakmampuan berkonsentrasi (84 persen pasien di dalam satu penelitian) dan gangguan dalam berpikir (67 persen pasien pada penelitian yang lain).(1,3)Pada anak-anak dan remaja dapat diperkirakan adanya depresi yang ditunjukkan dengan sikap fobia sekolah dan menggendong pada orang tua yang berlebihan. Begitu pula dengan prestasi akademik yang memburuk, penyalahgunanaan zat, perilaku antisosial, promiskuitas seksual, membolos, dan melarikan diri juga mungkin merupakan gejala depresi pada remaja.(1,3)Kriteria Diagnostik untuk Episode Depresif Mayor

A. Lima (atau lebih) gejala berikut ditemukan selama periode 2 minggu yang sama dan menunjukkan suatu perubahan dari fungsi sebelumnya; paling kurang satu gejala dari salah satu mood terdepresi atau dua kehilangan minat atau kesenangan.

Catatan: jangan masukkan gejala yang jelas disebabkan oleh kondisi umum, atau waham atau halusinasi yang tidak sesuai mood.

1. Mood terdepresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti yang ditunjukkan baik oleh laporan subyektif (misalnya, perasaan sedih atau kososng) maupun pengamatan yang dilakukan oleh orang lain (misalnya, tampak sedih).

Catatan: pada anak-anak dan remaja, dapat berupa mood yang iritabel.

2. Kehilangan minat atau kesenangan yang nyata pada semua atau hampir semua, aktivitas hampir sepanjang hari, hampir setiap hari (seperti yang ditunjukkan baik oleh laporan subyektif maupun pengamatan yang dilakukan oleh orang lain).

3. Penurunan berat badan yang bermakna jika tidak melakukan diet atau penambahan berat badan (misalnya, perubahan berat badan lebih dari 5 persen sebulan), atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari.

Catatan: pada anak-anak, pertimbangkan kegagalan untuk mencapai peningkatan berat badan yang diharapkan.

4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.

5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari 9dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subyektif tentang adanya kegelisahan atau mnenjadi lamban).

6. Kelelahan atau kehilangan tenaga hampir setiap hari

7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai (yang dapat berupa waham) hampir setiap hari (bukan hanya menyalahkan diri sendiri atau bersalah karena sakit)

8. Penurunan kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi atau keragu-raguan, hampir setiap hari (baik oleh laporan subyektif maupun yang diamati orang lain)

9. Pikiran tentang kematian berulang (tidak hanya ketakutan akan kematian), ide bunuh diri berulang tanpa suatu rencana yang spesifik, atau percobaan bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri.

B. Gejala tidak memenuhi kriteria Episode Campuran

C. Gejala menyebabkan penderitaan secara klinis yang bermakna atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi bidang penting lainnya.D. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari zat (misalnya penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum (misalnya hipotiroidisme).

E. Gejala tidak lebih baik dijelaskan Berduka, yaitu setelah kehilangan seorang yang dicintai, gejala menetap lebih lama dari 2 bulan atau ditandai oleh gangguan fungsional yang nyata, preokupasi morbid dengan perasaan tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik, atau retardasi psikomotor.

Tabel 1. Kriteria diagnostik episode mayor menurut DSM-IV.(1,2,3)Episode Manik

Suatu mood yang meningkat, meluap-luap, atau lekas marah merupakan tanda episode manik. Walaupun orang yang tidak terlibat mungkin tidak mengetahui sifat mood pasien yang tidak biasanya, mereka yang mengetahui pasien mengenalinya sebagai abnormal. Selain itu mood mungkin mudah tersinggung, khususnya jika rencana pasien yang sangat ambisius terancam. Sering kali, seorang pasien menunjukkan suatu perubahan mood yang utama dari euforia awal pada perjalanan penyakit menjadi lekas marah di kemudian hari. Suatu kecendrungan menanggalkan pakaian di tempat ramai, berpakaian dan mengenakan perhiasan dengan warna-warna yang terang dan dengan kombinasi yang tidak sesuai, dan tidak memperhatikan perincian-perincian yang kecil (seperti lupa meletakkan gagang telepon pada tempatnya) juga merupakan gejala gangguan. Sifat impulsif dari banyak tindakan pasien disertai dengan suatu pendirian keyakinan dan tujuan. Pasien sering kali terokupasi oleh gagasan agama, politik, finansial, seksual, atau penyiksaan yang dapat berkembang menjadi sistem waham yang kompleks. Kadang-kadang pasien manik menjadi teregresi dan bermain dengan urine dan fesesnya.(1,2,3)Mania pada remaja sering kali salah didiagnosis sebagai gangguan kepribadian antisosial atau skizofrenia. Gejala mania pada remaja mungkin berupa psikosis, penyalahgunaan alkohol atau zat lain, usaha bunuh diri, masalah akademik, pemikiran filosofis, gejala gangguan obsesif-kompulsif, keluhan somatik multipel, mudah tersinggung yang nyata yang menyebabkan perkelahian,dan perilaku antisosial lainnya. (1,3)Kriteria Diagnostik untuk Episode Manik

A. Suatu periode yang nyata dari mood yang meningkat, meluap-luap, atau iritabel yang secra abnormal dan menetap, paling kurang 1 minggu (atau durasi kapan saja jika membutuhkan perawatan di rumah sakit).B. Selama periode gangguan mood, tiga (atau lebih) gejala berikut menetap (empat jika mood hanya iritabel) dan terjadi dalam derajat yang bermakna:

1. Harga diri yang melambung atau kebesaran

2. Penurunan kebutuhan tidur (misalnya, merasa telah beristirahat setelah tidur hanya 3 jam)

3. Berbicara lebih banyak dari yang biasanya atau tekanan untuk terus berbicara

4. Loncat gagasan atau pengalaman subyektif bahwa pikirannya berpacu

5. Distraktibilitas yaitu, prhatian sangat mudah dialihkan pada stimulus eksternal yang tidak penting atau tidak relevan)

6. Peningkatan aktivitas yang diarahkan oleh tujuan (baik secara sosial, pada pekerjaan atau sekolah, atau secara seksual atau agitasi psikomotor

7. Keterlibatan berlebihan pada aktivitas menyenangkan yang kemungkinan besar mempunyai akibat yang menyakitkan (misalnya, berbelanja yang tidak terkendali, melakukan hubungan seksual yang tidak bijaksana, atau investasi bisnis yang bodoh)

C. Gejala tidak memenuhi kriteria episode campuran

D. Gangguan mood cukup parah untuk menyebabkan gangguan yang nyata pada fungsi pekerjaan atau pada aktivitas sosial atau hubungan dengan orang lain seoerti yang biasanya, atau membutuhkan perawatan rumah sakit untuk mncegah bahaya bagi diri sendiri maupun orang lain, atau terdapat ciri psikotik.E. Gejala bukan efek fisiologis langsung dari zat atau suatu kondisi medis umum.

Tabel 2. Kriteria Diagnostik untuk Episode Manik menurut DSM-IV(1,2,3)Episode Campuran

Episode campuran ditandai dengan adanya suatu periode waktu (paling sedikit 1 minggu) yang sesuai dengan kriteria episode manik dan episode depresi, yang tejadi hampir setiap hari (kriteria A). gangguan yang terjadi dapat menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial, pekerjaan, bahkan kadang perlu dirawat untuk mencegah supaya penderita tidak membahayakan dirinya maupun orang lain. Pada episode ini dapat jua ditemui adanya gambaran psikotik (kriteria B). gejala yang timbul tidak diakibatkan oleh efek langsung dari penggunaan zat atau akibat suatu kondisi medis umum (kriteria C).(2,3)

Episode campuran ini lebih sering ditemui pada usia muda dan usia di atas 60 tahun dengan gangguan bipoar dan lebih sering terdapat pada pria daripada wanita.(2,3)Episode Hipomanik

Episode hipomanik didefinisikan sebagai adanya periode yang terpisah dari mood yang abnormal dan secara menetap meningkat, meluap dan lekas marah yang berlangsung selama minimal 4 hari (kriteria A). Episode mood yang abnormal ini disertai oleh sedikitnya 3 gejala tambahan, yaitu harga diri yang meninggi atau kebesaran (bukan waham), penurunan kebutuhan tidur, tekanan pada pembicaraan, flight of ideas, distraktibilitas, peningkatan aktivitas, keterlibatan berlebiahan pada aktivitas yang berlebihan (kriteria B). episode dihubungkan dengan suatu perubahan yang jelas pada fungsi yang tidak karakteristik dari orang tersebut jika tidak ada gejala (kriteria C). gangguan mood dan perubahan fungsi dapat diamati oleh orang lain (kriteria D). episode tidak cukup parah untuk menyebabkan gangguan yang nyata pada fungsi sosial dan pekerjaan, atau membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak memiliki ciri psikotik.(1,2,3)

PEMERIKSAAAN STATUS MENTAL

A. Episode Depresif

Deskripsi umum

Retardasi psikomotor menyeluruh merupakan gejala yang paling umum, walaupun agitasi psikomotor juga sering ditemukan, khususnya pada pasien lanjut usia. Menggenggamkan tangan dan menarik-narik rambut merupakan gejala agitasi yang paling umum. Secara klasik, seorang pasien depresi memiliki postur yang membungkuk, tidak terdapat pergerakan spontan, dan pandangan mata yang putus asa dan memalingkan pandangan. Pada pemeriksaan fisik, pasien terdepresi menunjukkan gejala retardasi psikomotor yang jelas yang mungkin tampak serupa dengan pasien skizofrenia katatonik. Kenyataan tersebut dikenali di dalam DSM-IV dengan dimasukkannya gejala pemberi sifat (qualifier)dengan ciri katatonik untuk beberapa gangguan mood(1).

Mood, afek, dan perasaanDepresi merupakan gejala penentu, walaupun kira-kira setengah pasien menyangkal perasaan depresif dan tidak tampak terdepresi secara khusus. Pasien tersebut sering kali dibawa keluarganya atau teman kerjanya karena penarikan sosial dan penurunan aktivitas yang menyeluruh(1,3).

Bicara

Banyak pasien terdepresi menunjukkan suatu kecepatan dan volume bicara yang menurun, berespon terhadap pertanyaan dengan kata tunggal, dan menunjukkan respon yang melambat terhadap pertanyaan. Secara sederhana mungkin pemeriksa harus menunggu dua atau tiga menit untuk mendapatkan suatu respon terhadap suatu pertanyaan(1,3).

Gangguan persepsi

Pasien terdepresi dengan waham atau halusinasi dikatakan menderita episode depresi dengan ciri psikotik. Beberapa klinisi juga mengatakan istilah depresi psikotik untuk pasien terdepresi yang jelas teregresi membisu, tidak mandi, berpakaian kotor- bahkan tanpa adanya waham atau halusinasi. Pasien tersebut kemungkinan lebih baik digambarkan sebagai memiliki ciri katatonik. Waham dan halusinasi yang sesuai dengan mood terdepresi dikatakan sesuai mood (mood congruent). Waham sesuai mood pada seorang pasien terdepresi adalah waham bersalah, memalukan, tidak berguna, kemiskinan, kegagalan, kejar, dan penyakit somatik terminal (sebagai contoh, kanker dan otak yang membusuk). Isi waham atau halusinasi tidak sesuai mood (mood incongruent) adalah tidak sesuai dengan mood terdepresi. Waham tidak sesuai pada pasien terdepresi adalah tema kebesaran berupa tenaga, pengetahuan, dan harga diri yang melambung. Halusinasi juga terjadi pada episode depresif berat dengan ciri psikotik tetapi relatif jarang(1,3).

Pikiran

Pasien terdepresi biasanya memiliki pandangan negatif tentang dunia dan dirinya sendiri. Isi pikiran mereka sering kali melibatkan perenungan tentang kehilangan, bersalah, bunuh diri, dan kematian. Kira-kira 10 persen dari semua pasien depresi memiliki gejala jelas gangguan berpikir, biasanya penghambatan pikiran (thought blocking) dan kemiskinan isi pikiran yang melanda(1,3).

Pasien yang paling terdepresi berorientasi terhadap orang, tempat, dan waktu, walaupun beberapa pasien mungkin tidak memiliki cukup energi atau minat untuk menjawab pertanyaan tentang hal tersebut selama suatu wawancara. Kira-kira 50 sampai 70 persen dari semua pasien terdepresi memiliki suatu gangguan kognitif yang sering kali dinamakan pseudodemensia depresif. Pasien tersebut sering kali mengeluh gangguan konsentrasi dan mudah lupa. (1,3)Pasien terdepresi dengan ciri psikotik kadang-kadang berpikiran membunuh orang lain yang terlibat di dalam sistem wahamnya. Tetapi, pasien terdepresi yang paling parah sering kali tidak memiliki motivasi atau energi untuk bertindak di dalam cara yang impulsif atau menyerang. Pasien dengan gangguan depresif berada pada resiko yang meninggi untuk melakukan bunuh diri saat mereka mulai membaik dan mendapatkan kembali energi yang diperlukan untuk merencanakan dan melakukan suatu bunuh diri (bunuh diri paradoksikal; paradoxical suicide). Biasanya tidak bijaksana secara klinis untuk memberikan sejumlah besar peresepan antidepresan pada pasien terdepresi, khususnya obat trisiklik, pada saat dipulangkan dari rumah sakit(1,3).Pertimbangan dan tilikan

Tilikan pasien terdepresi terhadap gangguannya sering kali berlebihan; mereka terlalu menekankan gejalanya, gangguannya dan masalah hidupnya. Adalah sukar untuk meyakinkan pasien tersebut bahwa perbaikan adalah dimungkinkan. Kekeliruan yang sering adalah mempercayai tanpa ditawar-tawar lagi seorang pasien terdepresi yang menyatakan bahwa percobaan medikasi antidepresan yang sebelumnya tidak berhasil. Dokter psikiatrik tidak boleh memandang kekeliruan informasi pasien sebagai yang disengaja, karena pemberian informasi yang memberikan harapan tidak dimungkinkan bagi seseorang yang berada dalam keadaan pikiran terdepresi(1,3).

B. Episode manikDeskripsi umum

Pasien manik sangat bergairah, banyak bicara, kadang-kadang menggelikan, dan sering hiperaktif. Suatu waktu mereka jelas psikotik dan terdisorganisasi, memerlukan pengikatan fisik dan penyuntikan intramuskular obat sedatif(1,3).

Mood, afek, dan perasaan

Pasien manik biasanya euforik tetapi juga dapat lekas marah, khususnya jika mania telah ditemukan selama beberapa saat. Mereka juga memiliki toleransi frustrasi yang rendah, yang dapat menyebabkan perasaan kemarahan dan permusuhan. Pasien manik mungkin secara emosi adalah labil, beralih dari tertawa menjadi lekas marah menjadi depresi di dalam beberapa menit atau jam(1,3).

Bicara

Pasien manik tidak dapat disela saat mereka bicara, mereka sering kali rewel dan pengganggu bagi orang-orang sekitarnya. Saat mania menjadi lebih kuat, pembicaraan menjadi lebih lantang, lebih cepat, dan sulit untuk dimengerti. Saat keadaan teraktivasi meningkat, pembicaraan menjadi penuh gurauan, kelucuan, sajak, permainan kata-kata, dan hal-hal yang tidak relevan. Saat tingkat aktivitas lebih meningkat lagi, asosiasi menjadi longgar. Kemampuan untuk berkonsentrasi menghilang, menyebabkan gagasan yang meloncat-loncat (flight of ideas), kata yang campur aduk (word salad), dan neologisme. Pada kegembiraan manik akut, pembicaraan mungkin sama sekali inkoheren dan tidak dapat dibedakan dengan pembicaraan orang skizofrenik(1,3).Gangguan persepsi

Waham ditemukan pada 75 persen dari semua pasien manik. Waham manik sesuai mood sering kali melibatkan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan yang luar biasa. Waham dan halusinasi yang aneh tidak sesuai mood juga ditemukan pada mania(1,3).

Pikiran

Isi pikiran pasien manik termasuk tema kepercayaan diri dan kebesaran diri. Pasien manik sering kali mudah dialihkan perhatiannya. Fungsi kognitif keadaan manik ditandai oleh aliran gagasan yang tidak terkendali dan dipercepat. Secara kasar, orientasi dan daya ingat adalah intak, walaupun beberapa pasien manik mungkin sangat euforik sehingga mereka menjawab secara tidak tepat. Gejala disebut mania delirium (delirious mania) oleh Emil Kraepelin(1,3).

Kira-kira 75 persen dari semua pasien manik adalah senang menyerang atau mnegancam. Pasien manik memang berusaha melakukan bunuh diri atau pembunuhan, tetapi insidensi perilaku tersebut tidak diketahui. Pasien yang mengancam terutama orang penting lebih sering menderita gangguan bipolar I daripada skizofrenia(1,3).

Pertimbangan dan tilikan

Gangguan pertimbangan merupakan tanda dari pasien manik. Mereka mungkin melanggar peraturan dengan kartu kredit, aktivitas seksual, dan finansial, kadang-kadang melibatkan keluarganya di dalam kejatuhan finansial. Pasien manik juga memiliki sedikit tilikan terhadap gangguan yang dideritanya. (1,3)

Pasien manik terkenal tidak dapat dipercaya dalam informasinya. Kebohongan dan penipuan sering ditemukan pada mania, sering kali menyebabkan klinisi yang tidak berpengalaman menghadapi pasien manik dengan keremehan yang tidak sesuai(1,3).

BAB IIIGANGGUAN DEPRESIFIII.1 GANGGUAN DEPRESIF MAYORSecara klinis ditandai dengan satu atau lebih episode depresif mayor tanpa episode manik, episode campuran, atau episode hipomanik.(1,2,3) Apabila episode manik, hipomanik, atau campuran timbul pada gangguan depresif mayor, diagnosis berubah menjadi gangguan bipolar. Jika gejala manik atau hipomanik muncul sebagai akibat langsung dari penggunaan antidepresan, atau akibat penggunaan obat lannya, diagnosis gangguan depresif mayor tetap sesuai dengan ganguan mood akibat penggunaan zat sebagai diagnosis tambahan, dengan gejala manik. Begitupula apabila gejala manik atau hipomanik muncul akibat suatu kondisi medis umum, diagnosis gangaun depresif mayor tetap ditegakkan dengan menambahkan diagnosis gangguan mood akibat kondisi medis umum sebagai tambahan.(2)EpidemiologiGangguan depresif berat adalah suatu gangguan yang sering, dengan prevalensi seumur hidup adalah kira-kira 15 persen, kemungkinan setinggi 25 persen pada wanita. Insidensi gangguan depresif berat juga lebih tinggi daripada biasanya pada pasien perawatan primer, yang mendekati 10 persen, dan pada pasien medis rawat inap, yang mendekati 15 persen. Terdapat prevalensi gangguan depresif berat yang dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Alasan adanya perbedaan telah didalilkan sebagai melibatkan perbedaan hormon, efek kelahiran, perbedaan stressor psikososial bagi wanita dan bagi laki-laki, dan model perilaku tentang keputusasaan yang dipelajari. Rata-rata usia onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira 40 tahun; 50 persen dari semua pasien mempunyai onset antara usia 20 dan 50 tahun. Gangguan depresif berat juga mungkin memiliki onset selama masa anak-anak atau pada usia lanjut, walaupun hal tesebut jarang terjadi.(1) Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau berpisah(1,3).DiagnosisKarena perasaan sedih dan patah semangat merupakan respon normal pada manusia, maka sangat penting untuk mampu membedakannya dengan keadaan yang patologis. Sindrom depresi akan diikuti oleh gejala vegetatif seperti, penurunan nafsu makan atau insomnia, sehingga menyebabkan penurunan berat badan, meskipun pada beberapa orang keadaan depresi akan dilawan dengan makan lebih banyak, atau mereka makan lebih banyak karena dipaksa oleh orang tua ataupun pasangan sehingga penurunan berat badan menjadi minimal.(3)

DSM-IV juga menyebutkan mengenai kriteria diagnostik untuk episode pertama gangguan depresif berat. Perbedaan antara pasien yang menderita episode tunggal gangguan depresif berat dan pasien yang memiliki dua atau lebih episode gangguan depresif berat adalah ditekankan karena ketidakpastian perjalanan penyakit yang hanya menderita satu episode. (1,2)Kriteria Diagnostik Gangguan Depresif Mayor, Episode Tunggal

A. Adanya episode depresif Mayor tunggal

B. Episode depresif Mayor tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan skizoaektif, dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan delusional atau gangguan psikotik YTT.

C. Tidak pernah terdapat episode manik, episode campuran, atau episode hipomanik. Catatan: penyingkiran ini tidak berlaku jika semua episode mirip manik, mirip campuran, atau mirip hipomanik adalah diakibatkan oleh zat atau terapi dan karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum.

Sebutkan (untuk episode sekarang atau paling akhir):

Penentu keparahan/psikotik/remisi

Kronik

Dengan ciri katatonik

Dengan ciri melankolik

Dengan ciri atipikal

Dengan onset pascapersalinan

Tabel 2. Kriteria diagnostik untuk gangguan depresif berat episode tunggal menurut DSM-IV.(1,2,3)

Pasien yang mengalami sekurang-kurangnya episode kedua depresi diklasifikasikan di dalam DSM-IV sebagai menderita gangguan depresif berat, rekuren. Masalah utama di dalam mendiagnosis episode rekuren gangguan depresif berat adalah memutuskan kriteria apa yang digunakan untuk menandakan resolusi masing-masing periode. Dua variabel adalah derajat resolusi gejala dan lamanya resolusi.Gangguan depresif mayor, rekuren memiliki kriteria diagnosis

A. Terdapat dua atau lebih episode depresif mayor

Catatan: dipertimbangkan sebagai episode yang terpisah, harus terdapat suatu interval paling kurang 2 bulan berturut-turut dimana kriteria episode depresif mayor tidak terpenuhi.

B. Episode depresi mayor tidak lebih baik dijelaskan oleh ganguan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan Skizofrenia, Gangguan Skizofreniform, Gangguan Waham, ata Gangguan Psikotik yang Tak Ditentukan

C. Tidak pernah terdapat episode manik episode campuran, atau episode manik

Catatan: penyingkiran ini tidak digunakan jika episode mirip manik, mirip camputan,atau mirip hipomanik yang diinduksi zat atau pengobatan atau karena efek fisiologis langsung dari suatu kondisi medis umum.

Jika saat ini memenuhi kriteria suatu episode depresi mayor, sebutkan status dan/atau gambaran klinis saat ini: Ringan, sedang, berat tanpa ciri psikotik/berat dengan ciri psikotik, kronik, dengan ciri katatonik, dengan ciri melankolik, dengan ciri atipikal, dengan onset post partum

Jika saat ini tidak memenuhi kriteria suatu episode depresi mayor, sebutkan status klinis saat ini dari gangguan depresi mayor atau ciri pada episode paling akhir: dalam remisi parsial, dalam remisi penuh, kronik, dengan ciri katatonik, dengan ciri melankolik, dengan ciri atipikal, dengan onset post partum

Tabel 3. Kriteria diagnostik gangguan depresif mayor, rekuren menurut DSM-IV(1,2,3)DSM-IV mendefinisikan tiga ciri gejala tambahan yang dapat digunakan untuk menggambarkan pasien dengan berbagai gangguan mood. Dua ciri gejala cross-sectional (ciri melankolik dan ciri atipikal) adalah terbatas pada deskripsi episode depresif. Ciri gejala cross-sectional ketiga (ciri katatonik) dapat diterapkan untuk mendeskripsikan episode depresif maupun manik(1,2,3).Kriteria Diagnostik untuk Penentu ciri Melankolik

Sebutkan jika: dengan ciri melankolik (dapat digunakan untuk episode depresif berat yang terjadi dalam gangguan depresif berat , gangguan bipolar I atau gangguan bipolar II hanya jika ini merupakan tipe episode manik yang paling akhir)

A. Salah satu berikut ini, terjadi selama periode yang paling parah dari episode sekarang

(1) Hilangnya kesenangan dalam semua, atau hampir semua aktivitas

(2) Hilangnya reaktivitas terhadap stimuli yang biasanya menyenangkan (tidak merasa jauh lebih baik, walaupun sementara, jika terjadi sesuatu yang baik)

B. Tiga (atau lebih) berikut:

(1) Kualitas mood terdepresi yang jelas (yaitu, mood terdepresi dirasakan sebagai jelas berbeda dari jenis perasaan yang dialami setelah kematian seseorang yang dicintai)

(2) Depresi secara teratur memburuk di pagi hari

(3) Terbangun dini hari (sekurangnya 2 jam sebelum waktu terbangun yang biasanya)

(4) Retardasi atau agitasi psikomotor yang jelas

(5) Anoreksia atau penurunan berat badan yang bermakna

(6) Rasa bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai

Tabel 4. Kriteria Diagnostik untuk Penentu Ciri melankolik menurut DSM-IV (1,2,3)

Kriteria untuk penentu Ciri Atipikal

Sebutkan jika: dengan ciri atipikal (dapat digunakan jika ciri tersebut menonjol selama 2 minggu terakhir dari episode depresif berat dalam gangguan depresif berat atau dalam gangguan bipolar I atau dalam gangguan bipolar II jika episode depresif berat adalah tipe episode mood yang paling akhir, atau jika ciri tersebut menonjol selama 2 tahun terakhir gangguan distimik)

A. Reaktivitas mood (yaitu, mood menjadi terang sebagai respon kejadian positif yang sesungguhnya atau kemungkinan terjadi )

B. Dua (atau lebih) ciri berikut, ditemukan pada sebagian besar waktu, selama sekurangnya 2 minggu:

(1) Penambahan berat badan yang bermakna atau peningkatan nafsu makan

(2) Hipersomnia

(3) Paralisis timah (Leaden paralysis) (yaitu, perasaan berat seperti timah pada lengan atau tungkai)

(4) Pola kepekaan penolakan interpersonal yang berlangsung lama (tidak terbatas pada episode gangguan mood) yang menyebabkan gangguan sosial atau pekerjaan yang bermakna.

C. Kriteria tidak memenuhi ciri melankolik atau dengan ciri katatonik selama episode yang sama.

Tabel 5. Kriteria diagnostik untuk penentu ciri atipikal menurut DSM-IV (1,2,3)Kriteria untuk Penentu ciri Katatonik

Sebutkan jika: dengan ciri katatonik (dapat digunakan untuk epidode depresif berat sekarang atau paling akhir, episode manik, atau episode campuran dalam gangguan depresif berat, gangguan bipolar I atau gangguan bipolar II)

Gambaran klinis didominasi oleh sekurangnya dua dari berikut:

(1) Imobilitas motorik seperti yang ditunjukkan oleh katalepsi (termasuk fleksibilitas lilin) atau stupor

(2) Aktivitas motorik yang berlebihan (yang tampaknya tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

(3) Negativisme yang ekstrim (suatu resistensi yang tampaknya tanpa motivasi terhadap semua instruksi atau mempertahankan suatu postur yang kaku yang menentang semua usaha untuk digerakkan) atau mutisme

(4) Gerakan volunter yang aneh seperti yang ditunjukkan oleh posturing (secara volunter mengambil postur yang tidak sesuai atau aneh), gerakan stereotipik, mennerisme yang menonjol, atau seringai yang menonjol

(5) Ekolalia atau ekopraksia

Tabel 6. Kriteria diagnostik untuk penentu ciri katatonik menurut DSM-IV (1,2,3)DIAGNOSIS BANDINGGANGGUAN MEDIS

Jika suatu kondisi medis nonpsikiatrik menyebabkan suatu gangguan mood, diagnosis DSM-IV adalah gangguan mood karena kondisi medis umum. Jika suatu zat menyebabkan gangguan mood, diagnosis DSM-IV adalah gangguan mood akibat zat.(1,2)

Sebagian besar penyebab organik gangguan depresif dapat dideteksi dengan riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik dan neurologis yang lengkap, dan tes darah dan urine rutin. Pada gangguan mood akibat penggunaan zat, aturan penting yang beralasan adalah bahwa tiap obat yang digunakan pasien depresi harus dianggap sebagai faktor potensial di dalam hipertensi, sedatif, hipnotik, antipsikotik, antiepileptik, obat antiparkinson, analgesik, antibakteri, dan antineoplastik semuanya sering disertai gejala depresif(1).KONDISI NEUROLOGIS

Masalah neurologis yang paling umum bermanifestasi sebagai gejala depresif adalah penyakit parkinson, penyakit yang menimbulkan demensia (termasuk demensia tipe Alzheimer), epilepsi, penyakit serebrovaskuler, dan tumor.gejala depresif sering kali berespon terhadap obat antidepresan dan terapi elektrokonvulsif (ECT)(1.3).PSEUDODEMENSIA

Klinisi biasanya dapat membedakan pseudodemensia gangguan depresif berat dari demensia suatu penyakit, serta demensia tipe Alzheimer, atas dasar klinis. Gejala kognitif pada gangguan depresif berat memiliki onset yang tiba-tiba, dan gejala lain dari gangguan depresif berat, seperti menyalahkan diri sendiri, sering ditemukan. Pasien terdepresi dengan gangguan kognitif sering kali mencoba menjawab pertanyaan (saya tidak tahu), sedangkan pasien demensia sering kali berkonfabulasi. Pada pasien terdepresi, daya ingat belum lama adalah lebih terganggu daripada daya ingat jauh. Dan pasien terdepresi sering kali dapat dilatih dan didorong selama wawancara untuk mengingat, suatu kemampuan yang tidak dimiliki oleh pasien demensia(1.3).

Gangguan mental yang tertulis dalam tabel di bawah ini adalah yang utama harus dipertimbangkan di dalam diagnosis banding.

Gangguan Mental yang Sering Memiliki ciri depresif

Gangguan penyesuaian dengan mood terdepresi

Gangguan penggunaan alkohol

Gangguan kecemasan:

Gangguan kecemasan umum

Gangguan kecemasan-depresif campuran

Gangguan panik

Gangguan stres pascatraumatis

Gangguan obesesif-kompulsif

Gangguan makan:

Anoreksia nervosa

Bulimia nervosa

Gangguan mood

Gangguan bipolar I

Gangguan bipolar II

Gangguan siklotimik

Gangguan distimik

Gangguan depresif berat

Gangguan depresif ringan

Gangguan karena kondisi medis umum

Gangguan depresif singkat rekuren

Gangguan mood akibat zat

Skizofrenia

Gangguan skizofreniform

Gangguan somatoform (terutama gangguan somatisasi)

Tabel 7. Berbagai macam gangguan mental yang sering memiliki ciri depresif(1,2,3)PROGNOSIS

Gangguan depresif berat bukan merupakan gangguan yang ringan. Keadaan ini cenderung merupakan gangguan kronis, dan pasien cenderung mengalami relaps. Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama gangguan depresif berat memiliki kemungkinan 50 persen untuk pulih di dalam tahun pertama. Persentasi pasien yang sembuh setelah perawatan di rumah sakit menurun dengan berjalannya waktu, dan pada waktu lima tahun pasca perawatan di rumah sakit, 10 sampai 15 persen pasien tidak pulih. Banyak pasien yang tidak sembuh tetap menderita gangguan distimik. Rekurensi episode depresif berat juga sering. Kira-kira 25 persen pasien mengalami suatu rekurensi dalam enam bulan pertama setelah pulang dari rumah sakit, kira-kira 30 sampai 50 persen dalam dua tahun pertama, dan kira-kira 50 sampai 75 persen dalam lima tahun. Insidensi relaps adalah jauh lebih rendah daripada angka tersebut pada pasien yang meneruskan terapi psikofarmakologis profilaksis dan pada pasien yang hanya mengalami satu atau dua episode depresif. Pada umumnya, saat pasien mengalami lebih banyak episode depresif, waktu antara episode memendek, dan keparahan masing-masing episode meningkat(1,4).

Episode ringan, tidak adanya gejala psikotik, dan tinggal di rumah sakit dalam waktu yang singkat adalah indikator prognostik baik. Indikator psikososial perjalanan penyakit yang baik adalah riwayat persahabatan yang erat selama remaja, fungsi keluarga yang stabil, dan fungsi sosial yang biasanya kokoh selama lima tahun sebelum penyakit. Tanda prognostik baik tambahan adalah tidak adanya gangguan psikiatrik komorbid, tidak adanya gangguan kepribadian, tidak lebih dari satu kali perawatan di rumah sakit sebelumnya untuk gangguan depresif berat, dan usia onset yang lanjut. Kemungkinana prognosis buruk meningkat oleh adanya penyerta gangguan distimik, penyalahgunaan alkohol dan zat lain, gejala gangguan kecemasan, dan riwayat lebih dari satu episode depresif sebelumnya. Laki-laki lebih mungkin mengalami perjalanan penyakit yang secara kronis mengganggu dibandingkan wanita(1,2,3,4).

Episode depresif yang tidak diobati berlangsung 6 sampai 13 bulan; sebagian besar episode yang diobati berlangsung kira-kira 3 bulan. Menghentikan antidepresan sebelum 3 bulan hampir selalu menyebabkan kembalinya gejala. Saat perjalanan penyakit berkembang, pasien cenderung menderita episode depresif yang lebih sering dan berlangsung lama(1,3).

Kira-kira 5 sampai 10 persen pasien dengan diagnosis awal gangguan depresif berat menderita suatu episode manik 6 sampai 10 tahun setelah episode depresif awal. Usia rata-rata untuk pergantian tersebut adalah 32 tahun, dan keadaan ini sering terjadi setelah dua sampai empat episode depresif(1,3).TERAPI

1. Perawatan di rumah Sakit

Indikasi jelas untuk perawatan di rumah sakit adalah perlunya prosedur diagnostik, resiko bunuh diri atau membunuh, dan penurunan jelas kemampuan pasien dalam mendapatkan makanan atau tempat berlindung. Riwayat gejala yang berkembang dengan cepat dan hancurnya sistem pendukung pasien juga merupakan indikasi untuk perawatan di rumah sakit(1,3).

Depresi ringan atau hipomanik dapat secara aman diobati di tempat praktik jika dokter memeriksa pasien secara sering. Tanda klinis gangguan pertimbangan, penurunan berat badan, atau insomnia harus minimal. Sistem pendukung pasien harus kuat, tidak terlibat terlalu banyak maupun tidak menjauhi pasien. Pasien dengan gangguan mood sering kali tidak bisa ke rumah sakit secara sukarela, sedangkan pasien depresif berat sering kali tidak mampu mengambil keputusan karena pikiran mereka yang melambat, pandangan kata yang negatif, dan putus asa. Pasien manik sering kali tidak memiliki sama sekali tilikan secara lengkap tentang gangguan mereka sehingga perawatan di rumah sakit tampaknya sangat menggelikan bagi mereka(1,3).

2. Terapi psikososial

Secara spesifik, beberapa data menyatakan bahwa farmakoterapi maupun psikoterapi saja tidak efektif, sekurangnya pada pasien dengan episode depresif berat yang ringan, dan bahwa penggunaan teratur terapi kombinasi menambah biaya terapi dan memaparkan pasien dengan efek samping yang tidak diperlukan. Tiga jenis terapi psikososial jangka pendek terapi kognitif, terapi interpersonal, dan terapi perilaku- telah diteliti tentang manfaatnya di dalam pengobatan gangguan depresif berat. Terapi kognitif bertujuan menghilangkan episode depresif dan mencegah rekurennya dengan membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif; mengembangkan cara berpikir alternatif, flekibel, dan positif; melatih kembali respon kognitif dan perilaku yang baru(1,3).

Terapi interpersonal adalah efektif di dalam pengobatan gangguan depresif berat dan mungkin, tidak mengejutkan, secara spesifik membantu menjawab masalah interpersonal. Pada terapi perilaku, dengan memusatkan pada perilaku maladaptif di dalam terapi, pasien belajar untuk berfungsi di dunia dengan cara tertentu dimana mereka mendapatkan dorongan positif. Sementara itu, terapi keluarga dapat dilakukan dengan indikasi jika gangguan membahayakan perkawinan atau fungsi keluarga pasien atau jika gangguan mood adalah dikembangkan atau dipertahankan oleh situasi keluarga(1,3).

3. Farmakoterapi

Pengobatan yang efektif dan spesifik (sebagai contoh, obat trisiklik) telah tersedia untuk pengobatan gangguan depresif berat selama 40 tahun.penggunaan farmakoterapi spesifik kira-kira menggandakan kemungkinan bahwa seorang pasien yang terdepresi akan pulih dalam satu bulan. Beberapa masalah ada di dalam pengobatan gangguan depresif berat; beberapa pasien tidak berespon terhadap pengobatan pertama; semua antidepresan yang tersedia sekarang ini memerlukan waktu tiga sampai empat minggu untuk menunjukkan efek terapeutik yang bermakna, walaupun mungkin dapat mulai menunjukkan efeknya lebih awal; dan, sampai belum lama ini, semua antidepresan yang tersedia adalah toksik pada overdosis dan memiliki efek merugikan(1,3).

Tetapi sekarang, diperkenalkannya bupropion dan serotonin-specific reuptake inhibitors (SSRIs) sebagai contoh, fluoxetine, paroxetine (paxil), dan setraline (Zoloft)- memberikan klinisi obat yang jauh lebih baik ditoleransi daripada obat yang sebelumnya tetapi sama efektifnya(1,3).

Indikasi utama untuk antidepresan adalah episode depresif berat. Gejala pertama yang membaik adalah pola tidur dan makan yang terganggu, walaupun mungkin hal tersebut mungkin kurang benar jika SSRIs digunakan dibandingkan digunakan obat trisiklik. Agitasi, kecemasan, episode depresif, dan keputusasaan adalah gejala selanjutnya yang membaik. Gejala sasaran lainnya adalah energi yang rendah, konsentrasi yang buruk, ketidakberdayaan, dan penurunan libido.Terapi elektrokonvulsif (ECT) biasanya digunakan jika (1) pasien tidak responsif terhadap farmakoterapi, (2) pasien tidak dapat menoleransi farmakoterapi, atau (3) situasi klinis adalah sangat parah sehingga diperlukan perbaikan cepat yang terlihat pada ECT(1,3).

III.2 GANGGUAN DISTIMIKGangguan distimik adalah suatu gangguan kronis yang ditandai oleh adanya mood yang terdepresi (atau mudah marah pada anak-anak dan remaja) yang berlangsung hampir sepanjang hari dan ditemukan pada sebagian besar hari. Istilah distimia yang berarti humor yang buruk diperkenalkan pada tahun 1980 dan diganti menjadi gangguan distimik di dalam DSM-IV.(1,2)Epidemiologi

Gangguan distimik merupakan gangguan yang sering ditemukan di antara populasi umum, yang mengenai 3 sampai 5 persen dari semua orang yang mengenai antara setengah dan sepertiga dari semua pasien klinik. Gangguan distimik adalah lebih sering pada wanita yang berusia kurang dari 64 tahun dibandingkan laki-laki setiap usia. Gangguan distimik juga lebih sering ditemukan di antara orang yang tidak menikah dan orang muda dan pada orang dengan penghasilan yang rendah(1,3).

Etiologi

Tema utama tentang penyebab gangguan distimik adalah apakah gangguan ini berhubungan dengan diagnosis psikiatrik lain, termasuk gangguan depresif berat dan gangguan kepribadian ambang(1,3).

1. Faktor Biologis

Satu hipotesis yang diambil dari data ialah bahwa dasar biologis untuk gejala gangguan distimik, dan gangguan depresif berat adalah serupa; tetapi, dasar biologis untuk patofisiologi dasar untuk kedua gangguan adalah berbeda.

2. Faktor Psikososial

Teori psikodinamika tentang perkembangan gangguan distimik menyatakan bahwa gangguan disebabkan oleh kesalahan perkembangan kepribadian dan ego, yang memuncak dalam kesulitan dalam beradaptasi pada masa remaja dan dewasa muda. Teori kognitif tentang depresi juga berlaku pada gangguan distimik; teori ini menyatakan bahwa ketidaksesuaian antara situasi nyata dan situasi yang dikhayalkan menyebabkan menurunnya harga diri dan rasa putus asa.

Diagnosis

Kriteria diagnostik memerlukan adanya mood yang terdepresi pada sebagian besar waktu untuk sekurangnya dua tahun (atau satu tahun untuk anak-anak dan remaja). Untuk memenuhi kriteria diagnostik, pasien tidak boleh memiliki gejala yang lebih baik dilaporkan sebagai gangguan depresif berat. Pasien tidak boleh memiliki episode manik atau hipomanik. DSM-IV memungkinkan klinisi untuk menentukan apakah onset adalah awal (sebelum usia 21 tahun) atau akhir ( usia 21 tahun dan lebih) (1,3).Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Distimik

A. Mood terdepresi untuk sebagian besar hari, lebih banyak hari dibandingkan tidak, seperti yang ditunjukkan keterangan subjektif atau pengalaman orang lain, sekurangnya 2 tahun. Catatan: pada anak-anak dan remaja, mood dapat mudah tersinggung dan lama harus sekurangnya 1 tahun.

B. Adanya saat terdepresi dua (atau lebih) berikut:

(1) Nafsu makan yang buruk atau berlebihan

(2) Insomnia atau hipersomnia

(3) Energi lemah atau lelah

(4) Harga diri yang rendah

(5) Konsentrasi buruk atau sulit mengambil keputusan

(6) Perasaan putus asa

C. Selama periode 2 tahun (1 tahun untuk anak-anak atau remaja) gangguan, orang tidak pernah tanpa gejala dalam kriteria A dan B selama lebih dari 2 bulan suatu waktu.

D. Tidak pernah ada episode depresif berat selama 2 tahun pertama gangguan (1 tahun untuk anak-anak dan remaja), yaitu gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan depresif berat kronis, atau gangguan depresif berat, dalam remisi parsial.

Catatan: mungkin terdapat episode depresif berat sebelumnya asalkan terdapat remisi lengkap (tidak ada tanda atau gejala bermakna selama 2 bulan) sebelum perkembangan distimik. Di samping itu setelah 2 tahun awal dari gangguan distimik mungkin terdapat episode gangguan depresif berat yang menumpang pada kasus tersebut, kedua diagnosis dapat diberikan jika memnuhi kriteria untuk episode depresif berat.

E. Tidak pernah terdapat episode manik, episode campuran, atau episode hipomanik, dan tidak pernah memenuhi kriteria untuk gangguan siklotimik.

F. Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan psikotik kronis, seperti skizofrenia atau gangguan delusional.

G. Gejala tidak merupakan efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu kondisi medis umum.

H. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

Tabel 8. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Distimik menurut DSM-IV (1,2)Gambaran Klinis

Gangguan distimik merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai bukan saja oleh episode penyakit, tetapi, malahan oleh adanya gejala secara menetap. Gejalanya serupa dengan gejala gangguan depresif berat, dan adanya mood terdepresi-ditandai oleh adanya perasaan muram, murung, kesedihan, atau berkurangnya dan tidak ada minat pada aktivitas pasien biasanya- adalah pusat dari gangguan. Keparahan gejala depresif dalam gangguan distimik biasanya lebih kecil daripada gangguan depresif berat, tetapi tidak adanya episode yang terpisah adalah hal yang paling mengarahkan pada diagnosis gangguan distimik(1,3).

Pasien dengan gangguan distimik kadang-kadang dapat sarkastik, nihilistik, memikirkan hal yang sedih, membutuhkan, dan mengeluh. Mereka dapat juga tegang dan kaku dan menolak intervensi terapeutik, kendatipun mereka datang secara teratur pada perjanjian. Menurut definisinya, pasien gangguan distimik tidak memiliki adanya gejala psikotik(1,3).

Gejala penyerta adalah perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya energi, retardasi psikomotor, penurunan dorongan seksual, dan preokupasi obsesif dengan masalah kesehatan. Pesimisme, keputusasaan, dan ketidakberdayaan dapat menyebabkan pasien gangguan distimik terlihat sebagai masokistik. Tetapi, jika pesimisme diarahkan keluar, pasien dapat bersikap kasar terhadap dunia dan mengeluh bahwa mereka telah diperlakukan buruk oleh sanak saudaranya, anak-anak, orang tua, teman sejawat, dan oleh sistem.Gangguan di dalam fungsi sosial kadang-kadang merupakan alasan mengapa pasien dengan gangguan distimik mencari pengobatan. Pasien dengan gangguan distimik kemungkinan menggunakan alkohol, stimulan atau marijuana, pemilihan kemungkinan tergantung terutama pada konteks sosial pasien(1,3).Diagnosis Banding

Pada dasarnya serupa dengan gangguan depresif berat. Dua gangguan khususnya penting untuk dipertimbangkan di dalam diagnosis banding gangguan distimik gangguan depresif ringan dan gangguan depresif singkat rekuren(1,3).

Gangguan depresif ringan ditandai oleh episode gejala depresif yang kurang parah dibandingkan gejala pada gangguan depresif berat. Perbedaannya terletak pada sifat episodik, yaitu pada pasien dengan gangguan depresif ringan memiliki mood yang eutimik, sedangkan pasien gangguan distimik tidak memiliki periode eutimik(1,3).

Gangguan depresif singkat rekuren berbeda dengan pasien gangguan distimik pada dua hal; pertama, mereka memiliki gangguan episodik, dan, kedua, keparahan gejalanya adalah lebih besar(1,3).

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Data yang tersedia menyatakan bahwa hanya 10 sampai 15 persen pasien gangguan distimik yang berada dalam remisi satu tahun setelah diagnosis awal. Kira-kira 25 persen dari semua pasien gangguan distimik tidak pernah mencapai pemulihan yang lengkap.

Terapi

Kombinasi farmakoterapi dan terapi kognitif maupun perilaku mungkin merupakan pengobatan yang paling efektif untuk gangguan. Data menyatakan bahwa inhibitor monoamin oksidase (MAOIs) mungkin lebih bermanfaat dibanding obat trisiklik. Relatif baru diperkenalkannya inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRIs) yang ditoleransi dengan baik telah menyebabkan obat sering digunakan oleh pasien dengan gangguan distimik; laporan pendahuluan menyatakan bahwa SSRI mungkin merupakan obat terpilih untuk gangguan. Demikian juga laporan awal menyatakan bahwa bupropion mungkin merupakan pengobatan yang efektif untuk pasien dengan gangguan distimik. Simpatomimetik, seperti amfetamin, juga telah digunakan pada pasien tertentu. Perawatan di rumah sakit biasanya tidak diindikasikan untuk gangguan distimik. Tetapi, adanya gejala yang parah, inkapasitas sosial atau profesional yang nyata, membutuhkan prosedur diagnostik yang luas, dan gagasan bunuh diri semuanya merupakan indikasi untuk perawatan di rumah sakit(1,3).BAB IV

GANGGUAN BIPOLAR

IV.1 GANGGUAN BIPOLAR IEpidemiologiGangguan bipolar I merupakan gangguan yang lebih jarang dari gangguan depresif berat, dengan prevalensi seumur hidup adalah 2 persen, sama dengan angka untuk skizofrenia.(1) Berbeda dengan gangguan depresif berat, gangguan bipolar I mempunyai prevalensi yang sama bagi laki-laki dan wanita.(1)Pada umumnya, onset gangguan bipolar I adalah lebih awal daripada onset gangguan depresif berat. Usia onset untuk gangguan bipolar I terentang dari masa anak-anak (paling awal usia 5 atau 6 tahun) sampai 50 tahun atau bahkan lebih lanjut pada kasus yang jarang, dengan rata-rata usia 30 tahun.

Gangguan bipolar I lebih sering pada orang yang bercerai dan hidup sendirian daripada orang yang menikah. Insidensi gangguan bipolar I yang lebih tinggi dari biasanya memang ditemukan pada sosioekonomi tinggi, kemungkinan karena adanya praktik diagnostik yang mengalami bias. Gangguan ini lebih sering pada orang yang tidak lulus dari perguruan tinggi daripada lulusan perguruan tinggi, kemungkinan mencerminkan usia onset yang relatif awal untuk gangguan tersebut(1,3).

Diagnosis

DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV) telah membuat definisi kriteria Gangguan Bipolar I, yaitu gejala klinis yang ditandai dengan satu atau lebih episode manik atau episode campuran. Sering individu juga telah ada riwayat satu atau lebih episode depresi mayor(1,3). DSM IV telah membuat klasifikasi dan kriteria diagnosis untuk masing-masing klasifikasi.

A. Gangguan Bipolar I, Episode Manik Tunggal Kriteria Diagnosis :

A. Terdapat hanya satu Episode Manik dan tidak ada Episode Depresi Mayor sebelumnya.

Catatan : Rekurensi didefinisikan sebagai suatu perubahan polaritas dari depresi atau suatu interval paling kurang 2 bulan tanpa gejala manik.

B. Episode Manik tidak lebih baik dijelaskan oleh Gangguan Skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan Skizofrenia, Gangguan Skizofrenifrom, Gangguan Waham, atau Gangguan Psikotik yang tidak ditentukan.

B. Gangguan Bipolar I, Episode Paling Akhir Manik

Kriteria Diagnosis :

A. Saat ini (atau paling akhir) dalam Episode Manik

B. Terdapat paling kurang satu Episode Depresi Mayor, Episode Manik, atau Episode Campuran sebelumnya.

C. Episode Mood pada kriteria A dan B tidak lebih baik dijelaskan oleh Gangguan Skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan Skizofrenia, Gangguan Skizofreniform, Gangguan Waham, atau Gangguan Psikotik Yang Tidak Ditentukan.

C. Gangguan Bipolar I, Episode Paling Akhir CampuranKriteria Diagnosis :

A. Saat ini (atau paling akhir) dalam Episode Campuran.

B. Terdapat paling kurang satu Episode Depresi Mayor, Episode Manik, atau Episode Campuran sebelumnya.

C. Episode Mood pada Kriteria A dan B tidak lebih baik dijelaskan oleh Gangguan Skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan Skizofrenia, Gangguan Skizofreniform, Gangguan Waham, atau Gangguan Psikotik Yang Tidak Ditentukan.

D. Gangguan Bipolar I, Episode Paling Akhir DepresiKriteria Diagnosis :

A. Saat ini (atau paling akhir) dalam Episode Depresi Mayor.

B. Terdapat paling kurang satu Episode Manik, atau Episode Campuran sebelumnya.

C. Episode Mood pada Kriteria A dan B tidak lebih baik dijelaskan oleh Gangguan Skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan Skizofrenia, Gangguan Skizofreniform, Gangguan Waham, atau Gangguan Psikotik Yang Tidak Ditentukan.

E. Gangguan Bipolar I, Episode Paling Akhir Tidak DitentukanKriteria Diagnosis :

A. Kecuali durasi, saat ini (atau paling akhir) memenuhi kriteria untuk suatu Episode Manik, Hipomanik, Campuran, atau Depresi Mayor.

B. Terdapat paling kurang satu Episode Manik, atau Episode Campuran sebelumnya.

C. Gejala mood menyebabkan penderitaan secara klinis yang bermakna atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi bidang penting lainnya.

D. Gejala Mood pada Kriteria A dan B tidak lebih baik dijelaskan oleh Gangguan Skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan Skizofrenia, Gangguan Skizofreniform, Gangguan Waham, atau Gangguan Psikotik Yang Tidak Ditentukan.

E. Gejala mood pada Kriteria A dan B bukan karena efek fisiologis langsung dari zat (misalnya, penyalahgunaan zat, pengobatan, atau terapi lainnya) atau suatu kondisi medis umum (misalnya, hipertiroidisme).Perjalanan Penyakit

Gangguan bipolar I paling sering dimulai dengan depresi (75% pada wanita, 67% pada laki-laki) dan gangguan yang rekuren. Sebagian besar pasien menjalani episode depresif maupun manik walaupun 10-20 persen hanya mengalami episode manik. Episode manik biasanya memiliki onset yang cepat (beberapa jam atau beberapa hari), tetapi dapat berkembang lebih dari satu minggu. Beberapa pasien gangguan bipolar I mengalami episode yang berulang dengan cepat. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut.

Gangguan bipolar I dapat mengenai anak yang sangat muda maupun lanjut usia, insidensi gangguan bipolar pada anak dan remaja adalah kira-kira satu persen dan onset awalnya pada usia delapan tahun. Gangguan bipolar I dengan onset awal tersebut disertai prognosis buruk.Terapi

IV.2 GANGGUAN BIPOLAR II

Ciri khas yang penting pada gangguan bipolar II secara klinis adalah ditandai dengan munculnya satu atau lebih episode depresif berat (kriteria A), yang disertai dengan paling sedikit satu episode hipomanik (kriteria B). adanya episode manik atau episode campuran menyingkirkan diagnosis gangguan bipolar II (kriteria C). selain itu gejala mood pada kriteria A dan B tidak lebih baik untuk dimasukkan ke dalam gangguan skizoafektif, dan tidak tumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,gangguan delusional, atau gangguan psikotik YTT (kriteria D). gejala menyebabkan gangguan yang nyata pda fungsi sosial, pekerjaan, dan bidang penting lainnya (kriteria E).(2)

Klinisi telah melaporkan bahwa beberapa pasien gejala utama tampaknya adalah episode depresif, tetapi perjalanan gangguan diselingi oleh episode gejala manik ringan (yaitu, episode hipomanik). Gangguan tersebut telah dinamakan gangguan bipolar II (oleh peneliti yang berpendapat bahwa gangguan berada di dalam spektrum gangguan bipolar) dan gangguan depresif berat dengan episode hipomanik (oleh peneliti yang berpendapat bahwa gangguan berada di dalam spektrum gangguan depresif).

Epidemiologi gangguan bipolar II adalah tidak diketahui secara tepat pada saat ini karena relatif baru dikenalinya gangguan ini. Kriteria diagnostik untuk gangguan bipolar II menyebutkan keparahan, frekuensi, dan durasi tertentu untuk gejala hipomanik. Kriteria diagnostik untuk episode hipomanik dituliskan secara terpisah dari kriteria untuk gangguan bipolar II.

Gambaran klinis gangguan bipolar II adalah gangguan depresif berat dikombinasikan dengan gambaran episode hipomanik. Diagnosis bandingnya termasuk gangguan bipolar I, gangguan depresif berat, dan gangguan kepribadian ambang.

Pengobatan gangguan bipolar II harus dilakukan secara berhati-hati, karena pengobatan episode depresif dengan antidepresan sering kali dapat mencetuskan suatu episode manik.IV.3 GANGGUAN SIKLOTIMIK

Dalam DSM-IV, gangguan siklotimik dibedakan dari gangguan bipolar II, yang ditandai oleh adanya episode depresif berat dan episode hipomanik. Seperti gangguan distimik, kategorisasi gangguan siklotimik dengan gangguan mood menyatakan adanya hubungan, kemungkinan biologis, dengan gangguan bipolar I(1,3).Epidemiologi

Pasien dengan gangguan siklotimik mungkin berjumlah 3 sampai 10 persen dari semua pasien psikiatrik rawat jalan. Diperkirakan 10 persen dari rawat jalan dan 20 persen dari rawat inap gangguan kepribadian ambang memiliki diagnosis gangguan siklotimik secara bersama-sama. Rasio wanita terhadap laki-laki dalam gangguan siklotimik adalah kira-kira 3 berbanding 2, dan 50 sampai 75 persen dari semua pasien memiliki onset antara usia 15 dan 25 tahun.

Etiologi

Etiologi gangguan siklotimik diperkirakan sama dengan gangguan distimik, yaitu faktor biologis dan faktor psikososial.

Diagnosis

Kriteria diagnostik gangguan siklotimik menurut DSM-IV mengharuskan pasien tidak pernah memiliki kriteria untuk suatu episode depresif berat dan tidak memenuhi kriteria untuk episode manik selama 2 tahun pertama gangguan. Kriteria juga mengharuskan adanya gejala yang lebih atau kurang konstan selama dua tahun (atau satu tahun untuk anak-anak dan remaja).

Kriteria diagnostik untuk Gangguan Siklotimik

A. Selama sekurangnya 2 tahun, adanya banyak episode dengan gejala hipomanik dan banyak periode dengan gejala depresif yang tidak memenuhi kriteria untuk episode depresif berat.

B. Selama periode 2 tahun di atas, orang tidak pernah tanpa gejala dalam kriteria A selama lebih dari 2 bulan.

C. Tidak ada episode depresif berat, episode manik, atau episode campuran yang ditemukan selama 2 tahun pertama gangguan.

Catatan: setelah 2 tahun pertama dari gangguan siklotimik, mungkin terdapat episode manik atau campuran yang menumpang atau episode depresif berat.

D. Gejala dalam kriteria A tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan skizoafektif dan tidak menumpang pada skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan delusional, atau gangguan psikotik yang tidak ditentukan.

E. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu kondisi medis umum.

F. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

Tabel 8. Kriteria diagnostik untuk gangguan siklotimik menurut DSM-IV. (1,2,3)

Gambaran Klinis

Gejala gangguan siklotimik adalah identik dengan gejala yang ditemukan pada pada gangguan bipolar I, kecuali biasanya kurang parah. Tetepi, kadang-kadang gejala mungkin sama dalam keparahannya tetapi dengan durasi yang lebih singkat daripada yang terlihat pada gangguan bipolar I. kira-kira setengah dari semua pasien gangguan siklotimik mengalami depresi sebagai gejala utamanya(1,2,3).

Penyalahgunaan alkohol dan penyalahgunaan zat lain sering ditemukan pada pasien gangguan siklotimik, yang menggunakan zat untuk mengobati dirinya sendiri (dengan alkohol, benzodiazepin, dan marijuana) atau untuk mencapai stimulasi yang lebih tinggi saat mereka dalam keadaan manik(1,3).

Diagnosis Banding

Jika suatu diagnosis gangguan siklotimik dipertimbangkan, semua penyebab medis dan berhubungan zat yang mungkin untuk depresi dan mania harus dipertimbangkan. Gangguan kepribadian ambang, antisosial, histrionik, dan narsistik juga harus dipertimbangkan di dalam diagnosis banding.

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Kira-kira sepertiga dari semua pasien gangguan siklotimik berkembang memiliki gangguan depresif berat, paling sering gangguan bipolar II(1,3).

Karena sifat gangguan siklotimik yang jangka panjang, pasien seringkali memerlukan terapi seumur hidup. Terapi keluarga dan kelompok dapat berupa suportif, edukasional,dan terapeutik untuk pasien dan mereka yang terlibat di dalam kehidupan pasien(1,3).TERAPI GANGGUAN MOODTerapi pada gangguan bipolar ini adalah secara farmakoterapi dan psikoterapi1. FarmakoterapiMedikasi yang diberikan sesuai dengan keadaan episode bipolar (manik atau depresi). Maka itu, beberapa obat diindikasikan untuk episode akut manik, terutama antipsikotik, valproat, dan benzodiazepine(contoh: lorazepam, clonazepam). Pilihan dari obat tersebut tergantung dari gejala yang ada seperti gejala psikosis, agitasi, agresif, dan gangguan tidur. Antipsikotik atipikal digunakan untuk pengobatan mania akut dan untuk menstabilkan mood. Antidepresi spektrum luas dan ECT (Elecro Convulsive Therapy) digunakan untuk episode depresi akut (contoh: depresi mayor).

a. Mood Stabilizing Medications (Medikasi Penstabil Mood) biasanya merupakan terapi lini pertama. Umumnya, pasien dengan gangguan bipolar melanjutkan terapi ini selama beberapa tahun.

(1) Lithium sangat efektif mengontrol gejala mania dan mencegah rekuren episode mania dan depresi.

(2) Asam valproat atau divalproex (Depakote), juga sama efektifnya dengan lithium.

Asam valproat dan antikonvulsan lainnya dapat meningkatkan risiko pikiran bunuh diri. Pasien yang mengkonsumsi obat antikonvulsan harus diawasi dan mereka tidak diperbolehkan mengganti dosis tanpa konsultasi dengan dokternya.

b. Atipikal antipsikotik kadang-kadang diberikan juga.

(1) Olanzapine, jika diberikan bersama dengan antidepresan dapat meringankan gejala mania yang parah atau psikosis. Namun beberapa studi menyebutkan bahwa medikasi olanzapine dapat meningkatkan berat badan dan meningkatkan risiko diabetes dan penyakit jantung.

(2) Aripiprazole

(3) Quetiapine (Seroquel)

(4) Risperidone (Risperdal)

c. Antidepresan juga kadang-kadang diberikan untuk mengatasi gejala depresi pada gangguan bipolar. Baru-baru ini, studi yang didanai oleh NIMH menunjukkan bahwa penambahan antidepresan dengan mood stabilizer tidak lebih efektif dibandingkan dengan hanya memberikan antidepresan.

2. Psikoterapi

Penatalaksanaan pasien dengan gangguan bipolar termasuk edukasi pasien saat awal dan terus menerus. Edukasi tidak hanya ditujukan kepada pasien, tetapi juga keluarga mereka. Tidak hanya untuk mengatasi saat gejala muncul, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

a. Terapi kognitif (Cognitive Behavioral Therapy)

Untuk menghilangkan episode depresif dan mencegah rekurennya dengan membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif, mengembangkan cara berfikir alternatif, fleksibel dan positif, juga melatih kembali respon kognitif dan pikiran yang baru.

b. Terapi interpersonal

Memusatkan pada satu atau dua masalah interpersonal pasien yang sedang dialaminya sekarang.

c. Terapi perilaku

Dengan memusatkan pada perilaku mal adaptif di dalam terapi, pasien belajar untuk berfungsi di dunia dengan cara tertentu dimana mereka mendapat dorongan positif dari lingkungan.

d. Terapi berorientasi psikoanalitik

Pendekatan psikoanalitik didasarkan pada depresi dan mania. Tujuannya adalah untuk mendapatkan perubahan pada struktur atau karakter kepribadian pasien, bukan untuk hilangkan gejala.e. Terapi keluarga

Diindikasikan jika gangguan membahayakan perkawinan atau fungsi keluarga pasien.3. Terapi Lain

a. ECT (Electro Convulsive Therapy) dapat meringankan gangguan bipolar yang parah, yang tidak dapat diatasi dengan terapi lainnya. ECT sangat efektif untuk depresi yang parah, manik, atau episode campuran, tetapi bukan terapi lini pertama.

b. Medikasi Tidur. Pasien dengan gangguan bipolar biasanya tidur lebih baik setelah mendapat terapi gangguan bipolar. Tetapi jika masalah tidur ini tetap ada, dokter dapat meresepkan sedatif atau obat tidur lainnya.

BAB V

GANGGUAN MOOD LAIN

Dua diagnosis gangguan mood yang perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis banding tiap pasien dengan gejala gangguan mood adalah gangguan mood karena kondisi medis umum dan gangguan mood akibat zat.

Mungkin sulit untuk menentukan apakah gejala gangguan mood pada seseorang pasien dengan kondisi umum adalah (1) sekunder terhadap efek kondisi medis umum pada otak (diklasifikasikan sebagai gangguan mood keran kondisi medis umum), (2) sekunder terhadap efek obat pada otak yang digunakan untuk mengobati kondisi medis umum (diklasifikasikan sebagai gangguan mood akibat zat), (3) mencerminkan gangguan penyesuaian yang disebabkan oleh kondisi medis umum (diklasifikasikan sebagai gangguan penyesuian), atau (4) mencerminkan suatu gangguan mood primer (sebagai contoh, gangguang depresif berat) (1,3).

V.1 GANGGUAN MOOD AKIBAT KONDISI MEDIS UMUM

Epidemiologi gangguan mood karena kondisi medis umum adalah tidak diketahui. Tetapi, gangguan kemungkinan sering ditemukan dan seringkali tidak terdiagnosis. Berbagai gangguan somatik telah dilibatkan sebagai penyebab gejala gangguan mood, termasuk gangguan endokrin, khususnya sindrom Cushing, dan gangguan neurologis, seperti tumor otak, ensefalitis, dan epilepsi(1,3).

Untuk membuat diagnosis, dokter harus menemukan kondisi medis umum yang mendahului onset gejala gangguan mood. Diagnosis banding harus termasuk gangguan mood akibat zat, gangguan mood primer, dan gangguan penyesuaian(1,3).

Penatalaksanaan gangguan termasuk menentukan penyebab dan mengobati gangguan dasar. Terapi psikofarmakologis mungkin diindikasikan dan harus mengikuti pedoman yang berlaku untuk pengobatan depresi atau mania, dengan mengingat kondisi fisik yang menyertai. Psikoterapi mungkin berguna sebagai pelengkap terapi lain(1,3).V. 2 GANGGUAN MOOD AKIBAT PENGGUNAAN ZAT

Pada umumnya, klinisi harus mempertimbangkan tiga kemungkinan: pertama, pasien mungkin menggunakan obat untuk mengobati masalah medis non psikiatrik. Kedua, pasien mungkin secara tidak sengaja dan kemungkinan tidak diketahui terpapar dengan zat kimia neurotoksik. Ketiga, pasien mungkin menggunakan zat untuk tujuan rekreasional atau mungkin mengalami ketergantungan dengan zat tertentu.

Epidemiologi gangguan mood akibat zat tidak diketahui. Tetapi, prevalensi kemungkinan adalah tinggi. Medikasi, khususnya anti hipertensi, kemungkinan merupakan penyebab yang paling sering dari gangguan mood akibat zat, walaupun berbagai macam obat dapat menyebabkan depresi dan mania. Obat seperti reserpin dan methyldopa, keduanya adalah obat anti hipertensi, dapat mencetuskan gangguan depresif, kemungkinan dengan menurunkan serotonin, seprti yang terjadi pada lebih dari 10 persen dari semua orang yang menggunakan obat(1,3).

Kriteria diagnostik DSM-IV untuk gangguan mood akibat zat memungkinkan penentuan (1) zat yang terlibat, (2) apakah onset selama intoksikasi atau selama putus zat, dan (3) sifat gejala(1,2).

Ciri manik dan depresif akibat zat dapat identik dengan ciri gangguan bipolar 1 dan gangguan depresif berat. Tetapi gangguan mood akibat zat dapat menimbulkan gejala yang berat atau ringan dan suatu fluktuasi pada tingkat kesadaran pasien. Prognosis gangguan mood akibat zat pada umumnya segera setelah zat dihilangkan dari tubuh, mood kembali normal. Pengobatan utama untuk gangguan mood akibat zat adalah identifikasi zat yang terlibat sebagai penyebab. Biasanya menghentikan asupan zat adalah cukup untuk menghilangkan gejala gangguan mood. Jika gejala tetap ada, pengobatan dengan obat psikiatrik yang sesuai mungkin diperlukan.V.3 GANGGUAN MOOD YANG TIDAK DITENTUKAN

Jika pasien menunjukkan gejala depresif atau manik atau keduanya sebagai ciri utama dari gangguannya dan tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk tiap gangguan mood lain atau gangguan mental DSM-IV lain, termasuk gejala depresif yang tidak ditentukan (NOS) dan gangguan bipolar NOS, diagnosis yang paling tepat adalah gangguan mood yang tidak ditentukan(1,3).

BAB VI

KESIMPULAN

Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Gangguan mood terdiri dari episode yang mendasari gangguan tersebut, yaitu episdoe depresi, manik, campuran, dan hipomanik.

Gangguan mood dikatakan sebagai Gangguan Depresif Mayor apabila terdapat lima atau lebih gejala dari episode terdepresi tanpa ada gejala episode manik, campuran, maupun hipomanik. Gangguan ini tidak memenuhi kriteria episode campuran, serta tidak disebabkan oleh efek suatu zat maupun akibat kondisi medis umum.

Pada gangguan bipolar I, terdapat episode manik disertai episode depresi. Gangguan bipolar II didiagnosis apabila terdapat episode depresi dan episode hipomanik. Sedangkan gangguan distimik adalah bila terdapat episode depresi hampir setiap hari dalam kurun waktu 2 tahun. Dan dikatakan gangguan siklotimik apabila selama sekurangnya 2 tahun, adanya banyak episode dengan gejala hipomanik dan banyak periode dengan gejala depresif yang tidak memenuhi kriteria untuk episode depresif berat.Selain gangguan mood di atas, terdapat sebuah klasifikasi gangguan mood lainnya, yaitu apabila disbabkan oleh suatu kondisi medis umum dan bila merupakan efek fisiologis langsung dari pengguanaan suatu zat.

Prognosis gangguan mood pada umumnya cukup baik. Dengan pemberian terapi yang tepat yang disertai dukungan penuh dari keluarga dapat membantu penderita gangguan mood untuk sembuh dan kembali menjalani fungsinya seperti biasanya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H.I, Sadock B.J, Greb J.A. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Edisi ke-7. Hal : 777-849. Bina rupa Aksara, Jakarta. 1997.2. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disordes. 4th edition. Washington D.C; American Pschiatric Associated, 1994 : 662 665. 3. Kaplan H.I, Sadock B.J. Comprehensive Textbook of Psychiatry, Eight edition.. USA. 2005, 1559-1717.4. Stahl, S M. 2008, Stahls Essential Psychopharmacology, third edition, New York: Cambridge University Press.1