7 bab ii tinjauan pustakarepository.ump.ac.id/2380/3/faizah rohmah bab ii.pdf(vesika urinaria) cepat...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan
1. Pengertian kehamilan
a. Pengertian kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi dalam Prawirohardjo
(2008) bahwa Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovom yang dilanjutkan dengan nidasi atau
implementasi dimana pertumbuhan dan perkembangan janin sangat
pesat sehingga ibu harus menyesuaikan perubahan-perubahan yang
ada.
b. Pembagian Kehamilan
Menurut Prawirohardjo (2008) dalam bukunya membagi kehamilan
menjadi tiga kriteria trimester, yaitu :
1) Trimester I, yaitu : 0 minggu – 12 minggu.
2) Trimester II, yaitu : 13 minggu -27 minggu.
3) Trimester III, yaitu : 28 minggu – 40 minggu .
c. Tanda – tanda Kehamilan
Untuk menegakan kehamilan dapat ditetepkan dengan penilaiaan
terhadap tanda dan gejala diantaranya :
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
8
1) Tanda dugaan kehamilan
Beberapa tanda dugaan kehamilan, yaitu :
a) Amenorrhea (tidak haid)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak
dapat haid lagi. Yang harus selalu di ingat adalah hari pertama
haid terakhir, supaya dapat ditentukan umur kehamilan dan
untuk menentukan persalinannya (Manuaba, 2010).
b) Mual dan muntah
Gajala umum seperti mual dan muntah merupakan pengaruh
dari hormone estrogen dan progesterone yang menyebabkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Istilah lain dari
mual muntah berkepanjangan yaitu morning sickness karena
munculnya sering kali pada pagi hari. Keadaan ini
menyebabkan nafsu makan menjadi berkurang (Manuaba,
2010)
c) Ngidam
Pada tanda kehamilan ini seorang wanita hamil biasanya sering
meninginkan makan tertentu dan setiap orang berbeda- beda.
Keadaan ini disebut ngidam (Manuaba, 2010).
d) Sinkope atau pingsan
Terjadi gangguan sirkulasi ke daerah kepala yang
menyebabkan iskemia susunan syaraf pusat dan menimbulkan
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
9
pingsan. Keaadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16
minggu (Manuaba, 2010).
e) Payudara tegang
Pengaruh dari hormon estrogen, progresteron dan
somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air dan garam
pada payudara. Sehingga payudara membesar dan tegang yang
menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama
(Manuaba, 2010).
f) Sering miksi (buang air kecil)
Desakan uterus kedepan akan menyebabkan kandung kemuh
(vesika urinaria) cepat terasa penuh dan sering miksi atau
buang air kecil (Manuaba, 2010).
g) Konstipasi
Pengaruh dari hormone progesterone dapat menghambat
peristaltik usus sehingga sulit untuk bung air besar. (Manuaba,
2010)
h) Perubahan warna kulit
Perubahan ini antara lain chloasma yakni warna kulit yang
kehitam-hitaman pada dahi, punggung hidung dan kulit daerah
tulang pipi, terutama pada wanita dengan warna kulit tua.
Biasanya muncul setelah 16 minggu. Pada daerah areola dan
puting payudara, warna kulit menjadi lebih hitam. Perubahan
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
10
ini disebabkan oleh stimulasi MSH (Melanocyte Stimulating
Hormone). Pada kulit daerah payudara dan abdomen dapat
mengalami perubahan yang disebut strie gravidarum yaitu
perubahan warna seperti jaringan pada perut (Kusmiyati,
2008).
i) Quickening
Quickening adalah persepsi gerakan janin pertama, biasanya
disadari oleh wanita pada kehamilan 18-20 minggu
(Kusmiyati, 2008)
j) Perubahan berat badan
Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat
badan, karana nafsu makan menurun dan muntah-muntah. Pada
bulan selanjutnya berat badan akan selalu meningkat sampai
menjelang aterm. (Kusmiyati, 2008)
k) Perubahan pada uterus
Uterus mengalami perubahan pada ukuran, bentuk dan
konsistensi. Uterus berubah menjadi lunak. Teraba balotement,
tanda ini muncul pada minggu 16-20, setelah rongga rahim
mengalami obliterasi dan cairan amnion cukup banyak.
Balotement adalah dimana tanda ada benda terapung /
melayang dalam cairan. Sebagian dianostik banding adalah
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
11
asites yang disertai kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya
(Pantikawati, 2010).
l) Tanda piskacec’s
Terjadinya pertumbuhan yang asimetris pada bagian uterus
yang dekat dengan implantasi plasenta (Pantikawati, 2010).
m) Perubahan –prubahan pada servik
Menurut Pantikawati (2010) perubahan-perubahan pada servik
yaitu :
(1) Tanda hegar
Merupakan tanda yang berupa perlunakan pada daerah
isthmus uteri, sehingga daerah tersebut pada penekanan
mempunyai kesan lebih tipis dan uterus malah difleksikan.
Tanda ini dilihat pada minggu ke-6 dan menjadi nyata pada
minggu ke 7-8.
(2) Tanda Goodell’s
Dapat diketahui memalui pemeriksaan bimanual. Servik
terasa lebih lunak.
(3) Tanda Chadwick
Tanda dimana vagina mengalami kongesti warna kebiru-
biruan.
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
12
(4) Tanda Mc Donald
Yaitu tanda dimana fundus uteri dan servik bisa dengan
mudah difleksikan satu sama lain dan tergantung pada
lunak tidaknya jaringan isthmus.
(5) Terjadi bembesaran abdomen
Pembesaran perut menjadi lebih nyata setelah minggu ke-
16, karena pada saat itu uterus telah keluar dari rongga
pelvis dan menjadi organ rongga perut.
(6) Kontrasi Uterus
Tanda ini muncul belakangan dan pasien mengeluh
perutnya kencang, tetapi tidak disertai rasa sakit.
(7) Pemeriksaan tes biologis kehamilan
Pada pemeriksaan ini hasilnya positif, dimana
kemungkinan positif palsu.
2) Tanda pasti kehamilan
Menurut Kusmiyati (2008) Tanda pasti kehamilan dapat
ditentukan, melalui :
a) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Denyut jantung janin dapat didengar dengan stetoskop laenec
pada minggu ke 17-18. Tetapi dengan stretoskope ultrasonoik
(doppler), denyut jantung janin dapat didengarkan lebih awal,
sekitar minggu ke 12. Melakukan auskultasi pada janin bias
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
13
juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain, seperti : bising
tali pusat, bising uterus dan nadi ibu.
b) Palpasi
Yang harus ditentukan adalah outlene janin. Biasanya menjadi
jelas setelah minggu ke-22. Gerakan janin dapat dirasakan
dengan jelas setelah minggu 24.
d. Penyulit yang menyertai kehamilan
Pada wanita hamil terdapat penyulit-penyulit yang menyertai
kehamilannya. Penyulit tersebut ditandai dengan tanda bahaya ibu dan
janin pada kehamilan muda dimana kehamilan merupakan hal yang
fisiologis. Akan tetapi kehamilan yang normal dapat berubah menjadi
patologi. Dengan demikian hal yang perlu diperhatikan adalah dengan
cara menapis resiko yaitu dengan melakukan pendeteksian dini adanya
komplikasi ataupun penyulit yang mungkin terjadi pada masa
kehamilan muda meliputi perdarahan pervaginam, hipertensi
gravidarum anemia pada kehamilan maupun nyeri perut bagian bawah
(Pantikawati, 2010)
Seorang ibu hamil harus waspada terhadap tanda-tanda bahaya
dalam kehamilannya. Tanda-tanda ini jika tidak dilaporkan atau
diditeksi akan menyebabkan kematian pada ibu. (Kusmiyati, 2008)
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
14
Menurut Kusmiyati, (2008) Tanda-tanda bahaya yang perlu
diperhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan lanjut, adalah :
1) Perdarahan pervaginam
2) Sakit kepala yang hebat
3) Penglihatan kabur
4) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan
5) Keluar cairan pervaginam
6) Gerakan janin tidak terasa.
Perdarahan selama kehamilan terbagi menjadi dua yaitu
perdarahan pada kehamilan muda atau umur kehamilan <20 minggu
seperti abortus, kehamilan ektopik, mola hidatidosa. Sedangkan
perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut atau umur kehamilan
>20 minggu yaitu plasenta previa, solusio plasenta, dan rupture uteri
(Prawirohardjo, 2008).
e. Tanda-tanda dini bahaya/ komplikasi ibu dan janin masa kehamilan
muda.
1) Perdarahan pervaginam masa hamil muda
a) Abortus
Menurut Prawirohardjo (2008), Abortus adalah pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dan
sebagai batasannya yaitu kehamilan kurang dari 20 minggu dan
berat janin kurang dari 500 gram.
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
15
b) Kehamilan ektopik
Menurut Kusmiyati (2008), kehamilan ektopik adalah
kehamilan di luar rahim, misalnya dalam tuba, rongga perut,
servik, atau dalam tanduk rudimenter rahim.
c) Mola hidatidosa
Menurut Kusmiyati (2008), Mola hidatidosa atau hamil anggur
adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil
konsepsi tidak dapat berkembang menjadi embrio atau bakal
janin tetapi terjadi proliferasi dari villi korialis disertai dengan
degenerasi hidrofik.
2) Hipertensi Gravidarum
Hipertensi Gravidarum adalah hipertensi yang menetap oleh
berbagai sebab, yang sudah ditemukan pada umur kehamilan
kurang dari 20 minggu, atau hipertensi yang menetap setelah 6
minggu pasca salin (Kusmiyati, 2008).
3) Superimposed preeklamsi
Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan dan diperberat
oleh kehamilan (Kusmiyati, 2008).
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
16
B. Abortus
1. Pengertian abortus
Menurut Muchtar (2012) Abortus adalah pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim, sebagai batasan
yaitu kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram.
Abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum minggu ke 20 dan
pengeluaran hasil konsepsi dengan berat janin kurang dari 500 gram
(Joseph HK, 2011).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan (Rustam muchtar, 2012).
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana
janin belum mampu hidup di luar rahim, dengan kriteria usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram (Achadiat, 2004).
Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu
hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram
atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu (Manuaba, 2010).
Dapat disimpulkan bahwa abortus adalah pengeluaran hasil
konsepsi, pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
17
2. Klasifikasi
Berdasarkan kejadiannya abortus dapat dibagi menjadi dua golongan
yaitu :
a. Abortus spontan
Menurut Nanda (2013), Abortus spontan adalah abortus yang
terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
1) Abortus Imminens
Menurut M, Kumaira (2012) Abortus imminens adalah
peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus
dan tanpa dilatasi servik. Pada kejadian ini kehamilan masih
mungkin berlanjut dan dapat dipertahankan.
Menurut Nanda (2013) Abortus imminens adalah
keguguran tingkat permulaan. Keguguran belum terjadi
sehingga kehamilan dapat dipertahankan dengan cara: tirah
baring, gunakan preparat progesterone, tidak berhubungan
badan, USG untuk melihat perkembangan janin.
Sedangkan menurut Kusmiyati (2008) Abortus imminens
adalah abotrus yang mengancam, perdarahannya bisa berlanjut
beberapa hari atau dapat berulang. Dalam kondisi ini
kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
18
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Abortus
imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan kurang dari 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih di dalam uterus.
2) Abortus Insipiens
Menurut Nanda (2013) Abortus insipiens adalah proses
keguguran yang sedang berlangsung sebelum kehamilan
berusia 20 minggu dan hasil konsepsi masih dalam uterus.
Ostium bias ditemukan sudah terbuka dan kehamilan tidak
dapat dipertahankan.
Menurut Pantikawati (2010) Abortus Insipiens adalah
apabila pada wanita hamil ditemukan banyak perdarahan,
kadang-kadang keluar gumpalan darah disertai nyeri karena
kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi servik
sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat diraba.
Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi
ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi
sehingga evakuasi harus segera dilakukan.
Abortus insipiens adalah perdarahan pervaginam (atau
kehilangan cairan amnion) karena disebabkan dilatasi servik,
dengan atau tanpa nyeri abdomen (Sinclair C, 2010).
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
19
Abortus insipiens adalah suatu abortus yang sedang
mengancam, ditandai dengan pecahnya selaput janin dan
adanya servik yang telah mendatar dan ostium uteri telah
membuka (Nugroho T, 2010).
Abortus insipiens adalah abortus membakat yang tidak
dapat dihentikan, karena setiap saat dapat terjadi ancaman
perdarahan dan pengeluaran hasil konsepsi (Marmi, 2010).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa abortus
insipiens adalah abortus yang terjadi pada kehamilaan kurang
dari 20 minggu yang sedang berlangsung dan tidak dapat
dipertahankan lagi, terjadi dengan pengeluaran ostium uteri.
3) Abortus incomplete
Menurut Nanda (2013) Abortus incomplete adalah hanya
sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluakan, yang tertinggal
adalah desidua atau plasenta.
Menurut Pantikawati (2012) Abortus incomplete adalah
apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada
vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta)
perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak dan
membahayakan ibu. Servik terbuka karena masih ada benda di
dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing.
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
20
Menurut khumaira, (2012) Abortus incomplete adalah
pengeluaran sebagian sisa hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal di dalam
uterus.
Abortus incomplete adalah abortus sebagian tetapi tidak
seluruh hasil konsepsi keluar dari rahim, sebelum 12 minggu,
abortus cenderung berlangsung komplit, setelah 12 minggu,
hasil konsepsi cenderung tertahan (Sinclair, 2010).
Dari perngertian diatas dapat disimpulkan bahwa abortus
incomplete adalah abortus yang terjadi pada kehamilan kurang
dari 20 minggu yang ditandai dengan pengeluaran sebagian
hasil konsepsi dari kavum uteri melalui kalanis servikalis.
4) Abortus complete
Menurut Nanda (2013) Abortus complete adalah seluruh
hasil konsepsi dikelurkan (desidua dan fetus) sehingga rahim
kosong.
Menurut Kusmiyati, (2008) Abortus complete adalah hasil
konsepsi lahir dengan lengkap pada keadaan ini kuretase tidak
diperlukan. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim
dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan
akan berhenti sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim
telah sembuh dan epitelisasai telah selesai.
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
21
Abortus complete adalah keguguran lengkap dimana
seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan, sehingga tidak
memerlukan tindakan (Manuaba, 2010).
Menurut Rukiyah (2010) Abortus complete adalah
perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil
konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa abortus
complete adalah perdarahan pada kehamilan kurang dari 20
minggu dimana seluruh hasil konsepsi sudah keluar dan tidak
memerlukan bantuan.
5) Missed abortion
Menurut Nanda (2013) Missed abortion adalah keadaan
dimana janin yang telah mati masih berada dalam rahim
sebelum usia kehamilan 20 minggu tetapi hasil konsepsi masih
tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih. Dapat
diketahui dengan USG.
Menurut Kusmiyati (2008) Missed abortion adalah apabila
buah kehamilan yang tertahan dalam rahim selama 8 minggu
atau lebih.
Sedangkan menurut Nugroho (2010) Missed abortion
adalah embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
22
keseluruhan masih tertahan dalam kandungan selama 8 minggu
atau lebih.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa missed
abortion adalah perdarahan pada umur kehamilan kurang dari
20 minggu, dimana janin sudah meninggal didalam rahim dan
hasil konsepsi masih tertahan dalam rahim selama 4-8 minggu
atau lebih.
b. Abortus provakatus
Abortus provakatus adalah abortus yang terjadi karena
disengaja dilakukan dengan memakai obat-obatan maupun alat-
alat. Abortus ini terbagi menjadi :
1) Abortus Medisialis (abortus therapeutica)
Menurut Nanda (2013) Abortus Medisialis Adalah abortus
karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan
indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai
3 tim dokter ahli.
2) Abortus kriminalis
Menurut Nanda (2013) Abortus kriminalis Adalah abortus
yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis.
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
23
C. Abortus incomplete
1. Pengertian
Menurut Nanda (2013) Abortus incomplete adalah hanya sebagian
dari hasil konsepsi yang dikeluakan, yang tertinggal adalah desidua
atau plasenta.
Menurut Pantikawati (2010) Abortus incomplete adalah apabila
sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi
sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta) perdarahan biasanya
terus berlangsung, banyak dan membahayakan ibu. Servik terbuka
karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda
asing.
Sedangkan menurut Khumaira (2012) Abortus incomplete adalah
pengeluaran sebagian sisa hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus.
Aboerus incomplete adalah abortus sebagian tetapi tidak seluruh
hasil konsepsi keluar dari rahim, sebelum 12 minggu, abortus
cenderung berlangsung komplit, setelah 12 minggu, hasil konsepsi
cenderung tertahan (Sinclair, 2010).
Dari perngertian diatas dapat disimpulkan bahwa Abortus
Incomplete adalah abortus yang terjadi pada kehamilan kurang dari 20
minggu yang ditandai dengan pengeluaran sebagian hasil konsepsi dari
kavum uteri melalui kalanis servikalis.
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
24
2. Etiologi
Menurut Sastrawinata (2005), Penyebab abortus disebabkan
karena beberapa faktor umumnya abortus didahului oleh kematian
janin.
a. Faktor janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan
perkembangan zigot, embrio, janin bentuk awal, atau kadang-
kadang plasenta (Chunningham, 2006).
1) Kelainan telur (Blighted ovum)
Pada separuh embrio mengalami degenerasi atau tidak sama
sekali, kerusakan embrio, atau kelainan kromosom (trisomi
autosom, monosomi) (Chunningham, 2006).
2) Faktor lingkungan endometrium
Endometrium yang belum siap untuk menerima implementasi
hasil konsepsi dan gizi ibu yang kurang karena anemia atau
jarak kehamilan yang terlalu dekat (Manuaba, 2010).
3) Pengaruh luar
Infeksi endometrium yaitu endometrium tidak siap menerima
hasil konsepsi dan hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan
radiasi yang menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi
terganggu (Manuaba,2010).
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
25
b. Faktor ibu
1) Umur ibu
Faktor abortus secara klinis terdeteksi meningkat dari 12%
pada wanita berusia kurang dari 20 tahun dan menjadi 26%
pada mereka yang usianya lebih dari 40 tahun (Chunningham,
2006).
2) Jumlah anak lahir
Pada jumlah anak lahir juga mempengaruhi peningkatan
terjadinya abortus apabila wanita atau klien hamil dalam 3
bulan setelah melahirkan aterm (Chunningham, 2006).
3) Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit hati, dan penyakit diabetes militus (Manuaba, 2010).
4) Penyakit infeksi
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan menyebabkan abortus
seperti herpes simplek yang dapat menyebabkan abortus
setelah terjadi infeksi genetalia pada awal kehamilan, HIV
dalam darah ibu (Chunningham, 2006).
Infeksi maternal dapat membawa resiko tinggi bagi janin yang
sedang berkembang, terutama pada akhir trimester pertama
atau awal trimester kedua (Sastrawinata,2005).
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
26
5) Kelainan endokrin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak
mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid dan defisiensi
insulin (Sastrawinata,2005).
6) Anemia ibu memalui gangguan nutrisi dan perdarahan oksigen
menuju sirkulasi retroplasenter (Manuaba, 2010).
7) Defisiensi progesterone
Kurangnya sekresi progesterone oleh korpus luteum atau
plasenta yang dapat menyebabkan peningkatan kejadian
abortus (Chunningham, 2006).
c. Kelainan pada plasenta
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab sehingga plasenta
tidak berfungsi, gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya
DM, sedangkan hipertensi yang menyebabkan perdarahan darah
plasenta sehingga mengakibatkan keguguran atau abortus
(Manuaba,2010).
d. Gamet yang menua
Peningkatan insiden abortus yang relative terhadap kehamilan
normal apabila insiminasi terjadi 4 hari sebelum atau 3 hari
sesudah saat pergeseran suhu tubuh basal. Pada penuaan gamet
didalam saluran genetalia wanita sebelum pembuahan
meningkatkan terjadinya abortus (Chunningham, 2006).
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
27
e. Trauma
Kasus trauma ini jarang terjadi, umumnya abortus terjadi,
umumnya abortus terjadi segera setelah trauma tersebut, misalnya
trauma akibat pembedahan yaitu pengangkatan ovarium yang
mengandung korpus luteum graviditatum sebelum minggu ke-8,
pembedahan intra abdominal dan operasi pada uterus disaat hamil
(Sastrawinata,2005).
f. Nutrisi
Tidak ada bukti yang menyakinkan bahwa defisiensi salah satu
zat gizi atau defisiensi sedang semua nutrient merupakan penyebab
abortus yang penting. Mual dan muntah yang timbul agak sering
pada awal kehamilan, dan semua penyakit yang dipicunya, jarang
diikuti oleh abortus spontan (Chunningham, 2006).
g. Laparatomi
Tidak ada bukti bahwa pembedahan yang dilakukan pada awal
kehamilan menyebabkan aborsi. Akan tetapi prioritas
meningkatkan aborsi (Kenneth J,2009).
h. Pemakaian obat dan faktor lingkungan
1) Radiasi
Dalam dosis yang memadai, radiasi adalah suatu abortifasien.
Bukti-bukti yang ada sekarang menyatakan bahwa tidak ada
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
28
peningkatan resiko aborsi dari dosis radiasi yang kurang dari 5
rad (Kenneth J,2009).
2) Kafein
Kadar paraxantin (metebolisme kafein) dalam darah ibu
menyebabkan peningkatan dua kali lipat resiko abortus spontan
hanya apabila kadar tersebut sangat tinggi. Namun jika
mengkonsumsi kafein baik dalam jumlah sedang, kecil
kemungkinan menyebabkan abortus (Chunningham, 2006).
3) Alkohol
Abortus spontan dan kelainan janin dapat terjadi akibat sering
mengkonsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan
(Chunningham, 2006).
4) Kontrasepsi
Tidak terdapat bukti yang mendukung bahwa kontasepsi oral
dan zat spermasida yang digunakan dalam krim dan jeli
kontrasepsi menyebabkan peningkatan kejadian abortus.
Namun alat kontrasepsi dalam rahim dalam rahim berkaitan
dengan peningkatan kejadian abortus septic setelah kegagalan
kontrasepsi (Chunningham, 2006).
i. Faktor hematologik
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek
plasentasi dan adanya mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta.
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
29
Berbagai komponen koagulasi dan fibrinilitik memegang peran
penting pada implementasi embrio, invasi troboblas, dan
plasentasi (Saifuddin, 2010).
j. Faktor imununologi
Sistem imun juga termasuk dalam faktor penting kematian
janin berulang. Faktor ini dibagi menjadi dua model patologis
utama yang berkembang.
1) Faktor autoimun
Kematian janin berulang memiliki memiliki factor
autoimunitas. Antibody yang paling segnifikan memiliki
spesifisitas terhadap fosfolipid bermuatan negatif dan paling
sering terditeksi dengan pemeriksaan untuk anti koagulasi
lupus dan anti bodi antikardiolipin (Chunningham, 2006).
2) Faktor aloimun
Kematian janin yang berulang pada wanita di diagnosa sebagai
faktor-faktor aloimun. Pada wanita ini mendapat beberapa
rangsangan toleransi imun ke janin (Chunningham, 2006).
3. Patofisiologi
Keguguran atau abortus terjadinya dimulai dari terlepasnya
sebagian atau seluruh hasil konsepsi jaringan plasenta, yang
menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan
oksigenasi. Bagian yang terlepas dianggap benda asing, sehingga
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
30
rahim berusaha untuk mengeluarkan dengan kontraksi. Pengeluaran
tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih
tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu,
keguguran memiliki gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim,
terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil
konsepsi (Manuaba, 2010).
Pada abortus spontan biasanya kematian embrio terjadi paling
lama 2 minggu sebelum perdarahan. Oleh karena itu pengobatan untuk
mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika telah terjadi
perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari. Sebelum
minggu ke 10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap.
Hal ini disebabkan sebelum minggu ke 10 villi korialis belum
menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua hingga telur mudah
lepas keseluruhannya. Antara minggu ke 10-12 korion tumbuh dengan
cepat dan hubungan villi korialis dengan desidua makin erat hingga
mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal jika
terjadi abortus (Strawinata, 2005).
Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4 cara, yaitu :
a. Keluarnya kantong korion (plasenta) pada kehamilan yang sangat
dini, meninggalkan desidura
b. Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan
korion dan desidua
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
31
c. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan
pendorongan janin keluar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan
korion (hanya janin yang dikeluarkannya.)
d. Seluruh janin dan desidura yang melekat didorong keluar secara
utuh. sebagian abortus termasuk dalam tiga tipe pertama, karena
itu curettase diperlukan untuk membersihkan uteris dan mencegah
perdarahan atau infeksi yang lebih lanjut. (Sastrawinata, 2005).
4. Tanda dan gejala abortus
Menurut manuaba (2010) tanda dan gejala abortus adalah :
a. Adanya keterlambatan datang bulan
b. Terjadinya perdarahan
c. Disertai sakit perut
d. Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi
e. Pemeriksaan hasil tes positif dapat masih positif atau sudah
negatif.
Menurut Manuaba (2010) Gejala klinis Abortus incomplete :
1) Perdarahan memanjangsampai terjadi keadaan anemis
2) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
3) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
4) Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
32
5. Komlikasi atau penyulit abortus
Komplikasi atau penyuliat abortus diantaranya:
a. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi sedikit dalam waktu yang panjang atau
lama yang mendadak banyak sehingga menyebabkan syok
(Manuaba, 2010).
b. Penyulit saat melakukan curettase
Dapat terjadi perforase dengan gejala kuret terasa tembus,
penderita kesakitan, penderita syok, dan dapat terjadi perdarahan
dalam perut dan infeksi dalam abdomen (Mauaba, 2010).
c. Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dank arena infeksi berat (syok endoseptik)
(Prawirohardjo, 2010).
d. Degenerasi ganas
Keguguran dapat terjadi korio karsinoma sekitar 15-20%. Gejala
korio karsinoma adalah terdapat perdarahan berlangsung lama,
terjadi pembesaran atau perlunakan rahim, terhadapa metatase ke
vagina atau lainnya (Mauaba, 2010).
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
33
6. Pemeriksaan penuinjang
Pemeriksaan penunjang menurut Sinclair (2010)
a. Lakukan pemeriksaan HCG serial setiap 2-3 hari
b. Pemeriksaan Doppler atau USG, untuk menentukan apakah janin
masih hidup
c. Kunjungan klinik mingguan (kunjungan ulang)
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan umum Abortus incomplete
1) Menentukan besar uterus (taksiran usia gestasi), kenali dan
atasi setiap komplikas.
2) Hasil konsepsi yang telah tertangkap pada servik yang disertai
perdarahan hingga ukuran sedang. Setelah itu evaluasi
perdarahan
a) Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 400 gr per oral.
b) Bila perdarahan terus berlangsung, evaluasi hasil konsepsi
dengan ANM atau D&K tergantung dari usia gestasi,
pembukaan servik dan keberadaan bagian-bagian janin.
c) Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri anti biotik
profilaksis (ampisiilin 500gr oral atau disisiklin 100 gr).
d) Bila terjadi infeksi beri ampisilin 1 gram dan
metranodazole 500 mg setiap jam.
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
34
e) Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16
minggu segera lakukan evkuasi dengan AVM.
f) Bila pasien tanpak anemik, berikan sulfas ferosus 600 mg
per hari selama 2 minggu pada anemia sedang atau
transfuse darah pada anemia berat (Prawirohardjo, 2008)
Untuk kasus Abortus incomplete erat kaitannya dengan abortus
tidak aman, oleh karena itu perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1) Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi
uterus dan cidera intra abdomen (mual muntah, nyeri pinggang,
demam, perut kembung, nyeri perut bawah, dinding perut
tegang).
2) Bersihkan ramuan tradisional, jamu, kayu atau benda-benda
lainnya dari region genetalia.
3) Berikan boster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor
pada dinding vagina atau kanalis servisis dan pasien pernah
diimunisasi.
4) Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas berikan Anti
Tetanus Serum (ATS) 1500 unit IM dengan pemberian tetanus
toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu
5) Konseling untuk kontrasepsi pasca keguguran dan pemantauan
lanjut (Prawirohardjo, 2008).
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
35
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pathway keperawatan
1. Faktor janin 1. Kelainan plasenta 1. Trauma
2. Faktor ibu 2. Gamet yang menua 2. Faktor lingkungan
3. Faktor hematologik
5
Sumber : (Nanda,2013)
Post Anestesi Jaringan terputus Kurang pengetahuan
Ansietas Penurunan syaraf
oblongata
Nyeri Invasi bakteri Penurunan syaraf
vegetafif Intoleransi aktivitas
Gangguan pemenuhan ADL Peristatk menurun
Penyerapan cairan
dikolon
Nyeri abdomen Gangguan rasa
nyaman
Perdarahan Resiko syok
(hipovelemik) Gangguan eliminasi
(konstipasi)
Kekurangan volume
cairan
Resiko infeksi Resiko syok
Abortus (mati janin ,16-
28mnggu/BB ,400-1000 gr)
Abortus inkomplit
Curetase
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
36
2) Fokus intervensi keperawatan
a) Ansietas
Intervensi :
Anxiety reduction (penurunan kecemasan)
- Gunakan pendekatan yang menenangkan
- Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
- Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur
- Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress
- Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
- Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
- Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
37
b) Nyeri
Intervensi :
Pain management
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
likasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan control nyeri masa lampau
- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyari (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
38
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan control nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
- Monitor penerimaan pesien tentang managemen nyeri
c) Intoleransi aktivitas
Intervensi :
Activity Therapy
- Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi Medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat.
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan.
- Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
- Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
- Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
- Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
39
- Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
- Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
- Monitor respon fisik, emosi, sosisal dan spiritual.
d) Gangguan rasa nyaman
Intervensi :
Anxiety reduction (penurunan kecemasan)
- Gunakan pendekatan yang menenangkan
- Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
- Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur
- Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress
- Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
40
- Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
- Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
e) Gangguan eliminasi (konstipasi)
Intervensi :
Constipation/ impaction management :
- Monitor tanda dan gejala konstipasi
- Monitor bising usus
- Monitor feses: frekuensi, konsistensi, dan volume
- Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan
peningkatan bising usus
- Monitor tanda dan gejala ruptur usus/peritonitis
- Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien
- Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi
- Dukung, intake cairan
- Kolaborasikan pemberian laksatif
- Pantau tanda dan gejala konstipasi
- Pantau tandan dan gejala impaksi
- Anjurkan pasien dan keluarga untuk diet tinggi serat
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
41
f) Resiko syok
Intervensi :
Syok Prevention :
- Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut
jantung, HR, dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refill.
- Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan.
- Monitor suhu dan pernafasan
- Monitor input dan output
- Pantau nilai labor : HB, HT,AGD, dan elektrolit.
- Monitor hemodinamik invasi yang sesuai
- Monitor tanda dan gejala asites
- Monitor tanda awal syok
- Tmpatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi peningkatan
preload dengan tepat.
- Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas
- Berikan vasodilator yang tepat
- Ajarkan pasian dan keluarga tentang tanda dan gejala
datangnya syok
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
42
g) Resiko infeksi
Intervensi :
Infection Control (kontrol infeksi )
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
- Pertahankan teknik isolasi.
- Batasi pengunjung bila perlu.
- Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat.
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien.
- Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan.
- Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
- Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Pertahankan lingkungan antiseptic selama pemasangan alat
- Tingkatkan intake nutrisi.
- Berikan antibiotic bila perlu
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Monitor hitung granulosit, WBC
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Inspeksi kondisi lika/insisi bedah.
- Dorong masukan nutrisi yang cukup.
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
43
h) Kekurangan volume cairan
Intervensi :
Fluid Management
- Timbang popok/ pembalut jika diperlukan
- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
- Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan.
- Monitor vital sign
- Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori
harian.
- Dorong masukan oral
- Berikan penggantian nesogratik sesuai output
- Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
- Atur kemungkinan tranfusi
- Persiapan untuk tranfusi
Asuhan Keperawatan Pada..., FAIZAH ROHMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014