7. dimensi dan indikator pemberdayaan masyarakaat

10
Dimensi, Indikator serta Keberhasilan Pemberdayaan Masyarakat Dari berbagai definisi, dimensi, indikator dan karakteristik kemiskinan diperoleh gambaran bahwa untuk menanggulangi kemiskinan dan memberdayakan masyarakat diperlukan program pemberdayaan yang tepat. Suatu program pemberdayaan tidak dapat digeneralisir untuk mengatasi masalah kemiskinan di semua komunitas yang memiliki karakteristik berbeda. Untuk memilih program pemberdayaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat maka perlu untuk lebih dulu memahami pengertian dan jenis-jenis pemberdayaan itu sendiri. Pengertian Menurut Ife dan Tesoriero (2008 : 510), “pemberdayaan berarti menyediakan sumber daya, kesempatan, kosa kata, pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menentukan masa depan mereka sendiri dan untuk berpartisipasi serta mempengaruhi kehidupan masyarakatnya”. Dari definisi ini terlihat jelas bahwa pemberdayaan bukan sekedar menolong orang miskin agar menjadi tidak miskin. Pengertian pemberdayaan menurut Ife dan Tesoriero lebih diarahkan kepada peningkatan kemampuan masyarakat untuk mandiri, dapat mengendalikan masa depannya dan bahkan dapat mempengaruhi orang lain. Senada dengan Ife dan Tesoriero, Sardlow dalam Adi (2008) mengatakan bahwa “pada intinya pengertian pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka”. Adi (2008 : 78 – 79) mengatakan bahwa “tujuan dan target pemberdayaan bisa saja berbeda, misalnya di bidang ekonomi, pendidikan atau kesehatan”. Pemberdayaan juga bisa bervariasi dalam pembangunan sehingga pemberdayaan di suatu bidang bisa berbeda dengan bidang lainnya. Payne (1997 : 266) mengemukakan bahwa pemberdayaan (empowerment) pada dasarnya ditujukan untuk : To help clients gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect of social or personal blocks to exercising exiting power, by increasing capacity and self confidence to use power and by transferring power from the environment to clients . Pengertian pemberdayaan menurut Payne menunjukkan bahwa agar seseorang bisa berdaya perlu ada pembagian atau pemberian kekuatan dari lingkungannya. Pembagian kekuatan atau pemberian kemampuan ini bisa diartikan sebagai saling membagi kekuatan (power sharing) dari seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain yang tidak berdaya sehingga mereka mempunyai kemampuan yang setara. Dalam perspektif pekerjaan sosial, pengertian pemberdayaan ini dapat diartikan sebagai peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri seseorang agar ia dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara wajar tanpa dihalangi oleh kesenjangan terhadap lingkungannya. Suharto (2006 : 58) mengatakan bahwa pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam :

Upload: edi-hardian

Post on 20-Sep-2015

632 views

Category:

Documents


87 download

DESCRIPTION

dimesi

TRANSCRIPT

  • Dimensi, Indikator serta Keberhasilan Pemberdayaan Masyarakat

    Dari berbagai definisi, dimensi, indikator dan karakteristik kemiskinan diperolehgambaran bahwa untuk menanggulangi kemiskinan dan memberdayakan masyarakat diperlukanprogram pemberdayaan yang tepat. Suatu program pemberdayaan tidak dapat digeneralisir untukmengatasi masalah kemiskinan di semua komunitas yang memiliki karakteristik berbeda. Untukmemilih program pemberdayaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat maka perlu untuklebih dulu memahami pengertian dan jenis-jenis pemberdayaan itu sendiri.

    Pengertian

    Menurut Ife dan Tesoriero (2008 : 510), pemberdayaan berarti menyediakan sumber daya,kesempatan, kosa kata, pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuanmasyarakat untuk menentukan masa depan mereka sendiri dan untuk berpartisipasi sertamempengaruhi kehidupan masyarakatnya. Dari definisi ini terlihat jelas bahwa pemberdayaanbukan sekedar menolong orang miskin agar menjadi tidak miskin. Pengertian pemberdayaanmenurut Ife dan Tesoriero lebih diarahkan kepada peningkatan kemampuan masyarakat untukmandiri, dapat mengendalikan masa depannya dan bahkan dapat mempengaruhi orang lain.

    Senada dengan Ife dan Tesoriero, Sardlow dalam Adi (2008) mengatakan bahwa pada intinyapengertian pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitasberusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masadepan sesuai dengan keinginan mereka. Adi (2008 : 78 79) mengatakan bahwa tujuan dantarget pemberdayaan bisa saja berbeda, misalnya di bidang ekonomi, pendidikan ataukesehatan. Pemberdayaan juga bisa bervariasi dalam pembangunan sehingga pemberdayaan disuatu bidang bisa berbeda dengan bidang lainnya.

    Payne (1997 : 266) mengemukakan bahwa pemberdayaan (empowerment) pada dasarnyaditujukan untuk :

    To help clients gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect ofsocial or personal blocks to exercising exiting power, by increasing capacity and self confidenceto use power and by transferring power from the environment to clients.

    Pengertian pemberdayaan menurut Payne menunjukkan bahwa agar seseorang bisa berdaya perluada pembagian atau pemberian kekuatan dari lingkungannya. Pembagian kekuatan ataupemberian kemampuan ini bisa diartikan sebagai saling membagi kekuatan (power sharing) dariseseorang atau sekelompok orang kepada orang lain yang tidak berdaya sehingga merekamempunyai kemampuan yang setara. Dalam perspektif pekerjaan sosial, pengertianpemberdayaan ini dapat diartikan sebagai peningkatan kemampuan dan rasa percaya diriseseorang agar ia dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara wajar tanpa dihalangi olehkesenjangan terhadap lingkungannya.

    Suharto (2006 : 58) mengatakan bahwa pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang,khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuandalam :

  • a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom)

    b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkanpendapannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan, dan

    c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhimereka.

    Suharto (2006 : 64 66) mengemukakan bahwa indikator-indikator pemberdayaan yangdigunakan untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara operasional adalah :

    a. Kebebasan mobilitasb. Kemampuan membeli komoditas kecilc. Kemampuan membeli komoditas besard. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tanggae. Kebebasan relatif dari dominasi keluargaf. Kesadaran hukum dan politikg. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protesh. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga.

    Dari pengertian dan indikator-indikator tersebut, pemberdayaan dalam perspektif pekerjaansosial mempunyai tingkatan-tingkatan, yaitu 1) dari tidak berdaya menjadi berdaya, 2) setelahberdaya kemudian menguat dan 3) setelah menguat lalu dikembangkan. Pekerjaan sosial dalamupaya pemberdayaan tidak berhenti pada pencapaian kemampuan individu untuk memenuhikebutuhannya sehari-hari tetapi lebih pada peningkatan kapasitas individu tersebut agar mampumelaksanakan fungsi sosialnya. Bank Dunia (2002 : 11) mengartikan pemberdayaan sebagaiEmpowerment is the expansion of assets and capabilities of poor people to participate in,negotiate with, influence, control, and hold accountable institutions that affect their lives. BankPembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) tahun 2007 mengatakan bahwapemberdayaan dianggap komprehensif apabila menampilkan lima karakteristik, yaitu : 1)berbasis lokal, 2) berorientasi pada peningkatan kesejahteraan, 3) berbasis kemitraan, 4) bersifatholistik dan 5) berkelanjutan.

    Pengertian-pengertian mengenai pemberdayaan tersebut menunjukkan bahwa pada prinsipnyapemberdayaan bukan merupakan suatu program atau kegiatan yang berdiri sendiri.Pemberdayaan merujuk pada serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk merubah lebih dari satuaspek pada diri dan kehidupan seseorang atau sekelompok orang agar mampu melakukantindakan-tindakan yang diperlukan untuk membuat kehidupannya lebih baik dan sejahtera.Berkaitan dengan upaya pengembangan modal sosial dalam pemberdayaan komunitas di RW012, pengertian pemberdayaan yang dipandang tepat untuk mengatasi masalah warga adalahpengertian sebagaimana yang dikemukakan oleh Ife dan Tesoriero (2008) dan Payne (1997).Pandangan konspetual pemberdayaan menurut Ife dan Tesoriero mempunyai kecenderunganuntuk dilakukannya suatu proses pemberian kemampuan agar selanjutnya komunitas dapatmengatasi masalah sendiri. Pengertian ini sejalan dengan prinsip pekerjaan sosial yang menolongklien agar klien dapat menolong dirinya sendiri. Oleh karena itu, dalam proses penelitian danimplementasi model intervensi ada tahap-tahap perencanaan kegiatan yang tidak bisa dilakukan

  • secara partisipatif bersama komunitas. Beberapa kegiatan dalam pengembangan modal sosialdalam pemberdayaan komunitas memerlukan perencanaan dan intervensi dari pihak luar.Meskipun demikian, model intervensi dan rencana kegiatan hanya bisa diterapkan apabilakomunitas menerima dan menyepakati hasil analisis terhadap masalah yang dihadapinya sertabersedia berpartisipasi aktif dalam program pemberdayaan yang akan dilaksanakan.

    Pengertian pemberdayaan menurut Payne mempunyai kecenderungan yang menunjukkan prosespemberdayaan dengan memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan dari lingkungan kepadaindividu agar mempunyai kemampuan untuk menentukan pilihan hidupnya. Intervensidilakukan untuk mendorong dan mengarahkan komunitas dalam proses transformasi yangmemungkinkan warga mengontrol kehidupannya dan menentukan sendiri masa depannya. Halini dilakukan dengan pertimbangan bahwa di satu sisi : kehidupan, nilai dan norma dalamkomunitas telah dan akan selalu dipengaruhi oleh tindakan, kebijakan maupun dampak yangdatang dari luar. Di sisi lain, komunitas banyak tertinggal pada beberapa aspek karena adabudaya, nilai-nilai dan norma sosial yang mereka pertahankan tidak memberi peluang untukmencapai kondisi kehidupan yang lebih baik.

    Di samping pengertian-pengertian mengenai pemberdayaan yang dikemukakan oleh para ahli,konsep mengenai pemberdayaan yang dapat dijadikan referensi dan perbandingan dalammenyusun rencana intervensi bagi komunitas adalah konsep menurut Inspirit Innovation Circlesdan ACCESS (2004). Kedua lembaga ini mengemukakan bahwa dalam kaitannya denganpembangunan dan pengentasan kemiskinan maka pemberdayaan perlu dikaitkan dengan :

    a. Tata relasi kekuasaan yang demokratik, transparan dan diakui publik.

    b. Transformasi ekonomi menjadi komunitas yang mandiri dan berbasis pada sumber daya lokalserta penguatan sumber daya manusia.

    c. Promosi pengembangan komunitas melalui kekuatan sendiri dan berporos pada prosesdibandingkan dengan penyelesaian suatu proyek.

    d. Sebuah proses yang memungkinkan pengambilan keputusan kolektif dan dilanjutkan dengantindakan kolektif.

    e. Partisipasi penuh atau sebuah proses yang melibatkan lapisan masyarakat (tanpa kecuali)dalam pengembangan agenda komunitas.

    Konsep yang dikemukakan oleh lembaga swadaya masyarakat ini sejalan dengan pemikiranpeneliti yang prihatin dengan terjadinya penurunan kualitas sumber daya manusia dan modalsosial dalam masyarakat karena dampak negatif pemberian bantuan. Disadari atau tidak, proyek-proyek pemberian bantuan secara tidak langsung telah menciptakan pola mengemis gaya barudalam masyarakat, yaitu dengan cara membuat proposal permohonan bantuan danmengirimkannya ke berbagai instansi. Permohonan bantuan ini tidak lagi terbatas padakebutuhan-kebutuhan urgen dan membutuhkan biaya sangat besar yang tidak mampu disediakanoleh masyarakat seperti pengairan/irigasi atau listrik masuk desa. Tingginya harapan masyarakatterhadap bantuan sudah meluas sampai ke hal-hal yang sesungguhnya dapat dilakukan secara

  • swadaya oleh masyarakat itu sendiri, seperti perayaan hari-hari Nasional atau kerja bakti bulanandi tingkat lokal. Lemahnya daya juang masyarakat juga disebabkan oleh dampak negatif proyek-proyek pemerintah yang dilaksanakan oleh pihak ketiga (kontraktor). Proyek-proyek seperti inimenempatkan posisi masyarakat sebagai penonton sehingga menjadi terbiasa untuk menunggubantuan dan kurang merasa memiliki terhadap bantuan yang diberikan.

    Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu proses

    Adi (2008 : 83) mengatakan bahwa pemberdayaan dapat dilihat sebagai suatu program maupunsebagai suatu proses. Pemberdayaan disebut program bila dilihat dari tahapan-tahapan kegiatanyang dilakukan untuk mencapai tujuan dan membutuhkan jangka waktu tertentu untukpencapaiannya. Pemberdayaan dipandang sebagai proses apabila pemberdayaan itu terus berjalansepanjang usia manusia dan tidak berhenti di suatu masa. Demikian pula halnya dalammasyarakat, proses pemberdayaan akan terus berjalan selama komunitas itu tetap ada dan tetapmau memberdayakan diri mereka sendiri.

    Menurut Hogan dalam Adi (2008 : 85), proses pemberdayaan yang berkesinambungan memilikisiklus yang terdiri dari lima tahapan utama, yaitu :

    a. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan (recalldepowering/empowering experiences);

    b. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan penidakberdayaan (discuss reasonsfor depowerment/ empowerment);

    c. Mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek (identify one problem or project);

    d. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan (identify usefulpower bases); dan

    e. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan meng-implementasikannya (develop andimplement action plans).

    Tahapan tersebut tidak merupakan suatu kegiatan yang berhenti pada tahap mengembangkanrencana-rencana aksi dan implementasinya namun merupakan proses yang terus menerussehingga membentuk siklus yang berkesinambungan.

    Kendala dalam Pengembangan Masyarakat

    Adi (2008) mengatakan bahwa pemberdayaan di berbagai bidang dapat dipadukan. Hambatanyang sering muncul adalah sulitnya untuk menyinergiskan berbagai pemberdayaan itu dalamsuatu program yang terpadu. Pendapat Adi mengenai pemberdayaan dalam suatu program yangterpadu bertolak belakang dengan apa yang dikemukakan oleh Ife dan Tesoriero. Berkaitandengan pengembangan masyarakat yang terpadu, Ife dan Tesoriero (2008 : 410) mengemukakanbahwa :

  • pengembangan masyarakat satu dimensi sudah pasti akan gagal karena didasarkan padapemikiran linear bukan mengambil pendekatan holistik yang mendasarkan pada perspektifekologis. Dengan memusatkan pada satu dimensi, pengembangan akan mengabaikan kekayaandan kompleksitas kehidupan manusia dan pengalaman masyarakat.

    Dari pendapat Ife dan Tesoriero terlihat jelas bahwa pengembangan masyarakat secara terpadumutlak harus dilakukan. Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa berbagai tindakan untukmemberdayakan masyarakat tidak bisa disinergiskan. Namun pengertian terpadu tidak berartisemua jenis kegiatan pemberdayaan dilakukan secara serentak. Pengembangan masyarakatsecara terpadu dapat digambarkan sebagai serangkaian kegiatan pemberdayaan yang dilakukansecara sistematis dan saling melengkapi.

    Pemberdayaan bukanlah program yang dapat dilaksanakan dalam jangka waktu singkat ataubersifat temporer. Pemberdayaan harus dilaksanakan secara berkesinambungan dengan terusmengembangkan jenis-jenis kegiatan yang paling tepat untuk komunitas. Meskipun telaahanmengenai program pemberdayaan banyak mengemukakan kelemahan-kelemahan yang terjadidalam pelaksanaan program dan ketidakberhasilan kelompok sasaran untuk mencapai tujuannamun harus diakui juga bahwa ada banyak program pemberdayaan yang berhasil dan mencapaitujuan yang ditetapkan.

    Program pemberdayaan yang kurang berhasil atau gagal mencapai tujuan tentu disebabkan olehberbagai kendala. Adi (2008 : 259) mengemukakan bahwa salah satu kendala yangmenyebabkan program pemberdayaan tidak berjalan mulus dalam pelaksanaannya adalah adanyakelompok-kelompok dalam komunitas yang menolak upaya pembaruan atau perubahan yangterjadi. Menurut Watson dalam Adi (2008 : 259 275), kendala yang terjadi dalampelaksanaan program pemberdayaan dapat berasal dari kepribadian individu dalam komunitasdan bisa juga berasal dari sistem sosial. Kendala-kendala tersebut adalah :

    a. Kendala yang berasal dari kepribadian individu

    1) Kestabilan (homeostasis)

    Tubuh manusia mempunyai kestabilan yang terbentuk dalam jangka waktu cukup panjang.Stimulus yang diberikan secara terus menerus untuk mengubah kestabilan tersebut dapatmenghasilkan respon sesuai yang diharapkan, namun pada saat stimulus dihentikan makakestabilan yang pernah ada sebelumnya dapat muncul kembali. Sebagai contoh : pola makan duakali sehari pada seseorang dapat diubah menjadi tiga kali sehari dengan menyediakan makanansebanyak tiga kali pada jam tertentu setiap harinya dan dilakukan secara terus menerus. Pada saatmakanan tidak lagi disediakan tiga kali orang tersebut akan kembali kepada pola makan dua kalisehari.

    2) Kebiasaan (habit)

    Kebiasaan dapat menjadi faktor pendukung untuk mengembangkan perencanaan perubahannamun di sisi lain kebiasaan dapat menjadi faktor penghambat. Kebiasaan mencuci tangansebelum makan adalah contoh kebiasaan yang positif dan mendukung upaya peningkatan

  • kesehatan sedangkan contoh kebiasaan yang negatif antara lain adalah membuang sampahsembarangan.

    3) Hal yang utama (primacy)

    Hal yang utama yang dimaksudkan adalah hal-hal yang berhasil memberikan hasil yangmemuaskan. Ketika seseorang menghadapi suatu situasi tertentu dan tindakannya memberikanhasil yang memuaskan maka ia cenderung akan mengulangi tindakan tersebut pada waktu yanglain dengan situasi yang sama. Sebagai contoh : seseorang yang sakit kepalanya sembuh karenamengkonsumsi suatu jenis obat tertentu akan memilih obat itu kembali ketika mengalami sakitkepala di waktu yang lain dan cenderung menolak alternatif obat yang lain.

    4) Seleksi ingatan dan persepsi

    Salah satu bentuk seleksi ingatan dan persepsi adalah terbentuknya sikap seseorang terhadapobyek sikap yang kemudian menimbulkan perilaku yang disesuaikan dengan obyek sikaptersebut. Sebagai contoh : sikap warga desa terhadap pejabat akan menimbulkan perilaku yangpenuh hormat dan sopan santun apabila mereka bertemu dengan pejabat yang mendatangidesanya walaupun mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Pada kesempatan lain, sikapwarga desa terhadap orang luar yang baru dikenalnya akan menimbulkan perilaku yang seolah-olah curiga dan ragu-ragu terhadap kehadiran orang baru tersebut.

    5) Ketergantungan (depedence)

    Ketergantungan suatu komunitas terhadap orang lain (misalnya terhadap pendamping sosial)menyebabkan proses pemandirian masyarakat membutuhkan waktu yang cenderung lebihlama.

    6) Superego

    Superego yang terlalu kuat dalam diri seseorang cenderung membuat ia tidak mau atau sulitmenerima perubahan atau pembaharuan. Dorongan superego yang berlebihan dapatmenimbulkan kepatuhan yang berlebihan pula.

    7) Rasa tidak percaya diri (self distrust)

    Rasa tidak percaya diri membuat seseorang tidak yakin dengan kemampuannya sehingga sulituntuk menggali dan memunculkan potensi yang ada pada dirinya. Hal ini membuat orangmenjadi sulit berkembang karena ia sendiri tidak mau berkembang sesuai dengan potensi yangdimilikinya.

    8) Rasa tidak aman dan regresi (insecurity and regression)

    Keberhasilan dan masa-masa kejayaan yang pernah dialami seseorang cenderungmenyebabkan ia larut dalam kenangan terhadap keberhasilan tersebut dan tidak berani atautidak mau melakukan perubahan. Contoh regresi ini adalah : seseorang yang tidak mau

  • mengubah pola pertaniannya karena ia pernah mengalami masa-masa panen yang melimpah diwaktu yang lalu. Rasa tidak aman berkaitan dengan keengganan seseorang untuk melakukantindakan perubahan atau pembaharuan karena ia hidup dalam suatu kondisi yang dirasakan tidakmembahayakan dan berlangsung dalam waktu cukup. Contoh rasa tidak aman ini antara lain :seseorang tidak berani mengemukakan pendapatnya karena takut salah, takut malu dan takutdimarahi oleh pimpinan yang mungkin juga menimbulkan konsekuensi ia akan diberhentikandari pekerjaannya.

    b. Kendala yang berasal dari sistem sosial

    1) Kesepakatan terhadap norma tertentu (conforming to norms)

    Norma berkaitan erat dengan kebiasaan dalam suatu komunitas. Norma merupakan aturan-aturanyang tidak tertulis namun mengikat anggota-anggota komunitas. Di satu sisi, norma dapatmendukung upaya perubahan tetapi di sisi lain norma dapat menjadi penghambat untukmelakukan pembaharuan.

    2) Kesatuan dan kepaduan sistem dan budaya (systemic and cultural coherence)

    Perubahan yang dilakukan pada suatu area akan dapat mempengaruhi area yang lain karenadalam suatu komunitas tidak berlaku hanya satu sistem tetapi berbagai sistem yang saling terkait,menyatu dan terpadu sehingga memungkinkan masyarakat itu hidup dalam keadaan mantap.Sebagai contoh, perubahan sistem mata pencaharian dari ladang berpindah menjadi lahanpertanian tetap akan menimbulkan perubahan pada kebiasaan yang lain seperti pola pengasuhananak, pola konsumsi dan sebagainya.

    3) Kelompok kepentingan

    Kelompok kepentingan dapat menjadi salah satu penghambat dalam upaya pemberdayaanmasyarakat. Misalnya, upaya pemberdayaan petani di suatu desa tidak dapat dilaksanakan karenaada kelompok kepentingan tertentu yang bermaksud membeli lahan pertanian untuk mendirikanperusahan tekstil. Kelompok kepentingan ini akan berupaya lebih dulu agar lahan pertaniantersebut jatuh ke tangan mereka.

    4) Hal yang bersifat sakral (the sacrosanct)

    Beberapa kegiatan tertentu lebih mudah berubah dibandingkan beberapa kegiatan lain, terutamabila kegiatan tersebut tidak berbenturan dengan nilai-nilai yang dianggap sakral oleh komunitas.Sebagai contoh : di banyak wilayah, dukungan terhadap perempuan yang mencalonkan dirisebagai pemimpin dirasakan masih sangat kurang karena masyarakat umumnya masihmenganggap bahwa pemimpin adalah laki-laki sebagaimana yang diajarkan oleh agama atausesuai dengan sistem patriaki.

    5) Penolakan terhadap orang luar

  • Anggota-anggota komunitas mempunyai sifat yang universal dimiliki oleh manusia. Salahsatunya adalah rasa curiga dan terganggu terhadap orang asing. Pekerja sosial ataupendamping sosial yang akan memfasilitasi program pemberdayaan tentu akan mengalamikendala dan membutuhkan waktu yang cukup lama sebelum ia dapat diterima dalam suatukomunitas. Di samping itu, rasa curiga dan terganggu ini menyebabkan komunitas enggan untukikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh orang asing yangmemfasilitasi program pemberdayaan di daerah mereka.

    Kritik terhadap pemberian bantuan

    Adi (2008 : 287), mengatakan bahwa modal fisik merupakan salah satu modal dasar yangterdapat dalam setiap masyarakat. Modal fisik terdiri dari dua kelompok, yaitu bangunan daninfrastruktur. Bangunan dapat berupa rumah, gedung perkantoran, toko dan lain-lain. Sedangkaninfrastruktur dapat berupa jalan raya, jembatan, jaringan listrik dan telepon dan sebagainya.Modal fisik selalu terkait erat dengan modal manusia. Modal fisik tidak dapat digunakan apabilatidak ada modal manusia yang menggerakkan atau memanfaatkan atau melaksanakan kegiatan didalamnya. Oleh karena itu, modal fisik sering disebut sebagai pintu masuk (entry point) untukmelakukan perubahan atau pemberdayaan masyarakat.

    Peneliti tidak sependapat dengan pernyataan Adi mengenai modal fisik sebagai pintu masukuntuk melakukan perubahan atau pemberdayaan masyarakat. Kenyataan yang terjadi dalamberbagai program pemberdayaan menunjukkan bahwa seringkali modal fisik (biasanyaberbentuk bangunan, barang atau peralatan) tidak dipelihara dengan baik oleh kelompok sasarankarena merasa tidak memiliki dan tidak berjuang untuk mendapatkannya. Bantuan ekonomibahkan seringkali habis dikonsumsi oleh kelompok sasaran karena tidak ada konsekuensi yangterkait langsung dalam pemberian bantuan.

    Berkaitan dengan modal fisik dan modal finansial yang diberikan dalam bentuk bantuan, terlihatkecenderungan timbulnya fenomena sosial yang negatif, yaitu meningkanya harapan masyarakatterhadap bantuan, etos kerja dan daya juang masyarakat melemah serta terjadi perilaku kolektifyang menimbulkan kerugian pada banyak pihak. Muller (2006 : 284 285) mengemukakanberbagai kritik terhadap pemberian bantuan, sebagai berikut :

    a. Kritik politik

    1) Bantuan melestarikan struktur-struktur yang tidak adil dan mengisap sebab selalumenguntungkan para penguasa yang tak bertanggung jawab dan elite negara yang kaya raya dinegara berkembang. Orang miskin sama sekali tidak dibantu karena pembagian yang tidakmerata.

    2) Terdorong oleh kepentingan mereka masing-masing, suatu aliansi tak suci antara negaraindustri serta kelas-kelas negara di Selatan dan birokrasi bantuan, baik nasional maupuninternasional, membela bantuan itu dan bersaing dengan kelompok-kelompok politik lain agarmemperoleh uang dan pengaruh.

  • 3) Tolok ukur pemberantasan kemiskinan adalah berbahaya sebab akhirnya memberi semacampremi pada kebijakan yang tak bertanggung jawab di Selatan.

    4) Bantuan hampir tidak mempunyai dampak balik yang positif bagi pihak pemberinya. Atausebaliknya, jika dikaitkan dengan syarat tertentu, bantuan itu akan mendorong suatu politik yangpenuh pamrih.

    b. Kritik ekonomi

    1) Bantuan pembangunan dari sudut kuantitatif sama sekali tidak berarti karena sumbangannyapada GNP, investasi dan ekspor sangat kecil.

    2) Bantuan menghambat reform ekonomi dalam negeri dan mendorong pemborosan uang untukusaha yang tidak produktif dan juga tidak sosial.

    3) Bantuan memberi angin pada campur tangan negara padahal sebetulnya harus memberirangsangan ke arah ekonomi pasar. Hal itu merupakan halangan sangat besar bagi penanamanmodal swasta, masuknya modal dan teknologi luar negeri secara bebas dan usaha menabungdalam negeri.

    4) Bantuan membiayai suatu aparat negara yang campur tangan dalam segala hal,membengkakkan anggaran dan tidak kompeten.

    c. Kritik terhadap proyek-proyek bantuan pembangunan

    1) Mayoritas proyek tidak efisien dan bahkan berakibat buruk secara ekonomi sebab kuantitasdidahulukan dari kualitas. Bantuan itu juga menimbulkan banyak biaya sesudahpenyelesaiannya, misalnya bantuan pangan menurunkan harga hasil produksi para petani.

    2) Proyek-proyek yang baik juga akan berhasil tanpa bantuan dan dana yang diperlukan dapatdiperoleh dari kreditor swasta.

    3) Akibat yang paling buruk adalah bahwa bantuan mendorong suatu sikap menunggu bantuan(asistentialisme) sehingga menghambat inisiatif sendiri, bukan saja dari pemerintah tetapi jugadari rakyat. Bantuan itu menjadikan para penerima tergantung padanya.

    4) Para pembantu dan ahli pembangunan mungkin bermaksud baik tetapi sesungguhnyamelumpuhkan inisiatif itu sendiri.

    Kritik yang dikemukakan Muller mengenai bantuan menguatkan analisis sebelumnya mengenaidampak negatif bantuan terhadap masyarakat. Berbagai jenis bantuan dari pemerintah dan pihak-pihak lainnya menyebabkan masyarakat cenderung bersikap apatis untuk menggunakankekuatannya sendiri. Di tingkatan yang paling ekstrim : masyarakat bahkan harus dibayar agarikut berpartisipasi dalam kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah mereka sendiri.

  • Dari beberapa penjelasan mengenai kendala dalam program pemberdayaan, perlu dicermatibahwa kendala-kendala tersebut mungkin saja terjadi sekaligus dalam suatu programpemberdayaan tetapi bisa juga hanya satu atau dua kendala yang timbul. Ada faktor-faktorkendala yang relatif mudah untuk diatasi namun ada beberapa faktor yang cukup sulit untukdiubah, misalnya faktor kendala yang berhubungan dengan sesuatu yang dianggap sakral olehkomunitas. Sebagai contoh, upacara perkawinan atau kematian yang memerlukan biaya besaruntuk penyelenggaraannya tidak bisa dengan mudah dikurangi dari adat istiadat komunitaskarena upacara tersebut dianggap sebagai ritual yang sakral dan berpengaruh terhadapkehidupannya di masa yang akan datang. Untuk dapat mengatasi kendala-kendala tersebut, carayang paling tepat adalah dengan melakukan pengkajian awal atau studi kelayakan terhadapkomunitas.

    Daftar PustakaGitosaputro, S. 2006. Implementasi Participatory Rural Appraisal (Pra) Dalam Pemberdayaan

    Masyarakat. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam. Lampung.http://fkmannassri.blogspot.sg/2014/03/materi-metode-pemberdayaan masyarakat.htmlhttp://malut.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=179:mengenal-

    participatory-rural-appraisal-pra&catid=28:buku&Itemid=30http://munabarakati.blogspot.sg/2014/02/makalah-pemberdayaan-masyarakat-pesisir.htmlhttp://widyaastuti-agrittude.blogspot.sg/2011/10/prinsip-prinsip-metode-dan-teknik.html